bab 2 landasan teori 2.1 sistem informasi geografis 2.1.1...

40
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada dasarnya Sistem Informasi Geografis adalah gabungan dari tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi dan geografis. Dengan memperhatikan pengertian sistem informasi, maka Sistem Informasi Geografis merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek – objek yang terdapat di permukaan bumi. Sistem Informasi Geografis juga merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut – atributnya. (Eddy Prahasta, 2005). Menurut Burrough (Heywood, 2002, p12) pengertian sistem informasi geografis adalah sekumpulan alat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali saat dibutuhkan, mentransformasikan dan menampilkan suatu data spasial dari dari dunia nyata untuk suatu kebutuhan tertentu. Menurut Department of Environment (Heywood, 2002, p12) sebuah sistem informasi geografis yang baik seharusnya dapat memberikan: 1. Akses yang mudah dan cepat untuk pengaksesan data dalam jumlah yang besar.

Upload: others

Post on 13-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Geografis

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pada dasarnya Sistem Informasi Geografis adalah gabungan dari tiga

unsur pokok yaitu sistem, informasi dan geografis. Dengan memperhatikan

pengertian sistem informasi, maka Sistem Informasi Geografis merupakan suatu

kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang

berkenaan dengan objek – objek yang terdapat di permukaan bumi. Sistem

Informasi Geografis juga merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat

digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan

keluaran informasi geografis berikut atribut – atributnya. (Eddy Prahasta,

2005).

Menurut Burrough (Heywood, 2002, p12) pengertian sistem informasi

geografis adalah sekumpulan alat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil

kembali saat dibutuhkan, mentransformasikan dan menampilkan suatu data

spasial dari dari dunia nyata untuk suatu kebutuhan tertentu.

Menurut Department of Environment (Heywood, 2002, p12) sebuah

sistem informasi geografis yang baik seharusnya dapat memberikan:

1. Akses yang mudah dan cepat untuk pengaksesan data dalam jumlah yang

besar.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

9

2. Kemampuan untuk :

a. Memilih detail berdasarkan area atau suatu tema tertentu.

b. Menyambungkan atau menggabungkan sekumpulan data dengan yang

lainnya.

c. Menganalisa karakteristik spasial suatu data.

d. Mencari karakteristik tertentu di suatu area.

e. Memperbaharui data dengan cepat dan murah.

f. Memodelkan suatu data.

3. Mampu menghasilkan suatu output (peta, grafik, daftar alamat dan

rangkuman statistik) yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus atau

tertentu.

Sistem informasi geografis telah digunakan untuk berbagai keperluan dan

berbagai disiplin ilmu lainnya seperti geodesi, lingkungan, kebijakan publik,

statistik dan lain sebagainya.

Jadi secara singkat sistem informasi geografis dapat memberikan nilai

tambah untuk data spasial dengan memungkinkan data untuk diorganisasikan dan

ditampilkan berdasarkan suatu tema tertentu.

2.1.2 Komponen – Komponen Sistem Informasi Geografis

2.1.2.1 Piranti Keras (Hardware)

Sistem informasi geografis memerlukan piranti keras dengan spesifikasi

yang tinggi. Hal ini dikarenakan sistem informasi geografis menggunakan

penyimpanan untuk data, baik raster maupun vektor, lebih besar. Selain itu

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

10

proses analisa yang dilakukan oleh sistem informasi geografis membutuhkan

ruang yang lebih besar karena sistem informasi geografis harus mampu

melakukan digitizer untuk merubah data yang berbentuk analog menjadi bentuk

digital.

Piranti keras untuk sistem informasi geografis dibedakan menjadi tiga

kelompok yaitu:

a. Alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukan data.

Contoh: Scanner, Kamera, CD-ROM, dan lain – lain.

Gambar 2.1 Piranti Keras (Hardware): Scanner, Kamera, CD-ROM

b. Alat pemrosesan digunakan untuk pemrosesan semua aktifitas sistem

Contoh: CPU atau PC

Gambar 2.2 Piranti Keras (Hardware): CPU atau PC

c. Alat keluaran (output) berfungsi untuk menyajikan hasil dari pemrosesan

sistem informasi geografis.

Contoh: Monitor, Printer, pint-out dan lain – lain.

PC

CD-ROM SCANNER KAMERA

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

11

Gambar 2.3 Piranti Keras (Hardware): Monitor, Printer

2.1.2.2 Piranti Lunak (Software)

Piranti lunak membantu piranti keras untuk memasukan, memproses, menyimpan

serta mengatur data geografis.

Terdapat lima modul utama dalam piranti lunak yaitu:

1. Masukan dan pengecekan data, termasuk di dalamnya proses konversi data

dari analog menjadi digital.

2. Menyimpan dan mengatur data, berhubungan dengan struktur dan aturan

data serta atribut elemen seperti titik, garis, ataupun area yang

menggambarkan objek – objek di dunia nyata.

3. Mengatur cara menampilkan data dan pelaporan hasil analisa ke pengguna.

4. Memproses data, meliputi pengurangan kesalahan pemasukan data,

menganalisa data, mengatur data, menghubungkan data spasial dengan data

atribut.

5. Melakukan interaksi dengan pengguna untuk menentukan apakah piranti

sistem informasi geografis tersebut diterima atau tidak.

Monitor Printer

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

12

Sebuah piranti lunak sistem informasi geografis harus memiliki fungsi dan alat

yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informas i

geografis. Fungsi tersebut dikelompokan menjadi elemen – elemen sebagai

berikut:

a. Alat (tools) untuk melakukan input dan transformasi atau konversi data.

b. Database Management System (DBMS).

c. Alat (tools) yang mendukung query geografis, analisis dan visualisasi.

d. Graphical User Interface (GUI) digunakan untuk memudahkan akses alat –

alat (tools) geografis.

2.1.2.3 Data Sistem Informasi Geografis

Adalah satu satu komponen krusial dan penting dalam sistem informasi

geografis. Di dalam sistem informasi geografis terdapat dua jenis data yaitu

data spasial dan data non spasial (atribut).

2.1.2.3.1 Data Spasial

Data spasial adalah data yang menggambarkan suatu dimensi ruang. Beberapa

tipe data spasial antara lain:

1. Titik

Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana. Representasi

ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi di atas peta dan

dapat ditampilkan pada layar monitor. Pada skala tertentu biasanya titik

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

13

digunakan untuk menggambarkan letak suatu kota, letak suatu bangunan

atau objek – objek lainnya.

Format titik memiliki ciri yaitu koordinat tunggal, tanpa panjang, tanpa

luasan. Contoh dari format titik: lokasi kecelakaan, letak pohon, lokasi

gedung.

Gambar 2.4 Tipe Data Titik

2. Garis

Garis merupakan bentuk linier yang akan menghubungkan beberapa titik

atau paling sedikit dua titik. Biasanya digunakan untuk menggambarkan

suatu objek berdimensi satu. Contoh penggunaan garis pada sistem

informasi geografis adalah jaringan jalan, jaringan saluran air, jaringan

telepon dan lain sebagainnya.

Format garis memiliki ciri yaitu koordinat titik awal dan akhir,

mempunyai panjang, tanpa luasan. Contoh dari format titik: jalan, sungai.

Gambar 2.5 Tipe Data Garis

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

14

Gambar 2.6 Tipe Data Poligon

3. Poligon

Bentuk poligon biasanya digunakan untuk merepresentasikan suatu objek

berdimensi dua. Suatu wilayah, penggunaan lahan, suatu tempat adalah entitas

yang umumnya digambarkan dengan bentuk poligon. Format poligon

memiliki ciri yaitu koordinat dengan titik akhir sama dengan titik awal,

mempunyai panjang, mempunyai luasan. Contoh dari format poligon: persil

tanah, wilayah, tutupan lahan dan lain - lain.

Penyajian data spasial dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu:

1. Model Raster

Model ini menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dalam

bentuk matriks atau piksel – piksel yang membentuk bidang referensi

horizontal dan vertikal. Setiap piksel memiliki atribut masing – masing dan

bersifat unik.

2. Model Vektor

Model ini menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial

dengan menggunakan garis, titik dan atau poligon yang didefinisikan oleh

koordinat kartesian dua dimensi (x,y). Di dalam model ini sebuah garis

merupakan kumpulan titik yang terurut dan berhubungan. Sedangkan

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

15

sebuah poligon merupakan kumpulan titik yang memiliki titik awal dan

titik akhir dengan koordinat yang sama.

2.1.2.3.2 Data Atribut

Data atribut adalah data yang mendeskripsikan data spasial. Biasanya data

atribut adalah data berbentuk teks. Data atribut dapat dideskripsikan dengan

dua cara, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dalam deskripsi kualitatif maka data

atribut akan mendeskripsikan tipe atau klasifikasi suatu objek. Sedangkan

secara kuantitatif, data atribut akan dideskripsikan berdasarkan tingkatan.

2.1.2.4 Manusia

Manusia selaku pembuat dan pemakai dari sistem informasi geografis dapat

memanipulasi sistem informasi geografis tersebut sehingga dapat membantu

menyelesaikan pekerjaannya sehari – hari.

Manusia juga menentukan akan seperti apa sistem informasi yang ada akan

dikembangkan.

2.1.3 Pemetaan

2.1.3.1 Pengertian Peta

Menurut Eddy Prahasta (2005), peta adalah suatu alat peraga untuk

menyampaikan suatu ide berupa sebuah gambar mengenai tinggi rendahnya

suatu daerah (topografi), penyebaran penduduk, jaringan jalan dan hal lainnya

yang berhubungan dengan kedudukan dalam ruang. Peta dilukiskan dengan

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

16

skala tertentu, dengan tulisan atau simbol sebagai keterangan yang dapat

dilihat dari atas. Peta dapat meliputi wilayah yang luas, dapat juga hanya

mencakup wilayah yang sempit. Peta dalam Bahasa Inggris berari map, dan

dalam Bahasa Yunani berari mappa. Ilmu pengetahuan yang mempelajari peta

disebut kartografi.

Sedangkan menurut Burrough, peta adalah sekumpulan titik, garis, area yang

digunakan untuk mendefinisikan lokasi dan tempat yang mengacu pada sistem

koordinat, dan peta biasanya direpresentasikan dalam bentuk dua dimensi,

tetapi tidak menutup kemungkinan peta dapat direpresentasikan dalam bentuk

tiga dimensi.

2.1.3.2 Jenis Peta

Jenis peta ada beberapa macam ditinjau dari berbagai aspek, baik dari aspek

maksud dan tujuan, kegunaan, skala, dan keadaan objek.

a. Berdasarkan aspek maksud dan tujuan

Jika dipandang dari maksud dan tujuannya, secara umum peta dibagi

menjadi dua jenis yaitu:

1. Peta Dasar atau Peta Umum

Peta Dasar adalah gambaran atau proyeksi dari sebagian permukaan bumi

pada bidang datar atau kertas dengan skala tertentu yang dilengkapi

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

17

dengan informasi kenampakan alami atau buatan. Contoh peta dasar

seperti: Peta Situasi, Peta Dunia, Peta Topografi, Peta Indonesia.

2. Peta Tematik atau Peta Khusus

Peta Tematik atau Peta Khusus adalah gambaran dari sebagian

permukaan bumi yang dilengkapi dengan informasi tertentu baik di atas

maupun di bawah permukaan bumi yang mengandung tema tertentu.

Contoh peta tematik seperti: Peta Jenis Tanah, Peta Kesesuaian Lahan,

Peta Iklim, Peta Perhubungan.

b. Berdasarkan aspek kegunaan

Jika dipandang dari kegunaannya, secara umum peta dibagi menjadi tiga

jenis yaitu:

1. Peta Referensi Umum (General Reference Map)

Peta yang digunakan untuk mengidentifikasi dan verifikasi macam –

macam bentuk geografis termasuk fitur tanah, perkotaan, jalan dan

lain sebagainya.

2. Peta Mobilitas (Mobility Map)

Peta yang digunakan untuk membantu masyarakat dalam menentukan

jalur dari satu tempat ke tempat lainnya, digunakan untuk perjalanan

darat, laut dan udara.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

18

3. Peta Inventaris (Inventory Map)

Peta yang menunjukkan lokasi dari fitur – fitur khusus misalnya posisi

gedung di suatu wilayah.

4. Peta Tematik (Thematic Map)

Peta yang menunjukkan penyebaran dari objek tertentu seperti

populasi, curah hujan dan sumber daya alam.

c. Berdasarkan aspek skala

Jika dipandang dari skalanya, secara umum peta dibagi menjadi tiga jenis

yaitu :

1. Peta kadaster atau peta teknik: berskala antara 1 : 100 – 1 : 5.000

2. Peta berskala besar: berskala antara 1 : 5.000 – 1 : 250.000

3. Peta skala sedang: berskala antara 1 : 250.000 – 1 : 500.000

4. Peta skala kecil: berskala antara 1 : 500.000 – 1 : 1.000.000

5. Peta geografis: berskala lebih dari 1 : 1.000.000

d. Berdasarkan keadaan objek

Jika dipandang dari keadaan objeknya, secara umum peta dibagi menjadi dua

jenis yaitu :

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

19

1. Peta Stasioner

Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan tetap atau stabil.

Contoh: peta sebaran gunung berapi.

2. Peta Dinamis

Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan mudah berubah.

Contoh: peta urbanisasi, peta arah angin, peta ketinggian aliran sungai.

2.1.3.3 Kegunaan Peta

Peta merupakan suatu sumber informasi yang sangat berguna untuk segala

bidang dengan dukungan perkembangan teknologi saat ini. Pada umumnya peta

dapat digunakan untuk mengetahui berbagai kenampakan pada suatu wilayah

yang dipetakan, yakni:

1. Memperlihatkan posisi suatu tempat di permukaan bumi.

2. Mengukur luas dan jarak suatu daerah di permukaan bumi berdasarkan skala

dan ukuran peta.

3. Memperlihatkan bentuk suatu daerah yang sesungguhnya dengan skala

tertentu.

4. Menghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

20

Adapun peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang menonjolkan satu

jenis data saja. Misalnya pada peta iklim, peta curah hujan, peta penyebaran

penduduk, dan sebagainya.

2.2 Sistem Basis Data

2.2.1 Pengertian Basis Data

Menurut Connoly dan Begg (2005), basis data adalah sebuah koleksi dari

data-data yang terhubung secara logika untuk di-share, dan sebuah deskripsi dari

data tersebut dirancang untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan akan informas i

dari sebuah organisasi.

Basis data menurut Fathansyah (1999, p2), basis data adalah himpunan

kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian

rupa agar kelak dapat dimanfaatkan lagi dengan cepat dan mudah.

2.2.2 Pengertian Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)

Menurut Connoly dan Begg (2005), DBMS adalah sebuah sistem perangkat

lunak yang memungkinkan user untuk menentukan, menciptakan, memelihara,

dan mengontrol akses ke basis data. Sebuah DBMS menyediakan fasilitas-

fasilitas berupa :

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

21

1. Data Definition Language (DDL) yang memungkinkan user menentukan

basis data, misalnya jenis data, struktur data, dan batasan-batasan pada data

yang hendak disimpan dalam basis data.

2. Data Manipulation Language (DML) yang memungkinkan user untuk

mengupdate, menghapus, dan meretrieve data dari basis data.

3. Sistem keamanan untuk mencegah user yang tidak berhak dapat mengakses

akses ke basis data.

4. Sistem terintegrasi yang memelihara konsistensi data yang disimpan.

5. Sistem kontrol konkuren yang mana memperbolehkan akses secara

bersamaan terhadap basis data.

6. Sistem kontrol pengembalian data yang dapat mengembalikan data ke

keadaan sebelumnya apabila terjadi kegagalan piranti keras maupun piranti

lunak

7. Katalog yang dapat diakses user, berisi tentang deskripsi data dalam basis

data.

2.2.3 DBLC (Database Lifecycle)

Menurut Connoly dan Begg (2005, p284), terdapat sebelas tahapan di dalam

Database Lifecycle. Tahapan ini digunakan dalam perancangan dan

pengembangan basis data untuk suatu sistem informasi tertentu.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

22

Gambar 2.7 Database Lifecycle (Connoly and Begg, 2005)

Application Design 

 

Database Planning 

System Definition 

Requirements Collection and Analysis 

Conceptual Database Design 

Logical Database  

Design 

Physical Database Design 

DBMS Selection 

(Optional) 

Prototyping (Optional) 

Database   Design  

Implementation 

Data Conversion and 

Loading 

Testing 

Operational Maintenance 

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

23

2.2.3.1 Database Planning

Menurut Connoly dan Begg (2005, p285-p286), perencanaan basis data

(database planning) merupakan aktifitas manajemen yang mengijinkan tingkatan

dari aplikasi basis data untuk direalisasikan se-efisien dan se-efektif mungkin.

Database planning harus memenuhi beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana mengumpulkan data,

2. Bagaimana format yang dibutuhkan,

3. Dokumen penting apa yang dibutuhkan,

4. Bagaimana proses perancangan dan implementasi.

2.2.3.2 System Definition

Menurut Connoly dan Begg (2005, p285-p286), System Definition adalah

tahapan dalam menguraikan jangkauan dan batasan dari aplikasi basis data dan

pandangan – pandangan utama para pemakai. Sebelum merancang suatu aplikas i

basis data penting untuk terlebih dahulu mengidentifikasi batasan – batasan dari

sistem yang sedang diteliti dan bagaimana kaitannya dengan bagian lain dari

sistem. Perlu dipikirkan pula untuk kebutuhan yang akan datang selain dari

keadaan saat in. Aplikasi basis data diterapkan untuk satu atau lebih pandangan

pemakai, sehingga harus diidentifikasi terlebih dahulu dari berbagai pandangan

pemakai.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

24

2.2.3.3 Requirement Collection and Analysis

Menurut Connoly dan Begg (2005, p288-291), Requirement Collection and

Analysis adalah proses pengumpulan dan analisis informasi tentang bagian dari

perusahaan ataupun instansi yang akan didukung oleh aplikasi basis data, dan

menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi kebutuhan pemakai terhadap

sistem baru.

2.2.3.4 Database Design

Menurut Connoly dan Begg (2005, p291), Database Design merupakan proses

pembuatan suatu desain untuk sebuah basis data yang akan mendukun g

operasional dan sasaran suatu perusahaan ataupun instansi.

database design dibagi dalam tiga tahapan yaitu perancangan basis data

konseptual, perancangan basis data logikal, dan perancangan basis data fisikal.

2.2.3.5 DBMS Selection (Optional)

Menurut Connoly dan Begg (2005, p295-p299), pemilihan DBMS harus benar –

benar sesuai dengan kebutuhan guna mendukung aplikasi basis data.

2.2.3.6 Application Design

Menurut Connoly dan Begg (2005, p299-301), Application Design adalah

merancang antarmuka pemakai (user interface) dan program aplikasi, yang akan

memproses basis data. Ditinjau dari gambar 2.7 bahwa peracangan basis data dan

perancangan aplikasi adalah aktifitas bersamaan pada database lifecycle. Dalam

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

25

kasus sebenarnya, adalah tidak mungkin menyelesaikan perancangan aplikas i

sebelum perancangan basis data selesai. Dalam perancangan aplikasi harus

memastikan semua pernyataan fungsional dari spesifikasi kebutuhan pemakai

yang menyangkut perancangan aplikasi program yang mengakses basis data dan

perubahan terhadap isi basis data (retrieve, update dan kegiatan keduanya).

Artinya bagaimana fungsi yang dibutuhkan bisa terpenuhi dan merancan g

antarmuka pemakai yang tepat. Antarmuka yang dirancang harus memberikan

informasi yang dibtuhkan dengan cara user friendly. Bagaimanapun, antarmuka

harus dijadikan sebagai komponen dari sistem yang penting, hal ini dimaksudkan

agar aplikasi yang dibuat menjadi mudah dipelajari dan mudah digunakan,

sehingga pemakai akan cenderung untuk mendapatkan dan memberdayakan

informasi yang disajikan dengan lebih baik.

2.2.3.7 Prototyping (Optional)

Menurut Connoly dan Begg (2005, p303-p304), Prototyping adalah membuat

model kerja dari aplikasi basis data, yang memperbolehkan perancang atau

pemakai untuk mengevaluasi hasil akhir sistem, baik dari segi tampilan maupun

fungsi yang dimiliki sistem. Tujuan dari pengembangan prototype aplikasi basis

data adalah untuk memungkinkan pemakai menggunakan prototype untuk

mengidentifikasi keistimewaan sistem atau kekurangannya, dan memungkinkan

perancang untuk memperbaiki atau melengkapi keistimewaan (feature) dari

aplikasi basis data yang baru tersebut.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

26

2.2.3.8 Implementation

Menurut Connoly dan Begg (2005, p304), Implementation adalah membuat

definisi basis data secara eksternal, konseptual, dan internal, serta program

aplikasi. Implementasi merupakan realisasi dari basis data dan perancangan

aplikasi. Implementasi basis data dibangun dengan menggunakan Data

Definition Language (DDL) dari DBMS yang dipilih dan Graphical User

Interface (GUI). Statement DDL digunakan untuk membuat struktur basis data

dan file basis data kosong. Selain itu pandangan pemakai (user view) lainnya

juga diimplementasikan dalam tahapan ini.

2.2.3.9 Data Conversion and Loading

Menurut Connoly dan Begg (2005, p305), Data Conversion and Loading

mencakup pengambilan data dari sistem lama untuk dipindahkan ke dalam sistem

yang baru. Tahapan ini dibutuhkan ketika sistem basis data baru menggantikan

sistem basis data yang lama. Pada masa sekarang, umumnya DBMS memiliki

kegunaan untuk memasukan file ke dalam basis data baru. Biasanya

membutuhkan spesifikasi dari sumber file dan sasaran basis datanya. Kegunaan

ini memungkinkan pengembang (developer) untuk mengkonversi dan

menggunakan aplikasi program lama untuk digunakan oleh sistem baru. Ketika

conversion and loading dibutuhkan, prosesnya harus direncanakan untuk

memastikan kelancaran transaksi untuk keseluruhan operasi.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

27

2.2.3.10 Testing

Menurut Connoly dan Begg (2005, p305), Testing adalah proses menjalankan

program aplikasi untuk menemukan kesalahan – kesalahan. Sebelum digunakan,

aplikasi basis data yang baru dikembangkan harus diuji secara menyeluruh. Jika

testing menunjukkan ketidaksesuaian, maka pengujian akan menemukan

kesalahan pada program aplikasi dan mungkin struktur basis datanya.

2.2.3.11 Operational Maintenance

Menurut Connoly dan Begg (2005, p285-p286), Operational Maintenance

adalah proses memantau dan memelihara sistem setelah diinstal. Pada tahapan

sebelumnya basis data benar – benar di uji dan diimplementasikan. Sekaran g

sistem beralih ketahapan pemeliharaan. Aktifitas dari tahapan pemeliharaan ialah

sebagai berikut :

1. Memantau Kinerja dari sistem.

2. Pemeliharaan dan upgrade aplikasi basis data.

2.2.4 Database Relational

Menurut Whitten dan Bentley (2004, p176), relational database adalah

database yang mengimplementasikan data sebagai serangkaian tabel dua dimensi

yang dihubungkan melalui foreign key.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

28

2.3 SDLC (System Development Life Cycle)

2.3.1 Definisi SDLC

Dalam pengembangan piranti lunak dibutuhkan tahapan – tahapan

pengembangan yang sesuai. Sistem yang ada pada umunya digunakan adalah

SDLC (System Development Life Cycle) (Pressman, 2001, p10). Dalam definisi

lain, System Development Life Cycle (SDLC) adalah sekumpulan kegiatan yang

dibutuhkan dalam membangun suatu solusi sistem informasi yang dapat member

jawaban bagi permasalahan maupun kesempatan bisnis (Turban, 2003, p461).

Pembuatan solusi yang tepat harus melibatkan pihak pengembang

perangkat lunak terkait agar didapatkan suatu solusi yang tepat. Pada saat ini

telah dikenal bebarapa model pengembangan sistem, yaitu antara lain: waterfall,

prototyping, spiral, incremental, fourth generation techniques. Model waterfall

merupakan salah satu model pengembangan sistem yang paling baik dan efektif.

Model waterfall sangat terstruktur dan bersifat linier. Model tersebut

memerlukan pendekatan yang sistematis dan sekuensial dalam pengembangan

sistem perangkat lunak.

2.3.2 Waterfall Model

Model sekuensial linear untuk software engineering (Waterfall Model), sering

disebut juga dengan siklus hidup klasik atau model air terjun. Model ini

mengusulkan sebuah pendekatan kepada perkembangan perangkat lunak yang

sistematik dan sekuensial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

29

seluruh analisis, desain, kode pengujian dan pemeliharaan. Dimodelkan setelah

siklus rekayasa konvensional, model sekuensi linear melingkupi aktivitas –

aktivitas sebagai berikut:

1. Rekayasa dan pemodelan sistem.

Yaitu dengan menentukan kebutuhan sistem secara keseluruhan, antara lain

dengan menentukan komponen – komponen sistem (entity), atribut

komponen dan hubungan antara komponen. Secara umum entity dibedakan

atas data, algoritma dan interface.

2. Analisis dan kebutuhan sistem.

Yaitu mencari dan menentukan kriteria aplikasi yang tepat untuk memenuhi

kebutuhan sistem.

3. Desain Sistem.

Yaitu dengan mendefinisikan hasil analisa dengan merancang modul aplikasi

perancangan yang dilakukan pada tiga bagian, yaitu: struktur data,

racangannya didefinisikan dalam Entity Relationship Diagram (ERD) dan

kamus data.

4. Pemrograman.

Yaitu mengimplementasikan rancangan atau desain dengan menuliskan kode

program sesuai bahasa pemrograman yang dipilih.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

30

5. Pengujian.

Yaitu melakukan pengujian program aplikasi yang telah selesai dibuat

dengan memperhatikan konsep logika untuk mengetahui kinerja aplikasi

apakah sesuai dengan kebutuhan sistem dan melakukan pencegahan

terjadinya kesalahan seminimal mungkin.

6. Pemeliharaan.

Yaitu memungkinkan terjadinya perubahan data, lingkungan sistem dan

kebutuhan penggunaan agar aplikasi tetap bisa dikembangkan sesuai

perubahan yang terjadi. Dalam kasus ini, penulis menggunakan waterfall

model untuk menggambarkan proses bisnis dan sistem yang dibutuhkan pada

perancangan sistem informasi geografis untuk penelusuran rumah sakit

berbasis web di wilayah Jakarta Barat. Pendekatan ini dipilih karena

mempunyai struktur yang jelas dan terarah dalam setiap tahapan

perancangan dan implementasinya.

Gambar 2.8 Waterfall Model

Rekayasa dan pemodelan sistem

Analisis dan kebutuhan sistem

Desain Sistem

Pemrograman

Pengujian

Pemeliharaan

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

31

2.3.3 Data Flow Diagram (DFD)

2.3.3.1 Pengertian Data Flow Diagram (DFD)

Menurut Pressman (2001, p305), DFD atau diagram aliran data adalah

sebuah teknik grafis yang menggambarkan aliran informasi dan transformas i

yang di aplikasikan pada saat data bergerak dari input menjadi output. Bentuk

dasar dari DFD disebut juga data flow graph atau bubble chart.

Pada DFD tingkat 0, disebut juga model sistem dasar atau model konteks,

merepresentasikan keseluruhan elemen sistem sebagai sebuah bubble tunggal

dengan data input dan data output yang ditunjukan oleh anak panah masuk dan

keluar secara berurutan. Proses tambahan (bubble) dan jalur aliran informas i

direpresentasikan pada saat DFD tingkat 0 dipartisi untuk mengungkap detail

lebih. Contohnya pada sebuah DFD tingkat 1 dapat berisi lima atau enam bubble

dengan anak panah yang saling menghubungkan. Setiap proses yang

dipresentasikan pada tingkat 1 adalah subfungsi dari seluruh sistem yang

digambarkan di dalam model konteks.

DFD merepresentasikan suatu sistem, baik otomatis maupun manual

melalui gambar yang berupa jaringan grafik. Dengan DFD, seorang analis sistem

dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem. Keuntungan memahami aliran

data dalam suatu sistem adalah:

1. Terhindar dari usaha mengimplementasikan suatu sistem yang terlalu dini.

Analis sistem perlu memikirkan secara cermat aliran – aliran data yang

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

32

diperlukan sebelum mengambil keputusan untuk merealisasikannya secara

teknik.

2. Mengerti lebih dalam hubungan state dengan sub sistem . Dengan DFD, analis

sistem dapat membedakan sistem dari lingkungannya dengan batasan –

batasan (boundaries).

3. DFD dapat menginformasikan kepada user sistem yang berlaku dan sebagai

alat untuk berkomunikasi dengan user dalam bentuk representasi.

2.3.3.2 Tingkatan – Tingkatan DFD

Terdapat beberapa tingkatan yang ada di dalam Data Flow Diagram, yakni:

a) Diagram Konteks

Merupakan level tertinggi yang menggambarkan masukkan dan keluaran dari

sistem. Pada diagram ini hanya terdapat satu proses dan tidak ada data store.

b) Diagram Nol

Pada diagram nol terdapat data store. Diagram yang tidak rinci pada akhir

nomor diberi tanda *

c) Diagram Rinci

Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya. Proses –

proses pada diagram ini sebaiknya tidak lebih dari Sembilan proses.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

33

2.3.3.3 Simbol – simbol

Simbol – simbol yang digunakan dalam Data Flow Diagram terdiri dari empat

macam, yakni:

1. Eksternal Entity

Entitas eksternal menggambarkan penghasil atau pengguna informasi yang

ada di luar sistem yang dimodelkan. Dilambangkan dengan gambar persegi.

Gambar 2.9 Eksternal Entity

2. Process

Proses menggambarkan sebuah transformasi informasi (fungsi) yang ada di

dalam sistem yang dimodelkan. Dilambangkan dengan lingkaran.

Gambar 2.10 Process

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

34

3. Data Object

Data Object mengindikasikan arah dari data flow. Dilambangkan dengan

anak panah.

Gambar 2.11 Data Object

4. Data Store

Data store menggambarkan tempat penyimpanan data yang digunakan oleh

satu atau lebih proses. Dilambangkan persegi panjang tanpa satu sisi tinggi.

Gambar 2.12 Data Store

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam DFD, yaitu:

1 Antara entitas tidak boleh saling berhubungan

2 Diperbolehkan untuk mengambil entitas yang sama , dengan tujuan untuk

menyederhanakan pemodelan

3 Hindari dialog yang tidak perlu dalam DFD.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

35

2.3.4 State Transition Diagram (STD)

Menurut Whitten (2004,p636), state transition diagram adalah alat yang

digunakan untuk menggambarkan urutan dan variasi layar yang dapat muncul

ketika pengguna sistem menjalankan sistem.

Menurut Pressman (2001) State Transition Diagram merupakan suatu

alat pemodelan yang menggambarkan sifat ketergantungan dari suatu sistem.

State adalah suatu kumpulan dari tingkah laku yang dapat di observasi.

Tujuan dari STD adalah mewakili sistem dengan jumlah state dan

serangkaian aktivitas yang berhubungan, menggambarkan hubungan antar state,

menunjukan bagaimana sistem bergerak dari suatu state ke state yang lain dan

mendokumentasikan urutan dan prioritas dari state.

STD memiliki komponen utama yaitu state dan arrow yang mewakili sebuah

perubahan state. Setiap gambar persegi panjang mewakili sebuah state dimana

sistem tersebut berada.

2.4 Teori Web

2.4.1 World Wide Web

Menurut Turban et al (2003, p680), WWW (World Wide Web) adalah sistem

dengan standar yang diterima secara universal untuk menyimpan, menelusuri,

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

36

memformat dan menampilkan informasi melalui arsitektur klien atau server yaitu

menggunakan fungsi – fungsi transpor dari internet.

World wide web adalah kombinasi dari empat ide yaitu:

1. Hypertext: sebuah format data yang memungkinkan suatu halaman memiliki

banyak media seperti teks yang panjang. Serta memungkinkan untuk

menautkan suatu teks dengan teks lainnya melalui sebuah hyperlink.

2. Resource Identifier: identifikasi yang unik yang digunakan untuk

mengalokasikan file atau dokumen di dalam jaringan. Biasanya dikenal

dengan URL (Uniform Resource Language).

3. Client Server: sebuah sistem dimana komputer client meminta sebuah

informasi, dapat berupa data atau file komputer kepada server. Kemudian

server akan mencari data atau file komputer yang diminta client. Setelah

didapat data tersebut, maka server akan mengirim kembali kepada client.

4. Markup Language: kumpulan karakter atau kode untuk mengidentifikasikan

data atau teks yang dikirim untuk mengakses sebuah situs web.

2.4.2 PHP (PHP Hypertext Preprocessor)

PHP merupakan singkatan dari PHP: Hypertext Preprocessor. PHP merupakan

bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server.

Hasilnya akan dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan browser.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

37

Menurut Kadir (2008, p2), secara khusus PHP dirancang untuk membentuk

aplikasi web dinamis. Artinya, PHP dapat membentuk suatu tampilan

berdasarkan permintaan terkini. Keuntungan menggunakan PHP antara lain:

1. Kesederhanaan dari bahasa PHP.

2. Siklus pengembangan yang lebih pendek karena pemudahan dalam

pembuatan modul dan komponen – komponen yang dapat digunakan lagi

pada pengembangan berikutnya.

3. Memiliki konektivitas ke server basis data.

4. Bersifat open source dan tidak bergantung pada platform manapun.

2.4.3 MapViewSVG

Menurut Riyanto (2009), MapView SVG adalah sebuah ekstensi arcView GIS

3.X yang dapat mengkonversi View dalam ArcView menjadi format SVG untuk

selanjutnya dipublikasikan ke web. Tool ini dikembangkan oleh UIS Media

Jerman.

Berikut adalah daftar fungsi atau fitur yang dapat digunakan dengan tool

MapViewSVG:

1. Mengaktifkan atau deaktifkan themes dalam MapView

2. Membuat laporan berupa informasi objek dan atribut tabel dari ArcView

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

38

3. Pencarian fitur dengan membangun sebuah ekspresi query

4. Skala peta berdasarkan view pada themes yang dikonversi

5. Membaca dan menampilkan koordinat peta.

2.4.4 XML

Menurut Riyanto (2009), XML adalah sebuah rekomendasi dari W3C untuk

pertukaran informasi yang terstruktur. XML telah menjadi sangat terkenal dan

diimplementasikan secara luas dan reliable. Tertulis dalam XML SVG dibangun

pada dasar yang kuat dan mendapatkan beberapa keuntungan seperti pada

kemampuan struktur yang kuat, model objek, dan lainnya. dengan spesifikasi

yang sudah ada dan spesifikasinya sudah diimplementasikan secara jelas, tata

bahasa berbasis XML saat ini terbuka untuk dimplementasikan.

2.4.5 Scalable Vector Graphic

SVG adalah sebuah bahasa untuk mendeskripsikan grafik dua dimensi dalam

XML. SVG memberikan tiga tipe objek grafik: grafik vektor, gambar, dan text.

objek grafik bisa di-grup, diberikan style, ditransformasikan dan digabungkan ke

dalam objek yang dirender sebelumnya. Gambar SVG memiliki fitur interaktif

sehingga bisa memberikan tanggapan atas kejadian yang diinisiasi oleh pengguna

dan bersifat dinamis. Konsep SVG terdiri dari:

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

39

1. Scalable

Maksud dari scalable adalah bisa membesar dan mengecil secara seragam.

artinya tidak terbatasi pada sebuah ukuran pixel yang tetap.

2. Vector

Grafik vektor berisi objek geometris seperti graris - garis dan kurva. Hal ini

memberikan fleksibel yanglebih tinggi dibanding dengan format yang hanya

berupa raster yang harus menyimpan informasi untuk tiap piksel dari grafik.

3. Graphic

Kebanyakan tata bahasa XML yang ada mewakili informasi textual atau

mewakili data mentah misalnya seperti informasi finansial. Biasanya

menyediakan kemampuan grafis yang belum sempurna. SVG menyediakan

sebuah deskripsi grafik vektor yang lengkap dan terstruktur serta grafik vektor

atau raster yang terolah yang bisa dipakai secara stand alone, atau sebagai

namespace dari XML dengan tata bahasa lain.

2.5 Teori Khusus

2.5.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

40

2.5.2 Tugas Rumah Sakit

Menurut Pasal 4 UU Nomor 44 Tahun 2009, Rumah Sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

2.5.3 Fungsi Rumah Sakit

Adapun untuk menjalankan tugas rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 UU Nomor 44 Tahun 2009, fungsi Rumah Sakit tersebut diatur dalam

Pasal 5 UU Nomor 44 Tahun 2009 yang menegaskan bahwa :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

rnemperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.5.4 Jenis – Jenis Rumah Sakit

Menurut Pasal 18 UU Nomor 44 Tahun 2009, Rumah Sakit dapat dibagi

berdasarkan dua hal yaitu :

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

41

1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, menurut Pasal 19 ayat (1) UU

Nomor 44 Tahun 2009 Rumah Sakit dikategorikan menjadi dua jenis yaitu :

1. Rumah Sakit Umum

Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi

perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi

bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama.

Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di

suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan

intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan

fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya.

Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan

penyelenggaranya.

Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat

kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan modern.

Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan

tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya

terdapat beberapa klinik / poliklinik di dalam suatu rumah sakit.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

42

2. Rumah Sakit Khusus

Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau

kekhususan lainnya. Contoh: rumah sakit yang melayani kepentingan khusus

seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan.

2. Berdasarkan pengelolaannya, menurut Pasal 20 ayat (1) UU Nomor 44 Tahun

2009 Rumah Sakit dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Rumah Sakit Publik

Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikelola oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba,

sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) UU Nomor 44 Tahun 2009.

Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah

diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan

Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dialihkan menjadi Rumah

Sakit privat.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

43

2. Rumah Sakit Privat

Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dikelola

oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas

atau Persero.

3. Berdasarkan Pasal 23 Ayat (1) UU Nomor 44 Tahun 2009, Rumah Sakit

Pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan

penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,

pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan

lainnya.

Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba

berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini

diselenggarakan oleh pihak universitas atau perguruan tinggi sebagai salah

satu wujud pengabdian masyararakat atau Tri Dharma perguruan tinggi.

2.5.5 Klasifikasi Rumah Sakit

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan

fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

44

2.5.5.1 Rumah Sakit Umum

Sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) UU Nomor 44 Tahun 2009,

klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri atas :

1. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima)

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis

Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

Dalam hal ini kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A

meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik

Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik

Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik

Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang

Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

2. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat)

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis

Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

45

Dalam hal ini kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B

meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik

Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik

Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik

Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang

Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

3. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat)

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

Dalam hal ini kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C

meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik

Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik

Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan

Penunjang Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

Dalam hal ini kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D

meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

46

Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjan g

Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

2.5.5.2 Rumah Sakit Khusus

Sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) UU Nomor 44 Tahun 2009,

Rumah Sakit Khusus berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan

diklasifikasikan menjadi :

a. Rumah Sakit Khusus Kelas A

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C

Berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/MenKes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Bab V Pasal 21, Jenis

Rumah Sakit Khusus antara lain :

a. Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak

b. Rumah Sakit Khusus Jantung

c. Rumah Sakit Khusus Kanker

d. Rumah Sakit Khusus Orthopedi

e. Rumah Sakit Khusus Paru

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00176-IF bab 2.pdf · 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Pada

47

f. Rumah Sakit Khusus Jiwa

g. Rumah Sakit Khusus Kusta

h. Rumah Sakit Khusus Mata

i. Rumah Sakit Khusus Ketergantungan Obat

j. Rumah Sakit Khusus Stroke

k. Rumah Sakit Khusus Penyakit Infeksi

l. Rumah Sakit Khusus Bersalin

m. Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut

n. Rumah Sakit Khusus Rehabilitasi Medik

o. Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorokan

p. Rumah Sakit Khusus Bedah

q. Rumah Sakit Khusus Ginjal

r. Rumah Sakit Khusus Kulit dan Kelamin