bab 1
DESCRIPTION
difteriTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit difteri (batuk rejan yang menyerang tenggorokan) adalah penyakit
mematikan yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Difteri
ialah penyakit yang mengerikan di mana masa lalu telah menyebabkan
ribuan kematian, dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang belum
berkembang. Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-
otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang
berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini.
Di seluruh dunia, kasus akibat penyakit ini sangat kecil. Tapi, Indonesia
menempati angka tertinggi penderita difteri sedunia, dan Jawa Timur menjadi
penderita tertinggi se-Indonesia, sedangkan Kabupaten Jember menduduki
peringkat ketiga di Jawa Timur, karena hampir 100 persen kenaikan jumlah
kejadian difteri pertahunnya. Pada tahun 2011 penderita difteri di Kabupaten
Jember mencapai 24 orang 2 diantaranya meninggal dunia, tahun 2012 kasus
tersebut meningkat dua kali lipat mencapai 58 orang dan 3 orang meninggal
dunia. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Data
menunjukkan bahwa setiap tahunnya di dunia ini terdapat 1,5 juta kematian bayi
berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi lahir akibat tidak mendapatkan imunisasi.
Tanpa imunisasi, kira-kira 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena
difteri.
Difteri merupakan mepenyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan
bisa dieliminasi. Imunisasi sebagai upaya preventif yang harus dilaksanakan
secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga
mampu memutus mata rantai penularan penyakit dan menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak
individu itu terpapar oleh penyakit tersebut tidak menderita sakit.
Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit semua pihak khususnya orang
tua harus lebih cermat memantau kesehatan buah hatinya. Resiko pasca dilakukan
imunisasi difteri biasanya menyebabkan balita demam tinggi. Resiko efek yang
dialami balita pasca mendapatkan suntikan imunisasi inilah, yang rata-rata
menyebabkan orang tua enggan membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas
untuk diberikan imunisasi lanjutan, karena orang tua malas jika balitanya rewel
karena demam tinggi pada malam hari setelah diberi suntikan imunisasi ini.
Padahal, untuk difteri saja, ada 3 kali imunisasi.
I.2 Identifikasi Masalah
I.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah