bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori hasil...

20
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori dipaparkan landasan substantif dalam arti teoritik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif yang akan diimplementasikan. 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Purwanto (2010:46-47) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250-251) merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, Oemar Hamalik (2006:30) . Sementara menurut Bloom dalam Agus Suprijono, (2011:6-7) mengemukakan bahwa: Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysys (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, evaluation (menilai),.Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas hasil belajar merupakan suatu pencapaian dari tujuan pembelajaran dalam bidang tertentu untuk mengetahui tingkat perkembangan belajar siswa yang digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran terselesaikannya bahan pelajaran apabila siswa sudah memahami belajar

Upload: dangkhanh

Post on 07-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

7

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Pada kajian teori dipaparkan landasan substantif dalam arti teoritik yang

dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif yang akan diimplementasikan.

2.1.1 Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2010:46-47) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar

mengajar. Hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250-251)

merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat

sebelum belajar.

Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti, Oemar Hamalik (2006:30) . Sementara menurut

Bloom dalam Agus Suprijono, (2011:6-7) mengemukakan bahwa:

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,

ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,

contoh), application (menerapkan), analysys (menguraikan,

menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru, evaluation

(menilai),.Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization

(organisasi), characterization (karakterisasi).Domain psikomotor

meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.Psikomotor juga

mencakup keterampilan produktif, teknik fisik, sosial, manajerial, dan

intelektual.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas hasil belajar merupakan suatu

pencapaian dari tujuan pembelajaran dalam bidang tertentu untuk mengetahui

tingkat perkembangan belajar siswa yang digunakan oleh guru untuk dijadikan

ukuran terselesaikannya bahan pelajaran apabila siswa sudah memahami belajar

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

8

dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam kemampuan

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).

Cara pengukuran hasil belajar siswa yaitu dengan melakukan penilaian.

Penilaian hasil belajar (PP No. 19 tahun 2005), standar penilaian ada 3 yaitu

penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan

pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Bentuk penilaian hasil

belajar oleh pendidik yaitu ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan

akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Acuan pada pengujian berbasis

kompetensi adalah acuan kriteria.

Fungsi penilaian sebagai alat untuk membantu siswa dalam mewujudkan dan

mengubah perilakunya sesuai dengan tata tertib yang ada. Di sini juga siswa

mendapat kepuasan atas apa yang dikerjakannya yang berupa nilai. Apabila

mereka sungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu maka hasil yang didapatkan

akan bagus sehingga mereka akan puas dengan hasil yang didapatkannya.

Penilaian juga membantu guru dalam menetapkan metode yang digunakan telah

tepat diterapkan.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas

pengukuran. Pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu yang

diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerapkan angka menurut sistem

aturan tertentu menurut Kerlinger dalam Purwanto, (2010:2). Hopkins dan Antes

dalam Purwanto (2010:2), mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka

pada atribut dari obyek, orang atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukan

perbedaan dalam jumlah. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu

sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan

instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes,

lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

Dari pengertian pengukuran di atas untuk mengukur hasil belajar peserta didik

digunakan instrumen penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat diukur

melalui teknik tes dan non tes. Tes menurut Nana Sudjana (2008:35) sebagai alat

penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

9

mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan

(tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes Lisan terdiri dari baik

pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya,

tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku,

karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi

pelengkap dari instrumen asesmen yang lain. Tes Tertulis adalah tes yang

dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya misalnya tes

formatif. Tes Tindakan, ada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu

sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor

misalnya unjuk kerja.

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar

siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan

pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran, namun demikian

dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil

belajar bidang afektif dan psikomotoris. Menurut Endang Poerwanti, dkk.

(2008:4), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Jadi dari beberapa pengertian tes di atas tes adalah alat penilaian yang

digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mengukur ketrampilan,

pengetahuan dan sikap peserta didik dalam bentuk lisan, tulisan, dan perbuatan.

Non tes adalah pertanyaan maupun pernyataan yang tidak memiliki jawaban

benar atau salah. Teknik non tes sangat penting dalam mengukur kemampuan

peserta didik pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang

lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes

menurut Endang Poerwanti (2008:3), yaitu: (1) Observasi, observasi terkait

dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal

yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk

mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi

informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen, (2)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

10

Wawancara, wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang

diberikan secara lisan dan spontan, (3) Angket, angket adalah suatu teknik yang

dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif.

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara

pengukuran yang sistematis dengan alat pengukuran seperti tes, observasi,

wawancara, angket. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas

instrumen butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan

menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau

mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi,

pengukuran dengan teknik wawancaradan angket dapat menggunakan instrumen

butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur

ketercapaian tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik

haruslah valid, maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur.

Tes dibedakan menjadi tiga macam yaitu tes diagnostik, tes formatif, tes

sumatif. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menentukan kelemahan

dan kelebihan siswa dengan melihat gejala-gejalanya sehingga diketahui

kelemahan dan kelebihan tersebut pada siswa dapat dilakukan perlakuan yang

tepat. Tes formatif adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami

suatu satuan pelajaran tertentu. Tes ini diberikan sebagai usaha memperbaiki

proses belajar. Tes sumatif dapat digunakan pada ulangan umum yang biasanya

dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester. Dari tes sumatif inilah prestasi

belajar siswa diketahui. Dalam penelitian ini evaluasi yang digunakan adalah

dalam jenis yang di titik beratkan pada evaluasi belajar siswa di sekolah yang

dilaksanakan oleh guru untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

2.1.2 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Latar Belakang Pembelajaran IPA

IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

11

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah (KTSP Standar Isi 2006).

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru (KTSP Standar Isi 2006).

Ruang Lingkup IPA di SD

Ruang lingkup mata pelajaran IPA di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut

(KTSP Standar Isi 2006):

1. Makhluk hidup dan prose kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,

dan interaksinyadengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Tujuan Pelajaran IPA di SD

Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut (KTSP Standar Isi 2006).

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yangbermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

12

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannyasebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang

standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam

Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium yang

secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan

kurikulum di setiap satuan pendidikan.Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan

pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk

mata pelajaran IPA yang ditujukan untuk siswa kelas 5 SD disajikan melalui tabel

berikut ini.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

13

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas 5 Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami

perubahan yang

terjadi di alam dan

hubungannya dengan

penggunaan sumber

daya alam.

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah

karenapelapukan

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

7.3 Mendeskripsikan struktur bumi

7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan

kegiatanmanusia yang dapat mempengaruhinya

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi

diIndonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup

dan lingkungan

7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang

dapat mengubah permukaan bumi (pertanian,

perkotaan, dsb)

Sumber : KTSP Standar Isi 2006

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi :

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam.

Kompetensi Dasar :

7.4 Mendiskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat

mempengaruhinya.

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

14

Pendekatan Pembelajaran IPA

Pendekatan penerapan pembelajaran IPA yang dilakukan oleh setiap pendidik

memilki karakter yang berbeda-beda.Hal ini dipengaruhi oleh isi materi dan

kemampuan pendidik itu sendiri. Kreativitas seorang guru akan sangat diperlukan

khususnya pembelajaran IPA, karena dalam pembelajaran IPA tidaklah cukup

dengan menggunakan model dan metode yang biasa diterapkan dalam

pembelajaran yang lainnya.hal ini harus diakui secara seksama karena materi IPA

memerlukan suatu aktivitas yang langsung dan benar-benar sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya. IPA dalam pembelajarannya memilki ciri yang berbeda

dengan membelajarkan materi yang lain kepada siswa, salah satu ciri yang

menonjol adalah adanya proses pembelajaran yang berproses dengan

menggunakan observasi, percobaan, dan pemecahan masalah. Memang ciri ini

dimiliki oleh materi pelajaran yang lain, akan tetapi prosedur dalam

pengalikasiaanya memliki pesamaan dengan metode yang dilakukan oleh para

ahli, dan para penemu-penemu sebelumnya.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

(TGT)

Definisi

Kooperatif menurut Erman Suherman (2001:218) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja

sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu

tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Anita

Lie (2003:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik

untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur disebut

sebagai sistem”pembelajaran gotong royong” atau pembelajaran kooperatif. Jadi

dari beberapa pengertian ahli tersebut pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok atau tim untuk

saling membantu, mendiskusikan, dan berargumentasi dalam menyelesaikan

masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam

pembelajaran.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

15

Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David

DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari

John Hopkins. Ada beberapa definisi dan interpretasi Teams Games Tournament

yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :

De Vries dan Slavin pada Tahun 1978 di John Hopkins University aktivitas

dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

memungkinkan siswa dapat belajar lebih semangat di samping dapat

menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat serta keterlibatan

belajar. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama

dan membantu dalam memhami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika

salah satu teman dalam kelompok belum menguasai materi pembelajaran.

Menurut Sasmito model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat mudah

diterapkan, karena dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas pendukung

yang harus tersedia seperti peralatan khusus. Selain mudah diterapkannya dalam

penerapannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga melibatkan aktifitas

seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan. Misalnya, kegiatan

tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-

masing anggota kelompok menjawab pertanyaan, untuk selanjutnya saling

mengajukan pertanyaan dan saling belajar bersama. Johnson 1999 (Teams Games

Tournament) merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dimana setelah siswa

belajar secara individu untuk selanjutnya dalam kelompok masing masing anggota

kelompok mengadakan turnamen atau lomba dengan kelompok lainnya sesuai

dengan tingkat kemampuannya.

Menurut Saco (2006), dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa

memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru

dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi

pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan

dengan kelompok (identitas kelompok mereka).

Melalui pengertian dari para ahli tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

16

satu tipe atau model pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi dalam tim

belajar terdiri empat sampai lima orang yang melibatkan aktivitas seluruh siswa

tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan reinforcement. Dalam aktivitas belajar dengan

permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks

disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan

sehat dan keterlibatan belajar.

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor

kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka

dengan anggota tim lain yang kemampuan akademiknya setara. Hasilnya, siswa-

siswa yang berprestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki peluang

yang sama untuk memperoleh poin bagi kelompoknya sebagai siswa yang

berprestasi tinggi.

Tujuan

Menurut Muslimin Ibrahim (2000:7), model pembelajaran kooperatif

setidak-tidaknya mempunyai tiga tujuan pembelajaran. Tujuan yang pertama yaitu

meningkatkan hasil belajar akademik di mana siswa dituntut untuk menyelesaikan

tugas-tugas akademik. Tujuan kedua yaitu pembelajaran kooperatif memberi

peluang pada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling

bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan

struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Tujuan

ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa

ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

menurut Deutsch dalam Slavin (2008:31), mengidentifikasikan tiga struktur

tujuan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu:

1. Kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu

memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

17

2. Kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu

menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.

3. Individualistik, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak

memiliki konsekuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.

Tahap-tahap Pembelajaran

Menurut Slavin (1995:84-86) maka model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) memiliki langkah-langkah (sintaks) sebagai berikut :

a) Presentasi kelas (class precentation). Dalam presentasi kelas guru

memperkenalkan materi pembelajaran yang diberikan secara langsung atau

mendiskusikan dalam kelas. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator.

Pembelajaran mengacu pada apa yang disampaikan oleh guru agar nantinya dapat

membantu siswa dalam mengikuti game dan turnamen.

b) Kelompok (teams). Kelompok terdiri dari empat sampai lima orang

yang heterogen misalnya berdasar kemampuan akademik dan jenis kelamin, jika

memungkinkan suku, ras, atau kelas sosial. Tujuan utama pembentukan kelompok

adalah untuk meyakinkan siswa bahwa semua anggota kelompok belajar dan

semua anggota mempersiapkan diri untuk mengikuti game dan turnamen dengan

sebaik-baiknya. Diharapkan tiap anggota kelompok melakukan hal yang terbaik

bagi kelompoknya dan adanya usaha kelompok melakukan untuk membantu

anggota kelompoknya sehingga dapat meningkatkan kemampuan akademik dan

menumbuhkan pentingnya kerjasama diantara siswa dan meningkatkan percaya

diri.

c) Permainan (game). Permainan (game)dibuat dengan isi pertanyaan-

pertanyaan untuk mengetes siswa yang didapat dari presentasi kelas dan latihan

kelompok. Game dimainkan dengan meja yang berisi tiga murid yang mewakili

tiga kelompok yang berbeda. Siswa mengambil kartu bernomor dan berusaha

untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor. Aturannya membolehkan

pemain untuk menantang jawaban yang lain.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

18

d) Pertandingan (tournament).

Biasanya turnamen diselenggarakan akhir minggu, setelah guru membuat

presentasi kelas dan kelompok-kelompok mempraktikkan tugas-tugasnya. Untuk

turnamen pertama guru mengelompokkan siswa dengan kemampuan serupa yang

mewakili tiap timnya. Kompetisi ini merupakan sistem penilaian kemampuan

yang mewakili tiap timnya. Kompetisi ini merupakan penilaian sistem penilaian

kemampuan perorangan dalam STAD. Kompetisi ini juga memungkinkan bagi

siswa dari semua level di penampilan sebelumnya untuk memaksimalkan nilai

kelompok mereka menjadi terbaik. Alur penempatan peserta turnamen menurut

Slavin (1995:86) dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1

Alur Penempatan Peserta Turnamen

e) Penghargaan Kelompok (team recognition).

Setelah mengikuti game dan turnamen, setiap kelompok akan memperoleh

poin. Rata-rata poin kelompok yang diperoleh dari game dan turnamen akan

digunakan sebagai penentu penghargaan kelompok. Jenis penghargaan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan kelompok dapat berupa

hadiah, sertifikat, dan sebagainya. Menurut Slavin penghargaan diberikan jika

telah melewati kriteria sebagai berikut.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

19

Tabel 2

Kriteria Penghargaan Kelompok (Sumber Slavin, 1995)

Kriteria (Rerata Kelompok) Predikat

30-39 Tim Kurang Baik

40-44 Tim Baik

45-49 Tim Baik Sekali

50 ke atas Tim Istimewa

Menurut Johnson & Johnson yang dikutip oleh Carolyn W. Rouviere

(www.maa.org/saum/maanotes49/140.html), model pembelajaran kooperatif tipe

TGT ini meliputi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap mengajar (teaching)

Dalam tahap ini, guru mengajarkan materi pelajaran yang akan digunakan

dalam kompetisi. Materi pelajaran yang diajarkan hanya secara garis besarnya saja

dari suatu materi. Tahap ini meliputi pembukaan yang dapat memotivasi siswa

dalam belajar, membangun suatu pengetahuan awal mengenai materi tersebut,

dan memberikan petunjuk pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) termasuk pembentukan kelompok. Tahap ini dapat

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan.

2. Tahap belajar dalam kelompok (team study)

Dalam tahap ini anggota kelompok mempunyai tugas untuk mempelajari

materi pelajaran secara tuntas dan saling membantu dalam mempelajari materi

tersebut. Jika ada kesulitan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum bertanya

pada guru. Setiap anggota kelompok dalam berdiskusi hendaknya dengan suara

perlahan, sehingga kelompok yang lain tidak terganggu.

3. Tahap Kompetisi (tournament)

Dalam tahap ini setiap kelompok mewakilkan anggotanya untuk maju ke meja

kompetisi, di atas meja tersebut telah tersedia kartu. Kemudian siswa mengambil

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

20

sebuah kartu dan membacanya keras-keras. Kelompok yang mengambil

pertanyaan tersebut harus menjawab, jika jawaban salah maka kelompok lawan

dapat mengajukan jawabannya. Setiap jawaban kelompok yang benar diberikan

poin atau skor, dan skor-skor tersebut dijumlah sebagai skor kelompok.

Menurut Kahfi (2004:9) model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) meliputi 2 tahap. Yaitu pra kegiata pembelajaran dan detail

kegiatan pembelajaran. Pra kegiata pembelajaran meliputi penyajian materi,

membagi siswa dalam kelompok belajar, dan membagi siswa pada meja

tournamen. Detail kegiatan pembelajaran meliputi: (1) mengajar (teach), (2)

belajar kelompok (team teach), (3) permainan (tournament).

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Tahap penyajian kelas (class precentation) guru memperkenalkan materi

yang diberikan secara langsung atau mendiskusikan dalam kelas.

2. Belajar dalam kelompok (teams) terdiri dari 5-6 orang yang terdiri dari siswa

yang mempunyai kemampuan akademik berbeda, yaitu siswa berkemampuan

akademik tinggi (pandai), sedang dan rendah setelah itu menerima tugas

tugas kelompok.

3. Permainan (game) dimainkan tiga murid yang mewakili kelompoknya. Siswa

mengambil kartu bernomor dan berusaha menjawab pertanyaan sesuai dengan

nomor. Aturannya membolehkan pemain untuk menantang jawaban yang

lain.

4. Pertandingan (tournament) dilakukan setiap pemain dalam tiap meja

menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara

undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian

yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal.

5. Penghargaan kelompok (teamrecognition) diberikan pada kelompok yang

memiliki skor/poin tertinggi sesuai kriteria dan akan diberikan penghargaan

berupa sertifikat, hadiah , dan sebagainya.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

21

Kelebihan dan Kekurangan Teams Games Tournament (TGT)

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh

pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit

mengemukakan keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT), sebagai berikut:

a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) memperoleh teman yang

secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa

yang ada dalam kelas tradisional.

b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh

tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

c. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri

akademik mereka.

d. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan

waktu yang lebih banyak.

Disamping kelebihan yang dimiliki, model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) antara lain:

a. Bagi para pengajar pemula, model ini menumbuhkan waktu yang banyak.

b. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan soal

turnamen.

c. Siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian terdahulu yang

menjadi upaya penulis untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan

kelebihan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis. Penelitian tersebut antara lain:

Effendi, Kukuh.2012.Pendekatan Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Kompetensi Dasar

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

22

menentukan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana) pada Pembelajaran

Matematika di Kelas IV SD Negeri 02 Tlogosih Kecamatan Kebonagung

Kabupaten Demak Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil yang diperoleh

dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar matematika dari tiap

siklus pada materi bangun ruang. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut terjadi

secara bertahap, dimana pada siklus I peningkatan hasil belajar siswa sebesar

45,8%. Kemudian setelah dilaksanakan siklus II peningkatan hasil belajar siswa

mencapai 95,8%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan

pendekatan kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Tlogosih Kecamatan Kebonagung

Kabupaten Demak semester II 2011/2012. Kelebihan dari penelitian ini sudah

jelas dalam memaparkan urutan peningkatan setiap siklus. Kelemahannya yaitu

belum dipaparkan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitiannya.

Sucahyono, Aris Sandhi. 2011. Dengan judul Peningkatan Hasil Belajar PKn

Melalui Model TGT (Teams Game Tournaments) Bagi Siswa Kelas IV SDN

Tondowulan II Jombang. Berdasarkan permasalahan yang ditemui di kelas pada

saat melaksanakan belajar, yaitu masih ditemukannya minat siswa yang kurang

menyukai pelajaran PKn sehingga dari jumlah siswa 30, hanya satu orang yang

menyukai pelajaran PKn. Hal ini berdampak pada hasil nilai belajar yang masih di

bawah KKM. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan

pembelajaran PKn dengan menerapkan TGT (Teams Game Tournaments) adalah

belajar secara mandiri dan diskusi kelompok, permainan dan turnamen, (2)

pembelajaran kooperatif model TGT (Teams Game Tournaments) terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN

Tondowulan II Jombang, yaitu dari rerata skor 67,28 dan daya serap klasikal 28%

pada pra siklus setelah tindakan pada siklus I menjadi rerata skor 70,56 dan daya

serap klasikal 64%, dan rerata skor 85,32 dan daya serap klasikal 84% pada

siklus II, (3) dampak pembelajaran model TGT (Teams Game Tournaments)

terhadap aktivitas belajar siswa adalah semangat belajar siswa menjadi lebih

meningkat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan pembelajaran

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

23

PKn dengan menerapkan TGT (Teams Game Tournaments) di kelas IV SDN

Tondowulan II Jombang adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara

kelompok diskusi dan langkah-langkahnya terdiri dari penyajian kelas, kerja

kelompok, turnamen dan penghargaan kelompok, (2) Pembelajaran kooperatif

model TGT (Teams Game Tournaments) dapat meningkatkan hasil belajar PKn

siswa, yaitu berdasar pada paparan data prasiklus jumlah rerata skor 67,28 dan

daya serap klasikal 28%, dan setelah diadakan tindakan pada siklus I rerata skor

meningkat 70,56 dan daya serap klasikal meningkat menjadi 64%. Jumlah rerata

skor dan daya serap mengalami peningkatan lagi pada siklus II yaitu 85,32 dan

84%, (3) Dampak TGT (Teams Game Tournaments) terhadap aktivitas belajar

siswa selama proses belajar mengajar di kelas IV SDN Tondowulan II Jombang

adalah suasana kelas makin menyenangkan dengan adanya belajar sambil bermain

pada saat diskusi kelompok dan terutama pada saat turnamen, pengaruh lainnya

khususnya pada saat kerja kelompok adalah tampak adanya peningkatan interaksi

antar siswa dalam kelompok oleh rekan sebaya lebih efektif. Kelemahan dari hasil

penelitian ini belum menampilkan berapa KKM yang harus dicapai. Kelebihannya

peneliti menjelaskan permasalahan yang ditemui di kelas pada saat melaksanakan

belajar, yaitu masih ditemukannya minat siswa yang kurang menyukai pelajaran

PKn. Sebagai upaya pelaksanaan tindak lanjut maka perlu pengembangan

penelitian pada materi kerja sama negara-negara ASEAN.

Dewantini ,Ria Dhian. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode

Team Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Jeruk 1

Kecamatan Miri Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012. Masalah dalam

penelitian ini adalah hasil belajar IPA masih rendah, hanya 35% dari jumlah siswa

yang mendapatkan nilai ≥70, memenuhi KKM, metode yang digunakan masih

konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

ipa melalui metode team games tournament (TGT). Penelitian ini menggunakan

penelitian tindakan kelas (ptk). hasil tindakan kelas ini melalui dua siklus: pada

siklus I dari 28 siswa yang masuk terdapat 16 siswa (57%) yang mendapatkan

nilai ≥ 70, sesuai kkm. pada siklus II ada peningkatan hasil belajar siswa sejumlah

36% dari siklus I. Dari nilai hasil belajar 27 siswa yang masuk ada 25 siswa

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

24

(93%) yang mendapat nilai ≥ 70, sesuai KKM. Berdasarkan penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa implementasi metode team games tournament (TGT) dapat

meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Jeruk 1 Kecamatan

Miri Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012. Kelebihan dari penelitian ini

sudah jelas dalam memaparkan urutan peningkatan setiap siklus. Kelemahannya

yaitu belum dipaparkan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitiannya.

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai hasil belajar sebagai tujuan. Pada

proses pembelajaran, guru dituntut kreativitasnya untuk meningkatkan

kemandirian dan keaktifan siswa dalam belajar dan memberi kesempatan kepada

siswa untuk mencari, mengusahakan dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan.

Pembelajaran IPA yang berlangsung selama ini adalah pembelajaran yang

berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembbelajaran dengan

menyampaikan materi pelajaran IPA memalui ceramah dan siswa mendengarkan.

Terkadang di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan

yang harus dijawab siswa. Suatu pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan

akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan tahan

lama. Salah satunya dapat diperoleh melalui kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada keterlibatan aktifitas belajar siswa. Interaksi dan keterlibatan

aktif siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar atau

prestasinya. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Teams Games Tournament (TGT).

Berdasarkan hal tersebut dapat dituangkan dalam gambar kerangka

berpikir sebagai berikut.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

25

Gambar 2 Skema Gambaran Kerangka Berpikir

KONDISI

AWAL

TINDAKAN

KONDISI

AKHIR

Pelaksanaan

pembelajaran

masih

konfensional

(metode ceramah

dan tanya jawab).

Hasil belajar di

bawah KKM 75

Guru menerapkan

pembelajaran teams games

tournament

- Tahap penyajian kelas

- Belajar dalam kelompok

- Permainan

- Pertandingan

- Penghargaan Kelompok

Hasil pembelajaran yang tercapai :

- Penilaian hasil : nilai hasil

belajar siswa telah

memenuhi KKM 75.

- Penilaian proses : siswa

dapat berpartisipasi aktif

dan berpikir kritis.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3776/3/T1_292009015_BAB II.pdf · Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan

26

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir tersebut di atas diajukan

hipotesis tindakan yaitu “Jika dalam proses belajar mengajar guru

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran

IPA mengenai Bumi dan Alam Semesta siswa kelas 5 di SD Negeri Jogosuran

68 Kecamatan Pasarkliwon Surakarta Semester II tahun pelajaran 2012/2013.