bab i aswaja

Upload: jason-singleton

Post on 07-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB I Aswaja

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKhittah merupakan garis-garis pendirian, perjuangan dan kepribadian Nahdlatul Ulama, baik yang berhubungan dengan urusan keagamaan (Hablum Minallah), maupun urusan kenegaraan dan kemasyarakatan (Hablum Minannas). Khittah NU menggariskan kepada warganya untuk memperhatikan terhadap masalah-masalah kerakyatan tidak pada Politik praktis saja1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi dari Ukhuwah Islamiyah?2. Apa saja macam-macam dari Ukhuwah Islamiyah?3. Bagaimana konsep dari Khittah NU?4. Bagaimana latar belakang dari Khittah NU?5. Apa saja butir-butir yang di garap oleh NU?6. Apa tujuan dari NU?1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui definisi dari Ukhuwah Islamiyah2. Untuk mengetahui macam-macam dari Ukhuwah Islamiyah3. Untuk mengetahui konsep dari Khittah NU4. Untuk mengetahui latar belakang dari Khittah NU5. Untuk mengetahui butir-butir yang di garap oleh NU6. Untuk mengetahui tujuan dari NU.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Ukhuwah IslamiyahUkhuwah yang biasa diartikan sebagai persaudaraan, terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti memperhatikan. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Masyarakat muslim mengenal istilah Ukhuwah Islamiyah. Istilah ini perlu di dudukan maknanya, agar bahasan kita tentang ukhuwah tidak mengalami kerancauan. Untuk itu, terlebih dahulu perlu dilakukan tinjauan kebahasaan untuk menetapkan kedudukan kata Islamiyah dalam istilah diatas. Selama ini ada kesan bahwa istilah tersebut bermakna persaudaraan yang di jalin oleh sesama muslim, atau dengan kata lain, kata Islamiyah di jadikan sebagai pelaku ukhuwah itu.Pemahaman ini kurang tepat. Kata Islamiyah yang di rangkaikan dengan kata ukhuwah lebih tepat di pahami sebagai adjektiva, sehingga ukhuwah islamiyah berarti Persaudaraan yang bersifat alami atau yang di ajarkan oleh islam. Paling tidak ada dua alasan untuk mendukung pendapat ini. 1. Al-Quran dan hadits memperkenalkan bermacam macam persaudaraan2. Karena alasan kebahasaanDi dalam bahasa arab, kata sifat selalu harus di sesuaikan dengan kata yang di sifatinya. Jika yang di sifati berbentuk indefinitif maupun feminin, maka kata sifatnya pun harus demikian. Ini terlihat secara jelas pada saat kita berkata Ukhuwah Islamiyah dan Al-Ukhuwah Al-Islamiyah.Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat akha fulanun shalihan, (fulan menjadikan shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.2.2 Macam macam Ukhuwah IslamiyahDi atas telah di kemukakan arti Ukhuwah Islamiyah, yakni Ukhuwah yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh islam. Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung masalah Ukhuwah Islamiyah dan dapat kita simpulkan bahwa di dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:1. Ukhuwah ubudiyah atau saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah.2. Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah SAW juga menekankan lewat sabda beliau, yang artinya Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara, karena hamba-hamba Allah semuanya bersaudara3. Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.4. Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antar sesama Muslim. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya Kalian adalah sahabat sahabatku, saudara saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)-ku2.3 Konsep Khittah NUA. PengertianKhittah NU adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga NU yang harus di cerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan. Landasan tersebut adalah faham Islam Ahlussunnah Wal Jamaah yang di terapkan menurut kondisi kemsyarakatan di Indonesia, meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan. Khittah NU juga di gali dari intisari perjalanan sejarah khidmahnya dari masa ke masa.B. Dasar dasar pemikiran NU1. Nahdlatul Ulama mendasarkan faham keagamaannya kepada sumber ajaran Islam: AL-Quran, As-Sunnah, Al-ijma dan Al-Qiyas.2. Dalam memahami, menafsirkan islam dari sumber-sumbernya tersebut diatas, Nahdlatul Ulama mengikuti faham Ahlussunnah Wal Jamaah dan menggunakan jalan pendekatan (Al Madzhab):a. Di bidang Aqidah, Nahdlatul Ulama mengikuti faham Ahlussunnah Wal-jamaah yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan Al Asyary dan Imam Abu Mansur Al Matuddib. Di bidang Fiqh, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (al-madzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah An-Nuam, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy Syafii dan Imam Ahmad bin Hmbal.c. Di bidang Tasawwuf mengikuti antara lain Imam Al Junaid Al Bagdadi dan Imam Al Ghazali serta Imam Imam yang lain.3. Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian, bahwa islam agam yang fitri, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki oleh manusia. Faham keagamaan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama bersifat menyempurnakan nilai nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti suku maupun bangsa, dan tidak bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut.2.4 latar belakang khithah NUSecara umum khittah NU sebenarnya sudah ada dan melekat bersamaan dengan disahkannya khittah NU, K.H. Ahmad Siddiq adalah perintis rumusan khittah. Dan beliau menulis risalah yang berjudul khittah nahdliyyah pada tahun 1979. Sebelumya memang sudah muncul gagasan untuk kembali ke khittah NU 1926, sebagai salah satu jalan keluar untuk mengatasi berbagai masalah yang selalu muncul di NU ( terutama problem politik). Tetapi belum ada gambaran yang jelas tentang apa dan bagaimana khittah NU 1926 itu.Risalah tersebut oleh berbagai kalangan di dalam NU pada beberapa kesempatan di sela kritis dan di diskusikan dengan mendalam. Hal itu terjadi antara lain pada munas alim ulama NU tahun 1984 di situbondo, dan puncaknya kemudian di matangkan di muktamar NU ke- 27 di situbondo pada bulan desembar 1984, dengan hasil final berupa besar untuk kembali khittah 1926.

2.5 Adapun butir-butir yang di garap NU meliputi :a. Bidang paham keagamaan Pada bidang paham keagamaan, khittah NU antara lain melipiti masalah keimanan (tauhid), ibadah, muamalah, dan tasawuf, juga masalh ijtihad dan sumber-sumber hukum islam.Dalam masalah tauhid (keimanan), NU mengikuti paham ahlussunnah wal jamaah dengan berpedoman pada dua ulama besar di bidang ilmu kalam yakni Abu Hasan Al Asyari dan Abu Mansur Al Maturidi.b. Bidang kemasyarakatanKarakter kemasyarakatan yang di gariskan oleh para ulama NU, tidak bergeser dari karakter kemasyarakatan yang di gariskan oleh ulama ahlussunnah wal jamaah. Dalam menggambarkan karakteristik aswaja dalam bermasyarakat, ulama mengambil dari al quran maupun hadits dalam lima istilah yaitu :Tawassuth, itidal, tasamuh, tawazun, dan amar maruf nahi munkar.c. Bidang kehidupan berbangsa dan bernegaraSebagai penghulu dan panutan umat, sejak dahulu para ulama sangat dekat dengan rakyat dan peduli terhadap alam dan sekitarnya. Sikap dekat dan peduli pada umat dan alam sekitar inilah yang kemudian menjadi akar nasionalisme dan patriotisme dalam arti mencintai dan berjuang untuk kesejahteraan bangsa dan tanah air dengan berpedoman pada ajaran islam.2.6 Tujuan Nahdlatul Ulama Dalam mencapai tujuan, NU merumuskan beberapa rincian usaha yaitu:1. Mengadakan perhubungan di antara ulama yang bermadzhab.2. Memeriksa kitab-kitab yang sebelumnya yang dipakai untuk mengajar, supaya diketahui apakah itu dari pada kitab-kitab aswaja atau kitab-kitab ahli bidah.3. Memperbanyak madrasah-madrasah yang berdasar agama islam.4. Menyiarkan agama islam dengan jalan apa saja yang halal, memperhatikan hal-hal yang berhubungan masjid-masjid, begitu juga dengan hal ihwalnya anak-anak yatim dan orang-orang fakir miskin.5. Mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian, perniagaan, dan perusahaan yang tiada dilarang oleh syara agama islam

BAB IIIPENUTUP3. 1 kesimpulan 1. Ukhuwah ubudiyah atau saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah.2. Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah SAW juga menekankan lewat sabda beliau, yang artinya Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara, karena hamba-hamba Allah semuanya bersaudara3. Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.4. Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antar sesama Muslim. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya Kalian adalah sahabat sahabatku, saudara saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)-ku.3.2 saran Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan lebih luas kepada mahasiswa khususnya mahasiswa unusa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Navis dkk. 2013. Risalah Ahlussunnah Wal-Jamaah. Surabaya : Khalista

Achmad Shiddiq. 2006. Khittah Nahdliyyah. Surabaya : Khalista 7