bab 2 landasan teori dalam kegiatan operasional sebuah...
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
Pada sub bab ini, penulis akan membahas tentang teori-teori dasar yang
berkaitan dengan topik skripsi, seperti teori mengenai data, sistem, dan
sistem informasi.
2.1.1 Data
Dalam kegiatan operasional sebuah perusahaan pasti akan
menghasilkan data. Menurut Connolly dan Begg (2010, p.70), data
merupakan komponen yang paling penting dalam Database Management
System (DBMS), berasal dari sudut pandang dari end-user. Data berperan
sebagai penghubung antara mesin dengan pengguna.
Hal ini diperjelas oleh McLeod et al. (2007, p.426), dimana data
adalah fakta dan figur yang umunya tidak dapat digunakan karena volume
yang besar dan sifat yang tidak bisa dimurnikan.
Dan hal ini dukung oleh pernyataan dari Turban et al. (2007, p.5),
dimana data adalah deskripsi dasar dari benda – benda, kejadian –
kejadian, aktivitas – aktivitas, dan transaksi – transaksi yang dicatat,
diklasifikasikan, dan disimpan tetapi tidak dimaksudkan untuk
menyampaikan arti tertentu. Data dapat berupa angka, huruf, orang,
gambar, dan suara.
Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa data merupakan
kumpulan fakta dan figur dari aktivitas-aktivitas, dan transaksi-transaksi
yang dicatat, diklasifikasikan, dan disimpan sebagai penghubung antara
mesin dengan pengguna.
2.1.2 Informasi
Dalam sebuah pemprosesan suatu data pasti akan menghasilkan
informasi. Informasi menurut Sawyer dan Williams (2007, p.25), adalah
data yang telah dirangkum atau dimanipulasi dalam bentuk lain untuk
tujuan pengambilan keputusan.
8
Hal diperjelas juga oleh Stair dan Reynolds (2010, p.5), yang
dimana informasi adalah sekumpulan fakta – fakta yang diolah dengan
sedemikian caranya sehingga memiliki nilai tambah dibalik nilai dari fakta
invidu itu sendiri.
Dan didukung pula oleh pernyataan O’Brien dan Marakas (2008,
p.24), yang mengatakan bahwa informasi adalah data yang ditempatkan
dalam konteks yang berarti dan berguna untuk pengguna terakhir.
Dari ketiga teori tersebut dapat didefinisikan sebagai sekumpulan
fakta – fakta yang diolah dan menjadi berguna dan memiliki arti untuk
tujuan pengambilan keputusan bagi pengguna terakhir dari informasi.
2.1.3 Sistem
Dalam memudahkan aliran informasi perusahaan setidaknya akan
membutuhkan peranan sebuah sistem untuk pendistribusian informasi
tersebut. Sistem menurut O’Brien dan Marakas (2008, p.24), adalah
sekelompok komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama kearah
tujuan bersama dengan menerima inputan – inputan dan menghasilkan
output dalam proses pengelolaan transformasi atau perubahan.
Hal ini juga diperjelas oleh pernyataan Sawyer dan Williams (2007,
p.510), mengenai system adalah kumpulan dari komponen – komponen
yang berhubungan yang berinteraksi untuk melakukan suatu tugas guna
mencapai suatu tujuan.
Dan pernyataan itu pun didukung oleh pendapat Stair dan Reynolds
(2010, p.8), yang dimana sistem adalah seperangkat elemen atau
komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan atau goal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem adalah komponen yang
saling berhubungan dan berinteraksi kearah tujuan bersama dengan
menerima masukan sehingga menghasilkan keluaran.
2.1.4 Sistem Informasi
Untuk membantu mengontrol kinerja proses bisnis yang berjalan,
perusahaan biasanya akan menggunakan sistem informasi. Menurut
O’Brien dan Marakas (2008, p.4), sistem informasi adalah suatu sistem
9
yang menerima sumber daya data sebagai inputan dan memprosesnya
menjadi informasi sebagai outputnya.
Pernyataan itupun dibantu oleh Turban et al. (2007, p.6), untuk
memperjelas bahwa sistem informasi adalah sebuah proses yang terdiri
dari mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis dan
menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu.
Dan ini dipertegas juga oleh pendapat oleh Stair dan Reynolds (2010,
p.10), mengenai sistem informasi adalah seperangkat komponen –
komponen yang mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan, dan
menyebar luaskan data dan informasi dan menyediakan metode umpan
balik untuk bertemu dengan objektif atau sasaran.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
adalah seperangakat komponen – komponen yang saling berkaitan untuk
mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis dan menyebar
luaskan data dan informasi untuk tujuan tertentu.
2.2 Teori Khusus
Pada sub bab ini, penulis akan membahas teori-teori khusus yang
berkaitan dengan topik skripsi.
2.2.1 Penjualan
Penjualan merupakan suatu transaksi yang terjadi dalam perusahaan
dimana akan dilakukan suatu penjualan atas produk yang dihasilkan.
Menurut Reeve (2009:225), penjualan merupakan total biaya yang
dibebankan kepada customer untuk barang yang dijual termasuk penjualan
tunai maupun penjualan kredit.
2.2.2 E-Learning
Menurut Effendi dan Zhuang (2005, p6), E-learning adalah semua
kegiatan pembelajaran yang menggunakan media elektronik atau teknologi
informasi.
Menurut Shashank hiwarkar dari jurnal yang berjudul integration of e-
learning with traditional education bahwa teknologi e-learning yang dapat
10
membuat pembelajaran terbuka dan fleksibel dan web berbasis pendidikan.
e-learning dapat diintegrasikan dengan mudah dalam tradisional
pendidikan.
Hal ini juga dipertegas oleh Mohammad Yazdi dari jurnal yang
berjudul e-learning sebagai media pembelajaran interaktif berbasis
teknologi informasi yang menyebutkan bahwa e-learning adalah proses
pembelajaran yang dituangkan melalui teknologi internet. Disamping itu
prinsip sederhana, personal, dan cepat perlu dipertimbangkan
Dan hal ini juga diperkuat oleh Julisar dari jurnal yang berjudul
Groupware sebagai alah satu teknologi informasi untuk e-learning, bahwa
e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi
komputer jaringan komputer atau internet
2.2.3 Kelebihan E-Learning
Menurut Kristy DelVecchio dan Megan Loughney (2006,p5), E-
learning sangat berguna bagi pendidikan dan perusahaan serta untuk
semua tipe pelajar. E-learning sangat terjangkau, menghemat waktu, dan
memiliki hasil yang dapat diukur. E-learning mempunyai berbagai
keuntungan, yaitu:
• Mengurangi biaya : E-learning lebih hemat dibanding dengan
cara belajar tradisional karena hemat waktu dan uang yang
dihabiskan saat dalam transportasi. E-learning dapat diakses
dari berbagai lokasi dan tidak ada biaya transportasi sama
sekali, E-learning lebih hemat dibandingkan dengan cara belajar
tradisional.
• Fleksibilitas: E-learning memiliki kelebihan dalam pengaksesan
dimana saja dan kapan saja. Pendidikan tersedia kapanpun
dan dimanapun dibutuhkan. E-learning dapat digunakan di
kantor, rumah, jalan, 24 jam sehari dan 7 hari dalam satu
minggu. E- learning juga memiliki pengukuran terhadap hasil
belajar yang dapat dibuat agar instruktur dan pelajar dapat
mengetahui apa saja yang telah dipelajari, kapan mereka akan
menyelesaikan pelajarannya dan bagaimana hasil yang telah
11
mereka capai.
• Pelajar sangat menyukai E-learning karena mengakomodir cara
belajar yang berbeda. Pelajar bisa mengambil keuntungan
belajar sesuai dengan keinginan mereka. Pelajar juga bisa
menyesuaikan E-learning dengan jadwal kesibukan mereka.
Apabila pelajar bekerja maka ia masih dapat bekerja dengan
E-learning. Apabila pelajar menginginkan waktu belajar dimalam
hari, maka pilihannya juga tersedia.
2.2.4 Kekurangan E-Learning
Disamping kelebihannya, menurut Kristy DelVecchio dan
Megan Loughney (2006,p5) E-learning juga mempunyai kekurangan,
yaitu :
• Pelajar harus memiliki akses ke komputer dan internet.
• Pelajar juga harus memiliki keterampilan komputer dengan
programnya, seperti program word processing, internet browser,
dan e-mail.
• Koneksi internet yang baik, karena sangat dibutuhkan dalam
pengambilan materi pelajaran.
2.2.5 Website
Menurut Coupey (2001, p127), website adalah suatu jaringan dair
dokumen-dokumen elektronik yang disebut halaman web, yang isinya
dapat berupa teks, grafis, dan bahkan format suara dan format video.
Dokumen-dokumen tersebut terintegrasi dengan hyperlinks. Hyperlinks
memungkinkan user untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dari
satu halaman ke halaman lainnya menggunakan link tersebut dengan
mudah.
Website memiliki tiga komponen dasar :
� Home Page
Home page merupakan awal yang muncul saat user
mengakses suatu website. Home page dibuat untuk menciptakan
kesan pertama user terhadap website.
12
� Link
Penghubung antar web page yang digunakan oleh user
untuk berpindah web page.
Hal yang dapat dilakukan oleh link:
1. Membawa user ke web page lain dalam website yang
sama atau website berbeda.
2. Memindahkan cursor ke posisi lain dalam web page
tersebut.
3. Untuk mengunduh atau menduplikasi data dari website ke
komputer user.
4. Menghubungkan user ke tempat lain dalam internet,
seperti e-mail.
� Content
Content merupakan bagian dari website, dan dapat berupa teks,
gambar, suara, video, link, ke situs lain yang berkaitan
2.2.6 Internet
Menurut Houghton (2005), internet adalah singkatan dari interwork,
merupakan sistem jaringan komputer yang dapat menghubungkan seluruh
komputer didunia menggunakan protokol jaringan TCP/IP (Transmission
Control Protocol/Internet Protocol) untuk memfasilitasi transmisi dan
pertukaran data komputer. Adaptasi teknologi internet terbaru adalah
internet dan extranet yang juga menggunakan protokol jaringan TCP/IP.
2.2.7 Hypertext Markup Language (HTML)
Menurut Connolly and Begg (2010, p1001), HTML adalah
dokumenyang mengatur bahasa-bahasa yang digunakan untuk mendesain
kebanyakan halaman web. HTML adalah suatu sistem untuk marking-up,
tagging, sehingga dokumen tersebut dapat dipublikasikan ke web.
2.2.8 World Wide Web (WWW)
Menurut Connolly and Begg (2010, p998), suatu sistem yang berbasis
hypermedia yang menyediakan surat simple ‘poin’ dan ‘klik’ artinya
adalah menelusuri informasi melalui internet menggunakan hyperlinks.
13
2.2.9 PHP
Menurut Connolly and Begg (2010, P1014), PHP adalah bahasa
pemrograman open source yang menempel pada HTML yang didukung
oleh banyak web sever termasuk apache HTTP server dan Microsoft’s
internet information server, dan pilihan bahasa pemrograman Linux web.
Salah satu keuntungan dari PHP adalah dapat diperpanjang, dan nomor
modul perpanjangannya sudah menyediakan dukungan seperti koneksi
basis data, mail, dan XML.
2.2.10 Hyper Text Transfer Protocol (HTTP)
Menurut Connolly and Begg (2010, P999) Hyper Text Transfer
Protocol (HTTP) adalah protokol dari pada web (RFC 1945, 2616).
Protokol HTTP pertama kali diimplementasikan oleh Tim Berners-Lee di
CERN pada tahun 1990-1. Berdasarkan spesifikasi dari HTTP/1.0,
protocol HTTP adalah protokol dengan fitur yang ringan dan kecepatan
yang memadai untuk mendistribusikan informasi maupun data-data yang
dibutuhkan oleh sistem.
2.3 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
Pada sub bab ini, skripsi ini akan membahas teori analisa dan perancangan
sistem informasi yang berkaitan dengan topik skripsi.
2.3.1 Sistem Analisis
Penggunaan sistem analisis dalam perusahaan yaitu untuk menemukan
masalah dalam sistem. Menurut Whitten dan Bentley (2007, p.200),
Sistem analisis adalah pembedahan sistem menjadi beberapa potongan
komponen. Sebagai tahap pemecahan masalah, sistem analisis mendahului
sistem perancangan. Sehubungan dengan pengembangan sistem informasi,
analisis sistem adalah penyelidikan awal proyek yang diusulkan, analisis
studi dan masalah pada sistem yang ada, analisis persyaratan kebutuhan
bisnis untuk sistem baru, dan analisa keputusan untuk solusi alternatif
dalam memenuhi persyaratan.
14
2.3.2 Sistem Desain
Setiap sistem yang ada pastilah memiliki Sistem Desain ketika
diputuskan untuk dirancang. menurut O’brien dan Marakas (2008, p.456),
Sistem Desain adalah Perancangan suatu sistem yang memutuskan
bagaimana sebuah sistem informasi yang diusulkan akan memenuhi
kebutuhan informasi bagi pengguna akhir. Termasuk kegiatan logis dan
fisik, dan user interface, data dan kegiatan proses desain yang
menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi persyaratan sistem yang
dikembangkan pada tahap analisis sistem.
Dan ini dipertegas oleh Whitten, et al (2007, p.33), membantu
menjelaskan bahwa Sistem Desain adalah perincian atau susunan secara
teknis, solusi berbasis komputer, untuk persyaratan bisnis yang
diidentifikasi dalam sebuah analisis sistem.
2.3.3 Normalisasi
Normalisasi merupakan sebuah teknik untuk memproduksi satu set
hubungan dengan sifat yang diinginkan, mengingat kebutuhan data dari
suatu perusahaan Connolly & Begg (2010:416) Karakteristik dari sebuah
set yang cocok hubungannya termasuk :
1. Jumlah minimal atribut yang diperlukan untuk mendukung
kebutuhan data perusahaan.
2. Atribut dengan relasi logikal tertutup (dijelaskan sebagai
ketergantungan fungsional) ditemukan didalam relasi yang
sama.
3. Redundansi minimal dengan atribut masing-masing
diwakili hanya sekali dengan pengecualian penting dari
atribut yang membentuk semua atau sebagian dari foreign
keys, yang penting untuk tergabung dengan relasi terkait.
2.3.3.1 Proses Normalisasi
Pada Proses Normalisasi terdapat tiga bentuk normalisasi
yang diusulkan disebut First Normal Form (1NF), Second Normal
15
Form (2NF), Third Normal Form (3NF) Connolly & Begg
(2010:428).
Proses normalisasi, yaitu :
1. Unnormalized form (UNF)
Unnormalized form (UNF) merupakan suatu tabel yang
terdiri dari satu atau lebih kelompok yang berulang
(repeating group).Repeating group merupakan sebuah atribut
atau himpunan atribut di dalam tabel yang memiliki lebih dari
satu nilai (multiple value) untuk sebuah primary key pada
tabel tersebut Connolly & Begg (2010:430).
2. First Normal Form (1NF)
Merupakan sebuah relasi dimana titik temu antara baris
dan kolomnya mengandung satu nilai. Ada dua pendekatan
umum untu menghilangkan repeating group dari tabel yang
tidak normal, yaitu :
a. Menempatkan data berulang bersama salinan atribut
kunci pada relasi yang berulang.
b. Menempatkan data berulang bersama salinan atribut
kunci pada relasi yang terpisah. Sebuah primary key
diidentifikasi ke dalam relasi.
3. Second Normal Form (2NF)
Second Normal Form (2NF) merupakan sebuah relasi
yang berada pada 1NF dan setiap atribut yang bukan primary
key berfungsi secara penuh bergantung pada primary key-nya
Connolly & Begg (2010:434).
4. Third Normal Form (3NF)
Menurut Connolly & Begg (2010:436), Third Normal
Form (3NF) merupakan sebuah relasi yang berada pada 1NF
dan 2NF, dan tidak ada atribut yang bukan primary key yang
secara langsung bergantung kepada primary key-nya.
5. Boyce-Codd Normal Form (BCNF)
Menurut Connolly & Begg (2010:447), Boyce-Codd
Normal Form (BCNF) berdasarkan pada functional
16
dependencies yang mempertimbangkan semua candidate key
dalam sebuah relasi. Sebuah relasi dalam BCNF jika dan
hanya jika setiap determinant adalah sebuah candidate key.
6. Fourth Normal Form (4NF)
Menurut Connolly & Begg (2010:457), Fourth Normal
Form (4NF) merupakan sebuah relasi yang jika dan hanya
jika setiap nontrivial dependency A->>B, dimana A adalah
candidate key dari relasi.
7. Fifth Normal Form (5NF)
Menurut Connolly & Begg (2010:458), Fifth Normal
Form (5NF) merupakan sebuah relasi jika dan hanya jika
setiap join dependency (R1, R2, …Rn) di dalam relasi R, setiap
proyeksi mencakup candidate key dari relasi asli.
2.3.4 Entity Relationship Diagram (ERD)
ERD dikembangkan pada tahun 1976, setiap perusahaan
membutuhkan ERD dimana digunakan untuk memenuhi kebutuhan sistem
informasinya dan untuk menggambarkan diagram keterhubungan antar
entitas.
Menurut Whitten & Bentley (2007:271), Entity Relationship Diagram
merupakan model data yang menggunakan beberapa notasi untuk
menggambarkan data dalam konteks entitas dan hubungan yang
dideksripsikan oleh data tersebut.
Entity Relationship Diagram adalah hubungan antara entitas dan
merupan dasar dari database design Bahl, Sharma, & Rajpal (2011:27).
ERD Model dapat melakukan pekerjaan dengan baik dalam meng-capture
serta mempresentasikan dasar sematik dalam situasi yang berbeda. ERD
Model dimana mengalami peningkatan dengan tambahan generalisasi atau
spesialisasi, agregasi dan klasifikasi dalam ERD Model.
Jadi, dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Entity Relationship
Diagram (ERD) merupakan suatu model untuk menjelaskan hubungan
antar data dalam basis data berdasarkan objek-objek dasar data yang
mempunyai hubungan antar relasi.
17
2.3.4.1 Problem With ER Models
Pada pembuatan ER model dapat ditemui dua jenis
permasalahan yang disebut fan traps dan chasm traps Connolly &
Begg (2010:364)
1. Fan Traps
Menurut Connolly & Begg (2010, p364), Fan traps adalah
suatu model yang mempresentasikan suatu relasi antar entitas
yang alur relasinya memperlihatkan ambiguitas.
2. Chasm Traps
Menurut Connolly & Begg (2010, p364), Chasm traps
adalah suatu model yang terdapat hubungan antar entitas
yang satu dengan yang lain, tetapi tidak ada relasi yang
digambarkan antara kedua entitas utama.
2.3.5 Database Management System(DBMS)
DBMS atau Database Management System sangat membantu user
dalam urusan usaha ataupun bisnis karena dengan menggunakan DBMS
akan lebih mudah dalam mengelola suatu data, baik dengan memberikan
hak akses untuk user atau mengatur jalannya suatu data.
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2009:488), DBMS
merupakan sistem perangkat lunak yang dapat mengatur akses ke basis
data. DBMS juga dapat diartikan sebagai komponen dari sistem perangkat
lunak yang umumnya dibeli dan di-install secara terpisah dari komponen
sistem perangkat lunak lainnya.
Menurut Connolly & Begg (2010:66), DBMS atau Database
Management System adalah sistem software yang memungkinkan user
untuk mendefinisikan , membuat, merawat database dan menyediakan
kontrol akses ke database. DBMS juga merupakan software yang
berinteraksi dengan aplikasi program dan database itu sendiri.
18
Sistem Database Manajemen (DBMS) adalah sistem yang
digunakan untuk mengeksekusi query, input data, manipulasi data, serta
tambahan untuk mengsharing data worldwide dan secara efektif
membantu dalam pembentukan atom database yang sedang digunakan
Tahat & Salah (2011:34).
Jadi, dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Database
Management System (DBMS) merupakan sistem perangkat lunak yang
mampu menghandel semua akses database untuk memenuhi kebutuhan
user.
2.3.5.1 Fasilitas DBMS
DBMS menyediakan beberapa fasilitas Connolly & Begg
(2010:66), sebagai berikut :
1. DBMS memungkinkan user untuk menentukan suatu
database, biasanya menggunakan Data Definition
Language (DDL). DDL memungkinkan user untuk
menspesifikasikan tipe dan struktur data serta batasan-
batasan yang akan disimpan dalam database.
2. DBMS memungkinkan user untuk melakukan operasi
dasar dalam database seperti insert, delete, update, dan
retrieve menggunakan Data Manipulation Language
(DML).
3. Menyediakan kontrol akses ke database, yaitu meliputi :
• Sistem keamanan
Mencegah user yang tidak terauthorisasi untuk
mengakses database.
• Sistem Integritas
Mempertahankan konsistensi penyimpanan data
agar tidak terjadi inkonsistensi data di mana pada
satu tempat data diubah namun pada tempat yang
lain data tidak berubah.
• Sistem kontrol concurrency
Memungkinkan berbagi akses ke database.
19
• Sistem kontrol recovery
Mengembalikan database pada keadaan konsisten
sebelumnya setelah terjadi kegagalan hardware dan
software.
• User-accesible catalog
Mendeskripsikan data yang ada di dalam database.
2.3.5.2 Fungsi-fungsi DBMS
Fungsi DBMS ini dapat membuat pengguna dapat dengan
mudahnya mengakses dan mengelola basis data yang ada.
Menurut Connolly & Begg (2010:99), sebagai berikut :
1. Penyimpanan, pengambilan dan pengubahan data
DBMS harus memiliki kemampuan untuk menyimpan,
mengambil, dan mengubah data dalam database.Ini
merupakan fungsi fundamental dalam DBMS.
2. Katalog yang dapat diakses oleh pengguna
DBMS harus mempunyai catalog yang dimana
mendekripsikan item data yang disimpan dan diakses oleh
pengguna.Sistem katalog dapat menyimpan data tentang
skema, users, aplikasi, dan sebagainya. Sistem katalog
dapat disebut sebagai kamus data yang berarti kumpulan
informasi atau deskripsi data dalam database yang dikenal
dengan nama metadata.
Sistem katalog berupa :
a. Nama, tipe, dan ukuran tipe data.
b. Nama penghubung.
c. Batasan-batasan integritas dalam data.
d. Nama pengguna yang memiliki wewenang untuk
mengakses data.
e. Jenis-jenis data yang dapat diakses oleh
pengguna dan mendefinisikan tipe aksesnya
berupa :
• Insert
20
• Update
• Delete
• Read access
f. Eksternal, konseptual, dan skema internal serta
pemetaan antara skema.
g. Penggunaan statistik, seperti frekuensi transaksi
dan jumlah pada jumlah akses yang dibuat untuk
objek dalam database.
3. Dukungan transaksi
DBMS harus yakin bahwa setiap mekanisme transaksi
dapat di update. Transaksi merupakan sekumpulan aksi
yang dilakukan oleh pengguna atau program aplikasi yang
dapat mengakses dan mengubah isi dari database.
4. Layanan control konkurensi
DBMS harus dapat memastikan bahwa setiap mekanisme
database di update secara benar ketika terdapat beberapa
pengguna melakukan perubahan database. Salah satu
objektif dalam menggunakan DBMS adalah
memungkinkan banyak pengguna untuk mengakses data.
Akses konkurensi relative mudah apabila semua pengguna
hanya membaca database.
5. Layanan recovery
DBMS harus memiliki pemulihan database apabila
terdapat kejadian database rusak dalam berbagai kondisi.
DBMS harus dapat menyediakan mekanisme untuk
mengembalikan database ke keadaan yang konsisten.
6. Layanan kepemilikan
DBMS harus memastikan bahwa hanya orang yang
berwenang saja yang dapat mengakses database.
7. Dukungan komunikasi data
DBMS harus dapat mendukung integrasi dan
berkomunikasi dengan software lainnya.
8. Layanan integrasi database
21
DBMS harus dapat memberikan sarana untuk memastikan
kedua data dalam database dan perubahan pada data
berdasarkan aturan tertentu.Ini dapat dijadikan
pertimbangan untuk tipe laiinya dari sistem proteksi
database.
9. Layanan untuk peningkatan independensi data
DBMS mempunyai fasilitas untuk mendukung kemandirian
program dari struktur database yang sebenarnya.
10. Layanan utilitas
DBMS harus menyediakan kumpulan layanan
utilitas.Program utilitas dapat membantu untuk membuat
database menjadi lebih efisien. Contoh kegiatan utilitas
adalah :
a. Import fasilitas, load database dari file flat, dam
eksport fasilitas, serta tidak load database dari file
flat.
b. Memantau fasilitas, memantau penggunaan database
dan operasi.
c. Analisis statistik program, dan mengevaluasi
performa dari statistik penggunaan database dan
operasi.
d. Fasilitas index organisasi, untuk mengatur kembali
index dan overflows.
e. Alokasi dan relokasi, menghapus physical record
dari tempat penyimpanan.
2.3.5.3 Komponen Utama pada DBMS
Dalam menjalankan DBMS dibutuhkan beberapa komponen
yang mendukungnya, karena DBMS merupakan sebuah
perangkat lunak, maka harus disertai dengan perangkat keras dan
pengguna yang dapat mendukung proses pekerjaannya.
Komponen utama pada DBMS Connolly & Begg (2010:68), yaitu:
• Hardware
22
Dalam menjalankan suatu aplikasi dan DBMS akan
diperlukan hardware, dimana hardware dapat berupa a single
personal computer, Single mainframe, jaringan komputer
berupa server. Hardware yang digunakan harus sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dan DBMS yang digunakan.
• Software
Komponen- komponen software terdiri dari DBMS software
itu sendiri maupun program aplikasi, sistem operasi, dan juga
software jaringan jika DBMS tersebut menggunakan jaringan
seperti LAN.
• Data
Data merupakan salah satu komponen DBMS yang terpenting
khususnya sudut padang end user mengenai data yang
nantinya akan diolah didalam DBMS. Data pada sebuah
sistem basis data baik single-user sistem maupun multi-user
sistem harus saling berintegrasi secara bersamaan.
• Prosedur
Prosedur merupakan Instruksi dan aturan yang mengatur
dalam perancangan dan penggunaan database.Penggunaan
sistem dan para staff yang mengatur kebutuhan basis data
didokumentasikan dalam prosedur.
Beberapa instruksi-instruksi dalam merancang database dan
DBMS adalah :
a. Log in ke dalam DBMS.
b. Menggunakan sebagian fasilitas DBMS atau program
aplikasi.
c. Menjalankan dan menghentikan DBMS.
d. Membuat salinan cadangan database.
e. Memeriksa dan Menangani hardware atau software yang
sedang berjalan.
f. Mengubah struktur table, meningkatkan kinerja dan
meletakan data ke secondary storage.
• People (Pengguna)
23
Pada komponen ini pengguna terlibat langsung dengan
sistem, seperti DBA, programmer, dan pengguna akhir.
Database dan DBMS memerlukan sumber daya manusia agar
dapat mengatur jalannya mekanisme database dan DBMS.
Pengguna dapat dikategorikan menjadi empat yaitu :
a. Data dan DBA (Database Administrator), terdapat dua
jenis yaitu DA (Data Administrator) yang bertanggung
jawab untuk mengatur sumber daya data meliputi
perencanaan basis data, pengembangan dan
pemeliharaan standar, kebijakan dan prosedur, dan
desain database konseptual/logikal. DBA (Database
Administrator) merupakan orang yang bertanggung
jawab untuk mendesain, implementasi, pemeliharaan dan
perbaikan database.
b. Database Designer
Database Designer terdiri dari dua tipe yaitu :
� Logical database Designer, merupakan perancangan
yang lebih menekankan dalam mengindentifikasi
data, hubungan antara data, batasan-batasan data
sebelum dimasukan ke dalam database.
� Physical database designer, perancangan ini
memutuskan bagaimana desain database logikal
dapat direalisaikan secara fisik.
c. Application Developers, merupakan orang yang
bertanggung jawab untuk membuatkan suatu aplikasi
database yang harus dilaksanakan oleh end-users.
Aplikasi database tersebut menggunakan bahasa
pemrograman seperti C++ , C#, Java, dan sebagainya.
d. End-Users, merupakan clients untuk database, yang
dirancang dan diimplementasi, serta dipelihara untuk
menyajikan informasi yang diperlukan. End-Users dapat
diklasifikasikan sesuasi sistem yang dijalankan :
24
i. Naïve Users merupakan tipikal orang yang tidak
berinteraksi langsung dengan DBMS. Mengakses
database melalui sebuah program aplikasi yang
ditunjukan secara khusus untuk mencoba operasi
sesederhana mungkin.
ii. Sophisticated users merupakan orang yang lebih
mengerti struktur database dan fasilitasnya, dan
memungkinkan dirinya untuk menggunakan bahasa
pemrograman yang lebih tinggi.
Berikut merupakan keuntungan dan kerugian dalam menggunakan DBMS
yaitu:
2.3.5.4 Keuntungan DBMS
Database Management System (DBMS) memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan tidak menggunakan DBMS.
Keuntungan yang ditawarkan dalam penggunaan DBMS banyak
dimanfaatkan oleh banyak perusahaan/organisasi dalam
mengembangkan usaha mereka.
Menurut Connolly & Begg (2010:77), keuntungan DBMS yaitu :
a. Control of data redundancy
Dengan cara mengurangi duplikasi data sebelum data
disimpan dalam database maka DBMS akan mengeliminasi
redundan dengan data terintegrasi cukup disimpan sekali.
b. Data consistency
Dengan cara mengeliminasi atau mengontrol redudansi data.
Dalam hal ini dapat mengurangi resiko inkonsistensi yang
terjadi.
c. Sharing of data
Sistem basis data terdapat pada organisasi yang dapat
digunakan oleh seluruh pengguna yang memiliki hak akses.
d. Improved data integrity
Dengan meningkatkan validitas dan konsistensi data
tersebut. Integritas biasanya dijabarkan ke dalam constraints,
yang mana aturan konsistensi database tidak mengijinkan
untuk dilanggar.
25
e. Improved security
Dengan meningkatkan database security, memproteksi basis
data dari pengguna yang tidak dikenal.
f. Enforcement of standards
Dengan adanya pemakaian data secara bersamaan, maka
apabila terdapat penambahan tabel, field, tipe data, hak ases
harus dibuat standar dan dokumentasinya.
g. Increased productivity
Dalam file-based-systems deskripsi data dan logika
pengaksessan data telah dibuat ke dalam beberapa program
aplikasi, membuat program tergantung pada data.
h. Improved backup dan recovery services
Dengan meningkatkan backup data maka dapat mengurangi
suatu kegagalan sistem atau aplikasi program.Jika kesalahan
terjadi maka backup data dapat di-restored.
2.3.5.5 Kerugian DBMS
Dalam penggunaan DBMS tidak hanya keuntungan saja yang
akan didapatkan oleh suatu perusahaan atau organisasi tetapi
dalam penggunaan DBMS terdapat kerugian yang akan
didapatkan oleh organisasi/perusahaan pada saat penggunaan
DBMS.
Menurut Connolly & Begg (2010:80), kekurangan DBMS, yaitu :
a. Complexity
Dimana Database designersdan developers, data dan
database administrators, serta end-users harus mengerti
fungsinya untuk mengambil keuntungan penuh dari fungsi
tersebut. Kesalahan dalam mengerti sistem dapat
memberikan keputusan rancangan yang buruk, yang dapat
mengakibatkan konsekuensi serius dari sebuah organisasi.
b. Size
Kompleksitas dan luasnya fungsionalitas membuat
DBMS menjadi software yang sangat besar dan
26
membutuhkan ruang disk serta memori substansial untuk
menjalankannya secara efesien.
c. Additional hardware costs
Untuk mencapai performa yang dibutuhkan, sangat
diperlukan membeli mesin besar, mesin yang didedikasikan
untuk menjalankan DBMS.
d. Higherimpact of failure
Sentralisasi sumber daya menambah kerentanan
sistem.Setelah semua pengguna dan aplikasi bergantung
pada ketersediaan dari DBMS, kesalahan komponen tertentu
dapat menyebabkan operasi berhenti.
2.3.6 Database System Development Lifecycle
Pada aplikasi basis data diperlukan acuan untuk melakukan
perancangan tersebut. Acuan yang dimaksud tersebut adalah Siklus Hidup
Aplikasi basis data atau dikenal dengan istilah Database System
Development Lifecycle.
Menurut Connolly & Begg (2010:313), siklus hidup aplikasi database
secara inheren terkait dengan siklus hidup sistem informasi. Harus
mengenali bahwa tahapan siklus hidup aplikasi database tidak selalu
berurutan, tetapi melibatkan beberapa jumlah pengulangan tahap
sebelumnya melalui loop feedback.Contohnya masalah yang dihadapi pada
database design mungkin memerlukan analisis dan persyaratan tambahan.
Jadi, dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Database System
Development Lifecycle merupakan siklus hidup yang menggambarkan
tahapan-tahapan di dalam melakukan perancangan aplikasi basis data yang
baik. Tahapan-tahapan yang harus diketahui pada Database System
Development Lifecycle yaitu :
27
Gambar 2.1 Database System Development Lifecycle
Sumber : Connolly & Begg (2010:313)
Database Planning
System Definition
Requirements collection and
analysis
DBMS selection (optional)
Application Design
Prototyping (optional)
Implementation
Data Conversion and loading
Testing
Operational Maintenance
Database design
Coceptual Database Design
Logical Database Design
Physical Database Design
28
2.3.6.1 Database Planning
Dalam membuat database, tahap pertama adalah database
planning, dimana tahap ini sangat penting karena dapat
mempengaruhi efektifitas dalam pengembangan database yang akan
dibuat.
Menurut Connolly & Begg (2010:313), aktivitas manajemen
yang memungkinkan tahapan dari siklus hidup sistem database
yang akan direalisasikan secara efisiensi dan seefektif mungkin.
Database planning harus diintegrasi dengan strategi information
system secara keseluruhan.
Jadi, dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Database
Planning merupakan suatu tahapan perencanaan dalam
pengembangan database secara efektif dengan adanya integrasi
System information.
2.3.6.2 System Definition
Tahap kedua dalam membangun database yaitu system
definition dimana menentukan batasan serta cakupan dari database
yang akan dibuat berdasarkan dari major user views.
Menurut Connolly & Begg (2010:316), System Definition
menjelaskan ruang lingkup dan batasan dari aplikasi basis data dan
pandangan dari pengguna utama. Sebelum merancang sistem basis
data, penting untuk mengidentifikasi batasan dari sistem yang akan
dibangun dan bagaimana tampilannya dapat berinteraksi dengan
bagian lain dari sistem informasi organisasi. Penentuan batasan dari
sistem tidak hanya dari pengguna dan aplikasi saat ini, tetapi juga
pengguna dan aplikasi untuk masa mendatang.
Jadi, dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa System
Definition merupakan dimana suatu batasan dalam melakukan
perancangan basis data agar dapat berintegrasi dengan bagian
lainnya.
29
2.3.6.3 Requirement Collection and Analysis
Proses ini merupakan proses dimana setiap analisis harus
dapat didukung dengan informasi yang akurat dimana dalam
membangun sistem baru akan dibutuhkan pengumpulan informasi
yang mendukung penyataan tujuan perusahaan.
Menurut Connolly & Begg (2010:316), Requirement
Collection and Analysis Merupakan proses mengumpulkan dan
menganalisis informasi tentang bagian dari organisasi yang harus
didukung oleh sistem database, dan menggunakan informasi ini
untuk mengidentifikasi persyaratan untuk sistem baru. Ada tiga
pendekatan utama untuk mengelola persyaratan sistem database
dengan pandangan beberapa pengguna, yaitu :
• The centralized approach (Pendekatan terpusat)
Kebutuhan untuk setiap tampilan pengguna yang bergabung ke
dalam satu persyaratan untuk sistem database baru.
• The view integration approach (pendekatan integrasi
tampilan)
Persyaratan untuk setiap pengguna tetap sebagai daftar yang
terpisah.
• A combination of both approaches.
Setiap persyaratan tambahan untuk sistem basis data baru.
2.3.6.4 Database Design
Menurut Connolly & Begg (2010:320), Database Design
Merupakan proses menciptakan desain yang akan mendukung
pernyataan misi perusahaan dan tujuan misi untuk sistem database
yang diperlukan. Serta merupakan suatu pendekatan struktur yang
mencakup prosedur, teknik, alat bantu dan tujuan dokumentasi
untuk mendukung dan member sarana pada proses perancangan itu
sendiri.Terdapat dua pendekatan perancangan database, yaitu :
• Bottom-up
Pendekatan ini dimulai pada tingkat dasar atribut (yaitu, sifat-
sifat entitas dan relasi), yang melalui analisis hubungan antara
30
atribut, dikelompokkan ke dalam relasi yang mewakili jenis
entitas dan relasi antar entitas.
• Top-down
Pendekatan ini dimulai dengan pengembangan model data
yang berisi tingkat tinggu beberapa entitas dan relasi
kemudian berturut-turut menerapkan perbaikan top-down
untuk mengidentifikasi tingkat rendah entitas, hubungan dan
atribut yang terkait.
Perancangan database terdiri dari tiga fase yaitu :
1. Conceptual database design
Merupakan proses membangun suatu model data yang digunakan
dalam suatu perusahaan, independen dari semua pertimbangan
fisik.
Connolly & Begg (2010:470), langkah-langkah desain basis data
konseptual :
Langkah 1: Membangun model data konseptual.
Langkah pertama ini akan membangun model data
konseptual untuk setiap pandangan yang spesifik.
Langkah 1.1: Mengidentifikasi jenis entitas.
Salah satu metode untuk mengidentifikasi entity
adalah dengan menguji spesifikasi kebutuhan dari
user.Dari spesifikasi ini kita mengidentifikasikan
kata benda dan ungkapan kata benda yang
disebutkan. Serta juga dapat melihat objek utama
seperti orang, tempat atau konsep dari ketertarikan
diluar kata benda lainnya yang merupakan kualitas
dari objek lain.
Setelah jenis entitas diidentifikasi, tentukan nama –
nama entitas yang bermakna dan jelas. Catat nama
dan deskripsi entitas ke dalam kamus data.
Langkah 1.2: Mengidentifikasi jenis relasi.
proses mengidentifikasi relasi sangat penting
terhadap entitias. proses mengidentifikasi entitas
menggunakan salah satu metode yaitu mencari kata
31
benda dengan memeriksa spesifikasi kebutuhan
pengguna. Relasi ditunjukkan oleh kata kerja dan
ekspresi verbal.
Langkah – langkah dalam mengidentifikasi relasi,
antara lain:
a. Menggunakan Entity-Relationship(ER)
diagram.
b. Memilihmultiplicity constraint dari jenis relasi.
c. Memeriksa fan dan chasm traps.
d. Mendokumentasikan jenis relasi.
Setelah prosesrelasi selesai, maka akan menentukan
nama – nama yang bermakna dan jelas. Simpan
deskripsi relasi dan multiplicity constraint ke dalam
kamus data.
Langkah 1.3: Mengidentifikasi jenis dan menggabungkan atribut
pada tiap entitas.
Tujuan pada langkah ini untuk menghubungkan
atribut dengan entitas atau tipe relasi yang sesuai dan
mendokumentasikan detail dari setiap atribut.
Atribut-atribut bisa diidentifikasi dengan kata benda
atau ungkapan kata benda seperti properti, kualitas,
identifier, atau karakteristik dari satu entitas atau
hubungan.
Setelah mengidentifikasi atribut, tentukan nama –
nama yang bermakna dan catat informasi berikut
pada setiap atribut:
a. Nama dan deskripsi atribut.
b. Tipe dan panjang data.
c. Alias dari setiap atribut.
d. Jika atribut merupakan atribut composite,
tentukan atribut sederhana yang
membentuknya.
e. Atribut merupakan multi-valued atau tidak.
32
f. Jika atribut merupakan atribut derived, tentukan
cara perhitungannya.
g. Nilai default dari setiap atribut.
Langkah 1.4: Menentukan domain atribut.
Tujuan menentukan domain untuk menetapkan nilai-
nilai atribut dalam model data konseptual dan
mendokumentasikan setiap detail dari domain.
Domain merupakan sekumpulan nilai-nilai dari satu
atau lebih atribut yang menggambarkan nilainya.
Model data yang dibuat menspesifikasikan domain
untuk tiap-tiap atribut dan menyertakan :
• Nilai yang diizinkan untuk atribut
• Ukuran dan format atribut
Langkah1.5: Menentukan candidate key, primary key, dan
alternate key.
Untuk Menentukan candidate key untuk setiap entitas
dan jika terdapat lebih dari satu candidate key, maka
pilih satu sebagai primary key. Hal-hal yang harus
diperhatikan Ketika memilih primary key diantara
candidate key, yaitu:
a. Candidate key dengan sejumlah kecil atribut.
b. Candidate key yang paling mungkin memiliki
nilai yang berubah.
c. Candidate key dengan karakter paling sedikit
(untuk atribut tekstual).
d. Candidate key dengan nilai maksimun terkecil
(untuk atribut numerik).
e. Candidate key yang paling mudah digunakan dari
sudut pandang pengguna.
Langkah1.6: Mempertimbangkan konsep pemodelan enhanced
(optional).
Pada langkah ini akan mempertimbangkan
mengembangkan ER model dengan menggunakan
konsep enhanced modeling, seperti spesialisasi,
33
generalisasi, penggabungan (aggregation), komposisi
(composition).
Langkah 1.7: Memeriksa model untuk redundansi.
Pada langkah ini akan melakukan pengujian model
data konseptual dengan tujuan spesifik untuk
mengidentifikasikan apakah ada redudansi dalam
data dan memindahkan data yang telah ada. Dua
aktifitas dalam langkah ini adalah:
• Menguji ulang relationship 1-1 (one-to-one)
• Menghilangkan relationship yang redundan
• Mempertimbangkan dimensi waktu
Langkah 1.8: Validasi model konseptual terhadap transaksi
pengguna.
Pada tahap ini akanmemastikan model konseptual
yang akan mendukung transaksi yang dibutuhkan
oleh view. Pengujian dilakukan dengan dua
pendekatan untuk memastikan model data konseptual
yang mendukung transaksi yang dibutuhkan, yaitu :
• Mendeskripsikan transaksi-transaksi
Memeriksa seluruh informasi (entitas, relationship,
dan atribut) yang dibutuhkan olehsetiap transaksi
telah disediakan oleh model, dengan
mendokumentasikan setiap kebutuhan transaksi.
• Mengunakan jalur-jalur transaksi
Untuk validasi model data terhadap transaksi yang
dibutuhkan termasuk representasi diagram jalur
yang digunakan oleh setiap transaksi langsung pada
ER diagram.
Langkah 1.9: Memeriksa model data konseptual terhadap
transaksi pengguna.
Tujuan pada tahap ini adalah mereview model data
konseptual dengan user untuk memastikan model
tersebut adalah representasi sebenarnya dari view.
34
Model data konseptual ini termasuk ER diagram dan
dokumentasi pendukung yang mendeskripsikan
model data. Bila ada kejanggalan dalam model data,
maka harus dibuat perubahan yang sesuai yang
mungkin membutuhkan pengulangan langkah-
langkah sebelumnya.
2. Logical database design
Proses logical database design adalah memperbaiki dan
memetakan model data konseptual yang sebelumnya telah dibuat
ke bentuk model data logical.
Menurut Connolly & Begg (2010:490), Logical database
design, merupakan proses membangun model data yang
digunakan dalam suatu perusahaan berdasarkan model data
tertentu, tetapi independen dari DBMS tertentu dan pertimbangan
fisik lainnya.
Langkah-langkah desain basis data logikal yaitu :
Langkah2: Membangun dan memvalidasi model data logikal.
Pada langkah ini akan membuat dan memvalidasi
model data logikal untuk setiap pandangan. Hal ini
bertujuan untuk membuat model data logikal dari
model data konseptual yang mempresentasikan
pandangan khusus dari perusahaan dan memvalidasi
model tersebut untuk menjamin kebenaran
strukturnya dengan menggunakan teknik
normalisasi dan akan dapat mendukung kebutuhan
transaksi.
Langkah 2.1: Menurunkan hubungan model data logikal.
Dalam langkah ini akan menurunkan hubungan
untuk model data logika sebagai tujuan untuk
mewakili entitas, relasi, dan atribut.kemudian akan
diidentifikasi primary key, alternate key dan foreign
key.
Langkah 2.2: Memvalidasi relasi menggunakan normalisasi.
35
Dalam langkah ini akan dilakukan validasi
pengelompokkan atribut pada setiap relasi dengan
menggunakan aturan normalisasi. Normalisasi dapat
memastikan sekumpulan relasi yang memiliki
jumlah atribut yang sangat mendukung data
perusahaan dan dapat menghindari masalah-masalah
yang akan dihadapi, misalnya redudansi data.
Langkah 2.3: Memvalidasi relasi terhadap transaksi pengguna.
Melakukan validasi model data logika ini dapat
memberikan kepastian dimana dapat mendukung
transaksi yang diperlukan dalam transaksi
pengguna.
Langkah 2.4: Memeriksa integrity constraints.
Langkah ini dapat melindungi basis data dari
keadaan tidak lengkap, tidak akurat atau tidak
konsisten.
Jenis-jenis batasan integritas yang harus
dipertimbangkan, yaitu:
a. Required data
Merupakan beberapa attribute yang harus
mengandung nilai-nilai yang valid.
b. Attribute domain constraints
Merupakan batasan yang harus diidentifikasi
dalam memilih domain atribut untuk model data.
c. Multiplicity
Merupakan batasan yang ditempatkan pada relasi
antara data di dalam basis data.
d. Entitiy integrity
Merupakan dimana Primary key dari suatu entitas
tidak boleh kosong (null).
e. Referential integrity
Merupakan suatu nilai yang harus berupa tuple
yang terdapat dalam relasi induk.
36
f. General constraint
Pengubahanpada entitas – entitas dapat
dikendalikan oleh batasan pengaturan.
Dokumentasikan semua integrity constraint
dalam kamus data untuk menjadi pertimbangan
selama perancangan fisik.
Langkah 2.5: Tinjauan model data logikal dengan pengguna.
Pada langkah ini pengguna harus dapat meninjau
model data logikal untuk dapat memastikan dimana
model data dapat menjadi perwakilan dari
kebutuhan data perusahaan. Langkah ini diperlukan
dan digunakan saat pengguna merasa tidak puasnya
dengan model data tersebut kemudian akan
dilakukan pengulangan langkah awal.
Langkah2.6: Menggabungkan model data logikal menjadi model
global (Optional).
Langkah ini digunakan sebagai perancangan basis
data yang memiliki beberapa user views yang
dikelola dengan menggunakan pendekatan integrasi
view. Untuk memfasilitasi deskripsi dari proses
penggabungan maka akan digunakan model data
logikal local dan global. Model data logikal local
dapat mempersentasikan satu atau lebih user
views,tapi tidak semua pengguna basis data.
Sedangkan model data logikal global dapat
mewakili semua user views dari basis data. Pada
langkah ini akan ditinjau kembali model data logikal
global bersama pengguna.
Langkah 2.7: Memeriksa model terhadap future growth.
Pada langkah ini akan ditentukan apakah ada
perubahan pada masa mendatang dan apakah model
data logikal dapat mengakomodasi terhadap
perubahan ini sesuai dengan hasil pemeriksaan
model tersebut.
37
3. Physical database design
Dapat dikatan physical database design merupakan cara
pembuatan menuju sistem DBMS tertentu.
Menurut Connolly & Begg (2010:523), Physical database
design Merupakan proses pendeskripsian implementasi basis data
pada penyimpanan sekunder, proses itu menggambarkan basis
relasi, organisasi file, dan indeks yang digunakan untuk mencapai
akses yang efisien ke data, dan setiap kendala integritas terkait
dan tahapan keamanan.
Langkah-langkah desain basis data fisikal :
Langkah 3: Menerjemahkan model data logis untuk target
DBMS.
Tujuan dari langkah ini untuk menghasilkan skema
basis data relasi dalam model data logika yang dapat
diimplementasikan ke DBMS.Proses ini juga dapat
menyusun informasi yang dikumpulkan selama
perancangan basis data logikal dan
mendokumentasikannya ke dalam kamus data
bersama dengan informasi yang dikumpulkan
selama pengumpulan persyaratan maupun tahap
analisis dan melakukan dokumentasi ke dalam
spesifikasi sistem
Langkah 3.1: Desain relasi dasar.
Dalam memulai merancang physical design,
diperlukan untuk mengumpulkan dan memahami
informasi tentang relasi dasar yang dihasilkan dari
logikal databasedesign. Tujuan dari memahami
relasi ini adalah untuk dapat memutuskan
bagaimana merepresentasikan relasi dasar yang
diidentifikasi ke dalam model data logikal dalam
target DBMS. Informasi yang penting bisa
didapatkan dari kamus data dan DDL.
Langkah 3.2: Merancang representasi derived data.
38
Tujuan dari merancang representasi derived data
adalah untuk dapat menentukan bagaimana
merepresentasikan derived data yang terdapat di
dalam model data logikal ke dalam target DBMS.
Langkah 3.3: Merancang general constraints.
Pada langkah ini bertujuan untuk merancang
batasan-batasan yang ada pada perusahaan.
Perancangan general constraints tergantung pada
DBMS yang dipilih.
Langkah 4: Desain Organisasi file dan indeks.
Tujuan dari langkah ini yaitu menentukan organisasi
file yang optimal dalam penyimpanan dan
menentukan indeks yang dibutuhkan untuk
meningkatkan performa.
Langkah 4.1: Menganalisis transaksi.
Tujuan dari langkah ini adalah untuk dapat mengerti
fungsi dari transaksi yang dijalankan pada basis data
dan penting untuk memiliki pengetahuan tentang
transaksi yang akan berjalan pada basis data
sehingga dapat menganalisa transaksi yang penting.
Kriteria kemampuan yang harus diidentifikasikan
dalam menganalisa transaksi, yaitu :
• Transaksi dapat dilakukan secara sering dan
mempunyai dampak yang signifikan pada
performa.
• Transaksi yang terjadi suatu masalah atau kritis
pada operasi dan bisnis.
• Waktu selama sehari atau seminggu ketika
adanya permintaan yang tinggi pada saat basis
data dibuat.
Langkah 4.2: Memilih organisasi file.
Tujuan dalam memilih organisasi file adalah untuk
menyimpan dan mengakses data secara efisien.
39
Aktivitas pada langkah ini adalah untuk menentukan
organisasi file yang efisien untuk setiap relasi dasar
sehingga penyimpanan dan akses dapat dilakukan
dengan mudah.
Langkah 4.3: Memilih indeks.
Pada langkah ini akan dilakukan pemilihan indeks
yang bertujuan untuk meningkatkan performa dalam
suatu sistem basis data. Salah satu pendekatan untuk
memilih organisasi file yang lebih sesuai untuk
relasi adalah untuk menyimpan tuples yang tidak
disimpan dan dibuat sebanyak secondary indexes
sebagaimana diperlukan.
Langkah 4.4: Mengestimasi ruang disk yang diperlukan.
Bertujuan untuk memastikan jumlah ruang
penyimpanan yang akan dibutuhkan dalam basis
data. Perkiraannya didasari pada ukuran setiap tabel
dalam suatu relasi.
Langkah 5: Desain pandangan pengguna.
Tujuan dari langkah ini untuk merancang
pandangan pengguna yang telah diidentifikasi
selama mengumpulkan kebutuhan dan menganalisis
langkah dari relasional Database Application
Lifecycle.
Langkah 6: Desain mekanisme keamanan.
Langkah ini bertujuan untuk melindungi basis data
dalam operasional dan sangat penting mengingat isi
dari basis data yang berupa informasi yang sangat
penting.
2.3.6.5 DBMS Selection
Pemilihan DBMS yang tepat untuk mendukung sistem basis data.
Jika tidak ada DBMS yang sesuai maka bagian dari siklus hidup
akan membuat seleksinya yaitu antara konseptual dengan desain
40
logical Connolly & Begg (2010:325), Langkah-Langkah dalam
pemilihan DBMS :
• Menetapkan kerangka referensi belajar.
Pada langkah ini menerangkan kerangka acuan untuk
pemilihan DBMS yang akan menyatakan tujuan dan ruang
lingkup serta tugas-tugas yang perlu dilakukan.
• Daftar sederhana dari dua atau tiga produk.
Pada langkah ini dianggap penting untuk
diimplementasi, yang dapat digunakan dalam menghasilkan
daftar awal produk DBMS untuk di evaluasi.
• Evaluasi produk.
Pada langkah ini terdapat berbagai fitur yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi produk DBMS. Fitur ini
dapat dinilai sebagai kelompok (misalnya, definisi data)
atau individual (misalnya, tipe data yang tersedia).
• Merekomendasikan seleksi dan menghasilkan laporan
Langkah terakhir dari pemilihan DBMS adalah untuk
proses dokumentasi dan untuk memberikan pernyataan
yang ditemukan dan rekomendasi untuk produk DBMS
tertentu.
2.3.6.6 Application Design
Desain basis data dan aplikasi merupakan aktifitas pararel yang
meliputi dua aktivitas penting. Menurut Connolly & Begg
(2010:329), Application design merupakan desain user interface dan
program aplikasi yang digunakan untuk memproses database.
Application design dibagi menjadi dua aspek yaitu :
1. Transaction Desgin (Rancangan Transaksi)
Connolly & Begg (2010:330), suatu tindakan, atau
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh single user atau
program aplikasi, yang mengakses atau merubah isi
database. Ada tiga tipe transaksi yaitu :
• Retrieval transactions
41
Transaksi ini digunakan dalam mengambil data untuk
ditampilkan pada layar atau dalam produksi laporan.
• Update transactions
Transaksi ini digunakan untuk menyisipkan catatan
baru, menghapus catatan lama, atau memodifikasi
catatan yang ada dalam database.
• Mixed transactions
Pada transaksi ini saling bergantungan terhadap
retrieval dan updating data. (misalnya, operasi untuk
mencari dan menampilkan rincian properti).
2. User Interface Design Guidelines
Sebelum melakukan implementasi laporan, maka harus
terlebih dahulu merancang desainnya.
Guidelines for form/report design.
• Meaningful title
• Comprehensible instructions
• Logical grouping and sequencing of fields
• Visually appealing layout of the form/report
• Familiar field labels
• Consistent terminology and abbreviations
• Consistent use of color
• Visible space and boundaries for data entry fields
• Consistent use of color
• Visible space and boundaries for data entry fields
• Error correction for individual characters and entire
fields
• Error messages for unacceptable values
• Optional fields marked clearly
• Explanatory messages for fields
• Completion signal
2.3.6.7 Prototyping
42
Dalam membuat prototyping kita dapat mengidentifikasi
fitur fitur yang terdapat dari sistem, apakah sistem tersebut berjalan
dengan baik atau tidak serta dapat memberikan perbaikan atau
penambahan fitur baru.
Menurut Connolly & Begg (2010:333), prototyping adalah
membangun sebuah model kerja dari sistem basis data.
prototypingmerupakan model kerja tidak secara normal yang
mempunyai semua fitur-fitur yang dibutuhkan atau yang
menyediakan semua fungsi dari sistem akhir.Tujuan utama dalam
pemgembangan prototyping sistem basis data adalah
memungkinkan pengguna dalam menggunakan prototyping untuk
mengidentifikasi fitur dari sistem yang bekerja dengan baik, atau
tidak memadai, dan jika mungkin untuk menyarankan perbaikan
atau bahkan fitur baru untuk sistem basis data.Prototyping harus
mempunyai keuntungan utama menjadi murah secara relative dan
cepat untuk dibangun.
Dua strategi prototyping yang sering digunakan :
1. Requirements prototyping,
Menggunakan sebuah prototyping untuk mendiktekan
persyaratan dari sebuah usulan sistem basis data dan setelah
semua persyaratan selesai maka prototyping dibunag.
2. Evolutionary prototyping
Menggunakan usulan yang sama, perbedaan yang
penting adalah prototyping tidak dibuang tetapi
dikembangkan lebih jauh menjadi pekerjaan sistem basis
data.
2.3.6.8 Implementation
Implementasi merupakan realisasi fisikal dari basis data dan desain
aplikasi Connolly & Begg (2010:333), Implementasi basis data
dicapai dengan menggunakan :
• Implementasi basis data dapat dicapai dengan Data Definition
Language(DDL). Keunggulan Data Definition Language yaitu
43
sebagai sebuah bahasa yang mengijinkan DBA atau user untuk
membuat struktur basis data dan file basis data kosong.
• Program aplikasi yang diimplementasi menggunakan bahasa
generasi ketiga atau keempat (3GL atau 4GL) yaitu bahasa
pemrograman tingkat tinggi seperti yang digunakan pada SQL.
• Bagian dari program aplikasi ini adalah transaksi basis data,
yang diimplementasikan menggunakan Data Manipulation
Language (DML). Pada DBMS, terpancang dengan sebuah
bahasa pemrograman seperti Visual Basic (VB), VB.net,
Phyton, Delphi, C, C++, C#, java, COBOL, Fortan, Ada, atau
Pascal. Keamanan dan integrity control dari sistem juga
diimplementasikan. Beberapa control ini diimplementasikan
menggunakan DDL, tetapi yang lain mungkin butuh batasan
luar dalam menggunakan DDL.
2.3.6.9 Data Conversion and Loading (pengubahan dan pemuatan
data)
Menurut Connolly & Begg (2010:334), Data Conversion
and Loading adalah mentransferkan beberapa data yang ada ke
dalam database baru dan mengkonversikannya ke beberapa aplikasi
yang ada untuk menjalankannya pada database baru tersebut.
2.3.6.10 Testing
Menurut Connolly & Begg (2010:334), Testing adalah
proses menjalankan sistem basis data dengan maksud menemukan
kesalahan. Pengujian juga harus mencakup kegunaan dari sistem
basis data, sebuah evaluasi harus dilakukan terhadap spesifikasi
kegunaanya. Contoh criteria yang dapat digunakan untuk melakukan
evaluasi yaitu :
1. Learnability : berapa lama waktu yang dibutuhkan
pengguna baru untuk menjadi produktif dengan sistem?
2. Performance : seberapa baik respon sistem sesuai praktek
kerja pengguna ?
44
3. Robustness : seberapa toleransinya sistem dari kesalahan
pengguna ?
4. Recoverability : seberapa baik sistem pulih dari kesalahan
pengguna ?
5. Adaptability : seberapa dekat sistem terkait dengan satu
model pkerjaan ?
Setelah pengujian selesai, sistem basis data siap untuk
“ditandatangani” dan diserahkan pada pengguna. pengguna dari
sistem baru harus dilibatkan dalam proses pengujian. Situasi yang
ideal untuk pengujian sistem adalah memiliki basis data pengujian
pada sistem perangkat keras yang terpisah, namun sering tidak
tersedia. Hal ini harus dipersiapkan backup untuk menghadapi
kesalahan.
2.3.6.11 Operational Maintenance
Menurut Connolly & Begg (2010:335), operational
maintenance adalah proses pemantauan dan pemeliharaan sistem
basis data setelah instalasi. Setelah melewati tahap pelaksanaan dan
pengujian. Tahap berikutnya adalah pemeliharaan dengan kegiatan –
kegiatan berikut:
1. Pemantauan kinerja sistem. Jika kinerja sistem tidak dapat
diterima, penyusunan ulang basis data mungkin diperlukan.
2. Pemeliharaan dan peningkatan sistem basis data (bila
diperlukan). Memasukkan persyaratan baru ke dalam sistem
basis data melalui tahap sebelumnya dari siklus hidup.
2.3.7 Database Definition Language (DDL)
Bertujuan untuk menghubungkan logical model yang mewakili
entity, relationship¸dan attribute yang telah didefinisikan, serta
mendeskripsikan komposisi tiap hubungan dengan menggunakan database
definition language.
Menurut Connolly & Begg (2010:92), Data Definition Language
(DDL) merupakan sebuah bahasa yang mengijinkan DBA (Database
Administrator) atau pengguna untuk menggambarkan dan menamakan
45
entitas, atribut, dan hubungan yang dibutuhkan oleh aplikasi bersamaan
dengan asosiasi yang terintegrasi dan batasan keamanan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Database Definition Language
(DDL) adalah bahasa khusus yang dapat mendefinisikan data yang
berhubungan dengan pembuatan dan penghapusan Index dan Table, bahkan
basis datanya sendiri misalnya Create, Drop and Alter.
2.3.8 Data Manipulation Language (DML)
Bagian dari aplikasi program dan transaksi basis data yang
diimplementasikan menggunakan data manipulation language
kemungkinan sudah terdapat dalam host pemograman.
Menurut Connolly & Begg (2010:92) Data Manipulation
Language (DML) merupakan bahasa yang menyediakan sekumpulan
operasi yang mendukung operasi manipulasi data-data yang dipegang
oleh database.
• Pengoperasian data yang akan dimanipulasi meliputi :
1. Penambahan data baru ke dalam basis data (insert).
2. Modifikasi data yang disimpan dalam basis data (update).
3. Pemanggilan data yang terdapat di dalam basis data (select).
4. Penghapusan data dari basis data (delete).
• Terdapat dua jenis DML, yaitu:
1. Procedural DML
Bahasa yang memungkinkan pengguna untuk memberitahu
sistem data apa yang dibutuhkan dan bagaimana mendapatkan
data tersebut kembali.
2. Non-Procedural DML
Bahasa yang memungkinkan pengguna untuk memberitahu
sistem data apa yang dibutuhkan, bukan bagaimana data
tersebut didapatkan kembali.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Data Manipulation Language
(DML) merupakan suatu bahasa yang berhubungan dengan proses
manipulasi data pada table dari suatu database.
46
2.3.9 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) merupakan alat pembuatan model
yang dapat menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses
fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, bak
secara manual maupun komputerisasi. DFD sering disebut dengan
nama Bubble chart, Bubble Diagram, model proses, diagram alur
kerja, atau model fungsi.
Menurut Indrajani (2011:11) Data Flow Diagram (DFD)
merupakan sebuah alat yang menggambarkan aliran data sampai
sebuah sistem selesai, dan kerja atau proses dilakukan dalam sistem
tersebut. Istilah dalam bahasa Indonesianya adalah diagram aliran
data. Dalam DFD ada 4 komponen utama, yaitu :
1. External Agents
Agent eksternal mendefinisikan orang atau sebuah unit
organisasi, sistem lain atau organisasi yang berada diluar sistem
proyek tapi dapat mempengaruhi sistem kerja.
2. Process
Proses merupakan penyelenggaraan kerja atau jawaban,
datangnya aliran data atau kondisinya.
3. Data Flow
Data Flow ini dapat mempresentasikan sebuah input data ke
dalam sebuah proses atau output dari data (atau informasi) pada
sebuah proses.
4. Data Store
Data Store merupakan suatu penyimpanan data.
2.3.9.1 Jenis-jenis DFD
DFD terdiri dari 3 jenis, yaitu :
1. Level 0 (Diagram Konteks)
Level ini merupakan sebuah proses yang berada di posisi
pusat.
2. Level 1 (Diagram Nol)
47
Level ini merupakan sebuah proses yang terdapat di level
0 yang dipecahkan untuk menjadi beberapa proses
lainnya.
3. Level 2 (Diagram Rinci)
Level ini merupakan diagram yang merincikan diagram
level 1, yang akan dipecahkan untuk menjadi beberapa
proses lainnya.
2.3.10 Integrity Constraints
Menurut Connolly & Begg (2010:577), integrity constraints juga
berkontribusi mempertahankan sistem basis data yang aman dengan
mencegah data dari yang tidak valid, dan hasil yang tidak benar.
Menurut Connolly & Begg (2010:153), Integrity Constraints dibagi
menjadi empat jenis yaitu :
1. Nulls
Merepresentasi sebuah nilai untuk sebuah atribut yang tidak diketahui
dengan jelas atau tidak berlaku untuk tuple ini.
2. Entity Integrity
Merupakan hubungan dasar, tidak ada aribut dari primary key yang bisa
null.
3. Referential Integrity
Jika foreign key ada dalam relasi, baik nilai foreign key harus sesuai
dengan nilai candidate key dari beberapa tuple dalam home relation
atau foreign key harus sepenuhnya null.
4. General Constraints
Tambahan aturan yang ditetapkan oleh pengguna atau administrator
basis data dari basis data yang mendefinisikan atau membatasi beberapa
aspek dari perusahaan.
2.3.11 Flowchart
Menurut Romney dan Steinhart (2006:163), flowchart adalah
teknik analitis yang digunakan untuk menggambarkan beberapa aspek
dari sistem informasi secara jelas, ringkas, dan logis. Flowchart
48
menggunakan standar set simbol untuk menjelaskan prosedur proses
transaksi yang digunakan perusahaan serta aliran data yang melalui
sistem.