atresia bilier+kolestasis
DESCRIPTION
atresiaTRANSCRIPT
PendahuluanPengertian KolestasisHambatan sekresi dan/atau aliran empedu yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama kehidupanAkibat Kolestasis
Kerusakan sel hati dan terjadi kerusakan pada organ sistemik lainnya
Faktor Predisposisi Kolestasis fisiologis (periode kolestasis
relatif) terjadi pada bayi baru lahir
Faktor predisposisi neonatus untuk menderita kolestasis
1. Konsentrasi asam empedu serum basal meningkat
2. Ambilan asam empedu oleh hepatosit serta transportasinya belum efisien
3. Konjugasi, sulfatisasi, serta glukordinasi asam empedu menurun
4. Adanya asam empedu abnormal (atipik)
5. Ukuran bile acid pool kecil
6. Sekresi asam empedu kurang
7. Konsentrasi asam empedu di lumen usus rendah
8. Reabsorpsi asam empedi di ileum kurang
Diagnosis Banding Kolestasis Intrahepatik pada Bayi
Kelainan metabolik
Karbohidrat: galaktosemia, fruktosemia, glycogen storage disease type IVAsam amino: tirosinemiaLemak: penyakit Niemann-Pick, penyakit Gaucher, penyakit Wolman, Colesterol ester storage diseaseAsam empedu: 3--hidroksisteroid dehidrogenasi/isomerasiDefek metabolik lain: defisiensi 1 antitripisin, fibrosisi kistik, neonatal iron storage disease, neonatal hypopituitarism, hypothyroidism, sindrom Zellweger (serebrohepatorfenal)
Kelainan kromosom/genetik Hepatitis
Sindrom downTrisomi 18Sindrom Donahue
InfeksiVirus: Rubella, Sitomegaovirus, Herpes 1,2,6, Varisela, Echovirus, Coxsacki, Reovirus tipe 3, Hepatitis A, B, C, Parovirus B 19Lainnya: Sifilis, Laptospirosis, Tuberkulosis, Toksoplasmosis, Listeriosis
Penyakit intrahepatik yang tidak diketahui penyebabnya
Kolestasis intrahepatik persisten idiopatikDisplasia arterihepatik (sindrom Alagille)Non syndromic paucity of intrahepatic bile ductsPenyakit Byler
Kolestasis Intrahepatik rekurenKolestasis familial rekuren benignaKolestasis dengan limfedema herediterFibrosis hepatik kongenital/infantile polycystic diseaseCarolli disease (dilatasi kistik intrahepatik)
Toksis: nutrisi parenteral, obat, sepsis dengan endotoksemia
Imunologi: L.E. neonatal
Lain-lain: histiositosis, syok dengan hipoperfusi
Kelainan intrahepatikPenyebab utama yang dapat menimbulkan
kolestasis diantaranya adalah:1. Hepatitis
2. Defisiensi 1 antitripisin
3. Kelainan sintesis asam empedu
4. Nutrisi parenteral total
5. Obat
6. Kolestasis familian progresif
7. Sindrom Alegille
8. Non syndromic ductal paucity
Penyebab paling sering:9. Hepatitis neonatal 10. Infeksi CMV
Diagnosis banding ekstrahepatik pada bayi
1. Atresia bilier2. Kista duktus koledokus3. Kolelitiasis4. Primary sclerosing cholangitis5. Kolangitis infeksius6. Kolangitis yang berhubungan dengan histiositosis
sel Langerhan7. Stenosis duktus biliaris8. Inspissated bile syndrome9. Massa10. Choledocho-pancreatico-ductal junction anomally11. Perforasi spontan duktus biliaris
Angka Kejadian Kolestasis pada Bayi
1 dari 2500 kelahiran hidup Dengan penyebab tersering yaitu
hepatitis neonatal idiopatik sebesar 1 dari 5000 kelahiran hidup
Dengan penyebab atresia bilier sebesar 1 dari 10.000 kelahiran hidup
Dengan penyebab defisiensi 1 antitripisin sebesar 1 dari 20.000 kelahiran hidupDiagnosis Jumlah %
Atresia bilierHepatitis neonatal idiopatik
Defisiensi 1 antitripisinHepatitis lain
Sindrom AlegilleKista duktus koledokus
377331189946134
34,730,517,48,75,63,1
Patogenesis pada tingkat molekuler
Gangguan trasnporter (Na+, K+, ATP-ase dan Na bile acid co trasnporting protein –NCTP) pada membran hepatosis
Berkurangnya transportasi intraseluler Berkurangnya sekresi asam empedu
primer atau terbentuknya asam empedu atipik
Meningkatnya permeabilitas jalur paraseluler
Gangguan saluran bilier intahepatik Gangguan saluran bilier ekstrahepatik
Gejala klinis dan Pemeriksaan Lab
Gejala klinis Pemeriksaan lab
IkterusUrin berwarna lebih gelapTinja berwarna lebih pucat sampai dempul (akholik)
Bilirubinuria:-Kadar bilirubin direk darah > 1,5-2 mg/dl- > 20% dari kadar bilirubin total yang meningkat
Gejala klinis serta laboratorium tergantung lamanya kolestasis berlangsung
Keadaan yang menyebabkan gejala-gejala di atas:1. Garam empedu berkurang malabsorpsi lemak dan vitamin
yang larut tinja pucat2. Kolestasis kronik malnutrisi dan retardasi pertumbuhan +
defisiensi vit larut lemak3. Penumpukan kompenen empedu dalam darah ikterus,
pruritus, xantomatosis dan hiperkolesterolemia
Evaluasi Diagnostik Evaluasi awal:
1. Riwayat prenatal2. Riwayat perinatal3. Riwayat keluarga (konsanguinitas, umur dan ras)4. Riwayat timbulnya sindrom kolestasis5. Pemeriksaan fisik 6. Evaluasi pemeriksaan laboratorium
Bedakan antara kolestasis hepatoseluler dan kolestasis obstruktif terutama atresia bilier
Anamnesis: tanyakan riwayat kolestasis, riwayat morbiditas selama kehamilan dan riwayat kelahiran
Evaluasi Diagnostik
Pemeriksaan fisik (BB, TB dan lingkar kepala) Pemeriksaan abdomen (lingkaran perut,
keadaan hati, limpa, adanya massa atau asites) Keadaan umum penderita kolestasis
ekstrahepatik biasanya baik Keadaan umum penderita kolestasis
intrahepatik:- Tampak sakit berat- Disertai kelainan non hepatik lain (katarak,
kalsifikasi intrakranial, wajah dismorfik, hipotoni atau gejala perinatal lainnya)
Evaluasi Diagnostik4 Kriteria klinis terpenting untuk
membedakan kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik:1. Berat lahir2. Umur penderita saat tinja mulai akholik3. Warna tinja dan keadaan hepar4. Gambaran histopatologi hati
Perbedaan kriteria kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatikKolestasis intrahepatik Kolestasis ekstrahepatik
35% bayi lahir dengan BB < 2500 g
11% bayi lahir prematur
Tinja akholik lebih awal timbul Ikterus lebih awal timbulHepatomegali keras dan padat
Warna tinja kuning atau dempul berfluktuasi tergantung pola minum
Hasil observasi tinja harian:Tinja akholik pada semua porsi tinja
AN
AM
NE
SIS
•Riwayat prenatal, neonatal, prematuritas•Riwayat morbiditas ibu selama kehamilan misalnya infeksi (TORCH), hepatitis B•Riwayat pemberian nutrisi parenteral, transfusi darah, serta penggunaan obat hepatotoksik•Riwayat pemberian ASI•Riwayat feses dempul, air kencing berwarna gelap•Riwayat mulai tampak kuning.
PE
ME
RIK
SA
AN
F
ISIS • Keadaan umum pasien
• Adanya dismorfik atau makroglosi
• Kulit tampak ikterik• Pucat• Seklera ikterik
PE
ME
RIK
SA
AN
F
ISIS
• Hepatomegali• Spleenomegali• Kelainan jantung• Hernia umbilikalis• Venektasi• Petechie /purpura• Hidrokel• Asites• Clubbing
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Suchy FJ at all. Approach to the infant with cholestasis.Liver disease in children. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001:187–94
1. BILIRUBIN
• Pemeriksaan serum bilirubin direk dan indirek
• Bilirubin direk >17μmol/L (1,0 mg/dL)
• Bilirubin direk >20% dari konsentrasi serum bilirubin total, jika jumlah bilirubin >85μmol/L (5,0 mg/dL)
2. PEM
ERIK
SAA
N FESE
S
• Feses seperti dempul atau pucat (akholic)
• Teknik 3 porsi, diambil contoh feses selama 3 kali berturut-turut dan dibanding warna pada feses kartu warna feses
3. PEM
ERIK
SAA
N U
RINE
• Urine berwarna gelap
• Pemeriksaan urine analisis
• Bilirubin dalam urine
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Suchy FJ at all. Approach to the infant with cholestasis.Liver disease in children. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001:187–94
4. DARAH
• Pemeriksaan darah lengkap.elektrolit
• fungsi hati:
• Alanin aminot ransferase, (SGPT),
• Aspartat amino transferase (SGOT)
• Gama Glutamin Transpeptidase
• alkali phosftase
• Albumin
• Protombine time dan tromboplastin
• Infeksi TORCH
• Gula darah
2. ULTR
A SO
NOG
RAFI
• Pemeriksaan Ultra Sonografi 2 fase (atresia biliaris, kista duktus choledokus, batu empedu, slude bilier, atau tumor)
• MRI / CT Scan
• Skintigrafi
• Kolangiografi.
• MRCP
• ERCP
3. BIOP
SI
HA
TI
• Biopsi Hati
• Dilakukan perkutaneus
Pemeriksaan Lab Rutin dan Khusus
Tujuan:- Menegakkan diagnosis kolestasis- Menilai beratnya penyakit hati- Mendeteksi kelainan yang dapat diobati
- Kadar komponen bilirubin
- Pemeriksaan darah lengkap
- Retikulosit (bila anemia)
- Uji fungsi hati yaitu transaminase serum (SGPT, SGOT)
- Gama glutamil transpeptidase (G-GT)
- Alkali fosfatase- Waktu protrombin
dan tromboplastin- Elektroforesis
protein- Gula darah
- Elektrolit ureum- Kreatinin- Kolesterol- Asam empedu dan
urin- Urinalisis serta
empedu dalam tinja
Pemeriksaan lab terdiri dari:
Pemeriksaan Lab Rutin dan Khusus
Data laboratorik awal kolestasis pada bayi Kolestasis
ekstrahepatikKolestasis intrahepatik
Bilirubin total (mg/dl)
10,2 ± 4,5 12,1 ± 9,6
Bilirubin direk (mg/dl)
6,2 ± 2,6 8,0 ± 6,8
SGOT < 5 X N > 10 X N / > 800U/I
SGPT < 5 X N > 10 X N / > 800U/I
GGT > 5 X N / > 600U/I > 5 X N ./ N
Pemeriksaan Lab Rutin dan Khusus
Pemeriksaan khusus pada kecurigaan kolestasis intrahepatik- Pemeriksaan serologik : deteksi infeksi
TORCH, petanda hepatitis B (bayi dan ibu) dan kadar 1 antiripsin dan fenotipenya
- Pemeriksaan hormon tiroid, asam amino dalam serum dan urin, kultur darah dan urin, zat reduktor di urin, galaktose -1 fosfat uridil transferasi, uji klorida keringat dan pemeriksaan kromosom
- Pemeriksaan oftalmologik: mencari korioretinitis, katarak atau cherry red spot
Biopsi Hati
Cara paling dipercaya untuk membuat diagnosis bayi dengan kolestasis
Gambaran histopatologis yang menunjang atresia bilier (dapat dilihat pada umur 4-7 minggu):- proliferasi duktus- fibrosis- bile plug- inflitrasi sel inflamasi
Gambaran hitopatologis hepatitis neonatal:- perubahan arsitektur lobulus dengan menyolok- nekrosis hepatoseluler fokal- pembentukan pseudoroset dan giant cells dengan ballooning pada sitoplasma
Tatalaksana1. Memperbaiki aliran empedu
1a. Mengoreksi/mengobati etiologi kolestasis:- operasi pada kolestasis obstruktif - Medikamentosa pada kolestasis hepatoseluler- Operasi portoenterostomi Kasai untuk atresia bilier ( umur <
6-8 minggu)
1b. Menstimulasi aliran empeduFenobarbital Asam
ursodeoksikolatKolestiramin Rifampisin
Menginduksi enzim glukoronil transferase sitokrom P-450 dan Na+K+ATP-ase
Competitive binding terhadap asam empedu toksis sebagai suplemen empedu, hepatoprotektor serta bile flow inducer
Menyerap empedu yang toksis sehingga juga akan mengilangkan gatal
Meningkatkan aktivitas mikrosom serta menghambat ambilan asam empedu oleh sel hati oleh sel hati sehingga dapat menghilangkan gatal
3-10 mg/kgBB/hari 10-30 mg/kgBB/hari
0,25-0,5 g/kgBB/hari
10 mg/kgBB/hari
Tatalaksana3. Menjaga tumbuh kembang bayi
seoptimal mungkin
4. Terapi komplikasi yang sudah terjadi- Kolesterol untuk yang
hiperlipidemia/xantelasma- Transpalantasi untuk gagal hati
Formula MCT (medium chain triglyceride)
Vitamin larut lemak Mineral dan trace element
Menghindarkan makanan yang banyak cuprum
A: 5000-25000 U/hariD3: Calcitriol: 0,05-0,3=2 ug/kgBB/hariE: 25-50 IU/kgBB/hariK: K1 2,5-5 mg/2-7x/ minggu
Ca, P, Mn, Zn, Selenium, Fe
Prognosis
Sindrom hepatitis neonatal
60% sembuh pada kasus sporadis, 60% meninggal pada kasus familial Atresia Bilier
Faktor prediksi prognosis jangka panjang sesudah Kasai:- Usia saat operasi- Gambaran histologi hati dan ukuran sisa duktus- Gambaran makroskopis sistem hepatobilier saat dioperasi- Pengalaman ahli tim bedah- Menghilangnya ikterus
Tidak dioperasi Operasi Kasai
Meninggal karena:PerdarahanGagah hati kronikSepsisBronkopneumonia pada umur ± 2 tahun
< 60 hari : tk.keberhasilan sd. 91%61-71 hari : tk. Keberhasilan 56%71-90 hari : tk. Keberhasilan 31%> 91 hari : tk keberhasilan 17%
Kesimpulan
Kolestasis harus dikenal secara dini dengan adanya sindrom klinik berupa ikterus, urin berwarna gelap, tinja pucat sampai dempul
Pada evaluasi diagnostik harus segera dibedakan antara kolestasis hepatoseluler (intrahepatik) dan kolestasis obstruktif
(TAKE HOME MESSAGE))
Meningkatkan penanganan bayi dengan ikterus kolestatsis untuk mencapai hasil yang maksimal
Identifikasi dini kolestasis waktu optimal pengobatan dan manajemen bedah dapat dicapai melalui penilaian secara umum bayi pada usia 2 minggu
Pemeriksaan bilirubin dapat dilakukan langsung jika didapatkan kuning pada bayi > 2 minggu.
Identifikasi feses pucat dan urin gelap
(TAKE HOME MESSAGE)
Rujukan segera ke pelayanan hepatologi anak jika kolestasis diidentifikasi.
Atresia bilier yang memenuhi kriteria dan dilakukan tatalaksana lebih awal dapat meningkatkan hasil yang baik.
Kerjasama yang baik dari petugas kesehatan, keluarga dan dokter anak dalam mendeteksi secara dini dengan teknik yang sederhana
"test pada 2 minggu“ sebelum identifikasi lebih lanjut merupakan strategi terbaik untuk memastikan bahwa kita melakukan sedini mungkin guna meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup anak-anak indonesia.
Pendahuluan
Atresia biliaris suatu keadaan dimana sisitim bilier ekstrahepatik mengalami hambatan/ tidak ada sama sekali.
Etiologi masih belum diketahui dengan pasti. Di Indonesia ditemukan pada 1 dari 15.000
kelahiran. Manifestasi klinis utama : tinja akolik, air kemih
seperti air teh, dan ikterus. Penatalaksanaan dengan terapi
medikamentosa, terapi bedah dan transplantasi hati.
Histologi
Saluran empedu dilapisi epitel toraks & diselingi sel mukus.
Fundus, korpus, & indundibulum ditutupi peritoneum viseralis, Perimuskularis = lapisan jaringan.
Tunika muskularis = serabut otot longitudinalis. Tunika mukosa dilapisi epitel toraks.
Vaskularisasi
Diperdarahi arteri sistika, cabang arteri hepatika kanan.
Duktus-duktus traktus biliaris ekstrahepatik bagian distal dipendarahi arteri di gastroduodenal, retroduodenal, dan arteri pankreotikoduodenalis superior-posterior; bagian proksimal dipendarahi oleh arteri hepatika kanan dan arteri sistika.
Vena sistika mengalirkan darah langsung kedalam vena porta.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodus limpatikus sistikus menuju ke nodus limpatikus koliakus dan kemudian duktus torasikus.
Persarafan otonom duktus empedu terdiri dari serabut parasimpatis (vagus) dan simpatis (torasika) melewati plexus celiac.
Sebagian produksi empedu dipengaruhi oleh kendali otonom.
Fisiologi
Pencernaan dan absorpsi lemak serta vitamin larut lemak.
Alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan yang penting dari darah.
Definisi Atresia Bilier
Tidak adanya/kecilnya lumen pada sebagian/keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu.
Etiologi
Masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli faktor genetik kelainan
kromosom trisomi 17,18 dan 21; serta terdapatnya anomali organ pada 30% kasus atresia bilier.
Fischler melaporkan infeksi CMV pada 25% bayi.
Penelitian menemukan adanya mutasi genetis spesifik pada tikus, abnormalitas genetik lainnnya delesi gen c-jun tikus dan mutasi gen transkripsi homeobox yang berhubungan dengan kelainan hati dan limpa
Epidemiologi
Didapat pada ras Kaukasia (62%), berkulit hitam (20%), Hispanik (11%), Asia (4,2%) dan Indian Amerika (1,5%).,
Di Indonesia Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran.
Rasio ♀:♂ = 2:1 RSCM 2002-2003, 23 % dari 162 bayi
kelainan fungsi hati.
Patofisiologi
Patogenesis atresia bilier tetap tidak jelas meskipun terdapat beberapa teori etiologi dan investigasi.
Terjadi perubahan epitel bilier menyebabkan peningkatan susunan ekspresi antigen pada permukaan sel.
Pengenalan oleh sel T yang beredar kemudian memulai respon imun dimediasi-sel, mengakibatkan cedera fibrosklerotik yang terlihat pada atresia bilier.
Diagnosa Banding
Atresia Bilier
Hipoplasia bilier, stenosis duktus bilier
Perforasi spontan duktus bilier
Massa (neoplasma, batu)
Inspissated bile syndrome
Penyakit Caroli (pelebaran kistik pada duktus intrahepatik).
Displasia arteriohepatik (sindrom Alagille)
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa
Terapi nutrisi
Terapi bedah Kasai Prosedur
Pencangkokan atau Transplantasi Hati
Prognosis
Keberhasilan portoenterostomi ditentukan oleh usia anak saat dioperasi
usia < 8 minggu maka angka keberhasilannya 71¬,86%, sedangkan bila operasi dilakukan pada usia > 8 minggu maka angka keberhasilannya hanya 34,¬43%. Sedangkan bila operasi tidak dilakukan, maka angka keberhasilan hidup 3 tahun hanya 10% dan meninggal rata-rata pada usia 12 bulan. Anak termuda yang mengalami operasi Kasai berusia 76 jam.
Kesimpulan
Atresia bilier adalah tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu.
Etiologi dan patogenesis atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti.
Diagnosis atresia bilier ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.