analisis variabel yang mempengaruhi …eprints.ums.ac.id/73730/1/naspub.pdfinflasi yang paling...

16
ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INFLASI DI INDONESIA PERIODE 1999-2018 Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Disusun Oleh : NOVIA NUR HANDAYANI B 300 150 161 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 16-Feb-2020

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

INFLASI DI INDONESIA PERIODE 1999-2018

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Disusun Oleh :

NOVIA NUR HANDAYANI

B 300 150 161

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

2

i

3

ii

4

iii

1

ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INFLASI

DI INDONESIA PERIODE 1999-2018

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel BI Rate, nilai tukar

(KURS), jumlah uang beredar (JUB), pengeluaran pemerintah (G), penerimaan

pajak (Tx) terhadap inflasi (INF) di Indonesia. Wilayah yang dijadikan objek

dalam penelitian ini adalah negara indonesia pada tahun 1999-2018. Jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa runtut waktu

(time series). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

sumber laporan tahunan Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Kementrian

Keuangan. Data yang diteliti meliputi BI Rate, Nilai Tukar(IDR/USD), Jumlah

Uang Beredar, Pengeluaran Pemerintah, Pajak tahun 1999-2018. Model yang

digunakan dalam penelitian ini adalah model OLS (Ordinary Least Square). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel BI Rate dan Penerimaan Pajak (Tx)

berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia, sedangkan variabel

nilai tukar (KURS), jumlah uang beredar (M1) dan Pengeluaran pemerintah (G)

tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia. Hasil

penelitian menunjukkan nilai R2 sebesar 0.670082 artinya 67,0082% variasi

varaiabel inflasi (INF) dapat dijelaskan oleh variabel BI Rate (R), nilai tukar

(KURS), jumlah uang beredar (M1), pengeluaran pemerintah (G) dan

penerimaan pajak (Tx). Sisanya 32,9918 % dipengaruhi oleh variabel-variabel

atau faktor-faktor lain di luar model penelitian.

Kata kunci: inflasi, BI Rate, nilai tukar (IDR/USD), jumlah uang beredar (M1),

pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak.

Abstract

This study aimed to analyze the effect of the BI Rate variable , the exchange rate

(KURS), the money supply (JUB), the government expenditure (G), the tax

receipt (Tax) on inflation (INF) in Indonesia. The used area as the object in this

study was the country of Indonesia in 1999-2018. The type of data used in this

study was quantitative data in the form of time series. This study used secondary

data obtained from the sources of the annual report of Bank Indonesia, the Central

Statistics Agency, the Ministry of Finance. The analyzed data included the BI

Rate, Exchange Rate (IDR/USD), Amount of Money Supply, Government

Expenditures, Taxes for 1999-2018. The used model in this study was the OLS

(Ordinary Least Square) model. The results showed that the variable BI Rate and

Tax Revenue (Tax) had a significant effect on the inflation rate in Indonesia,

while the exchange rate variable (KURS), the money supply (M1) and

government expenditure (G) did not significantly influence the inflation rate in

Indonesia. The results showed R2 value of 0.670082 means that 67.0082%

variation in inflation variable (INF) can be explained by the variable BI Rate (R),

exchange rate (KURS), money supply (M1), government expenditure (G) and tax

2

revenue (Tax). The remaining 32.9918% was influenced by variables or other

factors outside the research model.

Keywords: inflation, BI Rate, exchange rate (IDR/USD), money supply (M1),

government expenditure, tax revenue.

1. PENDAHULUAN

Dalam sejarah perekonomian, Indonesia telah mengalami inflasi yang sangat

tinggi, terutama pada tahun 1960-1990’an (tingkat inflasi semuanya di atas 100%).

Inflasi yang paling tinggi terjadi di tahun 1966 yaitu sebesar 136% disebabkan

oleh defisit anggaran belanja pemerintah yang dibiayai dalam bentuk pencetakan

uang. Namun, inflasi pada tahun 1998-1999 merupakan salah satu inflasi yang

tinggi di Indonesia yaitu sebesar 58% dan 20% disebabkan oleh krisis moneter

yang terjadi pada tahun 1997. Pada tahun 1998 adalah laju perekonomian terburuk

di Indonesia yang saat itu di bawah pemerintahan Soeharto dengan inflasi sebesar

77,63% yang termasuk inflasi tinggi 30%-100% (Manggi dan Saraswati, 2013).

Inflasi ibarat dilema yang mengintai perekonomian setiap negara, dimana

pergerakannya sulit untuk diterka dan dapat berdampak luas. Inflasi tidak akan

menjadi masalah yang terlalu berarti jika pemerintah dapat melakukan strategi

untuk menjaga tingkat inflasi. Inflasi bagaikan pedang bermata dua dimana satu

sisi bisa memberikan keuntungan dilain sisi dapat merugikan. Inflasi harus dijaga

kelenturannya, inflasi yang terlalu tinggi bisa berpengaruh buruk terhadap

pertumbuhan ekonomi namun sebaliknya jika terlalu rendah bisa menyebabkan

kelesuan ekonomi. Tingkat inflasi di Indonesia sangat sensitif dan mudah sekali

naik, dengan beragam faktor yang mempengaruhinya mengakibatkan semakin

sulitnya pengendalian inflasi, sehingga dalam pengendaliannya pemerintah harus

mengetahui faktor-faktor pembentuk inflasi.

Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia adalah memelihara kestabilan dan pertumbuhan

ekonominya. Kestabilan ekonomi tersebut menyangkut kestabilan tingkat harga,

tingkat pendapatan nasional, dan pertumbuhan kesempatan kerja. Adapun

serangkaian kebijakan dapat dilakukan oleh pemerintah dalam usaha stabilitasi

3

ekonomi. Misalnya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, yang bertujuan untuk

mencapai kestabilan tingkat harga atau laju inflasi. Kestabilan harga dalam satu

perekonomian sangat dipengaruhi oleh variable-variable makro dalam

perekonomian tersebut. Dan oleh karena itu biasanya laju inflasi sering digunakan

sebagai indikator kestabilan ekonomi (Watulingas, dkk 2016).

Kebijakan moneter yang harus dilakukan di negara berkembang pada

umumnya lebih berat dan sulit jika dibandingkan dengan negara-negara maju.

Faktor pertama yang menjadi penyebabnya bahwa tugas untuk menciptakan

penawaran uang yang cukup sehingga pertambahannya dapat selalu selaras

dengan jalannya pembangunan yang memerlukan disiplin yang kuat di kalangan

otoritas moneter dan pemerintah.

Kekurangan modal dan terbatasnya pendapatan pemerintah seringkali

menimbulkan dorongan yang kuat kepada pemerintah untuk meminjam secara

berlebihan kepada Bank Sentral. Kalau ini dilakukan, maka laju pertambahan

jumlah uang beredar akan menjadi lebih cepat, akibatnya terjadi inflasi.

Jika suatu negara ingin mempertahankan laju inflasi yang rendah, tentunya

pemerintah tersebut harus menekan kenaikan harga. Usaha untuk menekan harga

ini dapat dilakukan dengan menekan laju kenaikan jumlah uang beredar misalnya

dengan pembatasan pemberian kredit atau dengan menaikkan suku bunga

pinjaman (tight money policy). Tetapi dampak yang ditimbulkan adalah akan

terjadi kelesuan investasi, dan meningkatnya pengangguran yang pada akhirnya

akan menurunkan Pendapatan Nasional. Dengan fluktuasi tingkat suku bunga

yang terjadi akan mempunyai implikasi yang penting terhadap sektor riil maupun

sektor moneter dalam perekonomian.

Tingkat bunga yang tinggi akan menjadi masalah yang menyulitkan bagi

investasi di sektor riil. Tapi tingkat bunga yang tinggi akan merangsang lebih

banyak tabungan masyarakat. Untuk itulah tingkat fluktuasi bunga harus

senantiasa terkontrol agar tetap mendorong kegiatan investasi dan produksi serta

tidak mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung dan tidak mengakibatkan

pelarian modal ke luar negeri (Mahendra, 2016).

4

Gambar 1. Perkembangan Inflasi di Indonesia Tahun 2000-2017

Sumber :www.bi.go.id

Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis moneter tahun 1997 mulai

membaik, hal ini dapat dilihat dari tingkat inflasi tertinggi di Indonesia yang

terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 77,63% turun menjadi 2,01 % pada

tahun 1999. Laju inflasi pada tahun 2001-2002 kembali naik dikisaran dua

digit yaitu sebesar 12,55% dan 10,03% hal ini disebabkan adanya kebijakan

pemerintah yaitu adanya peningkatan harga bahan pangan atau bahan pokok

yang ditetapkan pemerintah (admin-intered price) seperti kenaikan harga

BBM, tarif listrik dan telepon, tarif Angkutan. Pada tahun 2005 inflasi

kembali naik di level 17,11% karena dipicu kenaikan harga minyak mentah

dunia sehingga pemerintah menaikkan harga BBM. Kemudian pemerintah

menerapkan kebijakan moneter yang lebih dikenal dengan istilah Inflation

Targeting Framework (ITF) untuk menjaga stabilitas inflasi, dengan

kebijakan tersebut maka harga BBM mengalami peningkatan dan

mengakibatkan daya beli atau permintaan masyarakat menurun diikuti

menurunnya tingkat inflasi tahun 2006 dan 2007 yaitu sebesar 6,6% dan

6.69%. Pada tahun 2008 inflasi kembali naik sebesar 11,06% dikarenakan

meningkatnya harga minyak dunia dan memaksa pemerintah meningkatkan

9.35

12.55

10.03

5.16

6.4

17.11

6.6 6.59

11.06

2.78

6.96

3.79 4.3

8.38 8.36

3.35 3.02

3.61

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

(%)

5

harga BBM, kemudian BI menaikkan suku bunga acuan. Pasca penerapan

Inflation Targeting Framework (ITF) pada tahun 2013 inflasi kembali naik

sebesar 8,38% nilai tukar riil mengalami fluktuasi hal ini dikarenakan

sistem nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar fleksibel (flexible exchange

rate). Kemudian tahun 2015 sampai dengan 2017 inflasi mulai membaik

dengan mengalami penurunan dikisaran 3%.

Pendapat teoritis tentang penyebab inflasi yang dibahas di Indonesia,

terlihat bahwa variabel makro memiliki pengaruh besar terhadap tingkat

inflasi. Jumlah uang beredar juga memiliki peran cukup penting dalam

analisis inflasi. Ketika perekonomian yang sedang menghadapi kekacauan,

pemerintah terpaksa menambah pengeluaran yang jauh lebih besar dari pajak

yang dipungutnya (Sukirno, 2010). Salah satu caranya adalah dengan

meminjam dari bank sentral atau mewajibkan bank sentral mencetak lebih

banyak uang (seigniorage). Ketika mencetak uang untuk mendanai

pengeluaran, pemerintah meningkatkan jumlah uang beredar dan

menyebabkan inflasi. Bank Indonesia (BI) sebagai penentu kebijakan moneter

langsung merespon laju inflasi yang sangat tinggi dengan menaikkan suku

bunga.

Faktor inflasi di Indonesia juga disebabkan oleh faktor luar negeri

mengingat bahwa Indonesia adalah suatu negara dengan perekonomian

terbuka. Gejolak perekonomian yang terjadi di luar negeri akan berpengaruh

terhadap perekonomian di dalam negeri. untuk menjaga perekonomian yang

membaik maka tingkat inflasi yang tinggi harus dihindari.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat dilihat bahwa inflasi merupakan

permasalahan ekonomi yang selalu menjadi tantangan besar bagi Indonesia.

Dalam prespektif ekonomi, inflasi cenderung mengakibatkan terjadinya

gejolak ekonomi. Karena permasalahan inflasi bukan permasalahan yang

ringan dan menyangkut banyak aspek. Kebijakan moneter dan fiskal

mempunyai peran penting dalam pengendalian inflasi. Untuk itu perlu di

analisis variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi inflasi dan seberapa

besar variabel tersebut berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia.

6

2. METODE

2.1 Objek Penelitian

Wilayah yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah negara

Indonesia pada tahun 1999-2018. Dimana peneliti bermaksud untuk

menganalisis pengaruh antar variabel BI Rate, Nilai Tukar(IDR/USD),

Jumlah Uang Beredar, Pengeluaran Pemerintah, Pajak terhadap Inflasi di

Indonesia.

2.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka) dan berupa runtut

waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang

diperoleh dari sumber laporan tahunan Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik,

Kementrian Keuangan. Data yang diteliti meliputi BI Rate, Nilai

Tukar(IDR/USD), Jumlah Uang Beredar, Pengeluaran Pemerintah, Pajak

tahun 1999-2018.

2.3 Model Analisis Data

Penelitian ini akan mengamati pengaruh BI Rate, Nilai Tukar (KURS),

Jumlah Uang Beredar (JUB), Pengeluaran Pemerintah (G), Penerimaan Pajak

(Tx) terhadap Inflasi (INF) di Indonesia menggunakan model OLS (Ordinary

Least Square), yang formulasi model estimatornya adalah:

= + + + + +

+

di mana:

= Inflasi (%)

= BI Rate (%)

= Nilai Tukar Rupiah (IDR/USD)

= Jumlah Uang Beredar ( )

= Pengeluaran Pemerintah

= Penerimaan Pajak

= Konstanta

7

, , , , = Koefisien regresi variabel independen

Log = Operasional Logaritma Natural

= Unsur kesalahan (error term)

= Tahun

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian variabel BI Rate berpengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Hasil tersebut selaras dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nuri, Theresia dan Diana (2017) tentang “Analisis Faktor-faktor

yang mempengaruhi Inflasi di Indonesia periode 2000-2014” dan Wily (2015)

tentang “Inflation Analysis and Interest Rate in Indonesian” yang menunjukkan

bahwa variabel BI Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat inflasi

di Indonesia.

BI Rate cenderung akan mengikuti pergerakan inflasi. Kenaikan tingkat

inflasi akan diikuti dengan meningkatnya BI Rate. Inflasi yang tinggi akan

mendorong sektor moneter untuk meningkatkan BI Rate, apabila harga-harga

meningkat maka mengakibatkan daya beli masyarakat berkurang dan akan

mendorong masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank sehingga akan

mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dan tidak terjadi lonjakan

permintaan akan barang produksi dan untuk mengatisipasi terjadinya Inflationary

Gap.

Variabel penerimaan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

tingkat inflas di Indonesiai. Hasil tersebut selaras dengan penelitian yang

dilakukan oleh Judy, Tri, Hanly (2016) tentang “Pengaruh Aspek Moneter dan

Fiskal terhadap Inflasi di Indonesia(Periode Tahun 2000-2014)” yang

menunjukkan bahwa variabel penerimaan pajak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Kebijakan pemerintah menaikkan

pajak akan mengakibatkan penurunan harga. Pendapatan masyarakat akan

berkurang untuk membayar pajak, sehingga membuat daya beli masyarakat akan

berkurang karena masyarakat lebih memilih untuk tidak membelanjakan uangnya.

8

Dengan begitu dapat mencegah kenaikan harga sehingga demand pull inflation

dapat dikendalikan dan laju inflasi dapat menurun.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil estimasi regresi model OLS (Ordinary Least Square)

yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkani hasil uji asumsi klasik diperoleh kesimpulan bahwa model

regresi mempunyai distribusi residual normal, variabel BI Rate dan Nilai

Tukar terdapat masalah multikolinieritas, sedangkan variabel Jumlah

Uang Beredar, Pengeluaran Pemerintah, dan Penerimaan Pajak tidak

terdapat masalah multikolinieritas, hasil uji normalitas menunjukkan tidak

terdapat masalah otokorelasi dalam model, untuk uji heteroskedastisitas

hasil menunjukkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam

model, berdasarkan hasil uji spesifikasi model yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa spesifikasi model yang dipakai dalam penelitian

tepat atau linier.

2. Berdasarkan hasil uji eksistensi model atau uji F diperoleh hasil nilai p,

probabilitas, atau signifikansi empirik statistik F sebesar 0,004549 < 0,01

maka model yang dipakai dalam penelitian eksis.

3. Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai R

2 sebesar

0,670082 artinya 67,0082% variasi varaiabel inflasi (INF) dapat

dijelaskan oleh variabel BI Rate (R), nilai tukar (KURS), jumlah uang

beredar (M1), pengeluaran pemerintah (G) dan penerimaan pajak (Tx).

Sisanya 32,9918 % dijelaskan oleh variabel-variabel atau faktor-faktor

lain yang tidak dimasukkan dalam model.

4. Berdasarkan hasil analisis uji t secara individu menunjukan bahwa:

a. BI Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat inflasi di

Indonesia pada tahun 1999-2018. BI Rate cenderung akan mengikuti

pergerakan inflasi. Inflasi yang tinggi akan mendorong sektor

9

moneter untuk meningkatkan BI Rate, apabila harga-harga meningkat

akan mengurangi daya beli masyarakat dan akan mendorong

masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank sehingga akan

mengurangi jumlah uang yang beredar dimasyarakat dan tidak terjadi

lonjakan permintaan akan barang produksi dan untuk mengatisipasi

terjadinya Inflationary Gap.

b. Penerimaan pajak (Tx) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 1999-2018. Kebijakan

pemerintah menaikkan pajak akan mengakibatkan penurunan harga.

Pendapatan masyarakat akan berkurang untuk membayar pajak,

sehingga membuat daya beli masyarakat akan berkurang karena

masyarakat lebih memilih untuk tidak membelanjakan uangnya.

Dengan begitu dapat mencegah kenaikan harga sehingga demand pull

inflation dapat dikendalikan dan laju inflasi dapat menurun.

4.2 Saran

1. Pengendalian inflasi melalui jumlah uang beredar, dan kurs sebagai

instrument kebijakan moneter belum sepenuhnya dapat mempengaruhi

tingkat inflasi di Indonesia. Pemerintah harus lebih berupaya

mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter dengan menjaga tingkat

suku bunga karena BI Rate cenderung akan mengikuti pergerakan inflasi.

Kenaikan tingkat inflasi akan meningkatkan BI Rate. Inflasi yang tinggi

akan mendorong sektor moneter untuk meningkatkan BI Rate, apabila

harga-harga meningkat akan mengurangi daya beli masyarakat dan akan

mendorong masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank sehingga akan

mengurangi jumlah uang yang beredar dimasyarakat.

2. Pegendalian inflasi yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan fiskal

dengan mengurangi pengeluaran pemerintah belum sepenuhnya dapat

mengontrol laju tingkat inflasi di Indonesia, pemerintah harus lebih

menekan dengan melalui instrumen penerimaan pajak karena penerimaan

pajak lebih berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia. Kebijakan

pemerintah menaikkan pajak akan mengakibatkan penurunan harga.

10

Pendapatan masyarakat akan berkurang untuk membayar pajak, sehingga

membuat daya beli masyarakat akan berkurang karena masyarakat lebih

memilih untuk tidak membelanjakan uangnya. Dengan begitu dapat

mencegah kenaikan harga sehingga demand pull inflation dapat

dikendalikan dan laju inflasi dapat menurun.

3. Bagi akademis yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut disarankan

menambah variabel-variabel lain seperti harga minyak dunia, ekspor,

impor yang dapat mempengaruhi inflasi dengan harapan hasil yang

diperoleh nantinya lebih akurat dapat menekan laju inflasi.

DAFTAR PUSTAKA

Agusmianata, Nuri, dkk. 2017. Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Suku

Bunga serta Pengeluaran Pemerintah terhadap Inflasi di Indonesia.

Journals of Economics and Business Mulawarman. Vol. 19. No. 2.

Damayanti, Safitri. 2010. Analisis Variabel Ekonomi Yang Mempengaruhi Jumlah

Uang Beredar di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Indriyani, Siwi Nur. 2016. Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2005 – 2015. Jurnal Manajemen

Bisnis Krisnadwipayana. Vol. 4. No. 2.

Julitawaty, Wily. 2015. Inflation Analysis and Interest Rate in Indonesian.

International Journal of Economics & Management Sciences. Vol. 4. Issue.

6.

Junaidi, Evi. 2010. Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Perekonomian di

Negara-negara ASEAN+3. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Kalalo, Harjunata Y.T, dkk. 2016. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

inflasi diIndonesia periode 2000-2014. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi.

Vol.16. No.01

Mahendra. A. 2016. Analisis Pengaruh JUB,Suku Bunga Dan Nilai Tukar

terhadap Inflasi di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi. Jurnal Ekonomi dan

Bisnis Indonesia. Vol. 5. No.204.

11

Manggi, Rio dan Brigita Dian Saraswati. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi

inflasi di Indonesia: Model Demand Pull Inflation. Jurnal Ekonomi

Kuantitatif Terapan. Vol. 6. No.2. pp.71-143.

Novitasari, Istriyansyah. 2013. Pengaruh Inflasi, Harga Minyak Mentah Indonesia

dan Suku Bunga (BI Rate) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG):

Data Bulanan Periode 2006-2012. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB

Universitas Brawijaya. Vol.1. No. 2.

Perlambang, Heru. 2010. Analisis pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga

SBI, Nilai Tukar terhadap tingkat Inflasi. Media Ekonomi. Vol. 19. No. 2.

Pradesyah, Riyan. 2016. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Total Penjualan,

dan Laba Bersih Terhadap Kinerja Harga Saham Bank Panin Syariah.

Program studi Ekonomi Islam Pascasarjana UIN Sumatera Unara Medan

At-Tawassuth. Vol. 1. No. 1. pp. 173-192.

Rahmawati, D.A Dwi dan Wahyu Hidayat R. 2017. Analisis pengaruh Suku

Bunga Sertifikat BankIndonesia dan Jumlah Uang Beredar terhadap Tigkat

Inflasi di Indonesia Periode 200.1-2015.12 (Pendekatan erroe Crosection

Model), Jurnal Ilmu Ekonomi Vol. 1 Jilid 1. hal.60-74.

Setiawan, Iwan. 2009. Analisis Dampak Kebijakan Moneter terhadap

Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal

Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi. Vol. 1. No. 1.

Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja

Grasindo Persada. Jakarta.

Tabi, Henri Nagoa dan Henri Atangana Ondoa. 2011. Inflation, Money and

Economic Growth in Cameroon. International Journal of Financial

Research. Vol. 2, No. 1.

Utomo, Y.P. 2015. Buku Praktek Komputer Statistik II Eviews. Surakarta:

FEB-UMS.

Watulingas, Judy, dkk. 2016. Pengaruh Aspek Moneter dan Fiskal Terhadap

Inflasi Di Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol. 16. No. 01.

Wulan, Elis Ratna dan Sofia Nurfaiza. 2014. Analysis of Factors Affecting

Inflation in Indonesia:an Islamic Perspective. International Journal of

Nusantara Islam. Vol. 02. No. 02. pp. 67-80.

12

Yolanda, Y. 2017. Analysis of Factor Affecting Inflation and it’s Impact on Human

Development Index and Poverty in Indonesia. European Research Studies

Journal. Volume XX. Issue 4B. pp. 38 - 56.

www.kemenkeu.go.id

www.bi.go.id

www.bps.go.id