asidimetri landasan teori

11
Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa, ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garamnya). Sedangkan alkalimetri pada prinsipnya adalah analisa titimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat asam. Larutan yang biasa dipakai sebagai titran dalam alkalimetri adalah NaOH, KOH, dan Ba(OH)2 yang merupakan larutan baku standar sekunder. Larutan yang biasa digunakan dalam analisa ini adalah NaOH karena harganya relatif murah. Indikator yang sering digunakan dalam percobaan asidimetri dan alkalimetri adalah indikator metil merah dan metil orange untuk asidimetri karena skala pH pada kedua indikator memang berkisar pada larutan yang bersifat asam dan indikator PP untuk alkalimetri karena skala pH pada indikator PP berkisar pada larutan yang bersifat basa. Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas dalam pemakainannya. Hal ini disebabkan karena oleh beberapa alasan. Misalnya yaitu cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya

Upload: utari-wijayanti

Post on 08-Nov-2015

492 views

Category:

Documents


68 download

DESCRIPTION

analitik

TRANSCRIPT

  • Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang

    menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya

    adalah basa atau senyawa yang bersifat basa, ataupun pengukuran

    dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garamnya). Sedangkan

    alkalimetri pada prinsipnya adalah analisa titimetri yang

    menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam

    atau senyawa yang bersifat asam. Larutan yang biasa dipakai sebagai

    titran dalam alkalimetri adalah NaOH, KOH, dan Ba(OH)2 yang

    merupakan larutan baku standar sekunder. Larutan yang biasa

    digunakan dalam analisa ini adalah NaOH karena harganya relatif

    murah. Indikator yang sering digunakan dalam percobaan asidimetri

    dan alkalimetri adalah indikator metil merah dan metil orange untuk

    asidimetri karena skala pH pada kedua indikator memang berkisar

    pada larutan yang bersifat asam dan indikator PP untuk alkalimetri

    karena skala pH pada indikator PP berkisar pada larutan yang bersifat

    basa.

    Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan

    jumlah zat kimia yang luas dalam pemakainannya. Hal ini disebabkan karena oleh

    beberapa alasan. Misalnya yaitu cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya

  • mudah dan cepat, ketelitian dan ketetapan cukup tinggi dan cara ini dapat

    digunakan untuk menentukan kadar beberapa zat yang mempunyai sifat yang

    berbeda.

    Asidimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku asam

    untuk menentukan jumlah basa yang ada. Alkalimetri adalah analisis volumetrik

    yang menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada

    (Daintith, 1997).

    Titrasi adalah penambahan yang sangat hati-hati dari satu larutan ke yang

    lain dengan cara buret. Buret secara akurat mengukur volume larutan yang

    dibutuhkan untuk bereaksi dengan jumlah yang secara hati-hati diukur dari zat

    lain yang terlarut. Ketika volume yang tepat telah tercapai, indikator perubahan

    warna dan operator menghentikan aliran dari buret tersebut. Fenolftalein adalah

    indikator khas untuk titrasi asam-basa, tidak berwarna dalam larutan asam dan

    merah muda dalam larutan basa (Peters, 1990).

    Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan

    peraksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan

    ditentukan. Larutan pereaksi biasanya diketahui kepekaannya dengan pasti,

    disebut peniter atau larutan baku. Sedangkan proses penambahan peniter tersebut

    ke dalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titrasi. Dalam proses ini bagian-

    bagian peniter ditambahkan ke dalam larutan zat yang akan ditentukan dengan

    bantuan alat yang disebut buret sampai tercapai titik kesetaraan. Titik kesetaraan

  • adalah titik pada saat pereaksi dan zat yang ditentukan bereaksi sempurna secara

    stoikimetri (Rivai, 1995).

    Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen

    dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya

    setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu

    larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan

    dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa)

    yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan

    cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi

    pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator

    warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997 ).

    Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant dari

    buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam-

    basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri.

    Pada titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH- yang ditambahkan sebagai titrant

    adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+ yang terdapat dalam analit.

    Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air. Larutan tersebut adalah

    asam apabila ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa

    yang terkandung didalamnya (Atkins, 1997 ).

    Proses titrasi digunakan dalam penentuan analitis banyak, termasuk melibatkan

    reaksi asam-basa. Indikator adalah zat yang digunakan untuk sinyal ketika titrasi

    tiba di titik dimana reaktan kimia sama, seperti yang didefinisikan oleh persamaan

    reaksi. Larutan standar adalah larutan dengan konsentrasi tepat ditentukan.

    Awalnya konsentrasi larutan standar ditentukan dari jumlah yang ditimbang dari

  • sebuah standar primer, bahkan kimia referensi yang sangat dimurnikan. Larutan

    standar dapat dibuat dari salah satu dari dua cara;

    1. Standar primer yang ditimbang dengan hati-hati, dilarutkan, dan diencerkan

    akurat untuk volume yang diketahui. Konsentrasi dapat dihitung dari data.

    2. 2. Larutan dibuat untuk perkiraan konsentrasi dan kemudian dibakukan oleh

    titrasi kuantitas akurat ditimbang dari standar primer (Weiner, 2010).

    Karakteristik standart primer, yaitu:

    - Harus tersedia dengan mudah dalam suatu bentuk murni atau dalam keadaan

    kemurnian yang diketahui. Pada umumnya total banyaknya ketidakmurnian

    tidak melampaui 0,01 ke 0,02%, dan haruslah mungkin untuk memeriksa

    ketidakmurnian itu dengan percobaan kualitatif yang kepekaannya diketahui.

    - Zat itu harus mudah dikeringkan dan tidak boleh terlalu higroskopik

    sehingga menarik air selama penimbangan. Tidak boleh kehilangan bobot bila

    dibiarkan di udara. Hidrat-hidrat garamnya biasanya tidak digunakan sebagai

    standart primer.

    - Standart primer itu mempunyai bobot ekivalen yang tinggi agar akibat-

    akibat kesalahan penimbangan dapat diminimalkan.

    - Asam atau basa yang digunakan harus merupakan asam atau basa kuat,

    artinya sangat terdisosiasi, tetapi asam atau basa lemah juga dapat digunakan

  • sebagai standart primer tanpa cacat yang besar, terutama bila larutan standart

    itu akan digunakan untuk menganalisa contoh-contoh asam atau basa lemah.

    (R.A. Day Jr, AL. Underwood, Kimia Analisis Kuantitatif, 1986)

    Suatu larutan standar adalah larutan yang mengandung eagensia dengan bobot

    yang diketahui dalam suatu volume tertentu suatu larutan. Larutan standar primer

    adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat

    bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi, suatu zat standar

    primer harus memenuhi persyaratan, yaitu sebagai berikut:

    1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan dan juga mudah dikeringkan

    (sebaiknya pada suhu 1100+

    - 1200C).

    2. Zat harus tidak berubah dalam udara selama penimbangan. Kondisi-kondisi ini

    mengisyaratkan bahwa zat tidak boleh higroskopis, tidak pula dioksidasi udara

    atau dipengaruhi karbon dioksida. Standar ini juga harus dijaga agar

    komposisinya tidak berubah saat penyimpanan.

    3. Zat harus dapat diuji terhadap zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji

    lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tidak

    boleh melebihi 0, 01-0, 02 ).

    4. Zat harus mempunyai ekivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan

    dapat diabaikan.

    5. Zat harus mudah larutpada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

    6. Reaksi dengan larutan standar itu harus soikiometri dan praktis sekejap.

    Sesatan titrasi harus dapat diabaikan atau mudah ditetapkan dengan cermat

    dengan

  • eksperimen.

    Zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer adalah reaksi asam basa

    natrium karbonat (Na2CO3), natrium tetrabonat (Na2B4O7), kalium hydrogen iodat

    KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan. Sedangkan standar sekunder adalah

    zat yang dapat digunakan untuk standarisasi dan yang kandungan zat aktifnya

    telah ditemukan dengan pembandingan dengan suatu standar primer (Basset,

    1994).

    Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan

    untuk membakukan larutan standart, misalnya arsen trioksida pada

    pembakuan larutan iodium. Baku sekunder adalah bahan yang telah

    dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk

    membakukan larutan standart, misalnya larutan natrium tiosulfat pada

    pembakuan larutan iodium.

    (http://osun.org/titrasi-alkalimetri-pdf-2.html)

    Beberapa bahan baku primer untuk asidimetri dan alkalimetri yang paling

    banyak digunakan adalah:

    a. Untuk asam

    - Natrium Karbonat kristal (Na2CO3)

    - Boraks atau natrium tetraborat dekahidrat (Na2B4O7.10H2O)

    b. Untuk basa

    - Kalium flatat asam (C6H4(COOH)(COOK))

    - Asam oksalat kristal ((COOH)2.2H2O)

  • - Kalium biyodat (KH(IO3)2)

    - Asam sulfanat (HSO3.NH2)

    (W. Harjadi. Ilmu Kimia Analitik Dasar, 1986)

    Berikut ini bahan baku primer yang digunakan untuk standardisasi:

    1. Senyawa kalium hydrogen ftalat (KHC8H4O4 (KHP))

    Merupakan standart primer yang sangat bagus untuk larutan basa, tersedia dengan

    mudah dalam kemurnian sekurang-kurangnya 99,95%. Garam ini stabil

    terhadap pemanasan, tidak higroskopik, dan mempunyai bobot ekivalen yang

    tinggi yaitu 204,4 g/eq. Zat ini merupakan asam monoprotik lemah. Asam

    monoprotik adalah sebuah asam yang hanya dapat melepaskan satu ion hidrogen

    per molekul dalam larutan. Lawan dari asam monoprotik adalah asam poliprotik,

    yang dapat melepaskan lebih dari satu ion hidrogen per molekul.

    2. Asam sulfamat (HSO3NH2)

    Merupakan asam monoprotik kuat dan baik indikator fenolftalein ataupun merah

    metil dapat digunakan dalam titrasi dengan basa kuat. Mudah diperoleh, tidak

    mahal, dan mudah dimurnikan dengan pengkristalan ulang dari dalam air.

    Merupakan zat padat kristalin putih, tidak higroskopik, dan stabil sampai

    temperatur 130 C. Asam sulfamat mudah larut dalam air, dan kebanyakan

    garamnya dapat larut.

    3. Senyawa kalium hidrogen iodat (KH(IO3)2)

    Merupakan asam monoprotik yang kuat yang juga digunakan sebagai standart

    primer yang sangat bagus untuk larutan basa. Mudah diperoleh, tidak mahal, dan

    mudah dimurnikan dengan mengkristalkan ulang dari dalam air. Senyawa ini

  • putih, kristalin, padat tidak higroskopis, dan mempunyai bobot ekivalen yang

    tinggi, 389,91. Cukup stabil untuk dikeringkan pada suhu 110 C.

    4. Natrium karbonat (Na2CO3)

    Penggunaannya meluas sebagai standart primer untuk larutan asam kuat. Tersedia

    dengan mudah dalam keadaan sangat murni, kecuali sedikit natrium bikarbonat

    (NaHCO3). Bikarbonat itu dapat diubah seluruhnya menjadi karbonat dengan

    memanasi zat itu pada 270-300 C sampai bobotnya konstan. Natrium karbonat

    agak higroskopik, namun dapat ditimbang tanpa kesukaran. Bobot ekivalenya

    dalam hal ini adalah separuh bobot molekul 53,00.

    (R.A. Day Jr, AL. Underwood, Kimia Analisis Kuantitatif, 1986)

    Reaksi kimia yang mungkin di perlakukan sebagai basis dari penentuan titrimetrik

    telah dikelompokan ke dalam empat tipe :

    a. Asam-Basa. Ada sejumlah besar asam dan basa yang dapat ditentukan oleh

    titrimetri. Jika HA mewakili asam yang akan ditentukan dan B mewakili basa,

    rekasinya adalah sebagai berikut

    HA + OH- A- + H2O

    dan

    B + H3O+ BH+ + H2O

    b. Oksidasi-reduksi (redoks). Reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-redoksi

    dipergunakan secara luas dalam analitis titrimetrik. Sebagai contoh, besi dengan

    tingkat oksidasi +2 dapat dititrasi dengan sebuah larutan standar dari serium (IV)

    sulfat :

    Fe2+ + Ce 4+ Fe3+ + Ce3+

  • c. Pengendapan. Pengendapan da ri kation perak dengan anion halogen

    dipergunakan secara luas dalam prosedur titremetrik. Reaksinya adalah sebagai

    berikut

    Ag+ + X- AgX (s)

    d. Pembentukan kompleks. Contoh dari reaksi di mana terbentuk suatu kompleks

    antara ion perak dan sianida :

    Ag+ + 2 CN- Ag (CN)-2

    (Oxtoby, 2001). - See more at:

  • Atkins, Peter and Jones Lorette. 1997. Chemistry Molecules and

    Canges, 3rd Ed. New York: W. H. Freeman and Company.

    Andari, Susilowati.2013 PERBANDINGAN PENETAPAN KADAR KETOPROFEN

    TABLET SECARA ALKALIMETRI DENGAN SPEKTROFOTOMETRI- UV

    Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar

    Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik . Jakarta : EGC.

    Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga, Jakarta

    Harjadi, W.1986.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta:PT. Gramedia.

    Petrucci, Ralph H and Willias S. Harwood. 1997. General Chemistry.

    New Jersey: Prentice Hall.

    Rivai, H., 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.

    Santosa, noegroho.1995.

    Peters, Edward I., 1990, Introduction to Chemical Principles, 5 th

    edition, 394, Saunders College Publishing, USA

    Underwood, A.L. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :Penerbit

    Erlangga.

    Vogel

    Weiner, Susan A., 2010, , Introduction to Chemical Principles, 7 th edition, 268,

    Cengage Learning, USA