bab 2 landasan teori 2 - library.binus.ac.id
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
Pada bagian ini dijelaskan teori-teori umum yang digunakan dalam
melakukan penelitian ini dan bertujuan untuk memberikan pemahaman yang
lebih mendalam.
2.1.1 Data
Menurut Marakas & O’Brien (Marakas & O'Brien, 2010), data adalah fakta
yang masih bersifat mentah atau berupa sebuah pengamatan yang biasanya
berkaitan dengan fenomena fisik atau transaksi bisnis. Secara spesifik data
adalah ukuran objektif dari atribut atau karakteristik sebuah entitas seperti
manusia, tempat, benda dan kejadian.
2.1.2 Database
Menurut Marakas & O’Brien (Marakas & O'Brien, 2010) database adalah
kumpulan data yang terintegrasi dari elemen-elemen data dan saling
terhubung secara logis. Data yang disimpan dalam database bersifat
independen dari program aplikasi yang menggunakan mereka dan jenis
perangkat penyimpanan tempat data disimpan. Database mengandung
elemen-elemen data yang menggambarkan entitas dan relationship antar
entitas.
2.1.3 Server
Menurut Wijaya (Gita Surya Wijaya, 2018), suatu sistem infrastruktur
menggunakan perangkat berbasis komputer dalam jumlah yang cukup
banyak, yang dihubungkan melalui satu jaringan telekomunikasi sehingga
memungkinkan perangkat-perangkat berkomunikasi satu sama lain meski
lokasinya berjauhan. Infrastruktur ini akan diolah, diatur dan diawasi oleh
sebuah komputer induk yang disebut sebagai server. Jadi, server adalah
sebuah terminal akhir yang mengkordinasikan semua aktifitas yang terjadi
dalam sistem infrastruktur.
8
2.1.4 Rak Unit
Menurut Wijaya (Gita Surya Wijaya, 2018), Rak unit atau sering disebut
dengan rak server berfungsi sebagai rak tempat meletakkan berbagai
perangkat data center dan peralatan pendukungnya, seperti server (biasanya
berbentuk blade atau rackmount), router, switch, storage dan firewall.
Sebuah rak unit sudah dipersiapkan sedemikian rupa, sehingga perangkat-
perangkat yang dimasukkan ke dalamnya harus memliki ukuran yang sesuai.
Ukuran yang dimaskud disini disebut dengan isitilah "U” (singkatan dari
“unit”). Jika ada perusahaan menggunakan rak milik satu perusahaan
colocation atau service provider, maka mereka bisa menyewa satu unit rak
terpisah dan beroperasi secara dedicated. Atau dengan kata lain, satu rak
untuk satu pengguna dan tidak berbagi dengan pengguna lainnya.
2.1.5 Data Center
Menurut Wijaya (Gita Surya Wijaya, 2018), data center merupakan sebuah
fasilitas penyimpanan dan pengolahan data dengan kapasitas tertentu, yang
digunakan berbagai perusahaan atau organisasi untuk kepentingan sistem TI
mereka. Hampir semua perusahaan skala menengah dan besar memiliki data
center, baik yang mereka bangun sendiri maupun yang mereka sewa dari
pihak lain. Pusat dari sebuah infrastruktur TI adalah data center, karena pada
dasarnya jantung TI adalah data. Beberapa perusahaan membangun data
center mereka sendiri, beberapa yang lain menyewa dari perusahaan penyedia
jasa data center.
Secara teknis, data center berisi berbagai perangkat server, aplikasi, jaringan,
storage dan power supply yang terintegrasi satu sama lain. Dalam skala
tertentu, semua perangkat ini disusun dalam rak-rak khusus. Kapasitasnya
dihitung berdasarkan luas area, jumlah rak total, serta rak aktif. Data center
juga bisa disewa dari penyedia jasa sewa yang biasa disebut sebagai data
center provider. Kegiatan menyewa rak atau meletakkan server pada data
center disebut sebagai hosting atau colocation.
Data center kapasitas besar bisa saja terdiri dari beberapa lokasi, bahkan di
beberapa negara. Perusahaan TI global seperti Amazon Web Servics,
Microsoft, Google dan IBM menempatkan fasilitas data center mereka di
banyak Negara. Bahkan, amat mungkin jika di suatu negara bisa terdapat
9
beberapa data center milik operator yang sama. Meskipun berbeda lokasi,
infrastruktur ini bekerja sama satu sama lain. Ini sering disebut dengan istilah
Data Center Federation.
Sebuah data center harus menempati ruangan sendiri yang terpisah dari
ruangan lain. Untuk menjaga keamanan ruangan, akses juga dibatasi bagi
orang yang berkepentingan saja. Fasilitas ini bisa terdiri dari satu lantai atau
lebih, terdiri dari banyak ruang, atau bahkan menempati satu area gedung
sendiri. Data center berskala besar bisa menggunakan lahan sampai dengan
2.1 juta meter persegi, sementara data center skala kecil hanya memerlukan
satu ruang yang berisi casing dan monitor.
2.1.6 Sistem Informasi
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015)
sistem informasi adalah kumpulan komponen yang saling berhubungan satu
sama lain yang dikumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan
informasi sebagai output yang diperlukan oleh sebuah organisasi untuk
menyelesaikan tugas-tugas pada organisasi tersebut. Sistem informasi selalu
mencakup orang-orang yang mengoperasikan sistem dan melakukan beberapa
pekerjaan. Berikut adalah komponen dari sistem:
Input
Masukkan data atau program ke dalam suatu sistem untuk diolah
menjadi suatu informasi yang berguna berupa dokumen-dokumen
penting.
Hardware
Perangkat keras yang digunakan sebagai tempat penyimpanan data
yang mendukung kinerja dari sistem informasi tersebut.
Software
Sistem di dalam komputer untuk mengolah, menganalisa, dan
memanipulasi suatu data menjadi suatu informasi yang akan
digunakan untuk kebutuhan bisnis.
Data
10
Dokumen penting yang dihasilkan dari sistem didalam komputer
berupa laporan, maupun suatu konsep yang digunakan sebagai
pengetahuan untuk pengembangan sistem informasi kedepannya
Procedure
Aturan yang dipakai didalam perusahaan yang berisi langkahlangkah
bagaimana sesuatu dikerjakan melalui aturan tersebut.
People
Dalam hal ini disebut sebagai pengguna sistem yang dapat
mengoperasikan hardware dan software untuk memasukkan suatu
input data dan menghasilkan suatu output berupa laporan dokumen
penting yang berguna bagi perusahaan.
Output
Hasil dari pemrosesan dan pengolahan data dari CPU menjadi suatu
informasi data penting (laporan) yang dapat digunakan oleh
perusahaan sebagai penyimpanan data hasil proses.
2.1.7 IT Asset Management
IT asset management adalah sarana yang dapat menyediakan informasi yang
lengkap mengenai inventaris infrastruktur TI dalam sebuah organisasi atau
perusahaan yang kemudian dapat membantu sebuah perusahaan mendapatkan
informasi dan pemahaman yang mendalam tentang:
Sistem dan aset yang ada
Dimana aset berada
Bagaimana aset-aset tersebut digunakan
Berapa harga aset
Kapan aset ditambahkan dalam inventaris
Apakah aset tersebut memiliki batas pemakaian
Bagaimana aset tersebut mempengaruhi IT dan business service
Tingkat pemahaman terhadap informasi tersebut akan membantu
perusahaan atau organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja
infrastruktur dan meminimalkan biaya overhead yang ada. IT asset
management harus diterapkan dengan baik untuk mencapai efisiensi
operasional dari sisi TI, akuntabilitas keuangan pembelian aset,
11
pengauditan dan pengelolaan aset dan pemeliharaan jangka panjang
(Mohan, 2013).
2.1.7.1 Metodologi IT Asset Management
Tujuan utama IT Asset Management adalah membangun sebuah repository
yang tersentralisasi yang mampu menyimpan keberadaan dan pembelian
semua aset TI. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat metodologi IT Assest
Management yang terdiri dari langkah- langkah berikut:
1. Asset discovery, Data Capture and Storage
Asset discovery, data capture and storage adalah sesuatu yang penting
bagi bisnis untuk mengetahui aliran transaksi keuangan ketika pengadaan
sebuah aset. Pencatatan aset memungkinkan perusahaan untuk mengurangi
biaya pengadaan aset dengan melacak siklus pemakaian masing-masing
komponen dan memastikan penggunaannya dilakukan hingga akhir masa
pemakaiannya. Manajemen perangkat IT juga harus memastikan bahwa
perusahaan tersebut mematuhi aturan penyewaan hardware, misalnya
dengan melacak tanggal dan waktu.
2. Asset Tracking
Hardware atau perangkat keras adalah aset fisik, sedangkan software atau
perangkat lunak adalah aset digital yang juga perlu dilacak. Asset tracking
memiliki kemampuan untuk melacak perizinan, memastikan bahwa asset-
aset tersebut tidak melampaui jumlah penggunaan per lisensi, yang dapat
mengakibatkan pelanggaran dengan perjanjian vendor yang dapat
menyebabkan kerugian. Selanjutnya, perusahaan dapat memperhitungkan
untuk melakukan pembelian hardware dan software versi terbaru
berdasarkan lisensi yang ada yang digunakan.
3. Asset Lifecycle Management
Asset Lifecycle Management (ALM) adalah proses mengoptimalkan
penggunaan dan memperoleh keuntungan dari aset-aset yang dimiliki oleh
perusahaan selama siklus pemakaian aset tersebut.
12
4. Asset Reporting and Alerting
IT Asset Management harus mampu menghasilkan laporan inventaris aset
TI dan membuat alert atau peringatan jika masa pemakaian atau garansi
sebuah aset akan berakhir.
2.1.7.2 Manfaat IT Aseet Management
Berikut manfaat yang didapat dari penggunaan IT Asset Management pada
sebuah organisasi.
1. Mendapatkan Kontrol Penuh atas Inventaris TI
Pemanfaatan IT asset management yang efektif pada sebuah organisasi
akan memberikan keuntungan. Oleh karena itu, para stakeholder maupun
personel TI harus melihat lebih jauh agar dapat melihat dan mengelola
secara detail aset yang dimiliki. IT asset management memberi fasilitas
untuk melihat komponen hardware dan software, server, atau infrastruktur
jaringan lainnya dengan mudah. Dengan kemampuan melacak aset di
seluruh lingkup teknologi informasi maka pengontrolan administrasi dan
akuntabilitas TI menjadi lebih baik.
2. Asset Lifecycle Management
Semua hardware dan software pasti memiliki batas maksimal pemakaian
atau pada pada saat tertentu perangkat harus diperbaharui maupun diganti.
IT asset management memungkinkan informasi tersebut disimpan. IT asset
management dapat melacak kapan perangkat-perangkat tersebut dibeli dan
sudah berapa lama perangkat itu digunakan. Informasi itu dibutuhkan oleh
seorang sistem administrator agar dapat mengambil keputusan apakah
perangkat tersebut harus diganti atau tidak. Hal demikian perlu dilakukan
untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
3. Strategic Inventory Planning & Procurement Forecast
Kemampuan IT asset management yang dapat melacak inventaris aset TI
yang dimiliki perusahaan, membuat perusahaan lebih mudah
merencanakan pengadaan aset di masa yang akan datang. Jika perusahaan
tidak mengetahui aset apa saja yang dimiliki saat ini maka sangat sulit
untuk merencanakan anggaran pengadaan perangkat. Informasi ini sangat
penting ketika perusahaan membuat perencanaan keuangan sehingga
13
memungkinkan perusahaan membuat anggaran dengan baik yang
disesuaikan dengan kebutuhan aset di masa depan dan memaksimalkan
penggunaan aset yang ada saat ini dan menghilangkan pengeluaran yang
tidak perlu.
4. Increased Accountability to Ensure Compliance
Kemampuan IT asset management yang mampu melacak aset TI
perusahaan dan dapat memperbaruinya secara otomatis maka akan
membantu perusahaan memantau komponen-komponen seperti hardware
dan software, dan dapat mengidentifikasi apakah kompoenen tersebut
layak dipasang atau tidak atau malah menimbulkan kerugian ketika
dipasang.
5. Automated Asset Discovery & Tracking
Saat ini masih banyak perusahaan yang mengelola aset TI mereka
menggunakan proses manual, contohnya menggunakan kertas, yang
menguras resource dan sangat rentan terhadap ketidakakuratan dan
inkonsistensi data. Spreadsheets digunakan oleh banyak tim TI untuk
memasukkan detail aset secara manual dan kemudian mereka harus
memperbarui laporan jika terjadi perubahan pada aset. Namun dengan
adanya solusi yang ditawarkan oleh IT asset management dan integrasi
manajemen aset, maka proses tersebut akan berubah menjadi biasa lebih
sederhana dan lebih cepat.
2.1.8 Infrastruktur Teknologi Informasi
Menurut Wijaya (Gita Surya Wijaya, 2018), infrastruktur teknologi adalah
pondasi atau kerangka kerja yang mendukung suatu sistem atau organisasi.
Dalam komputasi, infrastruktur teknologi informasi terdiri dari sumber daya
fisik dan virtual yang mendukung arus, penyimpanan, pengolahan dan
analisis data. Infrastruktur teknologi informasi dapat dipusatkan di dalam
pusat data (data center), atau mungkin terdesentralisasi dan tersebar di
beberapa data center yang dikendalikan oleh organisasi atau oleh pihak
ketiga, seperti fasilitas colocation atau penyedia awan.
14
2.2 System Development Life Cycle (SDLC)
System Development Life Cycle (SDLC) dapat dianggap sebagai kerangka
kerja formal tertua metodologi untuk membangun sistem informasi. Ide
utama dari SDLC adalah “untuk mengejar pengembangan sistem informasi
dalam cara yang terstruktur dan metodis, yang mengharuskan tahap life cycle
dari mulai ide awal sampai pada pengiriman tahap final sistem, untuk
dilaksanakan secara beraturan”. Salah satu tipe SDLC yang paling awal dan
paling banyak digunakan adalah metode waterfall.
2.2.1 Pengertian SDLC
Software Development Life cycle (SDLC) adalah kumpulan berbagai langkah
yang diikuti dengan pengembangan sistematis, desain dan pemeliharaan
perangkat lunak dan memastikan bahwa semua kebutuhan pengguna dipenuhi
dengan sedikitnya konsumsi sumber daya. Metode ini membantu
pengembang untuk membangun produk yang berkualitas dengan tepat waktu
dan sesuai dengan kebutan user (Barjtya, Sharma, & Rani, 2017).
2.2.2 Waterfall
Menurut Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015), SDLC adalah konsep
mendasar dalam keberhasilan pembangunan sebuah sistem informasi. Selama
siklus SDLC, suatu sistem informasi pertama kali disusun, kemudian
dirancang, dibangun dan digunakan sebagai bagian dari pembangungan
proyek dan akhirnya dimasukkan ke dalam production environment yang
digunakan untuk mendukung bisnis. Menurut Satzinger, salah satu metode
SDLC adalah waterfall.
Fase-fase dalam Waterfall Model menurut Satzinger:
15
Gambar 2.1 Waterfall Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015)
Project Initiation
Tahap ini adalah kegiatan yang mengidentifikasi masalah dan mendapatkan
persetujuan untuk mengembangkan sistem baru.
Project Planning
Melibatkan perencanaan, pengorganisasian, dan penjadwalan
pembangungan sistem. Kegiatan ini juga untuk memetakan struktur
keseluruhan proyek.
Analysis
Berfokus untuk menemukan dan memahami detail masalah atau kebutuhan.
Maksudnya adalah untuk mencari tahu apa yang harus sistem lakukan untuk
mendukung proses bisnis.
Design
Tahapan ini berfokus pada konfigurasi dan penataan komponen sistem baru.
Kegiatan ini menggunakan persyaratan yang sudah ditetapkan sebelumnya
untuk mengembangkan struktur program dan algoritma untuk sistem yang
dibangun.
Implementation
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah menulis kode program
dan melakukan pengujian.
Deployment
Pada tahap ini aplikasi yang sudah selesai dibangun diimplementasikan pada
user.
16
Waterfall termasuk SDLC yang mempunyai sifat pendekatan predictive.
Pendekatan predictive pada SDLC mengasumsikan bahwa pembangunan
sebuah sistem dapat direncanakan dan diatur dan bahwa sistem informasi
yang baru dapat dikembangkan sesuai dengan rencana. Predictive SDLC
digunakan untuk membangun sistem yang dipahami dan didefinisikan dengan
baik. Misalnya, ada sebuah perusahaan yang ingin mengubah sistem
client/server yang lama ke sistem yang baru berbasis web dan mencakup
aplikasi mobile. Dalam hal ini, para staf sudah memahami persyaratan dengan
sangat baik dan tidak ada proses baru yang perlu ditambahkan. Dengan
demikian, proyek yang akan dibangun dapat direncanakan dengan baik dan
sistem dapat dibangun sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
2.3 Teori Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Sehingga pemilihan teknik pengumpulan data yang
akan digunakan sangat penting.
2.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah
penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat menggunakan satu metode
saja maupun menggabungkan dua metode sekaligus atau lebih. Beberapa
metode pengumpulan data antara lain wawancara, observasi, kuisoner dan
studi dokumen.
2.3.1.1 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Teknik
wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan
dengan responden (Indriantoro, 2002). Wawancara telah diakui sebagai
teknik pengumpulan data atau informasi yang penting dan banyak dilakukan
dalam pengembangan sistem informasi. Wawancara memungkinkan analis
sistem mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dan prosedur-prosedur
informal dalam wawancara dengan para pembuat keputusan organisasional.
Analis sistem menggunakan wawancara untuk mengembangkan hubungan
mereka dengan klien, mengobservasi tempat kerja, serta untuk
17
mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan kelengkapan informasi.
Meskipun e-mail dapat digunakan untuk menyiapkan orang yang
diwawancarai dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
temuan, namun akan lebih baik bila wawancara dijalankan secara personal
bukan elektronis.
2.3.1.2 Observasi
Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ilmiah selain survei
adalah observasi, yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek
(benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau
komunikasi dengan individu-individu yang diteliti (Indriantoro, 2002).
Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu sehingga dapat
diulangi kembali oleh peneliti dan hasil observasi memberikan kemungkinan
untuk ditafsirkan secara ilmiah. Melalui observasi penganalisis dapat
memperoleh pandangan-pandangan mengenai apa yang sebenarnya
dilakukan, melihat langsung keterkaitan diantara para pembuat keputusan di
dalam organisasi, memahami pengaruh latar belakang fisik terhadap para
pembuat keputusan, menafsirkan pesan-pesan yang dikirim oleh pembuat
keputusan lewat tata letak kantor, serta memahami pengaruh para pembuat
keputusan terhadap pembuat keputusan lainnya. Pengamatan dalam istilah
sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini
sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan
kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan
kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat
yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist,
catatan kejadian dan lain-lain. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil
observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian
atau peristiwa, waktu, perasan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah
untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab
pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi
yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik
terhadap pengukuran tersebut.
Ada dua teknik observasi yang dapat digunakan pada penelitian terhadap
lingkungan social yaitu:
18
Observasi Partisipan
Peneliti melakukan observasi dengan cara melibatkan diri atau menjadi
bagian dari lingkungan social atau organisasi yang diamati. Melalui teknik
ini, peneliti dapat memperoleh data yang relatif lebih banyak dan akurat,
karena peneliti dapat secara langsung mengamati perilaku dan kejadian-
kejadian dalam lingkungan sosial yang diteliti.
Observasi Non Partisipan
Peneliti dapat melakukan observasi sebagai pengumpul data tanpa melibatkan
diri atau menjadi bagian dari lingkungan sosial atau organisasi yang diamati.
Misal, seorang peneliti dapat berada di sudut ruangan suatu kantor untuk
melihat dan mencatat bagaimana seseorang manajer menggunakan waktunya.
Kegiatan ini umumnya memerlukan waktu yang relatif lama, apalagi jika
manajer yang diamati jumlahnya relatif banyak (Indriantoro, 2002).
2.3.1.3 Kuisoner
Pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak
memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden
dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuisioner. Teknik
memberikan tanggungjawab kepada responden untuk membaca dan
menjawab pertanyaan. Kuisioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara,
antara lain: kuisioner disampaikan langsung oleh peneliti, dikirim bersama-
sama dengan pengiriman paket atau majalah, diletakkan ditempat-tempat
yang ramai dikunjungi banyak orang, dikirim melalui pos, faksimile atau
menggunakan teknologi komputer (Indriantoro, 2002).
Kuesioner sangat bermanfaat jika orang-orang di dalam organisasi terpisah
saling berjauhan, yakni orang-orang yang terlibat proyek sistem, sehingga
tinjauan secara keseluruhan diperlukan sebelum merekomendasikan alternatif
lainnya. Karena kuesioner dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak
selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam menyusun angket
perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau
peryataan ada pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir
pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim
digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan ketiga, untuk setiap
19
pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disesuaikan kolom untuk
menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam dua
jenis, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka
adalah kuesioner yang memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk
menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah kuisoner yang telah
menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian. Seiring
dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode
kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini, pilihan
jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi
kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.
2.3.1.4 Studi Dokumen
Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam
dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Menurut Sugiyono (2008; 83)
studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode obsevasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian
kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan studi
dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya. Dokumen yang dapat
digunakan dalam pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:
Dokumen primer
Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung
mengalami suatu peristiwa, misalnya: autobiografi
Dokumen sekunder
Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh
laporan/ cerita orang lain, misalnya: biografi.
2.4 OOAD (Object Oriented Analysis Design)
Menurut Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015), OOAD (Object
Oriented Analysis Design) dibagi menjadi 2 yaitu dari OOA dan OOD.
1. Object Oriented Analysis (OOA) menjelaskan mengenai semua jenis
obyek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan
20
interaksi pengguna apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-
tugas
2. Object Oriented Design (OOD) mendefenisikan semua jenis objek yang
berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem,
menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas
dan menyempurnakan definisi dari masing-masing objek sehingga
dapat diimplementasikan dengan bahasa tertentu.
2.5 Unified Modeling Language (UML)
Unified Modeling Language atau UML adalah suatu pemodelan yang
dilakukan secara visual untuk sarana perancangan sebuah sistem informasi
atau aplikasi yang berorientasi objek. UML merupakan bahasa yang sudah
menjadi standart dalam melakukan visualisasi, perancangan dan
pendokumentasian sebuah sistem informasi atau software. Tujuan UML
adalah sebagai berikut:
Dapat memberikan bahasa permodelan visual kepada pengguna dari
berbagai macam pemerograman maupun proses rekayasa.
Dapat menyatukan praktek-praktek terbaik yang ada dalam
permodelan.
Dapat memberikan model yang siap untuk digunakan, merupakan
bahasa permodelan visual yang ekspresif untuk mengembangkan
sistem dan untuk saling menukar model secara mudah.
Dapat berguna sebagai blue print, sebab sangat lengkap dan detail
dalam perancangannya yang nantinya akan diketahui informasi yang
detail mengenai koding suatu program.
Dapat memodelkan sistem yang berkonsep berorientasi objek, jadi
tidak hanya digunakan untuk memodelkan perangkat lunak (software)
saja.
Dapat menciptakan suatu bahasa permodelan yang nantinya dapat
dipergunakan oleh manusia maupun oleh mesin.
21
2.5.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015), activity diagram
adalah diagram yang menggambarkan rangkaian aliran dari aktivitas,
digunakan untuk mendeskripsikan aktifitas yang dibentuk dalam suatu
operasi sehingga dapat juga digunakan untuk aktifitas lainnya seperti use case
atau interaksi. Activity diagram bukan hanya model yang dapat digunakan
untuk mendokumentasikan aliran kerja dari proses bisnis, tetapi juga dapat
mendokumentasikan aliran aktivitas yang lebih rinci dari setiap use case.
Berikut simbol-simbol yang berlaku pada activity diagram beserta contohnya.
Gambar 2.2 Simbol- Simbol Activity Diagram
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2015)
Keterangan:
1. Swimlane, digunakan untuk menggambarkan users ataupun pelaku yang
terlibat dalam rangkaian aktivitas dari prosedur proses bisnis yang sedang
dibahas.
2. Starting activity, merupakan titik awal atau mulainya aktivitas dari
prosedur proses bisnis.
3. Transition arrow, merupakan panah yang menggambarkan urutan aliran
kegiatan dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya.
4. Activity, merupakan nama aktivitas yang dilakukan terkait dengan jalannya
prosedur proses bisnis.
5. Ending activity, merupakan titik akhir atau selesainya rangkaian aktivitas
dari prosedur proses bisnis.
22
6. Synchronization bar (split), digunakan apabila ada aliran kegiatan yang
berjalan secara parallel.
7. Synchronization bar (join), digunakan untuk mempertemukan kembali
aliran kegiatan yang tadinya berjalan secara parallel.
8. Decision activity, digunakan apabila ada aktivitas yang menghasilkan dua
atau lebih kondisi, yang berujung pada berbedanya urutan aliran aktivitas
yang terjadi (dapat dilakukan dengan menggunakan notasi berbentuk
diamond ataupun dari satu aktivitas akan keluar dua transition arrow yang
berbeda tujuan).
Berikut salah satu contoh dari activity diagram dalam sebuah sistem.
Gambar 2.3 Contoh Activity Diagram
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2015)
23
2.5.2 Use Case Diagram
Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015), use case diagram adalah
representasi sebuah aktivitas yang dilakukan oleh sistem, yang biasanya
merupakan respon berdasarkan permintaan seorang user. Ada dua teknik
yang direkomendasikan untuk mengidentifikasi use case yaitu user goal
technique and the event decomposition technique. User goal technique adalah
teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi use cases dengan menentukan
tujuan yang spesifik atau objektif apa yang harus diselesaikan oleh sistem
untuk pengguna. The event decomposition technique adalah teknik yang
digunakan untuk mengidentifikasi use cases dengan menentukan business
events yang harus direspon oleh sistem. Use case diagram terdiri dari
beberapa notasi yaitu use case, aktor dan relasi.
Use cases
Use case adalah gambaran fungsionalitas dari suatu sistem. Use case
dinotasikan menggunakan simbol lingkaran elips dengan nama use
case dituliskan didalam elips tersebut. Nama use case biasanya
menggunakan kata kerja dan boleh terdiri dari beberapa kata namun
tidak boleh ada dua use case yang memiliki nama yang sama.
Gambar 2.4 Notasi Use case
Aktor
Aktor mempresentasikan orang, sistem atau eksternal
entitas/stakeholder yang berinteraksi dengan sistem. Aktor hanya
berinteraksi dengan use case namun tidak memiliki kontrol atas use
case. Aktor memberi input atau menerima informasi dari sistem.
Actor biasanya menggunakan kata benda.
24
Gambar 2.5 Notasi Aktor
Association
Association digunakan untuk menghubungkan aktor dengan use case.
Association digambarkan dengan sebuah garis yang menghubungkan
antara aktor dengan use case.
Gambar 2.6. Notasi Association
Menurut Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015), langkah-langkah
dalam membuat use case diagram adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi semua stakeholder dan user yang mendapatkan manfaat dari
use case diagram.
2. Tentukan kebutuhan setiap stakeholder dan user dalam meninjau
kegunaan dari use case diagram. Biasanya, use case dapat dihasilkan
untuk setiap subsistem, untuk setiap user, use cases yang menggunakan
relasi <<includes>>, dan dari use cases yang digunakan untuk
stakeholder yang spesifik.
3. Untuk setiap kebutuhan komunikasi potensial, pilih use cases dan aktor
untuk menunjukkan dan menggambar use case diagram. Ada banyak
software yang dapat digunakan untuk menggambar use case diagram.
4. Tentukan nama dari masing-masing use case diagram dengan hati-hati
dan kapan diagram harus digunakan untuk meninjau use case oleh
stakeholder dan user.
Berikut contoh dari use case diagram:
25
Gambar 2.7 Use Case Diagram
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2015)
2.5.2.1 Use Case Description
Use case diagrams memberikan gambaran umum tentang semua use case
untuk suatu sistem. Informasi terperinci tentang setiap use case dijelaskan
dengan use case description. Menurut Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd,
2015), Use case descriptions adalah textual model yang berisi informasi
detail dari setiap use case yang ada pada sistem. Berikut pembagian dari use
case descriptions, yaitu:
26
1. Brief Use Case Descriptions
Brief Use Case Descriptions digunakan untuk mendeskripsikan use case
secara sederhana. Brief Use Case Descriptions memberikan penjelasan yang
cukup detail untuk use case yang sangat sederhana, terutama ketika sistem
yang dikembangkan adalah aplikasi kecil. Berikut contoh dari Brief Use Case
Descriptions.
Gambar 2.8 Brief Use Case Descriptions
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2015)
2. Fully Developed Description
Menurut Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015), fully developed
description adalah metode yang paling formal untuk mendokumentasikan use
case. Fully developed description dapat meningkatkan kemungkinan
developer untuk benar-benar memahami proses bisnis suatu sistem. Berikut
contoh dari fully developed description.
27
Gambar 2.9 Fully Developed Description
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2015)
2.5.3 Domain Model Class Diagram
Menurut Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015), Domain Model Class
Diagram mendeskripsikan jenis-jenis objek dalam sistem dan berbagai
macam hubungan yang terjadi. Class diagram membantu pengembang
mendapatkan struktur sistem dan menghasilkan rancangan sistem. Dalam
konteks class diagram, things dapat diasosiakan sebagai objek-objek yang
berkepentingan dan saling berhubungan di dalam eksekusi transaksi-transaksi
yang berjalan di sebuah proses bisnis. Objek-objek yang memiliki
28
karakteristik yang sama dikelompokkan ke dalam sebuah class. Classes yang
saling berhubungan itulah yang termodelkan di dalam class diagram.
Cardinality di dalam class diagram dikenal sebagai multiplicity. Berikut
simbol-simbol yang berlaku pada class diagram.
Gambar 2.10 Simbol Domain Class
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2015)
Keterangan:
Simbol persegi panjang merepresentasikan class yang terdapat pada
domain class diagram. Pada bagian atas adalah nama class,
sedangkan list yang ada pada bagian bawah adalah attribute yang
terdapat pada class.
Simbol garis menghubungkan class yang saling berasosiasi.
Gambar 2.11 Simple Domain Class Diagram
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2015)
29
Pada dasarnya semua classes yang saling berinteraksi dihubungkan dengan
menggunakan association (garis lurus biasa). Lebih lanjut, di dalam class
diagram juga mengenal dua hierarki di dalam relationships antar classes. Dua
hierarki tersebut adalah sebagai berikut:
1. Generalization/Specialization Hierarchies, merupakan hierarki yang
membentuk struktur pangkat dari classes, yang dimana terdapat class
yang bertindak sebagai superclass dan ada yang sebagai subclasses.
Superclass sering disebut juga sebagai parent class, sementara subclass
sering disebut sebagai child class. Hierarki ini juga mengusung konsep
object-oriented yang disebut inheritance, yang memungkinkan terjadinya
pewarisan karakteristik dari superclass ke subclasses. Oleh karena itu,
hierarki ini terkadang juga disebut sebagai inheritance hierarchy. Notasi
dari hierarki ini diperlihatkan dari lambang segitiga yang melekat di salah
satu class yang berperan sebagai superclass.
2. Whole-Part Hierarchies, merupakan hierarki yang membentuk struktur
hubungan classes berdasarkan class yang satu (berperan sebagai part)
merupakan komponen pembentuk class yang lainnya (whole). Terdapat
dua buah jenis relationships dalam whole-part hierarchies, yaitu:
Aggregation, merupakan whole-part relationship di antara sebuah
objek (whole) dan bagian pembentuk objek tersebut (part), yang
dilambangkan dengan notasi berbentuk diamond berwarna putih yang
melekat di whole.
Composition, merupakan whole-part relationship yang dimana objek
yang bertindak sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari objek
yang bertindak sebagai whole. Whole-part relationship ini
dilambangkan dengan notasi berbentuk diamond berwarna hitam yang
melekat di whole.
2.5.4 System Sequence Diagram
Menurut Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015), system sequence
diagram (SSD) adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan aliran
informasi yang masuk dan keluar dari sistem secara otomatis. System
sequence diagram mendokumentasikan input dan output dan
30
mengidentifikasi interaksi antara aktor dan sistem. SSD biasanya digunakan
bersama dengan use case descriptions untuk membantu mendokumentasikan
detail dari sebuah use case atau skenario pada use case tersebut. Dalam
pengembangan SSD, penjelasan rinci sebuah use case sangat berguna apakah
itu dalam bentuk fully developed description maupun activity diagram. Kedua
model tersebut mengidentifikasikan aliran aktivitas dalam use case, tetapi
tidak secara eksplisit mengidentifikasi input dan output. Sementera itu SSD
dapat memberikan identifikasi input dan output secara eksplisit. Tujuan dari
pembuatan system sequence diagram adalah untuk mencari tahu dan
memahami, dan hasil daripada SSD ini dapat dikomunikasikan kepada users
guna dapat didefinisikan secara tepat perihal bagaimana workflow diproses
dan apa saja informasi yang dibutuhkan sebagai input dan juga output.
Berikut notasi yang terdapat pada system sequence diagram.
Gambar 2.12 System Sequence Diagram
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2015)
2.5 User Interface (UI)
Menurut Satzinger (Satzinger, Jackson, & Burd, 2015), user interface adalah
kumpulan input dan output yang secara langsung melibatkan pengguna
aplikasi. Ini adalah bagian dari sistem yang dapat dilihat dan user dapat
31
berinteraksi dengannya. User interface adalah satu-satunya bagian dari sistem
yang dilihat oleh pengguna, sehingga mereka menganggap user interface
adalah sistem. User interface design sangat bervariasi tergantung pada faktor-
faktor seperti tujuan user interface, karakteristik pengguna, dan karakteristik
device. Misalnya, meskipun semua user interface harus dirancang untuk
kemudahan penggunaan secara maksimal, ada pertimbangan lain seperti
efisiensi operasional, mungkin penting bagi pengguna internal yang dapat
dilatih untuk menggunakan antarmuka spesifik yang dioptimalkan untuk
perangkat perangkat keras tertentu (misalnya, keyboard, mouse, dan layar
resolusi tinggi). Sebaliknya, user interface yang sangat berbeda mungkin
dirancang untuk sistem yang dapat diakses user yang menganggap ponsel
sebagai perangkat input / output. User interface adalah elemen utama untuk
mengingkatkan user experience. Kedua pertimbangan yang berkaitan dengan
user experience dan rincian antarmuka pengguna harus diintegrasikan ke
dalam semua elemen pengembangan sistem.
2.6 Kerangka Pemikiran
Berikut adalah kerangka pemikiran dari pengerjaan skripsi ini.
32
Gambar 2.13 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pada kerangka pemikiran pada gambar, setelah penentuan topik selesai
dilakukan maka penulis melakukan identifikasi masalah. Agar dapat
mengidentifikasi dan merumuskan masalah, penulis melakukan studi literature dan
analisis proses bisnis yang ada saat ini. Analisis proses berjalan dilakukan dengan
malakukan wawancara, observasi sistem saat ini dan observasi lapangan. Kegiatan
tersebut dilakukan agar dapat mengetahui dan merumuskan masalah yang dihadapi
Kaskus yang sebenarnya. Setelah rumusan masalah didapatkan, maka perancangan
sistem dapat dilakukan dan semua kegiatan tersebut didokumentasikan.