bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 (2014: 4) adalah interaksi yang dilakukan antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar yang dilakukan dalam suatu lingkungan belajar. Dalam
kegiatan pembelajaran guru berperan untuk membantu siswa menyalurkan atau
menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Pembelajaran menurut
Susanto (2013: 19) adalah suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru untuk
membantu siswa agar mau belajar. Pembelajaran menurut Isjoni (2011: 11)
merupakan upaya guru dalam rangka membantu siswanya melakukan kegiatan
belajar. Pembelajaran menurut Sanaky (2009: 3) adalah proses komunikasi yang
dilakukan antara siswa yang berperan sebagai pembelajar, guru yang berperan
sebagai pebelajar dan bahan ajar. Sedangkan menurut Rahyubi (2011: 6)
pembelajaran adalah interaksi atau kegiatan yang dilakukan antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Jadi dapat
disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan interaksi yang
dilakukan antara guru dengan siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
belajar untuk membantu siswa belajar.
Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 23) mengemukakan bahwa dalam IPA
terdapat istilah, yaitu “ilmu”, “pengetahuan”, dan “alam”. Ilmu berarti pengetahuan
yang dimiliki manusia melalui serangkaian metode ilmiah. Pengetahuan merupakan
segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan alam merupakan segala
sesuatu yang diketahui oleh manusia tentang alam.
Menurut Susanto (2013: 167) Sains atau IPA adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami alam dengan cara
7
mengamati tepat sasaran, menggunakan prosedur serta dijelaskan dengan penalaran
untuk mendapatkan kesimpulan. Menurut Donosepoetro dalam Trianto (2010: 137)
IPA dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur. IPA sebagai proses berarti
kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menemukan pengetahuan baru atau
menyempurnakan pengetahuan tentang alam yang sudah ada. IPA sebagai produk
berarti hasil dari kegiatan ilmiah yang dilakukan berupa pengetahuan. IPA sebagai
prosedur berarti langkah-langkah atau cara yang dilakukan untuk mendapatkan
pengetahuan yang disebut metode ilmiah.
Sedangkan menurut Prihantoro dkk dalam Trianto (2010: 137) berpendapat
bahwa IPA hakikatnya merupakan produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA
merupakan pengetahuan. Sebagai suatu proses, IPA adalah suatu proses yang
dipergunakan untuk mempelajari, menemukan dan mengembangkan produk-produk
sains dan digunakan sebagai aplikasi, teori dalam IPA akan memunculkan teknologi
yang dapat memberi kemudahan dan keuntungan bagi kehidupan manusia.
Dari beberapa pendapat mengenai IPA dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan alam atau ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan lingkungan alam melalui suatu prosedur yang disebut
metode ilmiah. Sedangkan pembelajaran IPA merupakan interaksi yang dilakukan
antara guru dengan siswa dan sumber belajar untuk mempelajari mengenai segala
sesuatu tentang alam.
Upaya untuk mempelajari IPA dapat dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran yang didukung oleh media pembelajaran. Dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) siswa berpartisipasi dan aktif
untuk mencari sendiri materi atau informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui
buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.
2.1.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Suprijono (2011: 46) adalah suatu pola atau
rancangan yang akan digunakan oleh guru dalam mengajar. Model pembelajaran
8
menurut Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 48) merupakan kerangka konseptual
yang berisi prosedur yang akan dilakukan oleh guru untuk memberikan pengalaman
belajar kepada siswa agar mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Sedangkan menurut Rahyubi (2011: 251) model pembelajaran adalah
rancangan yang digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai model pembelajaran, dapat
ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah sebuah rancangan
pembelajaran atau cara guru mengemas pembelajaran untuk menyampaikan materi
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran menjadi pedoman bagi guru dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar. Dengan penggunaan model pembelajaran, siswa diharapkan dapat
menerima materi pelajaran dengan mudah, siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan tidak bosan dengan materi yang dipelajari karena kepandaian guru
dalam mengemas materi pembelajaran.
2.1.3 Model pembelajaran Kooperatif
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat memberi kemudahan bagi
peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran yang diajarkan. Selain suka
bermain, menjadikan gurunya sebagai idola, karakter lain dari anak SD adalah suka
bekerja dalam kelompok. Anak-anak suka bekerja dalam kelompok karena mereka
dapat bekerja sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Model pembelajaran yang
dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok adalah model pembelajaran
kooperatif.
Menurut Slavin (2005: 24) model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dimana siswa akan belajar dan bekerja dalam kelompok yang
beranggotakan mulai dari 4 sampai 5 siswa tanpa membedakan jenis kelamin serta
kemampuan akademik. Menurut Suprijono (2009: 54) model pembelajaran kooperatif
adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok
kemudian mengerjakan tugas yang dipimpin dan diarahkan oleh guru.
9
Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2011: 12) model
pembelajaran kooperatif merupakan strategi atau rencana yang disusun oleh guru agar
siswa mau bekerja sama dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjutnya Stahl
dalam Isjoni (2011: 12) berpendapat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru
dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif agar dapat meningkatkan hasil
belajar dan tolong menolong antarsiswa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif yaitu sebuah
model pembelajaran yang berpusat kepada siswa, mengajarkan kepada siswa untuk
bekerja dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen dengan harapan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan rasa peduli dengan orang lain.
2.1.4 Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Group Investigation (GI) merupakan salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif yang melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mencari materi
pelajaran melalui buku ataupun internet, melatih siswa untuk berkomunikasi dengan
baik dan bekerjasama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) menurut Isjoni (2011: 58) adalah model pembelajaran yang
dilakukan dengan membagi siswa yang terdapat dalam suatu kelas menjadi kelompok
belajar yang terdiri dari 4-5 siswa. Siswa diberi kebebasan untuk mencari sumber
belajar, kemudian menganalisis, menyimpulkan dan menyampaikan hasil kerja
kelompok di depan kelas. Suprijono (2009: 93) menjelaskan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dimulai dengan membagi
siswa dalam kelas menjadi kelompok-kelompok, menentukan topik, mengumpulkan
data, analisis data, sintesis, menarik kesimpulan dan presentasi hasil diskusi oleh
masing-masing kelompok. Setelah semua kelompok yang terdapat dalam kelas selesai
presentasi hasil diskusi, guru melakukan evaluasi.
Menurut Sharan dan Sharan dalam Huda (2013: 292) model pembelajaran
Group Investigation (GI) adalah suatu metode pembelajaran yang kompleks dengan
10
membagi siswa dalam kelompok yang heterogen dan menekankan pada kerjasama
dan saling membantu dengan teman. Menurut Shoimin (2014: 80) model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dari awal sampai akhir dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan menurut Narudin dalam Shoimin
(2014: 80) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) merupakan “salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi
(informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misal
dari buku pelajaran atau internet”. Pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)
menurut Slavin (2005: 215) akan mencapai hasil terbaik apabila komunikasi dan
interaksi kooperatif dilakukan dalam kelompok kecil dengan tetap mempertahankan
sikap-sikap kooperatif seperti rasa sosial dari kelompok, bertukar informasi dengan
teman dan usaha yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh informasi dari
berbagai sumber.
Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 67) berpendapat bahwa “ tipe Group
Investigation memiliki efek pengiring cukup banyak, antara lain meningkatkan
kemandirian peserta didik dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan kreativitas
peserta didik, meningkatkan kemampuan interpersonal ketika bekerja sama antara
peserta didik dan meningkatkan penalaran peserta didik”. Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan membagi
siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan mengutamakan
kerja sama antar siswa untuk menumbuhkan sikap peduli dan memberi kebebasan
kepada siswa untuk mencari materi atau informasi dari berbagai sumber.
11
2.1.4.2 Peran Guru dalam Model Pembelajaram Group Investigation (GI)
Menurut Slavin (2005: 215) “guru bertindak sebagai nara sumber dan
fasilitator”. Guru memberikan informasi dan instruksi yang jelas, berkeliling dalam
kelompok-kelompok untuk melihat bahwa dalam kelompok tersebut bisa
mengerjakan dan mengelola tugas-tugasnya, membantu kesulitan yang dihadapi oleh
siswa, memberikan dorongan kepada siswa sehingga siswa semangat dalam belajar
serta guru berperan dalam memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhir.
Guru juga berperan dalam mengatur jalannya diskusi dalam kelas dan
bertanggung jawab untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif agar
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan kegiatan diskusi yang dilakukan di
dalam kelas tidak menganggu kegiatan pembelajaran di kelas lain.
2.1.4.3 Sintak/ Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI)
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
(GI) menurut Huda (2013: 292) sebagai berikut:
1. Seleksi Topik
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 2 sampai 6
orang. Kemudian menentukan topik yang sebelumnya telah digambarkan lebih
dulu oleh guru. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik
maupun kemampuan akademik.
2. Perencanaan Kerja Sama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,
tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang
telah dipilih pada langkah selanjutnya.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah
sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-
menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh
pada langkah sebelumnya dan meringkasnya untuk dibacakan di depan kelas.
12
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyampaikan presentasi atas topik-topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat. Presentasi kelompok
dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Para siswa beserta bersama guru melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat
dilakukan pada setiap siswa secara individual maupun kelompok atau keduanya.
2.1.4.4 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)
Dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
(GI) terdapat kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation (GI) menurut Shoimin (2014: 81) antara lain:
a. Secara Pribadi
Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas.
Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif.
Rasa percaya diri dapat lebih meningkat.
Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah.
Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik.
b. Secara Sosial
Meningkatkan belajar bekerja sama.
Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru.
Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis.
Belajar menghargai pendapat orang lain.
Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
c. Secara Akademis
Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan.
Bekerja secara sistematis.
Mengembangkan dan melatih ketrampilan fisik dalam berbagai bidang.
Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya.
Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat.
Selalu berpikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga
didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
2.1.4.5 Kelemahan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
menurut Shoimin (2014: 82) antara lain:
Sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan.
13
Sulitnya memberikan penilaian secara personal.
Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation.
Model ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa
untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri.
Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.
Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami
kesulitan saat menggunakan model ini.
2.1.5 Model Pembelajaran Konvensional
2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional menurut Majid dan Rochman (2014: 184)
merupakan pembelajaran yang sudah terbiasa dilakukan oleh guru dan sifatnya
berpusat pada guru. Model pembelajaran konvensional dilakukan dengan
menggunakan cara tradisional atau cara yang lama, yaitu dalam penyampaian materi
pembelajaran masih mengandalkan ceramah. Ceramah menurut Rahyubi (2011: 236)
adalah sebuah metode atau cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan
menyampaikan materi, informasi atau pengetahuan secara lisan kepada siswa. Metode
ceramah menurut Ruminiati (2007: 2.4) merupakan metode mengajar yang digunakan
oleh guru dengan cara menjelaskan secara lisan disertai alat bantu visual. Sedangkan
ceramah menurut Abimanyu dkk (2009: 6.3) adalah “penyajian pelajaran oleh guru
dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan
cara penyampaian materi atau informasi kepada siswa yang biasa dilakukan oleh guru
dengan menggunakan cara tradisional yaitu dengan mengutamakan ceramah. Dalam
kegiatan pembelajaran ini pengajar memegang peranan utama dalam menentukan
materi dan langkah-langkah dalam menyampaikan atau mengajarkan materi pelajaran
kepada siswa. Siswa di dalam kelas mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru,
mencatat hal-hal yang penting dan mengerjakan soal atau tugas yang diberikan oleh
guru. Hal ini menjadikan siswa pasif, bosan, terbiasa hanya menerima apa yang
diberikan oleh guru dan bergantung pada guru. Dengan menggunakan model
14
pembelajaran ini, siswa yang berani bertanya akan bertanya dan terlihat menonjol
dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan siswa yang tidak berani bertanya
akan diam saja entah diam dalam arti mengerti atau tidak mengerti.
2.1.5.2 Kelebihan Model Pembelajaran Konvensional
Kelebihan model pembelajaran konvensional menurut Ruminiati (2007: 2.4)
sebagai berikut:
1. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
2. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
3. Lebih mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
4. Biaya lebih murah dan dapat sekaligus untuk orang banyak.
5. Sangat tepat untuk guru yang akan memulai mengenalkan materi.
2.1.5.3 Kelemahan Model Pembelajaran Konvensional
Kelemahan model pembelajaran konvensional menurut Ruminiati (2007: 2.4)
sebagai berikut:
1. Siswa dengan karakteristik audutif (mendengar) dapat menyerap
informasi lebih mudah.
2. Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka pembelajaran akan
terkesan membosankan.
3. Tidak memberi kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman.
2.1.5.4 Peran Guru dalam Model Pembelajaran Konvensional
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional menurut Rahyubi (2012: 247) adalah “sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing dan administrator”. Guru berperan sebagai pendidik berarti
guru berperan untuk membentuk sikap dan karakter siswa. Guru berperan sebagai
pengajar berarti guru sebagai penyalur dan penyampai informasi atau materi kepada
siswa. Guru harus dapat menguasai materi pelajaran karena dengan menguasai materi
ajar akan lebih yakin dalam merumuskan tujuan belajar mengajar di kelas sehingga
apa yang dipelajari siswa setelah selesai proses pembelajaran menjadi jelas, dapat
menyajikan materi pelajaran secara sistematis dan tidak loncat-loncat sehingga tidak
membuat siswa bingung. Guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan
15
materi ajar. Guru berperan sebagai administrator berarti dalam pelaksanaan
pembelajaran perlu diadministrasikan secara teliti dan baik. Menurut Abimanyu
(2009: 6.4) dalam menggunaan model pembelajaran konvensional agar siswa tidak
bosan dapat diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membangkitkan
konsentrasi siswa, menggunakan alat peraga untuk menarik perhatian siswa dan
mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan, menciptakan interaksi
antara guru-siswa, siswa-guru, siswa-siswa dan menggunakan gaya mengajar yang
bervariasi.
2.1.6 Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang berarti perantara atau pengantar. Media menurut Criticos dalam
Daryanto (2013: 4) merupakan “salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai
pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan”. Media menurut Trianto
(2010: 199) merupakan wadah dari pesan oleh sumber atau penyalurnya yang ingin
diteruskan kepada penerima pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan
pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai yaitu terjadinya proses belajar.
Asra dkk (2007: 5.5) mengemukakan bahwa “media pembelajaran merupakan
wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk
belajar. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung bahan belajar yang diterima
siswa diperoleh melalui media”. Menurut Susilana dan Riyana (2009:7) “media
pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah
pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran”.
Sedangkan media pembelajaran menurut Sanaky (2009: 3) adalah “sebuah alat yang
berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran”.
Dari beberapa pendapat diatas mengenai media pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu atau perantara yang
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan pengetahuan
atau informasi kepada siswa agar dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
16
2.1.6.1 Jenis Media Pembelajaran
Jenis media pembelajaran menurut Brets dalam Asra dkk (2007: 5.7) ada 7
yaitu:
1. Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada
televisi, televisi dan animasi.
2. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan
sound slide.
3. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.
4. Media visual bergerak, seperti: film bisu.
5. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.
4. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.
5. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Sedangkan Klasek dalam Asra dkk (2007: 5.8) membagi media pembelajaran
sebagai berikut: “1) media visual, 2) media audio, 3) media”display”, 4)
pengalaman nyata dan simulasi, 5) media cetak, 6) belajar terprogram, 7)
pembelajaran melalui komputer”.
Dari kedua pendapat tentang pengelompokan media di atas, menunjukkan
bahwa media pembelajaran beragam. Hal ini menjadikan guru untuk menggunakan
dan memanfaatkan media pembelajaran sesuai dengan materi dan karakteristik
siswa. Asra dkk (2007: 5.8) menyimpulkan bahwa media terdiri atas:
1. Media visual: yaitu media yang hanya dilihat, yang termasuk kelompok
visul, seperti foto, gambar, poster, grafik, kartun, torso, film bisu,
diorama.
2. Media audio: yaitu media yang hanya dapat didengar saja, seperti kaset
audia, radio, MP3 Player.
3. Media audio visual: yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat
“didengar sepert film bersuara, video, televisi.
4. Multimedia: yaitu media yang dapat menyajikan unsur media secara
lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film. Multimedia sering
diidentikan dengan komputer, internet dan pembelajaran berbasis
komputer (CBI).
5. Media realita: yaitu semua media nyata yang ada dilingkungan alam, baik
digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti
tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah dan
sebagainya.
17
2.1.6.2 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran menurut Sanaky (2009: 4) sebagai alat bantu
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Mempermudah proses pembelajaran di kelas.
2. Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.
3. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar.
4. Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.
Manfaat Media Pembelajaran menurut Sanaky (2009: 4 adalah sebagai
berikut:
1. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai
tujuan pembelajaran dengan baik.
3. Metode pembelajaran bervariasi, tidak semat-mata hanya komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak
bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
4. Pembelajar lebih banyak melalukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga
aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
2.1.7 Media Video
Media video menurut Sanaky (2009: 102) merupakan “seperangkat alat yang
dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara”. Media ini memadukan
gambar dan suara untuk membentuk karakter yang sama dengan obyek aslinya.
Daryanto (2013: 87) mengemukakan bahwa “video merupakan bahan ajar non cetak
yang kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara
langsung”.
Media video menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Prastowo (2011:
300) merupakan “tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara”. Media
video menurut Arsyad (2002: 94) harus mempertunjukkan sesuatu yang dapat
menarik perhatian semua siswa, jalinan logis keseluruhan program yang dapat
membangun rasa berkelanjutan, kemudian menuntun pada kesimpulan. Jadi media
18
video pembelajaran adalah media pembelajaran yang menyajikan gambar dan suara
mengenai materi pelajaran yang akan di pelajari dengan tujuan memudahkan siswa
untuk memahami dan menguasai materi pembelajaran.
2.1.7.1 Manfaat Video
Manfaat video dalam kegiatan pembelajaran menurut Prastowo (2011: 302)
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik.
2. Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin
dilihat.
3. Jika dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan, dapat
mendemonstrasikan perubahan waktu ke waktu.
4. Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya yang
dapat memicu diskusi peserta didik.
5. Menunjukkan cara penggunaan alat atau perkakas.
6. Memperagakan keterampilan yang akan dipelajari.
7. Menunjukkan tahapan prosedur.
8. Menghadirkan penampilan drama atau musik.
9. Menganalisis perubahan dalam periode waku tertentu.
10. Menyampaikan objek tiga dimensi.
11. Memperlihatkan diskusi atau interaksi antara dua atau lebih orang.
12. Memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu
keadaan tertentu, contohnya keadaan di geladak kapal, di dalam kapal
selam, dan sebagainya.
2.1.7.2 Kelebihan Media Video
Kelebihan media video menurut Sanaky (2009: 106) adalah sebagai berikut:
1. Menyajikan obyek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara
realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar.
2. Sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan
dapat menjadi pemacu atau memotivasi pembelajar untuk belajar.
3. Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik.
4. Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan
dengan teknik mengajar secara ceramah dan diskusi persoalan yang
ditayangkan.
5. Menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang obyek belajar yang
dipelajari pembelajar.
19
2.1.7.3 Kelemahan Media Video
Kelebihan media video menurut Sanaky (2009: 106) adalah sebagai berikut:
1. Pengadaannya memerlukan biaya yang mahal.
2. Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala
tempat.
3. Sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat memberi peluang untuk
terjadinya umpan balik.
4. Mudah tergoda untuk menayangkan video yang bersifat hiburan, sehingga
suasana belajar akan terganggu.
2.1.7.4 Rubrik Seleksi Video
Pemilihan media video pembelajaran dapat dilakukan dengan seleksi terhadap
berbagai video pembelajaran yang telah tersedia. Seleksi video pembelajaran ini
dilakukan agar video yang dipilih tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta
sesuai dengan usia siswa. Berikut ini rubrik seleksi video yang dapat digunakan untuk
memilih video menurut Smaldino dan Russel (2011: 430)
Area Penilaian Kualitas Tinggi Kualitas Sedang Kualitas Rendah
Selaras dengan
Standar, Hasil &
Tujuan
Standar/hasil/tujuan
tercapai dan
penggunaan video
meningkatkan
belajar siswa.
Standar/hasil/tujuan
sebagian tercapai
dan penggunaan
video mungkin
meningkatkan hasil
belajar.
Standar/hasil/tujuan
tidak tercapai dan
penggunaan video
sepertinya tidak
mungkin
meningkatkan belajar
siswa.
Informasi yang
Akurat & Terbaru
Informasi adalah
benar dan tidak
berisi material yang
telah usang.
Informasi adalah
benar, tetapi berisi
material yang telah
usang.
Informasi tidak benar
dan berisi material
yang telah usang.
Bahasa yang
Sesuai Usia
Bahasa yang
digunakan sesuai
Bahasa yang
digunakan hampir
Bahasa yang
digunakan tidak
20
dengan usia dan
kosakata bisa
dipahami.
sesuai umur dan
beberapa kosakata
di atas/di bawah
usia siswa.
sesuai umur dan
kosakata jelas tidak
sesuai dengan usia
siswa.
Tingkat
Ketertarikan &
Keterlibatan
Topik yang
disajikan membuat
siswa tertarik dan
aktif terlibat dalam
pembelajaran.
Topik yang
disajikan memikat
siswa di hampir
seluruh waktu dan
melibatkan
sebagian besar
siswa dalam
belajar.
Topik yang disajikan
tidak menarik para
siswa dan tidak
melibatkan mereka
dalam belajar.
Kualitas teknis Materi mewakili
teknologi media
yang terbaik yang
ada.
Materi mewakili
media yang
berkualitas baik,
meskipun terdapat
masalah
penggunaannya.
Materi mewakili
media yang tidak
dipersiapkan dengan
baik dan berkualitas
sangat buruk.
Mudah
Digunakan
(Pengguna
Mungkin Adalah
Para Siswa atau
Guru)
Materi mengikuti
pola mudah
diguankan tanpa
membingungkan
pengguna.
Material mengikuti
pola mudah
digunakan di
sebagian besar
waktu, dengan
sedikit hal yang
membingungkan
pengguna.
Material tidak
mengikuti pola dan
pengguna selalu
kebingungan.
Bebas Bias Tidak ada bukti
berupa bias atau
Terdapat sedikit
bukti bias atau
Terdapat banyak bukti
atau iklan.
21
iklan yang
meragukan.
iklan.
Panduan &
Arahan Pengguna
Panduan pengguna
merupakan sumber
daya terbaik untuk
digunakan dalam
sebuah mata
pelajaran. Arahan
membantu guru
dan/atau siswa
menggunakan
materi.
Panduan pengguna
merupakan sumber
daya bagus untuk
digunakan dalam
sebuah mata
pelajaran. Arahan
mungkin membantu
guru dan/ atau
siswa menggunakan
materi.
Panduan pengguna
merupakan sumber
daya yang jelek untuk
digunakan dalam
sebuah mata pelajaran.
Arahan tidak
membantu guru dan/
atau siswa
menggunakan materi.
Melaju dengan
Sesuai
Materi video
disajikan
sedemikian rupa
sehingga sebagian
besar siswa dapat
paham dan
memproses
informasi.
Material video
disajikan
sedemikian rupa
sehingga beberapa
siswa mulai
memahami dan
memproses
informasi.
Sebagian besar siswa
tidak bisa
menggunakan materi
untuk membuat
produk asli yang
mewakili belajar.
Penggunaan Alat
Bantu Belajar
Kognitif
(Tinjauan,
Petunjuk,
Rangkuman)
Materi video diatur
dengan baik dan
menggunakan alat
bantu belajar
kognitif.
Materi video diatur
cukup baik dan
menggunakan
beberpa alat bantu
belajar kognitif.
Materi video tidak
diatur dengan baik dan
tidak menggunakan
alat bantu belajar
kognitif.
22
2.1.8 Media Gambar
Dari bermacam-macam media pembelajaran yang paling sering digunakan
adalah gambar. Menurut Asra dkk (2007: 5.19) media gambar adalah “media visual
non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima
pesan (dari guru ke siswa)”. Menurut Susilana dan Riyana (2009: 16) media gambar
merupakan “media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui fotografi”.
Media gambar menurut Sanaky merupakan “media yang paling umum digunakan
orang, karena media ini mudah dimengerti, dapat dinikmati, mudah didapatkan dan
dijumpai di mana-mana, banyak memberikan penjelasan bila dibandingkan dengan
verbal”. Media gambar menurut Sadiman (2008: 29) merupakan “media yang paling
umum dipakai, karena merupakan bahasa yang dapat dimengerti dan dinimkati
dimana-mana”.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai media gambar, dapat disimpulkan
bahwa media gambar merupakan media visual atau media yang hanya dapat dilihat,
tidak bergerak dan digunakan untuk menyalurkan pengetahuan atau informasi dari
guru ke siswa yang mudah dimengerti dan mudah didapatkan. Kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan media gambar mempunyai kelebihan dan kelemahan.
2.1.8.1 Kelebihan Media Gambar
Kelebihan media gambar menurut Sanaky (2009: 70) adalah sebagai berikut:
1. Sifatnya konkret, lebih realis menunjukkan pada pokok masalah bila
dibandingkan dengan verbal semata.
2. Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu, artinya tidak semua benda,
obyek, peristiwa dapat dibawa ke kelas dan pembelajar tidak dapat dibawa
ke obyek tersebut. Maka perlu diciptakan dengan membuat gambar atau
foto benda tersebut.
3. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan panca indera. Misalnya
binatang bersel satu tak mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang,
tetapi dengan mikroskop. Apabila tidak mengguanakan mikroskop, maka
dapat direkayasa dengan bentuk gambar atau foto.
4. Memperjelas suatu sajian masalah dalam bidang apa saja dan untuk
tingkat usia berapa saja.
23
5. Media ini lebih murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan tanpa
memerlukan peralatan.
2.1.8.2 Kelemahan Media Gambar
Kelemahan media gambar menurut Sanaky (2009: 70) adalah sebagai berikut:
1. Lebih menekankan persepsi indera mata.
2. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
2.1.9 Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Berbantuan Media Video Pembelajaran dan Pembelajaran Konvensional
Berbantuan Media Gambar Berdasarkan Standar Proses
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru harus merancang pembelajaran
terlebih dahulu. Rancangan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir disebut Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Guru harus merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan
semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran, mengaktifkan siswa dan tidak
membosankan. Langkah-langkah penerapan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Group Investigation dalam pokok bahasan Perubahan Kenampakan
Permukaan Bumi dan Benda Langit sesuai standar proses dikelompokkan menjadi 3
yaitu, eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Berbantuan Media Video Pembelajaran
Langkah- langkah Pembelajaran :
1. Kegiatan Awal
- Guru menyiapkan alat-alat yang di perlukan dalam kegiatan pembelajaran
- Guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar pantai di LCD kepada
siswa kemudian menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan video untuk
mengarahkan siswa kepada materi yang akan dipelajari, misalnya:
- Siapa yang pernah ke pantai?
- Siapa yang suka bermain pasir di pantai?
24
- Siapa yang pernah naik kapal?
- Menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi:
Langkah 1: Seleksi Topik
a. Guru menayangkan video pembelajaran tentang perubahan kenampakan
permukaan bumi agar siswa tertarik dan mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan aktif.
b. Guru memberikan gambaran topik kepada siswa tentang materi perubahan
kenampakan permukaan bumi akibat pasang surut air laut.
c. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.
d. Siswa mengambil bendera yang telah disiapkan oleh guru sesuai dengan
nomer absen siswa.
e. Pembagian kelompok didasarkan pada kesamaan warna bendera yang diambil
oleh siswa yaitu merah, kuning, hijau, biru dan pink.
Langkah 2: Perencanaan Kerja Sama
f. Siswa yang mendapat bendera bertuliskan angka 1 menjadi ketua kelompok.
g. Siswa yang mendapat bendera bertuliskan angka 2 menjadi sekretaris.
h. Ketua kelompok memimpin pembagian tugas untuk anggotanya mencari
materi.
i. Sekretaris bertugas untuk menulis hasil diskusi kelompoknya.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi:
Langkah 3 Implementasi
a. Setiap kelompok mencari informasi melalui buku paket, buku LKS maupun
materi yang diberikan oleh guru, berkaitan dengan materi yang dipelajari yaitu
25
penyebab terjadinya pasang surut air laut, pengertian pasang surut air laut,
pengaruh pasang surut air laut terhadap pantai dan dermaga.
b. Guru berkeliling dalam setiap kelompok untuk memantau kemajuan setiap
kelompok dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Langkah 4: Analisis dan Sintesis
c. Setelah siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, kemudian
sekretaris menuliskan informasi yang diperoleh berkaitan dengan topik yang
menjadi tugas kelompok.
Langkah 5: Penyajian Hasil Akhir
d. Perwakilan dari setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menyampaikan
hasil kerja kelompoknya.
e. Kelompok lain menanyakan mengenai hal-hal yang kurang dipahami.
Langkah 6: Evaluasi
f. Guru memberikan penguatan tentang pekerjaan kelompok yang telah
diberikan.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal – hal
yang belum dipahami.
b. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru menguji pemahaman siswa dengan tanya jawab mengenai materi yang
telah dipelajari.
b. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
c. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
26
Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Konvensional Berbantuan Media Gambar
Langkah- langkah Pembelajaran :
1. Kegiatan Awal
- Guru menyiapkan alat-alat yang di perlukan dalam kegiatan pembelajaran
- Guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar pantai kepada siswa
kemudian menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan gambar untuk
mengarahkan siswa kepada materi yang akan dipelajari, misalnya:
- Siapa yang pernah ke pantai?
- Siapa yang suka bermain pasir di pantai?
- Siapa yang pernah naik kapal?
- Menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi:
a. Guru memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa tentang materi
perubahan kenampakan permukaan bumi yang disebabkan oleh pasang surut air
laut.
b. Guru menunjukkan beberapa gambar tentang materi perubahan kenampakan
permukaan bumi yang disebabkan oleh pasang surut air laut.
c. Siswa mengamati gambar yang disiapkan oleh guru.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi:
d. Siswa mengerjakan soal dengan teman sebangku untuk menyebutkan perubahan
kenampakan permukaan bumi yang disebabkan oleh pasang surut air laut serta
menyebutkan pengaruhnya.
e. Guru menjadi fasilitator dalam kegiatan kerja kelompok dengan teman
sebangku.
27
f. Siswa secara perwakilan maju ke depan kelas untuk membacakan hasil kerja
dengan teman sebangku.
g. Guru memberikan penguatan tentang pekerjaan kelompok yang telah diberikan.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
h. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal – hal yang
belum dipahami.
j. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru menguji pemahaman siswa dengan tanya jawab mengenai materi yang
telah dipelajari.
b. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
c. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
2.1.10 Hasil Belajar
Hasil belajar berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki siswa dalam
menyerap dan memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Hasil belajar
menurut Susanto (2013: 5) adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, baik
aspek kognitif, afektif dan psikomotor setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan
hasil belajar menurut Sudjana (2005: 22) perubahan tingkah laku seseorang yang
disebabkan oleh pengalaman belajar. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi bidang
kognitif, afektif dan psikomotor. Jadi hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku
siswa meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang disebabkan karena
pengalaman belajar. Hasil pembelajaran akan menjadi acuan bagi guru untuk
mengetahui ketercapaian proses pembelajaran yaitu memperbaiki proses
pembelajaran atau meningkatkan proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh
28
antara siswa satu dengan siswa lain tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh kemampuan
akademik yang berbeda dan pengalaman yang berbeda.
Jenis penilaian dilihat dari fungsinya menurut Sudjana (2005:5) dibagi
menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Penilaian Formatif
Penilaian formatif merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir
program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar
mengajar itu sendiri. Penilaian formatif berorientasi pada proses belajar
mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki
program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.
2. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit
program, yaitu catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya
adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Penilaian ini
berorientasi kepada produk, bukan kepada proses.
3. Penilaian Diagnostik
Penilaian diagnostik merupakan penilaian yang bertujuan untuk melihat
kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini
dilakukan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial.
4. Penilaian Selektif
Penilaian selektif merupakan penilaian yang bertujuan untuk keperluan
seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
5. Penilaian Penempatan
Penilaian penempatan merupakan penilaian yang ditujukan untuk mengetahui
ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan
penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan
belajar untuk program itu. Penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa
untuk menghadapi program belajar dengan kemampuan siswa.
Keberhasilan model pembelajaran Group Investigation (GI) berbantuan media
video pembelajaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari ketuntasan perolehan hasil
belajar IPA pada materi Perubahan Kenampakan Permukaan Bumi dan Benda
Langit. Pengukuran hasil belajar tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik tes
berupa tes formatif dalam bentuk pilihan ganda.
29
2.1.11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasliman dalam Susanto (2013: 12) mengemukakan bahwa hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara faktor
internal maupun ekternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi:
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan
belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Sudjana dalam Susanto (2013: 15) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai
oleh siswa dipengaruhi oleh faktor dalam siswa dan faktor dari luar. Faktor dari
dalam berupa kemampuan yang dimiliki siswa yaitu:
1. Kecerdasan Anak
Kecerdasan seseorang mempengaruhi cepat dan lambatnya penerimaan
informasi serta terpecahkan atau ttidaknya suatu permasalahan.
2. Kesiapan atau Kematangan
Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan individu atau organ-
organ berfungsi sebagaimana mestinya. Kesiapan atau kematangan ini
menentukan keberhasilan dalam belajar. Kematangan ini berkaitan dengan
minat dan kebutuhan anak.
3. Bakat Anak
Bakat merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk meraih
keberhasilan. Bakat berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat
tertentu, maka bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.
4. Kemauan Belajar
Membuat anak mau belajar merupakan salah satu tugas dari guru. Kemauan
belajar yang tinggi dengan rasa tanggung jawab berpengaruh positif terhadap
hasil belajar yang diraihnya. Kemauan belajar menjadi salah satu penentu
dalam mencapai keberhasilan belajar.
5. Minat
Minat merupakan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang minat
terhadap mata pelajaran tertentu maka akan memusatkan perhatiannya lebih
banyak daripada siswa lain. Hal ini menyebabkan siswa lebih giat belajar dan
akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
30
6. Model Penyajian Materi Pelajaran
Keberhasilan proses pembelajaran tergantung pula pada penyajian materi.
Penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik dan
mudah dipahami berpengaruh positif terhadap keberhasilan belajar.
7. Pribadi dan Sikap Guru
Belajar tidak hanya melalui bacaan atau melalui guru, tetapi melalui contoh
sikap, tingkah laku dan perbuatan. Guru yang kreatif dan penuh inovatif maka
siswa akan menirunya. Pribadi dan sikap guru yang baik tercermin dari sikap
yang ramah, lemah lembut, penuh perhatian, penuh kasih sayang, tidak cepat
marah, rajin, disiplin, serta bekerja dengan penuh dedikasi dan bertanggung
jawab dalam segala tindakan yang ia lakukan.
8. Suasana Pengajaran
Suasana pengajaran yang tenang, dialog yang kritis antara siswa dengan guru
dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa akan memberikan nilai
lebih pada proses pengajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat.
9. Kompetensi Guru
Guru yang mempunyai kemampuan-kemampuan profesional tertentu
diperlukan dalam membantu siswa belajar. Keberhasilan belajar akan
dipengaruhi oleh kemampuan guru yang profesional. Guru yang professional
adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan
baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar
mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dengan semestinya.
10. Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan
berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu, pantas dalam
dunia pendidikan lingkungan masyarakat akan ikut mempengaruhi
kepribadian siswa.. Kehidupan modern dengan keterbukaan seta kondisi yang
luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh kondisi masyarakat ketimbang
oleh keluarga dan sekolah.
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
antara lain : Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Nekodemus (2012) yang
berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group
Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa kelas IV SDN Bugel 02 semester II
tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat
pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajr siswa dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).
31
Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani, Petra Kristi dan Wartingsih,
Agustina Sri (2012) yang berjudul “Pengaruh Metode Group Investigation Terhadap
Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas III SD Negeri 1
Kemiri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Dari penelitian ini nilai post-test kelas eksperimen adalah 82 dan nilai post-test kelas
kontrol adalah 73,37. Sedangkan aktivitas siswa kelas eksperimen adalah 70,08 dan
aktivitas kelas kontrol adalah 61,48. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh metode Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar dan
aktivitas siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Koeswanti, Henny Dewi dan Vierwinto (2012)
yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV
SD Negeri Gendongan 03”. Dari uji t menunjukkan bahwa Ho ditolak karena nilai t
hitung tidak berada pada posisi antara nilai t tabel dan lebih besar dari nilai t
tabelnya (t hitung > t tabel) sehingga penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe group investigation lebih baik untuk diterapkan dari pada model ceramah untuk
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas IV SD Negeri Gendongan 03
Salatiga. Dari analisis tersebut disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh positif
dan signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
dengan model ceramah terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa
kelas IV di SD Negeri Gendongan Salatiga.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyorini, Rahayu (2014) yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Hasil
Belajar Matematika pada Materi Segiempat Siswa”. Penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Kledung Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 yang dibuktikan dengan
adanya perbedaan hasil belajar antara kedua kelas. Hasil post-test siswa kelas
eksperimen adalah 89,60 dan hasil post-test kelas kontrol adalah 76,30.
32
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan pemikiran dengan menerapkan model pembelajaran Group
Investigation (GI) siswa akan bekerja dalam kelompok yang heterogen (berbeda
jenis kelamin, karakter belajar, kepribadian dan kemampuan akademik). Melalui
kerja kelompok seperti ini akan semakin mengakrabkan peserta didik satu dengan
peserta didik lain sehingga akan berusaha saling membantu dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru. Selain dapat mengakrabkan, kerja kelompok akan
meningkatkan tanggung jawab siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
dengan dipadukan menggunakan media pembelajaan berupa video yang dapat
menarik perhatian siswa. Dengan menayangkan video di dalam kelas, siswa akan
tertarik dan mengamati video yang ditayangkan oleh guru kemudian muncul
pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang menunjukkan bahwa siswa sudah mulai aktif
berpikir dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan program pengalaman lapangan di SD Negeri Tegalrejo 02, siswa
sangat senang dan antusias ketika bekerja dengan teman untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru. Dengan menerapkan model pembelajaran Group
Investigation (GI) siswa diberi kebebasan penuh untuk menggunakan segala cara
dan berbagai sumber dalam menyelesaikan topik yang harus diselesaikan. Setelah
siswa selesai mengerjakan tugas kelompoknya, siswa akan mempresentasikannya di
depan kelas dengan penyajian yang berbeda-beda karena karakter peserta didik satu
sama lain berbeda. Dengan melakukan presentasi akan melatih ketrampilan siswa
berbicara di depan temannya sehingga dapat mengurangi rasa tidak percaya diri.
Dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI)
berbantuan media video pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan
naraumber. Pembelajaran tidak berpusat pada guru, tetapi pembelajaran berpusat
pada siswa. Siswa bebas mencari materi dari berbagai sumber dengan dampingan
dari guru. Model pembelajaran ini akan melatih dan membiasakan siswa untuk
33
berpikir logis, kritis, mandiri dan mampu membuat siswa aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis
sebagai berikut
H0: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
berbantuan media video pembelajaran tidak efektif terhadap hasil belajar IPA
pada siswa kelas IV SD N Tegalrejo 02 dan 03 Kota Salatiga Semester II
Tahun 2015/2016.
Ha: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
berbantuan media video pembelajaran efektif terhadap hasil belajar IPA pada
siswa kelas IV SD N Tegarejo 02 dan 03 Kota Salatiga Semester II Tahun
2015/2016.