bab 2 landasan teori 2.1 sistem...
TRANSCRIPT
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
Menurut Quasney, Sebok, Freund (2011:620), Sistem Informasi adalah
kumpulan hardware, software, data, orang dan prosedur yang bekerja sama untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas.
Menurut Rainer dan Cegielski (2013:5), Sistem Informasi adalah proses
mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarluskan informasi untuk
tujuan spesifik.
Sedangkan menurut O’Brien (2014:6), Sistem Informasi adalah kombinasi
teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya
data yang dapat mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan berbagai macam
informasi dalam suatu organisasi.
2.2 Jaringan Komputer
Menurut Rainer dan Cegielski (2013:149), Jaringan Komputer adalah sebuah
sistem yang menghubungkan komputer dengan perangkat lainnya melalui media
komunikasi sehingga data dan informasi dapat saling ditransmisikan.
2.2.1 Internet
Menurut Quasney, Sebok, Freund (2011:620), Internet adalah kumpulan
jaringan di seluruh dunia yang menghubungkan jutaan bisnis, agen pemerintah
,institusi pendidikan dan perseorangan.
Sedangkan menurut Chaffey (2011:98), internet merupakan jaringan fisik
yang menghubungkan komputer di seluruh dunia. Internet terdiri dari infrastrutur
network servers dan hubungan komunikasi yang digunakan untuk menyimpan dan
mengirimkan informasi antara client komputer dan web servers.
2.2.2 World Wide Web
Menurut Turban, Rainer dan Potter (2005:680), World Wide Web adalah
sistem standar yang digunakan oleh internet secara universal, berfungsi untuk
menyimpan, menelusuri, memformat, dan menampilkan informasi melalui arsitektur
client/server. Sebuah web dibangun oleh hypertext standar yang disebut HyperText
16
Markup Languange (HTML), yang memformat dokumen dan memadukan link
hypertext dinamis ke dokumen-dokumen lain yang disimpan di dalam komputer.
Sedangkan menurut Chaffey (2011:112), World Wide Web adalah teknik
yang paling umum untuk mempublikasikan informasi ke internet yang dapat diakses
melalui web browser dimana menampilkan halaman web dari grafik dan
HTML/XML.
2. 3 Pelanggan
2.3.1 Pengertian Pelanggan
Menurut Nasution (2005:45), Pelanggan adalah semua orang yang menuntut
organisasi untuk memenuhi standar kualitas tertentu dan karena itu memberikan
pengaruh pada kinerja organisasi
Menurut Greenberg (2010:08), Pelanggan didefinisikan sebagai sebuah
individu atau kelompok yang melakukan pembelian atas sebuah produk atau jasa
berdasarkan pada keputusan akan pertimbangan harga dan penawaran yang
berkomunikasi dengan perusahaan melalui surat, panggilan telepon, dan email yang
dikirimkan secara berkala.
2.3.2 Nilai dan Kepuasaan Pelanggan
Menurut Kolter dan Armstrong (2010:31), Kepuasan Pelanggan adalah sejauh
mana kinerja suatu produk cocok dengan apa yang ekspektasikan oleh pelanggan.
Jika kinerja dari produk jauh dari harapan pelanggan, maka pelanggan akan tidak
puas. Jika kinerja sesuai dengan yang diharapkan pelanggan, maka pelanggan akan
puas. Jika kinerja yang didapat oleh pelanggan melebihi apa yang diharapkan oleh
pelanggan, maka pelanggan akan sangat puas atau senang. Dengan kata lain,
pelanggan yang puas akan kembali untuk membeli dan memberi tahu kepada yang
lain mengenai pengalaman baik yang dirasakannya. Sedangkan pelanggan yang tidak
puas, akan membeli produk kompetitor.
Menurut Schiffman (2010:29-30) Kepuasan Pelanggan adalah perbandingan
antara persepsi pelanggan terhadap produk dan jasa dalam kaitannya dengan harapan
mereka masing-masing. Di sisi positif, pelanggan yang merasa puas akan menjadi
loyal dan melakukan pembelian kembali atau orang-orang yang mendapatkan
pengalaman melebihi ekspektasinya dan yang paling menguntungkan adalah adanya
promosi dari mulut ke mulut.
17
Menurut Schiffman (2010:29), Nilai Pelanggan adalah rasio antara
keuntungan yang didapat pelanggan (ekonomi, dan psikologi) dengan sumber daya
yang dikeluarkan (uang, waktu, usaha, dan psikologi) untuk mendapatkan produk
tersebut, nilai yang dirasakan relatif dan subyektif.
Menurut Kim dan Chung (2011), beberapa definisi dari nilai tersedia di
berbagai konteks. Dalam salah satu contoh nilai dianggap sebagai keseluruh dari
perkiraan pelanggan terhadap kegunanan dari produk yang diterima dan diberikan
oleh perusahaan. Dalam contoh yang lain, nilai diartikan pada sebuah keyakinan
tentang sesuatu yang diinginkan oleh pelanggan yang berfokus pada aspek psikologi
dari pelanggan itu sendiri.
2.4 Customer Relationship Management (CRM)
2.4.1 Pengertian CRM
Menurut Turban, King, Lee (2010:696), CRM adalah suatu pendekatan
pelanggan yang berfokus pada pembangunan dan pemeliharaan hubungan jangka
panjang dengan pelanggan yang dapat memberikan nilai tambah untuk pelanggan
dan perusahaan.
Menurut Greenberg (2010:30), CRM adalah sebuah filosofi dan strategi
bisnis yang didukung oleh sebuah sistem dan teknologi yang dirancang untuk
meningkatkan interaksi manusia dalam sebuah lingkungan bisnis.
Menurut Rainer dan Cegielski (2013:288), CRM adalah strategi organisasi yang
berfokus pada pelanggan dan berorientasi pada pelanggan.
Kotler dan Armstrong (2013:36), menyatakan bahwa Customer Relationship
Management adalah konsep yang paling penting dalam pemasaran modern. Yang
dalam arti lebih luas, CRM adalah keseluruhan proses membangun dan memelihara
hubungan pelanggan yang menguntungkan dan mengantarkan nilai dan kepuasaan
pelanggan yang unggul.
2.4.2 Manfaat CRM
O’brien dan Marakas (2011:332), potensi hubungan bisnis dari CRM sangat
banyak. Misalnya, CRM memungkinkan bisnis untuk mengindentifikasi dan
menargetkan pelanggan terbaik mereka yang paling menguntungkan untuk bisnis
sehingga mereka dapat dipertahankan sebagai pelanggan seumur hidup untuk
layanan yang lebih besar. Selain itu memungkinkan real-time kustomisasi dan
18
personalization produk dan layanan berdasarkan pelanggan keinginan, kebutuhan,
kebiasaan membeli, dan siklus hidup. CRM juga dapat melacak kontak pelanggan.
Di samping itu, sistem CRM dapat memungkinkan perusahaan untuk memberikan
pengalaman pelanggan yang konsisten dan layanan yang unggul dan dukungan di
semua point kontak pelanggan memilih semua manfaat ini akan memberikan nilai
bisnis strategis untuk perusahaan dan nilai pelanggan utama kepada pelanggan.
2.4.3 Proses CRM
Menurut Rainer dan Cegielski (2011:308), Proses CRM dimulai dengan
usaha dari pemasaran dimana organisasi menetapkan sasaran pada pelanggan
potensial. Beberapa dari pelanggan potensial tersebut akan melakukan pembelian
yang menjadikan mereka sebagai pelanggan. Dari pelanggan tersebut, beberapa akan
menjadi repeat customer. Dari situ organisasi akan membagi repeat customer
menjadi repeat customer yang low-value dan high-value. Proses ilustrasi CRM dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Proses Customer Relationship Management
Sumber: Rainer dan Cegielski (2011:308)
2.4.4 Fase CRM
O’brien dan Marakas (2011:331-332) mengilustrasikan cara untuk berfikir
tentang pelanggan dan nilai bisnis dan komponen dari CRM:
1. Acquire
Bisnis bergantung pada perangkat lunak, Customer Relationship
Management dan database untuk membantu memperoleh pelanggan
baru dengan melakukan pekerjaan seperti mengatur kontak dari
pelanggan, penjualan kepada pelanggan yang berprospek, penjualan,
19
pemasaran langsung, dan pemenuhan atas permintaan.Tujuan dari
fungsi CRM adalah untuk membantu pelanggan merasakan nilai dari
sebuah produk unggulan yang ditawarkan oleh perusahaan yang luar
biasa
2. Enchance
Web memberikan kemudahan bagi CRM untuk account management,
customer service, dan alat-alat bantu lainnya untuk membantu
pelanggan merasa senang dengan layanan yang sangat baik dari
respon yang diberikan oleh seluruh tim, baik tim pemasaran, layanan,
bahkan rekan bisnis. Perusahaan juga menyediaan fitur tambahan
seperti cross sell dan up sell untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan. Nilai yang didapat adalah pelanggan akan melakukan
one-stop shopping.
3. Retain
Dengan perangkat lunak CRM yang ada dan database membantu
perusahaan untuk melakukan analisa, mengidentifikasi dan
menentukan pelanggan yang loyal. Perusahaan memberikan reward
khusus bagi pelanggan yang loyal sehingga pelanggan tetap dapat
loyal. Nilai yang didapat oleh pelanggan adalah mendapat hubungan
pelanggan yang lebih personal dengan “perusahaan mereka sendiri”.
Gambar 2.2 Tiga Fase CRM
Sumber: O’Brien dan Marakas (2011:332)
20
2.4.5 Komponen CRM
Menurut Rainer dan Cegielski (2011:312-319), Sistem CRM dalam
organisasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu operational CRM dan analytical
CRM yang akan dijelaskan berikut ini:
1. Operational CRM
Operational CRM adalah komponen dari CRM yang mendukung proses
bisnis yang dilakukan oleh front-office. Proses-proses ini adalah proses
yang berinteraksi langsung dengan pelanggan seperti penjualan, pemasaran, dan
pelayanan. Dua komponen utama dalam CRM operasional adalah customer-facing
applications dan customer-touching applications. Jenis aplikasi yang dapat termasuk
sebagai customer-facing applications adalah customer service and support, sales
force automation (SFA), pemasaran, dan campaign management. Sedangkan
beberapa jenis aplikasi yang termasuk sebagai customer-touching applications
adalah search and comparison capabilities, FAQ, dan respon otomatis melalui e-
mail.
2. Analytical CRM
Sistem Analytical CRM menganalisa perilaku dan persepsi pelanggan yang
nanti dapat digunakan untuk menyediakan actionable business intelligence. Sebagai
misal, sistem analytical CRM menyediakan informasi dari permintaan dan transaksi
pelanggan, serta respon pelanggan terhadap pemasaran, penjualan, dan pelayanan
dari organisasi. Beberapa teknologi penting pada analytical CRM adalah data
warehouses, data mining, pendukung keputusan, dan teknologi business intelligence.
Gambar 2.3 Hubungan Antara Operational CRM dan Analytical CRM
Sumber: Rainer dan Cegielski (2011:319)
21
2.4.6 Aplikasi Marketing dari CRM
Menurut Chaffey (2011:452-453), sebuah sistem CRM untuk mendukung 4
kegiatan yang terdiri dari aplikasi marketing yang berbeda antara lain:
1. Sales Force Automation (SFA)
Perwakilan penjualan yang didukung dalam akun manajemen dan penjualan
berbasiskan telepon melalui alat untuk mengatur dan mencatat permintaan dan
kunjungan pelanggan. Suatu sistem yang secara otomatis menelaah semua langkah
yang ada di proses penjualan.
2.Customer Service Management
Perwakilan dalam kontak pusat memberikan respon terhadap permintaan
pelanggan untuk informasi yang diminta dengan menggunakan internet untuk
mengakses database yang berisi informasi mengenai pelanggan, produk, dan
permintaan-permintaan sebelumnya.
3.Managing The Sales Process
Ini dapat dicapai melalui situs e-commerce, atau dalam suatu konteks B2B
dengan menunjang perwakilan penjualan dari pencatatan proses penjualan (SFA).
4.Campaign Management
Mengurus iklan, surat langsung, e-mail, dan lain-lainnya.
5. Analysis
Melalui teknologi seperti gudang data (data warehouse) dan pendekatan
seperti penggalian data (data mining).
2.5 Electronic Customer Relationship Management (E-CRM)
2.5.1 Pengertian e-CRM
Menurut Chaffey (2011:455) e-CRM merupakan pendekatan dengan
menggunakan teknologi komunikasi digital untuk memaksimalkan penjualan kepada
pelanggan dan mendorong penggunaan pelayanan secara online.
Menurut Turban dan King (2012:295), “e-Customer Relationship
Management adalah istilah industri yang mencakup metodologi dan perangkat lunak
yang membantu perusahaan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
terorganisasi. Biasanya, sebuah basis data yang luas berisi informasi pelanggan,
termasuk informasi kontak pelanggan, adalah pusat dari sistem Customer
Relationship Management.”
22
2.5.2 Tipe e-CRM
Menurut Rainer dan Cegielski (2013:294) terdapat beberapa tipe aplikasi dari
e-CRM yang dapat digunakan oleh pelanggan. Aplikasi dari e-CRM tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Search and Comparison Capabilities
Terkadang pelanggan mengalami kesulitan dalam menemukan apa yang
mereka inginkan dari sekumpul produk dan layanan. Untuk membantu
pelanggan, banyak toko online dan mall menawarkan pencarian dan
kemampuan perbandingan.
2. Technical and Other Information and Services
Banyak organisasi menawarkan pengalaman personalisasi seperti
pelanggan dapat melakukan download panduan mengenai produk yang
menyebabkan pelanggan membeli produk dan tetap loyal.
3. Customized Products and Services
Customer Touching Service lainnya digunakan oleh toko online adalah
mass customization, sebuah proses dimana pelanggan dapat
mengkonfigurasi produk mereka. Sebagai tambahan, sekarang pelanggan
dapat melihat saldo rekening atau mengecek status pengiriman dari
pemesanan mereka kapanpun dari komputer atau smartphone mereka.
4. Personalized Web Pages
Banyak organisasi mengijinkan pelanggan mereka untuk melakukan
personalisasi website. Pelanggan menggunakan halaman ini untuk
melakukan pembelian dan prefensi ataupun permasalahan dan
permintaan mereka.
5. Frequently Asked Question (FAQs)
Frequently Asked Question merupakan alat yang sederhana untuk
menjawab pertanyaan yang berulang kali ditanyakan. Pelanggan dapat
menemukan informasi yang mereka perlukan dengan menggunakan fitur
ini. Dengan demikian meminimalisasi komunikasi dengan orang.
6. E-mail and Automated Response
Alat yang cukup populer untuk layanan pelanggan dengan e-mail, tidak
mahal namun cepat. E-mail tidak hanya digunkan untuk menjawab
pertanyaan dari pelanggan tetapi juga untuk menyebarkan informasi
produk, dan menyalurkan korespondensi dari berbagai topik.
23
7. Loyalty Programs
Loyalty Programs mengenali pelanggan yang secara berulang membeli
produk atau layanan dari pemasok. Loyalty Programs sangat tepat
digunakan dalam dua kondisi seperti frekuensi yang tinggi untuk
pembelian berulang dan customization produk untuk setiap pelanggan.
2.5.3 Tujuan e-CRM
Pada e-CRM, Chaffey (2009:486) menjelaskan bahwa tidak hanya sekedar
penambahan elekronik dibelakang CRM, akan tetapi penggunaan teknologi,
database, transformasi online, penggunaan web dan sebagainya dapat memantau
pelanggan dari waktu ke waktu secara spesifik dan memantau perilaku serta
mendorong pembelian kembali kedepanya oleh pelanggan.
Dalam International Journal of Management Research and Review, dengan
artikel yang disusun oleh S. Deshmukh, N.Deepa dan A.Raj Sharavanthi (2013:2557-
2567), yang berjudul E-CRM: An Ultimate Strategy for An Organization.
Menjelaskan bahwa dengan bantuan IT, e-CRM berfokus pada pengelolaan semua
bentuk hubungan dengan pelanggan. Tidak hanya berbasis internet, akan tetapi e-
CRM memiliki lingkup yang lebih luas dari strategi CRM dan menggunakan
elektronik sebagai fasilitas pendukung.
2.5.4 Manfaat e-CRM
Menurut Chaffey (2009:487), menggunakan internet untuk membangun
hubungan dalam pemasaran memerlukan database pelanggan. Database pelanggan
ini berguna untuk membangun hubungan yang tepat sasaran dan dipersonalisasikan.
Manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Targeting more cost-effectively
Jika menggunakan cara tradisional seperti surat langsung, biasanya berdasarkan pada
orang-orang yang sudah terdaftar di perusahaan saja, ini berarti tidak semua orang
dapat menjadi target pasar.
2. Achieve mass customization of marketing messages (and possibly the product)
Teknologi membuat sesuatu menjadi mungkin untuk mengirim e-mail dengan biaya
yang lebih rendah dari pada mengirim surat dengan cara lama.
3. Increase dept, breath, and nature of relationship
Internet memungkinkan informasi yang lebih banyak dapat disediakan sebagaimana
yang dibutuhkan untuk konsumen.
24
4. A learning relationship can be achieved using different tools throuthout the
customer lifecycle.
• Pelanggan dapat mencari produk yang dibutuhkan sebelum membeli lewat
website.
• Pelanggan mendapatkan informasi secara bebas tentang informasi perusahaan
maupun tentang produk secara online.
• Pertanyaan yang tadinya diberikan lewat forum atau email saat ini juga dapat
melalui online customer service.
• Evaluasi pengembangan produk baru (komentar terhadap prototype dari
produk baru tersebut).
5. Lower Cost
Menghubungi pelanggan melalui email atau dengan pelanggan melihat website
perusahaan dapat mengurangi pengeluaran biaya dibandingkan dengan menggunakan
surat.
2.5.5 Perbedaan CRM dan e-CRM
Menjalin relasi dengan pelanggan merupakan salah satu aktivitas bisnis yang
telah dilakukan oleh perusahaan dari generasi ke generasi. Bahkan sebelum adanya
komputer, perusahaan–perusahaan telah mampu mejalin hubungan baik dengan
pelanggannya. Namun dipertengahan tahun 1990-an , CRM telah di perkaya oleh
berbagai informasi teknologi. Penerapan tekonologi dalam CRM merupakan respon
terhadap perubahan-perubahan yang tejadi dalam persaingan ekonomi.
E-CRM dapat didefinisikan sebagai aktifitas untuk mengelola hubungan
dengan pelanggan menggunakan teknologi internet, web browser dan elektronik
touch point lainya. Bagaimanapun, tantangan pengembangan CRM tersebut adalah
untuk memberikan informasi yang benar dalam waktu yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan spesifik pelanggan (S. Deshmukh, N.Deepa dan A.Raj Sharavanthi
2013:2557-2567).
Perbedaan utama dari CRM dan e-CRM dijabarkan dalam enam poin berikut, yaitu:
1. Customer Contact
CRM: Kontak dengan pelanggan dilakukan melalui toko, telepon dan
fax.
e-CRM: Semua metode tradisional digunakan dengan media internet,
email, nirkabel dan teknologi PDA
25
2. System Interface
CRM: Implementasi dari penggunanaan sistem ERP, titik perhatian
kegiatan ada pada back-end.
e-CRM: Menjadi titik perhatian ada pada sisi front-end, dengan
integrasi terhadap back-end melalui sistem ERP, data warehouse dan
data marts.
3. System Overhead (Client Computers)
CRM: Client harus men-download untuk melihat aplikasi pada web.
Mereka akan melakukan kegiatan berulang di setiap platform yang
berbeda.
e-CRM: Tidak memerlukan persyaratan tersebut, karena client dapat
menggunakan browser untuk mengakses.
4. Customization and Personalization of Information
CRM: Personalization tidak tersedia, karena butuh perubahan pada
program.
e-CRM: Tampilan dapat disesuaikan dengan selera pelanggan, sesuai
dengan keinginan mereka.
5. System Focus
CRM: Sistem dibuat untuk penggunaan internal, dirancang berdasarkan
pekerjaan dan produk. Aplikasi web dirancang untuk departemen
tertentu atau unit bisnis.
e-CRM: Sistem dibuat untuk penggunaan eksternal, dirancang
berdasarkan kebutuhan pelanggan. Aplikasi web dirancang secara lebih
luas.
6. System Maintenance and Modification
CRM: Banyak waktu yang diperlukan dalam implementasi dan
pemeliharaan. Menjadi lebih mahal, karena sistem berada di lokasi yang
berbeda dengan beberapa server
e-CRM: Penghematan pada waktu dan biaya, implementasi dan
pemeliharaan dapat dilakukan pada satu lokasi dan server.
2.6 Analisa Kompetitif: Model Lima Kekuatan Porter
Menurut David (2011:74), model lima kekuatan Porter merupakan
pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam
26
banyak industri. Porter menyatakan bahwa hakikat persaingan suatu industri dapat
dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan yaitu :
1. Persaingan antar perusahaan sejenis
Persaingan antar perusaahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar
dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu
perusahaan dapat berhasil jika perusahaan tersebut memberikan keunggulan
kompetitif dibanding dengan strategi yang dijalankan oleh pesaing. Perusahaan
yang memiliki keunggulan kompetitif tak jarang akan menerima serangan
balasan dari perusahaan pesaing seperti penurunan harga, peningkatan kualitas,
memperpanjang garansi, dan menyediakan jasa. Intensitas persaingan diantara
perusahaan sejenis yang bersaing cenderung meningkat karena jumlah pesaing
yang semakin bertambah, pelanggan yang dapat berpindah merek, hambatan
untuk meninggalkan pasar tinggi, biaya yang tetap tinggi, dan merger dan
akuisisi menjadi hal umum dalam suatu industri.
2. Kemungkinan masuknya pesaing baru
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu,
intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Tetapi, hambatan untuk
masuk, dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan
cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus,
kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya preferensi
merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang
memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah,
kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari
perusahaan yang sudah mapan, dan potensi kejenuhan pasar.
3. Potensi pengembangan produk substitusi.
Dalam banyak industri, perusahaan bersaing dekat dengan produsen produk
substitusi dalam industri yang berbeda. Keberadaan produk substitusi
menciptakan batas harga tertinggi yang dapat dibebankan sebelum konsumen
beralih ke produk substitusi. Tekanan kompetisi yang berasal dari produk
substitusi meningkat sejalan dengan menurunnya harga relatif dari produk
substitusi dan sejalan dengan biaya konsumen untuk beralih ke produk lain
menurun. Cara terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif produk substitusi
27
adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk-produk
tersebut, juga dengan memantau rencana perusahaan untuk meningkatkan
kapasitas dan penetrasi pasar.
4. Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok.
Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok memengaruhi intensitas persaingan
dalam suatu industri, khususnya ketika ada sejumlah besar pemasok, ketika
hanya ada sedikit produk substitusi yang cukup bagus, atau ketika biaya untuk
mengganti bahan baku sangat mahal. Sering kali kepentingan yang dicari oleh
pemasok dan produsen adalah saling memberikan harga yang masuk akal,
memperbaiki kualitas, mengembangkan jasa baru, pengiriman just-in-time, dan
mengurangi biaya persediaan, dengan demikian memperbaiki profitabilitas
jangka panjang untuk semua pihak. Perusahaan dapat menjalankan strategi
backward integration untuk mendapatkan kendali atau kepemilikan dari
pemasok. Strategi ini efektif khususnya ketika pemasok tidak dapat diandalkan,
terlalu mahal, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan secara
konsisten.
5. Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.
Ketika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, atau membeli dalam
jumlah besar, kekuatan tawar-menawar mereka menjadi kekuatan utama yang
mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Kekuatan tawar
menawar konsumen juga lebih tinggi ketika yang dibeli adalah produk standar
atau tidak terdiferensiasi. Ketika kondisinya seperti ini, konsumen sering kali
dapat bernegosiasi tentang harga jual, cakupan garansi, dan paket aksesori
hingga ke tingkat yang lebih tinggi.
Model Lima Kekuatan Porter yang telah dijabarkan sebelumnya dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
28
Gambar 2.4 Model Lima Kekuatan Porter
Sumber : David (2013:74)
2.7 Perumusan Strategi I: Tahap Masukan
2.7.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Menurut David (2011:80), matriks evaluasi faktor eksternal – EFE
memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi
informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah,
hukum, teknologi, dan persaingan.
Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan yaitu :
1. Buat daftar lima faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam proses audit
eksternal. Masukan dari total sepuluh hingga dua puluh faktor, termasuk
peluang dan ancaman, yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya.
Tuliskan peluang terlebih dahulu dan kemudian ancaman.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor 0,0 (tidak penting) hingga 1.0
(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Peluang sering kali
diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga diberi bobot
yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam. Penjumlahan
dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan
1,0.
3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci
tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespons faktor
tersebut, dimana 4 = respons perusahaan superior, 3 = respons perusahaan di
29
atas rata-rata, 2 = respons perusahaan rata-rata, 1 = respons perusahaan
jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan
demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan (company-based),
sedangkat bobot dalam tahap 2 didasarkan pada industri (industry-based).
Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dan peluang dapat diberi
peringkat 1, 2, 3, atau 4.
4. Kalikan masing-masing bobot dengan peringkatnya untuk menentukan nilai
tertimbang.
5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan
total nilai tertimbang bagi organisasi. Total nilai tertimbang tertinggi untuk
suatu organisasi adalah 4,0 dan total nilai tertimbang terendah adalah 1,0
sedangkan total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang
sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat
baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Total nilai
1,0 mengindikasikan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan
peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal.
Tabel 2.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Faktor-faktor
Eksternal
Utama
Bobot Peringkat Skor Bobot
Peluang - - -
Ancaman - - -
Total 1,00 - -
Sumber : David (2011:80)
2.7.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal
Menurut David (2011:122), matriks evaluasi faktor internal – IFE merupakan
alat formulasi strategi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut.
Matriks IFE dapat dikembangkan dengan lima tahap yaitu:
30
1. Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses audit
internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal,
mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan lebih dahulu dan
kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin, gunakan presentase,
rasio, dan angka komparatif.
2. Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada
masing-masing faktor mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari
faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Jumlah seluruh
bobot harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama
(peringkat 1), atau kelemahan minor (peringkat 2), kekuatan minor
(peringkat 3), atau kekuatan utama (peringkat 4). Perhatikan bahwa
kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus
mendapatkan peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah berdasarkan
perusahaan, dimana bobot di langkah 2 adalah berdasarkan industri.
4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan
rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel.
5. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk
menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. Total rata-rata
tertimbang berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0 dengan
ratarata 2,5. Total rata-rata tertimbang dibawah 2,5 menggambarkan
organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai diatas 2,5
mengindikasikan posisi internal yang kuat.
Tabel 2.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal
Faktor Internal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot
Kekuatan - - -
Kelemahan - - -
Total 1,00
Sumber : David (2011:123)
31
2.8 Perumusan Strategi II: Tahap Pencocokan
2.8.1 Matriks SWOT
Menurut David (2011:178), matriks SWOT merupakan alat untuk
mencocokkan yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe
strategi yaitu :
1. Strategi SO (Strengths-Opportunity)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Semua manajer akan lebih suka bila
organisasi mereka berada pada posisi dimana kekuatan internal dapat
memanfaatkan tren dan kejadian internal.
2. Strategi WO (Weakness-Opportunity)
Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Terkadang ada peluang eksternal kunci
tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya untuk
mengeksploitasi peluang tersebut.
3. Strategi ST (Strengths-Threats)
Strategi ini menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi pengaruh dari acaman eksternal. Hal ini tidak berarti
bahwa organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman di
lingkungan eksternalnya secara langsung.
4. Strategi WT (Weakness-Threats)
Strategi ini adalah taktik defensive yang diarahkan pada pengurangan
kelamahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi
menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal akan
berada pada posisi yang tidak aman.
Masih menurut David (2011:179), ada delapan langkah yang terlibat dalam
membuat matrik SWOT yaitu :
1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
32
5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil
strategi SO dalam sel yang ditentukan.
6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil
strategi WO dalam sel yang ditentukan.
7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil
strategi ST dalam sel yang ditentukan.
8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat
hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan.
SWOT yang telah dijabarkan sebelumnya dapat dilihat dengan gambar sebagai
berikut :
Tabel 2.3 Matriks SWOT
Selalu kosong Kekuatan (Strength)
-
-
Kelemahan (Weakness)
-
-
Peluang
(Opportunity)
-
-
Strategi SO
Menggunakan kekuatan
untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Mengatasi kelemahan
dengan
memanfaatkan peluang
Ancaman (Threat)
-
-
Strategi ST
Menggunakan kekuatan
untuk
menghindari ancaman
Strategi WT
Meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : David (2011:180)
2.8.2 Matriks Internal-Eksternal
Menurut David (2011:188), Matriks Internal – Eksternal merupakan matriks
posisi organisasi yang memiliki beberapa divisi di sembilan sel. Matriks IE dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 bagian besar yang memiliki implikasi yang berbeda-beda
yaitu:
1. Ketentuan untuk divisi yang masuk kedalam sel I, II, atau IV dapat
dideskripsikan sebagai pertumbuhan dan membangun. Strategi yang intensif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau
33
integrative (integrasi kebelakang, integrasi ke depan, dan integrasi
horizontal).
2. Ketentuan untuk divisi yang masuk kedalam sel III, V, VII dapat
dideskripsikan sebagai menjaga dan mempertahankan. Strategi yang umum
untuk divisi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3. Ketentuan yang umum untuk divisi yang masuk kedalam sel VI, VIII, IX
adalah memanen atau divestasi.
Gambar 2.5 Matriks Internal – Eksternal
Sumber : David (2011:189)
2.9 Perumusan Strategi III: Tahap Keputusan
2.9.1 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Menurut David (2011:192), Matriks QSPM merupakan sebuah alat bagi para
pembuat strategi agar dapat mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif
berdasarkan faktor-faktor sebelumnya. Matriks ini dapat secara objektif
menunjukkan strategi yang terbaik dari alternatif strategi yang ada. Seperti alat-alat
analitis perumusan strategi lainnya, QSPM membutuhkan intuitif penilaian yang
baik.
34
Berikut ini merupakan gambar dari QSPM :
Tabel 2.4 Quantitative Strategic Planning Matrix
Alternatif Strategi
Faktor-Faktor Utama Bobot Strategi 1 Strategi 2
AS TAS AS TAS
Peluang
Ancaman
Kekuatan
Kelemahan
Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik
Sumber : David (2011:193)
David (2011:193) menjabarkan enam langkah untuk menentukan total nilai daya
tarik dalam mengembangkan QSPM yaitu :
1. Buatlah daftar peluang / ancaman eksternal dan kekuatan / kelemahan
internal di kolom kiri QSPM. Informasi ini harus diambil langsung dari
martiks EFE dan IFE yang telah dibuat sebelumnya.
2. Berilah bobot pada setiap faktor ekternal dan internal tersebut. Bobot
yang diberi pada matriks ini sama dengan bobot yang ada pada matriks
EFE dan IFE. Bobot diisi pada kolom kecil di sebelah kanan faktor
keberhasilan eksternal dan internal.
3. Periksalah matriks-matriks pada tahap 2 (pencocokan), dan
identfikasikan berbagai strategi alternatif yang harus dipertimbangkan
untuk diterapkan oleh organisasi. Catatlah setiap strategi ini di baris
teratas pada QSPM. Sebisa mungkin kelompokanlah strategi ini dalam
sebuah rangkaian eksklusif.
4. Tentukanlah skor daya tarik (AS) yang di definisikan sebagai nilai
angka yang mengindikasikan hubungan daya tarik dari setiap strategi di
rangkaian alternatif tertentu. Skor daya tarik atau yang disebut dengan
35
Attractiveness Score (AS) ditentukan dengan cara mengamati setiap
faktor ekternal dan internal pada suatu waktu tertentu dan menanyakan
apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat. Jika
jawabannya ya, maka perlu dibandingkan relative terhadap faktor utama
tersebut. Secara khusus, skor daya tarik harus diberikan kepada setiap
strategi untuk menunjukkan daya tarik relative suatu strategi atas
strategi yang lain. Kisaran skor daya tarik adalah 1 = tidak memiliki
daya tarik, 2 = daya tariknya rendah, 4 = daya tariknya tinggi.
Sebaliknya, jika jawabannya adalah tidak, yang mengindikasikan
bahwa faktor utama tidak memiliki pengaruh terhadap pilihan spesifik
yang dibuat, maka jangan memberikan skor daya tarik pada strategi
tersebut. Gunakanlah tanda hubung (-) untuk menunjukan bahwa suatu
faktor utama tidak mempengaruhi pilihan yang dibuat.
5. Hitunglah skor daya tarik total yang disebut juga Total Attractiveness
Score (TAS). TAS didefinisikan dengan mengalikan bobot dengan skor
daya tarik disetiap baris. TAS mengidentidikasikan daya tarik relative
dari setiap strategi alternatif, dengan mempertimbangkan dampak faktor
keberhasilan penting pada faktor eksternal dan internal yang
berdekatan. Semakin tinggi skor daya tarik totalnya, maka semakin
menarik strategi alternatif tersebut.
6. Hitunglah jumlah keseluruhan daya tarik total dengan menjumlahkan
skor daya tarik total disetiap kolom strategi dari QSPM. Jumlah
keseluruhan daya tarik total menunjukan strategi yang paling menarik
disetiap rangkaian alternatif. Skor yang tinggi mengindikasikan strategi
yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor eksternal dan
internal yang relevan yang dapat berdampak pada keputusan strategis.
Besarnya selisih TAS terhadap strategi alternatif yang diberikan
mengindikasikan ketertarikan relative dari satu strategi ke strategi
lainnya.
36
2.10 Metode Penelitian
2.10.1 Metode Wawancara
Menurut Singarimbun dan Effendi (2006:192), Metode Wawancara
merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil
wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi
arus informasi. Faktor faktor tersebut ialah: pewawancara, responden, topik
penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.
Menurut Sekaran (2010:187), wawancara adalah sebuah metode yang sangat berguna
dalam pengumpulan data, khususnya selama tahap pengeksploran penelitian
Menurut Sugiyono (2012:137), Wawancara (Interview) dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur:
1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawaban pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini, setiap
responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data
mencatatnya.
2. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau
terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan
untuk penelitian lebih mendalam tentang responden.
2.10.2 Metode Studi Pustaka
Menurut Sugiyono (2008:203), Metode Studi Pustaka merupakan teknik
pengumpulan data spesifik yang dapat dilakukan bila penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Jadi, metode studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang spesifik
37
dimana peneliti mengumpulkan data tanpa menanyakan pertanyaan kepada
responden.
Menurut Sekaran (2010:211), Metode Studi Pustaka adalah metode dimana
peneliti mengumpulkan data tanpa menanyakan pertanyaan kepada responden.
2.11 Konsep Sistem dan Perancangan
2.11.1 Unified Modeling Language (UML)
UML terdiri dari bahasa grafikal untuk mewakili konsep yang dibutuhkan
dalam pengembangan suatu sistem informasi berorientasi pada objek. UML
menyediakan kebutuhan notasi dari proses pengembangan berorientasi pada objek,
dari analisis kedeskripsi perancangan yang rinci. UML menyediakan standar untuk
menggambarkan perancangan sistem dari sudut pandang yang dapat dipahami oleh
pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sistem. Dengan kata lain, UML
merupakan bahasa yang telah menjadi standar untuk merancang model sebuah
sistem.
Menurut Satzinger (2010:61), Unified Modeling Language (UML)
merupakan suatu set standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara
khusus untuk pengembangan berorientasi objek. Dengan menggunakan UML, analis
dan penggguna akhir mampu untuk menggambarkan dan mengerti berbagai diagram
spesifik yang digunakan dalam proyek pengembangan suatu sistem.
2.11.2 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:141), Activity Diagram adalah
diagram alur yang menunjukkan aktivitas dari berbagai user (atau sistem), orang
yang melakukan masing-masing aktivitas, dan juga urutan dari aktivitas-aktivitas
yang ada. Activity Diagram juga menunjukkan aktivitas dalam sebuah use case atau
dalam objects behavior yang terjadi secara berkelanjutan (sequence).
38
Gambar 2.6 Activity Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd, (2010)
2.11.3 Use case
Use case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:242-243), use case diagram
merupakan sebuah diagram yang menggambarkan berbagai peran user dan
bagaimana user tersebut berinteraksi dengan sistem. Pada use case diagram, actor
dilambangkan dengan menggunakan simple stick figure. Actor merupakan orang atau
benda yang berinteraksi langsung dengan sistem.
Gambar 2.7 Use Case Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd, (2010).
39
Use case diagram seperti pada gambar 2.7 bertujuan untuk mengidentifikasi
“Use Case” dari sistem baru atau mengidentifikasi bagaimana sistem baru akan
digunakan dan siapa aktor yang berinterkasi dengan sistem (Satzinger, Jackson, dan
Burd, 2010: 242).
Use case Description
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010:171-173), use case description
adalah gambaran yang menjelaskan detail proses dari setiap use case. Fully
Development Description memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang proses
bisnis dan bagaimana sistem berperan dalam mendukung proses tersebut.
2.11.4 Class Diagram
Class Diagram menggambarkan sekumpulan kelas-kelas berbasiskan objek
yang dibutuhkan dalam pemrograman, hubungan antara kelas yang satu dengan kelas
yang lain, nama atribut, properties. Tujuan utama dari class diagram adalah untuk
mendokumentasikan dan menggambarkan kelas-kelas yang akan dibuat untuk sistem
yang baru (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010:404).
Didalam sebuah aktivitas struktur, menurut Satzinger harus berfokus pada
hubungan class dan objek. Hasil dari aktivitas struktur ini adalah sebuah class
diagram yang menyediakan pandangan problem-domain yang jelas yaitu dengan
menggambarkan semua hubungan struktural antara class dan objek didalam model
yang ada.
Gambar 2.8 Domain Class Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd, (2010)
40
Pada Class Diagram terdapat persegi panjang yang melambangkan kelas, selain itu
juga terdapat garis yang penghubung antar persegi panjang yang menunjukkan
hubungan yang dimiliki antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Dari gambar
2.8 di atas, dapat dilihat bahwa pada domain class diagram terdapat dua bagian
persegi panjang yaitu bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas menunjukkan nama
kelas. Sedangkan bagian bawah menunjukkan atribut yang dimiliki kelas. Antara
kelas yang satu dengan kelas yang lain terdapat notasi multiplicity yang dapat
menyatakan tidak ada (0), satu (1), atau banyak (*) (Satzinger, Jackson, dan Burd,
2010:187-188).
2.11.5 Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010:242), System Sequence
Diagram adalah diagram yang menggambarkan input dan output serta urutan
interaksi antara user dan sistem pada use case. Diagram ini juga menunjukkan
serangkaian pesan yang dipertukarkan oleh obyek-obyek yang melakukan suatu
tugas atau aksi tertentu. Obyek-obyek tersebut kemudian diurutkan dari kiri ke
kanan, aktor yang menginisiasi interaksi biasanya ditaruh dipaling kiri dari diagram.
Gambar 2.9 System Sequence Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd, (2010)
2.11.5 User Interface (UI)
Menurut Satzinger (2010:530) User Interface adalah bagian dari sebuah
sistem informasi yang membutuhkan interaksi pengguna untuk membuat input dan
ouput. User interface digunakan oleh aktor untuk berinteraksi dengan suatu sistem.
41
User Interface menghubungkan sistem kepada semua aktor yang relevan dalam
konteks tersebut.
User Interface dapat menerima informasi dari User dan memberikan
informasi kepada User untuk membantu mengarahkan alur penelusuran masalah
sampai ditemukan suatu solusi. User interface yang ada untuk berbagai sistem, dan
menyediakan cara : Input, memungkinkan pengguna untuk memanipulasi sistem
dan Output, memungkinkan sistem untuk menunjukkan efek manipulasi pengguna.
Gambar 2.10 Contoh User Interface
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:558)
2.12 Object Oriented Analysis Design (OOAD)
Menurut Satzinger (2012:241), pendekatan object-oriented merupakan
pengembangan sistem berdasarkan tampilan sistem sebagai sekumpulan dari
interaksi antar objek. Oleh karena itu, maka object-oriented analysis (OOA)
mengidentifikasi semua tipe objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan
menunjukan interaksi pengguna yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu dan
object-oriented design (OOD) mendefinisikan semua tipe objek yang diperlukan
untuk mengkomunikasikan orang dan peralatan dalam sistem, menunjukkan
bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas dan menyempurnakan
definisi dari setiap objek, sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa dan
lingkungan yang spesifik.
2.13 Balsamiq
Menurut website resmi Balsamiq https://balsamiq.com/. Balsamiq Mockups
adalah alat wireframing cepat yang membantu Anda bekerja lebih cepat & lebih
42
pintar. Balsamiq Mockups menciptakan pengalaman sketsa di papan tulis, tetapi
menggunakan komputer, membuat mockups menjadi cepat. Anda akan menghasilkan
lebih banyak ide, sehingga anda dapat membuang yang buruk dan menemukan solusi
terbaik.
2.14 Eclipse
Menurut website resmi Eclipse https://eclipse.org/. Eclipse adalah komunitas
open source yang proyeknya berfokus pada membangun sebuah platform
pengembangan extensible, runtimes dan kerangka aplikasi untuk membangun,
menyebarkan dan mengelola perangkat lunak di seluruh siklus hidup perangkat
lunak. Banyak orang mengenal kami, dan mudah-mudahan mencintai kita, sebagai
IDE Java tapi Eclipse jauh lebih dari IDE Java.
Komunitas eclipse open source memiliki lebih dari 200 proyek open source.
Proyek-proyek ini dapat konseptual disusun dalam tujuh "pilar" atau kategori
berbeda:
1. Pengembangan Usaha
2. Penanaman dan Pengembangan Perangkat
3. Rich Client Platform
4. Rich Internet Applications
5. Kerangka Aplikasi
6. Application Lifecycle Management (ALM)
7. Service Oriented Architecture (SOA)
Komunitas Eclipse juga didukung oleh ekosistem yang besar dan
bersemangat penyedia utama solusi IT, inovatif start-up, universitas dan lembaga
penelitian dan individu yang memperpanjang, dukungan dan melengkapi Eclipse
Platform.
Satu hal yang sangat menarik tentang Eclipse adalah bahwa banyak orang
yang menggunakan Eclipse dengan cara yang tidak pernah kita bayangkan. Mereka
sedang membangun inovatif, perangkat lunak industri-kekuatan dan ingin
menggunakan alat besar, kerangka kerja dan runtimes untuk membuat pekerjaan
mereka lebih mudah.
43
2.15 Kerangka Pikir
Gambar 2.11 Kerangka Pikir
Pertama-tama menganalisis sistem yang sedang berjalan di Play Dough Preschool.
Kemudian melakukan wawancara untuk mengetahui tingkat kompetitif industri yang
digeluti perusahaan dengan menggunakan model 5 kekuatan Porter. Hasil dari
analisis industri menggunakan model 5 kekuatan Porter, menjadi input yang berguna
untuk analisis SWOT. Lalu melakukan wawancara lagi untuk analisis SWOT dan
melakukan penghitungan SWOT untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh
perusahaan dan membantu perusahaan mengambil keputusan mengenai strategi yang
akan digunakan perusahaan. Setelah didapati kurangnya pelayanan yang real-time
dan penggunaan fungsi website yang tidak maksimal, maka dibutuhkan sistem e-
CRM berbasis website agar dapat meningkatkan pelayanan. Setelah itu melakukan
perancangan website e-CRM menggunakan OOAD. Terakhir diimplementasikan
kedalam bentuk website.
Gambaran Umum Perusahaan
Analisa Industri menggunakan Model 5
Kekuatan Porter untuk mengetahui
tingkat kompetitif industri dan
memberikan input yang berguna untuk
analisis SWOT
Implementasi
Perancangan website e-CRM
menggunakan metode OOAD
Analisis SWOT untuk menentukan
strategi bisnis yang tepat untuk
perusahaan
44