asuhan keperawatan klien yang mengalami diare …elib.stikesmuhgombong.ac.id/620/1/sikhatun khasanah...
TRANSCRIPT
i
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DIARE
DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI RSUD Dr. SOEDIRMAN
KEBUMEN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
NAMA
SIKHATUN KHASANAH
A01401965
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2016/2017
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................... i
HALAMAN ORISINALITAS........................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................. iv
DAFTAR ISI.................................................................................... v
KATA PENGANTAR...................................................................... vii
ABSTRAK........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................... 3
1.3. Tujuan Studi Kasus.................................................. 3
1.4. Manfaat Studi Kasus................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Puastaka.................................................. 5
2.1.1. Asuhan keperawatan dalam gangguan cairan dan
Elektrolit.............................................................. 5
2.1.1.1. Pengkajian .......................................... 5
2.1.1.2. Diagnosa keperawatan ........................... 8
2.1.1.3. Perencanaan keperawatan ....................... 8
2.1.1.4. Pelaksanaan keperawatan ....................... 13
2.1.1.5. Evaluasi keperawatan .......................... 20
2.1.2.Penyakit Diare dengan gangguan Cairan dan
elektrolit......................................................... 21
2.1.2.1. Pengertian diare....................................... 21
2.1.2.2. Penyebab diare........................................ 21
2.1.2.3. Tanda dan gejala diare........................... 22
2.1.2.4. Akibat penyakit diare............................. 23
2.1.2.5. Patofisiologis diare.................................. 23
2.1.2.6. Pengertian Cairan dan Elektrolit.............. 23
vi
2.1.2.7. Fungsi cairan........................................... 24
2.1.2.8. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan
Cairan dan elektrolit............................................. 24
2.1.2.9. Proporsi cairan tubuh............................... 25
2.1.2.10.Masalah kebutuhan elektrolit.................. 25
2.1.2.11.Kebutuhan cairan dan elektrolit.............. 27
2.1.3. Tumbuh kembang Balita.............................................. 27
2.1.3.1. Pengertian balita....................................... 27
2.1.3.2. Tumbuh kembang balita ......................... 27
2.1.4. Kerangka Teori............................................................ 28
BAB III METODE STUDI KASUS
3.1. Jenis/Desain/Rancangan ................................................ 29
3.2. Subjek studi kasus.......................................................... 29
3.3. Fokus studi kasus........................................................... 29
3.4. Definisi operasional........................................................ 30
3.5. Instrumen studi kasus..................................................... 30
3.6. Metode pengumpulan data............................................. 30
3.7. Lokasi dan waktu stdui kasus........................................ 31
3.8. Etika studi kasus ............................................................ 31
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi Kasus............................................................ 32
4.1.1 Fokus Asuhan Keperawatan klien 1...................... 32
4.1.2 Fokus Asuhan Keperawatan klien 2...................... 39
4.2 Pembahasan Studi Kasus................................................. 44
4.3 Keterbatan Studi Kasus................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................... 49
5.2 Saran............................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
vii
KATA PENGANTAR
Assalamungalaikum wr.wb
Dengan mengucapkan sukur alhamdulillah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DIARE DENGAN
GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DIRUMAH SAKIT RSUD Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN” laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Selesainya laporan ini tidak lain berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Alloh SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar.
2. Kepada kedua orang tua ( Bpk Khabib Soleh dan Ibu Ma’fiyah ) yang
telah memberikan kasih sayang, semangat serta do’a dan materi.
3. Ibu Herniyatun, M.Kep.Sp.Mat Selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
4. Ibu Nurlaila, M.Kep selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
5. Ibu Ning Iswati, M.Kep Pembimbing Akademik Karya Tulis Ilmiah yang
telah banyak memberikan support dan bimbingan kepada penulis.
6. Segenap Staf, Dosen dan Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong yang telah berkenaan memberikan bimbingan
dan arahan materi selama penulis menempuh pendidikan.
7. Teman-teman kelas C seperjuangan yang telah memberikan semangat dan
do’a.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan laporan ini.
viii
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ujian akhir program ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.
Gombong, Agustus 2017
Sikhatun Khasanah
(A01401965)
ix
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2017
Sikhatun Khasanah1. Ning Iswati
2.
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DIARE
DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI RUANG MELATI RSUD Dr. SOEDIRMAN
KEBUMEN
Latar belakang : Dehidrasi pada diare dapat menyebabkan kekurangan volume cairan
dan elektrolit pada tubuh. Jika tidak cepat di tangani, ini dapat menyebabkan kematian.
Tujuan penulis : Menggambarkan asuhan keperawatan pasien diare dengan gangguan
cairan dan elektrolit.
Metode Penulisan : Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan
studi kasus (case study approach), data diperoleh dari wawancara, pemeriksaan fisik,
observasi, rekamedik dan studi dokumen. Subjeknya dua orang pasien, yaitu anak 8 bulan
dan 3 tahun.
Hasil : Dalam asuhan keperawatan kedua pasien dengan diare, mengalami kekurangan
volume cairan dan lektrolit. Pengkajian didapatkan kedua pasien mengalami peningkatan
rasa haus, terlihat lemas, rewel, tidak nafsu makan, BAB cair, berlendir serta bercampur
darah dan peningkatan leukosit. Masalah keperawatan yang muncul adalah kekurangan
volume cairan dan elektrolit dan defisit pengetahuan. Rencana keperawatan untuk
mengatasi kekurangan volume cairan dan elektrolit, antara lain: monitoring TTV, intake
dan output cairan, menganjurkan pasien untuk minum banyak, memberikan cairan, obat
sesuai intrusksi dari dokter dan melakukan pankes tentang diare. Implementasi dilakukan
selama pengelolaan 3x7 jam. Evaluasi pada kedua pasien dengan masalah kekurangan
volume cairan dan elektrolit serta defisit pengetahuan teratasi.
Kesimpulan : Memeberikan cairan pada pasien dan pankes kepada kelurganya dapat
mengatasi kekurangan cairan dan elektrolit pada diare.
Kata kunci : Diare, cairan elektrolit, pendidikan kesehatan
1. Mahasiswa
2. Pembimbing
x
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Scientific Paper, July 2017
Sikhatun khasanahˡ. Ning Iswati2.
ABSTRACT
THE NURSING CARE FOR DIARRHEA PATIENTS WITH FLUID AND
ELECTROLYTE DISORDERS IN MELATI WARD OF
Dr. SOEDIRMAN HOSPITAL
KEBUMEN
Background: Diarrheal dehydration can cause fluid volume and electrolyte deficiency in
the body. It may lead to death unless it is handled.
Objective: Describing nursing care for diarrhea patients having fluid and electrolyte
disturbances.
Method: This study is an analytical desccriptive with case study approach. Data were
obtained from interview, physical examination, observation, and documentation. The
subjects were 2 children – 8 months old and 3 years old.
Result: The nursing care showed that both patients with diarrhea had fluid volume and
electrolyte deficiency. The assessment showed that both patients got increasing thirst,
weak-look, fussiness, no appetite, liquid, mucus and blood mixed defecation and
increasing leukosit. The emerging nursing problems were fluid and electrolyte shortage
and knowledge deficit. Nursing plans to address this deficiency include monitoring the
vital signs, fluid intake and output, encouraging to drink more, giving fluid and
medecines in accordance with doctor’s instruction, and conducting health education about
diarrhea. Implementation was conducted in 3x7 hours of the management. The evalution
was that fluid volume and electrolyte shortage and knowledge deficit were resolvable.
Coclusion: Giving patients fluid and conducting health education for their family can
overcome the lack of fluid and electrolyte in diarrheal disease.
Keywords: Diarrhea, fluid, electrolyte, health education
1. Student
2. Lecturer
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diare dapat menyebabkan kematian nomer dua di dunia (WHO, 2013).
Salah satu target MDGs adalah menurunkan angka kematian pada anak, termasuk
menurunkan angka kematian yang diakibatkan oleh diare. Jika pencegahan diare
tidak dilakukan dengan cepat dan berkelanjutan, maka kemungkinan sebanyak
760.000 anak akan meninggal setiap tahunnya. Tetapi jika penanganan diare
dilakukan dengan cepat dan tepat, maka jumlah kematian akan menurun setiap
tahunnya (WHO, UNICEF, 2013).
Penyakit diare merupakan angka kematian yang tinggi di negara
berkembang. Kurang lebih 10 juta anak usia kurang dari 5 tahun meninggal setiap
tahunnya di dunia dan sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Hardi, 2012).
Diare akut merupakan penyakit di indonesia yang masih sangat tinggi.
Dengan penderita terbanyak adalah bayi dan balita. Dari hasil riset kesehatan
dasar yang dilakukan oleh kementrian kesehatan pada tahun 2007, diare akut
merupakan penyebab kematian bayi (31,4%) balita (25,2%). (Tjitrosantoso,
2013).
Di kabupaten Kebumen sendiri pada tahun 2015 penderita diare telah
mencapai targetSPM Kabupaten Kebumen (100 %) yaitu 102,4 %. Namun untuk
pencapaian penemuan penderita diare per wilayah, beberapa Puskesmas belum
mencapai target.(Sitohang ,Vensya 2011).
Diare sering menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih
lemah, sehingga mudah terkena bakteri penyebab diare. Jika diare disertai muntah
berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan). Inilah yang harus
selalu diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan
mengakibatkan kematian. Dehidrasi yang terjadi pada bayi ataupun anak akan
cepat menjadi parah. Hal ini disebabkan karena seorang anak berat badannya lebih
ringan daripada orang dewasa. Maka cairan tubuhnya pun relatif sedikit, sehingga
jika kehilangan sedikit saja cairan dapat mengganggu organ-organ vitalnya.
2
Dehidrasi akan semakin parah jika ditambah dengan keluhan lain seperti mencret
dan panas karena hilangnya cairan tubuh lewat penguapan. Kasus kematian balita
karena dehidrasi masih banyak ditemukan dan biasanya terjadi karena
ketidakmampuan orang tua mendeteksi tanda-tanda bahaya ini (Cahyono, 2010).
Diare yaitu kekurangan cairan pada tubuh dengan jumlah banyak ditandai
dengan BAB lebih dari 3x dalam bentuk cair, berlendir dan terkadang di sertai
darah. (Suriadi, 2010). Penanganan pertama diare akut yaitu menentukan tingakat
derajat dehidrasi. Tujuan utama terapi untuk mencegah dehidrasi, mengoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit secara tepat (terapi rehidrasi) dan mencegah
gangguan nutrisi (Gunardi 2008).
Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan. Cairan merupakan
komposisi terbesar dalam tubuh manusia. Cairan berperan dalam menjaga proses
metabolisme dalam tubuh. Untuk menjaga kelangsungan proses tersebut adalah
keseimbangan cairan. Cairan dalam tubuh manusia normalnya adalah seimbang
antara asupan (input) dan haluaran (output). Jumlah asupan cairan harus sama
dengan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Perubahan sedikit pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tidak akan memberikan dampak bagi tubuh.
Akan tetapi, jika terjadi ketidak seimbangan antara asupan dan haluaran, tentunya
akan menimbulkan dampak bagi tubuh manusia. Pengaturan keseimbangan cairan
tubuh, proses difusi melalui membran sel, dan tekanan osmotik yang dihasilkan
oleh elektrolit pada kedua kompartemen (Mubarak, 2007) .
Cairan dan elektrolit sangat penting mempertahankan keseimbangan atau
homeostosis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air
yang mengandung partikel - partikel bahan organik dan anorganik yang vital
untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen - komponen kimiawi
(FKUI, 2008).
Dalam tubuh, fungsi sel bergantung pada keseimbangan cairan dan
elektrolit. Keseimbangan ini diurus oleh banyak mekanisme fisiologik yang
terdapat dalam tubuh sendiri. Pada bayi dan anak sering terjadi gangguan
keseimbangan tersebut yang biasanya disertai perubahan Ph cairan tubuh (Irwan,
3
2013). Gangguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia fisiologis yang harus dipenuhi, apabila penderita telah banyak
mengalami kehilangan air dan elktrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Terutama
diare pada anak perlu mendapatkankan penanganan yang cepat dan tepat sehingga
tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak (Sodikin, 2011).
Angka kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada
kualitas pelayanan kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan
salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan yang optimal, kurang
berhasilnya usaha dalam proses pencegahan diare merupakan salah satu faktor
yang harus diperhatikan karena jika upaya pencegahan tidak ditangggulangi
dengan baik, maka peningkatan penyakit diare pada balita akan semakin
meningkat (Depkes, 2010).
Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dalam
bentuk karya ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami
diare dengan gangguan cairan dan elektrolit di RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
Penulis berharap dengan studi kasus ini dapat memberikan asuhan keperawatan,
mengimplementasikan sesuai dengan intervensi yang sudah direncakan dan dapat
memberikan manfaat bagi penyakit diare dan tidak menyebabkan komplikasi yang
serius.
1.2 Rumusan masalah
Bagiaman gambaran asuhan keperawatan pasien diare dengan gangguan cairan
dan elektrolit pada balita di RSUD Dr. Soedirman Kebumen ?
1.3 Tujuan studi kasus
Tujuan umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pasien diare dengan gangguan cairan dan
eletrolit.
Tujuan khusus
1.3.1 Mendiskripsikan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien diare
dengan gangguan cairan dan elektrolit
1.3.2 Mendiskripsikan diagnosa keperawatan dengan gangguan cairan dan
elektrolit
4
1.3.3 Mendiskripsikan rencana asuhan keperawatan diare dengan gangguan
cairan dan elektrolit
1.3.4 Mendiskripsikan implementasi asuhan keperawatan diare dengan
gangguan cairan dan elektrolit
1.3.5 Mendiskripsikan dalam mengevaluasi asuhan keperawatan diare dengan
cairan dan elektrolit
1.4 Manfaat studi kasus
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit diare serta
cara penanganan pada pasien diare.
2. Bagi Pengembangan ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
pemenuhan gangguan cairan dan elektrolit pada pasien diare.
3. Bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,
studi kasus dengan ganggauan cairan dan eletrolit pada pasien diare.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Husein dan Hasan, Rusepno. Editor. 2010. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1985. hal. 283: 312.
Alireza, dkk. 2017. Evaluation of water and electrolytes disorders in severe acute
diarrhea patients treated by WHO protocol in eight large hospitals in
Tehran; a nephrology viewpoint. J Renal Inj Prev. 2017; 6 (2): 109-112.
Anggraini, Dwi Yanti dan Budi Sutomo. Menu Sehat Untuk Batita dan Balita.
2010. Demedia: Jakarta.
Anonim. Tata Laksana Penderita Diare. Retrieved 25 Februari, 2013
Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA NIC-NOC jilid 1 tahun 2013.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Cahyono, Dwi Anton Budi dan Dyah Andari. 2010. Mudah dan Hemat Hidup
Sehat.Solo : Pustaka Arafah.
Departemen Kesehatan Rebuplik Indonesia. 2008. Manajemen Terpadu Balita
Sakit. Jakarta.
Depkes RI, 2010, Hasil evaluasi program pemberantasan penyakit diare,
Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan, Jakarta.
Depkes. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan. edisi 2011. Depkes RI.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.
FKUI (2008). Gangguan Keseimbangan Air – Elektrolit Dan Asam – Basa.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Gunardi, H. 2011. Kumpulan Tips Pediatri.Edisi 2 cetakan pertama. Badan
Penerbir IDAI
Hardi, A. R., Masni, Rahma. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Diare Pada Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Baranglompo
Kecamatan Ujung Tanah Tahun 201. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanudin, Makassar.
Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
http://nursingbegin.com/askep-diare-anak/ di akses pada 11 Juni 2017
jam 21.00 wib.
IDAI. 2008. Diare pada anak. Retrieved July 27, 2017, from http://idai.go.id.
Juffrie. 2010. Gastroenterologi-hepatologi, jilid 1. Jakarta: Badan penerbit IDAI.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasidiare di Indonesia. Retrieved
Desember17, 2013, fromwww. depkes. go.
id/downloads/Buletin%20Diare_Final. Di unduh pada tanggal 02 mei
2017 jam 20.30 wib.
Mazdumer et al. 2010. Effectiveness of zinc supplementation plus oral rehydration
salts for diarrhoea in infants aged less than 6 months in Haryana state,
India. Bull World Health Organ. 88 (10.2471): 754–760.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori &
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta, EGC.
Mubarak. Irwan, dkk (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan
pertama. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestina: Aplikasi asuhan keperawatan
Medikal Bedah. Jakata: Salemba Medika.
Nanda Internasional. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta: EGC. Salemba Medika.
Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Rocha, Carminate, Tibirica, Carvalho, Silva, Chebli . 2012. Acute Diarrhea in
Hospitalized Children of the Municipality of Juiz de fora, mg, Brazil:
Prevalence and Risk factors associated with disease severity. Arq.
Gastroenterol. 49 (4): 259-265.
Saputra, Lyndo. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang:
Binarupa Aksara.
Sitohang, vensya. 2011. Situasi diare di Indonesai: sekertaris jenderal kemkes RI.
Sitorus, 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak, Jakarta, Yrama Widya.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Soetjiningsih. 2014. Tumbuh kembang anak jilid II. Jakarta: EGC.
Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Suratmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Denpasar: CV.
Sagung Seto.
Suriadi, Rita Yuliana. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto.
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawata Klien Gangguan Keseimbangan
Cairan & Elektrolit. Jakarta: ECG.
Tjitrosantoso Heedy, Korompis Fras, dkk. (2013). Studi penggunaan obat pada
penderita diare di instasi rawat inap BLU RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou
manado priode januari-juni 2012. http://ejurnal . uniset. ac. id diakses
pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 20.30 WIB.
Utami, Rahayu Sari. 2015. Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan
Gangguan Gastroenteritis Dehidrasi Sedang.Volume 2 No 1- Januari
2015.
Walgito, Bimo. (2010). Bimbingan dan Konseling Studi & Karir. Yogjakarta:
Andi.
Wardani, S. 2016. Asuhan Keperawatan Manajemen Diare Pada Anak Yang Oleh
Perawat Di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1 (1):
24-31.
Wardani, Septi. 2016. Manajemen Diare Pada Anak Oleh Perawat Di Rumah
Sakit. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1 (1) 2016.
WHO, UNICEF. (2013). Ending Preventable Child Deaths from Pneumonia and
Diarrhoea by 2025 The integrated Global Action Plan for Pneumonia
and Diarrhoea (GAPPD). WHO. France.
WHO. 2010. World Health Statistics 2010: Causes of death.
Widoyono. (2012). Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasan. Erlangga Medical Series: Jakarta.
Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Ed. 9. Jakarta: EGC.
Wong L. D. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Wong, EDG. 6.Vol 2.
Jakarta: EDG.
Wong, Donna L.2009. Buku Ajar Keperawatan pediatrik, alih bahasa Andry
Hartono, Sari Kurnianingsih, Setiawan editor edisi bahasa Indonesia.
Edisi 6. Jakarta: EGC.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Penjelasan untuk mengikuti penelitian (PSP)
Lampiran 2 : Informasi dan pernyataan persetujuan (Informed consent)
Lampiran 3 : Bukti proses bimbingan
Lampiran 4 : Kuisoner penyakit diare
Lampiran 5 : Satuan acara penyuluhan (SAP) penyakit diare
Lampiran 6 : Lembar balik penyakit diare
Lampiran 7 : Liflet penyakit diare
Lampiran 8 : Intruksi kerja penilaian balance cairan
Lampiran 9 : Asuhan keperawatan penyakit diare
Lampiran 10 : Pengkajian tumbuh kembang menurut KPSP
Lampiran 11 : Jurnal
Lampiran 1 : Penjelasan untuk mengikuti penelitian (PSP)
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)
1. Kami adalah peneliti berasal dari institusi/jurusan program studi DIII
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong. Dengan ini
meminta anda untuk berpartisipasi dengan suka rela dalam penelitian
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami
Gangguan Diare Dengan Masalah Cairan Dan Elektrolit Di RSUD
Dr. Soedirman”.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan
keperawatan klien yang mengalami gangguan Diare mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan yang dapat
memberikan manfaat berupa diantaranya dapat meningkatkan
pengetahuan tentang penyaki diare serta cara penanganan diare.
Penelitian ini akan berlangsung selam 3 hari.
3. Prosedur pengambilan bahan dan cara wawancara terpimpin dengan
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang
lebih 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan
tetapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk
kepentingan pengambilan asuhan atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada
penelitian ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan
asuhan atau tindakan yang diberikan
5. Nama dan jati diri anda bersama seluruh informasi yang saudara
sampaikan akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian
ini, silahkan menghubungi peneliti pada no Hp 083863637448.
Peneliti
Sikhatun Khasanah
Lampiran 2 : Informasi dan pernyataan persetujuan (Informed consent)
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya
telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai
penelitian yang akan dilakukan oleh Sikhatun Khasanah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Diare dengan
Gangguan Cairan dan Elekktrolit di Rumah Sakit RSUD Dr.
Soedirman Kebumen”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian
ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya
menginginkan mundur diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-
waktu tanpa sanksi apapun.
Kebumen, Juli 2017
Saksi Yang memberikan persetujuan
................................ ........................................
Kebumen, Juli 2017
Peneliti
Sikhatun Khasanah
Lampiran 4 : Kuisoner penyakit diare
KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENYAKIT
DIARE DI RUMAH SAKIT
A. Identitas responden (diisi oleh peneliti)
Nama responden :
1. Suatu kondisi dimana seseorang buang air besar sebanyak 3x atau
lebih dalam satu hari dan tinja yang keluar berupa cairan encer berupa
lendir atau bercampur darah disebut ?
a. Muntah
b. Mencret ( diare )
c. Sakit perut
2. Berapa kali buang air besar dalam sehari ? jika disebut sebagai
penderita diare.
a. 1-3x sehari
b. Lebih dari 3x sehari dan tinjanya encer
c. Tidak tahu
3. Apa yang anda tahu tentang penyebab diare ?
a. Bakteri dan makanan yang kotor
b. Kuman penyakit
c. Tidak tahu
4. Darimana sajakah penularan penyakit diare pada anak-anak ?
a. Makanan, kurang menjaga kebersihan
b. Lalat
c. Semuanya benar
5. Bagimanakah penyakit diare ditularkan
a. Air dan udara
b. Makan dan minuman
c. Tidak tahu
6. Bagimana cara pencegahan diare
a. Tidak mencuci tangan setelah buar air besar maupun kecil
b. Selalu mejaga kebersihan makan dan minuman
c. Tidak mengonsumsi makanan pedas-pedas
7. Apa yang anda lakukan pertama kali jika anak anda terkena diare ?
a. Langsung dibawa kerumah sakit
b. Dibiarkan
c. Memberikan oralit dengan cara melarutkan garan dan gula
8. Makanan apa saja yang harus di konsumsi saat anak terkena penyakit
diare?
a. Makanan yang merngandung serat-seratan seperti apel, sayur-
sayuran dll
b. Makanan mie instan, gorengan dan lain-lain
c. Tidak tahu
9. Apa ciri-ciri anak yang terkena diare dengan dehidrasi sedang ?
a. Rewel dan mata cekung
b. Merasa haus terus-menerus
c. Semua benar
10. Kapan anak dengan penyakit diare dibawa kedokter atau rumah sakit
a. Muntah-muntah dan BAB lebih dari 3x serta tinja dalam bentuk
encer
b. Muntah dan panas
c. Rewel dan BAB 2x dalam sehari
11. Bagaimana cara anda dalam membersihkan kotoran anak anda setelah
buang air besar ?
a. Dibersihkan dari depan kebelakang
b. Dibersihkan dari belakang kedepan
c. Tidak tahu
Keterangan
1. benar 1- 4 : pengetahuan orang tua terhadap penyakit diare
sangat kurang
2. benar 4 - 7 : pengetahuan orang tua terhadap penyakit diare
kurang
3. benar 7 – 11 : tidak ada masalah dalam pengetahuan orang tua
terhadap penyakit diare
Lampiran 5 : Satuan acara penyuluhan (SAP) penyakit diare
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
( S A P )
PENYAKIT DIARE BALITA
1. Topik : Gangguan Sistem Gastrointestinal (Pencernaan)
2. Sub topik : Diare
3. Tujuan
3.1.Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit
pasien atau keluarga pasien diharapkan dapat mengetahui penyakit Diare
dan hal-hal apa saja yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit dan
tindakan apa saja yang harus dilakukan saat sakit dan pencegahanya.
3.2.Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Diare selama 1x30 menit
peserta mampu
a. Menyebutkan kembali penyebab dari penyakit Diare
b. Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari penyakit Diare
c. Menyebutkan kembali hal-hal yang harus dilakukan dalam menangani
penyakit Diare.
4. Sasaran : Keluarga balita yang sedang mengalami Diare
5. Metode : Ceramah, diskusi dan tanya jawab
6. Media : Liflet dan lembar balik
7. Waktu
Hari/tanggal : Kamis, 13 Juli 2017
Jam : 14.30 WIB
Lama waktu : 1x30 menit
8. Tempat : RSUD Dr. Soedirman Kebumen ruang Melati
9. Strategi Pelaksanaan
No Waktu Tahapan
Kegiatan
Kegiatan
Penyuluh Keluarga
1 5 menit
Pembukaan
o Perkenalan
- Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Mengingatkan kontrak
- Menjelaskan tujuan
pembelajaran
- Menyebutkan
materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan
- Menjawab salam
- Peserta ingat
dengan kontrak
- Memperhatikan
- Kooperatif
peserta mengerti
tujuan
2
15 menit
Pelaksanaan
o Penyampaian
materi
o
- Menjelaskan materi
penyuluhan secara
berurutan dan teratur :
1. Menjelaskan
pengertian penyakit
Diare
2. Menjelaskan Tanda
dan Gejala penyakit
Diare
3. Menjelaskan
Penyebab penyakit
Diare
4. Menjelaskan
Akibat dari
penyakit Diare
5. Menjelaskan Proses
penyakit Diare
6. Menjelaskan Cara
penanganan pada
penyakit Diare
- Peserta
mendengarkan
penjelasan dari
perawat
- Peserta
memperhatikan
7. Menjelaskan
makanan yang baik
dikonsumsi pada
penyakit diare
3 8 menit
Evaluasi
- Meminta klien untuk
mejelaskan atau
menyebutkan kembali :
1. Penyabab dari
penyakit diare
2. Tanda dan gejala
dari penyakit diare
3. Penanganan dari
penyakit diare
- Memberikan pujian
atas keberhasilan klien
dalam menjawab.
- Persta mampu
menjawab
- Peserta terlihat
senang dan
tersenyum
4 2 menit Penutup
- Mengucapkan
trimakasih, kontrak
waktu kembali di lain
hari jika materi belum
selesai dan
mengucapkan salam
- Peserta
menjawab salam
10. Penyuluh : Sikhatun Khasanah
11. Isi materi : Terlampir
12. Evaluasi
1. Evaluasi persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari sebelum ke RS
b. Media sudah siap sebelum ke RS
c. SAP sudah siap sebelum ke RS
d. Tempat sudah siap 2 jam sebelum pankes
2. Evaluasi proses
a. 75 % datang tepat waktu
b. Peserta memperhatikan penjelasan perawat
c. Peserta aktif bertanya dan memberikan pendapat
d. Media dapat digunakan secara efektif
3. Evaluasi hasil
a. Dapat menyebutkan kembali tentang penyebab penyakit diare
b. Dapat menyebutkan tanda dan gejala pada penyakit diare
c. Dapat menyebutkan hal-hal yang harus dilakukan dalam mencegah
timbulnya penyakit diare.
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian penyakit Diare
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran,
serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lender darah. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian diare yaitu susu formula (Hidayat, 2012)
2. Klasifikasi diare
Diare terbagi 2 , yaitu ;
1. Diare Akut
Diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 3 -7 hari
pada bayi dan anak.
2. Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
3. Penyebab penyakit Diare
Menurut Hasan dan Alatas (2010), diare disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :
A. Faktor Infeksi
1. Bakteri :Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas.
2. Virus : Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
3. Parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomona s
hominis), jamur (Candida albicans).
B. Faktor Malabsopsi
1. Malabsorpsi karbohidrat, yaitu pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut.
Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
2. Malabsorpsi lemak, yaitu terdapat lemak dalam makanan yang
disebut triglyserida.Triglyseridadengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika
tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah
tinja mengandung lemak.
3. Malabsorpsi protein, yaitu kesulitan penyerapan nutrisi dari makanan
yang mengandung protein.
C. Faktor makanan seperti makanan yang sudah basi, makanan yang
tercemar, terlalu banyak lemak, beracun, kurang matang, dan alergi
terhadap makanan.
4. Gejala dan Tanda penyakit Diare
Menurut Suraatmaja (2010), tanda dan gejala diare yaitu bab lebih
dari 3 kali, dengan konsistensi lembek, ada/tanpa darah. Gejala awal diare
adalah anak gelisah, menjadi cengeng, suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah
diare. Hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, karena banyak kehilangan
air dan elektrolit. Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare
dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan
cairan dan elektrolit akhirnya tampak dehidrasi yaitu berat badan turun,
turgor kulit menurun, mata dan ubun–ubun cekung, selaput lendir dan mulut
ikut kering. Bila dehirasi berat maka volume darah akan berkurang dengan
demikian nadi akan cepat dan kecil, denyur jantung cepat, tekanan darah
menurun, kasadaran menurun yang akhirnya terjadi syok .
5. Akibat Penyakit penyakit Diare
Menurut Vivian (2010), diare dapat menyebabkan beberapa komplikasi
berikut:
1. Dehidrasi : ringan, sedang, dan berat.
2. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
3. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
4. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang,
pengeluaran bertambah).
6. Proses penyakit Diare
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan
oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi
enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan
peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan
terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar
yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
A. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap
oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
B. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga
usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
C. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik,
hipokalemia)
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
3. Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.
7. Penanganan pada penyakit diare
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan diare
adalah masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini
bila tidak segera diatasi dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan
anak-anak. Bagi penderita diare ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi
berat maka perlu dibantu dengan cairan intravena atau infus. Hal yang tidak
kalah penting dalam menanggulangi kehilangan cairan tubuh adalah
pemberian makanan kembali (refeeding) sebab selama diare pemasukan
makanan akan sangat kurang karena akan kehilangan nafsu makan dan
kehilangan makanan secara langsung melalui tinja atau muntah dan
peningkatan metabolisme selama sakit. (sitorus, 2008).
Apabila seseorang sudah mengalami diare, maka perlu dilakukan
treatment agar diare dapat segera berhenti. Berikut ini adalah beberapa
treatment untuk menanggulangi penyakit diare:
1. Rehidrasi yaitu dengan cara mengkonsumsi oralit. Minum cairan oralit
sebanyak mungkin penderita bisa meminumnya. Minum oralit tidak
perlu dalam jumlah banyak sekaligus, tetapi oralit diminum dalam
jumlah yang sedikit dan dengan frekuensi yang sering akan lebih baik
dilakukan. Satu bungkus oralit dilarutkan dalam 200 ml air matang.
Apabila oralit tidak tersedia, maka oralit bisa dibuat dengan cara
membuat larutan gula garam. Caranya yaitu dengan melarutkan dua
sendok teh gula pasir dan seujung sendok garam dapur ke dalam satu
gelas air matang. Rehidrasi juga dapat dilakukan dengan cairan
intravena terutama pada kasus dehidrasi yang berat atau shock.
2. Suplementasi zinc, yang berfungsi untuk mengurangi durasi diare
sampai 25% dan dapat mengurangi volume feses hingga 30%.
3. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat gizi, diutamakan bagi
pasien diare yang disebabkan karena malnutrisi.
4. Pemberian terapi farmakologik
1. Antibiotik
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap
penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare
dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat
tinja. Pada penderita diare, antibiotik boleh diberikan bila:
a. Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik
dan atau biakan.
b. Pada pemeriksaan mikroskopik dan atau mikroskopik
ditemukan darah pada tinja.
c. Secara klinis terdapat tanda- tanda yang menyokong adanya
infeksi anteral.
d. Di daerah endemik kolera.
e. Neonatus yang diduga infeksi nosokomial. Antibiotik oral
yang dapat diberikan untuk disentri yaitu yang dianjurkan
untuk shigella:
2. Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat
salisilat (asetosal, aspirin) dalam dosis rendah (25mg/tahun/kali)
selain berguna untuk menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi
atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang
keluar bersama tinja.
5. Pemberian zinc
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi Buang Air Besar
(BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
diare pada tiga bulan berikutnya (lintas diare, 2011).
6. Pemenuhan nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai
umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan
sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan
diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah
serat, buah-buahan diberikan terutama pisang (Hegar B. Dan
Handryastuti S., 2009).
8. Sebaiknya berikan makanan lunak ke anak agar sistem pencernaan anak
tidak terlalu bekerja keras untuk dapat mencerna makanan. Berikan anak
makanan seperti:
1. Pisang, dan buah-buahan lain
2. Nasi tim atau bubur nasi
3. Roti
4. Daging, ayam, ikan yang direbus atau dipanggang
5. Telur matang
6. Sayuran matang yang tidak mengandung banyak serat, seperti wortel
7. Kentang rebus atau panggang
8. Yogurt.
DAFTAR PUSTAKA
.
Alatas, Husein dan Hasan, Rusepno.Editor.2010. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1985.hal.283: 312.
Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Jakarta:http://nursingbegin.com/askep-diare-anak/ di akses pada 11 Juni
2017 jam 21.00 wib.
Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi asuhan keperawatan
Medikal Bedah. Jakata: Salemba Medika.
Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Suratmaja, Sudaryat. 2007.Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.Denpasar: CV.
Sagung Seto.
Lampiran 8 : Intruksi kerja penilaian balance cairan
INTRUKSI KERJA
PENILAIAN BALANCE
CAIRAN
Nomor 21
Revisi ke 02
Tanggal berlaku 09092009
PENGERTIAN Penghitungan keseimbangan cairan masuk dan keluar tubuh
TUJUAN Mengetahui status cairan tubuh :
1. Mengetahui jumlah masukan cairan
2. Mengetahui keluaran cairan
3. Mengetahui balence cairan
4. Menentukan kebutuhan cairan
KEBIJAKAN Pasien dengan kecenderungan gangguan regulasi cairan
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Alat tulis
2. Gelas ukur urin
PROSEDUR
PELAKSANA
A Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan pengecekan program terapi
2 Mencuci tangan
B Tahap Orientasi
1 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/klien
C Tahap Kerja
1 Membaca tasmiyah dan menghitung intake oral (minum)
2 Menghitung intake oral (makan)
3 Menghitung intake parenteral
4 Menghitung cairan metabolisme
5 Menghitung output urin
6 Menghitung output feses
7 Menghitung output abnormal (muntah, drain, perdarahan
dll)
8 Menghitung output IWL
9 Menghitung balence cairan
D Tahap Terminasi
1 Membaca tahmid dan berpamitan dengan klien dan keluarga
klien
2 Mengbereskan alat-alat
3 Mencuci tangan
4 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI, Dirjenyanmed, 1991. Prosedur
Perawatan Dasar, Direktorat Rumah Sakit Dan Pendidikan.
Potter, P.A., Perry, A.G., 1996, Fundamentals of Nursing,
St.Louis, Mosby Company.
Rider, j., et.al, 1995, Modules for Basic Nursing Skills,
Philadelphia, Lippincott.
Smeltzer, S.C., Bare,B.G.,2002, Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth, Alih Bahasa: Monica Ester, EGC;
Jakarta
Sumber Team departemen basic skill of nursing/kebutuhan dasar
manusia.2009/2010.KETRAMPILAN DASAR KEPERAWATAN/
BASIC SKILL OF NURSING (KDM/BSN). Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Lampiran 9 : Asuhan keperawatan penyakit diare
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
GASTROINTESTINAL DI RUANGAN MELATI RUMAH SAKIT Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN
Tanggal masuk : 11-07-2017 jam 20.00 wib
Tanggal pengkajian : 11-07-2017 jam 20.30 wib
Nama pengkajian : Sikhatun khasanah
Ruangan : Melati
A. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas klien
Nama : An.Aliya
Tanggal lahir : 06 november 2016
Umur : 8 bulan 4 hari
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 7,2 kg
PB/TB : 60 cm
Alamat : Alian
Agama : Islam
Pendidikan :
Suku bangsa : Jawa
No RM : 351041
Diagnosa : GEA dehidrasi sedang
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.H
Umur : 24 th
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan : Ibu kandung
c. Keluhan utama : BAB cair dan berlendir.
d. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit kurang lebih 2
hari mengalami mencret, dalam satu hari lebih dari 6x cair dan
berlendir dan muntah selama dua hari kurang lebih 5x. Pasien datang
kerumah sakit dengan rujukan dari rumah sakit wijaya kusuma dengan
gangguan GEA dehidrasi dan vomitus dan disarankan untuk di
lakukan pemberian cairan serta dilakukan rawat inap. Saat di IGD
pasien di berikan cairan infus KAEN 32tpm, pasien muntah 1x saat
setelah diberikan ASI. BAB pasien saat di IGD sampai di bawa ke
ruangan pasien baru di ganti diapers sebanyak 4x dengan konsistensi
cair dan berlendir, BAB dan BAK di dalam diapers.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu klien mengatakan An. AL sebelumnya belum pernah mengalami
atau menderita diare dan baru kali ini dirawat dirumah sakit karena
penyakit diare.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat pengkajian diperoleh data bahwa anggota keluarga klien yaitu
dari ibu pernah mengalami penyakit diare kurang lebih 1 minggu yang
lalu tetapi tidak sampai dirawat dirumah sakit.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Pre natal : saat hamil ibu sering memeriksakan kehamilannya pada
bidan mendapat imunisasi TT 1x, vitamin dan penambahan darah
serta ibu klien mengatakan merupakan anak pertama dan belum
pernah mengalami keguguran sebelumnya.
b. Riwayat persalinan : An. AL lahir dengan BB 2500 gram, panjang
badan 46 cm lahir dengan normal dirumah bersalin di bantu oleh
bidan desa dengan umur kehamilan 9 bulan.
c. Post natal : tidak ada kelainan pada An. AL setelah kelahiran,
anggota tubuh lengkap, anus ada, genitalia ada.
5. Riwayat imunisasi
Keluarga mengatakan anak sudah mendapat imunisasi HB 0,BCG,
DPT I,II,III, polio I,II,III,IV, MMR.
6. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan : Berat badan saat ini 7,2 kg, gigi klien sudah
tumbuh depan dan bawah 4 di tambah samping atas 1 buah.
Perkembangan : Anak sudah bisa belajar tengkurap sendiri, dapat
menggeleng-gelengkan kepala, bisa memegang roti serta
memasukanya sendiri, bisa mengungkapkan rasa gembira atau
sedihnya dengan berteriak dan lain-lain sesuai pengkajian KPSP umur
6 bulan.
7. Genogram
8. Kebutuhan cairan
Hasil Penghitungan Balance Cairan An. AL mulai dari tanggal 12-14
Juli 2017
Tanggal Input Output Balance Cairan
12-07-2017 Minum+ ASI
330cc
Infus 224cc
Antibiotik 1.8cc
Total 555.8cc
Diapers 420cc
IWL 63cc
Total 483cc
BC=Input-
Output
BC=555.8-483
BC=72.8cc/7
jam
13-07-2017
Minum+ASI
153.7cc
Infus 224cc
Diapers 320cc
IWL 63cc
Total 383cc
BC=Input-
Output
BC=379.5-383
Antibiotik 1.8cc
Total 379.5cc
BC=-3.5cc/7
jam
14-07-2017 Minum+ASI
135cc
Infus 224cc
Antibiotik 1cc
Total 360cc
Diapers 240cc
IWL 63cc
Total 303cc
BC=Input-
Output
BC=360-303
BC=57cc/7 jam
9. Kebutuhan kalori
Rumus : BB x 100
: 7,2 x 100
: 720 kkal
10. Pola pengkajian gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga klien mengatakan bahwa kesehatan sangatlah penting
khususnya An. AL karena masih balita. Saat mengetahui anaknya
mengalami mencret, muntah serta demam klien langsung dibawa
ke dokter terdekat, kelurga juga mengatakan saat membersihkan
BAB pada klien yaitu dengan air hangat atau tissu basah serta
gerakan dimulai dari belakang kedepan.
b. Pola Nutrisi dan Metebolik
Sebelum sakit An. AL makan sesuai porsi yang diberikan oleh
ibunya 3x/hari selalu habis dan terkadang lebih, jenisnya nasi yang
dihaluskan, kuah sayuran,lauk dan ASI. Selama sakit An. AL rasa
haus meningkat, An. AL hanya mau minum ASI sehari kurang
lebih 5x, serta air putih 3 botol dot ukuran 60 ml dan tidak nafsu
makan.
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan pasien BAB sehari kurang
lebih 3x dengan konsistensi lembek warna kuning bau khas, BAK
sehari kurang lebih 5x dengan warna kuning bau khas. Saat sakit
Ibu klien mengatakan An. AL 2 hari SMRS mengalami diare
kurang lebih 5x BAB cair tidak bercampur darah, muntah pada
hari 2 SMRS kurang lebih 3x. Saat diruangan An. A BAB lebih
dari 5x dengan konsistensi cair dan terdapat lendir dan sudah ganti
diapers selama 4x, dengan berat 500 c. Untuk BAK An. AL tidak
terkaji karena di pasang diapers.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit klien sangat aktif jarang terlihat rewel, pasien juga
sering bermain di lantai dan selama sakit klien banyak tidur di
dampingi oleh ibunya, klien terlihat lemas, sering rewel klien
jarang keluar dari ruangan, ketika jenuh An. AL minta untuk
digendong oleh ibu atau neneknya di dalam ruangan.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit An. AL tidur sehari kurang lebih 8-9 jam selalu
nyenyak tidak ada gangguan, bangun hanya ketika haus dan lapar,
selama sakit klien mengalami gangguan dalam tidurnya karena
terpasang selang infus dan sakit pada perutnya.
f. Pola Persepsi dan Kognitif
Klien tidak ada keluhan yang berkenaan dengan kemampuan
sensasi yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan
maupun sensasi perubahan. Klien juga tidak menggunakan alat
bantu pendengaran maupun alat bantu penglihatan. Ibu klien
mengatakan tinggal di daerah pegunungan jarak antara rumah
dengan tetangga sangat dekat, air yang digunakan untuk sehari-
hari yaitu dengan air sumur.
g. Pola Hubungan / Peran
Keluarga mengatakan An.AL hanya bisa menangis dan sering
rewel ketika merasa lapar dan sakit. pada saat pengkajian An.AL
terlihat tenang saat di pengang pipinya, dan selalu menangis ketika
di berikan obat lewat selang infus
h. Pola Reproduksi dan Seksual
An. AL berjenis kelamin perempuan dengan umur 8 bulan 4 hari,
tidak ada gangguan diorgan reproduksinya. Keluarga klien juga
mengatakan bahwa anakanya adalah anak pertama keluarga sangat
mencemasakan kondisi An. AL terutama neneknya karena
mencret terut-menerus.
i. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Ibu An. AL mengatakan bahwa anaknya mengalami ketakutan saat
melihat orang yang baru dikenal, Setiap dilakukan tindakan
keperawatan pada An. AL selalu menangis terutama ketika
melihat orang yang memakai baju putih-putih.
j. Pola Mekanisme Koping
An. AL ketika merasa takut hanya melihat petugas perawat yang
merawatnya sambil menangis dan minta di gendong oleh ibu atau
neneknya.
k. Pola Nilai Kepercayaan / keyakinannya
Keluarga An.AL beragama islam dan Alhamdullilah dalam
keluarga klien tidak ada keyakinan / kebudayaan yang
bertentangan dengan kesehatan maupun dalam pengobatan yang
dijalani.
B. DATA OBJEKTIF
Pengkajian Fisik
1. Penampilan / keadaan umum : Klien terlihat lemas
2. Tingkat kesadaran : Composmetis
3. Tanda – tanda vital
Suhu : 37 0C
Respirasi rate: 18 x /menit
Nadi : 99 x/menit
4. Pengukuran Autopometri
Berat Badan : 7,2 kg
Tinggi Badan : 60 cm
1. Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan, ubun-ubun
normal.
Rambut : Hitam, bersih, bau wangi
Mata : Tidak Cekung, konjungtiva anemis, tidak ada
sedikit secret dan air mata tidak kering.
Hidung : Tidak ada sekret, tidak memakai selang oksigen
dan NGT.
Telinga : Kemampuan mendengar normal, simetris tubuh,
tidak ada nyeri, tidak ada sekret / pembengkakan
Mulut : Selaput mukosa lembab, gigi baru keluar 5, 4 di
depan atas bawah dan satu di samping kanan atas.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
peningkatan JVP
2. Dada dan Thoraks : pergerakan dada dan thorak seimbang, tidak
nampak penggunaan otot bantu pernafasan
5. Abdomen
Inspeksi : Kembung, tidak ada luka, bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus > 30 x /menit
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
Perkusi : Hipertimpani
6. Genital : Tidak menggunakan kateter serta tidak mengalami
iritasi pada daerah pantat
7. Anal : Ada kemerahan.
8. Ekstremitas : Kuku bersih, turgor kulit normal, akral hangat,
capilary refill time < 2 detik, untuk mobilitas dan
keamanan (koordinasi otot,pergerakan tubuh) di
semua ekstremitas baik, terpasang infus KAEN di
lengan kanan dengan 32 tpm
9. Data penunjang
1. Laboratorium 11-07-2017 jam 18:54
Pemeriksaan Hasil satuan Normal
Hemoglobin 9,2 gr/dl 10.5 -12.5
Hematokrit 30 % 35.0-43.0
Leukosit 13.3 10^3/ul 6.00-17.50
Trombosit 457 10^3/ul 229-553
Erytrosit 4.9 10^6/ul 3.60-5.20
MCV 62 fL 74.00-106.000
MCH 19 pg 21.00-33.00
MCHC 31 g/dl 28.00-32.00
SERO IMUNOLOGI
Widal
S.TYPHI O Negatif Negatif
S.TYPHI H Negatif Negatif
S. PARATYPHI O – A Negatif Negatif
S. PARATYPHY O - B Negatif Negatif
2. Pemeriksaan fese 12-07-2017 jam 10.37
Pemeriksaan Hasil satuan Nilai rujukan
Makroskopis
Warna hijau
Konsistensi lembek lunak
Eritrosit 0-1 negatif
Leokosit 0-1/1pb negatif
Mikroskopis
Bakteri negatif negatif
Telur cacing negatif negatif
Epitel feses negatif negatif
Amuba negatif negatif
Pencernaan
Serat otot negatif negatif negatif
Lemak negatif negatif
Amilun negatif negatif
3. Diet : rendah serat, nasi lunak
4. Therapy
Infus KAEN 3B 32 tpm
Ceftriaxson 2x180 mg
Antasid 2x1/3 cth
Sanmol 3x1/3 cth
Puyer zink
ANALISA DATA
NO TANGGAL
/ JAM
DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 11-07-17
jam 20.30
wib
DO :
- Ibu klien mengatakan An.
AL mencret ± 2 hari dan
dalam satu hari mencret
lebih dari 5 kali cair.
- Saat di kaji pasien BAB
sebanyak kurang lebih 5x
dengan konsistensi cair dan
berlendir.
- Ibu klien mengatakan
anaknya sering meminta
minum ASI maupun air
putih
DO :
- Akral hangat
- Pasien sering rewel
- Pasien terlihat lemas
- TTV: Suhu : 37 0C, RR: 18
x /menit, Nadi :99 x/menit
Defisit volume
cairan
Kehilngan
cairan
sekunder
terhadap
diare.
2 11-07-17
jam 20.30
wib
DS :
- Keluarga mengatakan
pengetahuan tentang
penyakit diare masih
kurang terutama pada
penanganan saat
dirumah, tanda dan gejala
serta penyebab dari
penyakit diare
DO :
- Jawaban dari kuisoner
yang diberikan pada
peneliti keluarga hanya
mendapat scor 5 dari 14
pertanyaan.
- Kriteria kuisoner
keluarga An.AL
pengetahuan tentang
penyakit diare masih
sanagat rendah.
Defisit
pengetahuan
Kurangnya
informasi
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan b.d Kehilngan cairan sekunder terhadap diare.
2. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal /
Jam
Dx Kriteria Hasil Intervensi TTD
11-07-2017
jam 21.00
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x7 jam
Fluid managemen :
1. monitor TTV
wib diharapkan masalah
keperawatan defisit volume
cairan dapat diatasi dengan
kriteria hasil sebagai berikut :
Elektrolit and acid base
balance
Indikator IR ER
1. keadaan
umum baik
2. klien tidak
merasa
haus
berlebihan
3. rewel
berkurang
4. BAB
dalam
keadaan
normal
2
2
2
2
4
4
4
4
2. Kaji tanda – tanda
Dehidrasi ( seperti
mukosa bibir kering,
penurunan turgor
kulit, bola mata
cekung)
3. monitor intake dan
output cairan untuk
menghitung balance
cairan
4. Anjurkan klien
untuk minum setelah
BAB, minum yang
banyak
5. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian atau
pemantauan cairan
infus dan pemberian
obat.
11-07-2017
jam 21.00
wib
2 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x7 jam
diharapkan masalah
keperawatan defisit
pengetahuan dapat diatasi
dengan kriteria hasil sebagai
berikut :
Disease proses
Indikator IR ER
Teaching proses
1. Memberikan
penilaian berupa
kuisoner tentang
pengetahuan orang
tua terhadap
penyakit diare
2. Memberikan
penyuluhan berupa
pankes tentang
1. Keluarga
klien dapat
memahami
tentang
penyakit
diare
terutama
penanganan,
tanda gejala
terta
penyebab
dari diare
2
5
penyakit diare
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/jam Dx Implementasi Respon Ttd
12-07-2017
jam 09.30
wib
Jam 10.00
wib
Jam 10.30
1
1
2
Melakukan pemeriksan
tanda-tanda dehidrasi
Memberikan obat
ceftriaxson
Memberikan lembaran
S : ibu pasien mengatakan
anaknya sering rewel dan
terlihat lemas serta sering
meninta ASI terkadang air
putih minum meningkat
O : adanya peningkatan
rasa haus dan pasien
terlihat lemas dan rewel
S :-
O : di berikan obat
ceftriaxson 2x180 mg
melalui injeksi selang
infus, pasien menangis
saat diberikan obat.
S : keluarga pasien
wib
Jam 11.00
wib
Jam 12.30
wib
1
1
kuisoner kepada keluarga
pasien
Melakukan pengukuran
tanda-tanda vital pasien
Mencatat intake dan aoutput
cairan pada pasien
mengatakan sangat senang
jika diadakan penyuluhan
tentang penyakit diare.
O : keluarga pasien sangat
antusias menunggu untuk
diadakan penyuluhan dan
terlihat senang.
S :-
O : nadi 99x/menit, suhu
37 0C, respirasi rate
23x/menit
S : keluarga mengatakan
hari ini BAB dan BAK di
dalam diapers dan baru di
ganti sebanyk 4x, minum
air putih sebanyak 3x
dengan botol ukuran 60ml
dan ASI sebanyak 5x.
O : cairan infus 224cc,
antibiotik 1.8cc,
minum+ASI 330cc,
diapers 420cc, IWL 63cc,
BC 72.8cc/7 jam,
kebutuhan cairan 210cc/7
jam.
13-07-2017
jam 10.00
wib
Jam 11.30
wib
1
1
Memberikan obat
ceftriaxson
Mengukur tanda-tanda vital
S :-
O : obat ceftriaxson 2x180
mg di berikan lewat selang
infus.
S :-
O : nadi 132x/menit, suhu
Jam 13.00
wib
Jam 14.30
wib
1
2
Mengukur intek dan output
cairan pasien
Melakukan penyuluhan
tentang penyakit diare
36,8 0C, respitaroti rate
38x/menit.
S : keluarga pasien
mengatakan, pasien BAB
maupun BAK di dalam
diapers dan baru di ganti
sebanyak 3x, minum air
putih sebanyak 60ml, ASI
sebanyak 8x.
O : ASI+minum 153.7cc,
diapers 320cc, IWL 63cc,
infus 224cc, antibiotik
1.8cc. hasil balance cairan
-3.5cc/7 jam, kebutuhan
cairan 210cc/7 jam.
S : keluarga pasien
mengatakan sangat senang
dengan adanya penyuluhan
tentang penyakit diare
seperti ini.
O : keluarga pasien terlihat
senang, sangat kooperatif
dan terlihat antusias dalam
mengikuti jalannya
kegiatan
14-07-2017
jam 10.00
wib
Jam 11.30
wib
1
1
Memberikan obat
ceftriaxson
Mengukur tanda-tanda vital
S :-
O : obat ceftriaxson 2x180
mg di berikan lewat selang
infus.
S :-
O : nadi 120x/menit, suhu
Jam 13.00
wib
1
Mengukur intek dan output
cairan pasien
36,4 0C, respitaroti rate
39x/menit.
S : keluarga pasien
mengatakan, pasien BAB
maupun BAK di dalam
diapers dan baru diganti
sebanyak 3x, minum air
putih 60ml, ASI sebanyak
kurang lebih 10x.
O : cairan infus 224cc,
diapers 240cc, antibiotik
1cc, IWL 63cc,
minum+ASI 135cc,
balance cairan 57cc/7 jam,
kebutuhan cairan 210cc/7
jam
EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal /
Jam Dx SOAP
TTD
12-07-2017
jam 14.00
wib
1
S :
- ibu klien mengatakan anaknya masih mengalami
diare, diare hari ini kurang lebih dari 5x encer dan
berlendir, tidak mengalami muntah
- Ibu klien mengatakan anaknya sangat lahap untuk
minum terutama minum ASI dan air putih
O :
- Sering rewel, sering minum dan terlihat lemas
- Suhu : 37 0C, RR: 18 x /menit, Nadi :99 x/menit
- BC 72.8cc/7 jam
A : masalah defisit volume cairan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. monitor TTV
2. Kaji tanda – tanda Dehidrasi ( seperti mukosa bibir
kering, penurunan turgor kulit, bola mata cekung)
3. monitor intake dan output cairan untuk menghitung
balance cairan
4. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB, minum
yang banyak
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian atau
pemantauan cairan infus dan pemberian obat.
12-07-2017
jam 14.00
wib
2
S : Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit
diare masih kurang terutama pada penanganan saat
dirumah, tanda dan gejala serta penyebab dari penyakit
diare
O :
- Keluarga pasien sudah di berikan lembaran kuisoner
tentang penyakit diare
- Jawaban dari kuisoner yang diberikan pada peneliti
keluarga hanya mendapat scor 5 dari 14 pertanyaan.
- Kriteria kuisoner keluarga An.A pengetahuan tentang
penyakit diare masih sanagat rendah.
A : masalah defisit keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Memberikan penyuluhan tentang penyakit diare
13-07-2017
jam 14.00
wib 1
S :
- ibu klien mengatakan anaknya masih mengalami
diare, diare hari ini 4x encer dan sedikit berampas,
tidak mengalami muntah
- Ibu klien mengatakan anaknya sangat lahap untuk
minum terutama minum ASI dan air putih
O :
- Keadaan sudah tidak lemas
- Sering rewel, sering minum
- BC -3.5cc/7 jam
- Suhu : 36,8 0C, RR: 38 x /menit, Nadi : 132
x/menit
A : masalah defisit volume cairan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. monitor TTV
2. Kaji tanda – tanda Dehidrasi ( seperti mukosa bibir
kering, penurunan turgor kulit, bola mata cekung)
3. monitor intake dan output cairan untuk menghitung
balance cairan
4. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB, minum
yang banyak
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian atau
pemantauan cairan infus dan pemberian obat.
13-07-2017
jam 14.00
wib
2
S : Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit
diare bertambah seletalh dilakukan penyuluhan tentang
penyakit diare terutama tentang penangan, tanda dan
gejala serta penyebab dari penyakit diare.
O : keluarga klien sudah di berikan penyuluhan tentang
penyakit diare
A : masalah defisit keperawatan teratasi
P : hentikan intervensi
14-07-2017
jam 14.00
wib
1 S :
- ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
mengalami diare, BAB berbentuk ampas dan
lembek
- Ibu klien mengatakan sampai saat ini anaknya
masih sangat lahap untuk minum ASI dan air
putih
O :
- BAB pasien lembek dan berampas
- Keadaan umum baik, dan tidak rewel
- Sering minum
- Suhu : 36,4 0C, RR: 39 x /menit, Nadi : 120
x/menit
- BC 57cc/7 jam
A : masalah defisit volume cairan teratasi
P : hentikan intervensi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
GASTROINTESTINAL DI RUANGAN MELATI RUMAH SAKIT Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN
Tanggal masuk : 12-07-2017 jam 17.32 wib
Tanggal pengkajian : 13-07-2017 jam 08.00 wib
Nama pengkajian : Sikhatun khasanah
Ruangan : Melati
A. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas klien
Nama : An.Aninda
Tanggal lahir : 05 oktober 2014
Umur : 3 thn 2 bulan 6 hari
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 15 kg
PB/TB : 60 cm
Alamat : Kebumen
Agama : Islam
Pendidikan : Paud
Suku bangsa : Jawa
No RM : 351180
Diagnosa : GEA
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.M
Umur : 30 th
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan : Ibu kandung
c. Keluhan utama : BAB cair,berlendir dan bercampur darah lebih dari
4x.
d. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien mengatakan sejak 12 jam SMRS pasien mengalami
mencret bercampur darah kurang lebih 5x, disertai demam dan
kejang-kejang kurang lebih 1 jam. Saat dikaji klien mengalami
menceret lebih dari 4x cair,berlendir serta bercampur darah sedikit,
tidak mengalami muntah.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu pasien mengatakan An. AN sebelumnya pernah mengalami diare
pada umur 2 tahun tetapi tidak sampai parah seperti saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat pengkajian diperoleh data bahwa anggota keluarga pasien yaitu
dari ibu kandungnya pernah mengalami penyakit diare tetapi tidak
bercampur darah, sembuh ketika minum obat dari puskesmas terdekat.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Pre natal : Saat hamil ibu sering memeriksakan kehamilannya pada
bidan mendapat imunisasi TT 1x, vitamin dan penambahan darah
serta ibu pasien mengatakan merupakan anak kedua dan belum
pernah mengalami keguguran sebelumnya.
b. Riwayat persalinan : An. AN lahir dengan BB 3300 gram, panjang
badan saat lahir lupa, persalinan normal dirumah bersalin di bantu
oleh bidan desa dengan umur kehamilan 9 bulan.
c. Post natal : Tidak ada kelainan pada An. AN setelah kelahiran,
anggota tubuh lengkap, anus ada, genitalia ada.
5. Riwayat imunisasi
Keluarga mengatakan anak sudah mendapat imunisasi HB 0,BCG,
DPT I,II,III, polio I,II,III,IV, MMR, campak
6. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan : Berat badan saat ini 15 kg, klien tumbuh dengan
normal sesuai usia 3 tahun
Perkembangan : Anak sangat aktif bertanya, rasa ingin tahu sangat
besar, sudah bisa di ajak bicara dengan satu arah, sudah bisa
menggambar, bisa menyebutkan nama-nama buah dan dapat naik
sepeda dengan roda tiga.
7. Genogram
8. Kebutuhan cairan
Hasil Penghitungan Balance Cairan An. AN mulai dari tanggal 13-15
Juli 2017
Tanggal Input Output Balance Cairan
13-07-2017 Minum 300cc
Infus 105cc
Antibiotik 4.4cc
Total 409.4cc
Diapers 470cc
IWL 117,2cc
Total 587.2cc
BC=Input-
Output
BC=409.4-587.2
BC=-177.8cc/7
jam
14-07-2017 Minum 200cc
Infus 105cc
Antibiotik 7.2cc
Total 312.5cc
Diapers 240cc
IWL 117,2cc
Total 357.2cc
BC=Input-
Output
BC=312.5-357.2
BC=-44.7cc/7
jam
15-07-2017 Minum 500cc
Makan 50cc
Total 550cc
Diapers 335cc
IWL 117,2cc
Total 452,2cc
BC=Input-
Output
BC=550-452.2
BC=97.8cc/7
jam
9. Kebutuhan kalori
Rumus : 1000 + 50 (BB-10)
: 1000 + 50 (15-10)
: 1000 + 50.5
: 1250 kkal
10. Pola pengkajian gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga pasien mengatakan selama diare dirumah keluarga tidak
memberikan penanganan untuk mencegah diare, keluarga
beranggapan bahwa diare bisa sembuh sendiri dengan obat dari
bidan.
2. Pola Nutrisi dan Metebolik
Sebelum sakit An. AN makan sesuai porsi yang diberikan oleh
ibunya 3x/hari selalu habis dan terkadang lebih, jenisnya nasi yang
dihaluskan, kuah sayuran,lauk dan klien sering minum susu
formula sehari bisa habis 5 botol sedang. Selama sakit An. AN
rasa haus meningkat An. AN hanya mau minum air putih
terkadang teh sehari kurang lebih 3 gelas, pasien tidak suka susu
yang diberikan oleh rumah sakit dan tidak nafsu makan
3. Pola Eliminasi
Ibu pasien mengatakan sebelum di bawa kerumah sakit An. A N
mengalami diare bercampur darah kurang lebih 5x. selama sakit
An. A BAK dan BAB lebih dari 5x dengan konsistensi cair,
terdapat lendir dan bercampur darah sudah di ganti diapers
sebanyak 4x.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit pasien sangat aktif jarang terlihat rewel dan selama
sakit pasien banyak tiduran di tempat tidur dan selalu minta
didampingi oleh ibunya, pasien terlihat lemas, sering rewel pasien
jarang keluar kamar, ketika jenuh An. AN hanya bemain gime dari
HP ibunya.
5. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit An. AN tidur selalu nyenyak tidak ada gangguan,
hari tidur kurang lebih 8-9 jam. Selama sakit pasien mengalami
gangguan dalam tidurnya rewel merasa perut terasa sakit selalu
menangis, tidur siang kurang lebih 2-3 jam dan tidur malam
kurang lebih 7-9 jam.
6. Pola Persepsi dan Kognitif
Pasien tidak ada keluhan yang berkenaan dengan kemampuan
sensasi yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan
maupun sensasi perubahan. Pasien juga tidak menggunakan alat
bantu pendengaran maupun alat bantu penglihatan. Ibu pasien
mengatakan jika hendak mencuci botol susu anaknya hanya di
cuci dengan air kran mengalir dan dianggapnya sudah bersih.
7. Pola Hubungan / Peran
Keluarga mengatakan An.AN sangat dekat dengan kakaknya pada
saat pengkajian An.AN terlihat lemas pasien hanya ingin selalu
dekat dengan ibunya.
8. Pola Reproduksi dan Seksual
An. AN berjenis kelamin perempuan dengan umur 3 th 2 bulan 4
hari, tidak ada gangguan diorgan reproduksinya. Keluarga pasien
juga mengatakan bahwa anakanya adalah anak kedua keluarga
sangat mencemasakan kondisi An. AN saat ini karena baru kali ini
anak mengalami diare bercampur darah sertai demam dan kejang.
9. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Ibu An. AN mengatakan bahwa anaknya mengalami ketakutan
saat melihat orang, karena trauma di pasang infus dan di berikan
obat setiap dilakukan tindakan keperawatan pada An. AN selalu
menangis merasa takut ketika melihat orang yang memakai baju
putih-putih.
10. Pola Mekanisme Koping
An. AN ketika merasa takut klien langsung memeluk ibunya
sambil menangis.
11. Pola Nilai Kepercayaan / keyakinannya
Keluarga An.AN beragama islam dan Alhamdullilah dalam
keluarga klien tidak ada keyakinan / kebudayaan yang
bertentangan dengan kesehatan maupun dalam pengobatan yang
dijalani.
B. DATA OBJEKTIF
Pengkajian Fisik
1. Penampilan / keadaan umum : Klien terlihat lemas
2. Tingkat kesadaran : Composmetis
3. Tanda – tanda vital
Suhu : 37 0C
Respirasi rate: 23 x /menit
Nadi : 100 x/menit
4. Pengukuran Autopometri
Berat Badan : 15 kg
Tinggi Badan : 85 cm
5. Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan, ubun-ubun
normal
Rambut : Hitam, bersih
Mata : Tidak cekung, konjungtiva anemis, tidak ada
sedikit secret dan air mata tidak kering.
Hidung : Tidak ada sekret, tidak memakai selang oksigen
dan NGT
Telinga : Kemampuan mendengar normal, simetris tubuh,
tidak ada nyeri, tidak ada sekret / pembengkakan
Mulut : Selaput mukosa lembab
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
peningkatan JVP
6. Dada dan Thoraks : Pergerakan dada dan thorak simetris, tidak
nampak penggunaan otot bantu pernafasan
7. Abdomen
Inspeksi : Kembung, tidak ada luka, bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus > 20 x /menit
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
Perkusi : Hipertimpani
8. Genital : Tidak menggunakan kateter serta tidak mengalami
iritasi pada daerah pantat
9. Anal : Tidak mengalami kemerahan.
10. Ekstremitas : Kuku bersih, turgor kulit normal, akral hangat,
capilary refill time < 2 detik, untuk mobilitas dan keamanan (koordinasi
otot,pergerakan tubuh) di semua ekstremitas baik, terpasang infus asering
di lengan kanan 15tpm.
11. Data penunjang
a. Laboratorium 12-07-2017 jam 14:54 wib
Pemeriksaan Hasil satuan Normal
Hemoglobin 13.0 gr/dl 10.5 -12.5
Hematokrit 39 % 35.0-43.0
Leukosit 21.4 10^3/ul 6.00-17.50
Trombosit 365 10^3/ul 229-553
Erytrosit 5.1 10^6/ul 3.60-5.20
MCV 76 fL 74.00-106.000
MCH 26 pg 21.00-33.00
MCHC 33 g/dl 28.00-32.00
SERO IMUNOLOGI
Gula Darah Sewaktu 146 mg/dl 80-110
Widal
S.TYPHI O Negatif Negatif
S.TYPHI H Negatif Negatif
S. PARATYPHI O – A Negatif Negatif
S. PARATYPHY O - B Negatif Negatif
12. Diet : Rendah serat, nasi lunak
13. Therapy
Infus asering 15 tpm
Paracetamol 4x170 mg
Phenitoin 3x30 mg
Ampicilin 4x375 mg
Diazepam 4 mg
L-Bio 2x1/2 snc
Zink 1x20
Oralit 100cc/BB
ANALISA DATA
NO TANGGAL
/ JAM
DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 11-07-17
jam 20.30
wib
DO :
- Ibu pasien mengatakan An.
AN mencret lebih dari 5 kali
cair.
- Ibu pasien mengatakan
anaknya sering meminta
minum
DO :
- Akral hangat
- Pasien sering rewel
- Pasien terlihat lemas
- Leukosit 21.4 10^3/ul
- TTV
Suhu : 370C, RR: 23x
/menit, Nadi :100 x/menit
Defisit volume
cairan
Kehilngan
cairan
sekunder
terhadap
diare.
2 11-07-17
jam 20.30
wib
DS :
- Keluarga mengatakan
pengetahuan tentang
penyakit diare masih
kurang terutama pada
penanganan saat
dirumah, tanda dan gejala
serta penyebab dari
penyakit diare
DO :
- Jawaban dari kuisoner
yang diberikan pada
Defisit
pengetahuan
Kurangnya
informasi
peneliti keluarga hanya
mendapat scor 7 dari 14
pertanyaan.
- Kriteria kuisoner
keluarga An.AN
pengetahuan tentang
penyakit diare masih
sanagat rendah.
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Defisit volume cairan b.d Kehilngan cairan sekunder terhadap diare.
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal /
Jam
Dx Kriteria Hasil Intervensi
12-07-2017
jam 08.30
wib
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x7 jam
diharapkan masalah keperawatan
defisit volume cairan dapat diatasi
dengan kriteria hasil sebagai
berikut :
Elektrolit and acid base balance
Indikator IR ER
Fluid managemen :
6. monitor TTV
7. Kaji tanda – tanda
Dehidrasi ( seperti
mukosa bibir kering,
penurunan turgor kulit,
bola mata cekung)
8. monitor intake dan
output cairan untuk
menghitung balance
cairan
9. Anjurkan klien untuk
minum setelah BAB,
minum yang banyak
14. keadaan
umum
baik
15. klien
tidak
merasa
haus
berlebiha
n
16. rewel
berkuran
g
17. BAB
dalam
keadaan
normal
2
2
2
2
4
4
4
4
10. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian atau
pemantauan cairan
infus dan pemberian
obat.
12-07-2017
jam 08.30
wib
2 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x7 jam
diharapkan masalah keperawatan
defisit pengetahuan dapat diatasi
dengan kriteria hasil sebagai
berikut :
Disease proses
Indikator IR ER
Teaching proses
18. Memberikan penilaian
berupa kuisoner
tentang pengetahuan
orang tua terhadap
penyakit diare
19. Memberikan
penyuluhan berupa
pankes tentang
penyakit diare
2. Keluarga
klien dapat
memahami
tentang
penyakit
diare
terutama
penanganan,
tanda gejala
terta
penyebab
dari diare
2
5
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/jam Dx Implementasi Respon
13-07-2017
jam 08.30
wib
Jam 10.00
wib
1
1
Melakukan pemeriksaan tanda-
tanda dehidrasi
Memberikan obat parasetamol,
ampicilin,
S : ibu pasien mengatakan
anaknya sering rewel dan
terlihat lemas serta sering
meninta air putih minum dan
terkadang teh hangat
O : adanya peningkatan rasa
haus dan pasien terlihat lemas
dan rewel, mata tidak cekung,
turgor kulit baik.
S :-
O : di berikan obat
parasetamol 4x170 mg,
ampicilin 4x375 mg, melalui
injeksi selang infus, pasien
menangis saat diberikan obat.
Jam 11.00
wib
Jam 12.30
wib
Jam 14.30
wib
1
1
2
Melakukan pengukuran tanda-
tanda vital pasien
Mencatat intake dan aoutput
cairan pada pasien
Melakukan penyuluhan tentang
penyakit diare
S: -
O : nadi 97x/menit, suhu 36,9
0C, respirasi rate 26x/menit
S : pasien dalam setengah hari
ini baru di ganti diapers
sebanyak 4x, BAB dengan
konsistensi cair, berlendir
disertai darah sedikit, minum
air putih sebanyak 3 gelas.
O : minum 300cc, diapers
470cc, infus 105cc, IWL
117.2cc, antibiotik 4.4cc,
balance cairan -177,8cc/7
jam, kebutuhan cairan
364.5cc/7 jam
S : keluarga pasien sangat
senang dengan diakannya
penyuluhan tentang penyakit
diare karena dapat menambah
pengetahuan tentang penyakit
diare.
O : keluarga terlihat senang,
antusias, kooperatif
14-07-2017
jam 09.00
1
Memeriksa tanda-tanda
dehidrasi
S : -
O : pasien terlihat masih
wib
Jam 10.00
wib
Jam 11.30
wib
Jam 13.00
wib
1
1
1
Memberikan obat parasetamol,
ampicilin, phenitoin
Mengukur tanda-tanda vital
Mengukur intek dan output
cairan pasien
rewel, rasa haus masih
meningkat.
S : pasien mengatakan tidak
mau disuntik
O : di berikan obat
parasetamol 4x170 mg,
ampicilin 4x375 mg, obat
phenitoin 3x30 mg, melalui
injeksi selang infus, pasien
menangis saat diberikan obat
S :-
O : nadi 99x/menit, suhu 36,4
0C, respitaroti rate 24x/menit.
S : keluarga pasien
mengatakan, pasien BAB
maupun BAK di dalam
diapers dan baru di ganti
sebanyak 3x, minum air putih
sebanyak 2 gelas dan
terkadang BAK di dalam WC.
O : minum 200cc, diapers
420cc, IWL 117.2cc, infus
105cc, antibiotik 7.5cc. hasil
balance cairan -44.7cc/7 jam,
kebutuhan cairan 364.5cc/7
jam.
15-07-2017
jam 10.00
wib
Jam 11.30
wib
1
1
STOP memberikan obat
Mengukur tanda-tanda vital
S :-
O :-
S :-
O : nadi 100x/menit, suhu
Jam 13.00
wib
1
Mengukur intek dan output
cairan pasien
360C, respirasi rate 23x/menit
S : keluarga pasien
mengatakan, pasien hari ini
pasien belum BAB, BAK
pasien di dalam diapers
sebanyak 5x, dan baru di
ganti diapers sebanyak 2x,
pasien minum air putih dan
teh hangat sebanyak 5 gelas
serta makan habis seperempat
porsi.
O : diapers 335cc, IWL
117.2cc, minum 500cc,
makan 50cc balance cairan
97cc/7 jam, kebutuhan cairan
364.5cc/7 jam
EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal /
Jam Dx SOAP
TTD
13-07-2017
jam 13.30
wib
1
S :
- ibu pasien mengatakan anaknya masih
mengalami diare, diare hari ini lebih dari 4x
berlendir serta bercampur darah, tidak mengalami
muntah
- Ibu pasien mengatakan anaknya sangat lahap
untuk minum air putih ataupun teh hangat.
O :
- Sering rewel, sering minum
- BAB pasien dengan konsistensi cair, berlendir di
sertai darah sedikit.
- Leukosit 21.4 10^3/ul
- Suhu : 370C, RR: 23 x /menit, Nadi : 100 x/menit
- BC -177,8 cc/jam
A : masalah defisit volume cairan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. monitor TTV
2. Kaji tanda – tanda Dehidrasi ( seperti mukosa bibir
kering, penurunan turgor kulit, bola mata cekung)
3. monitor intake dan output cairan untuk
menghitung balance cairan
4. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB,
minum yang banyak
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian atau
pemantauan cairan infus dan pemberian obat.
13-07-2017
jam 13.30
wib
2
S : Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit
diare masih kurang terutama pada penanganan saat
dirumah, tanda dan gejala serta penyebab dari penyakit
diare
O :
- Jawaban dari kuisoner yang diberikan pada peneliti
keluarga hanya mendapat scor 7 dari 14 pertanyaan.
- Kriteria kuisoner keluarga An.A pengetahuan tentang
penyakit diare masih sanagat rendah.
A : masalah defisit keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Memberikan penyuluhan tentang penyakit diare
14-07-2017
jam 13.30
wib
1 S :
- ibu pasien mengatakan anaknya masih
mengalami diare, diare hari ini 4x sedikit
berampas dan masih bercampur darah tidak
mengalami muntah
- Ibu pasien mengatakan anaknya masih sangat
lahap untuk minum air putih dan terkadang teh
hangat.
O :
- Sering rewel, sering minum
- BAB pasien dengan konsistensi berlendir dan
bercampur darah sedikit dan sedikit berampas.
- BC -44.7 cc/jam
- Suhu : 36,4 0C, RR: 24 x /menit, Nadi : 99x/menit
A : masalah defisit volume cairan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. monitor TTV
2. Kaji tanda – tanda Dehidrasi ( seperti mukosa bibir
kering, penurunan turgor kulit, bola mata cekung)
3. monitor intake dan output cairan untuk
menghitung balance cairan
4. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB,
minum yang banyak
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian atau
pemantauan cairan infus dan pemberian obat.
14-07-2017
jam 13.30
wib
2 S : Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit
diare bertambah terutama tentang penangan, tanda dan
gejala serta penyebab dari penyakit diare.
O :
- keluarga pasien sudah di berikan penyuluhan
tentang penyakit diare
- keluarga pasien melakuan pengisian kuisoner
tentang penyakit diare
A : masalah defisit keperawatan teratasi
P : hentikan intervensi
15-07-2017
jam 13.30
wib
1 S :
- ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
mengalami diare, BAB berbentuk lembek
- Ibu pasien mengatakan sampai saat ini anaknya
sangat lahap untuk air putih dan nafsu makan
meningkat
O :
- Sering minum
- Keadaan pasien baik, tidak terlihat lemas
- BAB pasien dengan konsistensi lembek dan
berbentuk ampas
- Suhu : 360C, RR: 23x /menit, Nadi : 99 x/menit
- BC 97,8 cc/jam
A : masalah defisit volume cairan teratasi
P : hentikan intervensi
Lampiran 10 : Pengkajian tumbuh kembang menurut KPSP
FORAT PENGKAJIAN PERKEMBANGAN DENGAN KPSP UNTUK ANAK USIA 6
BULAN
Nama anak :
Tgl lahir (umur) :
Nama Ayah/Ibu :
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Alamat :
No Aspek Yang Dinilai Y
a
Tida
k
1 Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda
dengan menggerakkan kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang
lain?
2
Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak dan
stabil? Jawab TIDAK bila kepala bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri
atau ke dadanya
3 Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari bayi. (jangan
meletakkan di atas telapak tangan bayi). Apakah bayi dapat
menggenggam pensil itu selama beberapa detik?
4
Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat mengangkat dada
dengan kedua lengannya sebagai penyangga?
5 Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau
memekik tetapi bukan menangis?
6 Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari telentang ke
telungkup atau sebaliknya?
7 Pernahkah anda melihat bayi tersenyum ketika melihat mainan yang
lucu, gambar atau binatang peliharaan pada saat ia bermain sendiri?
8 Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar kacang,
kismis atau uang logam? Jawab TIDAK jika ia tidak dapat mengarahkan
matanya.
9 Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh namun masih
berada dalam jangkauan tangannya?
10 Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-
lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara
kaku seperti gambar di sebelah kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi
jatuh.
Jumlah
Interpretasi dan saran :
FORMAT PENGKAJIAN PERKEMBANGAN DENGAN KPSP UNTUK
ANAK 36 BULAN
Tgl lahir (umur) :
Nama Ayah/Ibu :
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Alamat :
No
.
Aspek Yang Dinilai Y
a
Tida
k
1.
Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa
bantuan/petunjuk?
2
Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus
yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran
2.5 – 5 cm.
3
Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta
minum”; “mau tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
4
Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa
bantuan?
5
Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut atau dada anda dari
jarak 1,5 meter?
6
Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan
telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”.
“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?
7
Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurang-kurangnya 2.5 cm. Suruh
anak menggambar garis lain disamping garis tsb.
8
Letakkan selembar kertas seukuran buku di lantai. Apakah anak dapat
melompati bagian lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya
secara bersamaan tanpa didahului lari?
9 Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri?
10 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?
Jumlah
Interpretasi dan saran :
PENGERTIAN PENYAKIT DIARE
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lender darah. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian diare yaitu susu formula (Hidayat, 2012)
Klasifikasi diare
Diare terbagi 2 , yaitu ;
1. Diare Akut : Diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang
dari 3 -7 hari pada bayi dan anak.
2. Diare kronik : Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
PENYEBAB PENYAKIT DIARE
A. Faktor Infeksi (Hasan dan Alatas (2010))
1. Bakteri :Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
2. Virus : Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
3. Parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
B. Faktor Malabsopsi
1. Malabsorpsi karbohidrat, yaitu pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut.
Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
2. Malabsorpsi lemak, yaitu terdapat lemak dalam makanan yang disebut triglyserida.Gejalanya
adalah tinja mengandung lemak.
3. Malabsorpsi protein, yaitu kesulitan penyerapan nutrisi dari makanan yang mengandung protein.
C. Faktor makanan seperti makanan yang sudah basi, makanan yang tercemar, terlalu banyak lemak,
beracun, kurang matang, dan alergi terhadap makanan.
TANDA GEJALA DIARE
Menurut Suraatmaja (2010), tanda dan gejala diare yaitu
1. BAB lebih dari 3 kali, dengan konsistensi lembek, ada/tanpa darah.
2. anak gelisah, cengeng,
3. suhu tubuh meningkat,
4. nafsu makan berkurang atau tidak ada, muntah maupun muntah.
5. dehidrasi di tandai dengan berat badan turun, turgor kulit menurun, mata
dan ubun–ubun cekung, selaput lendir dan mulut ikut kering. Dehidarsi
berat ditandai dengan, denyur jantung cepat, tekanan darah menurun,
kasadaran menurun yang akhirnya terjadi syok (Sugeng, 2010)
KOMPLIKASI PADA PENYAKIT DIARE
1. Dehidrasi : ringan, sedang, dan berat.
2. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
3. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan
dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram.
4. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran
bertambah).
PROSES PENYAKIT DIARE
Bakteri, makanan yang tidak hygenis masuk kedalam usus
berkembang dalam usus hipersekresi air dan elektrolit
mengalami isi usus diare mual,muntah serta pengeluaran
feses berlebihan lebih dari 5x perhari mengalami kekurangan
cairan
PENANGANAN PADA DIARE
Memberikan tablet zinc Memberikan obat antibiotik dari dokter
Mencuci tangan Memberikan ASI/ minum pada anak
PENANGANAN PADA DIARE
1. Rehidrasi yaitu dengan cara mengkonsumsi oralit. Apabila oralit tidak tersedia, maka oralit
bisa dibuat dengan cara membuat larutan gula garam. Caranya yaitu dengan melarutkan dua
sendok teh gula pasir dan seujung sendok garam dapur ke dalam satu gelas air matang.
2. Suplementasi zinc, yang berfungsi untuk mengurangi durasi diare sampai 25% dan dapat
mengurangi volume feses hingga 30%.
3. Pemberian terapi farmakologik memberikan antibiotik
4. Pemenuhan nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan
untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang diberikan
sedikit-sedikit tetapi sering, serta makan rendah serat, buah-buahan diberikan terutama
pisang (Hegar B. Dan Handryastuti S., 2009).
MAKANAYANG BOLEH DI BERIKAN
Sebaiknya berikan makanan lunak ke anak agar sistem pencernaan anak tidak
terlalu bekerja keras untuk dapat mencerna makanan. Berikan anak makanan
seperti:
1. Pisang, dan buah-buahan lain
2. Nasi tim atau bubur nasi
3. Roti
4. Daging, ayam, ikan yang direbus atau dipanggang
5. Telur matang
6. Sayuran matang yang tidak mengandung banyak serat, seperti wortel
7. Kentang rebus atau panggang
8. Yogurt
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWA-
TAN
SETIKES MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017
PENYAKIT DIARE
PADA BALITA
TANDA DAN GEJALA
1. BAB lebih dari 5x perhari
2. M u a l ,
muntah
3. P e r u t
kembung
4. Gelisah dan lemas
5. nafsu makan menurun/berkurang
6. Suhu badan meningkat
7. Turgor kulit dan mukosa bibir
kering
PROSES TERJADINYA Bakteri, makanan yang tidak hygenis
masuk kedalam usus
berkembang dalam usus hipersekresi
air dan elektrolit si usus
diare mual,muntah serta
pengeluaran feses berlebihan lebih
dar i 5x perhar i menga lami
kekurangan cairan
PENYEBAB
1. kurang kebersihan dalam botol
susu atau makan
2. Ada bakteri di
u s u s e . c o l i
salmonella,sighela
3. BAB sembarang
tempat
4. M i n u m a i r y a ng b e l u m
matang/masak
PENGERTIAN
DIARE adalah keadaan dimana
pengeluaran tinja tidak normal dengan
frekuensi lebih dari 5x perhari dengan
atau tanpa lender darah.
Diare terbagi 2 , yaitu ;
1. Diare Akut : Diare yang
terjadi secara mendadak
dan berlangsung kurang dari 3 -7 hari
pada bayi dan anak.
2. Diare kronik : Diare yang berlangsung
lebih dari 14 hari.
AKIBAT/KOMPLIKASI
1.dehidrasi : rin-
gan, sedang dan
berat
2.Kejang-kejang
3.Ku r a ng g i z i
karena selain
mengalami diare dan muntah , juga
mengalami kelaparan
4.Kadar gula darah rendah
5. Perut terlihat kembung karena ke-
kurangan kadar kalium dalam da-
rah
PENANGANAN /PENCEGAHAN
1. Mencuci tangan ssebelum dan
s e s u d a h
memberikan
m a k a n a n
pada anak
2. Memberikan
obat antibiotic
yang sudah di re-
sepkan oleh dokter
3. memberikan
amakan/ ASI
sedikit-sedikit tetapi sering
4. Rehidrasi yaitu dengan cara
mengkonsumsi oralit. Apabila oralit
tidak tersedia, maka oralit bisa dibuat
dengan cara membuat larutan gula
garam. Caranya yaitu dengan
melarutkan dua sendok teh gula pasir
dan seujung sendok garam dapur ke
dalam satu gelas air matang.
5. memberikan
tablet zinc selama
10 hari berturut-
turut
MAKANAN YANG BISA DI KOMSUMSI
makan yang bias di komsumsi pada
penderita diare di antaranya:
1. Pisang, dan buah-buahan lain
2. Nasi tim atau bubur nasi
3. Roti
4. Daging, ayam, ikan yang direbus
atau dipanggang
5. Telur matang
6. Sayuran matang yang tidak
mengandung banyak serat, seperti
wortel
7. Kentang rebus atau panggang
Yogurt
Journal of Renal Injury Prevention
J Renal Inj Prev. 2017; 6(2): 109-112.
Evaluation of water and electrolytes disorders in severe acute diarrhea patients treated by WHO protocol in eight large hospitals in Tehran; a nephrology viewpoint
*Corresponding author: Mohammad Reza Tamadon, Email: [email protected]
http://journalrip.com DOI: 10.15171/jrip.2017.21
Alireza Soleimani1, Fatemeh Foroozanfard2, Mohammad Reza Tamadon3*
1Department of Internal Medicine, Kashan University of Medical Sciences, Kashan, Iran 2Department of Gynecology and Obstetrics, Kashan University of Medical Sciences, Kashan, Iran 3Department of Internal Medicine, Semnan University of Medical Sciences, Semnan, Iran
IntroductionAcute diarrhea has a high prevalence rate all across the world and about 5%-20% of the world population are affected by diarrhea each year (1). Acute diarrhea causes more than 5-8 million deaths per year (2). Acute diarrhea is the main cause of protein–calorie malnutrition in
developing countries (3). In developed countries, like the United States, acute diarrhea leads to very significant economic losses, including 250 000 hospitalizations and almost 8 million visits to physicians each year (4-6). Acute diarrheal diseases are a leading cause of morbidity and mortality in Asia, Africa, and Latin America and
Implication for health policy/practice/research/medical education:In a historical cohort study on 121 patients who were hospitalized due to acute diarrhea, we found the high prevalence of hypokalemia in these patients as well as potassium loss during treatment which indicates insufficient level of potassium in the therapeutic solutions. Mild hyponatremia in most patients highlights the need for isotonic solutions to treat dehydration.Please cite this paper as: Soleimani A, Foroozanfard F Tamadon MR. Evaluation of water and electrolytes disorders in severe acute diarrhea patients treated by WHO protocol in eight large hospitals in Tehran; a nephrology viewpoint. J Renal Inj Prev. 2017;6(2):109-112. DOI: 10.15171/jrip.2017.21.
Introduction: The most common cause of death from diarrhea is the shock caused by dehydration, electrolytes and acid-base disorders. Objectives: The aim of this study was to evaluate water and electrolytes disorders in diarrhea patients after treating severe acute diarrhea.Patients and Methods: In this study we used a historical cohort and studied patients who were hospitalized due to acute diarrhea and were similarly treated for dehydration and water and electrolyte disorders as recommended by the World Health Organization (WHO) guideline. Electrolytes, pH, serum creatinine (Cr) level on admission and during treatment were recorded. Patients with underlying diseases were excluded from the study.Results: Of 121 patients who were enrolled in the study, 67.8% had hyponatremia on admission (plasma Na <137 mEq/L) and 5.8% had hypernatremia. Around, 33.88% of patients had hypokalemia and 2.4% had hyperkalemia. All hyperkalemia disorders were treated, but 87.1% of patients had hypokalemia or low potassium levels, or they were affected by uncorrected hypokalemia and were in need of further measures. Of all, 56.75% had acidosis and 21% of patients with acidosis were not treated or the severity of their acidosis increased during treatment. There was a significant relationship between acute renal failure (ARF) and hypokalemia at the time of admission (P < 0.001), potassium loss during treatment (P < 0.001), acidosis (0.005), and cholera-related diarrhea (0.05).Conclusion: The high prevalence of hypokalemia in these patients as well as potassium loss during treatment indicates insufficient level of potassium in the therapeutic solutions. Mild hyponatremia in most patients highlights the need for isotonic solutions to treat dehydration.
A R T I C L E I N F O
Keywords:Acute diarrheaWater and electrolyte disorders Acute renal failureAcute kidney injury
Article History:Received: 30 July 2016 Accepted: 2 November 2016 Published online: 24 November 2016
Article Type:Original
A B S T R A C T
Original
Journal of Renal Injury Prevention, Volume 6, Issue 2, June 2017 http://journalrip.com 110
Soleimani A et al
are responsible for 4-6 million deaths annually (7,8). The leading causes of mortality from acute diarrhea are dehydration, electrolyte disorders, and their associated complications (9,10). Cholera is an important cause of severe acute diarrhea (11). Untreated severe acute cholera-related diarrhea can lead to up to 50% mortality (12). Approximately 5.5 million cholera-related diarrheas occur annually worldwide and about 100 000 of patients die (12,13). A new subgroup of cholera-related diarrhea epidemic has spread from India to other parts of the Middle East and Asia that can be considered as the main cause of cholera-related diarrhea epidemics in these areas in recent years (14). The leading cause of death in severe acute cholera-related diarrhea, like other types of severe acute diarrhea, is dehydration and water and electrolytes disorders (15).
Patients and MethodsIn this study, 121 patients with severe acute diarrhea who had been hospitalized in eight large hospitals in Tehran including Shahid Labbafinejad, Ayatollah-Taleghani, Hafte-Tir, Firoozgar, Loghman-Hakim, Bu Ali, Imam-Khomeini and Amir-Alam were enrolled in the study. These hospitals are located in different parts of Tehran, including north, east, west, and south of Tehran. The records of these patients were studied via a historical cohort approach. Initially, all patients who were admitted to hospitals with severe acute diarrhea (loss of >10% of body weight due to dehydration or those who were not able to drink water or were affected by vomiting and impaired consciousness) and received a single protocol for the treatment, i.e. the WHO guideline, were enrolled into this study. We recorded all patients’ data including age, sex, cause of diarrhea, residential location, duration of hospitalization, date of hospitalization, and changes in potassium, sodium, calcium, creatinine (Cr), and pH on admission and during treatment. To avoid the effects of confounding factors in the study, patients with underlying diseases such as diabetes, immune suppressive therapy –malignant cancer –, chronic renal failure, and those with heart and brain and liver diseases were excluded from the study. In addition, patients who had been admitted with severe acute diarrhea and received a treatment protocol dissimilar to other patients were excluded from the study at the early stages. In addition, cholera was confirmed by TCBS transport carrier.
Ethical issuesThe research was conducted as retrospective study and followed the tenets of the Declaration of Hel sinki. All information remains confidential.
Statistical analysisAfter entering data into master sheet, they were entered into an Excel database and were analyzed using SAS 2000 software and P value less than 0.05 was considered as statistically significant. The relationships between acute renal failure (ARF) and need for dialysis and the frequency
of hypokalemia, hyponatremia, and hypocalcemia acidosis were analyzed through chi-square, Wilcoxon signed ranks, and fisher’s exact tests. Electrolyte disorders and pH were assessed on admission and after treatment.
ResultsOf 121 patients, 47.1% were female. Of all, 98 persons (81%) were living in Tehran and the rest of patients (19%) were residents of other cities of the country. A total of 28 patients (23.3%) were hospitalized for less than three days, 51 patients (42.5%) were hospitalized for three to seven days, and 41 patients (34.2%) were hospitalized for longer than seven days. Concerning the etiology of the disease, 59 cases (48.8%) were due to cholera, 32 cases (26.4%) due to amebiasis, five cases (4.1%) due to shigellosis; the main cause of diarrhea was not found in and the rest of the 25 patients (20.7%).At the time of admission, 82 patients (67.8%) had hyponatremia (plasma Na < 137 mEq/L) and only 7 patients (5.7%) developed hypernatremia (plasma Na >143 mEq/L). Moreover, 63 patients had mild hyponatremia (120 <plasma Na <137 mEq/L), and there was only one case of severe hyponatremia (plasma Na <120 mEq/L). Of all, 41 patients (33.88%) had hypokalemia on admission. They had plasma potassium less than 3.5 mEq/L, and only three persons (2.4%) were diagnosed with hyperkalemia. Furthermore, 23 (56.1%) of patients with mild hypokalemia were affected by severe form (3 < plasma K <3.5 mEq/L) and 18 persons (43.9%) suffered from its severe form (plasma K <3 mEq/L).The low potassium level was more prevalent than the severe hyponatremia (43.9% vs. 1.4%).Of all, 23 patients had hypocalcemia (plasma Ca <8.5 mg/dL) and only one person had hypercalcemia (plasma Ca> 10.5 mg/dL). Moreover, in 28 patients (23.9%) serum Cr level was higher than 1.5 mg/dL on admission that indicates that they were affected by ARF. Of these patients, 13 persons (46.4%) were affected by the mild form of the increase in the serum Cr (1.5 <plasma Cr <3 mg/dL) and 15 patients (53.6%) had a plasma Cr level above 3 mg/dL. In addition, 63 patients (56.75%) had acidosis (pH <7.34) and 16 patients (14.41%) had alkalosis (pH > 7.43). Of all patients with acidosis, 23 patients had mild acidosis (7.2 <plasma pH <7.34) and 15 patients (31.24%) had severe acidosis (pH <7.2). Of the 28 patients with ARF 23.8% required dialysis during hospitalization.Of patients with hypokalemia who were treated according to the WHO’s protocol, the plasma potassium of 32 patients (78%) was not corrected during hospitalization and they even suffered from increased loss of potassium; as a result, they needed additional measures. Of patients with hyponatremia who were treated according to the WHO’s protocol, all cases of disorders were corrected. In 21% of patients with acidosis, the problem was not corrected, worsened, and further measures were needed during the treatment. Of patients with hypocalcemia who were treated according to the WHO’s protocol, all cases of disorders were corrected. Cholera-related diarrhea had a significant relationship with decreased plasma
Journal of Renal Injury Prevention, Volume 6, Issue 2, June 2017http://journalrip.com 111
Electrolytes disorders in acute diarrhea
potassium on admission (P < 0.001), hyponatremia on admission (P < 0.001), no response to hydration according to WHO’s protocol (P < 0.001) and the need of patients for hemodialysis. Plasma potassium loss during treatment was significantly associated with Acute kidney injury (AKI) (P < 0.001). Cholera-related diarrhea was significantly associated with AKI (P < 0.05). However, there was no significant relationship between AKI and duration of hospitalization, acid-base disorders, and hypocalcemia.
DiscussionThe high prevalence of cholera-related diarrhea, which was observed in 121 of the studied patients who suffered from acute diarrhea, indicated the severity of dehydration in this group of patients (16). The high prevalence of hypokalemia was in line with the results of previous studies (17). Half of the patients had severe hypokalemia and as it was associated with the high prevalence of acidosis, which highlights the severity of hypokalemia in these patients (18,19).Despite treating all patients according to a single WHO’s protocol which includes potassium, 78% of patients were affected by loss of potassium or uncorrected plasma potassium levels and required additional measures. Although the correction of acidosis can cause loss of plasma potassium levels during treatment, the observations were indicative of the inability of these protocols for the correction of plasma potassium levels (20,21).High prevalence of hyponatremia in these patients and low prevalence of hypernatremia indicates the prevalence of watery diarrhea in most patients and indicates the low alertness of patients to drink water (22,23). Most of the patients had mild hyponatremia, which implies the need for the isotonic oral and injectable fluids (24). The high prevalence of hypocalcemia shows the need for precise measurement of symptoms of hypocalcemia in these patients (15). About one-fourth of patients were affected with AKI which indicated the severity of dehydration (18,24). On the other hand, due to the significance of hypokalemia on admission, potassium loss during treatment, and the association between acidosis and cholera-related diarrhea and AKI and the need for hemodialysis, it is necessary to provide early and appropriate treatment for these patients (25).
ConclusionIn conclusion, the results of this study shows the need for further and more precise researches on the type and composition of the liquids administered for the treatment of acute diarrhea and it recommends researches on potassium and alkali levels in these solutions.
Limitations of the studyLow proportion of patients was a limitation of our study.
AcknowledgmentsThis study was extracted from thesis of Alireza Soleimani in Shahid-Baheshti University of Medical Sciences.
Authors’ contributionAll authors participated equally in all stages of the study.
Conflicts of interestThe authors declare no conflict of interest.
Ethical considerationsEthical issues (including plagiarism, data fabrication, double publication) have been completely observed by the authors.
Funding/SupportNone.
References1. Camilleri M, Murray JA. Diarrhea and constipation. In:
Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine. New York: The McGraw-Hill; 2012.
2. Cholera: global surveillance summary, 2008. Wkly Epidemiol Rec. 2009;84:309-24.
3. John E. Morley, MB, BCh. Protein-Energy Undernutrition. In: Mark H, Beers MD, Rober T, Berkow MD, eds. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy. Kenilworth, NJ: Merck & Co; 2000:246.
4. Imhoff B, Morse D, Shiferaw B, Hawkins M, Vugia D, Lance-Parker S, et al. Burden of self-reported acute diarrheal illness in FoodNet surveillance areas, 1998-1999. Clin Infect Dis. 2004;38:S219-26. doi: 10.1086/381590.
5. Majowicz SE, Doré K, Flint JA, Edge VL, Read S, Buffett MC, et al. Magnitude and distribution of acute, self-reported gastrointestinal illness in a Canadian community.Epidemiol Infect. 2004;132:607-17. doi: 10.1017/S095026880400235.
6. Mead PS, Slutsker L, Dietz V, McCaig LF, Bresee JS, Shapiro C, et al. Food-related illness and death in the United States. Emerg Infect Dis. 1999;5:607-25. doi: 10.3201/eid0505.990502.
7. Yoder JS, Blackburn BG, Craun GF, Hill V, Levy DA, Chen N, et al. Surveillance for waterborne-disease outbreaks associated with recreational water--United States, 2001-2002. MMWR Surveill Summ. 2004;53:1-22.
8. Barbut F, Leluan P, Antoniotti G, Collignon A, Sédallian A, Petit JC. Value of routine stool cultures in hospitalized patients with diarrhea. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. 1995;14:346-9.
9. Mann MD, Bowie MD, Hansen JD. Total body potassium, acid-base status and serum electrolytes in acute diarrhoealdisease. Afr Med J. 1975;49:709-11.
10. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Preliminary FoodNet data on the incidence of foodborne illnesses--selected sites, United States, 2002. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2003;52:340-3.
11. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Outbreak of Vibrio parahaemolyticus infection associated with eating raw oysters and clams harvested from Long Island Sound--Connecticut, New Jersey, and New York, 1998. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 1999;48:48-51.
12. Morris JG. Non-O group 1 Vibrio cholera: a look at the epidemiology of an occasional pathogen. Epidemiol Rev. 1990;12:179-91.
13. Finkelstein RA. Cholera, vibrio cholerae O1 and O139,
Journal of Renal Injury Prevention, Volume 6, Issue 2, June 2017 http://journalrip.com 112
Soleimani A et al
and other pathogenic vibrios. In: Baron S, editor. Medical Microbiology. 4th ed. Galveston (TX): University of Texas Medical Branch at Galveston; 1996.
14. Sack DA, Sack RB, Nair GB, Siddique AK. Cholera.Lancet. 2004;363:223-33. doi: 10.1016/S0140-6736(03)15328-7.
15. Seas C, Gotenzzo E. Vibrio cholerae. In: Mandell GL, Bennett JE, Dolin R, Eds. Principles and Practice of Infectious Disease. 6th ed. Philadelphia, PA: Churchill Livingstone; 2005:2536.
16. Lucas ME, Deen JL, von Seidlein L, Wang XY, Ampuero J, Puri M, et al. Effectiveness of mass oral cholerae vaccination in Beira, Mozambique. N Engl J Med. 2005;352:757.doi: 10.1056/NEJMoa043323.
17. Butterton JR, Calderwood SB. Vibrio cholera O-1 and O-139, In: Blaser MJ, Smith PD, Ravidin JT, eds. Infection of Gastrointestinal Tract. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams Wilkins; 2002:535.
18. Holmgren J. Action of cholera toxin and prevention and treatment of cholerae. Nature. 1981;292:413-17.
19. Gilman AG. G proteins and dual control of adenylate cyclase.Cell. 1999;36:777. doi: 10.1016/0092-8674(84)90336-2.
20. Molla AM, Ahmed SM, Greenough WB 3rd. Rice-based
oral rehydration solution decreases the stool volume in acute diarrhoea. Bull World Health Organ. 1985;63(4):751-6.
21. Centers for Disease Control (CDC). Update: cholera--Western Hemisphere, 1991. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 1991;40:860.
22. Rabbani GH, Greenough WB 3rd. Pathophisiology and clinical aspects of cholerae. In: Cholerae. Barua D, Greenough WBI, eds. New York: Plenum Press; 1992:209.
23. Alam NH, Majumder RN, Fuchs GJ. Efficacy and safety of oral rehydration solution with reduced osmolarity in adults with cholera: a randomised double-blind clinical trial. CHOICE study group. Lancet. 1999;354:296-9. doi: 10.1016/S0140-6736(98)09332-5.
24. Hahn S, Kim Y, Garner P. Reduced osmolarity oral rehydration solution for treating dehydration due to diarrhoea in children: systematic review. BMJ. 2001;323:81-5. doi: 10.1136/bmj.323.7304.81.
25. Centers for Disease Control and Prevention. Health Information for International Travel 1999–2000, DHHS, Atlanta, GA.
Copyright © 2017 The Author(s); Published by Nickan Research Institute. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0), which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
24
MANAJEMEN DIARE PADA ANAK OLEH PERAWAT DI
RUMAH SAKIT
Septi Wardani1
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang 2
Kutipan: Wardani, S. (2016). Asuhan Keperawatan Manajemen Diare Pada Anak Oleh
Perawat Di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1 (1): 24-31.
INFORMASI A B S T R A C T
Korespodensi:
Objective: the aim of this study is to explore how the nurse’s role in
management of acute diarrhea for children.
Methods: this study used qualitative method with case study
approach. Subject of this study is the nurse whose match with several
inclusion criterias, i.e nurse whose exposed in nursing care
implementation on children with acute diarrhea, had minimum of
diploma degree and minimum one year working time. The data was
collected by interview, documentation, and participatiory
observation, and analyzed using Miles and Huberman model, and
further triangulation is done in the validity.
Results: there are strength and weakness for management of diare
from the nurses. The strength i.e Nurse’s are doing a general
assessment of diarrhea and dehydration, Nurse’s perform
formulation nursing diagnosis, intervention, implementation and
evaluation, Nurse’s colaboration with other health team, such as
doctor, laboratory worker, Nurse’s provide education in the
provision of oral rehydration, zinc, eating and education and Nurses
perform the role as protector: informed concent. The weakness i.e
Nurse documentation contained in separate nursing assessment form,
There was incorrect of examination for severe dehydration, Child
always gets additional parenteral fluid, Nuse still gave antibiotics for
children with acute diarrhea, Child was given a prebiotic, Nurses did
not give an explanation to the parents about the duration of zinc and
Nurses doing informed concent but not yet documented.
Conclusion: The nurses have been working on roles in acute
diarrhea management for children, in which these roles there are
strength and weakness of the implementation of those roles.
Keywords:
Strengthener and weakness ,
management of diarrhea, nurses
PENDAHULUAN________________
Diare merupakan penyebab kematian
nomer dua di dunia (WHO, 2013).
Salah satu target MDGs adalah
menurunkan angka kematian pada anak,
termasuk menurunkan angka kematian
yang diakibatkan diare. Jika upaya
dalam menangani masalah diare tidak
dilakukan dengan cepat dan
berkelanjutan, maka dimungkinkan
sebanyak 760.000 anak akan meninggal
oleh karena diare setiap tahunnya.
Tetapi jika penanganan diare dilakukan
dengan cepat dan tepat, maka jumlah
kematian anak karena diare akan
menurun setiap tahunnya (WHO,
UNICEF, 2013).
Upaya untuk menurunkan angka
kematian anak karena diare dengan
melakukan tatalaksana secara tepat dan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
25
akurat. WHO mengembangkan
kerangka kerja pelayanan kesehatan
yang salah satunya dalam buku
pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit, di dalamnya berisi panduan
tatalaksana anak sakit di rumah sakit
oleh tenaga kesehatan termasuk
perawat, dengan lima langkah tuntaskan
diare (lintas) diare (WHO, 2008).
Dalam tatalaksana diare, perawat dapat
melaksanakan perannya dalam beberapa
hal, salah satunya adalah memberikan
pendidikan kepada orang tua mengenai
rehidrasi oral untuk mengatasi diare.
Seperti penelitian di India yang
dilakukan oleh Mazumder et al (2010),
dikemukakan bahwa pendidikan yang
diberikan kepada orang tua atau
pengasuh mengenai pemberian zink dan
oralit untuk anak diare, efektif dapat
mengurangi diare pada anak. Penelitian
di Indonesia tentang tatalaksana diare
yang sudah dilakukan di 18 rumah
sakit, untuk mengetahui gambaran
perawatan pada anak di rumah sakit,
diperoleh hasil bahwa kelemahan yang
didapatkan dari skor diare adalah
adanya rencana rehidrasi yang tidak
jelas, diberikannya cairan intravena
pada semua kasus diare sedangkan
oralit tidak diberikan, dan masih
diberikannya antibiotik dan antidiare
untuk diare cair (Sidik et al, 2013).
Dari survei pendahuluan terdapat
beberapa permasalahan terkait
tatalaksana diare, diantaranya adalah
belum ada bukti Standar Pelayanan
Medis (SPM) untuk diare, antibiotik
masih diberikan pada anak diare akut
dan perawat belum menjalankan peran
sebagai pelindung, untuk melindungi
pasien dari pemberian terapi. Kemudian
pemberian tablet zink belum sesuai
dengan dosis sesuai umur, perawat
belum memberikan nasehat untuk orang
tua mengenai kapan harus membawa
anak kembali ke petugas, dan orang tua
belum mengetahui dosis pemberian zink
serta cara pemberian jika anak muntah,
hal itu menunjukan bahwa perawat
belum melaksanakan peran pendidik.
Dari hal tersebut dirumuskan masalah
apa peran perawat dalam tatalaksana
diare akut dan bagaimana perawat
melakukan tatalaksana diare akut.
METODE_______________________
Metode yang digunakan adalah
studi kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Subjek penelitian yaitu perawat
yang bekerja di bangsal anak dengan
kriteria responden lama bekerja
minimal satu tahun, berpendidikan
minimal D3 keperawatan dan terpapar
dalam pemberian asuhan keperawatan
pada anak dengan diare akut. Sampel
dipilih dengan menggunakan metode
purposive sampling dengan strategi
homogeneous sampling. Penelitian
dilakukan untuk menggali peran
perawat dalam tatalaksana diare akut
pada anak dengan teknik pengumpulan
data dengan wawancara terhadap lima
respoden, dokumen, dan observasi
partisipatif. Analisa data dilakukan
melalui 3 tahap, yaitu reduksi data,
model data dan verifikasi data. Uji
validitas dilakukan dengan triangulasi
sumber dengan melakukan wawancara
terhadap empat pengasuh atau orang tua
anak, satu kepala ruang dan satu dokter
spesialis anak.
HASIL__________________________
Hasil dari penelian didapatkan kekuatan
dan kelemahan dalam tatalaksana diare
akut pada anak oleh perawat. Kekuatan
dan kelemahan tersebut disajikan dalam
table berikut ini
Tabel 1. Kekuatan dan kelemahan Kekuatan Kelemahan
perawat sudah
melakukan
pengkajian umum
diare dan penilaian
dehidrasi,
Perawat belum
melakukan pengkajian
riwayat penyakit
Perawat melakukan
asuhan
keperawatan
pendokumentasian
perawat belum
dilakukan secara
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
26
(perumusan
diagnose
keperawatan,
intervensi,
implementasi dan
evaluasi)
terintegrasi,
perawat melakukan
kolaborasi dengan
tim kesehatan lain,
Masih diberikan cairan
intravena pada semua
anak dengan diare akut
atas instruksi dokter,
antibiotik dan
prebiotik masih
diberikan
perawat
memberikan
edukasi mengenai
pemberian rehidrasi
oral, zink, makan
dan nasehat
belum melakukan
dokumentasi dalam
pemberian informed
consent
perawat sudah
melakukan inform
concent
Perawat belum
memberikan edukasi
mengenai lama
pemberian dan
manfaat zink dan.
PEMBAHASAN__________________
Dari hasil penelitian dokter tidak
mengetahui secara pasti apakah perawat
melakukan pengkajian atau tidak. Hal
tersebut terjadi karena dokter
berkunjung ke ruang anak hanya pada
waktu pagi hari dan tidak melihat secara
langsung pengkajian yang sudah
dilakukan perawat. Selain itu,
dokumentasi yang dilakukan perawat
terdapat dalam form pengkajian
keperawatan tersendiri, yang tidak
menjadi satu dengan dokumentasi
dokter, sehingga dokter tidak melihat
dan mengetahui apa saja yang sudah
dilakukan oleh perawat. Hal tersebut
tidak sejalan dengan Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) pada standar
pelayanan pasien (PP), yaitu pada
standar PP 2.1 “Asuhan kepada pasien
direncanakan dan tertulis di rekam
medis pasien”. Pada PP 2.1
menyebutkan bahwa dalam
memberikan asuhan kepada pasien,
sebaiknya dituangkan dalam satu
rencana tunggal dan terintegrasi oleh
masing-masing praktisi kesehatan. Hal
yang serupa juga disampaikan oleh
Joint Commission International (JCI,
2013), pada standar Care of Patient
(COP), yang menjelaskan bahwa dalam
pendokumentasian atau pencatatan,
seharusnya terintegrasi atau seragam,
untuk semua profesi, baik perawat
ataupun dokter, mulai data subjektif dan
objektif dari pengkajian, diagnosis,
perecanaan, implementasi dan evaluasi.
Apabila dokumentasi sudah seragam
atau terintegrasi, maka dokumentasi
yang tertulis bisa dibaca dan diketahui
oleh profesi lain.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa dari hasil kolaborasi dengan
dokter, anak selalu mendapatkan
tambahan cairan parenteral pada semua
derajad dehidrasi. Hal itu tidak sesuai
dengan diare Depkes (2011), yang
memberikan panduan bahwa dalam
memberikan cairan tambahan
disesuaikan dengan derajad dehidrasi.
Dengan tidak diberikannya cairan
intravena, maka akan mengurangi
resiko infeksi sekunder pada anak dan
memungkinkan biaya perawatan anak
yang lebih rendah (Depkes, 2011).
Perawat dalam memberikan cairan
intravena atas instruksi dokter. Sebagai
perawat yang mempunyai fungsi
dependent, semua tindakan yang
dilakukan perawat berdasarkan instruksi
dokter atau di bawah pengawasan
dokter (Kozier, 2008). Menurut
Pabundu (2008), salah satu faktor
eksternal yang mempengaruhi kinerja
adalah kebijakan. Perawat memberikan
cairan intravena pada semua derajad
dehidrasi karena adanya kebijakan dan
instruksi dari dokter untuk memberikan
cairan intravena.
Pemberian cairan intravena pada
semua pasien diare di atas, tidak sesuai
dengan KARS pada standar Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI 6) dan
JCI (2013), pada standar Prevention and
Control of Infections (PCI 6), tentang
“mengurangi resiko infeksi terkait
dengan pelayanan kesehatan”.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
27
Dari hasil penelitian, pada anak
yang disertai panas diberikan antibiotik
injeksi dan oral pada diare tanpa panas.
Hal tersebut tidak sesuai dengan lintas
diare depkes (2011), yang seharusnya
antibiotik diberikan secara selektif.
Antibiotik bisa diberikan pada anak
dengan diare dengan indikasi, seperti
diare ada darah, kolera atau diare
dengan disertai penyakit lain.
Penggunaan antibiotik yang tidak
rasional juga akan memberikan efek
samping gangguan fungsi hati dan
ginjal (Depkes, 2011). Rocha et al
(2012), menyampaikan bahwa
penggunaan antibiotik yang tidak
rasional selama pengobatan dapat
meningkatkan resiko keparahan diare
akut pada anak. Diberikannya antibiotik
pada anak diare dikarenakan fasilitas
laboratorium tidak mendukung untuk
pemeriksaan, sehingga pada anak diare
baik yang disertai panas atau tanpa
panas diberikan antibiotik. Menurut
Mangkunegara (2008), faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah faktor
kemampuan dan motivasi. Salah satu
faktor motivasi yang mempengaruhi
kinerja adalah fasilitas kerja. Dengan
adanya fasilitas kerja yang memadai,
memungkinkan seseorang atau tenaga
kesehatan dapat berperilaku atau
memberikan penampilan kerja secara
maksimal.
Pada pemberian prebiotik tidak
sejalan dengan depkes (2011), yang
menyebutkan bahwa berdasarkan
WHO, prebiotik mungkin bermanfaat
untuk AAD (Antibiotik Associaed
Diare), tetapi tidak memberikan efek
signifikan pada travellers diare, dan
tidak memberikan signifikan pada
community-based diarrhea. Karena
masih kurangnya bukti ilmiah dari
penelitian yang dilakukan, maka WHO
belum merekomendasikan penggunaan
prebiotik sebagai bagian dari
tatalaksana diare. Selain hal itu, biaya
yang harus dikeluarkan menjadi bahan
pertimbangan jika prebiotik dimasukan
dalam pengobatan tambahan pada diare.
Perawat masih memberikan prebiotik
dalam penanganan diare karena perawat
menjalankan fungsinya sebagai perawat
dependen yang mana melaksanakan
atau melakukan tindakan dan pemberian
terapi atas instruksi dari dokter (Kozier,
2008).
Pada peran perawat sebagai
pendidik, perawat memberikan edukasi
mengenai lama pemberian zink, yaitu
10 hari, tetapi pernyataan tersebut tidak
didukung oleh data dari observasi,
dokumentasi dan triangulasi dengan
orang tua. Dari hal tersebut dapat
diketahui, bahwa pengetahuan perawat
mengenai lama pemberian zink sudah
benar, tetapi belum diikuti dengan
pemberian edukasi kepada orang tua
mengani lama pemberian zink kepada
anak dan belum dilakukan dokumentasi
mengenai edukasi tersebut. Kenyataan
yang terjadi belum sejalan dengan
Depkes (2011), yang menyebutkan
bahwa sebagai tenaga kesehatan,
perawat hendaknya memberikan
edukasi dan penekanan kepada orang
tua mengenai dosis penuh zink yang
harus diberikan kepada anak, yaitu
selama 10 hari. Hal tersebut
menunjukan bahwa perawat sudah
menerapkan perawatan berpusat pada
keluarga dan berprinsip pada atraumatic
care dengan memberikan edukasi atau
pemberian
Perawat sudah melakukan
informed consent, tetapi belum diikuti
dengan pendokumentasian mengenai
tindakan yang sudah dilakukan. Dari hal
tersebut, perawat belum melaksanakan
tanggung jawab dan tanggung gugat
dalam upaya melindungi klien terhadap
pelayanan atau tindakan yang
didapatkan, karena dokumentasi
merupakan bentuk pertanggungjawaban
perawat terhadap tindakan yang sudah
dilakukan (Handayaningsih, 2009).
Tidak adanya dokumentasi membuat
lemah suatu informed concent, karena
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
28
dokumentasi diperlukan sebagai bukti
jika terjadi suatu masalah yang
berhubungan dengan profesi
keperawatan.
KESIMPULAN__________________
Perawat sudah melakukan manajemen
diare akut pada anak, yang di dalamnya
mengandung kekuatan dan kelemahan
dari manajemen diare yang sudah
dilakukan perawat tersebut.
SARAN_________________________
Perawat perlu menambahkan
pengkajian mengenai pengetahuan dan
keyakinan serta efikasi diri sebagai
pengkajian faktor psikososial pada
pasien DFU. Penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya
mengenai efikasi diri. Beberapa
masalah yang dapat diteliti antara lain
intervensi keperawatan yang dapat
meningkatkan efikasi diri pasien,
pengaruh pendidikan kesehatan dengan
suatu modul tertentu terhadap efikasi
diri pasien DFU, faktor yang
mempengaruhi efikasi diri pasien.
DAFTAR PUSTAKA_____________
Aldeyab, M. A., KearneY. M. P., Scott.
M. G., Aldiab. M. A., Alahmadi,
Y. M., W. Feras., Elhajji, D.,
A. Fidelma., Magee., McElnay,
J. C. 2012. An evaluation of the
impact of antibiotic stewardship
on reducing the use of high-risk
antibiotics and its effect on the
incidence of Clostridium
difficile infection in hospital
settings. J Antimicrob
Chemother 67: 2988–2996.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar
Keperawatan. EGC. Jakarta
Bungin, B. 2012. Analisis Data
Penelitian Kualitatif. Edisi
pertama. Cetakan ke-delapan.
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Delaune dan Ladner. 2011.
Fundamental of Nursing
Standard and Practice. fourth
Edition. Cengage Learning.
Delmar.
Depkes. 2011. Buku Saku petugas
Kesehatan. edisi 2011. Depkes
RI.
Gormley, S. E., Martin, R., Misener,
Downe, B., Wamboldt,
DiCenso, A. 2011. Factors
affecting nurse practitioner role
implementation in Canadian
practice settings: an integrative
review. Journal of Advanced
Nursing 67 (6): 1178–1190.
Hafizurrachman, Trisnantoro, T,.
Bachtiar A. 2011. Beberapa
Faktor yang Memengaruhi
Kinerja Perawat dalam
Menjalankan Kebijakan
Keperawatan di Rumah Sakit
Umum Daerah. J Indon Med
Assoc 61 (10): 387-393.
Handayaningsih. 2009. Dokumentasi
Keperawatan “DAR” Panduan,
Konsep dan Aplikasi. Mitra
Cendekia. Jogjakarta
Hockenberry, M.J., Wilson, D. 2011.
Wong’s Book 2 Nursing Care of
Infants and Children. Edition 9.
Mosby Elseiver. USA.
Hockenberry, M. J., Wilson, D., Wong,
D.L. 2009. Wong’s Essentials of
Pediatric Nursing. Mosby
Elseiver, Inc. St Louis.
Hoque et al. 2012. An assessment of the
quality of care for children in
eighteen randoml selected
district and subdistrict hospitals
in Bangladesh. BMC Pediatrics
12 (197): 1-10.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
29
Jansen dan Stauffacher. 2010.
Advanced Practice Nursing
Core Concepts for Proffessional
Role Development. Fourth
edition. Springer Publishing
Company. New York.
Joint Commission International (2013).
Joint Commission International
Acredditation Standards for
Hospitals. 5th edition. JCI. USA
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Situasi
Diare di Indonesia. Triwulan II.
Kemenkes RI. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1239 Tahun
2001 Registrasi dan Praktik
Perawat. 22 November 2001.
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Kozier, B. (2008). Fundamental Of
Nursing ; Concept, Process and
Practice. Addison Wesley
Nursing Cuming Publishing.
New York.
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan
Praktik Keperawatan
Profesional. EGC. Jakarta.
Kyle, T. (2008). Essentials of Pediatric
Nursing. Lippincott Williams &
Wilkins
L. Duijts, V. W. V. Jaddoe, A. Hofman.
2010. Breastfeeding Duration
and Exclusivity Decrease Infant
Infections. Pediatrics. 126(1):
e18-e25.
L. Duijts, L., V. W. Vincent., Jaddoe,
Hofman A., dan Moll, H. A.
2010. Prolonged and Exclusive
Breastfeeding Reduces the Risk
of Infectious Diseases in
Infancy. Pediatrics. 126 (1):
e18-e25
Luby, S. P., Halder, A. K., Huda, T.,
Unicomb, L., Johnston, R. B.
2011. The Effect of
Handwashing at Recommended
Times with Water Alone and
With Soap on Child Diarrhea in
Rural Bangladesh: An
Observational Study. PLOS
Medicine 8 (6): 1-12.
Mangkunegara. 2008. Perencanaan dan
Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Refika Aditama.
Bandung.
Mansyur, F. 2013. Faktor Risiko
Kejadian Diare Akut pada Balita
di Kabupaten Magelang. Tesis.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Mazdumer et al. 2010. Effectiveness of
zinc supplementation plus oral
rehydration salts for diarrhoea in
infants aged less than 6 months
in Haryana state, India. Bull
World Health Organ. 88
(10.2471): 754–760.
Mubarak, W. I., dan Chayatin, N. 2009.
Ilmu Keperawatan Komunitas
Pengantar dan Teori (Vol. 1).
Jakarta: Salemba Medika.
NANDA International. 2011. Nursing
Diagnoses: Definitions &
Classification 2012-2014. Alih
bahasa Sumarwati, Subekti.
Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta. EGC.
Nursalam. 2011. Manajemen
Keperawatan Aplikasi Dalam
Praktik Keperawatan
Profesional edisi 3. Jakarta.
Salemba Medika.
Pabundu. 2008. Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja
Perusahaan. Bumi Aksara.
Jakarta.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental
Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik. Edisi 4. EGC. Jakarta.
PPNI. 2005. Standar Praktik
Keperawatan Indonesia.
http://www.inna-
ppni.or.id/index.php/standar-
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
30
praktek. diunduh 03 September
2014.
Priharjo, R. (2008). Konsep dan
Prespektif Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 2. Cetakan
pertama. EGC. Jakarta.
Profil Kesehatan Indonesia 2012. 2013.
Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
2012.
http://www.dinkesjatengprov.go
.id. Diunduh 22 Desember 2013
RISKESDAS. 2007.
http://labdata.litbang.depkes.go.i
d. Diunduh 01 Januari 2014.
RISKESDAS Provinsi Jawa Tengah.
(2007).
http://grey.litbang.depkes.go.id.
Diunduh 22 Desember 2013.
Rocha, Carminate, Tibirica, Carvalho,
Silva, Chebli . 2012. Acute
Diarrhea in Hospitalized
Children of the Municipality of
Juiz de fora, mg, Brazil:
Prevalence and Risk factors
associated with disease severity.
Arq. Gastroenterol. 49 (4): 259-
265.
Sidik et al. (2013). Assessment of the
quality of Hospital care for
children in Indonesia. Tropical
Medicine and International
Health. 18 (4): 407–415.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Cetakan ke-19. Alfabeta.
Bandung.
Suhaemi. (2005). Etika Keperawatan.
EGC. Jakarta.
Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. cetakan
ketiga. Sagung Seto. Jakarta.
Taylor. (2011). Fundamental of Nursing
The Art and Science of Nursing
Care. Seventh Edition.
Lippincott Williams & Wilkins.
Tomey, Alligood. (2010). Nursing
Theorists and Their Work.
Seventh Edition. Mosby
elseiver. USA
Walker, C. L. F., Fontaine, O., Young,
W., dan Robert E Black, R. E.
(2009). Zinc and low osmolarity
oral rehydration salts for
diarrhoea: a renewed call to
action. Bull World Health
Organ. 87
(10.2471/BLT.08.058990): 780–
786.
Wake, M. M., Tolessa, C. 2011.
Reducing diarrhoeal diseases:
lessons on sanitation from
Ethiopia and Haiti. International
Council of Nurses. 59: 34-39.
WHO (2014). Intregated Management
of Childhood Illness (IMCI).
Distance Learning Course,
Modul 4 Diarrhoea. WHO.
Switzerland
WGO. 2008. World Gastroenterology
Organisation practice guideline:
Acute diarrhea. WGO.
WHO. 2005. The Treatment of
Diarrhoea, A manual for
physicians and other senior
health workers. 4th rev. WHO.
Geneva.
WHO, UNICEF. (2013). Ending
Preventable Child Deaths from
Pneumonia and Diarrhoea by
2025 The integrated Global
Action Plan for Pneumonia and
Diarrhoea (GAPPD). WHO.
France.
Widayanti, E. (2013). Evaluasi
Kerasionalan Pengobatan Diare
(non Spesifik) Di Puskesmas
Kabupaten Sleman Tahun 2011.
Tesis. Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
31
WHO. 2012. Health topics: Diarrhoea.
http://www.who.int/topics/diarrh
oea/en/. Diakses 12 Desember
2013.
Yin, R. K. 1996. Case Study Research:
Design and Methods. Studi
Kasus Desain dan Metode.
Terjemahan Mudzakir. 2013.
Studi Kasus Desain dan Metode.
Cetakan ke-12. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
Zhang, et al. 2013. Care-seeking and
quality of care for outpatient
sick children in rural Hebei,
China: a cross-sectional study.
Croat Med J. 54
ACKNOWLEDGEMENT_________
mengucapkan terimaksih kepada
semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam proses penelitian ini:
Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan (FIKES) Universitas
Muhammadiyah Magelang (UMMgl),
Kaprodi S1 Keperawatan dan Ners
FIKES UMMgl, RS dr. Soedjono
Magelang, Dosen dan Staf FIKES
UMMgl.
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 60
Studi Kasus: Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gastroenteritis Dehidrasi Sedang (Case Study: Nursing Care In Children With Gastroenteritis Moderate Dehydration)
Rahayu Sari Utami 1)
, Dewi Wulandari 2)
Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo [email protected]
Abstract: Gastroenteritis or diarrhea is the second leading caused of child deaths in the world with 15 million children died every year. SKRT showed that diarrhea is a major caused of infant mortality in Indonesia. Data Sukoharjo District Health Office showed the number of patients with gastroenteritis in 2012 as many as 31 716 inhabitants (3.7%), whereas in 2013 increased to 35 498 inhabitants (4.11%). The purpose of this study to determine the nursing care in children with gastroenteritis moderate dehydration. This study was a qualitative case study design using the nursing process approach. The population in this study were children who had diarrhea with moderate dehydration. The sample was An. A. The sampling technique used purposive sampling. The study was done at the regional public hospital of Sukoharjo on February 2014. Data was collected through interviews, observation, and documentation. The research instrument was a researcher herself with tools sphygmomanometer, stethoscope, thermometer, penlight, and assessment guidelines. The assesment showed An.A vomited one time, temperature 38,2
0C, 1.2 kg weight loss, poor skin turgor, leukocytes 17,200 uL, fluid balance -
111.7 cc. There are 3 nursing problems, they were fluid volume deficit, hyperthermia, and infection. After two-days nursing care obtained improved development issues. Conclusion, the main nursing problem of An. A with gastroenteritis moderate dehydration was fluid volume deficit. Keywords: nursing care, children, gastroenteritis, moderate dehydration Abstrak: Gastroenteritis atau diare merupakan penyebab kedua kematian anak di dunia dengan 15 juta anak meninggal setiap tahunnya.. Survei Kesehatan Ruma h Tangga menunjukkan bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo menunjukkan jumlah penderita gastroenteritis pada tahun 2012 sebanyak 31.716 penduduk (3,7%), sedangkan tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 35.498 penduduk (4,11%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan gastroenteritis dehidrasi sedang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami diare dengan dehidrasi sedang. Sampelnya adalah An. A. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Penelitian dilakukan di RSUD Sukoharjo pada bulan Februari 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dengan alat bantu sphygmomanometer, stetoskop, termometer, penlight, serta pedoman pengkajian. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan didapatkan data adanya muntah 1 kali, suhu 38,2
0C, berat badan turun 1,2 kg, turgor kulit jelek, leukosit 17.200 uL,
balance cairan -111,7 cc. Terdapat 3 masalah keperawatan, yaitu defisit volume cairan, hipertermi, dan infeksi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama dua hari didapatkan perkembangan masalah membaik.Kesimpulannya, masalah keperawatan utama pada An. A dengan gastroenteritis dehidrasi sedang adalah defisit volume cairan. Kata Kunci: asuhan keperawatan, anak, gastroenteritis, dehidrasi sedang I. PENDAHULUAN
Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan atau muntah akut. Istilah ini mengacu pada terdapat proses inflamasi dalam lambung dan usus, walaupun pada beberapa kasus tidak selalu demikian (Sodikin, 2011). Secara global setiap tahun diperkirakan dua juta kasus gastroenteritis yang terjadi di kalangan anak berumur kurang dari lima tahun. Walaupun penyakit ini seharusnya dapat
diturunkan dengan pencegahan, namun penyakit ini tetap menyerang anak terutama yang berumur kurang dari dua tahun. Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk (Howidi, 2012).
Gastroenteritis atau diare merupakan penyebab kedua kematian anak di dunia dengan 15 juta anak meninggal setiap tahunnya. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan bahwa diare masih
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 61
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (2012), jumlah penderita gastroenteritis pada tahun 2012 adalah 31.716 penduduk atau 3,7%, sedangkan pada tahun 2013 mengalami kenaikan 1,4% menjadi 4,11% dengan jumlah penderita 35.498 penduduk. Data hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Daerah Sukoharjo pada tahun 2013 menunjukkan penderita gastroenteritis mencapai 845 orang.
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah ini dianggap menarik, perlu dan penting untuk diteliti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan pada An. A dengan gangguan sistem pencernaan: gastroenteritis dehidrasi sedang, meliputi tahap pengkajian hingga evaluasi keperawatan.
Diare menurut Wijayaningsih (2013) dapat diartikan sebagai suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung dan usus. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2006).
Menurut Sodikin (2011), secara klinik diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom, yaitu diare akut (gastroenteritis), disentri, dan disentri persisten. Masing-masing mencerminkan patogenesis berbeda dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.
Diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Noerasid, Suraatmadja & Asnil, dikutip Suharyono, Boediarso & Halimun, 1998). Menurut Watson, dikutip Jones & Irving (1996); Behrman, Kliegman, & Arvin (1996) diare berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari tujuh hari) dengan disertai pengeluaran feses lunak atau cair, sering tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas (kemenkes RI, 2011). Diare akut (berlangsung kurang dari tiga minggu), penyebabnya infeksi dan bukti penyebabnya harus dicari (perjalanan ke luar negeri, memakan makanan mentah, diare
serentak dalam anggota keluarga dan kontak dekat).
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar. Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak di negara berkembang adalah rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium (Kemenkes RI , 2011). Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Peluang untuk mengalami diare akut antara anak laki-laki dan perempuan hampir sama. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi, bahkan kematian yang disebabkan oleh dehidrasi.
Penyebab gastroenteritis antara lain infeksi, malabsorbsi, makanan dan psikologis (Dewi, 2010). Penelitian yang dilakukan Oktania Kusumawati, Heryanto Adi Nugroho, Rodhi Hartono (2010) menunjukkan terdapat hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare dengan p value 0,025
Penanganan pada penderita diare adalah:
1. Penanganan fokus pada penyebab 2. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan
rumatan) 3. Dietetik (pemberian makanan) 4. Pada bayi, pemberian ASI diteruskan
jika penyebab bukan dari ASI. (Suriadi dan Yuliani, 2010)
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami diare dengan dehidrasi sedang. Sampelnya adalah An. A. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Penelitian dilakukan di RSUD Sukoharjo (bangsal Anggrek) pada bulan Februari 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dengan alat bantu sphygmomanometer, stetoskop, termometer, penlight, serta pedoman pengkajian.
Pendekatan proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Pengkajian
Peneliti melakukan pengumpulan data, baik bersumber dari responden/pasien,
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 62
keluarga pasien, maupun lembar status pasien.
2. Diagnosis keperawatan Peneliti melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh sehingga didapatkan diagnosa keperawatan.
3. Intervensi keperawatan Peneliti menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang terjadi.
4. Implementasi keperawatan Peneliti melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun.
5. Evaluasi keperawatan Peneliti melakukan penilaian tindakan keperawatan yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah yang terjadi.
III. HASIL PENELITIAN
Peneliti akan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan tahapan-tahapan pada proses keperawatan. 1. Pengkajian
Data hasil pengkajian menunjukkan Data subjektif: keluarga mengatakan An. A panas 1 hari yang lalu; keluarga mengatakan An. A muntah 1 kali lebih kurang 300cc; keluarga mengatakan intake cairan An. A kurang, lebih kurang 800cc; keluarga mengatakan nafsu makan An. A menurun; keluarga mengatakan An. A makan kurang dari 4 sendok; keluarga mengatakan BB sebelum sakit 8,5 kg; keluarga mengatakan BB sakit 7,3 kg.
Data objektif: TTV: S= 38,2oC, N=
136 x/menit, R= 28 x/menit; kulit teraba hangat; terlihat merah dan berkeringat; pemeriksaan nutrisi: A: BB turun 1,2 kg, BB ideal 10 kg, B: Hb= 12,7 gr/dl, C: mukosa bibir kering, D: bubur lunak; turgor kulit jelek; muntah berwarna putih susu, cair; leukosit 17.200 uL; MCHC 34 %; balance cairan -111,7 cc. Tabel 1. Perhitungan balance cairan
No Jenis Jumlah (cc)
INTAKE 1 Makan 50
2 Minum 800
3 Infus 1500
TOTAL 2350
OUTPUT
1 BAB 150
2 BAK 1500
3 Muntah 300
4 Keringat 100
5 IWL: 211,7+280 491,7
TOTAL 2541,7
Balance cairan= INTAKE – OUTPUT = 2350 – 2461,7 = -191,7 cc
Sumber: Data primer diolah, 2014 2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisis data pengkajian dapat ditegakkan Diagnosa keperawatan:
Diagnosa keperawatan pertama adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih ditandai dengan: data subjektif keluarga mengatakan An. A muntah 1 kali lebih kurang 300cc; keluarga mengatakan intake cairan An. A kurang, lebih kurang 800cc. Data objektif: turgor kulit jelek; muntah berwarna putih susu, cair; kulit berkeringat; balance cairan -111,7cc; MCHC 34%, Berat badan turun 1,2 kg.
Diagnosa keperawatan kedua adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai dengan: data subjektif keluarga mengatakan An. A panas satu hari yang lalu. Data objektif dari pemeriksaan TTV: S= 38,2°C, N= 136 x/menit, R= 28 x/menit; kulit teraba hangat; kulit terlihat merah; kulit berkeringat.
Diagnosa keperawatan ketiga adalah infeksi berhubungan dengan peradangan pada lambung dan usus yang ditandai dengan: data subjektif: keluarga mengatakan An. A panas 1 hari yang lalu. Data objektif: leukosit 17.200 uL; S= 38,2
oC; kulit teraba hangat.
3. Intervensi Keperawatan Tujuan keperawatan untuk masalah
defisit volume cairan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil keluarga mengatakan An. A minum cukup, keluarga mengatakan muntah hilang, turgor kulit baik, kulit lembab, balance cairan seimbang (+) 0-500cc. Intervensi keperawatannya: pantau intake dan output pasien, beri minum 1000-2000cc, timbang berat badan, dorong masukan oral (makan/minum), kolaborasi pemberian cairan intravena 24 tpm mikro.
Tujuan keperawatan untuk masalah hipertermi adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil: keluarga mengatakan panas An. A turun; S= 36-37,5
oC; kulit teraba hangat; kulit
teraba lembab. Rencana tindakan keperawatannya adalah kaji peningkatan
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 63
suhu, beri kompres hangat, lakukan water tepid sponge, berikan pakaian tipis, berikan minum 1000-2000cc/hari, beri penjelasan keluarga tentang fungsi banyak minum, kolaborasi pemberian paracetamol.
Tujuan keperawatan untuk masalah infeksi adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil: keluarga mengatakan panas An. A menurun; S= 36-37,5
oC; kulit teraba hangat; leukosit
5000-10000 uL. Intervensi keperawatan masalah infeksi adalah kaji peningkatan suhu, beri kompres hangat, lakukan water tepid sponge, beri pakaian tipis, beri minum 1000-2000cc, kolaborasi pemberian bubur lunak.
4. Implementasi keperawatan Tindakan yang dilakukan pada
tanggal 25-26 Februari 2014 sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun untuk masing-masing masalah keperawatan.
5. Evaluasi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama dua hari didapatkan tiga masalah keperawatan yang muncul teratasi karena telah tercapai kriteria hasilnya.
IV. PEMBAHASAN Peneliti akan melakukan pembahasan untuk masing-masing tahapan yang telah dilalui. 1. Pengkajian
Tahap pengumpulan data dasar meliputi pengumpulan data subjektif dan objektif. Pengumpulan data subjektif meliputi identitas pasien dan penanggungjawab; riwayat kesehatan sekarang, dahulu, keluarga dan sosial; sebelas pola fungsional menurut Gordon; serta pemeriksaan fisik head to toe.
Dari status pasien didapatkan umur anak 1 tahun. Hal ini sesuai dengan teori menurut Howidi (2012) bahwa secara global setiap tahun diperkirakan dua juta kasus gastroenteritis yang terjadi di kalangan anak berumur kurang dari lima tahun. Walaupun penyakit ini seharusnya dapat diturunkan dengan pencegahan, namun penyakit ini tetap menyerang anak terutama yang berumur kurang dari dua tahun.
Penulis tidak melakukan pengkajian data riwayat penyakit yang pernah dialami An. A. Hal ini penting dilakukan karena sesuai dengan teori bahwa jika
anak memakan makanan atau air kontaminasi, atau mengalami infeksi di tempat lain (misalnya pernafasan, infeksi saluran kemih) dapat mengakibatkan diare (Sodikin, 2011).
Dari data pengkajian pola eliminasi BAB, keluarga mengatakan sebelum dan selama sakit BAB An. A tidak ada perubahan terkadang 1 kali atau 2 kali sehari, dengan karakteristik lembek, warna kuning kecoklatan,tidak diare dan tidak konstipasi, bau khas feses. Sedangkan pada pemeriksaan abdomen bising usus 8 x/menit, tidak ada nyeri tekan, perkusi tympani. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Wijayaningsih (2013), bahwa tanda gejala diare adalah sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai darah dan lender.
Data pemeriksaan fisik menunjukkan data keadaan umum pasien sedang, An. A rewel, turgor kulit jelek, dengan mulut/ mukosa bibir kering, nadi 136 x/menit. Menurut Wijayaningsih (2013), berdasarkan Skor Mavrice King: penilaian derajat dehidrasi An. A rewel bernilai 1, turgor kulit jelek/ kekenyalan kulit sedikit kurang bernilai 1, mulut/ mukosa bibir kering bernilai 1, nadi 136 x/menit bernilai 1, nilai derajat dehidrasi pada An. A adalah 4 menunjukkan derajat sedang (3-6). Sehingga antara teori dan kenyataan tidak ada kesenjangan dalam memberikan penilaian derajat dehidrasi.
Berikut tabel penilaian derajat dehidrasi menurut Mavrice King: Tabel 1. Penilaian derajat dehidrasi
Bagian tubuh yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum
Sehat
Gelisah, cengeng, apatis, ngantuk
Mengigau, koma, atau syok
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Mulut Normal
Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/ mata
Kuat <120
Sedang (120-140)
Lemas >40
Sumber: Wijayaningsih, 2013
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 64
Keterangan: (1) Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi
ringan (2) Jika mendapat nilai 3-6 derajat
sedang (3) Jika mendapat nilai 7-12 derajat
berat Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada An. A untuk menegakkan diagnosa adalah pemeriksaan leukosit 17.200 uL yang menunjukkan peningkatan leukosit, adanya infeksi pada tubuh An. A. Hal ini sesuai dengan teori menurut Dewi (2010), penyebab diare salah satunya adalah infeksi enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare.
Terapi yang diberikan pada An. A adalah infus RL 24 tpm mikro dengan cara pemberian melalui IV, hal ini sesuai teori menurut Doenges (2000) bahwa cairan parenteral berfungsi mempertahankan istirahat usus, akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan. Pemberian terapi ondancentron 1 mg melalui IV, hal ini sesuai teori menurut Tjay (2007) ondancentron merupakan obat antiemetik yang bertujuan untuk menghilangkan mual dan muntah yang dialami oleh pasien. Terapi paracetamol ¾ sdt/5 jam cara pemberian per oral, hal ini sesuai teori Carpenito (2009) pemberian antipiretik berfungsi untuk mengembalikan suhu menjadi stabil. Data pemeriksaan fisik menunjukkan data keadaan umum pasien sedang, An. A rewel, turgor kulit jelek, dengan mulut/ mukosa bibir kering, nadi 136 x/menit. Menurut Wijayaningsih (2013), berdasarkan Skor Mavrice King: penilaian derajat dehidrasi An. A rewel bernilai 1, turgor kulit jelek/ kekenyalan kulit sedikit kurang bernilai 1, mulut/ mukosa bibir kering bernilai 1, nadi 136 x/menit bernilai 1, nilai derajat dehidrasi pada An. A adalah 4 menunjukkan derajat sedang (3-6). Sehingga antara teori dan kenyataan tidak ada kesenjangan dalam memberikan penilaian derajat dehidrasi.
2. Diagnosa Keperawatan Data untuk diagnosa defisit volume
cairan adalah data subjektif: keluarga mengatakan An. A muntah 1 kali lebih kurang 300cc; keluarga mengatakan
intake cairan An. A kurang, lebih kurang 800cc. Pada data objektif pemeriksaan fisik turgor kulit jelek; muntah berwarna putih susu cair, kulit berkeringat; perhitungan balance cairan -111,7cc; data penunjang MCHC 34%. Maka penulis menetapkan masalah keperawatan kekurangan volume cairan, hal ini sesuai dengan teori menurut NANDA (2012) bahwa batasan karakteristik diagnosa kekurangan volume cairan meliputi penurunan turgor kulit, kulit kering.
Adapun batasan karakteristik yang ditemukan penulis namun tidak dimasukkan pada masalah keperawatan kedua ini dikarenakan penulis berfokus pada keluaran cairan dan perhitungan balance cairan, meliputi peningkatan suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi, membran mukosa kering, penurunan berat badan tiba-tiba. Sedangkan batasan karakteristik yang tidak dijumpai pada An. A adalah perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi, penurunan volume nadi, penurunan turgor lidah, penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, peningkatan hematokrit, peningkatan konsentrasi urine, haus, kelemahan.
Penulis menetapkan diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih. Etiologi ini tidak sesuai dengan teori NANDA (2012), pembenaran masalah ini adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
Data Diagnosa kedua adalah data subjektif: keluarga mengatakan An. A panas 1 hari yang lalu. Pada data objektif: pemeriksaan tanda vital S= 38,2
oC, N= 136 x/menit, R= 28 x/menit;
sedangkan pemeriksaan fisik ditemukan data kulit teraba hangat, kulit terlihat merah, kulit berkeringat. Penulis menetapkan masalah hipertermi hal ini sesuai dengan teori menurut NANDA (2012), bahwa batasan karakteristik diagnosa hipertermi meliputi kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, takikardi, kulit terasa hangat. Adapun batasan karakteristik yang tidak dijumpai pada An. A adalah konvulsi, kejang, takipnea.
Penulis menetapkan diagnosa hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. Etiologi
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 65
ini tidak sesuai dengan teori NANDA (2012), karena pada anak dengan gastroenteritis tidak mengalami peningkatan laju metabolisme yang signifikan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Syaifuddin (2006), bahwa kecepatan metabolisme bergantung pada kegiatan seseorang, ketegangan saraf juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi pernafasan dan kerja jantung. Adapun beberapa penyakit kelainan kelenjar tiroid, kelenjar tiroid yang berlebihan menaikkan kecepatan metabolisme, misalnya penyakit hipertiroidisme. Pembenaran di masalah ini seharusnya etiologi masalah hipertermi pada An. A adalah penyakit dan dehidrasi. Hal ini sesuai dengan pemeriksaan pada An. A dengan hasil laboratorium menunjukkan leukosit meningkat dan hasil penilaian dehidrasi menunjukkan dehidrasi sedang.
Data yang digunakan untuk menegakkan diagnosa infeksi adalah data subjektif keluarga mengatakan An. A panas 1 hari yang lalu. Data objektif pemeriksaan tanda vital S= 38,2
oC;
pemeriksaan fisik kulit teraba hangat; dan data penunjang leukosit 17.200 uL. Penulis menetapkan masalah infeksi hal ini tidak sesuai dengan teori menurut NANDA (2012), bahwa faktor risiko infeksi terdiri dari penyakit kronis, penekanan sistem imun, ketidakadekuatan imunitas dapatan, pertahanan primer tidak adekuat, pertahanan lapis kedua yang tidak memadai, peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen, pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan patogen, prosedur invasif, malnutrisi, agens farmasi, pecah ketuban, kerusakan jaringan, trauma.
Penulis menetapkan diagnosa infeksi berhubungan dengan peradangan pada lambung dan usus. Diagnosa dan etiologi ini tidak sesuai dengan NANDA (2012) dan Sodikin (2011). Diagnosa yang tepat menurut Sodikin (2011) adalah risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus gastrointestinal. Namun data yang dijumpai pada An. A sudah menunjukkan tanda dan gejala infeksi yaitu kalor yang ditunjukkan dengan peningkatan suhu dan kulit teraba hangat, hal ini sesuai dengan teori Mubarak (2007) bahwa tanda infeksi
lokal yaitu rubor atau kemerahan, kalor atau panas, dolor atau nyeri, tumor atau bengkak, fungsio laesa atau perubahan fungsi. Bila inflamasi menjadi sistemik timbul tanda lain selain demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah, pembesaran kelenjar limfe (Perry dan Potter, 2005). Sehingga penulis tetap menegakkan diagnosa infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus gastrointestinal.
Dalam penetapan diagnosa keperawatan menurut NANDA (2012) etiologi yang digunakan penulis tidak tetap, namun untuk batasan karakteristik sudah sesuai.
3. Intervensi Keperawatan Pada tahap intervensi keperawatan,
dilakukan penyusunan prioritas masalah keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan (Hidayat, 2008).
Penulis menetapkan diagnosa utama adalah defisit volume cairan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Asmadi (2008), bahwa penentuan prioritas berdasarkan kebutuhan dasar menurut Maslow yaitu pertama kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi, istirahat, tidur, terbebas dari nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain sebagainya. Apabila kebutuhan fisiologis ini sudah terpenuhi, maka seseorang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi dan begitu seterusnya.
Intervensi yang penulis susun harus sesuai dengan 4 tipe instruksi perawatan atau bisa disebut dengan ONEC: observation/ tipe diagnostik; tipe ini menilai kemungkinan pasien ke arah pencapaian kriteria hasil dengan observasi secara langsung. Nursing Treathment/ tipe terapeutik; menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh perawat secara langsung untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah kemungkinan masalah. Education/ tipe penyuluhan; digunakan untuk meningkatkan perawatan diri pasien dengan membantu pasien untuk memperoleh tingkah laku individu yang mempermudah pemecahan masalah. Colaboration/ tipe rujukan; menggambarkan peran perawat sebagai
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 66
koordinator dan manager dalam perawatan pasien dengan anggota tim kesehatan (Hidayat, 2008).
Tujuan keperawatan untuk diagnosa pertama diharapkan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah teratasi. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Wilkinson (2012), seharusnya tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tercapai keseimbangan cairan.
Kriteria hasil keluarga mengatakan An. A minum cukup, keluarga mengatakan muntah hilang, turgor kulit baik, kulit lembab, balance cairan seimbang (+) 0-500cc. Hal ini sesuai dengan teori menurut Wilkinson (2012) akan menunjukkan keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, cairan yang adekuat.
Intervensi yang akan dilakukan adalah pantau intake dan output pasien, beri minum 1000-2000cc, timbang berat badan, dorong masukan oral (makan/minum), kolaborasi pemberian cairan intravena 24 tpm mikro. Hal ini sesuai dengan teori menurut Doenges (2000) dan Sodikin (2011), intervensi yang akan dilakukan adalah a) awasi masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah feses; perkiraan kehilangan yang tak terlihat seperti berkeringat. Ukur berat jenis urine; observasi oliguria karena memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk pengganti cairan, b) kaji tanda vital (TD, nadi, suhu) karena hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan/ atau efek kehilangan cairan, c) observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat karena menunjukkan kehilangan cairan berlebih, d) ukur berat badan tiap hari karena indikator cairan dan status nutrisi, e) pertahankan pembatasan per oral, tirah baring; hindari kerja karena kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus, f) catat kelemahan otot umum atau disritmia jantung karena kehilangan usus berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit, misal kalium, yang perlu untuk fungsi tulang dan jantung. Gangguan minor pada kadar serum dapat
mengakibatkan adanya dan/ atau gejala ancaman hidup, g) berikan cairan parenteral sesuai indikasi karena mempertahankan istrirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan. Cairan mengandung natrium dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.
Namun dalam pemberian rencana tindakan memberi minum untuk anak dengan BB 7,3 kg adalah 1000-2000cc, tidak sesuai menurut teori Wong (2009), bahwa perhitungan kebutuhan cairan sesuai dengan BB anak yaitu BB kurang dari 10 kg maka kebutuhan cairan yaitu BB dikalikan 100 cc. Sehingga cairan yang dibutuhkan An. A adalah 730 cc.
Tujuan yang diharapkan untuk diagnosa kedua yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah teratasi. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Wilkinson (2012), yaitu akan menunjukkan termoregulasi.
Kriteria hasil yang diharapkan keluarga mengatakan panas An. A turun, S= 36-37,5
oC, kulit teraba hangat, kulit
teraba lembab. Hal ini sesuai dengan teori menurut Wilkinson (2012) yang menunjukkan kriteria hasil dalam nilai normal dalam rentang normal.
Intervensi yang akan dilakukan adalah: a) kaji suhu/ peningkatan suhu, b) beri kompres hangat, c) lakukan water tepid sponge, d) berikan pakaian tipis, e) berikan minum 1000-2000cc/ hari, f) beri penjelasan keluarga tentang fungsi banyak minum, g) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian paracetamol. Hal ini sesuai dengan teori menurut Carpenito (2009), rencana tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain: a) kaji suhu tubuh dan lingkungan karena suhu tubuh sangat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas dan suhu lingkungan; kelembaban yang tinggi akan meningkatkan efek panas atau dingin terhadap tubuh; b) lepaskan pakaian atau selimut yang berlebihan (lepaskan topi, sarung tangan, atau kaos kaki, sesuai kebutuhan) untuk meningkatkan pengeluaran panas. Dorong untuk memakai pakaian longgar yang terbuat dari bahan katun karena penambahan pakaian atau selimut pada seseorang akan menghambat kemampuan alami tubuh untuk menurunkan suhu tubuh; pelepasan pakaian atau selimut akan meningkatkan kemampuan alami tubuh
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 67
untuk menurunkan suhu tubuh; c) ajarkan pasien pentingnya meningkatkan asupan cairan selama cuaca panas dan latihan fisik. Hindari melakukan aktivitas dalam cuaca panas karena peningkatan kalori dan cairan diperlukan untuk mempertahankan fungsi membran ketika terjadi demam; d) kolaborasi pemberian antipiretik sesuai indikasi karena antipiretik berfungsi untuk mengembalikan suhu menjadi stabil.
Tujuan yang diharapkan untuk diagnosa ketiga adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah teratasi. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Wilkinson (2012), yaitu faktor risiko akan hilang.
Kriteria hasil keluarga mengatakan panas An. A menurun, S: 36-37,5
oC, kulit
teraba hangat, leukosit 5000-10000 uL. Hal ini sesuai dengan teori menurut Wilkinson (2012) pasien dan keluarga akan terbebas dari tanda dan gejala infeksi, memperlihatkan higiene personal yang adekuat, mengindikasikan status gastrointestinal, menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi, melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan pemantauan.
Intervensi yang dilakukan a) kaji peningkatan suhu, b) beri kompres hangat, c) lakukan water tepid sponge, d) beri pakaian tipis, e) beri minum 1000-2000cc, f) kolaborasi ahli gizi pemberian bubur lunak. Hal ini sesuai dengan teori menurut Wilkinson (2012) dan Sodikin (2011) intervensi yang dilakukan adalah a) pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh, denyut jantung, drainase, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malaise); b) kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (misalnya, usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan malnutrisi); c) pantau hasil laboratorium; d) amati penampilan praktik higiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi; e) instruksikan untuk menjaga higiene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi (misalnya, cuci tangan) f) berikan terapi antibiotik, bila diperlukan.
Rencana asuhan keperawatan yang disusun oleh penulis berdasarkan masalah keperawatan yang muncul sudah sesuai dengan teori menurut
Doenges (2000), Carpenito (2009), dan Sodikin (2011).
4. Implementasi Tindakan yang dilakukan sesuai
rencana asuhan keperawatan. Adapun beberapa tindakan diluar rencana keperawatan yaitu mengukur DDST dengan hasil interprestasi yang diperoleh dari pemeriksaan perkembangan An. A adalah normal. Selanjutnya juga melakukan terapi bermain pada An. A karena rewel. Hal ini sesuai dengan teori Nursalam (2005), bahwa perilaku protes pada konsep hospitalisasi anak adalah menangis.
5. Evaluasi Perkembangan pasien pada hari
pertama belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan sehingga intervensi tetap dilanjutkan. Sedangkan perkembangan pada hari kedua sudah sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan sehingga intervensi dipertahankan dan pada hari kedua pasien diperbolehkan pulang sehingga diberikan discharge planning.
V. SIMPULAN
Masalah utama pada An. A dengan gastroenteritis dehidrasi sedang adalah defisit volume cairan. REFERENSI
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Ed. 9. Jakarta: EGC.
Dewi, V. Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Tidak dipublikasikan.
Doenges, M.E, Moorhouse, M.S, Geissler, A.C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian. Ed. 3. Jakarta: EGC.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 68
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Howidi et al. 2012. Burden of acute gastroenteritis among children younger than 5 years of age – a survey among parents in the United Arab Emirates. BMC Pediatrics. Issue 12 : 74. Diakses pada tanggal 17 Juni 2014 pukul 09.10 WIB.
Kementrian Kesehatan. 2014. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesai. www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 17 Juni 2014 pukul 09.50 WIB.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta, EGC.
NANDA. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Perry, Ane Griffin & Patricia Ann Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Suriadi & Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Ed. 2. Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Ed. 3. Jakarta: EGC.
Tjay, T. H. & Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Ed. 6. Jakarta: Gramedia.
Wijayaningsih, Kartika sari. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Ed. 9. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L., et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Vol. 1. Jakarta: EGC.