bab ii kajian pustaka 2.1 prestasi...

13
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar Istilah prestasi belajar” berasal dari dua kata yaitu ”prestasi” dan ”belajar”. Kata ”prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya ”hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya); secara akademis hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya melalui pengukuran dan penilaian” (TPKBBI, 2005: 747). Senada dengan pengertian di atas, Poerwadarminta, W.J.S. (2007:786) mengemukakan bahwa ”prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan”. Sedangkan menurut I.L. Pasaribu dan S. Simanjutak (2000:15) menyatakan bahwa ”prestasi” adalah ”hasil yang telah dicapai setelah mengikuti pendidikan atau latihan”. Adapun mengenai pengertian belajar, ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para tokoh pendidikan. Cronbach (dalam Suryabrata, 2008: 231) menyatakan bahwa belajar adalah ”perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”. Senada dengan hal ini, Howard L. Kingskey (dalam Djamarah, 2002: 13) mengatakan bahwa “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training”, atau belajar adalah “proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan”. M. Ngalim Purwanto (1997:85) mengemukakan bahwa belajar adalah ”suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar”. Sedangkan Nana Sudjana (1995:30) mengemukakan bahwa ”prestasi belajar merupakan bentuk-bentuk kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”. Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah yang berupa ranah pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan yang diperoleh siswa dari mengerjakan soal tes formatif yang dicatat pada daftar nilai dan setiap akhir semester dilaporkan dengan rapor.

Upload: vuongmien

Post on 07-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Belajar

Istilah ”prestasi belajar” berasal dari dua kata yaitu ”prestasi” dan ”belajar”. Kata

”prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya ”hasil yang telah dicapai (dari yang telah

dilakukan, dikerjakan dan sebagainya); secara akademis hasil pelajaran yang diperoleh dari

kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya melalui

pengukuran dan penilaian” (TPKBBI, 2005: 747).

Senada dengan pengertian di atas, Poerwadarminta, W.J.S. (2007:786) mengemukakan

bahwa ”prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan”. Sedangkan menurut

I.L. Pasaribu dan S. Simanjutak (2000:15) menyatakan bahwa ”prestasi” adalah ”hasil yang telah

dicapai setelah mengikuti pendidikan atau latihan”.

Adapun mengenai pengertian belajar, ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh

para tokoh pendidikan. Cronbach (dalam Suryabrata, 2008: 231) menyatakan bahwa belajar

adalah ”perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”. Senada dengan hal ini, Howard

L. Kingskey (dalam Djamarah, 2002: 13) mengatakan bahwa “learning is the process by which

behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training”, atau belajar

adalah “proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek

atau latihan”.

M. Ngalim Purwanto (1997:85) mengemukakan bahwa belajar adalah ”suatu perubahan

yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan

oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar”. Sedangkan Nana

Sudjana (1995:30) mengemukakan bahwa ”prestasi belajar merupakan bentuk-bentuk

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”.

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari

kegiatan belajar bidang akademik di sekolah yang berupa ranah pengetahuan, nilai dan sikap

serta keterampilan yang diperoleh siswa dari mengerjakan soal tes formatif yang dicatat pada

daftar nilai dan setiap akhir semester dilaporkan dengan rapor.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

7

Selanjutnya dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun instruksional, bentuk atau hasil belajar siswa ini menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benjamin S. Bloom (dalam Sudijono, 2008: 49-52) yaitu: ”ranah kognitif (cognitive

domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psychomotor domain)”.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ranah kognitif

merupakan salah satu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang

berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,

kesengajaan dan keyakinan. Ranah kejiwaan ini berpusat pada otak yang berhubungan dengan

konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap mental dan kesadaran siswa

yang diperoleh siswa melalui proses internalisasi yaitu proses menuju ke arah pertumbuhan

batiniah. Dalam kaitannya dengan hasil belajar, ranah afektif (sikap) dapat diungkapkan sebagai

kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku

siswa belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang

telah berubah lebih maju terhadap suatu objek yang dipelajarinya. Sedangkan hasil belajar

psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

Bertitik tolak dari ketiga bentuk prestasi belajar sebagaimana yang dijelaskan di atas,

ketiga bentuk ranah tersebut tidak ada yang dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

kesatuan yang kompleks untuk membentuk suatu kepribadian dalam tingkah laku seseorang.

Meskipun pada kenyataannya bentuk evaluasi hasil belajar lebih mengutamakan pada ranah

kognitif, tetapi pada kenyataannya dalam setiap perubahan kognitif pada kadar tertentu

sebenarnya berubah pula ranah afektif (sikap) dan psikomotorik (perilakunya). Dengan demikian,

keberhasilan guru dalam mengembangkan ranah kognitif akan dapat membuahkan kecakapan

ranah afektif dan juga ranah psikomotorik.

Teknik Penilaian

Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan

beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik pengumpulan

informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap

pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan

berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik erupa domain kognitif, afektif, maupun

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

8

psikomotor (balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum teknik penilaian dapat di kelompokkan menjadi

dua, yaitu teknik tes dan nontes.

1. Tes

Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban

secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada

yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian.

a. Tes tertulis

Tes tertulis adalah jenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban pembahasan, atau

uraian kata-kata sehingga peserta didik dapat menganalisa dalam menjawab soal, dan dapat

menguraikan secara luas dengan soal yang diberikan oleh guru atau dosen mata pelajaran

dalam mengerjakan soal.

1. Soal uraian

Soal uraian adalah butiran soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban

atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran

peserta tes secara naratif.

Kelebihan dan kelemahan soal uraian

a. Dapat mengungkap aspek-aspek pengetahuan atau penilaian yang kompleks secara

leluasa.

b. Menutut siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan.

c. Menuntut kreativitas siswa untuk mengorganisasi sendiri jawabannya.

d. Dapat melihat jalan pikiran siswa dalam menjawab persoalan.

e. Ruang lingkup yang diungkap sangat terbatas.

f. Memungkinkan timbulnya keragaman dalam memberikan jawaban sehingga tak ada

rumusan jawaban yang pasti.

g. Lebih memberikan peluang untuk bersifat subjektif dan kurang reliabel dalam proses

penyekoran.

h. Proses penyekoran sering terganggu oeh faktor-faktor lain diluar maksud pengukuran,

misalnya keindahan dan kerapian tulisan.

2. Soal objektif

Soal objektif adalah soal yang sudah terstruktur dan jawaban juga tersusun dengan pasti.

Kelebihan dan kelemahan soal objektif

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

9

a. Waktu relatif singkat dan butir soal luas.

b. Banyak sedikitnya jumlah butir soal bisa berpengaruh terhadap kadar

reabilitas.

c. Proses penyekoran dapat dilakukan secara mudah, karena kunci

jawaban dapat dibuat secara pasti.

d. Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif

e. Terdapat kemungkinan untuk menebak jawaban dengan tepat.

b. Tes lisan

Tes lisan adalah jenis tes dimana soal dan jawaban dilakukan dalam komunikasi

langsung.

c. Tes tindakan

Tes tindakan adalah jenis tes yang memiliki dua unsur yang dijadikan bahan penilaian

yaitu proses dan produk. Proses merujuk pada kemahiran dan kegiatan sedangkan

produk merujuk pada kualitas hasil.

2. Bukan tes (nontes).

Bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala penilaian,

sosiometri, studi kasus.

a. Pengamatan atau Observasi

b. Interviews (wawancara)

c. Angket

d. Work Sample Analysis (Analisa sampel kerja)

e. Task Analysis (Analisis tugas)

f. Checklists dan Rating Scales

g. Portofolio

Bentuk Instrumen Penilaian

Penyusunan instrumen pada dasarnya adalah penyusunan alat evaluasi, karena mengevaluasi

adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur dengan

menggunakan standar yang telah di tentukan sebelumnya. Bentuk instrument berkaitan dengan

metode pengumpulan data, misalnya metode wawancara yang instrumennya berupa pedoman

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

10

wawancara, metode tes, instrumennya berupa soal tes. Sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih,

harus dibuat instrument penilaian yang sesuai. Berikut ini adalah berbagai bentuk instrument

penilaian (Poerwanti, 2008).

1. Tes tertulis

Tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa tes

objektif dan uraian pada peserta didik di lembaga penyelenggara pendidikan keterampilan. Ujian

tertulis, untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan peserta didik berkenaan dengan

tugas/pekerjaan dengan cara merespon secara tertulis tentang aspek-aspek yang diujikan.

2. Tes kinerja/tindakan

Tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan

kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan tertentu, misalnya kemahiran

mengidentifikasi kerusakan pada alat-alat yang diperlukan untuk melakukan kinerja tertentu,

bersimulasi, ataupun melakukan pekerjaan yang sesungguhnya. Tes kinerja dapat dilakukan

untuk menilai proses, produk, serta proses dan produk. Tes kinerja, untuk memperoleh data

tentang kinerja atas bidang keterampilan tertentu yang dipertunjukkan oleh seseorang peserta

didik. Penilai mengajukan sejumlah tugas atau pekerjaan untuk dilakukan oleh peserta didik

dengan cara memperagakan secara psikomotor. Misal seorang peserta didik disuruh

memperagakan cara perambatan panas melalui zat padat.

3. Tes lisan

Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik

denganseorang atau beberapa penguji. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan dan

spontan. Ujian lisan, untuk memperoleh data tentang performansi tertentu, dengan cara

berkomunikasi dua arah antara penilai atau guru dengan peserta didik melalui tanya jawab atau

wawancara langsung, berkenaan dengan pemahaman, perilaku, kinerja, dan tugas tertentu

yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dipelajari.

4. Observasi

Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan

terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara menggunakan

instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis perilaku yang akan diamati

dan situasi yang akan diobservasi, misalnya dalam kelas, waktu bekerja dalam

bengkel/laboratorium. Metode pencatatan, berapa lama dan berapa kali observasi dilakukan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

11

disesuaikan dengan tujuan observasi. Metode ini digunakan juga untuk memeriksa proses

melalui analisis tugas tentang beroperasinya suatu kegiatan/pekerjaan tertentu maupun produk

yang dihasilkannya. Penilaia atau guru dapat secara langsung mengamati dan mencatat

perilaku yang muncul, dan dapat juga menggunakan lembar observasi atau daftar ceklis

mengenai aspek-aspek tugas atau pekerjaan tertentu yang akan diamati.

5. Penugasan

Penugasan adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik menyelesaikan tugas di luar

kegiatan pembelajaran di kelas, laboratorium atau bengkel. Penugasan dapat diberikan dalam

bentuk individual atau kelompok dan dapat berupa tugas rumah atau projek. Tugas rumah

adalah tugas yang harus diselesaikan peserta didik di luar kegiatan kelas. Tugas projek adalah

tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis

maupun lisan dalam waktu tertentu. Proyek, untuk memperoleh data tentang kinerja atas suatu

tugas/pekerjaan tertentu yang dikerjakan dalam jangka waktu tertentu, baik melalui pengawasan

maupun tanpa pengawasan. Misalnya penilai mempersiapkan dan merancang suatu

tugas/pekerjaan tertentu untuk dikerjakaan peserta didik kemudian hasil dari pekerjaannya

dinilai.

6. Penilaian portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai hasil karya peserta

didik. Portofolio adalah kumpulan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang

diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik.

Portofolio, untuk memperoleh data dengan cara mengumpulan bukti-bukti fisik yang bersifat

pribadi, atau hasil karya dan pencapaian dijadikan sebagai dasar untuk menilai kinerja

seseorang sebelum, dan setelah mengikuti pendidikan.

7. Penilaian diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk

mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya. Penilaian diri untuk memperoleh data

tentang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki peserta didik dan bersumber dari peserta didik

sendiri. Dalam penilaian diri peserta didik menyampaikan sendiri secara jujur apa yang telah

dikuasai dan yang belum dikuasai setelah atau sebelum mengikuti pembelajaran. Bentuk

penilaian diri adalah laporan tentang keadaan diri peserta didik yang disusun sendiri oleh

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

12

peserta didik. Misal laporan tentang keterampilan yang telah dikuasai dan yang belum dalam

membuat tusuk rantai pada pelajaran keterampilan.

8. Penilaian antar teman

Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk

mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya. Teknik penilaian antar teman dilakukan

dengan melalukan observasi terhadap temannya sendiri. Instrumen observasi, skala penilaian,

dan daftar ceklist yang digunakan berisikan aspek-aspek kemampuan atau kelebihan dan

kesulitan atau kekurangan temannya dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Misal peserta didik

diberikan tugas untuk menilai kinerja temannya dalam merawat tanaman hias dengan

menyiraminya mempergunakan skala penilaian.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling banyak diaplikasikan dan digunakan

dalam pembelajaran Matematika, Bahasa, Ilmu Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) dikembangkan oleh

Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Slavin (2008:143) menjelaskan

bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

Pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur heterogen, heterogen dari prestasi belajar, jenis kelamin dan etnis. Materi dirancang untuk belajar kelompok, siswa bekerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersama-sama berdiskusi dan saling membantu dalam kelompoknya.

Dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan kedalam 4-5 orang tiap kelompoknya.

Setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasaladari berbagai suku,

memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu

sama lain untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu atau

dua minggu siswa diberi kuis. Hasil kuis diberi skor dan dibandingkan dengan skor dasar untuk

menentukan skor peningkatan individu dan skor kelompok.

Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD) merupakan salah satu tipe belajar kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

13

pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi belajar yang maksimal.

Komponen Utama Model Pembelajaran STAD

Menurut Slavin (2008:143-146) ada lima komponen utama dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan

penghargaan kelompok.

Berangkat dari lima komponen utama model pembelajaran STAD, makan dalam

melaksanakan pembelajaran IPA pada kompetensi Dasar mengidentifikasi terjadinya perubahan

wujud benda melalui model pembelajaran STAD, guru IPA melaksanakan beberapa langkah-

langkah kegiatan, yaitu:

1. Presentasi kelas (class presentation)

Dalam STAD materi pelajaran mula-mula disampaikan dalam presentasi kelas. Dalam tahap

presentasi kelas ini, guru IPA menjelaskan macam-macam wujud benda. Metode yang

digunakan adalah dengan pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu guru.

Selama presentasi kelas siswa harus benar-benar memperhatikan karena dapat membantu

mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai kelompok.

2. Kerja kelompok ( Teams Works ).

Setelah guru IPA menyampaikan presentasi kelas kemudian guru membagi kelas menjadi 5

kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang heterogen baik laki-laki dan perempuan,

berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan berbeda. Fungsi utama dari kelompok

adalah menyiapkan anggota kelompok agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Setelah guru menjelaskan materi perubahan wujud benda, setiap anggota kelompok

mempelajari dan mendiskusikan LKS, membandingkan jawaban dengan teman kelompok

dan saling membantu antar anggota jika ada yang mengalami kesulitan. Setiap saat guru

mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar setiap anggota melakukan yang

terbaik untuk kelompoknya dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk

membantu anggotanya. Setelah kerja kelompok selesai, guru mempersilahkan setiap

kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya masing-masing. Kedudukan

guru dalam presentasi kelompok ini adalah sebagai fasilitator.

3. Kuis (quizzes)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

14

Setelah 1-2 periode presentasi dan 1-2 periode kerja kelompok, siswa diberi kuis individu.

Siswa tidak diperbolehkan membantu sama lain selama kuis berlangsung. Setiap siswa

bertanggung jawab untuk mempelajari dan memahami materi yang telah disampaikan.

Sebelum kuis berlangsung, terlebih dahulu guru IPA menjelaskan tata cara permainan kuis.

Hasil kuis diberikan skor dan setiap siswa diberi skor peningkatan.

4. Peningkatan Nilai Individu (Individual Improvement Scores )

Peningkatan Nilai Individu dilakukan untuk memberikan tujuan prestasi yang ingin dicapai

jika siswa dapat berusaha keras dan hasil prestasi yang lebih baik dari yang telah diperoleh

sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum pada kelompoknya dan

setiap siswa mempunyai skor dasar yang diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya.

Selanjutnya siswa menyumbangkan nilai untuk kelompok berdasarkan peningkatan nilai

individu yang diperoleh.

5. Penghargaan kelompok (Team Recognation)

Kelompok mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok

melebihi kriteria tertentu. Hari pertama pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru

menjelaskan pada siswa tentang arti kerjasama dalam kelompok. Sebelum menilai proses

pembelajaran kelompok, guru menjelaskan beberapa aturan kelompok yang harus

diterapkan yaitu: siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa anggota

kelompok telah mempelajari materi yang diberikan, tidak ada seorangpun anggota kelompok

yang boleh berhenti belajar sampai semua anggota kelompok telah menguasai materi, jika

mengalami kesulitan bertanyalah pada teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru

dan setiap anggota kelompok boleh berbicara satu sama lain dengan suara pelan. Setelah

melakukan kegiatan pembelajaran kelompok, secara individu setiap dua atau tiga minggu

siswa diberi kuis.

Selanjutnya pemberian penghargaan kelompok jika skor rata-rata mereka mencapai kriteria

tertentu. Menurut Slavin (2008:160) dikategorikan sebagai kelompok baik, kelompok sangat

baik, dan kelompok super dengan kriteria sebagai berikut: (a) kelompok dengan skor rata-

rata 15 sebagai tim baik; (b) kelompok dengan skor rata-rata 16 sebagai tim sangat baik;

dan (c) kelompok dengan skor rata-rata 17 sebagai tim super.

Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Model Pembelajaran STAD

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

15

Setiap penggunaan metode dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu

pula dengan penggunaan pembelajaran kooperatif. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Trianto, 2007: 5), yaitu: aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar

terjadi interaksi atau kerjasama, siswa cenderung aktif dalam pembelajaran, dapat

meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep, kemampuan kerjasama siswa dapat

terbangun, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, dan menumbuhkan

siswa berpikir kritis.

Menurut Yurnetti (2002) ada beberapa kelebihan dari penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, yaitu: (a) meningkatkan pengetahuan siswa tentang materi yang

dipelajari; (b) terjadinya komunikasi di antara anggota kelompok dalam menemukan

konsepsi yang benar; (c) menumbuhkan semangat kerja kelompok dan semangat

kebersamaan di antara anggota kelompok; (d) menumbuhkan komunikasi yang efektif dan

semangat kompetisi di antara anggota kelompok.

Sedangkan kelemahan dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut

hasil penelitian Amrius (2004) menyatakan bahwa siswa tidak terbiasa dengan penggunaan

pembelajaran kooperatif tipe STAD, alokasi waktu yang kurang mencukupi, guru mengalami

kesulitan dalam menciptkan pembelajaran yang kooperatif, siswa kurang dapat

bekerjasama, dan adanya dominasi dari siswa yang pandai.

2.3 Hakekat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat

sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

tentang alam sekitar (Depdiknas, 2011: 3).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

16

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui

pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan

secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan

ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang

diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui

penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Dalam Standar Kompetensi IPA (Depdiknas, 2011: 3) yang disajikan dalam lampiran 4,

Mata Pelajaran IPA SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,

keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan

yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah

dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah

satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Adapun ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat

sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.4 Penelitian yang Relevan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

17

Model pembelajaran kooperatif memiliki potensi untuk mengurangi kelas-kelas pasif ke

dalam kelas dinamis dan orientasi kelompok. Banyak penelitian yang telah dilaksanakan dalam

rangka menguji pembelajaran kooperatif (Isjoni, 2009: 125), di antaranya adalah yang

dilaksanakan oleh De Vries & Slavin dengan model “games-game tournament”, Aranson, Blaney,

Slavin (1983) dengan model “jigsaw dan jigsaw II”, Lindquist (1995) dengan model “group

investigation”. Hasil-hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan keinginan kelas, prestasi yang dipertahankan, dan prestasi aktual.

Kajian penelitian yang berkaitan dengan Model pembelajaran STAD ini pernah

dilaksanakan oleh Faindatin Nikmah (2000) Mahasiswa IKIP PGRI Semarang dengan judul

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penarapan Metode STAD Pada Pokok Bahasan

Himpunan Siswa Kelas VII A Semester II MTs Thowalib Pesagen Gunungwungkal Kabupaten Pati

Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari

tiga siklus. Hasil kajian dalam penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa model

pembelajaran STAD dapat meningkatkan prestasi hasil belajar matematika. Siswa menjadi lebih

berani dalam bertanya, berani berpendapat dan berani dalam beragumentasi.

2.5 Kerangka Berfikir

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

merupakan salah satu model yang dapat mengarahkan kepada siswa untuk memberikan

pengalaman belajar secara langsung. Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran

yang menekankan adanya kerja sama antar siswa dengan kelompoknya untuk mencapai tujuan

belajar bersama. Model pembelajaran kooperatif ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan

memahami konsep-konsep yang dianggap sulit dengan cara bertukar pikiran atau diskusi dengan

teman-temannya melalui kegiatan saling membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Adanya permainan berupa kuis akan menjadikan pembelajaran dengan model STAD

menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Siswa akan lebih aktif dan semangat untuk

kegiatan pembelajaran sehingga prestasi hasil belajarnya akan menjadi meningkat. Penjelasan

lebih rinci disajikan dalam gambar 1 Hubungan antara model pembelajaran STAD dan prestasi

belajar di halaman berikut.

2.6 Hipotesis Tindakan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/3/T1_262010030_BAB II.… · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA 2.1 . Prestasi Belajar. Istilah ” prestasi

18

Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Diduga

“Upaya penggunaan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions) dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil

Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Gambar 2.1 Hubungan antara Model Pembelajaran STAD

dan Prestasi Belajar

Pembelajaran

n

Model

Pembelajaran

STAD

Memonitoring Menyediakan

pengalaman belajar

Kegiatan

Presentasi

Kerja kelompok

Kuis

Nilai

Penghargaan

Mengevaluasi dari

hasil diskusi

kelompok

Memberikan umpan

balik

Menarik kesimpulan

Evaluasi

Perubahan Wujud Benda

PrestasiBelajar

Tuntas