bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 2.1.1 -...

29
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD 2.1.1.1 Pengertian IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dilihat dari segi istilah dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang berisi tentang pengetahuan yang ada alam. Benyamin (dalam Haris, 2006: 18) menyatakan IPA atau sains adalah sebuah pernyataan mengenai sebuah pengetahuan tentang alam melalui suatu metode seperti metode observasi dan metode mencocokkan hipotesis dengan yang diperoleh dari hasil observasi. Benyamin menitikberatkan kepada metode dan pengetahuan yang diakumulasikan sehingga IPA dapat berkembang secara revolusi. Menurut Wandy Praginda Ilmu Pengetahuan Alam adalaha sebuah makna alam dan berbagai peristiwa, fenomena, perilaku dan karaketristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori atau konsep melalui serangkaian proses ilmiah dari hasil kegiatan manusia. Teori ataupun konsep yang terstruktur ini menjadi sebuah inspirasi atas dasa terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka dalam pembelajaran IPA merupakan suatu proses kegiatan aktif peserta didik yang mendorong peserta didik untuk menemukan pengetahuannya sendiri dalam mempelajari alam melalui kegiatan ilmiah yang diharapkan untuk menghasilkan pemahaman konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta sikap ilmiah sehingga bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi

Upload: trinhcong

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat IPA SD

2.1.1.1 Pengertian

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dilihat dari segi istilah dapat diartikan

sebagai sebuah ilmu yang berisi tentang pengetahuan yang ada alam. Benyamin

(dalam Haris, 2006: 18) menyatakan IPA atau sains adalah sebuah pernyataan

mengenai sebuah pengetahuan tentang alam melalui suatu metode seperti metode

observasi dan metode mencocokkan hipotesis dengan yang diperoleh dari hasil

observasi. Benyamin menitikberatkan kepada metode dan pengetahuan yang

diakumulasikan sehingga IPA dapat berkembang secara revolusi.

Menurut Wandy Praginda Ilmu Pengetahuan Alam adalaha sebuah makna

alam dan berbagai peristiwa, fenomena, perilaku dan karaketristik yang dikemas

menjadi sekumpulan teori atau konsep melalui serangkaian proses ilmiah dari

hasil kegiatan manusia. Teori ataupun konsep yang terstruktur ini menjadi sebuah

inspirasi atas dasa terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk

kehidupan manusia.

Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,

pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal

tersebut maka dalam pembelajaran IPA merupakan suatu proses kegiatan aktif

peserta didik yang mendorong peserta didik untuk menemukan pengetahuannya

sendiri dalam mempelajari alam melalui kegiatan ilmiah yang diharapkan untuk

menghasilkan pemahaman konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta sikap ilmiah

sehingga bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik

untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi

12

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains

menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah.

2.1.1.2 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD

Kompetensi dasar merupakan sejumlah kecakapan yang harus dikuasai oleh

peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai penunjuk penyusunan

indikator kompetensi dalam suatu pelajaran ( Permendiknas No 41 tahun 2007

tentang Standar Proses). Kompetensi Dasar adalah suatu komponen dari silabus

yang mana berisikan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang harus dicapai

oleh peserta didik untuk menunjukkan bahwa peserta didik telah menguasai

standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itu kompetensi dasar

adalah suatu penjabaran dari standar kompetensi.

Dibawah ini merupakan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk

Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 semester 2.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

5. Memahami hubungan antara

gaya, gerak, dan energi, serta

fungsinya

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara

gaya, gerak dan energi melalui

percobaan (gaya gravitasi, gaya

gesek, gaya magnet)

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang

dapat membuat pekerjaan lebih

mudah dan lebih cepat

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya

melalui kegiatan membuat

suatu karya/ model

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

6.2 Membuat suatu karya/model,

misalnya periskop atau lensa dari

bahan sederhana dengan

menerapkan sifatsifat cahaya

Bumi dan Alam Semesta

7. Memahami perubahan yang

terjadi di alam dan

hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam

7.1 Mendeskripsikan proses

pembentukan tanah karena

pelapukan

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

7.3 Mendeskripsikan struktur bumi

13

7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan

kegiatan manusia yang dapat

mempengaruhinya

7.5 Mendeskripsikan perlunya

penghematan air

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam

yang terjadi di Indonesia dan

dampaknya bagi makhluk hidup dan

lingkungan

7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan

manusia yang dapat mengubah

permukaan bumi (pertanian,

perkotaan, dsb)

Berdasarkan Kompetensi Dasar IPA yang telah dipaparkan dalam tabel

guru dapat memiliki gambaran tentang materi yang akan diajarkan di Sekolah

Dasar.

2.1.1.3 Pembelajaran IPA SD

Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik

mampu memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

14

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dengan demikian pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat melatih untuk

mengembangkan kecakapan proses dan dapat melatih peserta didik untuk dapat

berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat

ilmiah yang ada di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan

kepada peserta didik sebisa mungkin disesuaikan dengan tingkat perkembangan

usia dan karakteristik peserta didik Sekolah Dasar, sehingga peserta didik dapat

menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

2.1.1.4 Penilaian IPA SD

Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Penilaian

meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik penilaian dan membuat

keputusan berdasar hasil penilaian tersebut. Penilaian memberi informasi kepada

guru tentang prestasi peserta didik terkait dengan tujuan pembelajaran. Dengan

informasi ini, guru dapat membuat keputusan berdasar hasil penilaian mengenai

apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan metode pembelajaran dan

memperkuat proses belajar peserta didik.

Menurut Arikunto (2002: 162) Bentuk-bentuk penilaian untuk mata

pelajaran IPA meliputi:

1. Penilaian Tertulis

Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil

test). Tes tertulis merupakan sekumpulan soal-soal yang diberikan kepada peserta

didik dalam bentuk tulisan. Aturan main dalam menjawab soal, peserta didik tidak

selalu harus merespon dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat dilakukan dalam

bentuk lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar atau sejenisnya. Tes

tertulis meliputi soal bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian,

jawaban singkat dan uraian.

2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dilakukan untuk menilai atas ketercapaiannya suatu

kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Penilaian ini

dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.

15

Cara penilaian ini dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang

dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Untuk

mata pelajaran IPA, penilaian semacam ini dapat dilakukan melalui kegiatan

seperti pengujian/penelitian, melakukan percobaan-percobaan, dan lain-lain.

3. Penilaian Proyek

Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang

harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu

kegiatan pengamatan sejak dari perencanaan, pengumpulan data,

pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Kegiatan ini umumnya

dilakukan dalam bentuk kelompok kecil, tetapi tidak menutup kemungkinan

menjadi tugas perorangan.

4. Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat

suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh

dari hasil akhir, namun juga proses pembuatannya.

5. Penilaian Sikap/Karakter

Penilaian sikap dalam mata pelajaran IPA dapat dilakukan berkaitan dengan

berbagai objek sikap antara lain: sikap terhadap mata pelajaran, guru mata

pelajaran, proses pembelajaran, materi pembelajaran, dan sikap-sikap yang

berhubungan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik melalui

materi tertentu.

6. Penilaian Portofolio

Portofolio adalah alat penilaian yang berupa kumpulan dokumen dan hasil

karya beserta catatan perkembangan belajar peserta didik yang disusun secara

sistematis, yang bertujuan untuk mendukung belajar tuntas. Adapun komponen

penilaian portofolio meliputi: Catatan guru, hasil pekerjaan peserta didik, dan

profil perkembangan peserta didik.

2.1.2 Model Pembelajaran

Menurut Trianto (2010: 51) menyatakan bahwa, model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam menyusun

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan, dan berfungsi

16

sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar untuk

merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar.

Joyce dan Weill mendeskripsikan model pembelajaran sebagai suatu pola

atau rancangan yang dapat digunakan untuk membuat suatu kurikulum,

menciptakan materi-materi instruksional, dan sebagai suatu panduan dalam proses

pengajaran di ruang kelas atau di buat suasana yang berbeda. Model pembelajaran

ini umumnya disusun berdasarkan berbagai macam prinsip atau teori

pengetahuan. Para pakar menyusun model pembelajaran berdasarkan teori-teori

psikologis, sosiologis, analisis sistem, prinsip-prinsip pembelajaran atau teori-

teori yang mendukung. Berdasarkan pengertian yang sudah dipaparkan oleh

beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan materi

pembelajaran atau informasi kepada peserta didik dalam proses pembelajaran

guna untuk mencapai tujuan pembelajaran secara sistematis.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran kooperatif

(Cooperative learning) menurut Slavin (2005: 4-8) yang merujuk pada berbagai

macam model pembelajaran kelompok yang berfungsi untuk saling bekerja sama.

Adapun dalam kelompok tersebut, peserta didik dibagi menjadi beberapa

kelompok kecil yang didalamnya terdiri dari berbagai tingkat prestasi, etnik

budaya dan jenis kelamin yang berbeda untuk saling kerja sama dalam

mempelajari materi pelajaran. Agus Suprijono (2013: 54) mengemukakan jika

model pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua

jenis kerja kelompok, baik kelompok yang dipimpin oleh peserta didik ataupun

bentuk-bentuk kelompok yang dipimpin oleh guru secara langsung dan hanya

diarahkan oleh guru.. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih

diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan

serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu

17

peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya

menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Sanjaya (2004) mengungkapkan bahwa model pembelajaran berkelompok

adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-

kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

kooperatif dikenal dengan model pembelajran kelompok.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

yang menempatkan peserta didik dalam kelompok kecil yang anggotanya bersifat

heterogen atau berbeda, terdiri dari peserta didik dengan prestasi tinggi, sedang,

dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda

untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar hasil

belajar semua anggota maksimal.

2.1.4. Model Pembelajaran Snowball Throwing

2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya

melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola

salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang

berisi pertanyaan yang dibuat oleh peserta didik kemudian dilempar kepada

temannya sendiri untuk dijawab.

Menurut Suprijono (2013: 105) “Metode Pembelajaran Snowball Throwing

disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”. Metode pembelajaran

ini melatih peserta didik untuk lebih tanggap menerima pesan dari peserta didik

lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan

tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Snowball Throwing adalah

paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni:

belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar

hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri

(learning to be) (Depdiknas, 2001: 5).

18

2.1.4.2 Karakteristik Model Pembelajaran Snowball Throwing

Model Snowball Throwing memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:

1. Peserta didik bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi

akademis.

2. Peserta didik diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk melatih pemahaman

peserta didik seputar materi.

3. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada

hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa

sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu peserta

didik.

4. Peserta didik belajar bekerjasama, peserta didik juga harus belajar bagaimana

membangun kepercayaan diri.

5. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu

a. Kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing

Metode Snowball Throwing mempunyai beberapa kelebihan yang semuanya

melibatkan dan keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran. Kelebihan dari

metode Snowball Throwing adalah :

a) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena peserta didik seperti

bermain dengan melempar bola kertas kepada peserta didik lain.

b) Peserta didik mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan

berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada

peserta didik lain.

c) Membuat peserta didik siap dengan berbagai kemungkinan karena peserta

didik tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.

d) Peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran.

e) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena peserta didik terjun

langsung dalam praktek.

f) Pembelajaran menjadi lebih efektif.

g) Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai.

19

a. Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing

Disamping terdapat kelebihan tentu saja metode Snowball Throwing juga

mempunyai kekurangan. Kelemahan dari metode ini adalah:

a) Sangat bergantung pada kemampuan peserta didik dalam memahami materi

sehingga apa yang dikuasai peserta didik hanya sedikit.

b) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi

penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan

waktu yang tidak sedikit untuk peserta didik mendiskusikan materi pelajaran.

c) Memerlukan waktu yang panjang.

d) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.

e) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

2.1.4.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing

Menurut Suprijono (20013: 128), langkah-langkah pembelajaran metode

Snowball Throwing adalah:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin

dicapai.

2. Guru membentuk peserta didik berkelompok, lalu memanggil masing-

masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada

temannya.

4. Masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk

menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan

dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 15

menit.

6. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Guru mengevaluasi dan menutup pembelajaran.

20

2.1.4.4 Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran Snowball

Throwing

Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-117) menyebutkan bahwa sebuah

model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model,

komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi

kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat

yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu

hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak

pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu.

Komponen-komponen dari model pembelajaran Snowball Throwing yaitu sebagai

berikut.

1. Sintagmatik

Sintagmatik atau struktur model pembelajaran Snowball Throwing menurut

Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 318) tahap pertama menyampaikan tujuan dan

memotivasi peserta didik, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan

dipelajari. Tahap kedua, menyajikan informasi Guru menyajikan sebuah masalah

yang memancing perhatian dan kehebohan peserta didik. Penyajian masalah

tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman atau dapat

juga melalui penayangan video/gambar. Dalam kaitan dengan materi

pembelajaran yaitu gaya dan energi serta fungsinya, masalah disajikan dalam

bentuk percobaan. Tahap ketiga, mengorganisasikan peserta didik ke dalam

kelompok-kelompok belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efektif dan efisien. Model pembelajaran Snowball

Throwing ini peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-

masing kelompok diwakili seorang ketua kelompok untuk mendapatkan tugas dari

guru.

Tahap keempat, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Memanggil

ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian tugas. Meminta ketua

kelompok untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggotanya.

21

Memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta kelompok

tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang dijelaskan guru. Meminta

setiap kelompok untuk menggulung dan melemparkan kepada kelompok yang

lain. Meminta setiap kelompok untuk menuliskan jawaban atas pertanyaan yang

didapat dari kelompok lainnya. Tahap kelima, evaluasi. Guru mengevaluasi hasil

belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing

mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap ke enam, memberikan penghargaan.

Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.

2. Prinsip reaksi

Peran guru dalam model Snowball Throwing ini adalah sebagai seorang

fasilitator yang secara langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu pese

dalarta didik dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok)

serta beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian. Selain itu guru juga berfungsi

sebagai seorang konselor akademik.

3. Sistem sosial

Sistem sosial dalam model pembelajaran ini menjunjung tinggi kerja sama

dan tanggung jawab dalam kelompok. Dimana dapat tercermin dari sikap saling

menghargai apabila terjadi perbedaan pendapat. Sehingga melalui kegiatan

kelompok ini diharapkan akan muncul sikap demokratis, kooperatif dan tanggung

jawab.

4. Daya dukung

Sistem pendukung dalam model Snowball Throwing ini harus sesuai dengan

semua kebutuhan peserta didik. Lingkungan harus mampu merespon berbagai

tuntutan peserta didik yang bermacam-macam. Guru dan peserta didik harus bisa

menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat mereka membutuhkannya.

5. Dampak instruksional dan dampak pendukung

Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai

langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang

diharapkan. Adapun dampak instruksional dalam model Snowball Throwing pada

pembelajaran IPA dengan materi bumi dan alam semesta melalui model

pembelajaran Snowball Throwing adalah kemampuan menjelaskan pentingnya air,

22

kemampuan menjelaskan lapisan bumi dan funproses daur air, kemampuan

mengidentifikasi kegiatan manusia yang mempengaruhi air dan kemampuan

menyebutkan cara penghematan air.

Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu

proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami

langsung oleh para peserta didik tanpa pengarahan langsung dari pengajar.

Dampak pengiring yang didapatkan peserta didik dalam pembelajaran IPA dengan

materi bumi dan alam semesta melalui model Snowball Throwing adalah

demokratis, kerja sama, tanggung jawab, komunikatif dan disiplin. Dampak

pengiring hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati

berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai.

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Snowball Throwing

digambarkan dalam bagan berikut.

Gambar 2.1 Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran

Snowball Throwing

Snowball Throwing

Bertanggung

jawab

Komunikatif

Demokratis

Disiplin

Kerja sama

kemampuan menjelaskan

pentingnya air

kemampuan menjelaskan

proses daur air

Kemampuan

mengidentifikasi kegiatan

manusia dan daur air

Kemampuan menyebutkan

cara menghematan air

Keterangan

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

23

2.1.5.1 Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam

Pembelajaran.

Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model

Snowball Throwing

Syntax Snowball

Throwing

Kegiatan guru Kegiatan siswa

Penyajian kelas - Guru menjelaskan

Kompetensi Dasar dan

materi.

- Menjelaskan

pentingnya air

- Menjelaskan proses

daur ulang air

- Menjelaskan kegiatan

manusia yang

mempengaruhi daur air

- Menjelaskan cara

menghemat penggunaan

air

- Mendengarkan guru

saat menyampaikan

tujuan dan materi.

- Siswa dapat

mendeskripsikan

pentingnya air dengan

benar.

- Siswa mampu

mendeskripsikan

proses daur air.

- Siswa dapat

mendeskripsikan

kegiatan manusia yang

mempengaruhi air

- Siswa dapat

menyebutkan cara

menghemat

penggunaan air.

Belajar kelompok Guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok

secara heterogen.

- Guru membagi siswa

berdasarkan kelompok

belajar yang sudah ada

- Guru menunjuk salah

satu siswa sebagai ketua

kelompok

- Guru memberi instruksi

pada ketua kelompok

untuk memberi

penjelasan materi yang

didapatkannya.

Siswa bekerja secara

kelompok sesuai aba-aba

guru.

- Siswa berkelompok

sesuai dengan

kelompok belajar.

- Salah satu siswa dipilih

untuk menjadi ketua

kelompok.

- Ketua kelompok

mendapat aba-aba dari

guru mengenai materi

dan menjelaskan

kembali kepada

anggotanya.

Pembagian tugas - Guru memberi arahan

kelompok membuat

pertanyaan tentang

materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua.

- Siswa mendengarkan

arahan dari guru untuk

membuat pertanyaan

dari materi yang sudah

dijelaskan ketua

24

- Guru memberikan

lembar kertas kerja

untuk menuliskan

pertanyaan menyangkut

materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua

kelompok.

kelompoknya.

- Siwa mendapatkan

lembar kertas untuk

menuliskan pertanyaan

sesuai dengan materi.

Tanya jawab - Guru memberi arahan

kepada siswa untuk

membuat bola dari

kertas berisi pertanyaan .

- Setelah membuat bola,

guru menyuruh siswa

melemparkan bola pada

siswa yang lain diluar

kelompoknya untuk

menjawab pertanyaan

- Siswa membuat bola

dari kertas yang berisi

pertanyaan yang telah

dibuatnya.

- Siswa setelah membuat

bola, bola dilemparkan

pada siswa yang lain

agar dapat menjawab

pertanyaan.

Kesimpulan dan

evaluasi

- Guru memberikan

kesimpulan tentang

kegiatan pembelajaran.

- Guru memberi

kesempatan kepada

peserta didik jika ada

materi yang kurang

jelas.

- Guru menjawab

pertanyaan

- Guru memberikan

penguatan kepada siswa

dengan memberikan soal

- Siswa membuat

rangkuman dari hasil

kegiatan pembelajaran.

- Siswa melakukan tanya

jawab pada guru jika

ada materi yang kurang

jelas.

- Siswa mencatat

penjelasan guru.

- Siswa mengerjakan

soal sebagai

penguatan.

Rancangan komponen kegiatan Snowball Throwing akan terlaksana dengan

baik jika ada jaminan kualitas pembelajaran melalui pengamatan. Pada tahap

pertama atau langkah pertama adalah penyajian kelas yang dilakukan antara lain

(1) Guru menjelaskan Kompetensi Dasar dan materi, adapun siswa mendengarkan

guru menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Guru mendeskripsikan menjelaskan

pentingnya air, menjelaskan proses daur ulang air, menjelaskan kegiatan manusia

yang mempengaruhi daur air dan menjelaskan cara menghemat penggunaan air.

Adapun siswa mendengarkan guru saat menjelaskan pentingnya air, proses daur

25

ulang air, kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan cara menghemat

penggunaan air.

Tahap kedua adalah belajar kelompok dalam tahap ini kegiatan yang

dilakukan antara lain, (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

secara heterogen sedangkan siswa berkelompok sesuai dengan kelompok belajar.

(2) Guru menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok, siswa menunjuk

salah satu anggota sebagai ketua kelompok, (3) Guru memberi instruksi kepada

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi yang

didapatkannya, sedangkan siswa yang dipilih menjadi ketua kelompok setelah

mendapat instruksi dari guru mengenai materi menjelaskan kembali kepada

anggota kelompoknya.

Tahap ketiga adalah pembagian tugas, dalam tahap ini (1) Guru

menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, siswa mendengarkan

penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari daur air. (2) Guru memberi

kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi daur air,

sedangkan siswa mendapat kesempatan dari guru untuk membaca dan

mempelajari materi dan siswa dapat berdiskusi menyelesaikan masalah.

Tahap keempat adalah tanya jawab, dalam tahap ini (1) Guru memberikan

arahan kepada siswa untuk membuat bola dari kertas berisi pertanyaan, sedangkan

siswa membuat bola dari kertas yang berisi pertanyaan yang telah dibuatnya. (2)

Setelah membuat bola dari kertas. Guru mengintruksi siswa melempar bola pada

siswa lain diluar kelompoknya untuk menjawab pertanyaan, sedangkan siswa

setelah membuat bola, bola dilemparkan pada siswa yang lain agar dapat

menjawab pertanyaan.

Tahap kelima adalah kesimpulan dan evaluasi. (1) Tahap ini guru

memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran, siswa membuat

rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran. (2) Guru bertanya atau memberi

kesempatan siswa jika ada materi yang kurang jelas, siswa melakukan tanya

jawab pada guru mengenai materi yang belum jelas. (3) guru menjawab

pertanyaan siswa, sedangkan siswa mencatat penjelasan guru. (4) Guru memberi

26

penguatan dengan memberikan soal-soal, adapun siswa mengerjakan soal-soal

yang diberikan oleh guru sebagai penguatan.

2.1.5. Model Pembelajaran Talking Stick

2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Slavin (1995) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Stick merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan

pembelajaran yang mampu mengaktifkan peserta didik. Dalam model

pembelajaran ini peserta didik dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada

peserta didik yang lainnya. Sehingga peserta didik harus mampu bertanggung

jawab terhadap diri sendiri dan peserta didik juga harus percaya diri dan yakin

dalam menyelesaikan masalah.

2.1.5.2 Karakteristik Model Pembelajaran Talking Stick

Metode Talking Stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena

memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskanmateri belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi,sedang

dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,jenis

kelamin yang berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, guru

membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota yang heterogen.

Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau

minat. Setiap kelompok selanjutnya berdiskusi dan mempelajari materi pelajaran.

Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran yang

ada dalam kelompok sama seperti Snowball Throwing. Tetapi dalam penerapan

model pembelajaran ini dengan memanfaatkan sebuah tongkat, oleh sebab itulah

disebut Talking Stick (tongkat berbicara). Pada model pembelajaran Snowball

Throwing setiap peserta didik membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola lalu

27

dilempar ke peserta didik lain. Bagi kelompok yang memegang tongkat terlebih

dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru. Sebelumnya peserta didik sudah

mempelajari materi pokoknya. Kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai

semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

a. Kelebihan model pembelajaran Talking Stick

a) menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran

b) melatih peserta didik memahami materi dengan cepat

c) memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran

dimulai)

d) Peserta didik berani mengemukakan pendapat

e) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih

baik

b. Kelemahan model pembelajaran Talking Stick

a) Guru kesulitan melakukan pengawasan.

b) Ketenangan kelas kurang terjaga

2.1.5.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick

Menurut Slavin (2005), menjelaskan bahwa sintaks atau langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick, yaitu

sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

2. Guru menyiapkan sebuah tongkat.

3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan

mempelajari materi lebih lanjut.

4. Setelah peserta didik selesai membaca materi/buku pelajaran dan

mempelajarinya, peserta didik menutup bukunya dan mepersiapkan diri

menjawab pertanyaan guru.

5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu

guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat

tersebut harus menjawabnya, jika peserta didik sudah dapat menjawabnya

maka tongkat diserahkan kepada peserta didik lain. Demikian seterusnya

28

sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap

pertanyaan dari guru.

6. Guru memberikan kesimpulan.

7. Evaluasi.

Sintak pembelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi

pokok, peserta didik mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil

tongkat dan memberikan tongkat kepada peserta didik dan peserta didik yang

kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad peserta

didik lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing

kesimpulan-refleksi-evaluasi.

Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok,

pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok,

bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada

kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan,

refleksi dan evaluasi

2.1.5.4 Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran Talking Stick

Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyebutkan bahwa sebuah

model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks, komponen prinsip reaksi atau

peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung berupa sarana

prasarana pelaksanaan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar

peserta didik sesuai tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai

akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu. Komponen-

komponen dari model pembelajaran Talking Stick yaitu sebagai berikut.

1. Sintakmatik

Sintagmatik atau struktur model pembelajaran Talking Stick menurut Joyce,

Weil dan Calhoun (2009: 318) tahap pertama menyampaikan tujuan dan

memotivasi peserta didik. Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan

dicapai pada kegiatan pelajaran dan memotivasi peserta didik belajar. Tahap

kedua, menyajikan informasi. Guru menyajikan sebuah masalah yang memancing

perhatian dan kehebohan peserta didik. Penyajian masalah tersebut dapat

dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman atau dapat juga melalui

29

penayangan video/gambar. Dalam kaitan dengan materi pembelajaran yaitu gaya

dan energi serta fungsinya, masalah disajikan dalam bentuk percobaan. Tahap ke

tiga, mengorganisir peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru

menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok

belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif

dan efisien.

Tahap ke empat, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru

menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi. Setelah

selesai mempelajari materi, peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil

tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan

pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus

menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat

bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru. Tahap ke lima, evaluasi. Guru

mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-

masing mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap ke enam, memberikan

penghargaan. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.

2. Prinsip Reaksi

Peran guru dalam model Talking Stick ini adalah sebagai seorang fasilitator

yang langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu pembelajar dalam

merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok), penyaji materi serta

beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian.

3. Sistem sosial

Sistem sosial dalam model pembelajaran ini menjunjung tinggi nilai-nilai

demokratis dan diatur oleh suatu kesepakatan dalam kelompok. Sistem sosial

dalam kegiatan diskusi berupa sikap saling menghargai pendapat yang

dikemukakan oleh setiap anggota kelompok, dan kerja sama dalam melakukan

diskusi bumi dan alam semesta. Sehingga melalui kegiatan kelompok tersebut,

diharapkan akan muncul sikap demokratis, kooperatif dan bertanggung jawab.

30

4. Daya dukung

Sistem pendukung dalam model Talking Stick ini harus ekstensif dan

responsif terhadap semua kebutuhan peserta didik. Lingkungan harus mampu

merespon berbagai tuntutan pembelajar yang bermacam-macam. Guru dan peserta

didik harus bisa menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat mereka

membutuhkannya.

5. Dampak instruksional dan dampak pendukung

Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai

langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang

diharapkan. Dampak instruksional adalah kemampuan menjelaskan pentingnya

air, kemampuan menjelaskan lapisan bumi dan funproses daur air, kemampuan

mengidentifikasi kegiatan manusia yang mempengaruhi air dan kemampuan

menyebutkan cara penghematan air.

Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu

proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami

langsung oleh para peserta didik tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dari

segi dampak pengiring melalui model Talking Stick diharapkan dapat terbentuk

kemampuan kemandirian sebagai pembelajar seperti mempunyai rasa ingin tahu

yang tinggi sehingga berusaha untuk mencari tahu sendiri pengetahuannya,

bekerja secara ilmiah dan bertanggung jawab.

Dampak pengiring melalui model Talking Stick adalah kerja sama, mandiri,

tanggung jawab, komunikatif, kesiapan dan disiplin. Dampak pengiring hanya

mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai

kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai. Dampak

instruksional dan dampak pengiring dalam model Talking Stick digambarkan

dalam bagan berikut.

31

Gambar 2.2 Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran

Talking Stick

2.1.5.5 Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dalam Pembelajaran

Tabel 2.3 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model Talking

Stick

Syntax Talking Stick Kegiatan guru Kegiatan siswa

Penyempaian kompetensi - Guru menjelaskan

Kompetensi Dasar

dan materi.

- Menjelaskan

pentingnya air

- Menjelaskan proses

daur ulang air

- Menjelaskan kegiatan

manusia yang

mempengaruhi daur

- Mendengarkan guru

saat menyampaikan

tujuan dan materi.

- Siswa dapat

mendeskripsikan

pentingnya air dengan

benar.

- Siswa mampu

mendeskripsikan

proses daur air.

- Siswa dapat

mendeskripsikan

Talking Stick

Mandiri

Komunikati

f

Disiplin

Kerja sama

kemampuan menjelaskan

pentingnya air

kemapuan menjelaskan

proses daur air

kemampuan menjelaskan

kegiatan manusia dan

daur air

Kemampuan

menyebutkan cara

menghematan air

Keterangan

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Menghargai

Kesiapan

32

air

- Menjelaskan cara

menghemat

penggunaan air

kegiatan manusia

yang mempengaruhi

air

- Siswa dapat

menyebutkan cara

menghemat

penggunaan air.

Pembentukan kelompok Guru membagi siswa

menjadi beberapa

kelompok secara

heterogen.

- Guru membagi siswa

berdasarkan

kelompok belajar

yang sudah ada

- Guru menunjuk ketua

kelompok

- Guru memberi

instruksi pada ketua

kelompok untuk

memberi penjelasan

materi yang

didaptkannya.

Siswa bekerja secara

kelompok sesuai aba-aba

guru.

- Siswa berkelompok

sesuai dengan

kelompok belajar.

- Salah 1 siswa dipilih

untuk menjadi ketua

kelompok.

- Ketua kelompok

mendapat aba-aba

dari guru mengenai

materi dan

menjelaskan kembali

kepada anggotanya.

Penyajian materi - Guru menyampaikan

materi pokok yang

akan dipelajari

- Guru memberi

kesempatan kepada

kelompok untuk

membaca dan

mempelajari materi.

- Guru memberi

instruksi pada siswa

untuk melakukan

diskusi membahas

masalah yang ada

dalam wacana.

- Siswa mendengarkan

penjelasan guru

mengenai materi

yang akan dipelajari

- Siswa mendapat

kesempatann dari

guru untuk membaca

dan mempelajari

materi.

- Siswa berdiskusi

menyelesaikan

masalah yang

terdapat dalam

wacana.

Penaman konsep - Guru mengambil

tongkat dan

menjelaskan fungsi

dan aturan main

menggunakan

- Siswa mendengarkan

penjelasan guru

mengenai aturan

main dan fungsi

tongkat yang

33

tongkat.

- Guru memberikan

tongkat pada salah

satu siswa, setelah itu

guru memberikan

pertanyaan dan siswa

yang memegang

tongkat harus

mejawabnya.

ditunjukkan guru.

- Siswa yang pertama

kali mendapat

tongkat akan

mendapatkan sebuah

pertanyaan, dan siswa

tersebut harus

menjawab pertanyaan

dari guru begitu

seterusnya.

Kesimpulan dan evaluasi - Guru memberikan

kesimpulan tentang

kegiatan

pembelajaran.

- Guru memberi

kesempatan kepada

peserta didik jika ada

materi yang kurang

jelas.

- Guru menjawab

pertanyaan

- Guru memberikan

penguatan kepada

siswa dengan

memberikan soal

- Siswa membuat

rangkuman dari hasil

kegiatan

pembelajaran.

- Siswa melakukan

tanya jawab pada

guru jika ada materi

yang kurang jelas.

- Siswa mencatat

penjelasan guru.

- Siswa mengerjakan

soal-soal dari guru

sebagai penguatan.

Rancangan komponen kegiatan Talking Stick akan terlaksana dengan baik

jika ada jaminan kualitas pembelajaran melalui pengamatan. Pada tahap pertama

atau langkah pertama adalah penyampaian kompetensi yang dilakukan antara lain

(1) Guru menjelaskan Kompetensi Dasar dan materi, adapun siswa mendengarkan

guru menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Guru mendeskripsikan menjelaskan

pentingnya air, menjelaskan proses daur ulang air, menjelaskan kegiatan manusia

yang mempengaruhi daur air dan menjelaskan cara menghemat penggunaan air.

Adapun siswa mendengarkan guru saat menjelaskan pentingnya air, proses daur

ulang air, kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan cara menghemat

penggunaan air.

34

Tahap kedua adalah pembentukan kelompok dalam tahap ini kegiatan yang

dilakukan antara lain, (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

secara heterogen sedangkan siswa berkelompok sesuai dengan kelompok belajar.

(2) Guru menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok, siswa menunjuk

salah satu anggota sebagai ketua kelompok, (3) Guru memberi instruksi kepada

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, sedangkan siswa

yang dipilih menjadi ketua kelompok setelah mendapat instruksi dari guru

menjelaskan kembali kepada anggota kelompoknya.

Tahap ketiga adalah penyajian materi, dalam tahap ini (1) Guru

menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, siswa mendengarkan

penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari daur air. (2) Guru memberi

kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi daur air,

sedangkan siswa mendapat kesempatan dari guru untuk membaca dan

mempelajari materi dan siswa dapat berdiskusi menyelesaikan masalah.

Tahap keempat adalah penanaman konsep. (1) Tahap ini guru menjelaskan

fungsi dan aturan main menggunakan tongkat, sedangkan siswa mendengarkan

penjelasan guru mengenai aturan main dan fungsi tongkat yang diperlihatkan

guru. (2) Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa setelah itu guru

memberikan pertanyaan pada siswa yang memegang tongkat. Adapun kegiatan

yang dilakukan siswa yang mendapat tongkat harus akan mendapat pertanyaan

dari guru dan harus menjawab pertanyaan tersebut, begitu seterusnya.

Tahap kelima adalah kesimpulan dan evaluasi. (1) Tahap ini guru

memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran, siswa membuat

rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran. (2) Guru bertanya atau memberi

kesempatan siswa jika ada materi yang kurang jelas, siswa melakukan tanya

jawab pada guru mengenai materi yang belum jelas. (3) guru menjawab

pertanyaan siswa, sedangkan siswa mencatat penjelasan guru. (4) Guru memberi

penguatan dengan memberikan soal-soal, adapun siswa mengerjakan soal-soal

yang diberikan oleh guru sebagai penguatan.

35

2.1.6 Hasil Belajar IPA

Indikator untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan pembelajaran salah

satunya ialah dengan melakukan pengukuran terhadap proses pembelajaran yang

telah dilakukan oleh peserta didik yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar

menjadi puncak dari suatu proses pembelajaran. Hasil belajar tidak haya terbatas

pada aspek kognitif saja tetapi dapat juga dalam aspek afektif dan aspek

psikomotorik.

Dimyati menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu perbuatan

berdasarkan tindakan belajar dan tindakan mengajar. Winkel (dalam Dimyati,

20106: 4) juga berpendapat, hasil belajar adalaha sebuah bukti yang menjadi

petunjuk dalam keberhasilan sesorang dalam melakukan kegiatan belajar

pembelajaran berdasarkan skor atau nilai yang berhasil didapatkannya.

Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2010: 22) ialah kecakapan yang

dimiliki oleh peserta didik seusai peserta didik tersebut menerima pengalaman

belajar. Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2010: 22) mengelompokkan hasil

belajar menjadi 3 macam, yaitu Pengetahuan dan pengertian, ketrampilan dan

kebiasaan, sikap dan cita-cita. Hal tersebut sefrekuensi dengan Benyamin Bloom

yang membagi kriteria hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah

afektif dan psikomotoris.

Sehingga dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah sebuah bukti dari keberhasilan peserta didik dalam mengikuti

proses pembelajaran yang berupa kecakapan yang dimiliki dari segi aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebagian besar guru melakukan penilaian

hasil belajar dari segi kognitif, yaitu melalui tes tertulis maupun lisan, baik tes

formatif maupun tes sumatif.

Keefektifan model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini dapat

dilihat dari ketuntasan perolehan hasil belajar IPA pada materi energi dan

perubahannya menggunakan model Snowball Throwing dan Talking Stick.

Pengukuran hasil belajar tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik tes

berupa tes sumatif dalam bentuk uraian singkat.

36

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan

dilaksanakan saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Pramukantaro (2013)

menunjukkan bahwa terdapat hasil yang cukup signifikan dari perpaduan model

pembelajaraan kooperatif tipe Talking Stick dengan Snowball Throwing. Hal

tersebut dibuktikan dengan rata-rata hasil pretest sebesar 52,7406 dan rata-rata

hasil posttes sebesar 77,984. Berdasarkan hal tersebut hasil belajar siswa

menunjukkan peningkatan yang signifikas sebesar 25,24375. Jadi dapat

disimpulkan bawa hasil belajar setelah menggunakan perpaduan model Snowball

Throwing dan Talking Stick lebih baik dari hasil belajar sebelum menggunakan

perbaduan dua model tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Riris Arianti (2013) menunjukkan bahwa

penerapan metode pembelajaran Talking Stick dan Snowball Throwing dapat

meningkatkan pemahaman pembelajaran peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan

adanya peningkatan daya serap terhadap bahan pengajaran, pemahaman peserta

didik dalam diskusi kelas dan diskusi kelompok, serta peserta didik benar dalam

membuat pertanyaan dan menyelesaikan soal tes dari guru. Pada pra tindakan

persentase peserta didik yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

sebesar 28% (11 peserta didik) dan peserta didik yang belum memenuhi Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 32,14% (9 peserta didik) dan peserta didik

yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 67,86% (19

peserta didik).

Penelitian yang dilakukan oleh Herawati dan Zulkarnain (2013)

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata- rata prestasi belajar yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih tinggi dari

rata-rata prestasi belajar peserta didik yang diajarkan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Danar Sari, Satrijo Budi Wibowo, Juli

Murwani menyatakan bahwa ada perbedaan prestasi belajar peserta didik kelas

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing

dengan tipe Talking Stick. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe

37

Snowball Throwing lebih sesuai dari pada metode pembelajaran kooperatif tipe

Talking Stick dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik, karena ada

peningkatan keaktifan belajar peserta didik dari segi kerjasama, bertanya dan

menjawab pertanyaan dengan model pembelajaran baik dengan teknik tanya

jawab berpasangan maupun dengan diskusi kelompok.

Penelitian yang dilakukan Ira Ratnasari (2014) menunjukkan terjadi

perbedaan posttest hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Throwing diperoleh rata-rata 84,93 sedangkan hasil

belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Stick diperoleh rata-rata 70,00.

Penelitian yang dilakukan Danik Risnawati Wijiastuti (2014) menyatakan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih baik

dibandingkan hasil belajar dengan menggunkan Snowball Throwing. Hal ini

terlihat berdasarkan nilai rata-rata posttes kelas eksperimen yaitu 81,454 dan nilai

rata-rata kelas kontrol yaitu 70,818 maka menunjukkan bahwa hasil belajar yang

menggunakan metode Talking Stick lebih baik dibandingkan hasil belajar dengan

menggunakan metode Snowball Throwing.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Yuni Akhiriyah (2011) menyatakan

bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing kualitas

pembelajarannya semakin meningkat. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat

hasil aktivitas belajar siswa. Untuk siklus 1 rata-rata aktivitas siswa adalah 3,0

dengan kriteria baik, siklus 2 diperoleh aktivitas siswa 3,53 dengan kriteria sangat

baik dan pada siklus 3 adalah 3,56 dengan kriteria sangat baik. Jadi ada

peningkatan aktivitas belajar dari siklus 1 sampai siklus 3.

Penelitian yang dilakukan oleh Monna Sisca Eka Wati, Erman Har, Wince

Hendri (2013) menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran

Talking Stick hasil pembelajaran lebih tinggi dari pada yang tidak menerapkan

model pembelajaran Talking Stick. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih

tinggi yaitu rata-rata 69,06 dari pada kelas kontrol yaitu 59,64.

Penelitan yang dilakukan oleh Haji Wirahana menyatakan bahwa model

kooperatif learning tipe Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

38

belajar siswa. Terbukti dengan adanya peningkatan pada siklus 1 dan siklus nilai

rata-rata aktivitas belajar yaitu dengan peningkatan 20,13. Adapun hasil belajar

siswa pada siklus 1 hingga siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 55,55.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA merupakan suatu mata pelajaran yang menuntut peserta

didik untuk dapat menemukan sendiri pengetahuannya sehingga dapat langsung

diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Penemuan pengetahuan sendiri oleh

peserta didik diperoleh melalui pengalaman belajar langsung yang dialami peserta

didik disekolah atau lingkungan sekitarnya. Selain pengalaman belajar langsung

peserta didik juga membutuhkan suatu teknik belajar yang dapat membantu

peserta didik memahami konsep penting dalam pembelajaran IPA. Konsep

penting tersebut nantinya akan membantu peserta didik dalam menerapkan apa

yang diperolehnya dari pengalaman belajar langsung ke dalam kehidupan sehari-

hari.

Penerapan pembelajaran menggunakan model Talking Stick dan Snowball

Throwing diharapkan dapat membantu peserta didik lebih mudah memperoleh

informasi dan memahaminya, karena disini peserta didik berperan aktif

menemukan sendiri pengetahuan melalui kerja sama dalam kelompok.

Model pembelajaran Snowball Throwing yaitu suatu model pembelajaran

yang menggunakan alat bantu berupa bola salju yang di dalamnya terdapat

beberapa pertanyaan. Namun sebelum melempar, guru menyiapkan undian yang

berisi nomor absen peserta didik untuk menentukan siapa yang akan mendapat

lemparan bola pertama. Jika ada peserta didik yang tidak dapat menjawab soal

pertanyaan maka dia harus menjawab soal selanjutnya sampai dia benar-benar

bisa menjawabnya. Bila peserta didik berhasil menjawab pertanyaan maka dia

berhak menggelindingkan bola tersebut pada temannya. Pembelajaran dengan

model Snowball Throwing mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan

pendapat karena harus menjawab pertanyaan dari bola salju, selain itu dapat

menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik yang berhasil menjawab pertanyaan.

Adapun model pembelajaran Talking Stick merupakan suatu pembelajaran

dengan menggunakan stick yang digunakan oleh guru apabila akan mengajukan

39

pertanyaan kepada peserta didik. Metode Talking Stick ini menciptakan suasana

yang menyenangkan, sehingga peserta didik tidak merasa tegang dalam mengikuti

pelajaran. Pelajaran dengan metode Talking Stick dapat mendorong peserta didik

untuk aktif mengemukakan pendapatnya, mendorong peserta didik untuk

menguasai setiap materi yang akan berpengaruh pada hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran dengan metode ini dirasa lebih efektif karena dengan pembelajaran

menggunakan musik. Jadi, stick bergulir dengan diiringi musik, apabila musik itu

berhenti maka peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawab

soal yang diberikan guru.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis

sebagai berikut.

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Talking

Stick pada peserta didik kelas 5

Ha : Ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Talking

Stick pada peserta didik kelas 5.