bab 1 (autosaved).docx

22
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seseorang dikatakan profesional jika orang tersebut mempunyai profesi atau pekerjaan dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mempunyai dalam bidang yang digeluti. Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, maupun profesi yang telah ada dalam masyarakat. Guru juga merupakan suatu profesi. Agar guru dapat dikatakan profesional, seorang guru haruslah memiliki keahlian tertentu. Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Dunia pendidikan tidak lepas dari peran seorang guru. Peran guru sangat dibutuhkan dalam program pendidikan kita, karena tanpa guru siapa yang akan mengajar anak-anak di sekolah. Menjadi seorang guru adalah profesi yang tidak mudah. Banyak yang belum kita ketahui tentang bagaimana menjadi seorang guru. Sebagai calon guru kita harus tahu bagaimana menjadi guru yang profesional dan juga syarat- syarat menjadi seorang guru profesional. Namun terlebih dahulu kita harus tahu tentang pengertian profesi keguruan tersebut. Selain itu kita harus tahu tentang kode etik profesi keguruan 1

Upload: wiwin-wafini

Post on 10-Jul-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 (Autosaved).docx

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seseorang dikatakan profesional jika orang tersebut mempunyai profesi atau pekerjaan dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mempunyai dalam bidang yang digeluti. Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya.

Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, maupun

profesi yang telah ada dalam masyarakat. Guru juga merupakan suatu profesi. Agar guru dapat

dikatakan profesional, seorang guru haruslah memiliki keahlian tertentu. Minimal menjadi guru

harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Dunia pendidikan

tidak lepas dari peran seorang guru. Peran guru sangat dibutuhkan dalam program pendidikan

kita, karena tanpa guru siapa yang akan mengajar anak-anak di sekolah. Menjadi seorang guru

adalah profesi yang tidak mudah. Banyak yang belum kita ketahui tentang bagaimana menjadi

seorang guru. Sebagai calon guru kita harus tahu bagaimana menjadi guru yang profesional dan

juga syarat-syarat menjadi seorang guru profesional. Namun terlebih dahulu kita harus tahu

tentang pengertian profesi keguruan tersebut. Selain itu kita harus tahu tentang kode etik profesi

keguruan seperti apa dan organisasi apa saja yang menjadi wadah perkumpulan guru-guru di

Indonesia. Jika kita ingin menjadi seorang guru yang benar-benar ingin profesional kita harus

memiliki sikap yang profesional untuk menjadi seorang guru serta saran-saran untuk menjadi

guru yang profesional tersebut sampai dengan pengembangan menjadi guru yang profesional

agar nantinya kita menjadi guru yang benar - benar menggunakan profesi tersebut secara baik

sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk itulah kami membuat makalah ini agar menjadi bahan

kajian kita semua sebagai calon guru di masa depan yang memiliki sikap dan perilaku yang

benar - benar mencerminkan seorang tenaga pengajar.

1

Page 2: BAB 1 (Autosaved).docx

1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari profesi ?

2. Apa saja konsep dasar profesionalitas atau syarat- syarat profesionalitas?

3. Bagaimana sikap profesional seorang guru?

1.3 Tujuan Masalah

1. Menjelaskan pengertian profesi

2. Menjelaskan konsep dasar profesionalitas atau syarat - syarat profesionalitas

3. Menjelaskan sikap profesional seorang guru

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa mampu memahami apa itu profesi

2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar profesionalitas atau syarat - syarat

profesionalita.

3. Mahasiswa mampu memahami sikap profesional seorang guru

2

Page 3: BAB 1 (Autosaved).docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Profesi

Banyak orang yang mengatakan bahwa mengajar adalah sebuah profesi. Menurut Ornstein dan Levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan. Di bawah ini pengertian profesi menurut Ornstein dan Levine:

1. Pengertian Profesi

a) Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan).

b) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya).

c) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru dikembangkan dari hasil penelitian).

d) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

e) Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya).

f) Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur oleh orang luar).

g) Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak dipindahkan ke atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan kerja yang baku.

h) Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan.

i) Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya dokter memakai tenaga administrasi untuk mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter sendiri).

j) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.

3

Page 4: BAB 1 (Autosaved).docx

k) Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’ untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya (keberhasilan tugas dokter dievaluasi dan dihargai oleh organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bukan oleh Departeman Kesehatan).

l) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yany meragukan atau meyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

m) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya (anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien yang dilayaninya).

n) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan lainya).

Tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri di atas, Sanusi et al. (1991), mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut:

a) Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (crusial).

b) Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.

c) Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

d) Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh displin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.

e) Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.

f) Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.

g) Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.

h) Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.

i) Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari campur tangan orang luar.

j) Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat,dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Bila kita bandingkan kriteria yang dipakai Sanusi et al. Ini dengan kriteria Ornstein dan Levine yang dibicarakan lebih dahulu, dapat dismpulkan bahwa keduanya hampir mirip, dan saling melengkapi, dan oleh karenanya dapat kita pakai sebagai pedoman dalam pembicaraan

4

Page 5: BAB 1 (Autosaved).docx

selanjutnya. Dapat kita simpulkan bahwa jabatan pedagang, penyanyi, penari, serta tukang koran yang disebut pada bagian pertama jelas bukan profesi.

2.2 Konsep Dasar Profesionalitas

Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba menyusun kriterianya. Misalnya National Education Association (NEA) (1948) menyarankan kriteria berikut:

a) Jabatan yang Melibatkan Kegiatan Intelektual.

Jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upya-upaya yang sifatnya sangat didomonasi kegiatan intlektual. Lebih lanjut dapat diamati, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan dari semua kegiatan profesional lainnya. Oleh sebab itu, mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnett dan Huggett, 1963).

b) Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya. Anggota-anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan (misalnya orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membuka praktek dokter). Namun, belum ada kesepakatan tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan (education) atau keguruan (teaching) (Ornstein and Levine, 1984).

Terdapat berbagai pendapat tentang apakah mengajar memenuhi persyaratan kedua ini. Mereka yang bergerak di bidang pendidikan menyatakan bahwa mengajar telah mengembangkan secara jelas bidang khusus yang sangat penting dalam mempersiapkan guru yang berwenang. Sebaliknya, ada yang berpendapat bahwa mengajar belum mempunyai batang tubuh ilmu khusus yang dijabarkan secara ilmiah. Kelompok pertama percaya bahwa mengajar adalah suatu sains (science), sementara kelompok kedua mengatakan bahwa mengajar adalah suatu kiat (art) (Stinnett dan Huggett, 1963). Namun, dalam karangan-karangan yang ditulis dalam Encyclopedia of Educational Research, misalnya terdapat bukti-bukti bahwa pekerjaan mengajar telah secara intensif mengembangkan batang tubuh ilmu khususnya. Sebaliknya masih ada juga yang berpendapat bahwa ilmu pendidikan sedang dalam krisis identitas, batang tubuhnya tidak jelas, batas-batasnya kabur, strukturnya sebagai a body of knowledge samar-samar (Sanusi et al., 1991). Sementara itu, ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral sciences), ilmu pengetahuan alam, dan bidang kesehatan dapat dibimbing langsung dengan peraturan dan prosedur yang ektensif dan menggunakan metodologi yang jelas. Ilmu pendidikan kurang terdefinis dengan baik. Di samping itu, ilmu yang terpakai dalam dunia nyata pengajaran masih banyak yang

5

Page 6: BAB 1 (Autosaved).docx

belum teruji validasinya dan yang disetujui sebagian besar ahlinya (gideonse, 1982, dan woodring, 1983).

Sebagai hasilnya, banyak orang khususnya orang awam, seperti juga dengan para ahlinya, selalu berdebat dan berselisih, malahan kadang-kadang menimbulkan pembicaran yang negatif. Hasil lain dari bidang ilmu yang belum terfinis dengan baik ini adalah isi dari kurikulum pendidikan guru berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya, walaupun telah mulai disamakan dengan menentukan topik-topik inti yang wajib ada dalam kurikulum.

Banyak guru di sekolah menengah diperkirakan mengajar di luar dan bidang ilmu yang cocok degan ijazahnya; misalnya banyak guru matematika yang tidak mendapatkan mayor dalam matematika sewaktu dia belajar pada lembaga pendidikan guru, ataupun mereka tidak disiapkan untuk mengajar matematika. Masalahnya ini sangat menonjol dalam bidang matematika dan ilmu pengetauan alam walaupun sudah agak berkurang degan adanya perdiaan guru yang cukup sekarang ini.

Apakah guru bidang ilmu pegetauan tertentu juga ditentukan oleh baku pendidikan dan pelatihannya? Sampai saat pendidikan guru banyak yang ditentukan dari atas, ada yang waktu pendidikannya cukup dua tahun saja, ada yang perlu tiga tahun atau harus empat tahun.

Untuk melangkah kepada jabatan profesional, guru harus mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam membuat keputusan tentang jabatannya sendiri. Organisasi guru harus mempunyai kekuasannya dan kepemimpinan yang potensial untuk bekerja sama, dan bukan didikte dengan kelompok yang barkepentingan, misalnya oleh pendidikan guru atau kontor wilayah pendidikan dan kebudayaan beserta jajarannya.

c) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (bandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).

Lagi-lagi terdapat perselisihan pendapat mengenai hal ini. Yang membedakan jabatan profesional dengan non-profesional antara lain adalah penyelesaian pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur universitas/institut atau melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah. Yang pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi disediakan untuk jabatan profesional, sedangkan yang kedua, yakni pendidikan melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah diperuntukkan bagi jabatan yang non-profesional (Ornstein dan Levine, 1984). Tetapi jenis kedua ini tidak ada lagi di indonesia.

Anggota kelompok guru dan yang berwenang di departemen pedidikan dan kebudayaan berpendapat bahwa persiapan profesional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang berwenang. Konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruant tinggi, yang terdiri dari pendidikan umum, profesional, dan khusus, sekurang-kurangnya empat tahun bagi guru pemula (S1 di LPTK), atau pendidikan persiapan profesional di LPTK paling kurang

6

Page 7: BAB 1 (Autosaved).docx

selama setahun setelah mendapat gelar akademika S1 di perguruan tinggi non-LPTK. Namun, sampai sekarang di indonesia, ternyata masih banyak guru yang lama pendidikannya mereka sangat singkat, malahan masih ada yang hanya seminggu, sehingga tentu saja kualitasnya masih sangat jauh untuk dapat memenuhi persyaratan yang kita harapkan.

d) Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang bersinambungan.

Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab hampir tiap tahun guru melakukan berbagi kegiatan latihan profesional, baik yang mendapat penghargaan kredit. Malahan pada saat sekarang bermacam-macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru-guru dalam meyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang telah ditetapkan.(ingat penyetaraan D-II untuk guru-guru SD,dan penyetaran DIII untuk guru-guru SLTP, baik melalui tatap muka di LPTK tertentu maupun lewat pendidikan jarak jauh yang dikoordinasikan Universitas Terbuka).

Dilihat dari kacamata ini, jelas kriteria ke empat ini dapat dipenuhi bagi jabatan guru di negara kita.

e) Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.

Di luar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakan titik yang paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan profesional. Banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu tahun atau dua tahun tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja ke bidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. Untunglah di Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah ke bidang lain, walaupun bukan berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya mungkin karena lapangan pekerjaan kerjan dan sistem pindah jabatan yang agak sulit di Indonesia. Dengan demikian kriteria ini dapat di penuhi oleh jabatan guru di Indonesia.

f) Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.

Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri, terutama di negara kita. Baku jabatan guru masih sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.

Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan dan persyaratan yang seragam untuk meyakinkan kemampuan minimun yang diharuskan, tidak demikian halnya dengan jabatan guru. Dari pengalaman beberapa tahun terakhir penerimaan calon mahasiswa LPTK didapat kesan yang sangat kuat bahwa skor nilai calon mahasiswa yang masuk ke lembaga pendidikan guru jauh lebih rendah dibandingkan dengan skor calon yang masuk ke bidang lainnya. Permasalahn ini mempunyai akibat juga dalam hasil pendidikan guru nantinya, karena bagaimanapun juga

7

Page 8: BAB 1 (Autosaved).docx

mutu lulusan akan sangat dipengaruhi oleh mutu masukan atau bahan bakunya, dalam hal ini mutu calon mahasiswa lembaga pendidikan guru.

Dalam setiap jabatan profesi setiap anggota kelompok dianggap sanggup untuk membuat keputusan profesional berhubungan dengan iklim kerjanya. Para profesional biasanya membuat peraturan sendiri dalam daerah kompetensinya, kebiasaan dan tradisi yang berhubungan dengan pengawasan yang efektif tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan langganan (klien)nya. Sebetulnya pengawasan luar adalah musuh alam dari profesi, karena membatasi kekuasaan profesi dan membuka pintu terhadap pengaruh luar(Ornstein dan Levine, 1984).

Dokter dan pengacara misalnya, menyediakan layanan untuk masyarakat, sementara kliennya membayar untuk itu, namun tak seorang pun mengharap bahwa orang banyak atau klien akan menulis resep ataupun yang menulis kontrak. Bila klien kita ikut mempengaruhi keputusan dari praktek dokteratau pengacara, maka hubungan profesional-klien berakhir. Ini pada hakikatnya berarti mempertahankan klien dari mangsa ketidaktahuannya, di samping juga menjaga profesi dari penilaian yang tidak rasional dari klien atau khalayak ramai.

Peter Blau dan W. Richard Scott (1965: 51-52) menulis :

“Profesional service...requires that the [professional] maintain independence of judgement and not permit the clients’wishes as distinguished from their interests to influence his decisions.”

Para profesional harus mempunyai pengetahuan dan kecakapan dalam membuat penilaian, sebaliknya tidak demikian dengan klien, sebagaimana ditulis Blau dan Scott. “and the clients not qualified to evaluate the services he needs.” Profesional yang membolehkan langganannya untuk mengatakan apa yang harus dia kerjakan akan gagal dalam memberikan layanan yang optimal.

Bagaimana dengan guru? Guru, sebagaimana sudah diutarakan juga di atas, sebaliknya membolehkan orang tua, kepala sekolah, pejabat kantor wilayah, atau anggota masyarakat lainnya mengakatakan apa yang harus dilakukan mereka. Otonomi profesional tidak berarti bahwa tidak ada sama sekali kontrol terhadap profesional. Sebaliknya, ini berarti bahwa kontrol yang memerlukan kompetensi teknis hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan profesional dalam hal itu.

Kelihatannya untuk masa sekarang sesuai dengan kondisi yang ada di negara kita, kriteria ini belum dapat secara keseluruhan dipenuhi oleh jabatan guru.

g) Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

8

Page 9: BAB 1 (Autosaved).docx

Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak perlu diragukan lagi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga masa depan.

Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu orang lain, buklan disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan kepuasaan rohaniah ketimbang kepuasaan ekonomi atau lahiriah. Namun, ini tidak berarti bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga jangan mengharapkan akan cepat kaya bisa memilih jabatan guru. Oleh sebab itu, tidak perlu diragukan lagi bahwa persyaratan ketujuh ini dapat dipenuhi dengan baik.

h) Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal lain belum dapat dicapai. Di indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjut atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjana pendidikan. Di samping itu, juga telah ada kelompok guru mata pelajaran sejenis, baik pada tingkat daerah maupun nasional, namun belum terkait secara baik dengan PGRI. Harus dicarikan usaha yang sungguh-sungguh agar kelompok-kelompok guru mata pelajaran sejenis itu tidak dihilangkan, tetapi dirangkul ke dalam pangkauan PGRI sehingga merupakan jalinan yang amat rapi dari suatu profesi yang baik.

Berdasarkan analisis ini tampaknya jabatan guru belum sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai suatu profesi yang utuh, dan bahkan banyak orang sependapat bahwa guru hanya jabatan semiprofesional atau profesi yang baru muncul (emerging profession)karena belum semua ciri-ciri di atas yang dapat dipenuhi.

Selanjutnya Robert B. Howsam et al. (1976), menulis bahwa guru harus dilihat sebagai profesi yang baru muncul, dan karena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan semiprofesional, malahan mendekati status jabatan profesi penuh. Pada saat sekarang, sebagian danorang cenderung menyatakan guru sebagai suatu profesi, dan sebagaian lagi tidak mengakuinya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan jabatan guru sebagaian, tapi bukan seluruhnya, adalah jabatan profesional, namun sedang bergerak ke arah itu. Kita di Indonesia dapat merasakan jalan ke arah itu mulai ditapaki, misalnya dengan adanya peraturan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bahwa yang boleh menjadi guru hanya yang mempunyai akta mengajar yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Selain itu, juga guru diberi penghargaan oleh pemerintah melalui Keputusan Menpan No. 26 Tahun 1989, dengan memberikan tunjangan fungsional sebagai pengajar, dan dengan kemungkinan kanaikan pangkat yang terbuka.

9

Page 10: BAB 1 (Autosaved).docx

2.3 Sikap Profesional

Di dalam kehidupan sehari-hari, kata “sikap” sering kali digunakan dalam arti yang kurang tepat. Contoh: guru itu tidak berhasil mengarahkan siswa karena “sikapnya” yang lemah. Pemahaman kata sikap yang demikian tidak dapat menggambarkan makna yang sebenarnya.

Sikap atau attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Thursthone (dalam Azwar) menjelaskan sikap adalah serajat positif atau efek negatif yang dikaitkan dengan suatu objek psikologis. Dijelaskan pula sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dalam beberapa hal, sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia, sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang dan tidak senang.

1. Sikap terhadap Peraturan Perundang-undangan

a. Guru memiliki komitmen kuat untu melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undang lainnya.

b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan berbudaya.

c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

d. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.

e. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.

2. Sikap terhadap Organisasi Profesi

a. Guru menjadi anggota profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.

b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.

c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.

d. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggung jawab atas konsekuensinya.

e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggung jawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.

10

Page 11: BAB 1 (Autosaved).docx

f.Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.

g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.

h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Sikap terhadap Sekolah

a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.

b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses pendidikan.

c. Guru menciptakan dan melaksanakan proses belajar yang kondusif.

d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.

e. Guru menghormati rekan sejawat.

f. Guru saling membimbing antarasesama rekan sejawat.

g.Guru manjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.

h.Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang releven dengan tuntutan profesionalitasnya.

i.Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.

j. Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.

k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkankatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan pelajaran.

l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabak profesionalnya.

m. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan dengan kualifitasi dan kompentesi sejawat atau calon sejawat.

11

Page 12: BAB 1 (Autosaved).docx

n. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya.

o.Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjabakan kebenarannya.

p.Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbang-pertimbang yang dapat dilegalkan secara hukum.

q. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

4. Sikap terhadap anak didik

a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas didik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengavaluasi proses dan hasil pembelajaran.

b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.

c. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karateristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.

e. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.

f. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.

g. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.

h. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya.

i. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.

j. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.

12

Page 13: BAB 1 (Autosaved).docx

k. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.

l. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.

m. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.

n. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan,moral, dan agama.

o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

5. Sikap terhadap Mitra/Masyarakat

a. Guru menjalin komunikasi dan kerja sama yang harmonis, efektif dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengambangkan pendidikan.

b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengambangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.

c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

d. Guru bekerja sama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya.

e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.

f. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum,moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan ,masyarakat.

g. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat.

h. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan masyarakat.

6. Sikap terhadap Pemimpin

a. Guru berusaha membina hubungan kerja sama yang efektif dan efisien dengan orang tua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.

b. Guru memberikan informasi kepada orang tua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didiknya.

c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik yang bukan orang tua/walinya.

13

Page 14: BAB 1 (Autosaved).docx

d. Guru memotivasi orang tua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

f. Guru menjunjung tinggi hak orang tua/wali siswa untuk berkonsultasi dengannya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak akan pendidikan.

g. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orang tua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

14

Page 15: BAB 1 (Autosaved).docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sikap Profesional Guru adalah suatu kepribadian atau respon yang menggambarkan kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran yang ahli dalam menyampaikannya.

Sebagai profesional, seorang guru harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara terus menerus. Sasaran penyikapan itu meliputi penyikapan terhadap perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, peserta didik, tempat kerja, pemimpin dan pekerjaan. Profesionalisme seorang guru juga harus dikembangkan untuk meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya baik pada masa pra-jabatan ataupun dalam jabatan karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.

B. SARAN

1. Untuk Guru

Mengaplikasikan sikap keprofesional keguruan dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan sekolah

Menjalankan kewajiban sebagai guru dengan ikhlas agar dapat mengajar dengan maksimal

2. Untuk Calon Guru

Tidak berhenti belajar agar kelak menjadi guru yang profesional

15

Page 16: BAB 1 (Autosaved).docx

Daftar Pustaka

Rugaiyah dan Sismiati, Atiek.2011.Profesi kependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Soetjipto dan Kosasi, Raflis.2007.Profesi Keguruan. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas dan Rineka cipta.

16