askep pada pasien hernia.docx
TRANSCRIPT
ASKEP PADA PASIEN HERNIA
A. PENGERTIAN
Hernia adalahmenonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui
sebuah defek congenital atau yang didapat.
(Long,B.C,1996:246)
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen seperti
peritoneum, lemak, usus, dan kandung kemih, memasuki defek tersbut sehingga timbul kantong
berisi materi abnormal.
(Tambayong,J,2000;140)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melewati kanal inguinal dan mengikuti tuniklus
spermatikus atau ligamentum feses uteri.
(Henderson,1992;215)
Macam hernia inguinal:
a. Indirek : batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma
masuk ke dalam kanalis inguinalis.
b. Direk : batang usus melewati dinding inguinal bagian posterior.
c. Femoral : batang usus melewati temporal ke bawah ke dalam usus kanalis
gemoralis.
d. Umbilical : batang usus melewati cincin umbilical.
e. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang
lemah.
(Long,B.C,1996:246)
B. ETIOLOGI
Dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai
pada setiap usia dan lebih banyak pada pria daripada wanita.faktor penyebab lainya adalh
berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui kantung dan isi hernia
(Syamsuhidayat,1998:706)
C. ANATOMI PATOLOGI
Pada pembagian anatomi mayor, system genetalia pria, penis, skrotum, dan isinya seta prostate.
Pada hernia inguinalis dengan jaringan intestine masuk kae dalam tunika vaginalis berakibat
pembesaran skrotum. Hal ini mudah dibedakan dari penyakit testis lainnya dengan terdengarnya
suara intestine dalam skrotum dan mengecilnya masa hernia dengan cara meleburkan lingkungan
inguinal. Hal inimerupakan penyebab pembesaran skrotum yang sering terjadi pada anak-anak
karena hernia inguinalis merupakan 1% dari populasi pediatric.
Tempat-tempat utama yang menunjukkan kelemahan seperti itu yaitu inguinal dan saluran
femoral, umbilicus, dan jaringan parut yang lama.bekas operasi yang cenderung terletak pada isi
rongga perut untuk bisa terjebak didalamnya yang tersering adalah terjepitnya usus halus, usus
besar, omentum atau isi oert yang lain.
(Robbins and Kumar,1995)
D. PATOFISIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau hernia yang didapat pada orang
sehat. Tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis
yang berjalan miring, adanya muskulus obigus internus abdominalis yang menutuo annulus
inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya afasia tranversa yang kuat yang menutupi
trigenum harsel bach yang umumnya tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat
menyebabkan hernia.
Factor yang dapat menyababkan hernia karena adanya tekanan intraabdomendan kelemahan otot-
otot panggul dan perut. Bila hal itu terjadi maka akan terjadi kelemahan otot inguinal sehingga
organ ( usus ) dapat masuk melalui cincin kanalis inguinalis sehingga dapat menyebakan
hernianinguinal.
Kanalis inguinal adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke 8 kehamilan terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Pada bayi baru lahir umumnya telah menutup sehingga isi
rongga tersebut tidak dapat melewati kanlis tersebut. Namun dalam beberapa hal sering tidak
tertutup. Bila prosesus terbuka terus(karena tidak megalami obliverasi )akan tinbul hernia
inguinalis lateralis congenital.
( Syamsuhidayat,1997, Mansjoer,A,2000 )
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINISPada umumnya pasien merasa tidak enak, terdapat benjolan
didaerah inguinal yang dapat mencapai scrotum. Benjolan tersebut akan timbul pada
waktu mengejan, batuk, menangis, menganagkat beban berat / aktivitas berat lainnya.
Mula-mula benjolan ini bila dibaringkan/tidak akan hilang. Karena isi kantum hernia
masuk kembali ke dalam kavum abdomen, namun bila telah terejadi perlekatan antara
kantung hernia dengan isi hernia tidak dapat dimasukan kembali. Apabila pada daerah
benjolan menjadi keruh dan terjadi nyeri yang hebat, maka pasien akan gelisah. Pada
anak laki-laki yang besar dan pria ketika scrotum dimasuki jari telunjuk dan jari lain
ditempatakan pada/melalui ambuy inguinalis, dimana klien diintruksikan untuk mengejan
maka akan teraba kantung hernia seperti striktur bagaikan galon. Pada anak-anak / bayi
biasanya ditandai dengan :
- bayi sering gelisah
- menangis
- perut kembung
Pada hernia indirek ditentukan masa ellips berjalan turun dan miring ke dalam kanal
ingnuinal. Mungkin juga dapat masuk ke scrotum.
Keadaan umum pasien biasanya baik, jika penonjolan tidak nampak, pasien dapat
disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada hernia
akan tampak benjolan, bila tampak benjolan harus diperiksa apakah hernia dapat
masuk kembali. Pada hernia inguinalis direk, pada pasien terlihat adanya masa
bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur.
B. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengkajian data fisik berdasrkan pada pengkajian data abdomen ( apendik
F)dapat menunjukkan : benjolan pada lilpatan paha/area umbilical ( temuan
paling bermakna).
2. Keluhan tentang aktifitas yang mempengaruhi ukuran benjolan. Benjolan
mungkin ada secara konstan atau hanya tampak pada aktifitas yang
meningkatkan tekanan intraabdomen, seperti: batuk, bersin, mengangkat atau
defekasi
3. Keluhan tentang ketidaknyamanan, beberapa katidaknyamanan dialami
karena tegangan. Nyeri menandakan strangulasi dan kebutuhan terhadap
pembedahan segera. Selain itu manifestasi obbstruksi usus dapat dideteksi
( bising usus nada tinggi sampai tidak ada mual muntah ).
4. Lihat perawatan pra operasi dan pasca preasi untuk pengkajian dan recana
perawatan tambahan untuk periode praoperasi.
(
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan
2. Resti terhadap konstipasi berhubungan dengan penempatan ostomi pada colon
sigmoid
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia yang
lama
(Doenges, 2000: 489-493)
D. INTERVENSI DAN RASIONALISASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan
Kriteria Hasil :
a. Keluhan nyeri berkurang
b. Pasien dapat beristirahat tidur.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi : kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas
(skala 0-10)
Rasionalisasi :membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan
ketidakefektifan dapat mengatakan adanya komplikasi
Intervensi : berikan posisi yang nyaman
Rasionalisasi :dengan posisi tersebut dapat mengurangai ketegangan
abdomen sehingga nyeri berkurang
Intervensi : monitor TTV
Rasionalisasi :respon automatic meliputi TD, N, RR, suhu yang
berhubungan dengan hilangnya nyeri
Intervensi : instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasionalisasi :memfokuskan perhatian pasien dan membantu
menurunkan tegangan otot
Intervensi :kolaborasi pemberian analgesic sesuai indikasi
Rasionalisasi :menghilangkan reflek spasme/ kontraksi usus halus dan
membatu menejemen nyeri
2. Resti terhadap konstipasi berhubungan dengan penempatan ostomi pada
colon sigmoid
Kriteria Hasil :
a. Mendapatkan kembali fungsi usus normal.
b. Melaporkan tidak adanya konstipasi.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi :kaji adanya bising usus
Rasionalisasi :abnormalitas fungsi gastrointestinal bias diketahui dari
bising usus
Intervensi :perhatikan warna, konsistensi danjumlah feses
Rasionalisasi :merupakan indicator kembalinya fungsi gastrointestinal
mengidentifikasi ketepatan intervensi
Intervensi :observasi adanya nyeri abdomen
Rasionalisasi :mungkin berhubungan dengan akumulasi gas dan cairan/
terjadi komplikasi
Intervensi :anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tidak
mengiritasi lambung dan tidak menimbulkan gas
Rasionalisasi :menurunkan resiko iritasi mukosa dan mencegah
kembung
Intervensi : kalaborasi pemberian suposutoria sesuai indikasi
Rasionalisasi :untuk merangsang peristaltic dengan perlahan/ evakuasi
feses
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia yang lama
Kriteria Hasil :
a. Berat badan stabil
b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan
adekuat.
c. Berpartisipasi dalam masukan diet.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi :observasi mual muntah
Rasionalisasi :sejumlah besar dan aspirasi gaster dan mual muntah
diduga terjadi obstruksi usus
Intervensi :monitor bunyi usus ada atau tidak / hiperaktif
Rasionalisasi :meskipun bunyi usus sering tidak ada, inflamasi/ iritasi
usus dapat menyertai hiperaktifitas usus
Intervensi :ukur lungkar abdomen dan BB secara teratur
Rasionalisasi :kehilangan/ peningkatan menunjukan perubahan hidrasi,
tapi kehilangan lebih lanjut diduga ada defisit
Intervensi :beri makanan kecil/ porsi kecil tapi sering
Rasionalisasi :untuk meningkatkan masukan oral secara periodik
Intervensi :pemberian cairan elektrolit sesuai indikasi
Rasionalisasi :membantu memenuhi kekurangan cairan
(Doenges, 2000: 489-493)
Diposkan oleh Fajar Alam di 19.06 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA
Kata Hernia berasal dari Bahasa Latin, herniae, yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui
jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu, baik secara kongenital maupun
didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding
tersebut. (www.Indomedia.com, 2007).(Mansjoer,2000:313).
Dalam Medicastore.com Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang dinding perut kedalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah
saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut
ke dalam skrotum ( kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.
Jadi, Hernia Inguinalis adalah penonjolan sebagian usus melalui sebuah lubang dinding perut
dilipat paha, baik didapat atau kongenital.
TINJAUAN TEORITIS HERNIA
A.Pengertian
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ
internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan
kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith, 1994).
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ melalui
lubang pada struktur disekitarnya.
Hernia inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kanalis inguinal (lipat paha).
Operasi hernia adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengembalikan isi hernia
pada posisi semula dan menutup cincin hernia.
B.Etiologi
1. Hernia congenital:
Processus vaginalis peritoneum persisten
Testis tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka
Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus belum sempat
menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka
Predileksi tempat: sisi kanan karena testis kanan mengalami desensus setelah kiri terlebih
dahulu.
Dapat timbul pada masa bayi atau sesudah dewasa.
Hernia indirect pada bayi berhubungan dengan criptocismus dan hidrocele
2. Hernia didapat:
Ada factor predisposisi
Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa
Pada orang tua karena degenerasi/atropi
Tekanan intra abdomen meningkat
Pekerjaan mengangkat benda-benda berat
Batuk kronik
Gangguan BAB, missal struktur ani, feses keras
Gangguan BAK, mis: BPH, veskolitiasis
Sering melahirkan: hernia femoralis
C.Klasifikasi Hernia
a)Berdasarkan proses terjadinya hernia terbagi atas :
- Hernia bawaan (Kongenital)
- Hernia dapatan (akuisita)
b)Berdasarkan letak, Hernia terbagi atas :
- Hernia diafragma
- Hernia inguinalis
- Hernia umbilical
- Hernia strotalis
- Hernia insisional.
1. Hernia congenital:
- Hernia umbilikalis
- Hernia diafragnatika
- Hernia inguinalis lateralis
2. Hernia didapat:
- hernia inguinalis medialis
- Hernia femoralis
Pengertian Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang
normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246). Hernia adalah
suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 : 216). Hernia
adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara
normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia inguinalis adalah
hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio inguinalis). (Oswari, 2000 : 216).
D.Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan
pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batukyang kuat atau
bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada
daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan
dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu
ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat
dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang
terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka
berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.
E.Penatalaksanaan medis
1) Terapi konservatif/non bedah meliputi :
- Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset pada hernia
ventralis.
- Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan Hernia inkaseata yang tidak
menunjukkan gejala sistemik.
2) Terapi umum adalah terapi operatif.
3) Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi herniografi efektif.
4) Jika suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5
mennit di evaluasi kembali.
5) Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat sebaiknya digunakan marleks untuk
menguatkan dinding perut setempat.
6) Teknik hernia plastik, endoskopik merupakan pendekatan dengan pasien berbaring dalam
posisi trendelernberg 40 OC.
7) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk
membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
8) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB, hindari
kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
9) Hindari aktivitas-aktivitas yang berat.
F. Komplikasi
Hernia berulang,
Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
Pendarahan yang berlebihan / infeksi lluka bedah,
Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
Setelah herniografi dapat terjadi hematoma,
Fostes urin dan feses,
Residip,
Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN HERNIA
A.Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1). Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis
vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2). Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3). Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa
pra operasi).
4). Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5). Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6). Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol
(risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
B.Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
Periode post-operatif (Doenges, 1999).
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
C. Intervensi dan implementasi
a)Diagnosa periode post-operatif (Doenges, 1999).
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
-tanda-tanda vital normal
-pasien tampak tenang dan rileks
INTERVENSI
pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
-luka bersih tidak lembab dan kotor.
-Tanda-tanda vital normal
INTERVENSI
Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi
karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi
peningkatan tanda vital.
Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.
Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit.
Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya
tanda-tanda infeksi.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil : - pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
-pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
-kualitas dan kuantitas tidur normal
INTERVENSI
1) Mandiri
Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak, anjurkan latihan pada siang hari,
turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur.
Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus menerus
Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif
(sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien bahwa saat ini
adalah waktu untuk tidur.
Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan.
Catatan : Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk memungkin pasien membuang
kelebihan energi dan memfasilitas tidur.
Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk
Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama
malam hari.
Putarkan musik yang lembut atau ”suara yang jernih”
Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari lingkungan
sekitar yang akan menghambat tidur nyeyak.
2)Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin
(Senequan) dan trasolon (Desyrel).
Rasional : Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan
kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk kognitif
dalam efek samping tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat yang
maksimal.
Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).
Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi
insomia atau sindrom sundowner.
Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat ini
mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
INTERVENSI
Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan
untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan
menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari
latihan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta, 1998.
2. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
3. Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC, Jakarta, 1994.
4. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, EGC,
Jakarta, 1995.
5. Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
6. Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
7. W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta, 2002.
Diposkan oleh taisir rijani di 22.55
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia adalah suatu kelemahan pada dinding otot perut di segmen usus atau struktur perut
menonjol. Hernia dapat juga penetreate melalui cacat lainnya di dinding perut, melalui
diafragma, atau melalui struktur lainnya dalam rongga perut. (Donna,2000)
Manifestasi klinik yang sering terjadi pada pasien dengan hernia yaitu obstruksi usus,
seperti muntah-muntah, sakit perut crampy, distensi, nyeri abdomen, panas, adanya tonjolan pada
area inguinal atau abdomen femoral, nausea, dan tachi cardi, disuria disertai hematuria dan sesak
nafas. Masalah keperawatan yang sering muncul pada kasus hernia diantaranya potensial injuri,
knowledge defisid, gengguan rasa nyaman, retaensi urine, dan potensial infeksi.
Bila hernia tidak diatasi secara cepat dan tepat maka akan terjadi komplikasi seperti
incareta, strangulate, perforasi, infeksi postop, scrotal edema, dehinse post operasi, dan
evisceration. Berdasarkan masalah tersebut diatas dan komplikasi yang mungkin terjadi pada
pasien hernia bila tidak dilakukan secara adekuat, maka perlu asuhan keperawatan secara
komprehensif yang mencakup kebutuhan biopsikososial spiritual yang terkait dengan masalah
tersebut.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun makalah ilmiah dengan judul “Askep
Hernia”.
1.2 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus sebagai berikut
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah memberikan gambaran mengenai penerapan
asuhan keperawatan pada pasien hernia.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ilmiah ini adalah agar dapat menggambarkan tentang:
1. Konsep dasar hernia,
2. Pengkajian pada pasien dengan hernia
3. Perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hernia
4. Rencana asuhan keperawatan dan implementasi pada pasien dengan hernia.
1.3 Manfaat
Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam pembelajaran maupun dalam penerapan
asuhan keperawatan di masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui lubang yang
abnormal (Dorlan, 1994,hal 842)
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah burut
lipat pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar (Laksman, 2002, hal 153).
Hernia scrotalis merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai scrotum.
( Sjamsuhidajat, 1997, hal 717 )
Post adalah awalan yang menyatakan setelah atau di belakang. (Dorlan, 1994,hal 1477)
Operasi merupakan pembedahan, setiap tindakan yang dikerjakan oleh ahli bedah,
khususnya tindakan yang memakai alat-alat. (Ramali dan Pamoentjak, 2000, hal 244)
Dextra merupakan istilah yang menyatakan sesuatu yang berada disebelah kanan
dari dua struktur yang serupa atau yang berada disebelah kanan tubuh. (Dorlan, 1994,hal
517)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post operasi hernia scrotalis dextra
adalah hernia inguinalis lateralis dimana penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan yang
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan mencapai scrotum
bagian kanan dan telah dilakukan tindakan pembedahan oleh ahli bedah.
2.2 KLASIFIKASI
Menurut Sachdeva ( 1996, hal 232-234) menklasifikasikan hernia sebagai berikut ;
1. Hernia Reponiblis
Hernia yang dapat masuk kembali ketika penderita tidur terlentang atau dapat dimasukkan oleh
penderita atau ahli bedah.
2. Hernia Ireponiblis
Apabila isinya tidak dapat dikembalikan ke dalam abdomen dan tidak tampak adanya
komplikasi.
3. Hernia Obstruksi
Merupakan hernia ireponiblis yang berisi usus dimana lumennya mengalami onstruksi dari luar
atau adanya gangguan suplai darah dari usus.
4. Hernia Strangulasi
Hernia akan mengalami strangulasi bila suplai darah terhadap isinya sangat terganggu yang
dapat mengakibatkan gangren.
Adapun tindakan yang digunakan untuk mengatasi hernia ada 2 macam yaitu;
1. Tindakan konservatif
Yaitu tindakan dengan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia.
2. Tindakan definitive
Tindakan definitive untuk mengatasi hernia berupa operasi yang dilakukan dibawah anestesi
umum atau spinal. Dengan melakukan insisi pada garis linear di atas kanalis inguinalis yaitu 1
inci diatas dan sejajar terhadap 2/3 medial ligamentum inguinalis. Adapun prinsip dasar operasi
hernia terdiri dari Herniotomi dan Herniorapi.
a. Herniotomi
Merupakan operasi pemotongan untuk memperbaiki hernia.
b. Herniorapi
Herniorapi yaitu dengan melakukan perbaikan pada dinding posterior tanpa menggunakan
bahan asesoris. Apabila dalam melakukan perbaikan dinding posterior menggunakan bahan
asesoris maka disebut dengan Hernioplasti.
2.3 ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi
pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia,
disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan di
dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia
inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.(Sjamsuhidajat , Jong, 1997, hal
706)
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti:
obesitas dan kehamilan.
Indikasi pelaksanaan operasi adalah pada semua jenis hernia, hal ini dikarenakan
penggunaan tindakan konservatif hanya terbatas pada hernia umbilikalis pada anak sebelum
usia dua tahun dan pada hernia ventralis. Tindakan operasi dilakukan pada hernia yang telah
mengalami stadium lanjut yaitu;
1. Mengisi kantong scrotum
2. Dapat menimbulkan nyeri epigastrik karena turunnya mesentrium.
3. Kanalis inguinalis luas pada hernia tipe ireponibilis.
Pada hernia reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah karena ditakutkan
terjadinya komplikasi, sedangkan bila telah terjadi strangulasi tindakan bedah harus
dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.
(Sachdeva, 1996, hal 235 – 236 ; Mansjoer, 2000, hal 315)
2.4 PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei,
pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka
dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena
merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateral akuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat
defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke
dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga
hernia scrotalis.
Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general atau spinal sehingga
akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang berpengaruh pada tingkat kesadran,
depresi pada SSP juga mengakibatkan reflek batuk menghilang. Selain itu pengaruh anestesi
juga mengakibatkan produksi sekret trakeobronkial meningkat sehingga jalan nafas
terganggu, serta mengakibatkan peristaltik usus menurun yang berakibat pada mual dan
muntah, sehingga beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan nafas.
Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena kehilangan darah
dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru dan kulit. Insisi bedah
mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh), luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk
bagi organisme patogen sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi.
Rasa nyeri timbul hampir pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan,
manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena kompresi / stimulasi ujung syaraf
oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasiatau karena ischemi jaringan akibat gangguan
suplai darah ke salah satu bagian, seperti karena tekanan, spasmus otot atau hematoma.
(Mansjoer, 2000, hal 314 ; Sjamsuhidajat,1997, hal 704 ; Long,1996, hal 55 – 82).
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan
tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis, mengejan,
mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi
komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan
asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan
berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan coba didorong
apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak,
kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum, jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus pada
keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka
itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah
hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2000, hal 314 ; Kusala, 2007,
http://www.kalbe.co.id/files)
Pada umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Beberapa
masalah yang sering terjadi pada fase post operasi antara lain; kesadaran menurun, sumbatan
saluran nafas, hipoventilasi, hipotensi , aritmi cardiak, shock, nyeri, distensi kandung
kencing, cemas, aspirasi isi lambung.
Tindakan operatif dilakukan dengan melakukan insisi pada tubuh sehingga tubuh
memerlukan waktu untuk penyembuhan luka. Luka bedah karena dilakukan dengan disertai
teknik asepsis pada umumnya penyembuhannya lancar dan cepat.
Ada empat fase penyembuhan luka; fase I penyembuhan luka, lekosit mencerna
bakteri dan jaringan rusak. Fibrin tertumpuk pada gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh
darah tumbuh pada luka dari benang fibrin sebagai kerangka. Luka kekuatannya rendah tapi
luka yang dijahit akan menahan jahitan dengan baik. Pasien akan terlihat dan merasa sakit
pada fase ini yang berlangsung selama 3 (tiga) hari.
Fase II berlangsung 3 – 14 hari setelah pembedahan. Lekosit mulai menghilang,
semua lapisan epitel mulai beregenerasi selengkapnya dalam 1 (satu) minggu. Jaringan baru
memiliki sangat banyak jaringan vaskuler, jaringan ikat berwarna kemerah-merahan karena
banyak pembuluh darah dan mudah terjadi perdarahan, pasien akan terlihat lebih baik.
Tumpukan kolagen serabut protein putih akan menunjang luka dengan baik dalam 6 – 7 hari.
Jadi jahitan diangkat pada waktu ini, tergantung pada tempat dan luasnya bedah.
Pada fase III kolagen terus bertumpuk. Hal ini akan menekan pembuluh darah baru
dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas.
Pada fase ini yang kira-kira berlangsung dari minggu ke dua sampai minggu ke enam post
operasi, pasien harus menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.
Fase terakhir, fase ke IV berlangsung beberapa bulan post operasi. Pasien akan
mengeluh gatal diseputar luka. Kolagen terus menimbun pada waktu ini, luka menciut dan
menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur.
(Long,1996, hal 70 – 86)
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain
obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis.
Sedangkan komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena femoralis, nervus
ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia
geser. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak, maka
dapat timbul nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka.
Komplikasi dini setelah operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi luka,
bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi lama merupakan atrofi testis
karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis, dan yang paling
penting, terjadinya residif (kekambuhan). Insiden dari residif begantung pada umur pasien,
letak hernia, teknik yang digunakan dalam pembedahan dan cara melakukannya.
(Sjamsuhidajat, 1997, hal 718-719)
2.7 PENCEGAHAN
Kelemahan otot bawaan tidak dapat dicegah, namun, latihan penguatan otot yang
mungkin dapat membantu. Menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan
teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah herniasi. Awal pengakuan dan diagnosis
herniasi sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah herniasi terjadi, individu harus
mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi pada
cekikan.
Hernia inguinalis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut. Tetapi jika
tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus bisa terperangkap di dalam
kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya terputus (strangulasi). Jika tidak
ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi bisa mati karena kekurangan darah.
Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk
menutup lubang pada dinding perut agar hernia tidak berulang. Obat-obatan biasanya
diberikan untuk mengatasi nyeri setelah penderita menjalani pembedahan. Kadang setelah
menjalani pembedahan penderita dianjurkan untuk memakai korset untuk menyokong otot
yang lemah selama masa pemulihan.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi daerah inguinal dan femoral
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di
daerah inguinal. Biasanya, impuls hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Suruhlah pasien
memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah
inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat
menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan
bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama
batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
b. Palpasi hernia inguinal
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan pemeriksa didalam
skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang
cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap keluar dan bantalan jari kedalam.
Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan
yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika dilateral masuk
kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah
cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin
eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal,
mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya
ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa.
Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat
direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan
hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-
lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. Uraian tentang ciri-ciri hernia akan dibahas
berikutnya.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah
kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasa lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal
indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan
apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan
dignosis hernia inguinal indirek.
- Foto ronsen spinal
- Elektromiografi
- Venogram epidural
- Fungsi lumbal
- Tanda leseque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas)
- Scan CT
- MRI
- Mielogram
2. Pemeriksaan darah
a. Lekosit ; peningkatan jumlah lekosit mengindikasikan adanya infeksi.
b. Hemoglobin ; Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan darah.
c. Hematokrit ; peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi
d. Waktu koagulasi ; Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis
intraoperasi/pascaoperasi.
2. Urinalisis
BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.
3. GDA
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
4. EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung.
2.9 PATHWAYS KEPERAWATAN
0FOKUS KEPERAWATAN
Pengkajian
Status Respiratori
Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifatnya. Bunyi nafas : ada dan
sifatnya.
Status Sirkulatori
Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit, pengisian kapiler.
Status Neurologis
Tingkat kesadaran, penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala shock dan harus segera
dilaporkan kepada ahli bedah dan disertai gejala lain yang jelas.
Balutan
Keadaan balutan, terdapat drain, terdapat selang yang harus disambung dengan system
drainase.
Kenyamanan
Terdapat nyeri, mual, muntah, sikap tidur yang nyaman dan memperlancar ventilasi.
Keamanan
Terdapat pengaman pada tempat tidur, alergi atau sensitive terhadap obat, makanan,
plester, larutan. Munculnya proses infeksi ; demam.
(Long, 1996, hal 60)
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi trakeobronkial
sekunder terhadap efek anestesi; batuk tidak efektif sekunder terhadap depresi SSP atau
nyeri dan splinting otot.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, prosedur bedah.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah pembentukan
hematoma.
Intervensi
NO DX KEP KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan
Kriteria Hasil :
Jalan napas pasien bersih, ditandai
1)Pertahankan jalan nafas
pasien dengan
dengan peningkatan
sekresi trakeobronkial
sekunder terhadap efek
anestesi; batuk tidak
efektif sekunder terhadap
depresi SSP atau nyeri dan
splinting otot.
dengan bunyi napas normal pada
auskultasi.
b. RR : 12 – 20 X / menit dengan
kedalaman dan pola normal.
meletakkan pasien pada
posisi yang sesuai.
2)Observasi frekwensi,
kedalaman pernafasan
dan pemakaian otot bantu
pernafasan.
3)Observasi pengembalian
fungsi otot, terutama
otot-otot pernafasan .
4)Lakukan penghisapan
lendir jika diperlukan
5)Kolaborasi pemberian
tambahan oksigen sesuai
kebutuhan.
2.
Gangguan rasa nyaman
(nyeri) sehubungan
dengan kompresi syaraf,
prosedur bedah. Kriteria hasil:
1) Melaporkan nyeri hilang dan
terkontrol.
2) mengungkapkan metode yang
memberi penghilangan.
3) mendemonstrasikan penggunaan
intervensi terapeutik.
4) Instruksikan pada pasien untuk
melakukan teknik relaksasi atau
visualisasi
5) Kolaborasi dalam pemberian
therapy
1)Kaji adanya keluhan
nyeri, catat lokasi
lamanya serangan, faktor
pencetus atau yang
memperberat
2) Pertahankan tirah baring
selama fase akut letakkan
pasien pada posisi semi
fowler dengan tulang
spinal, pinggang dan lutut
dalam keadaan fleksi atau
posisi terlentang dengan
atau tanpa meninggikan
kepala 10-30 derajat.
3) Batasi aktivitas selama
fase akut sesuai dengan
kebutuhan
4)Instruksikan pada pasien
untuk melakukan teknik
relaksasi atau visualisasi
Kriteria hasil:
5)Kolaborasi dalam
pemberian therapy
1)Lakukan penilaian
terhadap fungsi
neurologist secara
periodik
2)Pertahankan pasien
dalam posisi terlentang
sempurna selama
beberapa jam
3) Pantau tanda-tanda vital,
catat kehangatan,
pengisian kapiler
4)Kolaborasi dalam
pemberian cairan atau
darah sesuai indikasi
3.
Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan
penurunan aliran darah
pembentukan hematoma.
Melaporkan atau
mendemonstrasikan situasi normal.
(Doengoes, 2000; Swearingen,2001)
Lemone and Burke,M.K. 2000 .Medical Surgical Nursing:Critical Thinking in Client
Care. Second Edition.New Jersey: Prentie-Hall,Inc.
Ignatavicius, Donna, et.All.2000.Medical Surgical Nursing.Philadelphia: W.B Saunders
Company.
Lewis,Heitkemper,Dirksen.2000.Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby.
Oswari E.1993. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia. .
http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/12/hernia/
http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1000546