bab ii hemoroid
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PROFIL RSUD PALEMBANG BARI
2.1.1 SELAYANG PANDANG
Rumah Sakit Umum daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang
pemerintah daerah dibidang kesehatan yang merupakan yang merupakan satu –
satunya rumah sakit umum milik pemerintah kota palembang. Rumah Sakit
Umum Palembang BARI terletak di jalan Panca Usaha Nomor 1 Kelurahan 5 Ulu
Darat Kecematan seberang Ulu dan berdiri di atas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan Raya jurusan kertapati.
Sejak tahun 2010 dibuat jalan alternatif dari Jakabaring menuju RSUD Palembang
BARI. Saat ini sedang diupayakan pembangunan jalan langsung menuju RSUD
Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.
2.1.2 VISI MISI DAN MOTTO
VISI
Rumah Sakit andalan dan terpercaya di Sumatrera Selatan.
MISI
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu.
2. Melaksanakan manajemen administrasi yang efektif dan efisien.
MOTTO
“ Anda sembuh, kami puas “
“ Anda puas, kami bahagia “
2.1.3 SEJARAH
a. Sejarah Berdirinya
Pada tahun 1985 sampai tahun 1994 RSUD Palembang BARI merupakan
gedung polikklinik atau Puskesmas Panca Usaha.
Pada Tanggal 19 juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI
dengan SK Depkes No. 1362/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 november
1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C
Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status
akreditas penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 7 November 2003
Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status
akreditas penuh tingkat lanjut kepada Rumah sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 5 februari 2008.
Kepmenkes RI Nomor : 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan
kelas Rumah sakit umum daerah palembang BARI menjadi kelas B, tanggal
2 April 2009.
Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan
keputusan Walikota Palembang N0.195 B tahun 2008 tentang Penetapan
RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
b. Sejarah Pemegang Jabatan
Tahun 1986 s.d 1995 : dr. jane Lidya Titahelu sebagai Kepal
Polikklinik/Puskesmas Panca Usaha.
Tanggal 1 Juli 1995 s.d juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, Sp. OG
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksana tugas dr. H. dachlan
Abbas, S.pB
Bulan desember 2000 s.d februari 2001 : Pelaksana tugas dr. M. faisal
Soleh, Sp. PD
Tanggal 14 November 2000 s.d sekarang dr. H. Indah Puspita H. A,
MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
2.1.4 FASILITAS DAN PELAYANAN
a. Pelayanan Rawat jalan Spesialis
1. Poliklinik Penyakit Dalam
2. Poliklinik Bedah
3. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Poliklinik Anak
5. Poliklinik mata
6. Poliklinik THT
7. Poliklinik Syaaf
8. Poliklinik Kulit dan Kelamin
9. Poliklinik Jiwa
10. Poliklinik Rehabilitasi Klinik
11. Poliklinik Jantung
12. Poliklinik Gigi
13. Poliklinik Psikologi
14. Poliklinik Tumbuh Kembang
15. Poliklinik Gizi
b. Pelayanan Gawat Darurat
c. Pelayanan Rawat Inap
1. Perawatan VVIP dan VIV
2. Perawatan Kelas I
3. Perawatan Umum perempuan
4. Perawatan Penyakit Umum Laki-laki
5. Perawatan Anak
6. Peawatan Bedah
7. Perawatan ICU
8. Perawatan Kebidanan
9. Perawaan Neonatus dan NICU
d. Pelayanan Penunjang
1. Farmasi atau Apotek 24 jam
2. Bedah Sentral
3. Rehabilitasi Medik
4. Radiologi
5. Laboratorium klinik
6. Patologi anatomi
7. Bank Darah
8. Hemodialisa
9. Medical check up
10. ECG dan EEG
11. Endoscopi
12. CT Scan 64 Slices
13. Tread Mill
14. Instalasi Gizi
15. Instalasi Laundry
16. CSSD
2.2 TINJAUAN TEORI
2.2.1 DEFINISI
Hemoroid adalah varikositis akibat dilatasi pleksus vena hemoroidalis
interna ( Underwood, J.C.E; 1999 ).
Hemoroid adalah vena yang berdilatasi dalam kanal anal ( Smeltzer
Suzanne C; 2001 ).
Hemorrhoid are dilated, engorged veins in the lining of the rectum.
Hemoroid adalah pembesaran dan penonjolan vena disekitar rektum. (Potter, 1997
; 1374).
Hemorrhoid are dilated varicose veins of the anus and rectum.
Hemoroid adalah dilatasi pembuluh darah vena varicose pada anus dan rektum.
(Reeves, 1999 ; 162).
Hemoroid adalah dilatasi pleksus (anyaman pembuluh darah) vena yang
mengitari rektal dan anal. (Tambayong, 2000 ; 142).
Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung
pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus.
(www.medicastore.com, 2001).
Hemorrhoids are a common problem of the anus and rectum. They occur
when the veins around the anus or lower rectum become swollen and inflamed,
often as a result of straining during a bowel movement.
Hemoroid adalah suatu masalah umum pada anus dan rektum. Yang terjadi bila
vena-vena disekitar anus dan rektum mengalami peradangan yang diakibatkan
karena mengedan selama buang air besar. (www.hemorrhoids.emedtv.com, 2001)
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah di bawah selaput lendir anus
menjadi semacam benang khusus sehingga membentuk gumpalan benjolan.
(www.kaltimpost.web.id, 2002).
Hemoroid adalah perdarahan yang keluar lewat anus berupa darah segar
dengan atau tanpa disertai lendir tidak termasuk perdarahan yang berasal dari
bagian-bagian lambung dan usus halus. (www.ultinetindonesia.com, 2005)
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah
vena hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot
& pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah
terhambat dan membesar. (www.fkuii.org, 2006).
Hemoroid adalah suatu penyakit pelebaran pembuluh darah balik (vena)
yang terdapat di daerah saluran cerna bagian bawah yang berbatasan dengan
dubur/anus. (www.balipost.com, 2003).
2.2.2 ANATOMI FISIOLOGI
A. Anatomi
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan yaitu tuba muskular
panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris,
seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu dan pankreas. Saluran
pencernaan yang terletak dibawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal
(Sloane, 2004 ; 281)
Saluran pencernaan merupakan jalur (panjang totalnya 23-26 kaki) yang
berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung, usus dan anus.
(Smeltzer, 2002 ; 984)
Fungsi utama dari saluran gastrointestinal yang berhubungan dengan
memberikan kebutuhan tubuh yaitu :
- Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekuler untuk dicerna
- Mengabsorbsi hasil pencernaan dalam bentuk molekul kecil ke dalam
aliran darah.
- Mengeliminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produk
sisa lain dari tubuh. (Smeltzer, 2002 ; 984)
Susunan saluran pencernaan terdiri dari: oris (mulut), faring (tekak),
esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus)
terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum, intestinum mayor (usus
besar) terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens
dan kolon sigmoid, rektum dan anus. (Syaifuddin, 1997 ; 75).
1. Mulut
Mulut adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ
aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencenaan. Rongga vestibulum
terletak diantara gigi dan bibir, dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama
dibatasi gigi dan gusi dibagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas,
lidah dibagian bawah, dan orofaring dibagian belakang. (Sloane, 2004 ; 282-283)
a. Bibir
Tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini
berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara. (Sloane, 2004 ; 283)
b. Lidah
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulun lingua. Lidah berfungsi
untuk menggerakkan makanan saat di kunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan
dalam produksi wicara. (Sloane, 2004 ; 283)
c. Palatum
Palatum terbagi atas 2 bagian, yaitu: palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke
belakang terdiri dari 2 tulang palatum dan palatum mole (palatum lunak), terletak
di belakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri
atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. ( Syaifuddin, 1997 ; 75).
d. Gigi
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan
maksila, setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi.
Lengkung bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi atas secara
normal menutup gigi bawah. Manusia mempunyai dua susunan gigi yaitu gigi
primer dan gigi sekunder. gigi berfungsi dalam proses mastikasi atau
pengunyahan. Makanan yang masuk ke dalam mulut dipotong menjadi bagian-
bagian kecil dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang
dapat ditelan. (Sloane, 2004 ; 284)
e. Kelenjar ludah
Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri
dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang
mengandung mukus. Fungsi saliva yaitu melarutkan makanan secara
kimia, untuk pengecapan rasa, melembabkan dan melumasi makanan
sehingga dapat ditelan, mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan
maltosa, mengeksresi zat buangan seperti asam urat dan urea, serta
berbagai zat lain, sebagai zat anti bakteri dan antibodi. (Sloane, 2004 ;
283).
2. Faring
Faring adalah tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari
bagian dasar tulang tengkorak sampai sampai esofagus. Faring terbagi menjadi
nasofaring, orofaring dan laringofaring. (Sloane, 2004 ; 267)
3. Esofagus
Esofagus adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 9-10 inci (25 cm) dan
berdiameter 1 inci ( 2,54 cm). Esofagus berawal dari area laringofaring, melewati
diafragma dan hiatus esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra torak ke
sepuluh dan membuka kearah lambung. Fungsi esofagus menggerakkan makanan
dari faring ke lambung melalui gerak peristalsis. (Sloane, 2004 ; 285).
4. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri
rongga abdomen dibawah diafragma. Regia-regia lambung terdiri dari bagian
jantung, fundus, badan organ, dan bagian pilorus. Fungsi lambung yaitu sebagai
penyimpanan makanan, produksi kimus, digesti protein, produksi mukus,
produksi faktor intrinsik dan absorbsi. (Sloane, 2004 ; 285)
5. Usus halus
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal,
yang jumlah panjang kira-kira 2/3 dari panjang total saluran. (Smeltzer,
2002 ; 984). Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari
sfingter pilorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus
besar. (Sloane, 2004 ; 288). Usus halus dibagi menjadi duodenum, yeyenum
dan ileum. Pembagian ini agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit
perubahan struktur dan yang relatif lebih penting berdasarkan fungsi.
a) Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm mulai dari pilorus
sampai yeyenum. Berbentuk seperti sepatu kuda melengkung ke kiri,
pada lengkungan ini terdapat pankreas, bagian kanan duodenum
terdapat selaput lendir yang membukit disebut papila vateri. Pada
papila vateri bermuara saluran empedu dan saluran pankreas. Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung
kelenjar Brunner, berfungsi memproduksi getah intestinum. Pemisahan
duodenum dan yeyenum ditandai oleh Ligamentum Treitz.
b) Yeyenum
Mempunyai panjang 2-3 meter atau 2/5 bagian atas. Yeyenum terletak
di regio abdominalis media sebelah kiri.
c) Ileum
Mempunyai panjang 4-5 meter atau 3/5 bagian terminal. Ileum
cenderung terletak di regio abdominalis bawah kanan. Lekukan
yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritonium dan berbentuk kipas dikenal sebagai
mesentrium. (Price, 2006 ; 438)
Fungsi usus halus yaitu :
Mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di
lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta
dibantu empedu dan hati.
Usus halus secara selektif mengabsorbsi produk digesti. (Sloane, 2004 ;
290)
5. Usus besar
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang
sekitar 1,5 m yang terbentang dari sekum sehingga kanalis ani dengan diameter
sekitar 6,5 cm. Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki lipatan-lipatan
sirkular, dan diameternya lebih lebar, panjangnya lebih pendek, dan daya
regangnya lebih besar dibanding usus halus. (Sloane, 2004 ; 294) Fungsi usus
besar adalah :
a) Mengabsorbsi 80 % - 90 % air dan elektrolit dari kimus yang tersisa
dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
b) Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandung
enzim atau hormon pencernaan.
c) Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil
selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam
setiap hari.
d) Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses. (Sloane, 2004 ;
295)
Bagian-bagian dari usus besar adalah sebagai berikut :
Sekum
Pada sekum terdapat katub ileoseikal dan apendiks yang melekat pada
ujung sekum. Sekum menempati sekitar 2-3 inci pertama dari usus besar. Katub
ileoseikal mengendalikan aliran kimus dan ileum ke sekum dan mencegah
terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. (Price,
2006 ; 456)
Kolon
Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon
memiliki 3 divisi :
Kolon Asenden
Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati disebelah
kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
Kolon Tranversum
Kolon tranversum merentang menyilang abdomen di bawah hati dan
lambung sampai ketepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar kebawah pada
fleksura splenik.
Kolon Desenden.
Merentang kebawah pada sisi kiri abdomen. (Sloane, 2004 ; 294)
Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan membentuk lekukan
berbentuk S. lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid
bersatu dengan rektum. (Price, 2006 ; 456)
Rektum
Membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar
tubuh). 1 inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh
otot spingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah
sekitar 15 cm. (Price, 2006 ; 456)
Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar. Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh dua sfingter
:
- Sfingter ani interna, dikendalikan oleh saraf otonom
- Sfingter ani eksterna, dikendalikan oleh sistem saraf volunter
Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Reflek defekasi
terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat. Otot sfingter
eksterna dan interna berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi massa
feses. Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfingter eksterna dan
levator ani. Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi relaks dan keinginan
defekasi menghilang. Air tetap terus diabsorbsi dari massa feses, sehingga feses
menjadi keras dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi. Tekanan pada feses
yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan
eksterna sehingga terjadi hemoroid (vena varikosa rektum). (Price, 2006 ; 458-
459).
2.2.2 ETIOLOGI
Beberapa faktor etiologi menurut Sylvia Anderson P. (1994) adalah
sebagai berikut :
1. Konstipasi/diare
2. Sering mengejan
3. Kongesti pelvia pada kehamilan
4. Pembesaran prostat
5. Fibroama uteri
6. Tumor rectum
7. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal.
2.2.3 PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan balik
dari vena hemoroidalis
Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid
interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul
disebelah dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada
vena hemoroidalis inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani.
Hemoroid eksterna ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut
berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis akut.
Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III. Hemoroid
interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan dengan
proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior
kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan
tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interior derajat
II dapat mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini
dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid
interna derajat III mengalami prolapsus secara permanen. Gejala hemoroid
interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa nyeri karena tidak ada
serabut-serabut nyeri pada daerah ini. Kebanyakan kasus hemoroid adalah
hemoroid campuran interna dan eksterna.
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdaraha, trombosis, dan
stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang
mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.
Kebanyakan penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan.
Pengobatan berupa kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan
penggunaan supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan
menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri anus tidak dapat diatasi.
2.2.4 PATHWAY KEPERAWATAN
Dilatasi
Tekanan vena meningkat
Stranggulasi
Prolapsus saat defekasi
Edema/hematoma
Pembengkakan globular
kemerahan
Prolapsus permanen
Pembengkakan pinggir anus bulat
kebiruan
Gangguan aliran balik vena ↑hemoroid
Kongesti vena rektalis superior
dan media
Distensi dan stasis vena
Bendungan vena pleksus hemoroid
Kongesti vena pleksus rektalis
inferior
Perdarahan saat defekasi
Konstipasi
Nyeri
Konstipasi
Perubahan eliminasi
urine
Nyeri
Mengabaikan defekasi
PK hemoragi
Pembedahan
Post operatifRespon psikologis
pre operatif
Luka insisi
Takut gerak
Spasme otot
Ansietas
Peristaltik usus menurun
2.2.5 MANIFESTASI KLINIS
Hemoroid menyebabkan tanda dan gejala:
- Rasa gatal dan nyeri
- Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB
- Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi
dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam
hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada
area tersebut.
2.2.6 KLASIFIKASI
1. Berdasarkan asal / tempat penyebabnya:
Hemoroid interna
Hemoroid ini berasal dari vena hemoroidales superior dan medial, terletak
diatas garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa anus. hemoroid ini tetap
berada di dalam anus.
Hemoroid eksterna
Hemoroid ini dikarenakan adanya dilatasi (pelebaran pembuluh darah)
vena hemoroidales inferior, terletak dibawah garis anorektal dan ditutupi
oleh mukosa usus. hemoroid ini keluar dari anus (wasir luar)
2. Hemoroid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya :
Tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat, jarang terjadi
perdarahan, benjolan dapat masuk kembali dengan spontan.
Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada saat
defekasi (buang air besar) benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus
dan dapat kembali dengan spontan.
Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjadi setelah defekasi dan jarang
terjadi perdarahan, prolapsus dapat kembali dengan dibantu.
Tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan.
(www.fkuii.org, 2006)
2.2.7 KOMPLIKASI
Pendarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami pendarahan, maka darah dapat sangat
banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu pendarahan kronis dan apabila berulang
dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah keluar. Anemia terjadi secara kronis sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.
2.2.8 TERAPI
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit
prolaps, trombosis, atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang.
Pilihan pembedahan adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau
secara submukosa. Bila terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat
hemostatik seperti asam traneksamat yang terbukti secara bermakna efektif
menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan ulang.
(www.suaramerdeka.com, 2005)
Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa
komplikasi dengan manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :
1) Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene
personal yang baik.
2) Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.
3) Diet tinggi serat.
4) Pemberian laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati anus.
5) Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anastesi.
6) Tirah baring.
7) Tindakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar
dan terapi laser.
8) Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah.
9) Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-
karet.
10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid
dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu
sampai timbul nekrosis.
11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal. (Smeltzer,
2002 ; 1138)
2.2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1) Pemeriksaan colok dubur
2) Anorektoskopi (untuk melihat kelainan anus dan rektum)
(www.suaramerdeka.com, 2005)
3) Pemeriksaan rectal dan palpasi digital.
4) Proctoscopi atau colonoscopy (untuk menunjukkan hemoroid internal)
(Reeves, 1999 ; 162)
2.2.10 PENATALAKSANAAN
A. Medis
1) Farmakologis
- Menggunakan obat untuk melunakkan feses / psillium akan
mengurangi sembelit dan terlalu mengedan saat defekasi, dengan
demikian resiko terkena hemoroid berkurang.
- Menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan rasa
sakit, gatal, dan kerusakan pada daerah anus. Obat ini tersedia
dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk supositoria untuk hemoroid
interna, dan dalam bentuk krim / salep untuk hemoroid eksterna.
- Obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan adalah
campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%).
2). Nonfarmakologis
- Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi
makanan yang mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih
30 gram/hari, serat selulosa yang tidak dapat diserap selama proses
pencernaan makanan dapat merangsang gerak usus agar lebih
lancar, selain itu serat selulosa dapat menyimpan air sehingga
dapat melunakkan feses. Mengurangi makanan yang terlalu pedas
atau terlalu asam. Menghindari makanan yang sulit dicerna oleh
usus. Tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda.
Perbanyak minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari.
- Perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi
closet duduk. Jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat
tertekan kebawah sehingga dapat menghimpit pembuluh darah.
- Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal
daerah anus dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15
menit tiga kali sehari. Selain itu penderita disarankan untuk tidak
terlalu banyak duduk atau tidur, lebih baik banyak berjalan.
3). Tindakan minimal invasif
Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak
berhasil, tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
- Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikkan obat
langsung kepada benjolan / prolaps hemoroidnya.
- Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid.
Prolaps akan menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
- Penyinaran sinar laser.
- Disinari sinar infra red.
- Dialiri arus listrik (elektrokoagulasi)
- Hemoroideolysis (www.fkuii.org, 2006)
B. Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit
prolaps, trombosis, atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang.
Pilihan pembedahan adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau
secara submukosa. Bila terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat
hemostatik seperti asam traneksamat yang terbukti secara bermakna efektif
menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan ulang.
(www.suaramerdeka.com, 2005)
Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa
komplikasi dengan manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :
1) Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan
hygiene personal yang baik.
2) Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.
3) Diet tinggi serat.
4) Pemberian laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati
anus.
5) Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung
anastesi.
6) Tirah baring.
7) Tindakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi
bipolar dan terapi laser.
8) Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan
berdarah.
9) Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi
pita-karet.
10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat
hemoroid dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu
tertentu sampai timbul nekrosis.
11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal.
(Smeltzer, 2002 ; 1138)
2.2.11 PENCEGAHAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
1) Jalankan pola hidup sehat.
2) Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)
3) Makan makanan berserat
4) Hindari terlalu banyak duduk
5) Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
6) Hindari hubunga seks yang tidak wajar
7) Minum air yang cukup
8) Jangan menahan kencing dan BAB
9) Jangan menggaruk dubur secara berlebihan
10) Jangan mengejan berlebihan
11) Duduk berendam pada air hangat
12) Minum obat sesuai anjuran dokter
2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HEMORROID
2.3.1 PENGKAJIAN
A. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya rasa gatal, rasa
terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya. Apakah terjadi selama
defekasi ?, Berapa lama nyeri tersebut ? adakah nyeri abdomen yang
berhubungan dengan hal itu ?, Apakah terdapat perdarahan dari rectum ?,
Seberapa banyak ?, Seberapa sering ?, Apakah warnanya ?, Adakah cairan
lain seperti mucus atau pus ?, Pertanyaan lain berhubung dengan pola
eliminasi dan penggunaan laksatif, riwayat diet, masukan serat, jumlah
latihan, tingkat aktifitas, dan pekerjaan.
B. Pengkajian Objektif
Pengkajian objektif mencakup menginspeksi feses akan adanya darah atau
mucus, dan area perineal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.
2.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan yang utama adalah sebagai
berikut :
1. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama defekasi.
2. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
3. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area
rectal/anal sekunder akibat penyakit hemoroid dan spasme sfingter pada
pasca operatif.
4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa takut nyeri pada
pasca operatif.
5. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.
Masalah kolaboratif yang mungkin muncul adalah Potensial Komplikasi
(PK) hemoragi.
2.2.3 PERENCANAAN
1. Tujuan
Tujuan utama adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan konstipasi
2. Menurunkan ansietas
3. Menghilangan nyeri
4. Meningkatkan eliminasi urinarius
5. Klien patuh dengan program terapeutik
6. Mencegah terjadinya komplikasi
2. Intervensi Keperawatan
A. Menghilangkan Konstipasi
1. Masukan cairan sedikitnya 2 liter sehari untuk memberikan
hidrasi yang adekuat.
2. Anjurkan makan tinggi serat untuk melancarkan defekasi.
3. Berikan laksatif sesuai resep.
4. Pasien dianjurkan untuk miring guna merangsang usus dan
merangsang keinginan defekasi sebisa mungkin.
5. Menganjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum
defekasi akan membantu merilekskan otot-otot perineal
abdomenyang kemungkinan berkonstriksi atau mengalami
spasme abdomen.
B. Menurunkan Ansietas
1. Identifikasi kebutuhan psikologis khusus dan rencana
asuhan yang bersifat individu.
2. Berikan privasi dengan membatasi pengunjung bila pasien
menginginkannya.
3. Pertahankan privasi klien saat memberikan tindakan
keperawatan.
4. Berikan pengharum ruangan bila balutan berbau
menyengat.
C. Menghilangkan Nyeri
1. Dorong klien untuk memilih posisi nyaman.
2. Berikan bantalan flotasi dibawah bokong pada saat duduk
dapat membantu menurunkan nyeri.
3. Berikan salep analgesik sesuai resep untuk menurunkan nyeri.
4. Berikan kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi dan
meringankan jaringan yang teriritasi.
5. Berikan rendaman duduk tiga atau empat kali sehari untuk
menghilangkan rasa sakit dan nyeri dengan merelakskan
spasme sfingter.
6. Berikan agen anaestetik topical sesuai resep untuk
menghilangkan iritasi local dan rasa sakit.
7. Anjurkan klien melakukan posisi telungkup dengan interval
tertentu untuk meningkatkan drainase dependen cairan edema.
D. Meningkatkan Eliminasi Urinarius
1. Tingkatkan masukan cairan
2. Bantu klien untuk mendengarkan aliran air
3. Bantu klien meneteskan air diatas meatus urinarius
4. Lakukan pemasangan kateter
5. Pantau haluaran urin dengan cermat setelah pembedahan.
E. Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi
1. Periksa dengan sering daerah operasi terhadap munculnya
perdarahan rectal.
2. Kaji indicator sistemik perdarahan berlebihan (takikardia,
hipotensi, gelisah, haus).
3. Hindari pemberian panas basah karena dapat menyebabkan
dilatasi dan perdarahan.
F. Pendidikan pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah.
1. Instruksikan klien untuk mempertahankan kebersihan area
perianal.
2. Dorong pasien untuk berespon dengan cepat ketika
dorongan defekasi muncul, untuk mencegah konstipasi.
3. Instruksikan klien untuk diet tinggi cairan dan serat.
4. Pasien diinformasikan untuk diet yang ditentukan, laksatif
yang dapat digunakan dengan aman, dan pentingnya latihan.
5. Dorong klien untuk ambulasi sesgera mungkin, anjurkan
latihan tingkat sedang.
6. Ajarkan cara melakukan rendam duduk pada klien setiap
setelah defgekasi selama 1 sampai 2 minggu setelah
pembedahan.
B. EVALUASI
Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan pola eliminasi normal.
Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan
atau setelah tidur.
Berespon terhadap dorongan untuk defekasi dan menyediakan waktu
untuk duduk ditoilet dan mencoba untuk defekasi.
Menggunakan latihan relaksasi sesuai kebutuhan.
Menambah makanan tinggi serat pada diet.
Meningkatkan masukan cairan sampai 2 L/24 jam.
Melaporkan penurunan ketidaknyamanan pada abdomen.
2. Mengalami sedikit ansietas.
3. Mengalami nyeri sedikit.
Mengubah posisi tubuh dan aktifitas untuk meminimalkan nyeri dan
ketidaknyamanan. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah
makan atau pada waktu tidur.
Menepapkan kompres hangat/dingin pada area rectal / anal.
Melakukan rendam duduk 3 atau 4 kali sehari.
4. Mentaati program terapeutik.
Mempertahankan area perianal kering.
Mengalami feses lunak dan berbentuk secara teratur.
5. Bebas dari masalah perdarahan
Insisi bersih
Menunjukkan tanda vital normal
Menunjukkan tidak ada tanda hemoragi.
BAB III
PENUTUP
Asuhan keperawatan klien dengan hemoroid dilakukan dengan pendekatan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Proses keperawatan tersebut dilakukan secara siklik ( kembali ke tahap awal
selama masalah klien belum teratasi).
Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan hemoroid adalah:
Menghilangkan konstipasi; menurunkan ansietas; menghilangan nyeri;
meningkatkan eliminasi urinarius; klien patuh dengan program terapeutik;
mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa; Monica
Ester, et al; Jakarta; EGC.
Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter Anugerah,
Jakarta, EGC.
Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan Buku Saku; edisi 6;
alih bahasa; Yasmin Asih; Jakarta; EGC.
Robbins, Stanley L;(1995); Buku Ajar Patologi II (Basic Pathology); alih
bahasa, staf pengajar laboratorium patologi anatomi FK UNAIR; Jakarta;
EGC
Underwood, J.C.E; (1999) Patologi Umum dan Sistematik; vol.2; ed.2; editor
edisi bahasa Indonesia, Sarjadi dkk; Jakarta; EGC