bab i - bab 5 perkot
DESCRIPTION
perancangan kota kesimpulan dari makalah tugas perancangan kotaTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Roger Trancik, seorang pakar dibidang Urban Design, ruang terbuka hijau
adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kota, dalam
bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. Sementara menurut Rooden Van
FC dalam Grove dan Gresswell,1983, ruang terbuka hijau adalah fasilitas yang memberikan
kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan
suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi.
Sedangkan menurut ketentuan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian
RTH adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Pasal 29 menyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling
sedikit 30% dari luas wilayah kota dan proporsi ruang terbuka hijau publik paling sedikit
20% dari wilayah kota. Namun pada kenyataannya, hanya kurang lebih 10% hingga 20%
dari keseluruhan luas perkotaan yang dapat dipertahankan sebagai ruang terbuka hijau.
Dapat di lihat, bahwa daerah perkotaan telah menjadi daerah komersil yang setiap
jengkalnya dimanfaatkan untuk usaha dan pembangunan lainnya.
James Siahaan (2010) menyatakan bahwa kecenderungan terjadinya penurunan
kuantitas ruang publik, terutama RTH pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung, luasan RTH telah berkurang dari
35% pada awal tahun 1970-an menjadi 10% pada saat ini. Ruang terbuka hijau yang ada
sebagian besar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan dan kawasan permukiman
baru.
2
Berdasarkan latar belakang di atas, Jakarta sebagai salah satu kota besar yang sangat
perlu diperhatikan kuantitas ruang publik terutama RTH, maka dipilihlah salah satu lokasi
di Jakarta sebagai lokasi kajian Ruang Terbuka Hijau, yaitu taman kelurahan di kawasan
Kelurahan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk Ruang Terbuka Hijau pada taman kelurahan Lubang Buaya,
Cipayung?
2. Apa pengaruh yang dihasilkan dari taman kelurahan di kawasan Kelurahan Lubang
Buaya, Cipayung?
3. Bagaimana aspek visual dalam unsur alam dan buatan pada Ruang Terbuka Hijau
(RTH) di taman kelurahan kawasan Lubang Buaya, Cipayung?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan mamahami bagaimana bentuk Ruang Terbuka Hijau pada taman
kelurahan Lubang Buaya, Cipayung
2. Mengetahui dan memahami apa pengaruh yang dihasilkan dari taman kelurahan
Lubang Buaya, Cipayung
3. Mengetahui dan memahami bagaimana aspek visual dalam unsure alam dan buatan
pada Ruang Terbuka Hijau di taman kelurahan kawasan Lubang Buaya, Cipayung
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan pengetahuan kepada penulis untuk memperluas wawasan penerapan
teori dan pengetahuan yang telah diterima di dalam perkuliahan pada studi nyata
2. Pengembangan ilmu pengetahuan tentang ruang terbuka publik dalam teori kota
3. Dapat dijadikan referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang ruang terbuka
hijau
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari lima bab disertakan daftar pustaka yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian yakni :
3
BAB I PENDAHULUAN yakni menguraikan beberapa pokok persoalan, yaitu latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA yaitu menguraikan pustaka/literatur untuk dapat
menjelaskan materi dan teori yang sesuai dengan judul penelitian dan dibuat untuk
mempermudah menguraikan hasil penelitian sesuai dengan objek amatan penelitian. Selain
itu kajian pustaka ini juga berisi mengenai pustaka/literatur yang sesuai dengan materi,
tema, dan judul yang diambil dalam Perancangan Kota.
BAB III STUDI KASUS yaitu menguraikan suatu objek permasalahan melalui suatu
kasus yang terdiri dari unit tunggal dan menjelaskan bagaimana keberadaan dan megapa
kasus tersebut dapat terjadi.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN yakni menguraikan hasil pengamatan
yang mencakup semua aspek terkait dengan penelitian, penjelasan tentang keterkaitan
antara faktor-faktor dan data penelitian yang diperoleh dan membahas masalah-masalah
yang diajukan, serta merupakan bagian inti yang memaparkan uraian penelitian sesuai
dengan batasan dan permasalahan yang dibahas.
BAB V PENUTUP yakni menguraikan hasil dari penelitian perancangan kota dengan
membuat kesimpulan mengenai apa yang terjadi dan memberi jawaban terhadap masalah
yang diajukan serta saran-saran yang terkait sehubungan kesimpulan yang didapat dan
memberi saran dari hasil penelitian di lapangan, sehingga menjadi lebih baik lagi.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik
dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur di mana dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka
terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.
Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
2.2. Penyediaan dan Pemanfaatan RTH dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah
Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan
Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang
yang cukup bagi:
a. kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis;
b. kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi;
c. area pengembangan keanekaragaman hayati;
d. area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan;
e. tempat rekreasi dan olahraga masyarakat;
f. tempat pemakaman umum;
g. pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan;
h. pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis;
i. penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria
pemanfaatannya;
5
j. area mitigasi/evakuasi bencana; dan
k. ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan perundangan dan tidak
mengganggu fungsi utama RTH tersebut.
2.3. Tujuan Penyelenggaraan RTH
Tujuan penyelenggaraan RTH adalah:
a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;
b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam
dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat;
c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan
perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
2.4. Fungsi RTH
RTH memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:
memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara
(paru-paru kota);
pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancar;
sebagai peneduh;
produsen oksigen;
penyerap air hujan;
penyedia habitat satwa;
penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta;
penahan angin.
b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:
Fungsi sosial dan budaya:
menggambarkan ekspresi budaya lokal;
merupakan media komunikasi warga kota;
tempat rekreasi;
6
wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari
alam.
Fungsi ekonomi:
sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur
mayur;
bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lainlain.
Fungsi estetika:
meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala
mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap
kota secara keseluruhan;
menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;
pembentuk faktor keindahan arsitektural;
menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak
terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai
dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air,
keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.
2.5. Manfaat RTH
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:
a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk
keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk
dijual (kayu, daun, bunga, buah);
b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih
udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah,
pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi
hayati atau keanekaragaman hayati).
2.6. Tipologi RTH
Pembagian jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi RTH sebagaimana Gambar 2.1.
7
Gambar 2.1 Tipologi RTH
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami,
kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman,
lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat
berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.
Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok,
memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang
perkotaan.
Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat.
Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat adalah sebagaimana tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Kepemilikan RTH
8
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi
ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural. Khusus
untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area
bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk
aksesibilitas bagi penyandang cacat.
Karakteristik RTH disesuaikan dengan tipologi kawasannya. Berikut ini tabel arahan
karakteristik RTH di perkotaan untuk berbagai tipologi kawasan perkotaan:
Tabel 2.2 Kepemilikan RTH
9
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
2.7. Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan
a. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:
ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;
proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri
dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau
privat;
apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka
proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat,
maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang
diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.
Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap
melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal.
b. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
10
Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan
mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita
sesuai peraturan yang berlaku.
Tabel 2.3 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
c. Penyediaan RTH Berdasarkan Fungsi Tertentu
Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan,
sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman
pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya
tidak teganggu.
RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan
listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan
sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air baku/mata air.
2.8. Arahan Penyediaan RTH pada Lingkungan Permukiman
a. RTH Taman Rukun Tetangga
11
Taman Rukun Tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan untuk melayani
penduduk dalam lingkup 1 (satu) RT, khususnya untuk melayani kegiatan sosial di
lingkungan RT tersebut. Luas taman ini adalah minimal 1 m2 per penduduk RT, dengan
luas minimal 250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 300 m dari rumah-
rumah penduduk yang dilayani.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari
luas taman. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman, juga terdapat
minimal 3 (tiga) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.
b. RTH Taman Rukun Warga
RTH Taman Rukun Warga (RW) dapat disediakan dalam bentuk taman yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan
olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Luas
taman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas minimal 1.250 m
2. Lokasi
taman berada pada radius kurang dari 1000 m dari rumah-rumah penduduk yang
dilayaninya.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari
luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai
keperluan, juga terdapat minimal 10 (sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil
atau sedang.
c. RTH Kelurahan
RTH kelurahan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini minimal 0,30 m2 per penduduk
kelurahan, dengan luas minimal taman 9.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah
kelurahan yang bersangkutan.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari
luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai
keperluan, juga terdapat minimal 25 (duapuluhlima) pohon pelindung dari jenis pohon
kecil atau sedang untuk jenis taman aktif dan minimal 50 (limapuluh) pohon pelindung
dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.
12
d. RTH Kecamatan
RTH kecamatan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman ini minimal 0,2 m2 per penduduk
kecamatan, dengan luas taman minimal 24.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah
kecamatan yang bersangkutan.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari
luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai
keperluan, juga terdapat minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil
atau sedang untuk taman aktif dan minimal 100 (seratus) pohon tahunan dari jenis pohon
kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.
2.9. Pemanfaatan RTH pada Lingkungan/Permukiman
RTH pada Lingkungan/Permukiman dapat dioptimalkan fungsinya menurut jenis
RTH berikut:
a. RTH Taman Rukun Tetangga
Taman Rukun Tetangga (RT) dapat dimanfaatkan penduduk sebagai tempat
melakukan berbagai kegiatan sosial di lingkungan RT tersebut.
Untuk mendukung aktivitas penduduk di lingkungan tersebut, fasilitas yang harus
disediakan minimal bangku taman dan fasilitas mainan anak-anak.
Selain sebagai tempat untuk melakukan aktivitas sosial, RTH Taman Rukun
Tetangga dapat pula dimanfaatkan sebagai suatu community garden dengan menanam
tanaman obat keluarga/apotik hidup, sayur, dan buah-buahan yang dapat dimanfaatkan
oleh warga.
13
Gambar 2.2 Contoh 1 Taman Rukun Tetangga
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
14
Gambar 2.3 Contoh 2 Taman Rukun Tetangga
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
b. RTH Taman Rukun Warga
RTH Rukun Warga (RW) dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan remaja,
kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan sosial lainnya di lingkungan RW tersebut.
15
Fasilitas yang disediakan berupa lapangan untuk berbagai kegiatan, baik olahraga
maupun aktivitas lainnya, beberapa unit bangku taman yang dipasang secara
berkelompok sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi antar warga, dan beberapa
jenis bangunan permainan anak yang tahan dan aman untuk dipakai pula oleh anak
remaja.
16
Gambar 2.4 Contoh Taman Rukun Warga
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
c. RTH Taman Kelurahan
RTH kelurahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan penduduk dalam
satu kelurahan.
Taman ini dapat berupa taman aktif, dengan fasilitas utama lapangan olahraga
(serbaguna), dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif, dimana
aktivitas utamanya adalah kegiatan yang lebih bersifat pasif, misalnya duduk atau
bersantai, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau dengan pohonpohon tahunan.
Tabel 2.4 Contoh Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kelurahan
17
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
18
Gambar 2.5 Contoh Taman Kelurahan (Rekreasi Aktif)
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
20
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
d. RTH Taman Kecamatan
RTH kecamatan dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk melakukan berbagai
aktivitas di dalam satu kecamatan.
Taman ini dapat berupa taman aktif dengan fasilitas utama lapangan olahraga,
dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif untuk kegiatan yang
lebih bersifat pasif, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau. Kelengkapan taman ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5 Contoh Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kecamatan
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
22
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
2.10. Bentuk Ruang Terbuka
1. Menurut Rob Krier Urban Space di klasifikasikan menjadi dua jenis Yaitu :
a. Memanjang : ruang terbuka yang cenderung hanya mempunyai batas-batas di
sisi-sisinya (jalan, sungai, pedestrian)
b. Cluster : ruang terbuka yang mempunyai batas-batas di sekelilingnya (plaza,
sguare, lapangan, bundaran)
2. Menurut Samuel Zisman menyimpulkan bentuk ruangterbuka di tinjau dari kebutuhan
dibagi dalam tiga type :
a. Open Utility : (fungsi2 utilitas kota dan service : supply air, drainase,
pengendalian banjir)
b. Open Green : Sebagai taman rekreasi dan ekologis ( Park dan rekreasi, jalur hijau
dan daerah hijau, proteksi indah dan alami )
c. Corridor Space : pergerakan, transportasi dan pedestrian untuk mobilitas kota,
biasanya dalam bnetuk fasilitas umum untuk public akses
2.11 RTH Kota/ Perkotaan
a. RTH Taman Kota
RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota
atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk dengan
standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2.
Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan
fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% -
90%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang dipilih berupa
pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar
berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.
b. Hutan Kota
Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai peyangga lingkungan kota yang
berfungsi untuk:
Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;
23
Meresapkan air;
Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan
Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia.
Hutan kota dapat berbentuk:
Bergerombol atau menumpuk: hutan kota dengan komunitas vegetasi
terkonsentrasi pada satu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon
dengan jarak tanam rapat tidak beraturan;
Menyebar: hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan
luas minimal 2500 m. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar
dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil;
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100% dari luas
hutan kota;
Berbentuk jalur: hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti
bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Lebar minimal
hutan kota berbentuk jalur adalah 30 m.
Struktur hutan kota dapat terdiri dari:
Hutan kota berstrata dua, yaitu hanya memiliki komunitas tumbuhtumbuhan
pepohonan dan rumput;
Hutan kota berstrata banyak, yaitu memiliki komunitas tumbuhtumbuhan
selain terdiri dari pepohonan dan rumput, juga terdapat semak dan penutup
tanah dengan jarak tanam tidak beraturan.
Gambar 2.8 Pola Tanam Hutan Kota Strata 2
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
24
Gambar 2.9 Pola Tanam Hutan Kota Strata Banyak
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Luas ruang hijau yang diisi dengan berbagai jenis vegetasi tahunan minimal seluas 90%
dari luas total hutan kota.
Dalam kaitan kebutuhan air penduduk kota maka luas hutan kota sebagai produsen air
dapat dihitung dengan rumus:
Gambar 2.10 Rumus Kebutuhan Air Penduduk Kota
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Hutan kota dalam kaitan sebagai produsen oksigen dapat dihitung dengan metode Gerakis
(1974), yang dimodifikasi dalam Wisesa (1988), sebagai berikut:
25
Gambar 2.11 Rumus Perhitungan Kebutuhan Oksigen Penduduk Kota
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
c. Sabuk Hijau
Sabuk hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk
membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah kawasan, dan
lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling
mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya.
Sabuk hijau dapat berbentuk: ƒ
RTH yang memanjang mengikuti batas-batas area atau penggunaan lahan tertentu,
dipenuhi pepohonan, sehingga berperan sebagai pembatas atau pemisah; ƒ
Hutan kota; ƒ
Kebun campuran, perkebunan, pesawahan, yang telah ada sebelumnya (eksisting) dan
melalui peraturan yang berketetapan hukum, dipertahankan keberadaannya.
Fungsi lingkungan sabuk hijau: ƒ
Peredam kebisingan; ƒ
Mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan oleh radiasi energi matahari; ƒ
Penapis cahaya silau; ƒ
Mengatasi penggenangan; daerah rendah dengan drainase yang kurang baik sering
tergenang air hujan yang dapat mengganggu aktivitas kota serta menjadi sarang nyamuk.
ƒ
26
Penahan angin; untuk membangun sabuk hijau yang berfungsi sebagai penahan angin
perlu diperhitungkan beberapa faktor yang meliputi panjang jalur, lebar jalur.
Mengatasi intrusi air laut; RTH hijau di dalam kota akan meningkatkan resapan air,
sehingga akan meningkatkan jumlah air tanah yang akan menahan perembesan air laut ke
daratan.
Penyerap dan penepis bau;
Mengamankan pantai dan membentuk daratan;
Mengatasi penggurunan.
d. RTH Jalur Hijau Jalan
Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20–
30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan
pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan
persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat,
yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah.
Gambar 2.12 Contoh Tata Letak Jalur Hijau Jalan
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
e. Pulau Jalan dan Median Jalan
Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti pada
persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median berupa jalur pemisah yang
membagi jalan menjadi dua lajur atau lebih. Median atau pulau jalan dapat berupa
taman atau non taman. Dalam pedoman ini dibahas pulau jalan dan median yang
berbentuk taman/RTH.
a. Pada jalur tanaman tepi jalan
Peneduh
27
a) ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median);
b) percabangan 2 m di atas tanah;
c) bentuk percabangan batang tidak merunduk;
d) bermassa daun padat;
e) berasal dari perbanyakan biji;
f) ditanam secara berbaris;
g) tidak mudah tumbang.
Contoh jenis tanaman:
a) Kiara Payung (Filicium decipiens)
b) Tanjung (Mimusops elengi)
c) Bungur (Lagerstroemia floribunda)
28
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Profil Kota
Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan kota yang paling luas di
antara kota-kota lainnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kota Administrasi
Jakarta Timur juga memiliki jumlah penduduk yang paling banyak.
Berdasarkan sumber data Sudin Kependudukan dan Cacatan Sipil Kota
Administrasi Jakarta Timur, jumlah penduduk sampai dengan tahun 2013
adalah 2.832.515 jiwa, yang terdiri dari 1.443.222 laki-laki dan 1.389.293
perempuan.
Sementara untuk rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota
Administrasi Jakarta Timur cukup tinggi, yaitu sekitar 15.064 jiwa/km2
dengan kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Matraman
mencapai 37.5292 jiwa/km2 dan yang terendah adalah Kecamatan Cipayung
sebesar 8.253 jiwa/km2.
Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Timur dibagi ke dalam 10
Kecamatan, yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Makasar,
Kramatjati, Jatinegara, Duren Sawit, Cakung, Pulogadung dan Matraman.
Adapun jumlah kelurahan di Kota Administrasi Jakarta Timur adalah 65
kelurahan.
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur Jakarta Timur terdiri 95 %
daratan dan selebihnya rawa atau persawahan dengan ketinggian rata-rata 50
meter dari permukaan air laut. Kota Administrasi Jakarta Timur Jakarta Timur
dilalui oleh 7 (tujuh) sungai/kali yaitu Kali Ciliwung, Kali Sunter, Kalimalang,
Kali Cipinang, Kali Buaran, Kali Jatikramat dan Kali Cakung.
Kondisi iklim yang menyelimuti Kota Administrasi Jakarta Timur
berada pada tekanan udara sekitar 1.009,2 mb dan kelembaban udara rata-rata
79,0 persen. Kecepatan angin 4,1 knot serta arah angin pada bulan Januari-
Maret ke arah utara, April-September ke arah Timur laut, dan Oktober-
29
Desember ke arah Barat. Arah angin Oktober-Desember sering menimbulkan
hujan lebat seperti halnya wilayah-wilayah lain di Indonesia.
Gambar 3.1 Peta DKI Jakarta
Sumber : www.google.com/maps
3.1.1 Profil Wilayah
Kecamatan Cipayung terletak antara 1060 49’ 35’’ Bujur Timur
dan 060 10’ 37’’ Lintang Selatan, memiliki luas daerah 28.45 km2
dengan jumlah penduduk 234.795 jiwa dan tingkat pertumbuhan
penduduk 2,30% per tahun sehingga memiliki kepadatan penduduk
8.253 jiwa/km2, terendah di Jakarta Timur.
Gambar 3.2 Kecamatan Cipayung
Sumber : www.google.com/maps
30
3.1.2 Orientasi Wilayah
Batas wilayah Kecamatan Cipayung adalah :
Sebelah Utara : Kecamatan Makasar - Jakarta Timur
Sebelah Selatan : Kecamatan Cibinong - Kabupaten
Bogor
Sebelah Timur : Kecamatan Pondok Gede - Jakarta
Timur
Sebelah Barat : Kecamatan Ciracas - Jakarta Timur
Secara persentase, lahan di Kecamatan Cipayung didominasi oleh
kegiatan perumahan besar 73,32% dari total luas kecamatan dengan
peruntukan terkecil berupa industri sebesar 1,07%.
3.2 Peraturan Daerah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan. Pada Bab II mengenai penyediaan RTH di kawasan perkotaan
berdasarkan:
Penyediaan RTH berdasarkan Jumlah Penduduk
Tabel 3.1 Penyediaan RTH berdasarkan Jumlah Penduduk
31
Arahan Penyediaan RTH : Pada Lingkungan/Pemukiman
1. RTH Taman Rukun Tetangga
Taman Rukun Tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan
untuk melayani penduduk dalam lingkup 1 (satu) RT, khususnya
untuk melayani kegiatan sosial di lingkungan RT tersebut. Luas
taman ini adalah minimal 1 m2 per penduduk RT, dengan luas
minimal 250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 300
m dari rumah-rumah penduduk yang dilayani. Luas area yang
ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari
luas taman. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai
tanaman, juga terdapat minimal 3 (tiga) pohon pelindung dari jenis
pohon kecil atau sedang.
2. RTH Taman Rukun Warga
RTH Taman Rukun Warga (RW) dapat disediakan dalam
bentuk taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW,
khususnya kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta
kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Luas
taman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas minimal
1.250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 1000 m
dari rumah-rumah penduduk yang dilayaninya. Luas area yang
ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari
luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai
tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain
ditanami dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat
minimal 10 (sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau
sedang.
3. RTH Kelurahan
RTH kelurahan dapat disediakan dalam bentuk taman yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini
minimal 0,30 m2 perpenduduk kelurahan, dengan luas minimal
taman 9.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kelurahan yang
32
bersangkutan. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau)
minimal seluas 80% - 90% dari luas taman, sisanya dapat berupa
pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai
aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman
sesuai keperluan, juga terdapat minimal 25 (dua puluh lima) pohon
pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman
aktif dan minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung dari jenis
pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.
4. RTH Kecamatan
RTH kecamatan dapat disediakan dalam bentuk taman yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman
ini minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan, dengan luas taman
minimal 24.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan
yang bersangkutan. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau)
minimal seluas 80% - 90% dari luas taman, sisanya dapat berupa
pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai
aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman
sesuai keperluan, juga terdapat minimal 50 (lima puluh) pohon
pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk taman aktif dan
minimal 100 (seratus) pohon tahunan dari jenis pohon kecil atau
sedang untuk jenis taman pasif.
Kriteria Vegetasi untuk RTH Taman dan Taman Kota
Kriteria pemilihan vegetasi untuk taman lingkungan dan taman
kota adalah
sebagai berikut:
a. tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah,
perakaran tidakmengganggu pondasi;
b. tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
c. ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi
warna lain seimbang;
d. perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
33
e. kecepatan tumbuh sedang;
f. berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
g. jenis tanaman tahunan atau musiman;
h. jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan
yang optimal;
i. tahan terhadap hama penyakit tanaman;
j. mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;
k. sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang
burung.
Sedangkan pada Bab III mengenai pemanfaatan RTH di kawasan
perkotaan berdasarkan:
Pemanfaatan RTH : Pada Lingkunga/Pemukiman
RTH pada Lingkungan/Permukiman dapat dioptimalkan
fungsinya menurut jenis RTH berikut:
1. RTH Taman Rukun Tetangga
Taman Rukun Tetangga (RT) dapat dimanfaatkan penduduk
sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan sosial di lingkungan
RT tersebut. Untuk mendukung aktivitas penduduk di lingkungan
tersebut, fasilitas yang harus disediakan minimal bangku taman dan
fasilitas mainan anak-anak. Selain sebagai tempat untuk melakukan
aktivitas sosial, RTH Taman Rukun Tetangga dapat pula
dimanfaatkan sebagai suatu community garden dengan menanam
tanaman obat keluarga/apotik hidup, sayur, dan buah-buahan yang
dapat dimanfaatkan oleh warga.
34
Gambar 3.3 Contoh Taman RT
Sumber : Permen PU 05/PRT/M/2008
2. RTH Rukun Warga
RTH Rukun Warga (RW) dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan
sosial lainnya di lingkungan RW tersebut. Fasilitas yang disediakan
berupa lapangan untuk berbagai kegiatan, baik olahraga maupun
aktivitas lainnya, beberapa unit bangku taman yang dipasang
secara berkelompok sebagai sarana berkomunikasi dan
bersosialisasi antar warga, dan beberapa jenis bangunan permainan
anak yang tahan dan aman untuk dipakai pula oleh anak remaja.
35
Gambar 3.4 Contoh Taman RW
Sumber : Permen PU 05/PRT/M/2008
3. RTH Kelurahan
RTH kelurahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan
penduduk dalam satu kelurahan. Taman ini dapat berupa taman
aktif, dengan fasilitas utama lapangan olahraga (serbaguna),
dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif,
dimana aktivitas utamanya adalah kegiatan yang lebih bersifat
pasif, misalnya duduk atau bersantai, sehingga lebih didominasi
oleh ruang hijau dengan pohon-pohon tahunan.
Tabel 3.2 Contoh Kelengkapan Fasilitas Taman Kelurahan
Sumber : Permen PU 05/PRT/M/2008
36
Gambar 3.5 Contoh Taman Kelurahan
Sumber : Permen PU 05/PRT/M/2008
4. RTH Kecamatan
RTH kecamatan dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk
melakukan berbagai aktivitas di dalam satu kecamatan. Taman ini
dapat berupa taman aktif dengan fasilitas utama lapangan olahraga,
dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif
untuk kegiatan yang lebih bersifat pasif, sehingga lebih didominasi
oleh ruang hijau. Kelengkapan taman ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Contoh Kelengkapan Fasilitas Taman Kecamatan
37
Gambar 3.6 Contoh Taman Kecamatan
Sumber : Permen PU 05/PRT/M/2008
3.3 Artikel Tentang Taman Kota
Kawasan Hutan Kota dan Taman Kota
Sumber : http://timur.jakarta.go.id/menu-potensi-wilayah.html
Padatnya manusia menjadi masalah lingkungan di perkotaan.
Pertumbuhan penduduk mempengaruhi perkembangan permukiman serta
kebutuhan prasarana dan sarana, fisik kawasan kota mungkin berkembang
secara ekonomi, namun mutu lingkungannya turun. Ruang gerak di kota serba
sumpek, pengap, berjubel, bising, air, tanah, udara tercemar.
38
Kota yang sehat mestinya memiliki sejumlah lahan terbuka. Sebagai
hutan kota, lahan ini bermanfaat menjadi sumber udara bersih untuk
mengimbangi pencemaran udara dan suara bising dari mesin pabrik atau
kendaran bermotor. Masyarakat dan pemerintah harusnya memahami soal ini
dan segera melakukan tindakan nyata mewujudkan RuangTerbuka Hijau
(RTH) di kota.
Menyikapi keadaan tersebut, maka Pemerintah Kota Jakarta Timur
melakukan pengembangan hutan kota dan taman kota yang ada di Jakarta
Timur, karena pembangunan hutan kota merupakan bagian dari pengelolaan
lingkungan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Itu berarti pemerintah dan
warga masyarakat sama-sama punya tanggungjawab mendorong
pembangunan RuangTerbuka Hijau di lingkungan mereka.
Melihat pentingnya hutan kota sebagai paru-paru kota yang dapat
membantu menetralisir pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan
bermotor, maka kelestarian hutan kota dan taman kota perlu dijaga dengan
baik.
3.4 Studi Kasus
3.4.1 Lokasi
Taman Bambu terletak di Jl. Pagelarang RT 06/01 Cipayung
Jakarta Timur dengan luas lahan 29.330 m2 yang diperuntukan sebagai
taman dan merupakan taman kecamatan. Taman bambu berbatasan
dengan pemukiman warga. Untuk mencapai taman ini adalah dengan
menggunakan kendaraan pribadi.
39
Gambar 3.7 Lokasi Taman Bambu
Sumber : www.google.com/maps
3.4.2 Deskripsi
Taman bambu memiliki berbagai fasilitas diantaranya parkir,
pos jaga, gazebo, lapangan dan perlengkapan bermain, serta street
furniture. Selain itu terdapat berbagai jenis tanaman dan beberapa
danau buatan yang dipergunakan untuk memancing oleh para
pengunjung. Kontur taman bambu adalah datar dan berbukit.
Taman bambu ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan seperti sebagai tempat rekreasi, bermain, memancing, sekadar
duduk-duduk atau bersantai.
Gambar 3.8 Gazebo dan Toilet
Sumber : Dokumentasi Pribadi
40
Gambar 3.9 Perlengkapan Bermain
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.10 Street Furniture (Signed, Tempat Sampah, Tempat Duduk, Lampu)
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.11 Vegetasi dan Danau di Taman Bambu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.5 Studi Banding
Taman Ganesha merupakan salah satu RTH di Kota Bandung
seluas + 9.607m2 yang terletak di Jalan Ganesha, Kecamatan Coblong,
Kelurahan Lebak Siliwangi bersebelahan dengan Masjid Salman dan
berdekatan dengan ITb dan SMAN 1 . Taman yang dibangun pada tahun 1919
ini dahulu dikenal dengan nama Ijzermanpark yaitu diambil dari nama
pendirinya Dr. Ir. J.W Ijzerman.
41
Fungsi Taman Ganesha saat ini adalah sebagai tempat berkumpulnya
warga dan berkegiatan (bermain, membaca, makan, sekedar duduk-duduk,
atau bahkan berjualan).
Pencapaian ke taman ganesha adalah melalui 6 pintu masuk; yaitu 2
dibagian utara kanan dan kiri, 1 dibagian timur, 1 dibagian barat, dan 2 pintu
pada kanan dan kiri bagian selatan taman.
Gambar 3.12 Pencapaian ke Taman Ganesha
Sumber : https://sites.google.com/site/tamanbandung/taman-kota-bandung/taman-ganesha
Tabel 3.4 Fasilitas dan Elemen Pada Taman Ganesha
No. Sarana Keterangan Kondisi Saat Ini
1 Toilet Kamar kecil yang
dilengkapi bak air
dan jamban
2 Lampu Taman Berfungsi sebagai
penerang taman di
malam hari dan
memperindah
kondisi taman
42
3 Bangku Taman Tempat Pengunjung
dapat duduk dengan
santai dan
menikmati suasana
taman
4 Air Mancur Berfungsi untuk
meningkatkan nilai
estetis taman
5 Tempat
Sampah
Tempat
menampung
sampah para
pengujung
6 Signage Penunjuk arah
berisi informasi
tertentu
7 Focal Point Titik pusat
perhatian
Sumber : https://sites.google.com/site/tamanbandung/taman-kota-bandung/taman-ganesha
43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Gambaran Taman dari Peta
Sumber : www.googlemaps.com
Taman Bambu merupakan salah satu RTH di kota Jakarta Timur seluas ± 3,778 ha
yang terletak di Kecamatan Cipayung Kelurahan Lubang Buaya. Taman yang dibangun pada
tahun 2010 ini berdekatan dengan monumen Lubang Buaya dan Taman Mini Indonesia
Indah. Diantara taman-taman lain yaitu : taman kembang sepatu di daerah Kelurahan Setu
dan taman yang berada di daerah Kelapa Dua Wetan memiliki tema yang sama. Fungsi
Taman Bambu saat ini adalah sebagai tempat berkumpulnya warga dan berkegiatan (senam
sehat bersama, memancing, jogging, bermain, membaca, makan, sekedar duduk-duduk, atau
bahkan berjualan).
Tabel 4.1 Gambaran Situasi Taman Bambu
44
Gambar 4.2 Identitas Taman Bambu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.3 Gerbang Masuk Taman
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.4 Gerbang Masuk Taman
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.5 Jalur Taman
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.6 Tanaman Perdu sekitar Tembok
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.7 Danau Buatan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
45
Gambar 4.8 Danau Buatan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.9 Bukit Buatan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.10 Jalur Taman
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.11 Bukit Buatan Berkontur
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.12 Taman Terlihat dari Bukit
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.13 Area Duduk Pinggir Danau
Sumber : Dokumentasi Pribadi
46
Gambar 4.14 Jalur Taman
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.15 Tampak Bukit
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.16 Pedestrian Paving Block
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.17 Tanaman Semak Hias
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.18 Gazebo
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.19 Tanaman Semak Hias
Sumber : Dokumentasi Pribadi
47
Gambar 4.20 Tanaman Semak Hias
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.21 Tampak Bukit Buatan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.22 Jalur Jogging Track
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.23 Tempat Sampah
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.24 Jalur Taman
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.25 Danau Buatan 2
Sumber : Dokumentasi Pribadi
48
Gambar 4.26 Danau Buatan 2
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.27 Drainase Taman
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.28 Anak Bermain Lumpur
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.29 Peraturan Taman
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.30 Tempat Sampah
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.31 Lapangan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
49
Gambar 4.32 Anak Bermain Bola
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.33 Toilet Umum
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.34 Ayunan Anak-Anak
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.35 Mainan Anak
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Kelengkapan Taman
Fasilitas
No. Kelengkapan
Taman
Ada/
tidak Gambar dan Keterangan
1 Lapangan
Terbuka
Lapangan
Volley
Lapangan
Basket
Ada
Gambar 4.36 Lapangan Olahraga
Sumber : Dokumentasi Pribadi
50
2 Trek Lari Ada
Gambar 4.37 Trek Lari dan Pedestrian
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3 WC Umum Ada
Gambar 4.38 Toilet Umum
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4 Parkir
Kendaraan
Ada
Gambar 4.39 Parkir Kendaraan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
5 Kursi- Kursi
Taman
Ada
Gambar 4.40 Area Duduk Pengunjung Taman
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Vegetasi
1 Minimal 50
pohon (sedang
dan Kecil)
Ada
Lebih
Dari
50
pohon
51
Gambar 4.41 Pohon
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2 Semak ada
Gambar 4.42 Tanaman Semak
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3 Perdu ada
Gambar 4.43 Tanaman Perdu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4 Penutup Tanah
Rumput
Paving block
Aspal
ada
Gambar 4.44 Ground Cover
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Taman Bambu merupakan contoh dari RTH tingkat kecamatan dapat disediakan
dalam bentuk taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas
taman ini minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan, dengan luas taman minimal 24.000
m2. (taman ini luas 37.880 m
2) Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan Cipayung
Jakarta Timur.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 80% - 90% dari luas
taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai
keperluan, juga terdapat minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil
atau sedang untuk taman aktif yang sedang dalam proses tumbuh.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif
untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan
transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga
menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Hal ini umumnya
merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak
ekonomis. Maka dari itu perlunya keberadaan RTH untuk melestarikan dan menjaga
kestabilan lingkungan perkotaan.
Taman Bambu merupakan salah satu RTH di kota Jakarta Timur seluas ± 3,778 ha
yang terletak di Kecamatan Cipayung Kelurahan Lubang Buaya. Taman Bambu ini
merupakan contoh dari RTH tingkat kecamatan yang disediakan sebagai fasilitas pendukung
keberadaannya RTH pada suatu wilayah. Dimana dapat disediakan dalam bentuk taman yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Taman ini mempunyai luas minimal 0,2
m2 per penduduk kecamatan, dengan luas taman minimal 24.000 m
2. Keberadaan taman ini
dapat menjadi contoh untuk melengkapi suatu fasilitas kemajuan ekologi terhadap RTH
(Ruang Terbuka Hijau) yang mampu memberikan kelestarian dan kestabilan lingkungan
perkotaan sekitar.
Tak lepas dari peran sebagai pemanfaatan lahan RTH, ruang hijau tentunya
mempunyai suatu keberhasilan rancangan, penanaman dan kelestariannya maka sifat dan ciri
serta kriteria arsitektural dan hortikultural tanaman dan vegetasi penyusun RTH harus
menjadi bahan pertimbangan dalam menseleksi jenis-jenis yang akan ditanam. RTH
perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi. Berbagai fungsi yang terkait dengan
keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang
dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas
lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai
kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam
suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya
harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya.
53
5.2 Saran
Setelah menjelaskan mengenai persoalan Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta studi
kasus terhadap taman kota “Taman Bambu” yang terdapat di lingkungan kecamatan. Ada
beberapa upaya yang harus dilakukan oleh Pemerintah dan Masyarakat, antara lain adalah:
1. Menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan (NSPM) untuk peyelenggaraan dan
pengelolaan RTH.
2. Menetapkan kebutuhan luas minimum RTH sesuai dengan karakteristik kota, dan
indikator keberhasilan pengembangan RTH suatu kota.
3. Meningkatkan kampanye dan sosialisasi tentang pentingnya RTH melalui gerakan
kota hijau (green cities).
4. Mengembangkan proyek-proyek percontohan RTH untuk berbagai jenis dan bentuk
yang ada di beberapa wilayah kota.
5. Upaya yang dilakukan masyarakat adalah tetap menjaga kebersihan lingkungan dan
senantiasa mendukung seluruh rencana pemerintah dalam merencanakan RTH di
wilayah kota.