asnu 2.pdf

5
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 1, Februari 2014 1 KANDUNGAN BASA PURIN PADA IKAN TERI Stelophorus sp. DAN IKAN SARDEN Sardinella gibossa Obyn Imhart Pumpente, Roike I. Montolalu, dan Djuhria Wonggo. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara. ABSTRAK Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui konsentrasi senyawa basa purin pada ikan teri dan sarden segar. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kandungan basa purin ikan teri dan sarden dalam bentuk segar dan hubungannya kesehatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Kandungan purin ikan teri dan sarden yang tidak disiangi masing-masing 65,30 dan 124,3 mg/100 g, sedangkan jika disiangi maka kandungan basa purin masing-masing sebesar 1,9 dan 12,4 mg/100 g. Ikan teri yang tidak disiangi (utuh) termasuk dalam golongan makanan purin sedang yaitu 9 100 mg/100 g, untuk jenis ikan sarden yang tidak disiangi (utuh) termasuk dalam golongan makanan purin tinggi yakni 100 1000 mg/100g. Jika dibandingkan dengan ikan teri yang telah melalui proses penyiangan (tanpa kepala dan isi perut) kandungan purinnya masuk dalam kategori rendah yaitu 9 mg/100 g, untuk jenis ikan sarden yang telah melalui proses penyiangan kandungan purinnya masuk dalam kategori purin sedang yakni 9100 mg/100 g. Basa purin diduga memiliki hubungan dengan kandungan protein. Kandungan protein yang tinggi dalam tubuh ikan segar akan menghasilkan basa purin yang tinggi dan ikan dengan kandungan protein yang rendah mengandung basa purin yang rendah pula. Kata kunci: Basa purin, ikan teri, ikan sarden. PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki laut yang cukup luas. Dua per tiga dari wilayah Indonesia adalah perairan. Laut Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang besar terutama potensi perikanan laut dari segi jumlah ataupun keragaman jenis. Luas laut Indonesia kurang lebih 5,8 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang81.000 km. Laut Indonesia yang luas menyediakan sumberdaya ikan laut dengan potensi lestari sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di Indonesia sebesar 80% dari potensi lestari sumberdaya ikan laut yaitu sebesar 5,12 juta ton (Nurjanah et al . 2011 dalam Utami, 2012). Ikan menyumbang 6070% dari kebutuhan protein hewani masyarakat. Ikan merupakan salah satu sumber makanan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, hal ini dikarenakan ikan mengandung protein yang cukup tinggi (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Bagi tubuh protein berfungsi sebagai unit pembangun dalam biosintesa protein untuk keperluan pengganti jaringan tubuh yang rusak, serta pengatur dan pengontrol metabolisme tubuh (Suwetja, 2011). Purin adalah salah satu penyusun asam nukleat yang terdapat pada semua sel makhluk hidup. Purin ibarat batu bata yang menyusun tembok asam nukleat. Asam nukleat ini berupa DNA (deoxyribose nucleic acid) atau RNA (ribose nucleic acid). Purin paling banyak terdapat pada protein, hampir semua bahan makanan mengandung purin seperti daging, jeroan, ikan atau hewan laut. Purin inilah yang dimetabolisme tubuh menjadi asam urat (Soeroso dan Algristian, 2011). Asam urat sebenarnya merupakan asam berbentuk kristal putih, tidak berasa dan tidak berbau, memiliki sifat sulit larut di dalam air, dan merupakan hasil akhir dari proses metabolisme purin. Asam urat merupakan asam lemah dan termasuk senyawa alkaloid turunan purin ( xanthine). Senyawa ini ditemukan oleh Scheele (1966) sebagai hasil akhir dari metabolisme nitrogen yang terdapat pada hewan melata dan burung. Asam urat juga bisa ditemukan pada hewan pemakan daging. Di dalam tubuh kita, asam urat berfungsi sebagai antioksidan dan menyumbangkan kontribusi sebesar 60% dari total aktivitas untuk membersihkan radikal bebas pada serum. Asam urat difiltrasi di dalam darah, kemudian dikeluarkan melalui urine. Oleh karena itu, konsentrasi asam urat pada urine 10 kali hingga 20 kali lebih tinggi bila dibandingkan dalam plasma (Noormindhawati, 2013).

Upload: madesta-dewi-oravi-erpa

Post on 23-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: asnu 2.pdf

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 1, Februari 2014

1

KANDUNGAN BASA PURIN PADA IKAN TERI Stelophorus sp.

DAN IKAN SARDEN Sardinella gibossa

Obyn Imhart Pumpente, Roike I. Montolalu, dan Djuhria Wonggo.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui konsentrasi senyawa basa purin pada ikan teri dan

sarden segar. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kandungan basa

purin ikan teri dan sarden dalam bentuk segar dan hubungannya kesehatan. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan Kandungan purin ikan teri dan sarden yang tidak disiangi masing-masing 65,30 dan 124,3

mg/100 g, sedangkan jika disiangi maka kandungan basa purin masing-masing sebesar 1,9 dan 12,4

mg/100 g. Ikan teri yang tidak disiangi (utuh) termasuk dalam golongan makanan purin sedang yaitu 9–

100 mg/100 g, untuk jenis ikan sarden yang tidak disiangi (utuh) termasuk dalam golongan makanan

purin tinggi yakni 100–1000 mg/100g. Jika dibandingkan dengan ikan teri yang telah melalui proses

penyiangan (tanpa kepala dan isi perut) kandungan purinnya masuk dalam kategori rendah yaitu ≤9

mg/100 g, untuk jenis ikan sarden yang telah melalui proses penyiangan kandungan purinnya masuk

dalam kategori purin sedang yakni 9–100 mg/100 g. Basa purin diduga memiliki hubungan dengan

kandungan protein. Kandungan protein yang tinggi dalam tubuh ikan segar akan menghasilkan basa purin

yang tinggi dan ikan dengan kandungan protein yang rendah mengandung basa purin yang rendah pula.

Kata kunci: Basa purin, ikan teri, ikan sarden.

PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan negara

maritim yang memiliki laut yang cukup luas.

Dua per tiga dari wilayah Indonesia adalah

perairan. Laut Indonesia memiliki potensi

sumberdaya yang besar terutama potensi

perikanan laut dari segi jumlah ataupun

keragaman jenis. Luas laut Indonesia kurang

lebih 5,8 juta km2 dengan garis pantai

sepanjang81.000 km. Laut Indonesia yang luas

menyediakan sumberdaya ikan laut dengan

potensi lestari sebesar 6,4 juta ton per tahun

yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan

perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

(ZEEI). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan

di Indonesia sebesar 80% dari potensi lestari

sumberdaya ikan laut yaitu sebesar 5,12 juta ton

(Nurjanah et al. 2011 dalam Utami, 2012).

Ikan menyumbang 60–70% dari

kebutuhan protein hewani masyarakat. Ikan

merupakan salah satu sumber makanan yang

sangat dibutuhkan oleh manusia, hal ini

dikarenakan ikan mengandung protein yang

cukup tinggi (Afrianto dan Liviawaty, 1989).

Bagi tubuh protein berfungsi sebagai unit

pembangun dalam biosintesa protein untuk

keperluan pengganti jaringan tubuh yang rusak,

serta pengatur dan pengontrol metabolisme

tubuh (Suwetja, 2011).

Purin adalah salah satu penyusun asam

nukleat yang terdapat pada semua sel makhluk

hidup. Purin ibarat batu bata yang menyusun

tembok asam nukleat. Asam nukleat ini berupa

DNA (deoxyribose nucleic acid) atau RNA

(ribose nucleic acid). Purin paling banyak

terdapat pada protein, hampir semua bahan

makanan mengandung purin seperti daging,

jeroan, ikan atau hewan laut. Purin inilah yang

dimetabolisme tubuh menjadi asam urat

(Soeroso dan Algristian, 2011).

Asam urat sebenarnya merupakan asam

berbentuk kristal putih, tidak berasa dan tidak

berbau, memiliki sifat sulit larut di dalam air,

dan merupakan hasil akhir dari proses

metabolisme purin. Asam urat merupakan asam

lemah dan termasuk senyawa alkaloid turunan

purin (xanthine). Senyawa ini ditemukan oleh

Scheele (1966) sebagai hasil akhir dari

metabolisme nitrogen yang terdapat pada hewan

melata dan burung. Asam urat juga bisa

ditemukan pada hewan pemakan daging. Di

dalam tubuh kita, asam urat berfungsi sebagai

antioksidan dan menyumbangkan kontribusi

sebesar 60% dari total aktivitas untuk

membersihkan radikal bebas pada serum. Asam

urat difiltrasi di dalam darah, kemudian

dikeluarkan melalui urine. Oleh karena itu,

konsentrasi asam urat pada urine 10 kali hingga

20 kali lebih tinggi bila dibandingkan dalam

plasma (Noormindhawati, 2013).

Page 2: asnu 2.pdf

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 1, Februari 2014

2

Penyakit asam urat yang paling umum

dijumpai dan telah dikenal luas di masyarakat

adalah gout atau penyakit asam urat. Sesuai

dengan namanya penyakit ini disebabkan oleh

suatu keadaan dimana kadar asam urat dalam

darah melebihi keadaan normalnya atau disebut

dengan hiperusemia. Umumnya yang terserang

asam urat adalah pria usia antara 30–40 tahun,

sedangkan pada wanita umur 55–70 tahun,

insiden wanita jarang kecuali setelah

menopause (Tjokroprawiro, 2007 dalam Dinaa,

2013).

Tujuan penelitian ini yakni untuk

mengetahui konsentrasi senyawa basa purin

pada ikan teri dan sarden segar. Dari penelitian

ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai kandungan basa purin ikan teri dan

sarden dalam bentuk segar dan hubungannya

kesehatan.

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan Baku dan Alat

Bahan baku yang digunakan pada

penelitian ini yakni 2 jenis ikan (teri dan

sarden). Sampel tersebut kemudian dianalisa di

laboratorium dengan menggunakan bahan kimia

yang terdiri dari H2SO4 pekat dengan

konsentrasi 10 M, Akuades, Reagen asam urat

(Phospate buffer, pH 7), 4–Amino Phenazone,

DCHBS, Peroxidase.

Alat–alat yang digunakan pada

penelitian ini yakni spektrofotometer,

homogineser/blender, tabung reaksi, timbangan,

kotak pendingin, sentrifugal, labu ukur, pipet,

gelas ukur, pengaduk kaca.

Tata Laksana Penelitian

Sampel yang akan digunakan pada

penelitian ini yakni ikan teri dan sarden segar

yang dibeli di pasar Bersehati Manado.

Pengambilan sampel ikan dimasukkan ke dalam

kantong plastik dan kotak pendingin. Di

laboratorium, sampel cuci dan dipisahkan yang

utuh dan yang telah disiangi selanjutnya

dihomogenkan dengan menggunakan blender

dan selanjutnya dianalisa purin.

Analisa Purin

Menurut Modimbaba (2006) untuk

menentukan nilai basa purin dapat ditentukan

dengan menggunakan spektrofotometer UV.vis

5010 dengan panjang gelombang 520 nm.

Daging ikan yang sudah halus

ditimbang 5 gram untuk setiap sampel, tiap ikan

dibuat tiga sampel kemudian dilarutkan dalam

H2SO4 dengan konsentrasi10 M dalam labu

takar 50 ml. Diamkan selama 45 menit,

kemudian disentrifuse. Filtrat kemudian

dianalisa dengan menggunakan

spektrofotometer.

Analisa data

Hasil pengamatan laboratorium

diperoleh dalam dua cara yakni: hasil

pengamatan yang bersifat kualitatif dan hasil

pengamatan yang bersifat kuantitatif. Data yang

telah diperoleh selanjutnya dilakukan

perhitungan dengan nilai rata-rata, kemudian

hasilnya disajikan dalam bentuk tabel

sedangkan hasil pengamatan yang bersifat

kualitatif disajikan dalam bentuk histogram.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisa laboratorium terhadap

kandungan purin pada ikan teri dan sarden

segar diperoleh data analisis sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil analisa kandungan purin pada

ikan teri dan sarden

Keutuhan Sampel

Jenis Ikan

Teri

(mg/ 100 g)

Sarden

(mg/ 100 g)

Disiangi

A1 2,19 12,65

A2 1,80 11,89

A3 1,80 11,89

Rata-rata 1,93 12,14

Tidak

disiangi

B1 64,92 124,00

B2 66,06 124,00

B3 64,92 125,00

Rata-rata 65,30 124,30

Gambar 1. Histogram nilai rata-rata basa purin

ikan teri dan sarden

1.93 12.14

65.30

124.3

0

20

40

60

80

100

120

140

Teri Sarden

Rata

-rata

Kan

du

ng

an

Pu

rin

mg

/10

0 g

r

Jenis Ikan

Disiangi Tidak Disiangi

Page 3: asnu 2.pdf

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 1, Februari 2014

3

Gambar 2. Standar deviasi nilai rata-rata basa

purin ikan teri dan sarden

Dari analisa data untuk jenis ikan teri

terlihat perbedaan kandungan basa purin dengan

dua perlakuan yang berbeda yakni ikan yang

disiangi dan yang tidak disiangi. Ikan yang

disiangi kandungan purin sebesar 1,93 mg/100

g daging dan tergolong makanan rendah purin.

Menurut Noormindhawati (2013) menyatakan

bahwa makanan yang kadar purin ≤9 mg/100 g

daging termasuk dalam golongan makanan

rendah purin. Rendahnya kadar purin dari ikan

yang disiangi ini karena sumber purin yang

terkandung pada kepala dan isi perut diambil

dari bagian tubuh ikan. Untuk perlakuan yang

kedua yakni tidak disiangi kandungan basa

purin ikan teri sebesar 65,30 mg/100 g daging

dan tergolong dalam jenis makanan purin

sedang. Menurut Soeroso dan Algristian (2011)

menyatakan bahwa jenis makanan yang

tergolong dalam makanan purin sedang yakni

havermut/oatmeal dan semua olahan gandum,

ikan, ayam, kacang-kacangan kering, tahu dan

tempe, sayur-sayuran seperti kembang kol,

brokoli, bayam, asparagus, jamur, buncis,

kangkung, daun singkong dan daun papaya.

Hasil analisis laboratorium pada ikan

sarden yang telah disiangi yakni 12,14 mg/100

g daging tergolong pada jenis makanan purin

sedang dengan kadar purin sebesar 9–100

mg/100 g daging. Untuk ikan sarden yang tidak

disiangi kandungan basa purin sebesar 124, 3

mg/100 g daging tergolong dalam jenis

makanan tinggi purin yakni 100–1000 mg/100 g

daging. Menurut Noormindhawati (2013)

menyatakan bahwa kadar purin tinggi pada

makanan terdapat pada ikan sarden, kerang,

makarel, daging bebek, jeroan, ginjal, jantung,

hati, otak, kaldu (ekstrak daging). Faktor yang

mempengaruhi perbedaan kandungan purin dari

ikan teri dan ikan sarden yakni karena

perbedaan perlakuan (disiangi dan tidak

disiangi).

Menurut Sustrani (2005) dalam

Modimbaba (2007) menyatakan bahwa

kenalilah bahan makanan yang kadar purinnya

tinggi, sedang dan rendah, dengan demikian

dapat mengontrol asupan makanan semaksimal

mungkin. Pada bahan makanan, purin terdapat

pada asam nukleat dalam bentuk nukleo-

protein. Protein dari makanan merupakan

sumber protein paling tinggi. Dalam keadaan

normal tubuh sudah menyediakan basa purin

sebanyak 85% dari total yang diperlukan. 15%

kekurangannya dapat diperoleh dari bahan

makanan, (Dinaa, 2013). Nilai gizi protein

suatu bahan pangan ditentukan bukan saja oleh

kadar protein yang dikandungnya, tetapi juga

oleh ketersediaan atau dapat tidaknya protein

tersebut digunakan oleh tubuh (Muhammad,

2012).

Basa purin diduga memiliki hubungan

dengan kandungan protein. Kandungan protein

yang tinggi dalam tubuh ikan segar akan

menghasilkan basa purin yang tinggi dan ikan

dengan kandungan protein yang rendah

mengandung basa purin yang rendah pula. Hal

ini dapat ditemukan pada hasil analisa basa

purin untuk 2 jenis ikan segar. Pada ikan teri

segar setelah dianalisis melalui perlakuan utuh

mengandung basa purin sebesar 65,30 mg/100 g

dan kandungan protein ikan teri segar

berdasarkan Anonimous (2013) yakni sebesar

16 mg/100 g. Pada ikan sarden basa purin 124,3

mg/100 g sedangkan menurut Anonimous

(2012) kandungan protein pada ikan sarden

segar sebesar 21,1 mg/100 g. Untuk kandungan

basa purin pada kedua jenis ikan segar yang

telah disiangi didapatkan data masing-masing

yakni untuk ikan teri kandungan basa purin

sebesar 1,93 mg/100 g, ikan sarden 12,14

mg/100 g, ini diduga karena kandungan protein

pada isi perut sangat tinggi sehingga saat

pengeluaran isi perut terdapat perbedaan jumlah

purin jika dibandingkan dengan dianalisis utuh

maka kandungan purinnya akan lebih tinggi.

Menurut Noormindhawati (2013), sumber purin

yang paling tinggi terdapat pada protein. Purin

juga terdapat pada berbagai jenis hewan dan

tumbuhan dengan kadar bervariasi. Selain itu,

kerusakan sel tubuh akibat suatu penyakit

tertentu juga bisa menghasilkan purin. Dengan

demikian, purin selalu terdapat pada setiap

tubuh makhluk hidup. Hal ini juga dikuatkan

oleh Dinaa (2013) yang menyatakan bahwa

1.93 12.14

65.30

124.3

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Teri Sarden

Rata

-rata

Kan

du

ng

an

Pu

rin

mg

/10

0 g

r

Jenis Ikan

Disiangi Tidak Disiangi

Page 4: asnu 2.pdf

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 1, Februari 2014

4

pada umumnya bahan pangan hewani

mengandung purin dalam kadar yang lebih

besar dibandingkan dengan pangan yang berasal

dari tumbuhan, karena pangan hewani

umumnya merupakan bahan makanan yang

kaya akan protein dan makanan yang kaya akan

protein biasanya akan mengandung purin yang

tinggi pula, karena purin adalah bagian dari

protein. Pola konsumsi ikan laut merupakan

salah satu pemicu asam urat karena

mengandung purin yang tinggi.

Dari penelitian yang dilakukan oleh

Parende (2007), menyatakan bahwa ikan segar

termasuk dalam kelompok rendah purin,

sedangkan ikan yang sudah diolah misalnya

ikan kaleng termasuk dalam kelompok bahan

makanan tinggi purin. Dengan demikian terlihat

bahwa ikan yang masih dalam kondisi segar

lebih aman jika dikonsumsi, sedangkan ikan

yang telah melalui proses pengolahan

kandungan purin akan meningkat. Komponen

gizi ikan segar belum mengalami perubahan

sehingga ATP yang dihasilkan belum

mengalami perombakan. Basa purin yang

dikandung oleh ikan segar berasal dari

komponen DNA dan RNA yang ada di dalam

sel. Purin yang berasal dari makanan

mempunyai beberapa kemungkinan sebagian

akan diserap dalam keadaan utuh, sebagian

akan dihidrolisis oleh enzim-enzim hidrolitik

dari sekresi pankreas dan usus halus menjadi

basa purin, kemudian sebagian dari basa purin

akan dipakai kembali dalam pembentukan purin

nukleotid dengan bantuan enzim adenine

fosforibosil transferase dan hiposantin-santin

fosforibosil transferase (Adieni, 2008).

Setiap bagian tubuh ikan atau hasil laut

lainnya mengandung basa purin yang berbeda-

beda jumlahnya, karena basa purin merupakan

bagian dari nukleotida. Apabila purin

dikonsumsi oleh manusia, maka dalam

metabolisme, purin tersebut akan diubah

menghasilkan asam urat, yang merupakan

penyebab utama terjadinya penyakit gout. Salah

satu komponen gizi hasil perikanan yang sangat

sering mempengaruhi metabolisme tubuh

manusia adalah basa purin yang merupakan

bagian dari nukleotida. Nukleosida adalah suatu

derivate pentosa yang mempunyai antara lain

purin dan pirimidin. Basa-basa purin terpenting

yang terdapat di dalam nukleotida ialah (6-oksi

purin) dan ksantin (2,6-dioksipurin). Adenosin

adalah suatu kristal nukleotida yang dapat

dipisahkan dari berbagai jaringan terutama dari

jaringan otot. Nukleotida yang terdapat dalam

otot ikan mempunyai komposisi yang berbeda

pada setiap jenis ikan. Degradasi nukleotida

setelah ikan mati terjadi karena adanya reaksi

beberapa enzim yaitu ATPase, myokinase,

deaminase, fosfatase dan nukleotida hidrolase.

Enzim-enzim tersebut di atas mempunyai fungsi

sendiri-sendiri yaitu enzim ATPase bekerja

pada penguraian ATP menjadi ADP, enzim

myokinase bekerja merombak ADP menjadi

AMP, enzim deaminase bekerja merombak

AMP menjadi IMP, enzim posfatase bekerja

merombak AMP menjadi IMP, enzim posfatase

bekerja merombak IMP menjadi inosin dan

enzim nukleosida hidrolase adalah enzim yang

bekerja merombak inosin menjadi hipoksantin

dan D-ribosa. Umumnya reaksi dari ATP ke

IMP mengambil tempat sesudah kematian ikan

atau sebelum otot mencapai pH pada tingkat

konstan. Pada periode ini reaksi IMP ke inosin

dan hipoksantin terjadi lebih lambat dari pada

reaksi dari ATP ke IMP. Konsentrasi inosin

(HxR) dan hipoksantin (Hx) meningkat sampai

pada kadar tertentu, perpanjangan waktu

simpan atau berkurangnya kesegaran ikan.

Selanjutnya hilangnya IMP selama

penyimpanan beku dapat mengakibatkan

kehilangan cita rasa pada ikan. Aktivitas enzim

nukleotida hidrolase berbeda pada beberapa

golongan ikan. Ikan bawal, aktivitas enzim ini

sangat lemah sehingga degradasi ATP

diklasifikasikan sebagai tipe akumulasi inosin

(Suwetja, 2011).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan

yang telah diuraikan maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Ikan teri yang disiangi termasuk dalam

golongan makanan rendah purin yakni 1,93

mg/100 g daging, sedangkan ikan sarden

yang disiangi termasuk dalam golongan

makanan purin sedang yakni 12,14 mg/100

g daging.

2. Ikan teri yang tidak disiangi termasuk

dalam golongan makanan purin sedang

yakni 65,30 mg/100 g daging sedangkan

Ikan sarden yang tidak disiangi termasuk

dalam golongan makanan tinggi purin yakni

124,3 mg/100 g daging.

3. Kandungan protein yang tinggi dalam tubuh

ikan segar akan menghasilkan basa purin

yang tinggi dan ikan dengan kandungan

Page 5: asnu 2.pdf

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 2, No. 1, Februari 2014

5

protein yang rendah mengandung basa purin

yang rendah pula.

DAFTAR PUSTAKA

Adieni, H. 2008. Asupan karbohidrat, lemak, protein,

makanan sumber purin dan kadar asam urat pada

vegetarian. Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro. Semarang.

Afianto dan Liviawati. 1989. Pengolahan dan pengawetan

ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Almatsier. 2005. Penuntun Diet, edisi baru. PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta

Anonimous.2011. Manfaat ikan bagi kesehatan.

www.artikelkesehatan99.com. Diakses tanggal 16 Mei

2014 pukul 15.00 Wita.

Anonimous. 2012. Hubungan asam urat dan pola makan.

www.assalam-herbal.com/infosehat/infosehat.html.

Diakses tanggal 19 Mei 2014.Pukul 11.00 Wita.

__ _____ . Ikan sebagai sumber gizi.

luvitac.blogspot.com/2012/03/ikan sebagai-sumber-

gizi.html. Diakses tanggal 26 Mei 2014 Pukul 11.30

Wita.

__ _____ . 2013. Macam-macam asam nukleat.

www.kamuslife.com. Diakses tanggal 8 Juli 2013.

Pukul 15.00 WITA

__ _____ . 2013. Analisa Kimia Pangan.

ednanabas.blogspot.com/2013/12/laporan-analisa-

kimia-pangan-pengujian.html. Diakses tanggal 16 Mei

2014 pukul 16.00 Wita.

__ _____ . Kandungan Gizi dan Manfaat Mengkonsumsi

Ikan Teri. www.cakrawaladunia.com/kandungan-gizi-

dan-manfaat-mengkonsumsi-ikan-teri/. Diakses

tanggal 26 Mei 2014 pukul 11.00 Wita.

Budianti, A. 2008.Status Gizi dan Riwayat Kesehatan

Sebagai Determinan Hiperusemia. Fakultas Pertanian

IPB. Bogor.

Dinaa, R. 2013. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar

Asam Urat. rachmawatidinaa.blogspot.com/2013/

12/contoh-makalah-hubungan-pola-makan.html.

Diakses tanggal 20 Mei 2014 Pukul 15.00 Wita.

Kartono, D dan Moesijanti Soekatri. 2004. Angka

Kecukupan Mineral: Besi, Iodium, Seng, Mangan,

Selenium. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

VIII.17-19 Mei. LIPI. Jakarta.

Khasanah, M. 2002. Pengembangan metode voltametri

lucutan untuk analisis asam urat melalui pelapisan

elektroda dengan polimer cetakan molekul. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Gajah Mada. Yogyakarta.

Martin, D. 1981. Biochemistry of diseases of

immunodevelopment. Annu Rev Biochem.

Manampiring, A dan Bodhy, W. 2011.

Prevalensihiperusemia pada remaja obese di kota

Tomohon. Lembaga Penelitian, Manado.

Modimboba. 2007. Kajian kandungan asam urat pada

beberapa jenis ikan pelagis segar (skripsi). Fakultas

perikanan dan ilmu kelautan. Universitas Sam

Ratulangi. Manado.

Muhammad, A. 2012. Denaturasi dan daya cerna protein

pada proses pengolahan Lawa Bale (Makanan

tradisional Sulawesi Selatan). Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Hasanudin. Makassar.

Noormindhawati, L. 2013. Penyakit Asam Urat. Pustaka

Makmur. Bandung.

Parende, G. 2007. Pengaruh cara pengolahan terhadap

kandungan asam urat ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis L).

Resmiati, T dkk. 2003. Pengasinan ikan teri (Stolephorus

spp.) Dan Kelayakan Usahanya di Desa Karanghantu

Serang. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran.

Bandung.

Saanin. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan.

Bina Cipta. Jakarta

Sastra, W. 2008. Fermentasi Rusip. Fakultas Perikanan

Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian. Bogor.

Soeroso dan Algristian. 2011. Asam urat. Penebar plus

(penebar swadaya grup). Depok

Suwetja. 2011. Biokimia Hasil Perikanan. Media prima

aksara. Jakarta

Tamaka. 1991. Analisis kandungan protein, air, abu dan

pH dari gonad sea urchin (Tripnustes gratilla dan

Echinometra mathaei). Fakultas perikanan dan ilmu

kelautan. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Uripi, V, Diah Krisnatuti, dan Rina Yenrina. 2002.

Perencanaan Menu untuk Penderita Gangguan Asam

Urat. Penebar Swadaya. Jakarta

Utami. 2012. Laporan Fieldtrip pengetahuan bahan baku

industri hasil perairan di Pelabuhan Ratu, Sukabumi,

Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian. Bogor

Wibowo, S. 2006. Asam urat. suryo-wibowo.

blogspot.com. Diakses tanggal 20 Maret 2014 pukul

18.00 WITA.

Wijayakusuma.2011. Manajemen Modern dan Kesehatan

Masyarakat. www.itokindo.org. Diakses tanggal 20

Mei 2014 Pukul 19.00 Wita.