asuhan keperawatan klien yang mengalami masalah psikososial

50
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI MASALAH PSIKOSOSIAL: DOMESTIC VIOLENCE DAN ANGER Konsep Marah 1. Pengertian Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (stuart dan Sunden,1987:563). Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk dapat mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit klien sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Banyak situasi kehidupan yang menimbulkan kemarahan,misalnya fungsi tubuh yang terganggu sehingga harus masuk rumah sakit, control diri yang diambil alih oleh orang lain, menderita sakit, peran yang tidak dapat dilakukan karena dirawat di rumah sakit, pelayanan perawat yang terlambat dan banyak hal lain yang meningkatkan emosi klien. 2. Rentang respon kemarahan Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptive Adaptif Maladaptif

Upload: anon246176142

Post on 02-Aug-2015

187 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI MASALAH

PSIKOSOSIAL: DOMESTIC VIOLENCE DAN ANGER

Konsep Marah

1. Pengertian

Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (stuart dan

Sunden,1987:563). Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan

konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan

membantu orang lain untuk dapat mengerti perasaan yang

sebenarnya.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan

mempersulit klien sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.

Banyak situasi kehidupan yang menimbulkan kemarahan,misalnya

fungsi tubuh yang terganggu sehingga harus masuk rumah sakit,

control diri yang diambil alih oleh orang lain, menderita sakit, peran

yang tidak dapat dilakukan karena dirawat di rumah sakit, pelayanan

perawat yang terlambat dan banyak hal lain yang meningkatkan emosi

klien.

2. Rentang respon kemarahan

Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif

maladaptive

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

Page 2: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Assertion adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang

diungkapkan tanpa menyakiti orang lain yang tidak akan

menimbulkan masalah.

Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan

karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses

pencapaian tujuan.

Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya.

Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan

dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih

terkonrol.

Ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai

kehilangan control diri.

Proses kemarahan

Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu

Mengungkapkan perasaan verbal

Menekan

Menantang.

Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari

internal atau eksternal. Hal tersebut akan mengakibatkan

kehilangan atau gangguan pada system individu (Disruptionand

Loss). Untuk itu bagaimana seorang individu memaknai setiap

kejadian yang menyedihkan atau mengjengjelkan tersebut (personal

meaning).

Bila seseorang mempunyai personal meaning positif, maka dia

akan dapat melakukan kegiatan secara positif (compensatory act)

dan tercapai perasaan lega (resolution). Namun bila dia gagal

Page 3: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

dalam memberikan makna/ personal meaning negatif maka akan

muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (helplessness).

Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (anger).

Kemarahan yang diekspresikan keluar (expressed outway) dengan

kegiatan yang kontruktif (contructive action) dapat menyelesaikan

masalah. Kemarahan yang diekspresikan keluar (expressed outway)

dengan kegiatan destruktif (destrcutive action) dapat menimbulkan

perasaan bersalah dan menyesal (guilt). Kemarahan yang dipendam

(ekspressed inward ) akan menimbulkan gejala psikosomatis

(painful symptom).

Peran Perawat pada Klien Marah

1. Pengkajian

Pada dasarnya pengkajian pada klien marah ditujukan pada semua

aspek, yaitu biospiritual-kultural-spiritual.

Aspek Biologis

Respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom

bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah

meningkat, takhikardi, wajah merah, pupil melebar, dan frekuansi

pengeluaran urin meningkat. Hal ini disebabkan energy yang

dikeluarkan saat marah bertambah.

Aspek Emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,

jengkel, frustasi, dendam, ingin bekelahi, ngamuk, bermusuhan, sakit

hati, menyalahgunakan dan menuntut. Perilaku menarik perhatian dan

timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri,

bolos dari sekolah, mencuri, menimbulkan kebakaran, dan

penyimpangan seksual.

Aspek Intelektual

Page 4: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Sebagian besar pengalaman kehidupan individu didapatkan

melalui proses intelektual. Peran pancaindera sangat penting untuk

beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses

intelektual sebagai suatu pengalaman.

Aspek Social

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan

ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan dari

orang lain.

Aspek Spiritual

Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah

individu.aspek tersebut mempengarui hubungan individu dengan

lingkungan. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha esa,

selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepada-Nya.

2. Diagnosa Keperawatan

Beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan :

1. Kesulitan mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti orang lain,

sehubungan dengan tidak mengetahui cara ungkapan yang dapat

diterima, dimanifestasikan dengan marah disertai dengan suara

keras pada orang sekitar.

2. Gangguan komunikasi sehubungan dengan perasaan marah

terhadap situasi dan pelayanan yang diterimanya yang

dimanifestasikan dengan menghina atau menyalahkan perawat,

seperti “Anda seharusnya disini sejak sejam yang lalu”.

3. Penyesuaian yang tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu

mengkonfrontasikan kemarahan, dimanifestasikan dengan

mengucapkan kata-kata kasar berlebihan.

Page 5: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

4. Penyasuaian yang tidak efektif sehubungan dengan penolakan rasa

marah yang dimanifestasikan dengan kata-kata : “Saya tidak

pernah marah”.

5. Mempunyai potensi untuk mengamuk pada orang lain sehubungan

dengan keinginan yang bertolak belakang dengan perawatan

rumah sakit, dimanifestasikan dengan menolak mengikuti

peraturan rumah sakit dan ingin memukul orang lain.

6. Mempunyai potensi untuk mengamuk pada orang lain sehubungan

dengan fungsi kontrol otak yang terganggu akibat adanya

gangguan neurologis otak yang dimanifestasikan dengan bingung

dan hipersensitif terhadap rangsangan interpersonal.

7. Kekuatan marah yang berkepanjangan sehubungan dengan

diagnosa baru, situai baru dan informasi yang kurang.

3. Intervensi dan Implementasi Keperawtan

Kesadaran Diri Merawat

Bagi perawat yang mempunyai pengetahuan tentang kemarahan akan

dapat membantu klien untuk mengatasi kemarahan. Bagi staf harus

menyadari bahwa klien dapat mengungkapkan marah dengan tidak

bermusuhan dan memberi dukungan atas ungkapan tersebut. Perawat

perlu memahami perasaan sendiri dan reaksinya terhadap kemarahan

klien.

Kontrol Terhadap Kekerasan

Perawat perlu mengembangkan kemampuannya mengatasi tingkah

laku klien yang tidak terkontrol. Dengan empati dan pengamatan yang

cermat dan tingkah laku klien, perawat dapat mengantisipasi ledakan

kemarahan klien.

Aspek Biologis

Page 6: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Memberikan cara menyalurkan energi kemarahan dengan cara yang

konstruktif melalui aktivitas fisik seperti : lari pagi, angkat berat, dan

aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga

Aspek Emosional

Perawat dapat membantu klien yang belum mengenal kemarahannya

dengan menyatakan seperti ”Bapak tidak tenang atau ibu marah”. Hal

ini mendorong klien mengenal perasaan marahnya.

Aspek Intelektual

Ketika seseorang tiba-tiba marah ia perlu diarahkan pada batas

orientasi ”kini dan di sini”, pada situasi seperti ini perawat dapat ;

1. Menghadapi intensitas kemarahan klien

2. Mendorong ungkapan rasa marah klien

3. Membuat kontak fisik dengan klien

4. Menyertakan klien dalam kelompok

5. Memeriksa keadaan fisik klien

6. Kalau perlu menjaga jarak untuk melindungi diri

7. Memberikan laporan pada perawat yang dinas berikutnya.

Aspek Sosial

Bermain peran memungkinkan klien mengeksplorasi perasaan marah

dengan melakukan :

1. Mengkaji pengalaman marah masa lalu

2. Bermain peran dalam mengungkapkan marah

3. Mengembangkan cara pengungkapan marah yang konstruktif

4. Mempelajari cara menintegrasikan pengalaman

5. Membagi perasaan deengan anggota kelompok bermain

Aspek Spiritual

Page 7: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Bila klien marah kepada Tuhan atau kekuatan supranatural karena

yakin bahwa penyakitnya adalah hukuman dari Tuhan, maka perawat

memberi dorongan agar klien mengungkapkan perasaannya atau

memanggil pemimpin agama bila perawat merasa tidak adekuat.

4. Evaluasi

Fokus evaluasi adalah cara ungkapan kemarahan, ketepatan

marah, kesesuaian objek, kesamaan derajat ungkapan marah dengan

faktor pencetus dan kesadaran klien terhadap proses yang dialam,

sehingga jika fase marah telah selesai, klien dapat melalui fase berikut

sampai dapat menerima keadaan penyakitnya dan dapat menggunakan

penyesuaian yang efektif.

5. Fungsi Positif Marah

- Fungsi energi : Marah dapat meningkatkan energi

- Fungsi ekspresi : Ekspresi marah yang aseratif sehat

- Self Promotional Function : Marah untuk menunjukan harga diri

memproyeksikan konsep diri

- Fungsi defensif : Kemarahan merupakan pertahanan ego dalam

menanggapi kecemasan yang meningkat karena

konflik eksternal setelah marah lega.

- Potentiating Function : Kemarahan dapat meningkatkan potensi

- Fungsi Diskriminasi : Membedakan ekspresi seseorang : marah, sedih

atau gembira

6. Respon Perawat Terhadap Kemarahan Klien

Dalam kajian kesehatan mental, pasien dengan kepribadian antisosial

dan perilaku menyimpang menunjukkan celaan, intoleransi, dan

gangguan moral secara umum yang lebih besar dari pasien-pasien

Page 8: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

lainnya. Sebagai seorang yang membutuhkan pertolongan, klien-klien

tersebut terlihat seakan memiliki moral yang lemah. Namun disisi lain,

mereka sebenarnya sanggup untuk mengatasi permasalahannya jika ia

mau berusaha. Hal yang paling efektif dalam membantu klien adalah

dengan sering memperbaiki diri klien itu sendiri melalui kesadaran diri

dan pemahaman sikap manusia.

Respon Terhadap Keluarga

Perawat juga dapat memberi respon sama terhadap keluarga

seperti terhadap ASKEP PERILAKU   KEKERASAN

Posted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj

1.Pengertian

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung.Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”.Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.

2.Penyebab

Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.2.1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

Page 9: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

2.2Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.3.3Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

3.Rentang respons marah

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6).

3.1.Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.3.2.Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.3.3.Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.3.4.Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.3.5.Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

4.Proses Marah

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.Berikut ini digambarkan proses kemarahan :

(Beck, Rawlins, Williams, 1986, dalam Keliat, 1996, hal 8)

Melihat gambar di atas bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif.Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.

5.Gejala marah

Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.

Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah ;

Page 10: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

5.1Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.5.2Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.5.3Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.

6.Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :6.1Menyerang atau menghindar (fight of flight)Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.6.2Menyatakan secara asertif (assertiveness)Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.6.3Memberontak (acting out)Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.6.4Perilaku kekerasanTindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

7.Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33).Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998, hal 83)

7.1.Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.7.2.Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.7.3.Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan

Page 11: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.7.4.Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.7.5.Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

Konsep dasar asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian, perencanaan/intervensi, pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan professional tenaga keperawatan.Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis yang diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan, ide pendekatan yang dimiliki, karakteristik sistimatis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.Proses keperawatan klien marah adalah sebagai berikut : (Keliat, dkk, 1996)

1.Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan perumusan masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.1.1.Pengumpulan dataData yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.1.1.1.Aspek biologisRespons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.1.1.2.Aspek emosionalIndividu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.1.1.3.Aspek intelektualSebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.1.1.4.Aspek sosialMeliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang

Page 12: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.1.1.5.Aspek spiritualKepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.1.2.Klasifiaksi dataData yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

1.3.Analisa dataDengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.

Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2.Diagnosa keperawatan

“Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual dan potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan sebagai proses kehidupan”. (Carpenito, 1995).Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :2.1Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.2.2Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

3.Rencana tindakan keperawatan/intervensi

Page 13: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam melakukan intervensi yang tepat.Pada karya tulis ini akan diuraikan rencana tindakan keperawatan pada diagnosa :3.1Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasanTujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.Tujuan khusus :1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.2.Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.3.Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.4.Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.5.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.6.Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.7.Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.8.Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.9.Klien dapat menggunakan obat yang benar.Tindakan keperawatan :1.1Bina hubungan saling percaya.Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non verbal, bersikap empati.Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.2.1Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.

2.2Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesalRasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.3.1Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah yang konstruktif pula.3.2Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk intervensi.3.3Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.4.1Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.

4.2Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.4.3Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.5.1Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.5.2Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.6.1Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.

Page 14: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.6.2Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.6.3Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.a.Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.b.Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.c.Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.d.Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi kesabaran.Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.7.1Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.7.2Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.7.3Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.

7.4Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.Rasional : meningkatkan harga diri klien.7.5Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.8.1Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.8.2Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan perilaku klien.8.3Jelaskan cara-cara merawat klien.Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.Bantu keluarga mengenal penyebab marah.Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.

8.4Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.8.5Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.9.1Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti : CPZ, haloperidol, Artame.Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.9.2Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.

3.2Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendahTujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain :Tujuan khusus :1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Page 15: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan keperawatan :1.1Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.2.1Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.2.2Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam hidupnya.

2.3Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.Rasional : meningkatkan harga diri klien.3.1Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.3.2Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.3.3Berikan pujian.Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.4.1Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki.4.2Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.4.3Beri pujian atas keberhasilan klien.Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.

4.4Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.5.1Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.5.2Beri pujian atas keberhasilan klien.Rasional : meningkatkan harga diri klien.5.3Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.6.1Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.6.2Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan harga diri rendah.

6.3Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.

Page 16: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Sumber:1.Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.2.Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.3.Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.4.Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.5.Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ; Jakarta.6.Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.7.Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta.8.Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.9.Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.10.WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.

klien. Beberapa hal perlu dikaji:

1. Warisan keluarga dari generasi ke generasi2. Pola hubungan keluarga yang memudahkan klien berperilaku

menyimpang3. Kurangnya perhatian dan pendidikan keluarga4. Terlalu overprotektif

Asuhan keperawatan jiwa dengan GANGGUAN EKSPRESI MARAH: AMUK

I.     PENGERITAN   MARAH.Menurut   sudasono   (1993;   146)Marah   adalah   suatu   pelampiasan   atas   ketegangan   atau  masalah   yang  timbul   kegagalan   dalam pencapaian   tujuan,   emosi   yang   memuncak.II.     PEROSES   TERJADINYA   MARAHMarah   timbul   akibat   stress   yang   menyebabkan   kecemasan.   Kecemasan   dapat   menimbulkan kemarahan akibat adanya perasaan yang tidak menyenangkan. Respon marah pada tiap individu berbeda-beda   dan   respon   marah   dapat   berfluktuasi   dalam   suatu   rentang.1.     Respon   terhadap   marahRespon   terhadap   marah   dapat   diungkapkan   melalui   3   cara   yaitu   :a.     mengungkapkan   secara   verbal.Mengekspresikan   marah   dengan   perilaku   konstruktif   dengan   menyakiti   orang   lain,   tentunya perasaan marah tersebut dapat dipahami oleh orang lain dan hal ini akan memberikan rasa lega, ketegangan   menurun   dan   perasaan   marah   dapat   teratasi.b.     Menekan   atau   melarikan   diri.

Page 17: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Perilaku   yang  tidak   asertif   seperti  menekan  perasaan  marah  atau  melarikan  diri   dari   perasaan marahnya   sehingga   rasamarah   tidak   terungkap.   Marah   yang   drmikian   menimbulkan   rasa permusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan marah yang destruktif ditujukan pada   diri   sendiri.c.     Menentang.Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menantang, biasanya dilakukan individu  karena  merasa   kuat.  Cara   yang  demikian   tentunya  tidak  akan  menyelesaikan  masalah, bahkan   dapat  menimbulkan  marah   yang   berkepanjangan   dan   dapat  menimbulkan   amuk   yang ditujukan   kepada   orang   lain   maupun   lingkungan.2.     Rentang   respon   marah.a.     Rentang   adaptif1)     Pernyataan.Respon   marah   dimana   induvidu   mempu   menyatakan   atau   mengungkapkan   tanpa   menyakiti oranglain   akan   memberikan   kelgaan   pada   individu   dan   tidak   menimbulkan   masalah.2)     PrustasiRespon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan, karena tujuan yang tidak realistis atau hambatan   dalam   proses   pencapaian   tujuan.b.     Rentang   maladaptive1)     PasifKeadaan   dimana   individu   tidak   dapat   mengungkapkan   perasaan   yang   sedang   dialaminya.2)     AgresifPerilaku  yang  menyertai  marah  dan  merupakan  dorongan   individu  untuk  menuntut   suatu  yang benar   dalam   bentuk   destruktif   dan   masih   terkontrol  3)     AmukPerasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri, individu dapat merusak diri   sendiei,   orang   lain   danlingkungan.III.     FAKTOR-FAKTOR   YANG   DAPAT   MENYEBABKAN   MARAH1.     Faktor   predisposisiFaktor   yang   menybabkan   ekspresi   marah   adalah:a.     Faktor   biologis  1)     Teori   dorongan   naluriPerilaku   agresif   disebabkan   oleh   suatu   dorongan   kebutuhan   dasar   yang   sangat   kuat.

2)     Teori   psikomatikPengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal   maupun   lingkungan./b.     Faktor   psikologis1)     Teori   agresif   dan   frustasi.Frustasi   terjadi   apabila   keinginan   individu   mencapai   suatu   kegagalan   dan   akan   terhambat2)     Teori   perilakuKemarahan   adalah   respon   belajar   dapat   dicapai   apabila   ada   fasilitas   yang   mendukung3)     Teori   eksistensiApabila   kebutuhan   dasar   manusia   terpenuhi.

ASUHAN   KEPERAWATAN

Page 18: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

PADA   Tn   “M”   DENGAN   GANGGUANEKSPRESI   MARAH   :   AMUK   DI   RUANG   MELATIRUMAH   SAKIT   JIWA   MATARAM

Ruang            :   MelatiNomor   CM     :   0157   84Tanggal   MRS     :   07/06/05

I.     IDENTITASNama       :   Tn   “M”Umur       :   43   ThnSuku   bangsa     :   SasakAgama       :   IslamPendidikan     :   SDStatus       :   MenikahAlamat       :   Desa   Rumak   Timur,   Kec.   Kediri,   Kab.   Lombok   Barat

Nama   penanggung   jawab     :   Tn   “S”Umur     :   36   tahunPendidikan     :   SMAPekerjaan       :   Kepala   DesaHubungan   dengan   klien     :   KeponakanAlamat     :   Desa   Rumak   Timur,   Kec.   Kediri,   Kab.   Lombok   Barat

II.     ALASAN   MASUK   RSJKlien masuk Rumah Sakit  Jiwa Mataram dengan keluhan bicara kasar,  tampak tegang, berteriak-teriak   gaduh   gelisah   dan   ingin   melempar   setiap   orang   yang   lewat.  Masalah   keperawatan   :   Resiko   tinggi   kekerasan   terhadap   orang   lain   dan   diri   sendiriIII.     FAKTOR   PENDUKUNGKeluarga klien mengatakan selama 1 bulan klien tidak pernah control ke Puskesmas dan pada hari minggu kemarin pada saat gotong royong penyakit klien tiba-tiba kambuh, mengamuk, mengumpat dan   melempar   setiap   orang   yang   lewat.a.     Riwayat   Pengobatan.Pada bulan September   2004 lalu klien pernah menjalani rawat inap dengan keluhan yang sama, dapat sembuh dan bekerja seperti biasa dan tetap control di Puskesmas Kediri tapi selama 1 bulan klien   tidak   pernah   control   lagi.b.     Hubungan   socialSebelum penyakit  klien  kambuh hubungan  dengan masyarkat  desanya  baik,  akan  tetapi   setelah penyakit   klien   kambuh   tidak   ada   yang   berani   mendekati   klien   karena   klien   mengamuk   dan melempar.c.     SpiritualSebelum penyakit klien kambuh klien selalu mengikuti acara-acara keagamaan seperti pengajian dll, tetapi setelah sakit klien hanya bisa terbaring di atas tempat tidur akibat kaki dan tangan klien diikatIV.     STATUS   MENTAL

Page 19: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

a.     PenampilanKlien saat ini terlihat kotor dan dalam keadaan tidak berpakaian lengkap hanya menggunakan sarung dan   dalam   keadaan   terikat   tangan   dan   kaki.b.     PembicaraanKlien   sering  mengumpat   setiap  orang  yang  mendekati  klien,   verbal   klien   sedang  dan   inkohern, pertanyaan yang ditanyakan tidak sesuai dengan jawaban yang diberikan, klien mengatakan “kenapa saya   diikat,   sundel   kamu”          Masalah   keperawatan   :   kerusakan   komunikasi   verbal.c.     Aktifitas   motorikKlien   tampak   tegang,   gaduh   gelisah,   klien   tampak   memberontak,   bicara   kasar,   mengamuk.          Masalah   keperawatan   :   Amukd.     AfekSelama pengkajian  ditemukan  bahwa afek  klien  cukup  serasi   (Apropriate  affect)  yaitu  bila  klien marah   ekspresi   wajah   tampak   tegang.e.     Persepsiklien mengatakan melihat bayangan, dan sering mendengar suara-suara yang mengancam dank lien sering   memandang   keatas   seolah-olah   melihat   sesuatu.f.     Isi   fikir  Ditemukan   pada   diri   klien   waham   kebesaran.g.     MemoriDaya ingat baik tidak ditemukan adanya gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.h.     Tingkat   konsentrasiMudah   beralihi.     Daya   tilik   diri.klien   menyangkal   bahwa   dirinya   mengalami   gangguan   jiwa.

V.     RIWAYAT   PSIKOSOSIALTidak   ditemukan   riwayat   pernah  mengalami   trauma  masa   lalu   dan   riwayat   pernah  mengalami penganiayaan   fisik.  a.     Genogram

     Keterangan:               :   laki-laki   (klien)               :   wanita               :   yang   tinggal   serumah   dengan   klienb.     Konsep   diri-     Citra   diriKlien   mengatakan   sangat   senang   dengan   tubuh   yang   telah   diberikan   oleh   Allah   S.W.T-     Identitas

Page 20: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Klien   mengenal   identitas   dirinya   yaitu   mempunyai   istri   dan   anak   4   orang.-     Ideal   diriKlien   mengatakan   bahwa   dirinya   adalah   orang   kaya   yang   memiliki   banyak   uang.-     Harga   diriKlien mengatakan “saya diremehkan dan tidak dipercayai oleh keluarga kalau saya memiliki uang yang banyak dan dapat  membeli  apa yang saya  inginkan”,  sering  memalingkan wajahnya ketika diajak   berbicara.Masalah   keperawatan   :   harga   diri   rendah.

-     Peran  Sebagai   kepala   rumah   tangga   dan   mencari   nafkah   bagi   istri   dan   anaknya.VI.     MEKANISME   KOPINGKetika mengkaji klien dan keluarga didapatkan data mengenai koping klien jika menghadapi suatu masalah   yaitu   selalu   membicarakan   dengan   istrinya.VII.     DIAGNOSA   MEDISAdapun   diagnosa   medis   Tn   “M”   :   skizopreniaVIII.     FARMAKOTERPI

IX.     DAFTAR   MASALAHa.     Resiko   tinggi   kekerasan   terhadap   diri   sendiri   dan   orang   lainb.     Gangguan   ekspresi   marah:   amukc.     Kerusakan   komunikasi   verbald.     Perubahan   sensori   perceptual:   halusinasi   pengelihatan   dan   pendengaran

X.     POHON   MASALAH

Akibat            Resiko   tinggi   menciderai   orang   lain                     kerusakan  komunikasi  verbal

Masalah   Utama                                   perubahan   proses  pikir

Penyebab          perubahan   sensori                         Perceptual:   halusinasi                           Verbal   dan   akustik

               Gangguan   konsep   diri:   harga   diri

Page 21: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Rendah   kronis                     penatalaksanaan   regi-men   terapeutik   inefe-ktif

Reaksi   depresi                         suppor   system  dalam   keluarga   inefektif

DIAGNOSA   KEPERAWATAN1.     Analisa   DataNo.     Data     Masalah1.     Data   subyektif.-Data   obyektif.-     Bicara   kasar,   tampak   tegang,   gaduh   gelisah-     Teriak-teriak,   berontak-     Melempar   setiap   orang   yang   lewat     Resiko   kekerasan   terhadap   diri   dan   orang   lain.2     Data   Subyektif:-     Klien   Mengatakan   kenapa   saya   diikat,   sundel   kamu!!!Data   obyektif-     Bicara   kasar,   tampak   tegang,   gaduh   gelisah-     Melempar   setiap   orang   yang   lewat-     Teriak-teriak,   berontak.     Amuk3     Data   Subyektif.-     Klien   mengatakan   kenapa   saya   diikat,   sundel   kamuData   Obyektif-    Bicara kasar, menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan     Kerusakan komunikasi   verbal  4     Data   Subjektif-     Klien  mengatakan   “melihat  bayangan  dan   sering  mendengar   suara-suara   yang  mengancam  Data   Obyektif:-     Klien   tampak   gelisah-    Klien memandang keatas seolah-olah melihat sesuatu.    Perubahan sensori perceptual: halusinasi pendengaran   dan   penge-Lihatan.

2.     Diagnosa   keperawatan.Diagnosa   keperawatan   yang   dapat   ditegakkan   setelah  melakukan   pengkajian   terhadap   Tn   “M” antara   lain:a.     Resiko   tinggi   kekerasan   terhadap   orang   lain   berhubungan   dengan   amuk.b.     Gangguan   ekspresi   marah:   amuk   berhubungan   dengan   halusinasi   pendengaran   dan pengelihatanc.     Kerusakan   komunikasi   verbal   berhubungan   dengan   perubahan   proses   piker.

Page 22: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

d.     Perubahan sensori perceptual: halusinasi pendengaran dan pegelihatan berhubungan dengan harga diri rendah

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Pengertian Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).

Tanda dan Gejala :

1. Muka merah2. Pandangan tajam3. Otot tegang4. Nada suara tinggi5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak6. Memukul jika tidak senang

Penyebab perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

Tanda dan gejala :

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)

2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,

mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)

Page 23: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Akibat dari Perilaku kekerasan

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala :

Memperlihatkan permusuhan Mendekati orang lain dengan ancaman Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan Mempunyai rencana untuk melukai

Asuhan Keperawatan Prilaku Kekerasan

Pengkajian 

a. Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

b, Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

c. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.

d. Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

Page 24: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

e. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk.

a. Data subjektif

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

b. Data objektif

Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.

a. Data Subjektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal

atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

b. Data Objektif

Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang barang.

Intervensi Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk

Tujuan Umum :

Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya

Tujuan Khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Page 25: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.5. Beri rasa aman dan sikap empati.6. Lakukan kontak singkat tapi sering.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan :

1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap

tenang.

c. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.

Tindakan :

1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai

e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:

1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Tindakan :

1. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

Page 26: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan asertif,

latihan manajemen perilaku kekerasan. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi

kesabaran.

g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:

1. Bantu memilih cara yang paling tepat.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

h. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan

Tindakan :

1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga selama ini.

2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.3. Jelaskan cara – cara merawat klien

i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

1. Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin

dokter.3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).4. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak

menyenangkan.6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah

a. Tujuan Umum :

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

b. Tujuan khusus :

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Page 27: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Tindakan :

Bina hubungan saling percaya, Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung

jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan :

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif Utamakan memberi pujian yang realistis.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :

Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

4. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.

Tindakan :

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya

Tindakan :

Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. Beri pujian atas keberhasilan klien. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan :

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Page 28: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Daftar Pustaka

1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995

2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 19993. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 19994. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 20035. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP

Bandung, 2000

6. ASKEP PERILAKU   KEKERASAN 7. Posted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj 8. 1.Pengertian9. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan

untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung.Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”.Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.

10. 2.Penyebab11. Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,

cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.2.1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.2.2Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.3.3Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

12. 3.Rentang respons marah

Page 29: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

13. Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6).

14. 3.1.Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.3.2.Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.3.3.Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.3.4.Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.3.5.Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

15. 4.Proses Marah16. Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi

oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.Berikut ini digambarkan proses kemarahan :

17. (Beck, Rawlins, Williams, 1986, dalam Keliat, 1996, hal 8)18. Melihat gambar di atas bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3

cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif.Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.

19. 5.Gejala marah20. Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan,

tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.21. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah

diantaranya adalah ;22. 5.1Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan

meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.5.2Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.5.3Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.

23. 6.Perilaku24. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

6.1Menyerang atau menghindar (fight of flight)Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku

Page 30: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

dan disertai reflek yang cepat.6.2Menyatakan secara asertif (assertiveness)Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.6.3Memberontak (acting out)Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.6.4Perilaku kekerasanTindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

25. 7.Mekanisme koping26. Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,

termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33).Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998, hal 83)

27. 7.1.Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.7.2.Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.7.3.Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.7.4.Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.7.5.Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

28. Konsep dasar asuhan keperawatan29. Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian, perencanaan/intervensi, pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan professional tenaga keperawatan.Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis yang diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan, ide pendekatan yang dimiliki, karakteristik

Page 31: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

sistimatis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.Proses keperawatan klien marah adalah sebagai berikut : (Keliat, dkk, 1996)

30. 1.Pengkajian31. Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan perumusan masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.1.1.Pengumpulan dataData yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.1.1.1.Aspek biologisRespons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.1.1.2.Aspek emosionalIndividu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.1.1.3.Aspek intelektualSebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.1.1.4.Aspek sosialMeliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan oranglain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.1.1.5.Aspek spiritualKepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.1.2.Klasifiaksi dataData yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

Page 32: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

32. 1.3.Analisa dataDengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.

33. Pohon masalah34. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan35. Perilaku kekerasan36. Gangguan konsep diri : harga diri rendah37. 2.Diagnosa keperawatan38. “Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual dan potensial

dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan sebagai proses kehidupan”. (Carpenito, 1995).Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :2.1Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.2.2Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

39. 3.Rencana tindakan keperawatan/intervensi40. Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat

dalam melakukan intervensi yang tepat.Pada karya tulis ini akan diuraikan rencana tindakan keperawatan pada diagnosa :3.1Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasanTujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.Tujuan khusus :1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.2.Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.3.Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.4.Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.5.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.6.Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.7.Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.8.Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.9.Klien dapat menggunakan obat yang benar.Tindakan keperawatan :1.1Bina hubungan saling percaya.Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non verbal, bersikap empati.Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.2.1Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.

41. 2.2Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesalRasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.3.1Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian

Page 33: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

masalah yang konstruktif pula.3.2Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk intervensi.3.3Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.4.1Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.

42. 4.2Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.4.3Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.5.1Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.5.2Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.6.1Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.6.2Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.6.3Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.a.Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.b.Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.c.Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.d.Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi kesabaran.Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.7.1Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.7.2Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.7.3Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.

43. 7.4Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.Rasional : meningkatkan harga diri klien.7.5Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.8.1Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.8.2Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan perilaku klien.8.3Jelaskan cara-cara merawat klien.Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.

Page 34: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.Bantu keluarga mengenal penyebab marah.Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.

44. 8.4Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.8.5Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.9.1Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti : CPZ, haloperidol, Artame.Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.9.2Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.

45. 3.2Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendahTujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain :Tujuan khusus :1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

46. Tindakan keperawatan :1.1Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.2.1Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.2.2Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam hidupnya.

47. 2.3Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.Rasional : meningkatkan harga diri klien.3.1Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.3.2Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.3.3Berikan pujian.Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.4.1Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki.4.2Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.4.3Beri pujian atas keberhasilan klien.Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.

Page 35: Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Masalah Psikososial

48. 4.4Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.5.1Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.5.2Beri pujian atas keberhasilan klien.Rasional : meningkatkan harga diri klien.5.3Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.6.1Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.6.2Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan harga diri rendah.

49. 6.3Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.

50.51. Sumber:

1.Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.2.Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.3.Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.4.Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.5.Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ; Jakarta.6.Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.7.Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta.8.Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.9.Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.10.WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.