aplikasi kompos terinduksi inokulum fungi selulolitik …digilib.unila.ac.id/31509/12/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
APLIKASI KOMPOS TERINDUKSI INOKULUM FUNGI SELULOLITIK
(Aspergillus fumigatus) DAN FUNGI LIGNINOLITIK (Geotrichum sp.)
TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN CABAI MERAH
BESAR (Capsicum annuum L.)
(skripsi)
Oleh
Ayu Wulan Septitasari
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
APLIKASI KOMPOS TERINDUKSI INOKULUM
FUNGI SELULOLITIK (Aspergillus fumigatus) DAN FUNGI
LIGNINOLITIK (Geotrichum sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN
VEGETATIF TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.)
Oleh
Ayu Wulan Septitasari
Pengelolaan limbah baik hewan maupun tumbuhan, salah satunya ialah dengan
mendaur ulang limbah tersebut menjadi kompos. Kompos merupakan hasil
perombakan bahan organik yang diproses oleh mikroorganisme dekomposer
seperti fungi menjadi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Fungi yang
efektif dalam pengomposan diantaranya ialah Aspergillus fumigatus dan
Geotrichum sp. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian kompos yang terinduksi fungi selulolitik (Aspergillus fumigatus) dan
fungi ligninolitik (Geotrichum sp.) terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman
cabai merah besar (Capsicum annuum L.). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Oktober sampai dengan Desember 2017 di green house Laboratorium Lapang
Terpadu Fakultas Pertanian. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan dosis kompos selulolitik dan ligninolitik: 0 %, 10 %,
20%. Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga satuan percobaan adalah
27 kali dengan 4 letak plot susunan yang sama. Parameter yang diamati yaitu
tinggi tanaman, berat segar, berat kering, rasio tunas akar, kadar air relatif dan
kandungan klorofil a, b dan total. Homogenitas ragam ditentukan berdasarkan uji
Levene pada taraf nyata 5%. Analisis ragam dan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
dilakukan pada taraf nyata 5%. Hasil menunjukkan bahwa kompos terinduksi
fungi selulolitik (Aspergilus fumigatus) dan ligninolitik (Geotrichum sp) dapat
meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman cabai merah besar (Capsicum
annuum L.) yang meliputi tinggi tanaman, berat segar, berat kering, rasio tunas
akar, kadar air relativ, kecuali kandungan klorofil a, b, dan total yang memberikan
pengaruh namun tidak nyata.
Kata kunci : Limbah, Kompos, Pengomposan, fungi, Aspergillus fumigatus,
Geotrichum sp., Hara, Pertumbuhan, Capsicum annuum L.
APLIKASI KOMPOS TERINDUKSI INOKULUM FUNGI SELULOLITIK
(Aspergillus fumigatus) DAN FUNGI LIGNINOLITIK (Geotrichum sp.)
TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN CABAI MERAH
BESAR (Capsicum annuum L.)
Oleh
Ayu Wulan Septitasari
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kebun sari, Negeri Agung, Way
Kanan, Provinsi Lampung pada tanggal 20 September
1995, sebagi anak ketiga dari empat bersaudara, dari
Bapak Putu Sutama dan Ibu Juminah.
Penulis mulai menempuh pendidikan pertamanya di Sekolah Dasar Negeri Kebun
Sari pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Negeri Agung pada tahun 2008. Pada tahun 2011
penulis melanjutkan pendidikanya di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Pekalongan.
Pada tahun 2014, penulis tercatat sebagai salah satu mahasiswa jurusan biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui
jalur Ujian Masuk Mandiri (UML). Selama menjadi mahasiswa di jurusan Biologi
FMIPA Unila, penulis pernah menjadi asisten praktikum matakuliah Genetika,
Palinologi, dan Ekofisiologi Tumbuhan. Penulis juga aktif di Organisasi
Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) Fakultas Matematika dan Ilmu
v
Pengetahuan Alam Universitas Lampung sebagai anggota bidang Saintek pada
tahun 2015-2016.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada bulan Januari-Maret 2017 di Desa
Sendang Asih, Kec Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah. Pada bulan
Juli-Agustus 2017 penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung dengan judul “Uji Multilokasi Galur
Harapan Mutan Sorghum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) di Kebun
Percobaan Tegineneng Provinsi Lampung”.
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur yang mendalam
kupersembahkan karya tulisanku kepada
Kedua orangtuaku tercinta yang telah memberikan motivasi
dan kasih sayang yang sangat luar biasa untukku
Kakak, adik dan keponakanku tersayang yang memberikan
dukungan semangat selama menempuh pendidikan
Bapak dan ibu dosen yang telah membimbing dan
memberikan nasihat yang baik
Muhammad tersayang yang telah memberikan dukungan
semangat, bantuan dan menjadi bagian dalam suka dan
dukaku selama ini
Sahabat terkasih dan teman-temanku atas dukungan dan
memberikan warna dalam perjalananku
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung
vii
Motto
“Bunga yang tidak akan layu sepanjang zaman adalah kebaikan” –William
Cowper-
“Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat
semuanya menjadi sulit. Jadi, jangan mudah menyerah”
–Joko Widodo- dan –Putu Sutama-
“Jadilah manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia,
tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua
orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum” –
Mahatma Gandhi-
“Kuatkan dirimu seperti karang dilautan yang dihantam ombak dan
kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, jauhilah
perselisihan, karena hidup hanya sekali, dan Ingat hanya pada allah tempat
meminta dan berserah diri apapun dan dimanapun kita berada, serta hanya
kepada-NYA tempat kembali” –A.W.S-
viii
SANWACANA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat dalam menempuh
pendidikan strata satu atau sarjana dalam bidng ilmu sains yaitu skripsi yang
berjudul “Aplikasi Kompos Terinduksi Inokulum Fungi Selulolitik
(Aspergillus Fumigatus) Dan Fungi Ligninolitik (Geotrichum Sp.) Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum Annuum
L.). Dengan terselesaikanya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtua tercinta, Bapak Putu Sutama dan ibu Juminah, kakak tersayang
Ayu Pungky Trirahayu, Bagus Dwi Ocanesia, kakak iparku kak Angling dan
mba Tami, adikku tersayang Agung Sangsong Sambuaga, Keponakanku
tercinta Eza Dhyrlin Dayu, Kenzie Gyan Prasaja, Vallery Mhatiew Dayu, dan
seluruh keluarga besarku terimakasih telah memberikan semangat, Nasihat, dan
Doa selama ini.
2. Bapak Dr. Bambang Irawan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan kritik yang baik selama pembuatan skripsi
ini.
ix
3. Bapak Ir. Zulkifli, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan kritik yang baik selama pembuatan skripsi ini.
Terimakasih untuk saran dan motivasi yang membangun bagi penulis.
4. Ibu Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.S., terimakasih atas saran dan kritik
serta kebersediannya menjadi pembahas dalam penelitian ini sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Hendri Busman, M.Biomed., selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbinganya kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.
6. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
7. Bapak Ir. Salman Alfarizi, M.Si., selaku koordinator seminar usul.
8. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku koordinator seminar hasil.
9. Bapak Prof. Warsito S.Si., DEA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
10. Teman sekaligus saudara seperjuangan dari semester 1 hingga saat ini (Shinta
Wulandari dan Essy Pratiwi) Terimakasih atas segala rasa yang tercurah
selama ini baik sedih maupun senang, aku sangat sayang kalian.
11. Teman berpetualang (Basuki Sugiarto, Mizan Sahroni) Yang selalu
menyebalkan namun selalu kurindukan. Dari candaan, kejahilan, masukan,
semangat mengerjakan skripsi, ajakan makan bakso, nemenin belanja, sampai
jalan-jalan menikmati alam. Terimakasih kenangan dan semangatnya.
12. Teman KWI 2015 (Amilia Rasitiani, intan, Alm.Dewi Daryani, Adlenia Doa
Parentia, Alvin Yuanda, Sindy) Terimakasih telah memberi kenangan serta
semangat perjuangan ini.
x
13. Teman KKN (Pratiwi Permata Putri, Sri Ani, Ciul, Kesuma Putra Budiman
Azhari Nawawi, Ilham Saputra, Dedy Septianto) Terimakasih selalu
menyemangati saat KKN hingga saat ini. Kesan bersama kalian takkan terlupa.
14. Teman dan Saudara di Kosan MutiaraM3 (Erni Mentari, Shintia Rahma Rani,
Selvia Berlian, Merlita Ulfa Febrianti, Dewi Salonda) Yang telah banyak
membantu selama ini, semoga kebaikan kalian dibalas oleh-NYA.
15. Kekasihku Muhammad Arif Ulumudin yang selalu ada dalam susah dan
senang, menjadi tempat berkeluh kesah, yang menyemangati tanpa henti, selalu
membantu dan menghiburku, kaulah obat dari letihku selama ini. Terimakasih
atas segala yang tak dapat terucap.
16. Teman-Teman Biologi FMIPA UNILA angkatan 2014 yang penulis
banggakan.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penyusunan
skripsi ini dan masih dibutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini, akan tetapi ada sedikit harapan semoga skripsi ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung. 25 Juli 2018
Penulis
Ayu Wulan Septitasari
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................. vi
MOTTO ............................................................................................ vii
SANWACANA ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xx
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................. 5
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................ 5
1.4 Kerangka Pikir .................................................................... 5
1.5 Hipotesis ............................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompos ................................................................................ 8
2.2 Pengomposan ...................................................................... 8
2.3 Biomasa kompos ................................................................. 12
2.4 Fungi ................................................................................... 13
2.5 Fungi dalam proses dekomposisi ......................................... 14
2.6 Tanah .................................................................................... 15
2.7 Tanaman cabai ...................................................................... 17
2.8 Morfologi tanaman cabai ...................................................... 19
xii
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................ 21
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................... 21
3.2.1 Alat ............................................................................ 21
3.2.2 Bahan ......................................................................... 21
3.3 Rancangan Penelitian ........................................................... 22
3.4 Variabel dan parameter ......................................................... 23
3.5 Pelaksanaan ........................................................................ 23
3.5.1 Persiapan media tumbuh ........................................... 23
3.5.2 Penanaman benih cabai ............................................. 24
3.5.3 Penyusunan satuan percobaan ................................... 24
3.5.4 Perawatan tanaman cabai .......................................... 26
3.5.5 Pengamatan ............................................................... 26
3.5.5.1 Tinggi Tanaman .......................................... 26
3.5.5.2 Berat segar Tanaman ................................... 26
3.5.5.3 Berat kering Tanaman ................................. 27
3.5.5.4 Kadar air relatif .......................................... 27
3.5.5.5 Rasio tunas akar ........................................... 27
3.5.5.6 Kandungan klorofil (a, b, dan total) ............ 28
3.6. Analisis data ....................................................................... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................... 30
4.1.1 Tinggi Tanaman ........................................................ 30
4.1.2 Berat segar tanaman .................................................. 33
4.1.3 Berat Kering Tanaman .............................................. 35
4.1.4 Kadar air relatif tanaman ........................................... 38
4.1.5 Rasio tunas akar tanaman .......................................... 40
4.1.6 Kandungan klorofil tanaman ..................................... 43
4.1.6.1 Klorofil a ...................................................... 43
4.1.6.2 Klorofil b ...................................................... 45
4.1.6.3 Klorofil total ................................................. 47
4.1.7 Pembahasan .............................................................. 49
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 55
5.2 Saran .................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 56
LAMPIRAN ........................................................................................ 63
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Notasi, faktor, taraf, dan kombinasi perlakuan ................................... 22
2. Komposisi kompos dan tanah ............................................................. 24
3. Tata letak satuan percobaan penanaman cabai
setelah pengacakan ............................................................................. 25
4. Pengaruh pemupukan inokulum fungi selulolitik dan fungi
ligninolitik terhadap tinggi tanaman cabai merah besar (cm) .............. 30
5. Pengaruh pemupukan inokulum fungi selulolitik dan fungi
ligninolitik terhadap berat segar tanaman cabai merah besar (g) ......... 33
6. Pengaruh pemupukan inokulum fungi selulolitik dan fungi
ligninolitik terhadap berat kering tanaman cabai merah besar (g) ....... 36
7. Pengaruh pemupukan inokulum fungi selulolitik dan
fungi terhadap kadar air relatif tanaman cabai merah besar (g) ........... 38
8. Pengaruh pemupukan inokulum fungi selulolitik dan fungi
terhadap rasio tunas akar tanaman cabai merah besar (g) ..................... 41
9. Pengaruh pemupukan inokulum fungi selulolitik dan fungi
ligninolitik terhadap kandungan klorofil a tanaman besar (
) .......... 43
10. Pengaruh pemupukan inokulum fungi selulolitik dan fungi ligninolitik
terhadap kandungan klorofil b tanaman cabai merah besar (
) ......... 45
11. Pengaruh pemupukan inokulum fungi selulolitik dan fungi ligninolitik
terhadap kandungan klorofil total tanaman cabai merah besar (
) .... 47
12. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ..................................................................... 64
13. Absolute residual value tinggi tanaman cabai merah besar 15 HST ..... 64
xiv
vi
14. Hasil uji Levene tinggi tanaman cabai merah besar 15 HST ............... 64
15. Analisis ragam tinggi tanaman cabai merah besar 15 HST ................. 65
16. Hasil uji BNT tinggi tanaman cabai merah besar 15 HST .................. 65
17. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 66
18. Absolute residual value tinggi tanaman cabai merah besar 30 HST .... 66
19. Hasil uji Levene tinggi tanaman cabai merah besar 30 HS ................. 66
20. Analisis ragam tinggi tanaman cabai merah besar 30 HST ................. 67
21. Hasil uji BNT tinggi tanaman cabai merah besar 30 HST ................... 67
22. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 68
23. Absolute residual value tinggi tanaman cabai merah besar 45 HST .... 68
24. Hasil uji Levene tinggi tanaman cabai merah besar 45 HST ............... 68
25. Analisis ragam tinggi tanaman cabai merah besar 45 HST ................. 69
26. Hasil uji BNT tinggi tanaman cabai merah besar 45 HST .................. 69
27. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ..................................................................... 70
28. Absolute residual value berat segar tanaman
cabai merah besar 15 HST ................................................................... 70
29. Hasil uji Levene berat segar tanaman cabai merah besar 15 HST ...... 70
30. Analisis ragam berat segar tanaman cabai merah besar 15 HST ........ 71
31. Hasil uji BNT berat segar tanaman cabai merah besar 15 HST .......... 71
32. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 72
33. Absolute residual value berat segar tanaman
cabai merah besar 30 HST .................................................................. 72
34. Hasil uji Levene berat segar tanaman cabai merah besar 30 HST ....... 72
xv
vi
35. Analisis ragam berat segar tanaman cabai merah besar 30 HST ........ 73
36. Hasil uji BNT berat segar tanaman cabai merah besar 30 HST .......... 73
37. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 74
38. Absolute residual value berat segar tanaman
cabai merah besar 45 HST .................................................................. 74
39. Hasil uji Levene berat segar tanaman cabai merah besar 45 HST ...... 74
40. Analisis ragam berat segar tanaman cabai merah besar 45 HST ........ 75
41. Hasil uji BNT berat segar tanaman cabai merah besar 45 HST .......... 75
42. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 76
43. Absolute residual value berat kering tanaman
cabai merah besar 15 HST ................................................................... 76
44. Hasil uji Levene berat kering tanaman cabai merah besar 15 HST .... 76
45. Analisis ragam berat kering tanaman cabai merah besar 15 HST ...... 77
46. Hasil uji BNT berat kering tanaman cabai merah besar 15 HST ........ 77
47. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 78
48. Absolute residual value berat kering tanaman
cabai merah besar 30 HST ................................................................... 78
49. Hasil uji Levene berat kering tanaman cabai merah besar 30 HST .... 78
50. Analisis ragam berat kering tanaman cabai merah besar 30 HST ...... 79
51. Hasil uji BNT berat kering tanaman cabai merah besar 30 HST ........ 79
52. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 80
53. Absolute residual value berat kering tanaman
cabai merah besar 45 HST ................................................................... 80
54. Hasil uji Levene berat kering tanaman cabai merah besar 45 HS ....... 80
xvi
vi
55. Analisis ragam berat kering tanaman cabai merah besar 45 HST .... 81
56. Hasil uji BNT berat kering tanaman cabai merah besar 45 HST ........ 81
57. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 82
58. Absolute residual value kadar air relatif tanaman cabai merah besar
15 HST ................................................................................................ 82
59. Hasil uji Levene kadar air relatif tanaman
cabai merah besar 15 HST ................................................................... 82
60. Analisis ragam kadar air relatif tanaman
cabai merah besar 15 HST ................................................................. 83
61. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 83
62. Absolute residual value kadar air relatif tanaman cabai merah besar
30 HST ................................................................................................ 83
63. Hasil uji Levene kadar air relatif tanaman
cabai merah besar 30 HST ................................................................... 84
64. Analisis ragam kadar air relatif tanaman cabai merah besar 30 HST . 84
65. Hasil uji BNT kadar air relatif tanaman cabai merah besar 30 HST .. 85
66. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ..................................................................... 85
67. Absolute residual value kadar air relatif tanaman cabai merah besar
45 HST ................................................................................................ 86
68. Hasil uji Levene kadar air relatif tanaman
cabai merah besar 45 HST ................................................................... 86
69. Analisis ragam kadar air relatif tanaman cabai merah besar 45 HST . 86
70. Hasil uji BNT kadar air relatif tanaman cabai merah besar 45 HST .. 87
71. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 88
72. Absolute residual value rasio tunas akar tanaman cabai merah besar
15 HST ................................................................................................ 88
xvii
vi
73. Hasil uji Levene rasio tunas akar tanaman
cabai merah besar 15 HST ................................................................. 88
74. Analisis ragam rasio tunas akar tanaman cabai merah besar 15 HST .. 89
75. Hasil uji BNT rasio tunas akar tanaman cabai merah besar 15 HST .. 89
76. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ..................................................................... 90
77. Absolute residual value rasio tunas akar tanaman cabai merah besar
30 HST ................................................................................................ 90
78. Hasil uji Levene rasio tunas akar tanaman
cabai merah besar 30 HST ................................................................... 90
79. Analisis ragam rasio tunas akar tanaman cabai merah besar 30 HST .. 91
80. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 91
81. Absolute residual value rasio tunas akar tanaman
cabai merah besar 45 HST .................................................................. 91
82. Hasil uji Levene rasio tunas akar tanaman
cabai merah besar 45 HST ................................................................... 92
83. Analisis ragam rasio tunas akar tanaman cabai merah besar 45 HST .. 92
84. Hasil uji BNT rasio tunas akar tanaman cabai merah besar 45 HST ... 93
85. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 93
86. Absolute residual value kandungan klorofil a tanaman
cabai merah besar 15 HST .................................................................... 94
87. Hasil uji Levene kandungan klorofil a tanaman cabai merah besar
15 HST ................................................................................................ 94
88. Analisis ragam kandungan klorofil a tanaman
cabai merah besar 15 HST .................................................................. 94
89. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 95
90. Absolute residual value kandungan klorofil a tanaman cabai
merah besar 30 HST ............................................................................ 95
xviii
vi
91. Hasil uji Levene kandungan klorofil a tanaman cabai
merah besar 30 HST ............................................................................ 95
92. Analisis ragam kandungan klorofil a tanaman cabai
merah besar 30 HST ............................................................................. 96
93. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ...................................................................... 97
94. Absolute residual value kandungan klorofil a tanaman cabai
merah besar 45 HST ............................................................................. 97
95. Hasil uji Levene kandungan klorofil a tanaman cabai
merah besar 45 HST ............................................................................ 97
96. Analisis ragam kandungan klorofil a tanaman cabai
merah besar 45 HST ........................................................................... 98
97. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ..................................................................... 98
98. Absolute residual value kandungan klorofil b tanaman cabai
merah besar 15 HST ............................................................................. 98
99. Hasil uji Levene kandungan klorofil b tanaman cabai
merah besar 15 HST ........................................................................... 99
100.Analisis ragam kandungan klorofil b tanaman cabai
merah besar 15 HST .......................................................................... 99
101.Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ................................................................... 100
102.Absolute residual value kandungan klorofil b tanaman cabai
merah besar 30 HST ............................................................................ 100
103.Hasil uji Levene kandungan klorofil b tanaman cabai
merah besar 30 HST .......................................................................... 100
104.Analisis ragam kandungan klorofil b tanaman cabai
merah besar 30 HST .......................................................................... 101
105.Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman .................................................................... 101
106.Absolute residual value kandungan klorofil b tanaman cabai
merah besar 45 HST ............................................................................ 102
xix
vi
107.Hasil uji Levene kandungan klorofil b tanaman cabai
merah besar 45 HST .......................................................................... 102
108.Analisis ragam kandungan klorofil b tanaman cabai
merah besar 45 HST .......................................................................... 102
109.Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman .................................................................... 103
110.Absolute residual value kandungan klorofil total tanaman cabai
merah besar 15 HST ............................................................................ 103
111.Hasil uji Levene kandungan klorofil total tanaman cabai
merah besar 15 HST ............................................................................ 103
112.Analisis ragam kandungan klorofil total tanaman cabai
merah besar 15 HST ........................................................................... 104
113.Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ................................................................... 105
114.Absolute residual value kandungan klorofil total tanaman cabai
merah besar 30 HST .......................................................................... 105
115.Hasil uji Levene kandungan klorofil total tanaman cabai
merah besar 30 HST .......................................................................... 105
116.Analisis ragam kandungan klorofil total tanaman cabai
merah besar 30 HST .......................................................................... 106
117.Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error,
dan koefisien keragaman ................................................................... 106
118.Absolute residual value kandungan klorofil total tanaman cabai
merah besar 45 HST ......................................................................... 106
119.Hasil uji Levene kandungan klorofil total tanaman cabai
merah besar 45 HST .......................................................................... 107
120.Analisis ragam kandungan klorofil total tanaman cabai
merah besar 45 HST .......................................................................... 107
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tanaman cabai merah besar ......................................................... 18
2. Efek pemupukan terhadap tinggi tanaman cabai merah besar
selama pengamatan ...................................................................... 32
3. Efek pemupukan terhadap berat segar tanaman
cabai merah besarselama pengamatan .......................................... 35
4. Efek pemupukan terhadap berat kering tanaman
cabai merah besarselama pengamatan ......................................... 37
5. Efek pemupukan terhadap kadar air ralatif tanaman
cabai merah besarselama pengamatan ......................................... 40
6. Efek pemupukan terhadap rasio tunas akar tanaman
cabai merah besarselama pengamatan ......................................... 42
7. Efek pemupukan terhadap kandungan klorofil atanaman
cabai merah besarselama pengamatan ......................................... 44
8. Efek pemupukan terhadap kandungan klorofil btanaman
cabai merah besarselama pengamatan ......................................... 46
9. Efek pemupukan terhadap kandungan klorofil totaltanaman
cabai merah besarselama pengamatan ......................................... 48
10.Pengambilan tanah pekarangan sebagai media tumbuh tanaman
cabai merah besar ......................................................................... 109
11. Bibit tanaman cabai merah besar ................................................. 109
12. Proses pemcampuran pupuk kompos dengan tanah ................... 110
13. Penanaman cabai merah besar ...................................................... 110
14. Penampakan 15 HST tanaman cabai merah besar ....................... 111
15. Proses pengambilan sampel tanaman 15 HST
xxi
cabai merah besar ....................................................................... 111
16. Penampakan 30 HST tanaman cabai merah besar ....................... 112
17. Pengukuran tinggi tanaman cabai merah besar 30 HST .............. 112
18. Penampakan 45 HST tanaman cabai merah besar ...................... 113
19. Pengukuran tinggi tanaman cabai merah besar 45 HST .............. 113
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tantangan dalam dunia lingkungan ialah masalah pengelolaan
limbah baik hewan maupun tumbuhan yang aman dan bermanfaat bagi
lingkungan. Teknik yang banyak dikaji lebih dalam sebagai teknik daur ulang
limbah yang menguntungkan ialah kompos. Menurut Crawford (1998),
kompos merupakan hasil dari perombakan limbah organik yang di proses
oleh berbagai macam mikroba yang dipercepat secara artifisial dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, baik anaerobik maupun aerobik (Isroi,
2008).
Kompos yang berasal dari hasil pelapukan tanaman atau limbah pekarangan
yang mudah dijumpai di sekitar kita dirombak oleh mikroorganisme
pendekomposer seperti bakteri dan fungi, diubah menjadi unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian kompos dengan dosis yang tepat akan
memberikan dampak pada peningkatan kualitas tanah, menjaga ketersediaan
air yang optimal sehingga membantu merangsang pertumbuhan akar dan
penyerapan hara (Hayati et al., 2012).
2
Menurut Alexander (1977), pengomposan ialah penguraian secara biologis
bahan organik oleh mikroba yang sumber energinya berasal dari bahan
organik tersebut. Pengomposan yang di bantu oleh mikroorganisme seperti
fungi digunakan sebagai aktivator biologis perombak senyawa organik dalam
menguraikan sisa-sisa tanaman (hemiselulosa, selulosa, dan lignin),
mempercepat suatu proses pengomposan dan meningkatkan mutu kompos.
Inokulum fungi dalam proses pengomposan berperan sebagai biodegradasi
yang aktif menguraikan bahan organik di dalam tanah serta membantu
mempercepat pembentukan kompos menjadi nutrisi yang penting untuk
tanaman (killham, 1994). Dengan terpenuhinya serapan bahan organik yang
terkandung didalam tanah maka akan mempercepat pertumbuhan tanaman
(miller, 1996).
Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah,
sehingga penting peranannya dalam pembentukan struktur tanah. Bahan
organik selain berperan sebagai pemasok hara tanah, juga berperan penting
dalam kondisi fisik tanah yang mampu menjamin pertumbuhan akar dengan
baik. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah
meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air dan yang tidak
kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi (Tian,1997 dalam
Atmojo, 2003).
3
Dalam fungsi biologi tanah bahan organik berperan dalam meningkatkan
aktivitas mikroba yang akan membentuk berbagai zat pengatur tumbuh
(auxin), penyedia vitamin yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan
tanaman dan sifat kimia yang dapat mengatur pH tanah (Stevenson, 1982).
Kondisi lahan pertanian justru kehilangan bahan organik yang dibutuhkan,
karena penyelenggaraan pertanian intensif dapat meninggalkan residu
penghambat pertumbuhan serta punahnya organisme penunjang kesuburan
sehingga berdampak pada proses dekomposisi. Oleh karena itu, perlu
dilakukanya daur ulang serasah sebagai kompos dengan bantuan
mikroorganisme fungi untuk menyediakan nutrien yang penting bagi
pertumbuhan tanaman.
Penambahan inokulum fungi Aspergillus fumigatus (selulolitik) berperan
pada pengomposan serasah, karena memiliki kemampuan enzimatik
dekomposer terbaik sebagai inokulum pemacu proses pengomposan dan
menghasilkan kompos dengan kualitas yang tinggi (Irawan dan Afandi,
2013). Enzim pada fungi Geotrichum sp (ligninolitik) juga berperan baik
dalam meningkatkan kandungan kompos serta mempercepat laju
pengomposan dalam mendegradasi lignin. Dekomposisi selulosa dan lignin
terjadi dengan memecah polimer kompleks selulos atau lignin menjadi
monomer glukosa yang akan terlepas menjadi unsur-unsur yang lebih kecil,
unsur-unsur tersebut akan menjadi nutrien penting bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman.
4
Oleh karena itu, pemupukan merupakan bagian yang penting untuk menjaga
kesuburan tanah. Pengelolaan kesuburan tidak akan memberikan hasil seperti
yang diharapkan jika tidak dilakukan upaya pengelolaan kandungan bahan
organik di dalam tanah (Notohadiprawiro, 2006). Untuk mengurangi beban
tanah oleh bahan-bahan sintetik yang menyebabkan kualitas tanah semakin
menurun, maka digunakan kompos terinduksi. Penggunaan kompos
diharapkan mampu memperbaiki kandungan di dalam tanah sehingga dapat
meningkatkan produksi tanaman budidaya, salah satu tanaman budidaya yang
menarik ialah cabai merah besar (Capsicum annuum L.)
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Meningkatnya jumlah penduduk dan
industri yang membutuhkan bahan baku cabai setiap tahunnya berpengaruh
terhadap permintaan akan cabai merah yang semakin tinggi. Di sisi lain,
tingkat produktivitas budidaya tanaman cabai merah oleh petani mengalami
permasalahan, diantaranya ialah faktor pengelolaan lahan yang kurang baik
yang berakibat pada penurunan tingkat kesuburan fisik, kimia, dan biologi
tanah. Oleh sebab itu, dilakukan upaya perbaikan pada sifat fisik tanah
sebagai langkah awal untuk memacu perbaikan dalam sifat kimia dan biologi
tanah.
5
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos
yang terinduksi fungi selulolitik (Aspergillus fumigatus) dan ligninolitik
(Geotrichum sp) terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman cabai merah besar
(Capsicum annuum L.) yang meliputi tinggi tanaman, berat segar, berat
kering, rasio tunas akar, kadar air relatif dan kandungan klorofil a, b dan total.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ialah memberikan informasi tentang pemanfaatan
kompos sebagai alternatif selain pupuk sintetik dalam meningkatkan kualitas
pertumbuhan tanaman. Dari segi agronomi hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan budidaya cabai merah
besar (Capsicum annuum L.)
1.4 Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan tanaman umumnya memerlukan nutrien yang cukup. Kondisi
tanah yang makin berkurang karena adanya pengaruh perubahan iklim global
dan produksi pertanian yang terus menerus membuat kondisi tanah
mengalami kekurangan unsur hara, perlu adanya penambahan dari sumber
lain berupa pupuk.
Penggunaan pupuk sintetik pada tanah dapat mengakibatkan rusaknya
keseimbangan ekosistem tanah. Pemupukan yang dilakukan secara terus
6
menerus akan menyebabkan berkurangnya jumlah mikroorganisme tanah
seperti mikrofungi, saat proses pemupukan derajat pH tanah akan meningkat
dan dengan terjadinya proses tersebut akan membuat mikrofungi berkurang.
Akibatnya, proses dekomposisi di dalam tanah akan berjalan sangat lambat
tanpa adanya bantuan mikrofungi sebagai perombak senyawa organik, serta
terjadi penurunan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Salah satu pupuk yang perlu dipertimbangkan penggunaanya adalah pupuk
kompos yang berasal dari seresah tanah pekarangan. Selain terhindar dari
ancaman residu sisa-sisa penggunaan pupuk sintetik yang menghambat
pertumbuhan tanaman bahan kompos ini juga mudah dijumpai di sekitaran
lingkungan pekarangan rumah. Salah satu kompos yang besar pengaruhnya
bagi pertumbuhan tanaman ialah kompos terinduksi. Di dalam kompos
terinduksi selain nutrien unsur hara juga mengandung inokulum fungi yang
berperan sebagai pendekomposisi bahan organik yang baik, sehingga bila di
aplikasikan ke tanah kemungkinan tanah untuk memperoleh unsur hara yang
cukup dapat terpenuhi dan membantu dalam proses dekomposisi lanjutan
pada tanah.
Penggunaan kompos terinduksi fungi selulolitik dan ligninolitik digunakan
karena mampu mengurai struktur kompleks lignin dan selulosa menjadi
senyawa-senyawa monomer yang lebih sederhana, yang akan menjadi suplai
nutrien hara tanah sehingga meningkatkan kandungan unsur hara yang
diperlukan dalam pertumbuhan tanaman, seperti pertumbuhan vegetatif yang
meliputi tinggi tanaman, berat segar, berat kering, rasio tunas akar, kadar air
7
relatif dan kandungan klorofil a, b dan total pada tanaman cabai merah besar
dengan dosis 10 % dan 20 % (Lazcano et all., 2009) agar mendapatkan hasil
yang baik serta dapat memberikan konstribusi yang besar terhadap
pengembangan budidaya cabai merah besar dan kebutuhan akan adanya
bahan pokok dapat terpenuhi.
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kompos yang terinduksi
fungi selulolitik (Aspergilus fumigatus) dan ligninolitik (Geotrichum sp)
dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman cabai merah besar
(Capsicum annuum L.) yang meliputi tinggi tanaman, berat segar, berat
kering, rasio tunas akar, kadar air relatif dan kandungan klorofil a, b dan total.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompos
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan
melakukan pemupukan menggunakan pupuk organik. Menurut Roidah
(2013), kompos adalah salah satu jenis pupuk organik yang terbuat dari
limbah tanaman maupun hewan yang telah melalui proses rekayasa dengan
tujuan memperbaiki keadaan tanah dengan meningkatkan kesuburan.
2.2 Pengomposan
Pengomposan adalah proses biologis pada bahan organik yang melibatkan
aktivitas bakteri, jamur dan mikroorganisme lainya, yang berperan sebagai
pengurai (Moral, 2008). Menurut Wied (2004), proses biologis yang
terjadi pada pengomposan akibat adanya aktivitas mikroba pendegradasi
bahan organik secara cepat dalam pembentukan kompos. Kompos dari
hasil degradasi oleh organisme dalam tanah, dapat menyebabkan
peningkatan kesuburan tanah dan mempercepat proses pertumbuhan
tanaman (Straatsma dan Samson, 1993).
Menurut Murbandono (1983), perubahan yang terjadi pada proses
pengomposan antara lain:
9
1. Karbohidrat, selulosa, hemiselulosa dan lemak menjadi CO2 dan air.
2. Protein, melalui asam-asam amino menjadi amoniak, CO2 dan air.
3. Pengikatan beberapa unsur hara di dalam tubuh mikroorganisme
terutama N, P, dan K yang terlepas kembali apabila mikroorganisme itu
mati.
4. Penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap oleh
tanaman.
Menurut Misra et al., (2003), Pengomposan dibagi menjadi dua
berdasarkan sifat proses dekomposisi. Pengomposan anaerobik terjadi
tanpa atau dengan terbatasnya oksigen (O), dilakukan oleh
mikroorganisme anaerobik dengan suhu rendah serta membutuhkan waktu
yang lama. Pengomposan aerobik yang terjadi dengan adanya oksigen (O)
yang cukup, dalam proses ini mikroorganisme aerobik merombak bahan
organik untuk menghasilkan karbon dioksida (CO2), amonia, air, panas
dan humus.
Mikroba digunakan pada proses dekomposisi bahan organik karena
kemampuanya yang dapat mempercepat perombakan sisa-sisa tanaman,
serta merupakan strategi pertanian dalam mempertahankan dan
meningkatkan kualitas tanah, menghindari imobilisasi hara serta alelopati
(Martin et al., 1990). Dekomposisi juga merupakan proses yang dapat
menghilangkan substrat patogen, sehingga berdampak baik terhadap
kesehatan tanaman pada musim berikutnya (Cook, 1986; Elliott dan
10
Papendick, 1986). Adapun faktor-faktor yang menpengaruhi proses
pengomposan meliputi kelembaban, temperatur, pH, kandungan bahan
organik, dan oksigen (Peter, 1997).
Proses pengomposan berasal dari pencampuran bahan mentah seperti
bahan organik, mineral, air dan mikroba. Bahan mentah dari alam
kemudian tertumpuk dan menghasilkan oksigen serta senyawa-senyawa
yang mudah terdegradasi, sehingga dapat diuraikan oleh mikroorganisme
yang berperan dalam pengomposan. Tahap awal pada proses pengomposan
akan meningkatkan suhu dan pH dalam waktu tertentu hingga memasuki
proses dekomposisi tahap akhir (Gale, 2006). Pada saat pengomposan,
suhu dan pH yang tinggi akan mengoptimalkan aktivitas fungi seperti pada
kelompok termofilik. Fungi tersebut mendegradasikan dinding sel tanaman
seperti selulosa dan hemi-selulosa (Mirsa et al., 2003).
Kompos berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah.
Pengaruh kompos terhadap sifat fisik tanah, antara lain sebagai penyedia
unsur hara dan menjadi sumber energi bagi mikroorganisme tanah Thorne
dan Thorne (1979) dalam Widawati (2005). Kompos memiliki sifat kimia
dan biologi, yang dapat menetralkan pH tanah yang berpengaruh pada
bertambahnya mikroorganisme tanah (Ruskandi dan Setiawan, 2003).
Kompos berdampak positif bagi kualitas tanah, serta dapat menyediakan
sumber nutrisi tanah penting untuk pertumbuhan tanaman (Cambardella et
al., 2003).
11
Pemberian kompos dapat membantu merangsang perakaran yang sehat,
meningkatkan kesuburan dengan kandungan bahan organik tanah dan
meningkatkan kemampuan dalam mempertahankan kandungan air tanah
(Rismaneswati, 2006). Adhikar dan Gantaye (2012) menyatakan bahwa
pupuk kompos dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan kandungan
makro molekul pada tanaman cabai. Pemberian kompos terinduksi fungi
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, seperti tinggi tanaman,
panjang buah, jumlah daun dan hasil cabai merah (Sepwanti et al., 2016).
Menurut Sutanto (2002), pupuk organik sifat fisik, kimia dan biologi tanah
menjadi lebih baik. Selain itu Kompos memiliki banyak manfaat yang
ditinjau dari beberapa aspek :
a. Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
2. Mengurangi volume/ukuran limbah.
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
b. Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara, karena pembakaran limbah dan pelepasan
gas metana akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah.
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
c. Aspek bagi tanah/tanaman :
1. Meningkatkan kesuburan tanah.
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.
12
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air tanah.
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi dan jumlah
panen).
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit.
2.3 Biomasa Kompos
Pada proses pengomposan serasah, salah satunya terdapat peranan penting
inokulum fungi. Peran fungi dalam pengomposan ialah untuk memperoleh
nutrien dari organisme mati, dengan merombak senyawa organik
kompleks menjadi senyawa sederhana atau yang mudah diserap oleh
tanaman (Irawan dan Wigianti, 2004). Menurut Irawan dan Afandi (2013),
fungi yang baik dalam membantu pengomposan diantaranya ialah fungi
selulolitik (Aspergillus fumigatus) dan fungi ligninolitik (Geotrichum sp).
Aspergilus fumigatus merupakan salah satu contoh fungi selulolitik yang
memiliki enzim selulase pada Aspergilus fumigatus dapat mempercepat
proses pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos (wati, 2017).
Pengomposan oleh fungi Geotrichum sp mengurai senyawa kompleks
dengan menghasilkan enzim ekstraselulase (Dix dan webster, 1995).
13
2.4 Fungi
Fungi adalah organisme yang bersifat eukaryotik (Margulis dan Schwartz,
1982). Sebagian besar fungi bersifat multiseluler, akan tetapi ada yang
bersifat uniseluler seperti khamir (Campbell et al., 2003). Menurut Gandjar
et al., (1999) dan Sumarsih (2003), Tubuh fungi tersusun atas hifa, hifa
yang bercabang-cabang disebut miselium. Hifa terdiri dari dua jenis, yaitu
hifa bersekat (sapta) dan tidak bersekat (coenocytic). Fungi coenocytic
tumbuh baik pada lingkungan yang mengandung gula dan kondisi asam.
Jenis fungi yang hidup di bahan organik yang telah mati disebut dengan
saprofit (Tjitrosoepomo, 1998). Dinding sel fungi tersusun atas khitin,
kitosan, glukan dan manan. Dengan adanya khitin pada dinding sel, dapat
melindungi dari kerusakan fisik dan kimia akibat perubahan pH dan
kelembaban (Griffin, 1994).
Fungi merupakan organisme heterotropik yang memerlukan senyawa
organik untuk nutrisinya (Tjitrosoepomo, 1998). Dalam memperoleh
nutrisi, fungi menggunakan ujung-ujung hifa yang dijulurkan dan
menyerap langsung senyawa organik yang ada di lingkungnya (Campbell
et al., 2003). Fungi menyerap nutrisi dari senyawa organik dengan
memecahnya menggunakan enzim hidrolitik yang di sekresikan di luar
tubuhnya. Hasil dari pemecahan senyawa organik tersebut diserap oleh
fungi untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya (Nickel et al., 2004).
14
Fungi berperan dalam pengolahan senyawa organik, menyebabkan
pentingnya keberadaanya di dalam ekosistem sebagai biodeteriorasi dan
biodegradasi. Biodeteriorasi adalah kegiatan fungi dalam proses
pembusukan, aktivitas tersebut menguntungan bagi keseimbangan
ekosistem dalam menjaga keanekaragaman makhluk hidup. Ekosistem
yang seimbang jika peranan fungi sebagai pengurai tumbuhan maupun
hewan terjadi dengan baik. Sedangkan biodegradasi merupakan proses
dekomposisi yang dilakukan oleh bantuan fungi, umunya fungi yang aktif
dalam proses dekomposisi adalah fungi saprotrof, fungi tersebut mampu
mendegradasi senyawa organik menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh
tanaman. Dekomposisi menjadi faktor penting dalam proses pertumbuhan
tanaman (Alexopoulos et al., 1996; Deacon, 1997 dalam Arizqillah, 2009)
2.5 Fungi Dalam Proses Dekomposisi
Di antara organisme pengurai, fungi berperan penting dalam proses
dekomposisi. Fungi adalah pendegradasi utama bahan organik di
lingkungan alami yang memanfaatkan senyawa organik seperti selulosa
dan lignin (Irawan dan Yulianty, 2006). Fungi melakukan perombakan
dengan merubah bahan organik kompleks menjadi monomer yang lebih
sederhana. Salah satu bahan organik yang dialam yang melimpah dan
sukar di degradasi adalah Lignoselulosa. Lignoselulosa merupakan bahan
organik yang terdiri dari tiga tipe polimer, yaitu selulosa, hemiselulosa dan
lignin. Ketiganya merupakan ikatan kimia kompleks penyusun dinding sel
tumbuhan (Fengel dan Wegener, 1995).
15
Fungi yang dapat membantu dalam proses dekomposisi diantaranya ialah
Aspergilus fumigatus dan Geotrichum sp (Irawan et al., 2014). Menurut
Kähkönen & Hakulinen (2011) Geotrichum sp. Berperan dalam proses
dekomposisi karena fungi Aspergilus fumigatus dan Geotrichum sp.
Memerlukan nutrisi C, N dan asam amino yang sebagian besar senyawa
tersebut tersedia dalam bentuk kompleks seperti selulosa dan lignin
sehingga proses perubahan senyawa tersebut dapat membantu proses
dekomposisi di alam (Niati, 2017).
Proses dekomposisi diawali dengan pembusukan, yang terjadi dengan
bantuan ekskresi enzim ekstra seluler, yang dapat menghidrolisis senyawa
besar menjadi molekul yang lebih kecil yang akan dimanfaatkan oleh
mikroorganisme (Heritage et al., 1996). Dekomposisi oleh fungi dapat
membantu pembentukan suplai karbon dengan membentuk material sel
baru dan sebagai pensuplai energi bagi pertumbuhan tanaman (Alexander,
1977). Oleh karena itu penting adanya mikroorganisme fungi dalam
peranan dekomposisi yang bermanfaat bagi tanaman.
2.6 Tanah
Tanah merupakan komponen utama penunjang kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainya. Tanah menyediakan bahan organik untuk
pertumbuhan tanaman. Pengaruh penggunaan organik pupuk secara
setimbang membantu meningkatkan kesuburan tanah dan produksi
16
tanaman. Dengan meningkatnya produksi akan meningkatkan sisa
tanaman yang kembali dapat diolah sebagai pupuk, sehingga dapat
meningkatkan cadangan hara tanah. Jika proses tersebut berjalan dengan
baik maka akan mengurangi pemupukan dari luar. Manfaatnya bagi tanah
ialah dapat meningkatkan kemampuan dalam menyimpan air dan
kesuburan tanah (Atmojo, 2003).
Kondisi tanah yang kurang subur disebabkan karena penggunaan senyawa
kimia yang berlebihan. Penggunaan senyawa kimia seperti pupuk sintetik
perlu dikurangi dan digantikan dengan pupuk organik yang sifatnya dapat
memperbaiki kerusakan tanah (Elliot, 1998). Tanah yang rusak dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman semakin lambat dan menurunkan
kualitas produksi (Simamarta, 2002). Pemupukan yang tepat merupakan
salah satu cara dalam mengembalikan dan meningkatkan kualitas tanah.
Pemupukan yang tepat antara lain dengan menerapkan prinsip pemupukan
yang aman bagi lingkungan seperti menggunakan pupuk yang
memperhatikan keseimbangan lingkungan bagi tanah maupun tanaman,
salah satunya ialah pupuk organik dari kompos (Sutejo, 2002).
Secara umum cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur hara.
Jenis tanah yang paling cocok bagi tanaman cabai adalah tanah ringan
yang banyak mengandung bahan organik dan banyak mengandung unsur
hara, gembur dan tidak berpadas. Jenis tanah gambut (tanah yang berasal
dari sisa tumbuhan yang telah, sedang atau belum melapuk), juga tanah
17
rawa dan pasang surut tidak bisa digunakan sebagai lahan tanam karena
mempunyai derajat keasaman tanah (pH) yang terlau tinggi. Tanah asam
tidak cocok untuk tanaman karena unsur aluminium dan besi meningkat
sedangkan unsur kalsium, fosfat dan magnesium justru merosot. Dalam
keadaan tersebut, tanaman bisa keracunan aluminum dan besi. Selain itu
pada tanah yang mempunyai derajat keasaman terlalu tinggi (lebih dari
7,0) tidak semua unsur dari pupuk bisa terserap oleh akar. Derajat
keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk tanaman cabai adalah sesuai
adalah sesuai dengan tanaman pada umumnya (pH netral) yaitu antara 6,0-
7,0, dimana pH ideal berada pada angka 6,5 (Priyadi dan Suryo Sukendro,
2011).
2.7 Tanaman Cabai
Menurut ITIS (Integrated Taxonomic Information System) 2017,
klasifikasi tanaman cabai merah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Sub-divisio : Spermatophytina
Classis : Magnoliopsida
Super-ordo : Asteranae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum annuum L.
18
Keterangan: 1=Batang; 2=Daun; 3=Bunga; 4=Buah.
Gambar 1. Tanaman Cabai Merah Besar (Dokumen pribadi, 2017).
Cabai merah besar (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran
yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Arini et al., 2013). Cabai
(Capsicum annuum L.) berasal dari Meksiko kemudian menyebar ke
beberbagai negara. Cabai digunakan sebagai bahan penyedap makanan
yang konsumsi dalam bentuk segar, kering atau sebagai bumbu, cabai juga
digunakan dalam industri farmasi karena mengandung berbagai zat gizi
yang dibutuhkan oleh manusia antara lain protein 1,0 g, lemak 0,3 g,
karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 mg, fosfor, besi, vitamin C 18 mg, vitamin
B1 0,05 mg dan senyawa alkaloid antara lain capsaicin (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999 dalam Sepwanti 2016).
2
4
3
1
19
Cabai merupakan tanaman dalam suku terong-terongan (solanaceae) yang
cocok di tanam pada tanah dengan kandungan humus yang tinggi serta
gembur dan tidak tergenang. Fotosintesis pada tanaman cabai menurut
Gunadi dan Sulastrini (2013) termasuk ke dalam tipe C3, yaitu tanaman
yang adaptif pada kondisi intensitas cahaya matahari yang tidak terlalu
terik. Hal yang sama diungkapkan oleh sage (2012) bahwa tipe tanaman
C3 adaptif pada cahaya yang tidak terlalu terik dibandingkan tipe tanaman
C4. Salah satu jenis cabai adalah cabai merah besar yang memiliki ciri
pada permukaan buah yang rata dan licin, berdaging tebal, relatif tidak
tahan simpan serta kurang pedas. Cabai merah besar banyak dijumpai di
daerah Sulawesi, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Syukur
et al., 2012 dalam Bank Indonesia, 2013).
2.8 Morfologi Tanaman Cabai
Akar tanaman cabai merupakan akar tunggang (Prajnanta, 2001). Akar
cabai terbagi atas akar primer yang tumbuh kedalam dengan kuat dan akar
lateral yang tumbuh kesamping berbentuk serabut halus yang tersusun
dengan baik (Sunaryono, 1999).
Cabai merupakan tanaman berbatang perdu, yang memiliki tinggi kurang
dari 1.5 m. Batang yang tegak, berbentuk bulat sampai agak persegi
dengan jumlah cabang banyak, batang utama berwarna cokelat berkayu
dengan panjang 20-28 cm, dan diameter 1,5-2,5 cm, sedangkan
20
percabangan diameternya lebih kecil berkisar antara 0,5-1 cm (Nawangsih
et al., 1994).
Daun cabai berbentuk lonjong atau oval dengan ujung meruncing. Warna
daun hijau kelam sampai keunguan dengan permukaan halus, memiliki
ukuran antara 3-11 cm dengan lebar 1-5 cm. Tangkai daun cabai miring
(horizontal), dengan panjang 4-10 cm dan lebar 1,5-4 cm (Setiadi, 1999).
Cabai merah memikili bunga yang sempurna, ukuran mahkota bunga 1-1,5
cm dengan lebar 0,5 cm, benang sari 6 terdiri dari 5-6 buah tangkai sari.
Bunga mempunyai 5 daun buah, dan 5-6 daun mahkota (Sunaryono,
1999).
Buah cabai merupakan buah buni dengan biji banyak, buah yang tumbuh
tungal dan jamak berwarna putih kekuningan, hijau hingga merah. Cabai
memiliki bentuk buah yang bervariasi antara linear, kerucut atau bulat,
berdinding tebal dengan panjang 1-30 cm dan diameter 1-15 cm. Berat
1000 biji cabai kering berkisar antara 3-6 gram (Setiadi, 1999).
21
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember
2017 di green house Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat- alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul,
sekop, ayakan, penggaris, pulpen, oven,spektrofotometer, timbangan
digital, timbangan duduk, mortar dan penggerus, tabung reaksi dan rak
tabung reaksi, cutter, plastik dan kamera.
3.2.2 Bahan
Bahan–bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih
cabai merah besar (GADA MK F1) yang diproduksi oleh PT. East
West Seed Indonesia, tanah, pupuk kompos terinduksi inokulum fungi
selulolitik (Aspergillus fumigatus) dan ligninolitik (Geotrichum sp)
yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, etanol 96%, Polybag,
label, furadan, tisu dan kertas saring.
22
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam percobaan rancangan acak lengkap dengan
faktor utama adalah pemupukan dengan 9 taraf sebagai berikut:
1. K=Kontrol
2. S1=Selulolitik 10%
3. S2=Selulolitik 20%
4. L1=Ligninolitik 10%
5. L2=Ligninolitik 20%
6. S1L1=Selulolitik 10% dan Ligninolitik 10%
7. S1L2=Selulolitik 10% dan Ligninolitik 20%
8. S2L1=Selulolitik 20% dan Ligninolitik 10%
9. S2L2=Selulolitik 20% dan Ligninolitik 20%
Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga satuan percobaan adalah
27 kali. Notasi, perlakuan dan ulangan ditunjukan pada tabel 1.
Tabel 1. Notasi, perlakuan dan kombinasi perlakuan.
K S1 S2 L1 L2 S1L1 S1L12 S2L1 S2L2
UI UI UI UI UI UI UI UI UI
U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2 U2
U3 U3 U3 U3 U3 U3 U3 U3 U3
Keterangan : K= kontrol; S1= Selulolitik (10%); S2= Selulolitik (20%); L1= Selulolitik (10%);
L2= Selulolitik (20%).
23
3.4 Variabel dan Parameter
Variabel penelitian ini adalah tinggi tanaman, berat kering, berat segar, kadar
air relatif, rasio tunas akar dan kandungan klorofil a, b dan total. Parameter
kuantitatif dalam penelitian ini adalah nilai tengah (µ) dari tinggi tanaman,
berat kering, berat segar, kadar air relatif, rasio tunas akar dan kandungan
klorofil a, b dan total.
3.5 Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian meliputi beberapa langkah sebagai berikut :
3.5.1 Persiapan MediaTumbuh
Dipilih tanah yang akan digunakan sebagai media tumbuh, dibersihkan
dan diayak sampai halus. Tanah yang telah halus kemudian dicampur
dengan furadan dengan dosis 2 gr per lubang, atau 216 gr untuk
keseluruhan tanah hingga merata,lalu ditimbang dengan berat sesuai
dengan takaran percobaan dan ditambahkan kompos sesuai dengan
dosis pemupukan. Selanjutnya campuran tanah dan kompos dimasukan
pada setiap polybag dengan komposisi kompos dan tanah seperti pada
tabel 2.
24
Tabel 2. Komposisi kompos dan tanah
∑ Kompos Selulolitik
(gram)
∑ Kompos Ligninolitik (gram) ∑ Tanah
(gram)
0 0 1000
100 0 900
200 0 800
0 100 900
0 200 800
100 100 800
100 200 700
200 100 700
200 200 600
3.5.2 Penanaman Benih Cabai
Dipilih benih tanaman cabai dari kualitas terbaik, dengan cara
merendam benih selama 10-15 menit kemudian dipilih hanya benih
yang mengendap. Kemudian benih dimasukkan kedalam polybag yang
telah berisi campuran tanah dan kompos dengan kedalaman 2-3 cm
sebanyak 2 butir untuk setiap lubang, setelah itu tutup kembali lubang
dengan menggunakan tanah.
3.5.3 Penyusunan Satuan Percobaan
Wadah yang digunakan untuk pertumbuhan cabai adalah polybag.
Berdasarkan satuan percobaan, maka jumlah polybag yang digunakan
sebagai wadah untuk pertumbuhan cabai adalah sebanyak 27 buah
25
dengan 4 letak plot susunan yang sama, 3 plot dicabut pada setiap
pengamatan berat segar, berat kering, kadar air relatif, rasio tunas akar
dan kandungan klorofil, sedangkan 1 plot digunakan untuk pengamatan
tinggi tanaman. Polybag diberi label dengan notasi dan ulangan.
Setiap polybag diisi tanah dan kompos yang telah tercampur rata
dengan dosis yang telah ditentukan sebanyak 1 kg.
Kemudian benih cabai dimasukkan kedalam polybag dengan kedalaman
lubang sekitar 2 cm sebanyak 2 butir untuk setiap lubang. Proses
penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari saat usia tanaman belum
mencapai 10 hari, setelah berusia 10 hari penyiraman dilakukan setiap 2
hari sekali yaitu pada pagi hari. Tata letak persatuan percobaan setelah
pengacakan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Tata letak satuan percobaan penanaman cabai setelah pengacakan.
KU2 L2U2 S1L1U1
S2L2U2 S2U1 L2U3
S2L1U1 L1U2 S1U2
L2U1 S1U3 L1U1
S2U3 S1L2U2 S1L1U2
S1L2U1 S1L1U3 S2L1U3
KU1 S2L2U3 S2L1U2
S1U1 S2U2 S2L2U1
KU3 L1U3 S1L2U3
26
3.5.4 Perawatan Tanaman Cabai
Untuk menjaga pertumbuhan tanaman cabai dilakukan penyiraman
rutin dengan air secukupnya,penyiangan terhadap rumput maupun
gulma yang dapat tumbuh didalam polybag, pengendalian hama yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, dan polybag ditaruh pada
tempat yang ternaungi.
3.5.5 Pengamatan
Menurut Marliah et al., (2011), Pengamatan parameter pertumbuhan
vegetatif dilakukan ketika tanaman cabai berumur 15, 30 dan 45 hari
setelah benih ditanam.
Pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman cabai meliputi :
3.5.5.1 Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah yaitu dari pangkal
batang sampai ujung tanaman dengan menggunakan penggaris
dan dinyatakan dalam sentimeter (cm).
3.5.5.2 Berat Segar Tanaman
Akar dipisahkan dari batang dan daun untuk mengetahui berat
segar akar, batang dan daun. Akar, batang dan daun ditimbang
dengan neraca digital dan dinyatakan dalam gram (g).
27
3.5.5.3. Berat Kering Tanaman
Sebelum melakukan pengukuran berat kering, terlebih dahulu di
tanaman di oven pada temperatur 105-110oC selama 2-12 jam
untuk menghilangkan kadar air dalam tanaman dan ditimbang
dalam satuan gram (g).
3.5.5.4. Kadar Air Relatif
Menurut Yamasaki (1999), kadar air relatifditentukan dengan
rumus :
kadar air relatif
× 100%
Keterangan :
M1 = Berat segar tanaman
M2 = Berat kering tanaman
3.5.5.5 Rasio Tunas Akar
Rasio tunas akar (Yuliana et al., 2013) ditentukan dengan
membagi berat tunas dengan berat akar dan dinyatakan dalam
gram (g).
Rasio tunas akar = Berat tunas
Berat akar
28
3.5.5.6 Kandungan Klorofil (a, b dan total)
Kandungan klorofil ditentukan menurut Miazek (2002), 1 gram
daun cabai digerus sampai halus dengan mortar, kemudian
ditambahkan 20 ml etanol 96%. Ekstrak disaring lalu
dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ekstrak klorofil diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 649 dan 665 nm.
Kandungan klorofil dinyatakan dalam miligram per gram (
)
jaringan dan dihitung dalam persamaan berikut :
Chla = 13.36 A665 – 5.19 A649(
)
Chla = 27.43 A649– 8.12 A665(
)
Chla =22.24 A649 – 5.24 A665(
)
Keterangan :
Chla = Klorofil a
Chlb = Klorofil b
Chltotal = Klorofil total
A664 = Absorbansi pada panjang gelombang 648 nm
A648 = Absorbansi pada panjang gelombang 664 nm
V = Volume etanol
W = Berat daun
29
3.6 Analisis Data
Homogenitas ragam ditentukan berdasarkan uji Levene pada taraf nyata 5%.
Analisis ragam dan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dilakukan pada taraf
nyata 5%.
55
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian
kompos yang terinduksi fungi selulolitik (Aspergillus fumigatus) dan
ligninolitik (Geotrichum sp) dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif
tanaman cabai merah besar (Capsicum annuum L.) yang meliputi tinggi
tanaman, berat segar, berat kering, rasio tunas akar, kadar air relatif. Kecuali
kandungan klorofil a, b, dan total yang memberikan pengaruh namun tidak
nyata.
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam pemberian kompos terinduksi
fungi selulolitik (Aspergillus fumigatus) dan fungi ligninolitik (Geotrichum
sp) dengan dosis yang lebih rendah untuk memacu pertumbuhan tanaman
cabai merah besar (Capsicum annuum L.)
56
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiolgy. Academic Press. New
York
.
Alexopoulos, C. J., C. W. Mims and M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology
Third Edition. Jhon Wiley and Sons. New York.
Arizqillah. 2009. Pengaruh biomassa fungi dalam bentuk kompos terhadap
pertumbuhan tanaman tomat. Skripsi. Universitas lampung. Lampung.
Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan
Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta. 36
hlm.
Budiasih .2009. Respon tanaman padi gogo terhadap cekaman kekeringan. Ganec
Swara Edisi Khusus 3(3): 22-27
Cambardella C. A.,T. L. Richard, A. Russell. 2003. Compost mineralization in
soil as a function of composting process conditions. European Journal of
Soil Biology. 1:17–127
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. 2003. Biologi. Jilid 2. Edisi
Kelima. Erlangga. Jakarta.
Cook, R. J. 1986. Plant health and the sustainability of agriculture, with special
reference to disease control by beneficial microorganisms. Biol. Agric.
Hort. 3:211-232.
57
Crawford, J.H. 2003. Composting of Agricultural Waste. in Biotechnology
Applications and Research. Paul N., Cheremisinoff and R. P.Ouellette
(ed). p. 68-77.
Deselina. 2010. Respon Pertumbuhan Semai Jati (Gmelina arborea Roxb.) Putih
dengan Pemberian Humanure pada Tanah Kritis : Percobaan Pot.
Rafflesia. Vol. 15 (1) : 180 – 186.
Dix, N. J. dan Webster, J. 1995. Fungal Ecology. Chapman and Hall. London.
Dwijoseputro G. 1994. Pengantar fisiologi tumbuhan. Gramedia. Jakarta
Elliott, L.F., and R.I. Papendick. 1986. Crop residue management for improved
soil productivity. Biol. Agric. Hort. 3:131-142.
Elliott, R Auty, S. 1998. Fashion involvement, self monitoring and the meaning of
brands. Journal of Product and Brand Management. 7 (2), 109-123.
Fengel, D. dan G. Wegener. 1995. Kayu, Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi.
Diterjemahkan oleh Sastrohamidjojo, H. Terjemahan dari: Wood:
Chemical, Ultrastructure, Reactions. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Gale, T. 2006. Decomposers from environmental. Thomson corporation.
Encylopedia.
Gandjar et al. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants.
Diterjemahkan oleh H.Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Griffin, R.C. 1994. Technical Methode of Analyst. Mc.Graw Hill. New York.
Gunadi, N dan Sulastrini, I. 2013. Penggunaan netting house dan mulsa plastik
untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah. J.
Hort., vol. 22, no. 1, hlm. 36-46.
58
Hayati, Erita, T. Mahmud dan Riza Fazil. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Organik
dan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum
annuum L.). J. Floratek. 7:173-181.
Heritage, J. et al. 1996. Introductory Microbiology, Great Britain. Cambridge
university press.
Herlina, L dan D. Pramesti. 2004. Penggunaan kompos aktif Trichoderma
harzianum dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Semarang.
Irawan, Bambang dan Afandi. 2013. Peningkatan Kualitas Kompos Seresah
dengan Pemberian Inokulum Konsorsium Fungi Aspergillus fumigatus
(Selulolitik), Aspergillus tubingensis (Xylanolitik) dan Fungi X
(Ligninolitik). Universitas Lampung. lampung.
Irawan, Bambang, R. S. Kasiamdari, B. H. Sunarminto and E. Sutariningsih.
2014. Preparation of Fungal Inoculum For Leaf Litter Composting From
Selected Fungi. Journal of Agricultural and Biollogical Science. 9(3):1-7
Irawan, Bambang dan R. Wigianti. 2004. Pengujian Daya Dekomposisi Beberapa
Isolat Mikrofungi Tanah dari Perkebunan Kelapa Sawit Natar Lampung
Selatan. Jurnal Sains Teknologi. 10(3): 1-4
Irawan, Bambang dan Yulianty. 2006. Decomposition Ability Of Soil Microfungi
Isolated From Sumberjaya Coffee Plantation, West Lampung. J. Sains Tek.
Vol. 12, No. 2 , Hal.: 103 – 106.
Isroi. 2008. Kompos. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor.
[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2011. Andrographis paniculata
(Burm. F.) Wall ex Nees. [terhubung berkala]
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&sear
ch_value=30492#null [20 September 2017].
59
Kähkönen, M. A. dan Hakulinen, R. 2011. Hydrolytic Enzyme Activities, Carbon
Dioxide Production And The Growth Of Litter Degrading Fungi In
Different Soil Layers In A Coniferous Forest In Northern Finland.
Journal of European Soil Biology. Vol 47: 108-113.
Kilham, K. 1994. Soil Ecology. Cambridge University Press. UK.
Kozlowsky, T. T. 1991. Water Deficit And Plant Grouth. Woody Plant
Communities. Academic Press. New York. Vol. VI
Lakitan B. 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali press. Jakarta.
Margulis, L. dan Schwartz K. V. 1982. Five kingdoms: An Illustrated Guide to the
phyla of life on earth. Freeman. San Fransisco.
Marliah, Ainun, Mariani Nasution dan Armi. 2011. Pertumbuhan Dan Hasil
Beberapa Varietas Cabai Merah Pada Media Tumbuh Yang Berbeda. J.
Floratek 6: 84-91
Martin, A., Bustamante, P., dan Chun, A. H. C. 1993, Physical Pharmacy and
Physical Chemical Principles in the Pharmaceutical Sciences. Fourth
Edition, Lea & Febiger, Philadelphia. 331-336, 463.
Miller, Alan N.D. 1996. Antioxidant flavonoid structural usage alternative
Medical. Review I (2), 103-111.
Misra, R.V. et al., 2003. farm composting methods On-farm composting methods.
Food and Agriculture Organization of the United Nations Viale delle
Terme Caracalla 00100 Rome, Italy.
Murbandono L. 1983. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta
Nawangsih, A. A, H. P. Imdad dan A. wahyudi. 1994. Cabai Hot Beauty. Penebar
Swadaya, Jakarta.
60
Niati, sarah. 2017. Studi Aplikasi Inokulum Fungi Geotrichum Sp. pada Kondisi
Asam dengan Media Sorghum (Sorghum bicolor L.) terhadap Kualitas
Kompos Serasah. Skripsi. Universitas lampung. Lampung.
Nickel, J. et al.1999. Asymptomatic inflammation and infection in Benign
Prostatic Hyperplasia. BJU International, 84 : 976–81.
Notohadiprawiro, T. 2006. Pola Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Lahan
Basah, Rawa dan Pantai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Peter, M. 1997. Basic On-Farm Composting Manual. Report no. CM-97-3.
Washington.
Prajnanta, F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta.
Priyadi, Sukendro S. 2011. Memulai Usaha Si Pedas Cabai Rawit di Lahan Dan
Pot. Cahya Atma Pustaka. Yogyakarta.
Rismaneswati. 2006. Pengaruh terracottem, kompos dan mulsa jerami terhadap
sifat fisik tanah, pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L. Merr)
pada alfisols Tamalanrea. J Sains dan Teknologi. 2: 81–86.
Roidah, Ida Syamsu. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk
Kesuburan Tanah. Universitas Tulungagung. Bonoworo.
Rubatzky,V.E dan Yamaguchi, M. 1999. Sayuran Dunia 3: Prinsip, Produksi
dan Gizi. ITB. Bandung.
Ruskandi dan. Setiawan. 2003. Kadar hara makro berbagai jenis limbah tanaman
sela pada pola tanam kelapa. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non-
Peneliti. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 111-
115.
Sage, RF .2002. Variation in the kcat of Rubisco in C3 and C4 plants and some
implication for photosynthetic performance at high and low temperature. J.
Exp. Bot., vol. 53, no. 369, pp. 609-20.
61
Schroth, G dan F. C. Sinclair. 2003. Tress, Crops and Soil FERLILITY: Concepts
and Research Methods. CABI. 464 P.
Sepwanti, Christina. Marai Rahmawati, Elly Kesumawati. 2016. Pengaruh
Varietas dan Dosis Kompos yang Diperkaya Trichoderma Harzianum
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum
annuum L.). Jurnal Kawista. 1(1):68-74
Setiadi. 1999. Bertanam Melon. Penebar Swadaya. Jakarta. 42 Hlm.
Simarmata, T. 2002. Aplikasi pupuk biologis dan pupuk organik untuk
meningkatkan kesehatan tanah dan hasil tanaman tomat (Lycopersicon
esculentum Mill.) pada Inceptisols di Jatinangor. Jurnal Agroland.
12(3): 261-266.
Stevenson, F.T. 1982. Humus Chemistry. John Wiley and Sons.New York.
Straatsma, G. dan Samsons R. A. 1993. Taxonomy Of Scytalidium Thermophilum,
an Important Thermophilic Fungus In Mushroom Compost. Mycol Res. Pp
321-328.
Sumarsih, S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Universitas Pembangunan Nasional
Veteran, Yogyakarta.
Sunaryono, Hendro H. 2003. Budidaya Cabai Merah Cetakan Ke V. Sinar Baru
Algensindo. Bandung. 46 hlm.
Suharja, Sutarno. 2009. Biomass, chlorophyll and nitrogen content of
leaves of two chili pepper varieties (Capsicum annum) in different
fertilization treatments. Nusantara Bioscience 1: 9-16.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Permasyarakatan dan
Pengembangannya. Kanisius Media. Yogyakarta.
Sutedjo. 2001 .Analisis Kimia Tanah, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah.
101-108hlm.
62
Sutedjo, M. M. 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta. 177 hal.
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Syukur, M. r. Yunianti dan r. Dermawan. 2012. Sukses Panen Cabai Tiap Hari.
Pe-nebar Swadaya. Jakarta 148 hal.
Yasyifun N. 2008. Respon pertumbuhan, serapan hara dan efisiensi penggunaan
hara tanaman Kedelai (Glycine max) dan Jagung (Zea mays) terhadap
kompos yang diperkaya mikrob aktivator. [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.