bab ii - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39019/3/bab 2.pdf · pada sistem pengapian mesin sepeda...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motor Bensin
Dalam kehidupan sehari hari motor bensin dapat di jumpai di jalan jalan
sebagai sarana transportasi diantaranya menggerakkan mobil penumpang, truk,
sepeda motor, skuter, dan jenis kendaraan lain dewasa ini merupakan
perkembangan dan perbaikan yang sejak semula di kenal dengan motor otto.
Motor tersebut di lengkapi dengan busi dan karburator. Busi menghasilkan
loncatan api listrik yang menyalakan campuran bahan bakar dan udara segar,
karena itu motor bensin cenderung di namai Spark Ignition Engine. Aris
munandar (1988: 61).
Prinsip kerja motor bensin dapat di jelaskan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Prinsip kerja motor
Pada dasarnya prinsip kerja motor bensin terdiri dari 5 hal yaitu:
1. Pengisian campuran dan bahan bakar
7
2. Pengkompresian campuran bahan bakar dan campuran udara
3. Pembakaran campuran udara dan bahan bakar
4. Pengembangan gas hasil pembakaran
5. Pembuangan gas bekas / gas buang
Hampir semua motor bakar adalah mesin bolak balikdengan torak silinder.
Ada beberapa cara mengklasifikasikan mesin bolak balik. Siklus otto yang
sebenarnya sagat tergantung pada rasio udara dan bahan bakar baik dari
komposisi udara maupun komposisi bahan bakarnya sehingga semua
komponenvariabel perhitungan (Cp, K) tak konstan. Effisiensi siklus otto adalah
merupakan fungsi perbandingan komprosi motor dan harga k untuk fluida kerja.
Dengan demikian perbandingan kompresi merupakan variabel yang sangat
penting dalam operasi motor sesungguhnya. Ir Sudarman (2004: 98).
2.1.1 Siklus Otto (Siklus udara volume konstan)
Pada siklus otto atau volume konstan proses pembakaran terjadi pada volume
konstan, sedangkan siklus otto tersebut ada yang berlangsung dengan 4 (empat)
langkah atau 2 (dua) langkah. Untuk mesin 4 (empat) langkah siklus kerja terjadi
dengan 4 (empat) langkah piston atau 2 (dua) poros engkol.
Adapun langkah dalam siklus otto yaitu gerakan piston dari titik puncak
(TMA=titik mati atas) ke posisi bawah (TMB=titik mati bawah) dalam silinder.
Diagram P-V DAN T-S siklus otto dapat dilihat pada gambar 2 dibawah sebagai
berikut :
8
Gambar 2.2 Diagram P-V dan T-S siklus otto (Cengel & Boles, 1994:458).
Pada gambar mengenai diagram P-V dan T-S siklus otto dapat dilihat sebagai
berikut :
Proses 1-2: Proses kompresi isentropic (adiabatic reversible) dimana
piston bergerak menuju (TMA=titik mati atas) mengkompresikan
udara sampai volume clearance sehingga tekanan dan temperatur
udara naik.
Proses 2-3: pemasukan kalor konstan, piston sesaat pada (TMA =
Titik Mati Atas) bersamaan kalor suplai dari sekelilingnya serta
tekanan dan temperatur meningkat hingga nilai maksimum dalam
siklus 11.
Proses 3-4: Proses isentropik udara panas dengan tekanan tinggi
mendorong piston turun menuju (TMB = Titik Mati Bawah), energi
dilepaskan disekeliling berupa internal energi.
Proses 4-1: Proses pelepasan kalor pada volume konstan piston sesaat
pada (TMB = Titik Mati Bawah) dengan mentransferkan kalor
kesekeliling dan kembali melangkah pada titik awal.
9
2.2 Sistem Pengapian
Sistem pengapian sangat penting mengingat campuran bahan bakar dan
campuran udara yang di kompresikan kedalam ruang bakar membutuhkan proses
pembakaran.Untuk membangkitkan loncatan listrik antara kedua elektrode
busidiperlukan perbedaan tegangan yang cukup besar.
Besarnya tergantung pada beberapa faktor berikut:
1. Perbandingan campuran bahan bakar dan udara
2. Kepadatan campuran bahan bakar dan udara
3. Jarak antara kedua elektroda serta bentuk elektrode;
4. Jumlah molekul campuran yang terdapat diantara kedua elektrode dan
5. Temperatur campuran dan kondisi operasi yang lain
Perbandingan campuran bahan bakar dan udara dapat berkisar antara 0,06-0,12.
Untuk menyalakan campuran bahan bakar dan udara yang miskin diperlukan
perbedaan tegangan yang relatif lebih besar dari pada untuk campuran yang kaya.
Untuk memperoleh daya yang maksimum dan suatu operasi hendaknya penyalaan
diatur sedemikian rupa sehingga tekanan gas maksimum terjadi pada saat torak
berada di sekitar 15 sampai 20 drajatat engkol sesudah TMA. Jadi, penyalaan
yang baik bergantung pada kecepatan perambatan nyala, jarak perambatan nyala
maksimum, dan kecepatan poros engkol. Aris munandar (1998: 68).
Pada sistem pengapian mesin sepeda motor dibagi menjadi dua sistem
pengapian, diantaranya sistem pengapian konvensional dan sistem pengapian
elektronik. Pengapian konvensional adalah pengapian yang sistemnya masih
menggunakan platina untuk menghubungkan dan memutuskan tegangan dari arud
baterai kemenuju kumparan primer. Sistem pengapian CDI merupakan sistem
10
pengapian elekttonik yang prosesnya memfaatkan pengisian (charge) dan
pengosongan (discharge) muatan kapasitor. Proses pengisian dan pengosongan
muatan kapasitor dioperasikan oleh saklar elektronik seperti halnya kontak platina
(pada pengapian konvensional). Cdi dibuat untuk mengatasi kelemahan pada
sistem pengapian konvensional. Pada pengapian konvensional kesulitan dalam hal
pembuatan komponen seperti platina dan unit pengatur saat pengapian otomatis
yang cukup presisi. Ada juga pada saat pemakaian kondisi normal keausan tidak
dapat dihindari.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agung murdianto, dkk (2010)Yang
berjudul pengaruh penggunaan stabilizer tegangan elektronik dan fariasi busi
terhadap konsumsi bahan bakar pada yamaha mio .Hasil dari penelitian diketahui
bahwa mesin motor yang memakai stabilizer elek tronik bahan bakarnya lebih
efisien dari pada mesin yang tidak memakai setabilizer elektronik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Slamet dwi hermanto (2015 :
14)Yang berjudul Analisa penggunaan koil racing terhadap daya pada sepeda
motor honda supra x 125 yaitu terjadi peningkatan daya yang lebih tinggi pada
koil racing, sehingga performance nya meningkat.
2.3 Sistem pengapian CDI
Sistem Pengapian Elektronik (CDI) dibagi 2 :
1. Sistem Pengapian Magnet Elektronik (AC-CDI)
Sumber tegangan didapat dari alternator, sehingga arus yang digunakan
merupakan arus bolak-balik (AC).
11
2. Sistem Pengapian Baterai Elektronik (DC-CDI)
Sumber tegangan diperoleh dari tegangan baterai (yang disuplay oleh
sistem pengisian), sehingga arus yang digunakan merupakan arus searah
(DC).
2.3.1 Sistem Pengapian Magnet Elektronik (AC-CDI)
A. Komponen Sistem Pengapian AC-CDI
a. Sumber Tegangan, berfungsi sebagai penyedia tegangan yang diperlukan
oleh sistem pengapian. Sumber tegangan system pengapian magnet
elektronik AC merupakan sumber tegangan AC (Alternating Current),
berupa Alternator (Kumparan Pembangkit/stator dan Magnet/rotor).
Alternator berfungsi untuk mengubah energi mekanis yang didapatkan
dari putaran mesin menjadi tenaga listrik arus bolak-balik (AC). Pada
sepeda motor, rotor juga berfungsi sebagai fly wheel.
b. Kunci Kontak (Ignition Switch), berfungsi sebagai saklar utama untuk
menghubung dan memutus (On-Off) rangkaian pengapian (dan rangkaian
kelistrikan lainnya) pada sepeda motor. Kunci kontak untuk pengapian
AC merupakan tipe pengendali massa.Pada posisi OFF dan LOCK,
kunci kontak membelokkan tegangan dari sumber tegangan (alternator)
yang dibutuhkan oleh sistem pengapian ke massa melalui terminal IG dan
E kunci kontak, sehingga sistem pengapian tidak dapat bekerja. Di sisi
lain, pada posisi OFF dan LOCK kunci kontak juga memutuskan
hubungan tegangan (+) baterai (terminal BAT dan BAT 1) sehingga
seluruh system kelistrikan tidak dapat dioperasikan.Pada posisi ON, kunci
kontak memutuskan hubungan terminal IG dan E, sehingga tegangan
12
yang dihasilkan oleh alternator diteruskan ke sistem pengapian. Sistem
pengapian dapat dioperasikan, disamping itu hubungan terminal BAT dan
BAT 1 terhubung sehingga seluruh system kelistrikan dapat dioperasikan.
c. 20.000 volt.Koil pengapian (Ignition Coil), berfungsi untuk menaikkan
tegangan yang diterima dari sumber tegangan (alternator) menjadi
tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian. Dalam koil pengapian
terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder yang dililitkan pada
tumpukan-tumpukan plat besi tipis. Diameter kawat pada kumparan
primer 0,6 – 0,9 mm, dengan jumlah lilitan 200 – 400 kali, sedangkan
diameter kawat pada kumparan sekunder 0,05 – 0,08 mm dengan jumlah
lilitan sebanyak 2000 – 15.000 kali. Karena perbedaan jumlah gulungan
pada kumparan primer dan sekunder tersebut, dengan cara mengalirkan
arus listrik secara terputus-putus pada kumparan primer (sehingga pada
kumparan primer timbul/hilang kemagnetan secara tiba-tiba), maka
kumparan sekunder akan terinduksi sehingga timbul induksi tegangan
tinggi sebesar
Prinsip kerja AC-CDI adalah sebagai berikut :
a. Rectifier bekerja menyearahkan arus AC yang dihasilkan oleh sumber
tegangan (alternator) maupun oleh signal generator (pick up coil).
b. Kapasitor (capacitor) menyimpan energi hasil induksi dari kumparan stator
alternator dimana terdapat magnet permanen yang berputar (rotor
alternator) di dekat kumparan stator.
c. Thyristor switch merupakan saklar elektronik yang akan mengosongkan
kapasitor yang sudah bermuatan tersebut, sinyal trigger didapatkan dari
13
arus yang dihasilkan oleh pick up coil yang mengalir melalui kaki Gate
(G). Akibatnya Thyristor aktif dan menghubungkan kedua terminal
kapasitor melalui terhubungnya terminal Anoda (A) dan Katoda (K) pada
Thyristor.
d. Kapasitor akan melepaskan muatannya secara cepat (discharge) melalui
kumparan primer koil pengapian (Ignition Coil) untuk menghasilkan
induksi pada kumparan primer maupun induksi tegangan tinggi pada
kumparan sekunder koil pengapian.
e. Thyristor switch merupakan saklar elektronik yang bekerja lebih cepat
daripada kontak platina (saklar mekanik) dan kapasitor mendischarge
sangat cepat. Karena itu, tegangan tinggi yang dihasilkan semakin besar
karena kumparan sekunder koil pengapian terinduksi dengan cepat,
sehingga pijaran api yang dihasilkan pada busi menjadi lebih kuat.
f. Kumparan Pembangkit Pulsa (Signal generator/Pick up coil), bekerja
bersama reluctor sehingga menghasilkan sinyal trigger (pemicu) yang
dimanfaatkan oleh Thyristor untuk mendischarge seluruh muatan
kapasitor. Pick up coil terdiri dari suatu lilitan kecil yang akan
menghasilkan arus listrik AC apabila dilewati oleh perubahan garis gaya
magnit yang dilakukan oleh reluctor yang terpasang pada rotor alternator.
Prinsip kerja pick up coil dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
g. Busi (Spark Plug), mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi
loncatan bunga api melalui elektrodanya. Loncatan bunga api terjadi
disebabkan adanya perbedaan tegangan diantara kedua kutup elektroda
busi (} 20.000 volt).
14
B. Proses Kerja Sistem Pengapian AC-CDI
a) Saat Kunci Kontak (Ig. Switch) OFF
Kunci kontak dalam posisi terhubung dengan massa. Arus listrik yang
dihasilkan sumber tegangan (Alternator) dibelokkan ke massa melalui kunci
kontak, tidak ada arus yang mengalir ke unit CDI sehingga sistem pengapian tidak
bekerja dan motor tidak dapat dihidupkan.
b) Saat Kunci Kontak ON
Hubungan ke massa melalui kunci kontak terputus sehingga arus listrik yang
dihasilkan alternator akan mengalir masuk ke sistem pengapian.Ketika rotor
alternator (magnet) berputar, kumparan stator menghasilkan arus
listrik disearahkan dioda mengisi kapasitor sehingga muatan kapasitor
penuh.Pada saat yang ditentukan (saat pengapian), arus sinyal dihasilkan oleh
signal generator (pick up coil). Arus sinyal pick up coil Gate (G) Thyristor switch
dan mengaktifkan Thyristor. Thyristor aktif (kaki Anoda ke Katoda terhubung)
dan arus listrik dapat mengalir dari kaki Anoda (A) Katoda (K). Hal ini akan
menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan muatannya) dengan
cepat melalui kumparan primer koil pengapian massa koil pengapian. Pada
kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri sebesar 200
– 300 V.Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi
tegangan tinggi sebesar ± 20 KVolt disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk
diubah menjadi pijaran api listrik.
15
Gambar 2.3 Diagram rangkaian CDI-AC
2.3.2 Sistem Pengapian Baterai Elektronik (DC-CDI)
A. Komponen Sistem Pengapian DC-CDI
a) Sumber tegangan DC (Direct Current), berupa Baterai yang didukung oleh
sistem pengisian (Kumparan Pengisian, Magnet dan Rectifier/Regulator),
berfungsi sebagai penyedia tegangan DC yang diperlukan oleh sistem
pengapian
b) Kunci kontak untuk pengapian DC (pengendali positif).
1. Pada posisi ON, kunci kontak menghubungkan tegangan (+) baterai ke
seluruh sistem kelistrikan (termasuk system pengapian) untuk
mengoperasikan seluruh sistem kelistrikan yang ada.
2. Pada posisi OFF dan LOCK, kunci kontak memutuskan hubungan
kelistrikan dari sumber tegangan (terminal (+) baterai) yang dibutuhkan
oleh seluruh sistem kelistrikan, sehingga seluruh sistem kelistrikan tidak
dapat dioperasikan.
c) Koil pengapian (Ignition Coil), berfungsi untuk menaikkan tegangan yang
diterima dari sumber tegangan (alternator) menjadi tegangan tinggi yang
diperlukan untuk pengapian. Dalam koil pengapian terdapat kumparan primer
16
dan kumparan sekunder yang dililitkan pada tumpukan-tumpukan plat besi
tipis. Diameter kawat pada kumparan primer 0,6 – 0,9 mm, dengan jumlah
lilitan 200 – 400 kali, sedangkan diameter kawat pada kumparan sekunder
0,05 – 0,08 mm dengan jumlah lilitan sebanyak 2000 – 15.000 kali.Karena
perbedaan jumlah gulungan pada kumparan primer dan sekunder tersebut,
dengan cara mengalirkan arus listrik secara terputus-putus pada kumparan
primer (sehingga pada kumparan primer timbul/hilang kemagnetan secara
tiba-tiba), maka kumparan sekunder akan terinduksi sehingga timbul induksi
tegangan tinggi sebesar } 20.000 volt.
d) Unit DC-CDI, merupakan serangkaian komponen elektronik yang berfungsi
sebagai saklar rangkaian primer pengapian, menghubungkan dan
memutuskan arus listrik yang dimanfaatkan untuk melakukan pengisian
(charge) dan pengosongan (discharge) muatan kapasitor, kemudian dialirkan
melalui kumparan primer koil pengapian untuk menghasilkan arus listrik
tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
Prinsip kerja DC-CDI adalah sebagai berikut :
1. DC-DC Conventer merupakan serangkaian komponen elektronik yang
menaikkan tegangan sumber (baterai) dan menyearahkannya lagi untuk
dialirkan ke kapasitor. Kapasitor (capacitor) menyimpan energi hasil
induksi dari DCDC Conventer sampai kapasitas muatannya penuh.
2. Thyristor switch merupakan saklar elektronik yang akan mengosongkan
kapasitor yang sudah bermuatan tersebut, sinyal trigger didapatkan dari
arus yang dihasilkan oleh pick up coil yang terlebih dahulu diperkuat di
dalam rangkaian penguat sinyal (amplifier), dialirkan ke kaki Gate (G).
17
AkibatnyaThyristor aktif dan menghubungkan kedua terminal kapasitor
melalui terhubungnya terminal Anoda (A) dan Katoda (K) pada Thyristor.
3. Kapasitor akan melepaskan muatannya secara cepat (discharge) melalui
kumparan primer koil pengapian (Ignition Coil) untuk menghasilkan
induksi pada kumparan primer maupun induksi tegangan tinggi pada
kumparan sekunder koil pengapian.Thyristor switch merupakan saklar
elektronik yang bekerja lebih cepat daripada kontak platina (saklar
mekanik) dan kapasitor mendischarge sangat cepat. Karena itu, tegangan
tinggi yang dihasilkan semakin besar karena kumparan sekunder koil
pengapian terinduksi dengan cepat, sehingga pijaran api yang dihasilkan
pada busi menjadi lebih kuat.
4. Kumparan Pembangkit Pulsa (Signal generator/Pick up coil), bekerja
bersama reluctor sehingga menghasilkan sinyal trigger (pemicu) yang
dimanfaatkan oleh Thyristor untuk mendischarge seluruh muatan
kapasitor. Pick up coil terdiri dari suatu lilitan kecil yang akan
menghasilkan arus listrik AC apabila dilewati oleh perubahan garis gaya
magnit yang dilakukan oleh reluctor yang terpasang pada rotor alternator.
Prinsip kerja pick up coil dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
5. Busi (Spark Plug), mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi
loncatan bunga api melalui elektrodanya. Loncatan bunga api terjadi
disebabkan adanya perbedaan tegangan diantara kedua kutup elektroda
busi (20.000 volt).
18
B. Proses Kerja Sistem Pengapian Baterai Elektronik (DC-CDI)
1) Saat Kunci Kontak OFF
Hubungan sumber tegangan dengan rangkaian sistem pengapian terputus,
tidak ada arus yang mengalir sehingga motor tidak dapat dihidupkan.
2) Saat Kunci Kontak ON
Kunci kontak menghubungkan sumber tegangan ((+) baterai) dengan
rangkaian sistem pengapian, sehingga arus listrik dari baterai dapat disalurkan ke
unit CDI (DC-DC Conventer). Ketika rotor alternator (magnet) berputar, reluctor
ikut berputar. Pada saat reluctor mulai mencapai lilitan pick up coil, lilitan pick up
coil akan menghasilkan sinyal listrik yang dimanfaatkan untuk mengaktifkan
Switch Transistor (Tr) pada DC-DC Conventer.Kumparan primer dan sekunder
(Kump.) pada DC-DC Conventer akan bekerja secara induksi menaikkan
tegangan sumber disearahkan lagi oleh dioda (D) mengisi kapasitor (C) sehingga
muatan kapasitor penuh.
*) Sinyal yang dihasilkan lilitan pick up coil tersebut belum mampu membuka
gerbang (Gate) Thyristor switch (SCR) sehingga SCR belum bekerja.
Pada saat yang hampir bersamaan (saat pengapian), arus sinyal yang
dihasilkan oleh signal generator (pick up coil) mampu membuka gerbang SCR
sehingga SCR menjadi aktif dan membuka hubungan arus listrik dari kaki Anoda
(A) Katoda (K). Hal ini akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan
muatannya) dengan cepat melalui kumparan primer koil pengapian massa koil
pengapian. Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi
sendiri sebesar 200 – 300 V.
19
Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi
tegangan tinggi sebesar ± 20 K Volt disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk
diubah menjadi pijaran api listrik.
Gambar 2.4 Diagram Sistem Pengapian CDI-DC
Sistem pengapian CDI pada sepeda motor selain AC dan DC juga di
golongkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. CDI limiter yaitu CDI yang dalam proses pengapian nya memiliki batasan dan
sering kita jumpai pada pengapian sepeda motor saat ini.
b. CDI unlimiter yaitu CDI yang dalam proses pengapian nya tidak memiliki batasan
dan biasanya sering di jual di pasaran.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Henu pradipta, dkk (2006: 229) yang
berjudul Variasi waktu pengapian terhadap performance dan emisi mesin 1
silinder dengan pemanas. Hasil dari penelitian diketahui bahwa penggunaan
fariasi waktu pengapian pada mesin motor bebek 4 tak dan penggunakan manifol
modifikasi ,dapat menurunkan kadar emisi co dan hc.
20
2.4 Daya dan Torsi
Daya motor adalah salah satu acuan atau parameter dalam menentukan
performa motor. Daya adalah pengertian dari besarnya kerja motor selama kurun
waktu tertentu (Arends & Berenschot 1980 : 18). Daya yang di peroleh dari
motor di bedakan menjadi dua, yaitu:
1. Daya indikator yaitu daya motor secara teoritis
2. Daya efektif yaitu daya yang berfungsi sebagai penggerak
Untuk menghitung daya motor empat langkah dapat di gunakan rumus
sebagai berikut:
Dimana :
P = Daya poros (Kw)
n = Putara mesin (rpm)
T = Torsi (Nm)
(Winarno, 2001 : 35)
Torsi atau momen putar adalah gaya yang dikalikan dengan jarak panjang
lengan (Arends & Barenschot, 1980 : 21) . Gaya yang dimaksut adalah dorongan
atau tarikan yang menyebabkan benda bergerak. selama proses usaha maka
tekanan tekanan yang terjadi di dalam silinder motor menimbulkan suatu gaya
pada torak. Gaya terseebut dipindah kan pada pengengkol melalui batang torak
dan mengakibatkan adanya momen putar atau torsi pada poros engkol. Besarnya
torsi mesin dapat dihitung dengan rumus:
21
( T = F x r )
Dimana :
T = Torsi (Nm)
F = Gaya penyeimbang yang diberikan ( N )
r = Jarak lengan torsi (mm)
2.5 Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar adalah banyaknya pemakaian bahan bakar (cc) yang
di perlukan dalam proses pembakaran dalam tiap satuan waktu (menit). Satuan
yang digunakan yaitu (cc/menit). Bahan bakar yang digunakan dalam penelitian
adalah pertamax. Pengujian konsumsi bahan bakar diukur berdasarkan banyaknya
bahan bakar yang di konsumsi dalam tiap 1 menit.