analisis faktor risiko terhadap komplikasi …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-t sakti...

122
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DAN RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TESIS Oleh: Sakti Oktaria Batubara 0906504985 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, JULI 2011 Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Upload: lamkhuong

Post on 03-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

i Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI

CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS

DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DAN

RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

TESIS

Oleh:

Sakti Oktaria Batubara

0906504985

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, JULI 2011

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 2: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

i Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI

CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS DI

RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DAN

RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Ilmu Keperawatan

Oleh:

Sakti Oktaria Batubara

0906504985

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, JULI 2011

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 3: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

ii Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 4: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

iii Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 5: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

iv Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 6: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

v Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat

dan penyertaan serta kasih-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan

tesis dengan judul “Analisis Faktor Risiko Terhadap Komplikasi Continuous

Ambulatory Peritoneal Dialysis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta”. Tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Master Keperawatan pada Pasca Sarjana Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih

kepada :

Ibu Krisna Yetti, S.Kp., M.Ap.Sc, selaku Pembimbing I dan Ibu Lestari

Sukmarini, S.Kp., MN selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran telah

memberikan arahan dan masukan berharga selama penyusunan tesis ini ditengah

kesibukan tetap meluangkan waktu untuk bimbingan. Ibu Dewi Irawati, MA,

PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Ibu Astuti

Yuni Nursasi, S.Kp., MN selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjana Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Ibu Tuti Herawati, S.Kp., MN sebagai

penguji proposal dan hasil penelitian dan Ibu Debie Dahlia, S.Kp, MHSM sebagai

penguji sidang tesis atas masukan yang berharga dalam penulisan tesis ini. Staf

akademik dan non akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

yang banyak membantu selama proses pendidikan.

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan

staf yang memfasilitasi selama menempuh pendidikan ini.

Direktur Utama RSUD.Dr. Moewardi Surakarta dan staf Diklit, Kepala Ruang

Instalasi Dialisis, Ibu Wahyu, Ibu Rini, Ibu Marni dan semua staf perawat CAPD

dan HD. Direktur Utama RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta dan staf Diklit, Kepala

ruang Dialisis, Ibu Yuningsih, Ibu Niken selaku penanggung jawab poli CAPD

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 7: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

vi Universitas Indonesia

dan seluruh staf perawat unit dialis yang memfasilitasi penulis selama

pengumpulan data. Dr. Bambang Djarwoto, Sp.PD, KGH, Kepala Dialisis RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta yang meluangkan waktu untuk membaca keseluruhan

proposal dan memberi masukan yang berharga.

Ibu Elisabeth, Ibu Erita dan pak Slamet dari Kalbe Surakarta dan Ibu Diah dari

Kalbe Yogyakarta yang berkenan memberi informasi tentang CAPD dan pasien-

pasien CAPD. Ibu Anggi selaku Ketua Indonesian Kidney Care Club cabang

Surakarta untuk informasi CAPD.

Pak Teguh dan Mbak Daryani serta Ibu Retno atas kesediaan untuk dapat

menggunakan transportasi yang baik selama kunjungan rumah.

Teman-temanku Mas Arno, Kak John, Ramadhani dan mahasiswaku Arief, Ria,

Wisnu, dan Fedwarto yang berkenan menjadi “sopir” selama kunjungan rumah

dalam pengumpulan data. dr. Jodelin, dr. Berty, Pantun, Dame, Lian, Nelly, Eni,

Maria, Mbak Indah, Pak Ruwanto Ibu Mulyaningsih dan Ibu Yenny Rudiawan

yang turut terlibat dalam memberi info kelancaran prosedur administrasi

penelitian dan juga informasi tentang CAPD, tumpangan transportasi serta

akomodasi. Teman diskusi selama pendidikan di Depok, Pak Ardi, Mas Tony,

Mas Adam, Pak Anto, Mbak Elvi, Mbak Dwi.

Kak Grace dan Abang Manalu sekeluarga yang rela hati menerimaku tinggal di

Surakarta selama penelitian.

Teristimewa Orang tuaku, adik-adikku dan keluarga untuk setiap doa yang tiada

putus dan motivasi kepada peneliti selama mengikuti pendidikan.

Pasien-pasien dan keluarga yang berkenan share pengalaman tentang CAPD,

bersedia menjadi responden dan menggambar “peta” jalan selama kunjungan

rumah saat penelitian ini dilaksanankan.

Mas Albert yang setia berdoa dan memberi motivasi selama penyusunan tesis ini.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 8: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

vii Universitas Indonesia

Mahasiswa Pasca Sarjana Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Keperawatan Khususnya

kelas Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah yang telah mendukung dan

membantu selama proses pendidikan.

Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan tesis ini.

Peneliti menyadari begitu banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, dengan

kerendahan hati peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk

menyempurnaan tesis ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga penelitian ini bermanfaat

dalam pengembangan ilmu.

Depok, Juli 2011

Peneliti

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 9: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

viii Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 10: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

ix Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Sakti Oktaria Batubara

Program Studi : Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia

Judul

: Analisis Faktor Risiko Terhadap Komplikasi Continuous

Ambulatory Peritoneal Dialysis di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

CAPD merupakan suatu tehnik dialisis dengan menggunakan membran

peritoneum sebagai membran dialisis yang memisahkan dialisat dalam rongga

peritoneum dan plasma darah dalam pembuluh darah peritoneum. Berbagai

komplikasi dapat timbul pada penanganan CAPD. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui faktor risiko terjadinya komplikasi CAPD. Penelitian ini

menggunakan desain deskriptif analitik dengan cross sectional. Populasi pada

penelitian ini adalah 130 pasien CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang dipilih dengan cara purposive sampling.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap prosedur standar ( p =

0,019) dan higienitas saat penggantian cairan dialisat (p = 0,013) memiliki

hubungan yang bermakna dengan komplikasi CAPD. Pasien dengan higienitas

kurang baik saat mengganti cairan dialisat berisiko untuk mengalami komplikasi

CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang higienitasnya baik

setelah dikontrol oleh variabel kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD.

Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan evaluasi berkala terhadap

kemampuan perawatan CAPD dirumah.

Kata Kunci : CAPD, Faktor risiko, Komplikasi

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 11: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

x Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Sakti Oktaria Batubara

Programe : Post Graduate Nursing Faculty of Nursing University of Indonesia

Title : Analysis of Risk Factors Against Complications of Continuous

Ambulatory Peritoneal Dialysis in RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

CAPD is a dialysis technique using peritoneal membran as a dialysis membrane

that separate the dialysate in the peritoneal cavity and blood plasma in the blood

peritonium vessels. This study aimed to identify the risk factors of complications

on CAPD. The study used a descriptive design with cross sectional analytic. The

population in this study was 130 CAPD patients in hospitals RSUD Dr.

Moewardi Surakarda and RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, selected by using

purposive sampling. The results of the study indicated that adherence to standard

procedures (p = 0.019) and hygiene during the dialysate fluid replacement (p =

0.013) had a significant association with complications of CAPD. The patients

with poor hygiene during dialysat replacement had a risk for experiencing

complication of CAPD at about 3.82 times greater than patients who had good

hygiene when controlled by variable of adherence to standard procedures CAPD.

The recommendation of this study was the necessity of conducting periodic

evaluation of the patient’s ability of CAPD treatment at home.

Key words: CAPD, risk factor, complication

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 12: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

xi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7

2.1. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis .......................................... 7

2.2. Komplikasi Pada CAPD ......................................................................... 10

2.3. Faktor Resiko Terjadinya Komplikasi CAPD ....................................... 16

2.4. Peran Perawat ......................................................................................... 21

2.5. Kerangka Teori ....................................................................................... 23

3. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL ..................................................................................... 25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian................................................................... 25

3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 26

3.3. Definisi Operasional ............................................................................... 27

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 13: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

xii Universitas Indonesia

4. METODE PENELITIAN .......................................................................... 31

4.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 31

4.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 31

4.3. Tempat penelitian .................................................................................... 33

4.4. Waktu penelitian ..................................................................................... 33

4.5. Etika penelitian ....................................................................................... 33

4.6. Alat pengumpulan data ........................................................................... 35

4.7. Prosedur Pengambilan Data .................................................................... 38

4.8. Pengolahan dan Analisa data .................................................................. 40

5. HASIL PENELITIAN ............................................................................... 46

5.1 Analisis Univariat .................................................................................. 46

5.2 Analisis Bivariat ..................................................................................... 52

5.3 Analisis Multivariat ................................................................................ 58

6. PEMBAHASAN ......................................................................................... 60

6.1 Interpretasi dan Hasil Penelitian ............................................................ 60

6.2 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 74

6.3 Implikasi Dalam Keperawatan .............................................................. 74

7. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 76

7.1 Kesimpulan ............................................................................................ 76

7.2 Saran ...................................................................................................... 77

DAFTAR REFERENSI ................................................................................... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 14: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional 27

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas kuesioner penelitian 38

Tabel 4.2. Analisis Bivariat 42

Tabel 5.1 Proporsi responden berdasarkan jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan penyebab gagal ginjal terminal di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

47

Tabel 5.2 Hasil Analisis umur responden dan lama menjalani

CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr

Sardjito Yogyakarta

47

Tabel 5.3 Hasil Analisis Tingkat kepatuhan responden terhadap

prosedur CAPD dan Higienitas saat penggantian cairan di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito

Yogyakarta

48

Tabel 5.4 Hasil analisis lingkar lengan atas Responden di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

49

Tabel 5.5 Proporsi lingkar lengan responden di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

49

Tabel 5.6 Hasil analisis Albumin responden gagal ginjal terminal di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito

Yogyakarta

49

Tabel 5.7 Proporsi kadar Albumin darah responden di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

50

Tabel 5.8 Proporsi Fasilitas perawatan CAPD dirumah pada responden

di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito

Yogyakarta

50

Tabel 5.9 Proporsi support system di rumah responden di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

51

Tabel 5.10 Proporsi support system responden di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

51

Tabel 5.11 Proporsi jenis komplikasi responden di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

51

Tabel 5.12 Hasil analisis normalitas data umur, lama menjalani CAPD,

kepatuhan terhadap prosedur, higienitas, fasilitas

perawatandan support system pada responden di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

52

Tabel 5.13 Analisis hubungan umur responden dengan komplikasi

CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr

Sardjito Yogyakarta

53

Tabel 5.14 Analisis hubungan Lama responden menjalani CAPD

dengan komplikasi CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

54

Tabel 5.15 Analisis hubungan Kepatuhan responden terhadap prosedur

standar CAPD dengan komplikasi CAPD di RSUD Dr.

54

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 15: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

xiv Universitas Indonesia

Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

Tabel 5.16 Analisis hubungan Higienitas responden saat mengganti

cairan dialisat dengan komplikasi CAPD di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

55

Tabel 5.17 Analisis hubungan lingkar lengan atas responden dengan

komplikasi CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan

RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

56

Tabel 5.18 Analisis hubungan fasilitas perawataan CAPD responden

dirumah dengan komplikasi CAPD di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

57

Tabel 5.10 Analisis Hubungan Support System responden dengan

komplikasi CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan

RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

57

Tabel 5.20 Kandidat variabel pemodelan 58

Tabel 5.21 Analisis Multivariat kepatuhan terhadap prosedur standar

CAPD higienitas saat ganti cairan responden di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

59

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 16: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

xv Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses pengeluaran Cairan Dialisat dari Peritonium ................... 9

Gambar 2.2. Prosedur CAPD .......................................................................... 10

Gambar 2.3. Infeksi Tunnel ........................................................................... 15

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 17: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

xvi Universitas Indonesia

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Kerangka Teori .............................................................................. 24

Skema 3.1. Kerangka konsep Penelitian ......................................................... 26

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 18: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

xvii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian 2010-2011

Lampiran 2 Alat Ukur Penelitian : Karakteristik Responden

Lampiran 3 Pengkajian Hasil Penunjang

Lampiran 4 Check List Komplikasi yang Dialami Pasien

Lampiran 5 Alat Ukur Penelitian: Kuesioner Kepatuhan Terhadap

Prosedur Standar CAPD

Lampiran 6 Alat Ukur Penelitian: Observasi Higienitas

Responden/Penolong

Lampiran 7 Alat ukur penelitian: Kuesioner Support System dan

Fasilitas Keperawatan

Lampiran 8 Pedoman Pengukuran Lingkar Lengan Atas

Lampiran 9 Penjelasan Penelitian

Lampiran 10 Informed Consent

Lampiran 11 Surat Permohonan Pengambilan Data Awal ke RSUD Dr

Moewardi Surakarta

Lampiran 12 Jawaban Surat Pengambilan Data Awal dr RSUD Dr Dr

Moewardi Surakarta

Lampiran 13 Surat Ijin Penelitian ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Lampiran 15 Jawaban Surat izin penelitian dari RSUD Dr. Moewardi

Surakarta

Lampiran 16 Etik Clearance

Lampiran 17 Surat Keterangan Selesai Menjalankan Penelitian dari

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari RSUD Dr

Moewardi Surakarta

Lampiran 19 Daftar Riwayat Hidup

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 19: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal Ginjal Terminal (GGT) atau Chronic Kidney disease (CKD) merupakan suatu

keadaan dimana ginjal secara permanen kehilangan fungsi untuk membuang zat-zat

hasil metabolisme dan gangguan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan zat –

zat dalam tubuh dan menyebabkan uremia (Kallenbach, et al. 2005). Pada kondisi ini

nilai glomerular filtration rate (GFR) yang merupakan indikator fungsi ginjal telah

menurun hingga kurang dari 15 persen sehingga ginjal tidak mampu melakukan

fungsinya sendiri (Soeparman dan Waspadji, 2004).

Jumlah penderita dengan diagnosis GGT semakin meningkat tiap tahun. Di Amerika,

lebih dari 485.000 orang menderita gagal ginjal terminal. Dari sejumlah ini, 341.000

menjalani dialisis. Dalam 5 tahun terakhir, jumlah pasien baru dengan diagnosis GGT

adalah 90.000 per tahun (NKF, 2008). Di Indonesia menurut survey PERNEFRI jumlah

penderita GGT mencapai 18 juta orang dewasa. Hingga saat ini pasien yang mendapat

pelayanan terapi dialisis hanya 12.000 dari perkiraan sekitar 100.000 orang yang

membutuhkan dialisis. Mengingat bahwa dialisis masih merupakan terapi pengganti

ginjal yang terjangkau masyarakat maka akan terjadi peningkatan dalam kebutuhan

untuk dialisis.

Terapi pengganti ginjal, berupa dialisis dan transplantasi ginjal merupakan satu- satunya

cara untuk mempertahankan fungsi tubuh pada kondisi GGT. Dialisis dapat dilakukan

dengan hemodialisis dan peritoneal dialisis. Salah satu jenis peritoneal dialisis adalah

Continuous Ambulatory Peritoneal Dialisis (CAPD). CAPD merupakan suatu tehnik

dialisis dengan menggunakan membran peritoneum sebagai membran dialisis yang

memisahkan dialisat dalam rongga peritoneum dan plasma darah dalam pembuluh darah

peritoneum selama CAPD. Bentuk dialisis ini 'continue' karena terjadi sepanjang waktu

yaitu 24 jam sehari, disebut 'ambulatory' karena setelah melakukan dialisis, pasien tetap

dapat beraktivitas selama proses ini (Guiseppe, et al. 2001). Tujuan CAPD ini untuk

menghilangkan uremia, kelebihan cairan tubuh dan mengendalikan keseimbangan

elektrolit yang dialami pasien CKD (Kallenbach, et al. 2005)

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 20: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

2 Universitas Indonesia

Pilihan menggunakan CAPD pada pasien dengan diagnosis GGT karena tehnik yang

relatif sederhana dan dapat dilakukan sendiri di rumah (Sharma & Blake, 2008). CAPD

ini juga dapat mengurangi biaya transportasi yang biasa dikeluarkan untuk melakukan

perjalanan menuju pusat hemodialisis serta penggunaan fasilitas rumah sakit/mesin

hemodialisa. Pada pasien yang didiagnosa anemia berat, komplikasi kardiovaskuler

termasuk hipertensi berat dan akses vaskuler jelek sangat cocok untuk memilih CAPD

(Thomas, 2002)

CAPD walaupun mudah dalam pelaksanaannya, dapat menimbulkan berbagai

komplikasi baik komplikasi bedah, mekanik dan lain-lain yang bila tidak

ditangani akan berakibat fatal. Komplikasi yang pernah dilaporkan terjadi pada

CAPD berupa peritonitis, udara dalam peritonium yang mengakibatkan nyeri

bahu, kebocoran dialisat, infeksi tunnel, infeksi exit site, formasi fibrin,

hemoperitoneum, hipoalbumin, hipokalemia, hiperfosfatemia hipotensi dan

konstipasi. Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu pruritus, anoreksia, mual,

muntah dan kram (Kallenbach, 2005; Thomas, 2002, M Legrain, 1979)

Guiseppe et al (2001) dalam penelitiannya mengatakan bahwa komplikasi

jangka panjang pada CAPD adalah left ventricular hipertrophy (LVH) akibat

dari volume ekspansi yang berat, hipertensi dan hipoalbumin. Peritonitis juga

menjadi komplikasi serius pada pasien yang menjalani CAPD (Simoy and Jain,

2005). Penelitian Ramakrishna di India tahun 2007 menunjukkan timbulnya

hiponatremia pada wanita post menopause. Hipokalemia dilaporkan dapat

terjadi 10-36% pada pasien dialisis peritoneal yang terjadi akibat kehilangan

kalium pada dialisat dan rendahnya konsumsi kalium oleh pasien yang

mengalami CAPD (Zepallos, 2001 dalam Ramakrishna, 2007).

Komplikasi yang terjadi pada pasien yang menjalani terapi CAPD dapat terjadi

sejak awal prosedur. Komplikasi ini akan berbeda pada setiap pasien karena

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya umur, kepatuhan pasien terhadap

prosedur standar, higienitas pasien dan penolongnya saat memulai dan

mengakhiri tindakan CAPD, status nutrisi, support system, dan fasilitas

perawatan,. (Thomas 2002; Kallenbach, 2005; NIDDK, 2006; Yetti, 2007). Peso

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 21: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

3 Universitas Indonesia

et al (2003) mengatakan bahwa usia lanjut, penyakit renal polikistik dan Indeks

Massa Tubuh (IMT) yang tinggi signifikan menyebabkan hernia.

Penanganan komplikasi ini perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya masalah

baru yang kompleks. Pasien dengan komplikasi CAPD dapat mengalami

ketidaknyamanan, stress dan berakibat pada kualitas hidup. Pada kondisi yang

buruk akan menyebabkan kematian (Thomas, 2002). Park, et al. (2006)

mengatakan malnutrisi akibat kehilangan protein dan asam amino pada dialisat

menyebabkan perburukan dan kematian.

Mencegah, mengendalikan dan mengatasi komplikasi perlu dilakukan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah perburukan. Perawat sebagai

bagian dari tim pelayanan CAPD bertanggung jawab dalam perawatan

predialisis, rawat inap, sebelum dan selama pelatihan CAPD, serta pada saat

pasien di rumah (Yetti, 2007). Perawat CAPD harus memiliki sertifikat yang

didapat dari pelatihan CAPD untuk memberikan asuhan keperawatan pada

pasien CAPD. Perawat memotivasi kemandirian pasien dan keluarga dalam

melakukan CAPD dan mendidik dalam upaya menghindari terjadinya

komplikasi. Perawat harus mendidik pasien agar pasien dan keluarga selalu

memperhatikan kebersihan dan sterilitas dalam memasang dan mengakhiri

CAPD, mengontrol pemasukan dan pengeluaran cairan dengan cermat,

mewaspadai tanda– tanda ketidak seimbangan cairan, mendokumentasikan

status cairan, serta tanda dan gejala yang harus segera dilaporkan atau datang

berkonsultasi dengan tenaga kesehatan (Kallenbach et al., 2005; Baxter

Healthcare, 2000, NIDDK, 2006).

Rumah Sakit Umum Pusat DR. Sardjito merupakan rumah sakit pendidikan

dengan unit dialisis yang melayani CAPD. Hasil studi pendahuluan

menunjukkan bahwa sampai bulan April 2011 terdapat sebanyak 50 orang

pasien dewasa yang menjalani CAPD. Hasil wawancara dengan

penanggungjawab CAPD rumah sakit ini mengatakan bahwa komplikasi yang

sering dialami pasien CAPD di rumah sakit ini terutama peritonitis.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 22: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

4 Universitas Indonesia

Rumah Sakit Umum Daerah DR. Moewardi Surakarta merupakan rumah sakit

tipe A yang memiliki renal unit. Hasil wawancara dengan salah seorang staf

renal unit tanggal 21 Maret 2011 mengatakan pelaksanaan CAPD di RSUD DR.

Moewardi telah dimulai sejak April 2006 dan saat ini ada sekitar 90 pasien

CAPD. Berdasarkan buku induk pasien CAPD dan buku kunjungan poliklinik

CAPD, ada 85 orang yang masih rutin kontrol dalam 2 bulan terakhir.

Di RSUD DR. Moewardi Surakarta dan RSUP DR. Sardjito Yogyakarta,

perawat CAPD berperan dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang

pentingnya mengikuti prosedur standar penggantian cairan, memperhatikan

kebersihan pasien/penolong dan memperhatikan serta melaporkan kepada

perawat/petugas kesehatan adanya tanda-tanda infeksi/ketidaknyamanan yang

dialami. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah dan mendeteksi secara dini

komplikasi yang dialami pasien. Komplikasi yang sering terjadi adalah

peritonitis dan malpasisi kateter Tenckhoff. Penelitian tentang komplikasi dan

faktor yang menyebabkannya belum pernah dilakukan.

RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP dr. Pusat Sardjito Yogyakarta sama-

sama memiliki standar operasional prosedur pasien CAPD yang mencakup

bagaimana edukasi setelah pasien diharuskan menjalani dialisis dengan pilihan

yang sudah mantap menggunakan CAPD, pelatihan CAPD yang diikuti oleh

pasien dan keluarga, perawatan CAPD di rumah dan evaluasi berkala dengan

kunjungan rumah tentang kemampuan pasien dalam melakukan prosedur standar

CAPD dirumah. Namun pada kenyataannya, menurut perawat penanggungjawab

CAPD di dua rumah sakit tersebut, untuk kunjungan rumah terkendala karena

keterbatasan SDM.

1.2 Rumusan Masalah

CAPD sebagai salah satu tipe dialisis peritoneal, merupakan salah satu terapi pengganti

ginjal bagi pasien dengan chronic kidney disease dengan GFR < 15 %. CAPD dapat

dilakukan di rumah sakit atau di rumah. Pasien dan keluarga yang memutuskan

menjalani CAPD sebagai terapi pengganti ginjal akan dilatih dalam periode waktu

tertentu (biasanya 3 – 6 hari) tentang prosedur pelaksanaan CAPD dirumah, hal-hal

yang perlu diperhatikan terkait dialisat, keseimbangan cairan, mencatat status cairan

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 23: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

5 Universitas Indonesia

serta gejala yang perlu segera dilaporkan atau datang berkonsultasi. CAPD walaupun

relatif mudah dalam pelaksanaannya, dapat menimbulkan berbagai komplikasi.

Komplikasi yang tersering adalah peritonitis dan komplikasi teknik berupa gangguan

aliran dialisat dan kebocoran dialisat.

Timbulnya berbagai komplikasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor risiko

tersebut antara lain umur, lama menjalani CAPD, kepatuhan pasien terhadap prosedur

standar, higienitas pasien dan penolongnya saat memulai dan mengakhiri tindakan

CAPD, status nutrisi, support system dan fasilitas perawatan CAPD di rumah (Thomas

2002; Kallenbach, 2005; NIDDK, 2006; Yetti, 2007).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat masalah”faktor- faktor

risiko apa yang dapt menimbulkan komplikasi CAPD pada pasien di RSUD DR.

Moewardi Surakarta dan RSUP DR. Sardjito Yogyakarta”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor risiko terhadap komplikasi CAPD pada pasien gagal ginjal terminal.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden yang menjalani CAPD (umur, jenis

kelamin, pendidikan, lama menjalani CAPD dan penyebab gagal ginjal terminal)

b. Mengidentifikasi komplikasi yang dialami responden yang menjalani CAPD

c. Menjelaskan hubungan karakteristik responden (umur dan lama menjalani CAPD),

kepatuhan responden terhadap prosedur standar, higienitas responden dan

penolong, status nutrisi, support system dan fasilitas perawatan dengan komplikasi

CAPD

d. Mengetahui faktor risiko yang paling besar terhadap terjadinya komplikasi CAPD

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk Pelayanan Keperawatan

a. Rumah sakit dapat melakukan pembaharuan Standar Operasional Prosedur (SOP)

pasien CAPD terutama tentang evaluasi berkala kemampuan pasien dan keluarga

dalam perawatan CAPD dirumah

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 24: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

6 Universitas Indonesia

b. Perawat dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memberikan

pendidikan kesehatan yang tepat sasaran pada pasien calon CAPD

1.4.2 Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan dan Penelitian

a. Memperkuat dukungan teoritis bagi pengembangan ilmu Keperawatan Medikal

Bedah, khususnya tentang faktor risiko terhadap terjadinya komplikasi CAPD

b. Sebagai acuan data dasar bagi penelitian selanjutnya dalam bidang Keperawatan

Medikal Bedah khususnya tentang faktor risiko terhadap terjadinya komplikasi

CAPD

1.4.3 Manfaat Bagi Perawat Spesialis Medikal Bedah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi evidence based practiced dalam praktik

keperawatan pasien CAPD dan menjadi acuan bagi perawat spesialis untuk

memperbaiki protokol perawatan pasien yang menjalani CAPD.

1.4.4. Manfaat Bagi Peneliti dan Pasien

a. Peneliti dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mengeksplorasi tentang

CAPD dan meningkatkan kemampuan dalam proses penelitian

b. Pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang optimal dan pendidikan kesehatan

yang lebih tepat sasaran berdasarkan kondisinya.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 25: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

7 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mengungkapkan dasar-dasar teori yang berkaitan dengan Continuous

Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan Komplikasi CAPD seperti

tercantum dalam judul penelitian. Selanjutnya akan dibahas pula tentang peran

perawat dan diakhiri dengan kerangka teori.

2.1 Continuous Ambulatory Peritoneal Dialisis

2.1.1 Pengertian

CAPD adalah salah satu bentuk peritoneal dialysis (PD) untuk pasien dengan

gagal ginjal terminal, yaitu suatu proses dialisis dimana rongga peritoneal

berperan sebagai reservoir bagi dialisat dan peritoneum berfungsi sebagai

membran dialisis semipermeabel yang memisahkan dialisat dalam rongga

peritoneum dan plasma darah dalam pembuluh darah peritoneum. Membran

peritoneum ini akan mengeluarkan kelebihan cairan dan larutan termasuk zat-

toksin uremia yang tertimbun dalam darah, masuk ke dialisat yang selanjutnya

akan dikeluarkan dari tubuh (Kallenbach, et al. 2005; Parsudi,Siregar & Roesli,

2006; Black & Hawks, 2009).

2.1.2 Seleksi Pasien Untuk CAPD

Seleksi pasien menjadi pertimbangan penting untuk mencapai suksesnya terapi

PD. Seleksi ini untuk mencegah peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas.

Pada tahun awal PD, seleksi utama diberikan pada pasien yang tidak

memungkinkan dilakukan hemodialisa. Contohnya pada pasien dengan akses

vaskular yang tidak baik, kontrol biokimia rendah dengan hemodialisis (HD) dan

nilai kreatinin serum tinggi pada predialisis dan pasien dengan anemia berat (Hb

< 5 g/dl) dengan transfusi darah yang sering, pasien dengan kontrol hipertensi

yang rendah, pasien yang mengalami peningkatan berat badan diantara waktu

dialisis, pasien dengan komplikasi metabolik dan neurologis. Saat ini pasien

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 26: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

8 Universitas Indonesia

dengan kecepatan larutan membrane lambat atau rata-rata tepat dilakukan CAPD,

juga pasien yang memungkinkan dilakukan dialisis di rumah, memiliki

komplikasi kardiovaskuler, pasien dengan akses vaskuler jelek, pasien dengan

hipertensi berat, pasien dengan diagnosis anemia dan pasien yang akan bepergian

(Thomas & Smith, 2002).

2.1.3 Proses dan Prosedur CAPD

CAPD akan efisien bila dilakukan 24 jam per hari dan 7 hari per minggu sehingga

adekuat untuk mempertahankan pasien dengan diagnosis gagal ginjal terminal.

Pada umumnya pasien memerlukan rata-rata 4 kali pergantian cairan per hari

disesuaikan dengan waktu yang paling enak bagi pasien dengan syarat dwell time

tidak boleh kurang dari 4 jam karena dalam waktu 4 jam baru akan terjadi

keseimbangan kadar ureum antara plasma darah dan cairan dialisat. Pada CAPD,

1,5-2 L dialisat dimasukkan ke dalam rongga peritonium (Black & Hawks, 2009).

Cairan dibiarkan dalam rongga peritonium selama 4-6 jam (dwell time) di siang

hari (Nolph & Khanna, 2009) dan 8 jam pada malam hari (Black & Hawks,

2009).

Pergantian cairan pada CAPD dilakukan secara manual mengandalkan gaya

gravitasi untuk mengalirkan cairan masuk dan keluar dari peritoneum

(Heimburger & Blake, 2007). Rata-rata CAPD dilakukan 4 kali per hari namun

ada juga yang 5 kali per hari tergantung kondisi dan kemampuan pasien

berdasarkan kesimpulan anamnesa dokter. Sebagai contoh pergantian dapat

dilakukan pada waktu sarapan, makan siang dan makan malam dengan

penggantian terakhir menjelang tidur. Tiap penggantian membutuhkan waktu 20-

30 menit (Thomas & Smith, 2002). 10-15 menit untuk mengeluarkan cairan dari

peritonium dan 10-15 menit memasukkan cairan dialisat baru.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 27: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

9 Universitas Indonesia

Gambar 2.1 Proses Pengeluaran Cairan Dialisat Dari Peritonium

Sumber: http://www.renalresource.com/images/ipdcapd.jpg

Pada pedoman pelayanan CAPD yang dikeluarkan oleh DEPKES RI, (2008)

disebutkan tentang prosedur CAPD sebagai berikut: pertama, pemasangan kateter

Tenckhoff (intraperitoneal) dilakukan oleh dokter spesialis bedah, spesialis

penyakit dalam (SpPD) atau Konsultan Ginjal Hipertensi (KGH) yang terlatih

bersama perawat CAPD. Kedua, penggantian cairan CAPD dilakukan 3-4 kali

sehari atau sesuai dengan berat badan. Proses ini dilakukan secara terus-menerus

dengan teratur. Ketiga, memperhatikan kateter exit-site, merawat dan mencegah

infeksi. Pasien mencatat dalam buku catatan: jumlah cairan masuk dan keluar,

masalah yang terjadi dalam prosedur ini, memperhatikan cairan yang keluar

(dalam hal kejernihan, kelainan pada cairan dialisat serta tanda-tanda infeksi).

Keempat, konsultasi dengan dokter SpPD KGH setiap 1-2 bulan dengan

memperlihatkan buku catatan dan untuk memperoleh resep dialisat serta obat-

obatan yang diperlukan. Kelima, tiap 6 bulan dilakukan penggantian transfer set

oleh perawat CAPD terlatih.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 28: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

10 Universitas Indonesia

Gambar 2.2 Prosedur CAPD

Sumber: Baxter, 2009

2.1.4 Kontraindikasi CAPD

Kontraindikasi pada CAPD adalah penyakit diskus lumbalis, hipertrigliseridemia

familial, hernia pada dinding abdomen (perlu perbaikan dulu) dan pasien yang

tidak bisa bekerja sama. Diperlukan kehati-hatian dalam melakukan CAPD bila

ada perlengketan yang luas, distensi usus, kelainan abdomen yang belum

terdiagnosis, luka bakar dan lain-lain.

2.2 Komplikasi Pada CAPD

Menurut Mosby’s Medical Dictionary (2009), komplikasi merupakan suatu

penyakit atau luka yang berkembang selama perawatan dari penyakit/gangguan

fungsi tubuh yang sudah ada sebelumnya. Contohnya adalah infeksi bakteri yang

diperoleh oleh orang yang lemah akibat infeksi virus. Komplikasi ini seringkali

akan mengubah prognosis. Pengertian lain dari komplikasi yaitu satu atau lebih

penyakit yang timbulnya bersamaan dengan penyakit lain atau cedera atau

gangguan yang terjadi pada pasien dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya

(Keane, 2003). Melihat definisi diatas, komplikasi CAPD dapat diartikan sebagai

penyakit/gangguan fungsi tubuh yang timbul selama penggunaan CAPD.

Komplikasi pada CAPD dapat dibagi menjadi komplikasi teknis dan komplikasi

medis.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 29: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

11 Universitas Indonesia

2.2.1 Komplikasi Teknis

Bukan merupakan komplikasi serius dan mudah diatasi. Komplikasi ini meliputi

bocornya cairan dialisat, sumbatan pada saat masuk atau keluarnya dialisat,

kesalahan letak kateter, dan lain-lain (Parsudi, Siregar & Roesli, 2006)

2.2.1.1 Gangguan Aliran Dialisat

Konstipasi menjadi penyebab aliran masuk atau aliran keluar yang terganggu pada

PD. Untuk mencegah konstipasi, dokter biasanya meresepkan obat mengatasi

konstipasi sebelum memasang kateter PD. Dilakukannya enema sebelum memulai

PD juga dapat mencegah masalah aliran. Diet tinggi serat dan tempat duduk lunak

tanpa sandaran diperlukan untuk mencegah konstipasi. Penyebab lain dari

gangguan aliran termasuk kekakuan atau terjepitnya koneksi tubing, posisi pasien,

terbentuknya bekuan fibrin dan kateter PD yang tidak pada posisinya (Thomas

dan Smith, 2002).

Harus dipastikan bahwa kantong drainage lebih rendah dari abdomen pasien

untuk meningkatkan aliran gravitasi saat mengeluarkan cairan dialisat dari rongga

peritonium. Diperhatikan juga koneksi tabung dan sistem PD apakah kaku atau

tergulung, dan yakinkan bahwa jepitan dibuka. Jika aliran masuk dan keluar

masih tidak adekuat, reposisikan pasien untuk menstimulasi aliran masuk dan

aliran keluar. Ubah posisi pasien pada sisi lain atau yakinkan bahwa pasien dalam

posisi sejajar yang tepat. Posisi supine rendah - posisi Fowler mengurangi tekanan

intra abdominal. Peningkatan tekanan intra abdominal dari posisi duduk dan

berdiri atau batuk akan berkontribusi pada terjadinya kebocoran kateter pada PD.

Terbentuknya bekuan fibrin dapat terjadi setelah kateter PD terpasang atau pada

onset peritonitis. Dengan memerah tabung kateter akan mengeluarkan bekuan

fibrin dan meningkatkan aliran. X-Ray diperlukan untuk mengetahui posisi katater

PD. Jika terjadi kesalahan tempat/displacement, maka dokter akan mereposisinya

(Thomas dan Smith, 2002).

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 30: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

12 Universitas Indonesia

2.2.1.2 Kebocoran Dialisat

Kebocoran dialisat dapat terlihat apabila cairan bening keluar dari akses keluar.

Ketika dialisis pertama sekali dilakukan, volume kecil dialisat dialirkan. Ini

berlangsung 1-2 minggu untuk mentoleransi penuh 2 liter pertukaran cairan tanpa

kebocoran pada kateter. Kebocoran ini lebih sering terjadi pada klien obesitas dan

diabetes, lanjut usia, dan penerima steroid dalam jangka lama. Selama kebocoran

kateter, kemungkinan pasien akan dialihkan pada hemodialisa (HD).

2.2.1.3 Komplikasi lain

Ketika PD dimulai pertama kali, aliran keluar mungkin berdarah atau sedikit

berdarah. Kondisi ini normal dalam 1-2 minggu. Setelah PD stabil, haluaran akan

tampak bersih, dan sedikit kuning cerah. Perlu diobservasi dan dicatat terhadap

berbagai perubahan warna cairan yang keluar. Cairan yang keluar berwarna

coklat menunjukkan adanya perforasi usus. Jika keluaran sama dengan warna

urine, dan sama dengan konsentrasi glukosa, kemungkinan perforasi bladder perlu

dikaji. Cairan yang keluar keruh atau opak mengindikasikan adanya infeksi.

2.2.2 Komplikasi Medis

Komplikasi ini rata-rata dapat diatasi dengan mudah. Komplikasi ini meliputi

peritonitis, hipotensi, keluhan gastrointestinal (mual, muntah, hilangnya nafsu

makan), sakit pada bahu dan sakit tulang punggung, kram, perasaan lelah, infeksi

kulit sekitar tempat masuknya kateter, dan perasaan sakit di abdomen/hernia.

2.2.2.1 Peritonitis

Peritonitis merupakan inflamasi rongga peritoneal (Kelman & Watson, 2006).

Merupakan komplikasi paling sering ditemui (Ignatavicius and Workman, 2006).

Penyebab tersering adalah kontaminasi pada koneksi. Diagnosis peritonitis

ditegakkan apabila ada tiga gejala berikut: nyeri pada abdominal, cairan tampak

berembun, dan hasil positif pada kultur dari cairan peritoneal yang keluar.

Peningkatan sel darah putih lebih dari 100/mm3 dan lebih dari 50% netrofil juga

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 31: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

13 Universitas Indonesia

menguatkan diagnosis (Kelman & Watson, 2006). Manifestasi lain dari peritonitis

ini termasuk demam, abdominal menjadi kaku, malaise umum, mual dan muntah.

Cairan yang keluar opak merupakan tanda awal peritonitis.

Penelitian Supono, 2008 menunjukkan bahwa status nutrisi dan kemampuan

perawatan menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap terjadinya peritonitis

pada pasien yang menjalani CAPD. Txzamaloukas & Quintana (1990)

melaporkan bahwa peritonitis terjadi pada pasien yang berusaha memperbaiki

obstruksi kateter dengan meniup lumen. Rute transmisi mikroorganisme penyebab

peritonitis dapat melalui periluminal, transluminal, transmural, transvaginal dan

hematogen. Peritonitis juga dapat diakibatkan oleh faktor lingkungan termasuk

kontaminasi air dari shower dan saat berenang, terkontaminasi oleh minyak dan

organisme yang ada pada binatang (Cooke Kodjo, Clutterbuck & Bamford, 2004;

Flynn Meislich. Kaiser, Polinsky, & Baluarte, 1996; Kanaan et all., 2002;

Sivaraman, 1999; Vas& Oreopoulus, 2001 dalam Kelman dan Watson, 2006).

Mikroorganisme yang menyebabkan peritonitis ini dapat berupa gram-positif,

gram negatif, jamur dan kombinasi mikobakterium. Kontaminasi sentuhan dengan

organisme S. Aureus dan S. Epidermidis juga dapat terjadi pada saat mengakhiri

prosedur. Vas & Orepoulus (2001) dalam Kelman dan Watson (2006) menyatakan

bahwa masa inkubasi peritonitis dapat terjadi 6-48 jam walaupun sulit untuk

menduga waktu yang tepat. Sumber bakteri lain penyebab peritonitis terdapat

pada biofilm yang terdapat pada bagian dalam permukaan kateter peritoneal.

Untuk mencegah peritonitis ini dilakukan dengan menggunakan tehnik steril

selama perawatan kateter pada PD dan saat menggantung atau menjepit tas

dialisat. Pengobatan peritonitis meliputi pembilasan, pemberian antibiotik,

managemen nyeri dan dukungan psikologis kepada pasien dan penolong.

Pengobatan harus dilakukan segera mungkin untuk mencegah perburukan. The

International Society for Peritoneal Dialysis USA, merekomendasikan

penggunaan antibiotik spektrum luas untuk bakteri gram positif dan gram negatif.

Untuk bakteri gram positif dapat diberikan dengan generasi pertama

cephalosporin yaitu cefazolin dan gram negatif dengan generasi ketiga

cephalosporin yaitu ceftazidime atau aminoglycosida seperti tobramycin. Untuk

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 32: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

14 Universitas Indonesia

memelihara fungsi residual ginjal pada individu dengan urine 100 ml/24 jam lebih

dipilih aminoglycosida karena cephalosporin lebih nephrotoxic (ISPD, 2005

dalam Kelman dan Watson, 2006).

2.2.2.2 Nyeri

Nyeri terjadi selama pemasukan dialisat pada saat pertama kali mendapat terapi

PD. Biasanya terjadi tidak lama seminggu - 2 minggu setelah PD. Nyeri juga

dapat terjadi karena kateter mengenai dinding pelvic, kecepatan infus dialisat,

hiperosmolaritas dialisat dan keasaman dialisat. Nyeri ini juga akan dipengaruhi

oleh suhu dingin dialisat sehingga dialisat perlu dihangatkan sebelum diberikan

pada pasien. Untuk mengatasinya maka infus dialisat perlu diperlambat,

penambahan NaHCO3 (Natrium bikarbonat) untuk meningkatkan pH, pemberian

anastesi lokal (2% Lidokain, 3-5 ml/L dialisat Intra Peritoneal) dan replacement

kateter (Kalllenbach et al. 2005).

2.2.2.3. Kehilangan protein

Sekitar 5-10 gram protein hilang ke dalam cairan dialisat setiap hari, sehingga

asupan protein harus dapat mengompensasi hal ini. Dibutuhkan protein sebanyak

1-1,2 g/kg BB/hr. Penggunaan cairan dialisat yang mengandung asam amino

dapat berguna. Pada keadaan peritonitis, kehilangan protein meningkat sekitar

20 g/hari. (Callaghan, 2007; Thomas, 2002). Berkurangnya protein ini dapat

dilihat dengan terjadinya hipoalbumin. Nilai albumin serum normal yaitu 3,4-4,8

g/dl. Sedangkan disebut hipoalbumin apabila nilai albumin serum < 3,4 (Data

Primer RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2011).

2.2.2.4 Infeksi pada akses keluar dan tunnel

Akses keluar PD seharusnya bersih, kering dan tanpa nyeri atau inflamasi. Infeksi

pada akses keluar (ESIs) dapat terjadi pada semua tipe PD. Infeksi ini sulit diatasi

dan dapat menjadi kronik. Infeksi pada akses keluar dan tunnel dapat menjadi

peritonitis, kegagalan kateter, dan membutuhkan rawat inap. Kebocoran dialisat

dan tarikan atau kateter membelit, merupakan predisposisi klien ESIs.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 33: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

15 Universitas Indonesia

Pemeriksaan gram dengan zat warna dan kultur perlu dilakukan jika akses keluar

tampak purulen.

Infeksi tunnel terjadi pada bagian kateter dari kulit ke stuff. Manifestasinya berupa

kemerahan, lembek dan nyeri. ESIs diobati dengan antimikroba. Infeksi cuff yang

dalam biasanya ditangani dengan mencabut kateter.

Gambar 2.3 Infeksi Tunnel

Sumber:

http://www.advancedrenaleducation.com/Portals/0/JPEG/Tunnel%2520infec.jpg

&imgrefurl

2.2.2.5 Peningkatan Tekanan Intra Abdominal

Peningkatan tekanan intra abdominal terjadi karena banyaknya volume cairan

pada rongga peritoneal. Tekanan ini akan semakin meningkat apabila pasien

melakukan aktivitas berat dan juga pada kondisi batuk. Peningkatan tekanan intra

abdominal yang terus-menerus dapat meningkatkan terjadinya hernia yaitu hernia

inguinal, insisional, diapragmatik atau umbilikal, dan juga mengakibatkan

kebocoran dialisat di sekitar exit site kateter.

Adanya edema pada labia bagi wanita, skrotum serta penis bagi pria adalah

komplikasi yang diakibatkan oleh kebocoran dialisat yang mengenai jaringan

lunak. Tindakan yang tepat adalah dengan menghentikan PD untuk sementara

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 34: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

16 Universitas Indonesia

waktu (biasanya selama 1 minggu). Hernia dan kebocoran mungkin perlu

tindakan pembedahan.

Pada kondisi kebocoran dialisat di exit site, PD harus dihentikan sesegera

mungkin. Hal ini terkait adanya larutan kaya glukosa pada daerah luka yang dapat

meningkatkan terjadinya risiko infeksi. Adanya kebocoran dapat diketahui dengan

menggunakan stik tes urine atau strip reagen glukosa pada exit site. Waktu normal

penyembuhan kebocoran dialisat ini adalah 2 minggu, namun dapat meningkat

pada kondisi diabetes, uremic berat dan malnutrisi. Selama proses penyembuhan,

pasien akan dipindahkan untuk menjalani hemodialisa.

2.3. Faktor Risiko Terjadinya Komplikasi CAPD

2.3.1. Usia

Usia lanjut akan mengalami berbagai penurunan fungsi tubuh dan rentan terhadap

berbagai penyakit. Menurut Holley & Section (2000) dan Peso, et al (2003),

bahwa usia lanjut signifikan menyebabkan terjadinya hernia pada saat CAPD.

2.3.2. Lama Menjalani CAPD

Semakin lama pasien telah menjalani CAPD maka akan terjadi peningkatan

pengetahuan dan wawasan terhadap CAPD yang dilakukan. Hal ini akan

mempengaruhi pada kemampuan pasien dalam mencegah berbagai komplikasi

yang dapat terjadi dalam pemakaian CAPD. Penelitian Nolph (1985) dalam

mengamati pasien yang menjalani CAPD dalam tiga tahun pertama ditemukan

terjadinya peritonitis, infeksi exit site dan catheter replacement. Pollock (1989)

juga menemukan terjadinya peritonitis pada 2-3 tahun pertama pemakaian CAPD

di Australia.

2.3.3. Kepatuhan Pasien terhadap Prosedur Standar

Selama pasien dalam masa training, prosedur standar pengelolaan CAPD

dirumah, yaitu mengganti cairan dialisat dan mengenal tanda-tanda peritonitis

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 35: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

17 Universitas Indonesia

serta penggunaan emergency call sudah dijelaskan. Apabila pasien patuh dalam

mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan tersebut, dapat menghindari

terjadinya berbagai komplikasi yang tidak diinginkan (Frenesius Medical Care,

2004).

2.3.4. Higienitas Pasien dan Penolongnya saat Memulai dan Mengakhiri Tindakan

CAPD

Higienitas pasien dan penolongnya sangat penting untuk mencegah terjadinya

berbagai infeksi. Sebelum melakukan pergantian cairan dialisat, pasien perlu

menutup pintu, jendela dan mematikan kipas/AC. Kebersihan exit-site harus

dipertahankan setiap hari untuk mencegah terjadinya infeksi peritonitis dan

infeksi exit site (Tambunan, 2008). Kebersihan personal tiap hari meliputi mandi

sedikitnya dua kali per hari. Kebersihan gigi dan mulut serta berganti pakaian.

Peralatan CAPD harus disimpan di tempat yang dingin, bersih dan kering.

Harus diperhatikan apakah ada kontaminasi pada kantung cairan dialisat sebelum

digunakan. Pasien harus menyediakan tempat bersih, kering tiap kali melakukan

pergantian cairan dialisat. Pasien dan atau penolong harus mencuci tangan tiap

kali akan menyentuh kateter. Exit site perlu dicuci dengan antiseptik tiap hari.

Pasien dan penolong menggunakan masker ketika melakukan penggantian cairan

dialisat (NIDDK, 2006). Pasien juga tidak boleh menggaruk atau menaburkan

bedak pada area disekitar exit site (Frenesius Medical Care, 2004).

2.3.5. Status Nutrisi

Pasien dengan CAPD sering mengalami malnutrisi akibat kehilangan asam amino

dan protein pada cairan dialisat (Park 2006). Banyak penyebab terjadinya status

nurisi yang tidak adekuat pada pasien CAPD. Selain diet yang tidak adekuat, yang

dapat menyebabkan berat badan menurun, massa otot berkurang dan

hipoalbuminemia pada pasien, juga dapat terjadi karena proses inflamasi, uremia,

asidosis metabolik, respon insulin yang tidak adekuat, kehilangan darah dan

proses CAPD itu sendiri. Asupan makanan yang tidak adekuat ini bisa sekunder

akibat sindrom uremia, tidak selera karena perubahan rasa, dan depresi. Asidosis

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 36: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

18 Universitas Indonesia

metabolik menstimulasi degradasi protein di otot (Saxena & Sharma, 2004; Mitch,

2006).

Harus diingat bahwa perubahan kecil pada metabolisme protein ini akan

menyebabkan kehilangan cadangan protein yang nyata bila berlangsung

berminggu-minggu, karena laju sintesis dan degradasi protein akan jauh berbeda.

Penelitian Teehan, 1990 menemukan bahwa kadar albumin serum yang rendah

berbanding lurus dengan lamanya rawat inap. Hipoalbumin diketahui merupakan

prediktor kuat penyebab kematian dibandingkan dengan usia, lamanya CAPD

dan penggunaan konsentrasi cairan dialisis. Menurut Jones (2003), terjadinya

hipoalbuminemia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain timbulnya infeksi

pada CAPD, masukan yang tidak adekuat, usia, lama telah menjalani CAPD dan

penggunaan konsentrasi cairan dialisat.

Konsentrasi cairan dialisat yang tersedia saat ini didistribusikan oleh Baxter yaitu

yaitu 1,5 %, 2,5% dan, 4,5%. Cairan dengan konsentrasi lebih tinggi akan

mengambil kelebihan air lebih banyak dari cairan yang konsentrasinya lebih

rendah. Penggunaannya akan mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit

termasuk nilai albumin pasien CAPD. Dengan konsentrasi yang makin tinggi

akan banyak pula albumin yang dapat terbuang pada cairan dialisat (Baxter,

2002).

Beberapa cara untuk menilai status nutrisi sebagai berikut:

2.3.3.1. Berat Badan dan Indeks Massa tubuh (IMT)

Pada pasien CAPD, IMT merupakan alat skrining yang berguna dalam

mengevaluasi status nutrisi. IMT dihitung dengan rumus berat badan dalam kg

dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat. IMT dibagi atas: < 18,5 kg/m2 (berat

badan kurang/underweight), 18,5-24,9 kg/m2 (normal), 25-29,9 kg/m

2 (berat

badan lebih/overweight), ≥ 30 kg/m2 (obese). IMT dilakukan berdasarkan berat

badan setelah dialisis atau berat badan kering (dry weight) untuk meminimalkan

efek berat air sehubungan dengan retensi cairan.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 37: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

19 Universitas Indonesia

Studi yang menggunkan IMT sebagai petanda nutrisi melaporkan bahwa IMT

tidak dapat dipakai untuk membedakan massa otot dan jaringan lemak (Beddhu,

2003). Pasien yang mengalami IMT yang rendah atau penurunan IMT, perlu

diperiksa komposisi tubuhnya untuk mengidentifikasi dan mengobati secara dini

hilangnya Fat Free Mass (FFM), demikian juga pada IMT untuk menyakinkan

bahwa FFM masih normal (Schmidt &Salahudeen, 2007).

2.3.3.2. Lingkar Lengan Atas dan Triceps Skinfold Thickness (TST)

Pengukuran dilakukan setelah CAPD yaitu saat berat badan kering. Dilakukan

pada lengan yang tidak ada luka atau stroke (Kimmel, 1995). Posisi lengan paralel

dengan tubuh dan siku membentuk sudut 900. Dengan pita yang fleksibel lingkar

lengan atas tengah diukur dengan pendekatan 0,1 cm. Nilai normal untuk laki-laki

25-27 cm, untuk perempuan 21-23 cm. Sedangkan TST diukur ditengah sisi

belakang dari lengan atas kanan dengan posisi lurus paralel dengan tubuh, kaliper

pengukur dijepitkan ke kulit dan subkutan (jaringan mengenai otot). Nilai dicatat

dengan pendekatan 0,1 mm. Nilai normal untuk laki-laki 12,5 mm, untuk

perempuan 16,5 mm. Pengukuran lingkar lengan atas dan TST berguna untuk

menilai perubahan jaringan lemak subkutan jangka lama, pengukuran bisa salah

pada perubahan akut cadangan glikogen, lemak dan adanya edema (Howell,

1998).

2.3.3.3. Laboratorium

Pemeriksaan seperti prealbumin, albumin, kreatinin, feritin dan transferin serum

dapat digunakan untuk menilai status nutrisi (Fleischmann, 1999). Pada studi

Fleischmann (1999) nilai prealbumin, albumin, kreatinin dan transferin dijumpai

lebih tinggi pada pasien berat badan lebih (overweight) dan paling rendah pada

berat badan kurang (underweight). Hipoalbuminemia pada pasien CAPD tidaklah

harus menunjukkan malnutrisi. Transferin serum merupakan petanda yang lebih

sensitif dibanding albumin untuk menilai status nutrisi (sehubungan dengan waktu

paruhnya yang singkat), tetapi interpretasi transferin sering sulit karena

meningkatnya kebutuhan zat besi yang diinduksi oleh perdarahan kronis dan

terapi eritropoetin. Feritin serum dijumpai lebih tinggi secara statistik bermakna

pada pasien yang memiliki berat badan kurang dibandingkan dengan berat badan

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 38: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

20 Universitas Indonesia

normal (Fleischmann, 1999). Rendahnya kadar kreatinin serum menunjukkan

asupan protein yang rendah dan atau hilangnya massa otot skeletal dan ini

berhubungan dengan meningkatnya mortalitas. Tetapi kreatinin serum sebagai

indikator malnutrisi belum dipastikan (Saxena & Sharma, 2004).

2.3.6. Fasilitas Keperawatan

Pasien yang telah memutuskan menjalani CAPD dirumah perlu menyediakan

tempat khusus untuk menyimpan fasilitas perawatan CAPD. Fasilitas perawatan

ini harus cukup memadai dalam mencegah infeksi dan memenuhi kebutuhan

pemasangan dan penggantian cairan dialisat. Fasilitas tersebut diantaranya tempat

cuci tangan menggunakan air mengalir, tersedianya kamar khusus untuk

melakukan penggantian cairan dialisat dan perawatan exit site, lampu penerangan

dalam ruangan harus cukup untuk menerangi saat pasien melakukan penggantian

cairan dialisat/perawatan exit site (NIDDK, 2006).

2.3.7. Support system

Support system dapat diartikan sebagai bantuan yang diterima dalam situasi

kehidupan yang sulit. Support system disebutkan oleh Mindfull (2008) dalam

Epuhik (2009) sebagai "ketersediaan” yang dirasakan seseorang yang

mempercayai individu dan yang membuat dia merasa diperhatikan dan dihargai

sebagai orang. Support system dapat berfungsi dalam mengurangi stress sebab

dengan adanya interaksi, seseorang dapat berfikir lebih realistis dan mendapatkan

perspektif lain sehingga dapat lebih memahami penyakitnya. Secara teoritis

support system juga dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang

dapat mengakibatkan stress (Lieberman, 1992).

Support system bagi pasien yang menjalani CAPD terutama dari pasangan

hidup/keluarga. Support system ini terutama penting bagi pasien untuk memberi

semangat pada pasien dalam mengatasi rasa sakit dan beradaptasi terhadap

lingkungan (Asti, 2006). Pada pasien tanpa pasangan atau keluarga, dapat terjadi

perasaan kesepian dan depresi terhadap CAPD yang harus dijalani seumur hidup,

sehingga support system baik dari perawat maupun kelompok pendukung dan atau

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 39: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

21 Universitas Indonesia

pihak-pihak yang peduli menjadi sangat penting untuk mencegah perburukan fisik

maupun psikis.

2.4 Peran Perawat selama PD

Mencegah, mengendalikan dan mengatasi komplikasi perlu dilakukan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah perburukan. Perawat sebagai

bagian dari tim pelayanan CAPD bertanggung jawab dalam perawatan predialisis,

rawat inap, sebelum dan selama pelatihan CAPD, serta pada saat pasien di rumah

(Yetti, 2007). Perawat CAPD harus memiliki sertifikat yang didapat dari pelatihan

CAPD yang bertujuan untuk memandirikan pasien dan keluarga dalam

melakukan CAPD dan menghindari terjadinya komplikasi.

2.4.1 Asuhan Predialisis

Sebelum klien mendapat terapi CAPD, perawat harus mengevaluasi dan

mengingatkan kembali pemahaman pasien terkait pilihan terapi pengganti ginjal

meliputi kelebihan dan keterbatasannya, metode, memastikan perawatan yang

tepat sebelum implantasi kateter Tenckhoff (Yetti, 2007) dan pemilihan

letak/tempat kateter (Tambunan, 2008). Pemilihan yang tepat dan penerimaan

terapi CAPD oleh pasien akan menentukan efektivitas pemberian edukasi

(Thomas & Smith, 2002).

Komponen-komponen pokok yang menjadi perhatian Perawat pada Fase Pre-

dialisis adalah:

a. Merupakan keinginan dan pilihan pasien sendiri (Yetti, 2007)\

Pada tahap ini, perawat sangat menghargai harkat dan martabat serta hak

hidup pasien, karena pasien yang akan menjalani kehidupan dengan berbagai

masalah yang berhubungan dengan kesehatan dirinya. Jika pasien telah

menentukan pilihan terapi pengganti ginjal, maka perawat memberikan

dukungan & penjelasan secara objektif tentang terapi CAPD.

b. Terapi CAPD diberikan berkesinambungan 3-4x per hari dengan 1-2 liter

cairan dialisat (Nolp & Gokal, 2009). Oleh karenanya diperlukan peran aktif

pasien terhadap pengenalan diri dan memandirikan pasien unuk penggantian

cairan dialisat.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 40: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

22 Universitas Indonesia

c. Lakukan pengkajian perkiraan kebutuhan cairan dialisat, karena setiap pasien

mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda

d. Perawat memperhatikan kemungkinan terjadinya penyulit yang harus

dihindari sebelum pelaksanaan terapi CAPD

2.4.2. Rawat Inap

Rawat inap pada terapi CAPD bertujuan untuk mempertahankan implantasi

kateter Tenckoff dan inisiasi program CAPD sesuai perencanaan medis (Yetti,

2007). Dalam tahap ini, pasien telah dilakukan pemasangan CAPD dan saatnya

pemberian edukasi (Tambunan, 2008). Edukasi terstruktur yang diberikan

meliputi penjelasan tehnik aseptik, exit-site care incisional dan perawatan kateter,

identifikasi kebebasan untuk mengangkat, berolahraga dan mandi, ajarkan cara

mengenal tanda/gejala infeksi dan pencegahan serta emergency call petugas

CAPD dan jelaskan pula cara mengatasi rasa sakit.

Pasien yang dirawat di rumah sakit secara rutin dimonitor oleh perawat. Diperiksa

tanda-tanda vitalnya, yaitu tekanan darah, nadi apikal dan radial, temperatur,

kualitas respirasi dan bunyi nafas tiap 15-30 menit.

Check dressing pada area akses keluar setiap 30 menit terhadap kebasahan selama

prosedur. Monitor waktu penggunaan dan inisiasi outflow. Periksa kadar glukosa

pada klien yang mengabsorpsi glukosa.

Observasi pola outflow (outflow harus mengalir secara kontinyu setelah jepitan

dibuka). Catat dengan akurat jumlah total outflow. Pertahankan akurasi inflow dan

outflow ketika PD per jam telah dilakukan.

2.4.3. Sebelum dan selama Pelatihan

Pelatihan yang diberikan bertujuan untuk memperoleh hidup yang berkualitas

(Yetti, 2007) serta mampu berpartisipasi aktif dalam pengembangan rencana

keperawatan baik pasien maupun keluarga (Tambunan, 2008). Sebelum

memberikan pelatihan perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien;

kemampuan konsentrasi, kondisi fisik, tingkat motivasi, tingkat kemampuan dan

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 41: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

23 Universitas Indonesia

pengembangan program pendidikan yang diberikan antara lain menyampaikan

informasi dasar tentang CAPD (anatomi fisiologi ginjal, proses penyakit, prosedur

pertukaran, komplikasi yang mungkin terjadi, mengenal vital sign dan cara

pemeriksaannya, perawatan kateter, emergency call bila dibutuhkan. Menjelaskan

terapi diet (mengkonsumsi makanan tinggi protein dan tinggi serat, membatasi

asupan karbohidrat), menjelaskan kembali tentang pentingnya tindak lanjut untuk

pencegahan infeksi, menyediakan waktu untuk pasien mengungkapkan

perasaannya.

2.4.4. Perawatan Pasien Di Rumah

Perawatan pasien dirumah bertujuan untuk memandirikan pasien dan keluarga

dalam mengelola terapi CAPD secara aman dan efektif (Tambunan, 2008). Pada

tahap ini, perawat perlu mengulang kembali semua informasi yang pernah

diberikan pada pasien. Perawat juga mempersiapkan kontak timbal-balik dengan

pasien dengan menggunakan media yang tersedia, membuat jadwal kunjungan

rumah secara berkala.

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan konsep teori yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dikembangkan

kerangka teori yang akan menjadi panduan dalam mengembangkan kerangka

konsep penelitian. Kerangka teori pada penelitian ini dapat dilihat pada skema 2.1.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 42: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

24 Universitas Indonesia

Skema 2.1: Kerangka Teori

Gagal ginjal terminal

Penurunan GFR < 15

Terapi pengganti ginjal

Dialisis

CAPD

Dialisis Peritoneal

Terjadi komplikasi Tidak terjadi

Komplikasi

Komplikasi terkait

kateter Tenckhoff

Komplikasi terkait dialisat

pada rongga peritonium

1. Peningkatan

tekanan intra-

abdomen: hernia

2. edema

scrotum/labia

3. Udara dalam

peritoneum: nyeri

bahu

4. Hemoperitonium

5. Kehilangan

protein:

hipoalbunemia

6. Nyeri saat aliran

dialisat

1. Peritonitis

2. Infeksi pada akses

keluar dan tunnel

3. Nyeri perut

4. Kateter macet

5. Kebocoran dialisat

6. Malposisi kateter

7. Pembentukan fibrin

Sumber: Black (2009); Kallenbach et al (2005); Lameire & Mehta (2000); Nolph & Gokal (1994)

Thomas & Smith (2002) ; Yetti (2007) “telah diolah kembali”

Faktor risiko yang

berkontribusi terjadinya

komplikasi CAPD:

1. Umur

2. Kepatuhan pasien

terhadap prosedur

standar

3. Higienitas pasien dan

penolong saat

memulai dan

mengakhiri CAPD

4. Status nutrisi

5. Support system

6. Fasilitas perawatan

7. Lama menjalani CAPD

Transplantasi

ginjal

Hemodialisa

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 43: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

25 Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Pada Bab III ini akan menjelaskan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis

penelitian serta definisi operasional.

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan landasan berpikir untuk melakukan penelitian yang

dikembangkan berdasarkan teori yang sudah ada. Responden dengan diagnosis

gagal ginjal tahap akhir ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kurang dari 15%

yang mengakibatkan timbulnya peningkatan sisa metabolisme tubuh sehingga

memerlukan penanganan. CAPD sebagai bagian dari peritoneal dialisis dapat

dipilih sebagai terapi pengganti ginjal untuk mengambil alih sebagian fungsi

ginjal yang rusak (Kallenbach. et al, 2005; Thomas, 2002). Pada pelaksanaan

CAPD ini diharapkan tidak menimbulkan komplikasi. Namun demikian dapat saja

terjadi komplikasi pada responden yang menjalani CAPD (Cakir et al, 2008;

Kallenbach et al, 2005). Komplikasi yang terjadi dapat menimbulkan masalah

baru dan membahayakan responden serta menurunkan kualitas hidup.

Berbagai komplikasi yang dimaksud dalam penelitian ini terkait dengan proses

dialisis dengan menggunakan cairan dialisat dalam rongga perut dan keberadaan

kateter Tenckhoff. Komplikasi berkaitan dengan proses dialisis dengan

menggunakan cairan dialisat di rongga peritonium ini yaitu adanya hernia, edema

skrotum/labia, nyeri bahu, hemoperitonium, hipoalbuminemia dan nyeri saat

aliran dialisat. Komplikasi ini dapat observasi, ditanyakan dan berdasarkan buku

CAPD pasien. Sedangkan komplikasi terkait penggunaan kateter Tenckhoff antara

lain adanya peritonitis, infeksi pada akses keluar dan tunnel, nyeri perut, aliran

dialisat macet pada kateter, kebocoran dialisat, malposisi kateter dan pembentukan

fibrin.

Komplikasi ini juga dapat ditanyakan, diobservasi dan dilihat dari buku CAPD

pasien.Komplikasi yang terjadi atau tidak terjadi pada responden menjadi variabel

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 44: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

26 Universitas Indonesia

dependen. Variabe dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena variabel independen (Sugiono, 2011).

Adapun faktor yang berkontribusi dalam terjadinya komplikasi CAPD seperti

usia, kepatuhan responden terhadap prosedur standar, higienitas responden dan

penolong, fasilitas perawatan di rumah, lama menjalani CAPD, support system

dan status nutrisi yang akan diketahui dengan menggunakan kuesioner yang

dikembangkan berdasarkan konsep teori yang ada. Faktor resiko ini akan menjadi

variabel independen penelitian. Variabel independen merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiono, 2011).

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini meliputi hipotesis mayor dan minor.

Berdasarkan kerangka konsep penelitian tersebut diatas maka hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Umur

2. Lama menjalani CAPD

3. Kepatuhan pasien terhadap

prosedur standar

4. Higienitas pasien dan penolong

saat memulai dan mengakhiri

pengantian cairan dan perawatan

CAPD

5. Status nutrisi (LLA dan hasil

pemeriksaan Albumin serum)

6. Fasilitas perawatan

7. Support system

a. Terjadi Komplikasi

CAPD

b. Tidak terjadi

komplikasi CAPD

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 45: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

27 Universitas Indonesia

3.2.1 Hipotesis Mayor

Ada hubungan faktor resiko yang berkontribusi terhadap terjadinya komplikasi

CAPD dengan kejadian komplikasi CAPD pada pasien yang mengalami gagal

ginjal tahap akhir di RSUD DR. Moewardi Surakarta dan RSUP DR. Sardjito

Yogyakarta.

3.2.2 Hipotesis Minor

a. Ada hubungan antara karakteristik responden (umur dan lamanya

menjalani CAPD) dengan komplikasi CAPD

b. Ada hubungan antara kepatuhan responden terhadap prosedur standar

dengan komplikasi CAPD

c. Ada hubungan antara higienitas responden dan penolong saat memulai dan

mengakhiri tindakan CAPD dengan komplikasi CAPD

d. Ada hubungan status nutrisi responden dengan komplikasi CAPD

e. Ada hubungan antara support sistem dengan komplikasi CAPD

f. Ada hubungan antara fasilitas perawatan dengan komplikasi CAPD

3.3 Definisi Operasional

Defenisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau variabel-

variabel yang akan diteliti (Sastroasmoro & Ismail, 2010). Pada tabel dibawah ini

akan menjelaskan defenisi operasionel variabel, cara ukur, hasil ukur dan skala

ukur. Selengkapnya definisi operasional masing-masing variabel tercantum

dalam tabel 3.1

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur & Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

Independen

1 Umur Lama hidup

responden yang

dihitung

berdasarkan ulang

tahun terakhir

Cara ukur:

Wawancara.

Alat ukur: kuesioner

karakteristik

responden

Dalam tahun Interval

2

a. Lama Menjalani

CAPD

Lama responden

telah menggunakan

CAPD

Cara Ukur: melihat

data sekunder (buku

catatan harian

Dalam bulan Interval

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 46: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

28 Universitas Indonesia

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur & Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

CAPD/status

responden)

Alat Ukur: kuesioner

karakteristik

responden.

3 kepatuhan

responden

terhadap

prosedur standar

Kepatuhan

responden terhadap

prosedur standar

CAPD

Cara Ukur:

Wawancara.

Alat Ukur :

kuesioner berisi 10

pertanyaan tentang

prosedur standar

CAPD dirumah

Cut of point dgn

mean 44,23.

< 44,23: kurang

patuh (kode 1)

≥ 44,23: patuh

(kode 0)

ordinal

4 Higienitas

responden dan

penolong

Kebiasaan

responden dan atau

penolong dalam

menjaga kebersihan

saat pergantian

cairan dialisat

Cara ukur:

wawancara.

Alat Ukur:

Observasi/demonstra

si perilaku dalam

memelihara

higienitas saat

melakukan prosedur

CAPD dirumah

Cut of point.

Dengan

median.

< 42: kurang

baik (kode 1)

≥ 42 : baik

(kode 0)

ordinal

5

Pemeriksaan

Lingkar Lengan

Atas

Pengukuran

kecukupan nutrisi

responden dengan

mengukur lingkar

lengan atas

dan

dibandingkan

dengan ukuran

normal

Cara Ukur: ukur

lingkar lengan atas

kanan/kiri dengan

meteran pengukur

kemudian

dibandingkan dengan

nilai normal.

Alat ukur: meteran

Normal : 0

Laki-laki: 25-27

cm

Perempuan: 21-

23 cm

Tidak normal: 1

Laki-laki

< 25 dan > 27

cm

Perempuan: >

23 cm dan < 21

cm

Ordinal

6

Pemeriksaan

Albumin Serum

Pengukuran kadar

albumin dalam

darah

Cara Ukur:

Melihat hasil

pemeriksaan albumin

responden. Apabila

belum ada,

melakukan

pemeriksaan albumin

oleh petugas.

Alat Ukur: lembar

hasil laboratorium

Hipoalbumin =

jika nilai

Albumin < 3,4

(kode 1)

Normal 3,4-4,8

g/dl

(kode 0)

ordinal

7 Fasilitas

perawatan

Fasilitas perawatan

responden di rumah

meliputi ruangan

khusus, tempat

penyimpanan

dialisat dan

penerangan.

Cara Ukur:

wawancara

Alat ukur: Kuesioner

dengan empat

pertanyaan

Cut of point.

Dengan

median.

< 3 = kurang

baik (kode 1)

≥ 3 = baik

(kode 0)

Ordinal

8 Support system Keterlibatan

keluarga/care

Cara ukur:

wawancara.

Untuk

mengetahui

Ordinal

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 47: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

29 Universitas Indonesia

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur & Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

giver/kelompok

pendukung dalam

mengganti cairan

dialisat dan

membantu

responden selama

menjalani CAPD

Alat ukur: kuesioner

dengan 5 pertanyaan

orang yang

membantu

responden

dikategorikan

dengan

memberi kode:

1: sendiri

2:suami/istri/an

ggota keluarga

lain

3: teman

4: pembantu

Selanjutnya

peran support

system dinilai

berdasarkan

kuesioner

dengan cut of

point median

3,32.

≥ = 3,32

support baik

(kode 0)

< 3,32 = kurang

baik (kode 1)

Dependen

Komplikasi

CAPD

Satu atau lebih

penyakit atau

penyulit yang

timbul saat dan

selama menjalani

CAPD, meliputi

peritonitis, infeksi

exit site, malposisi,

aliran macet,

hipolbumin, nyeri,

pruritus, kram otot

dan hernia.

Cara Ukur: melihat

Data sekunder

(Catatan harian

CAPD) dan

anamnesa.

Alat Ukur: Check list

komplikasi yang

dialami pasien

CAPD (lamp 4)

0 : tidak ada

komplikasi.

1 : apabila

terdapat satu

atau lebih

komplikasi

CAPD

ordinal

Karakteristik Responden

1

Jenis kelamin Gender yang dibagi

menjadi laki-laki

dan perempuan.

Cara Ukur:

Observasi

Alat Ukur:

Kuesioner

0 : laki-laki

1 : perempuan

Nominal

2 b. Tingkat

Pendidikan

Pendidikan formal

responden

berdasarkan ijazah

terakhir

Cara Ukur:

Wawancara.

Alat ukur dengan

kuesioner

1. SD

2. SLTP

3. SLTA

4. PT

Ordinal

3 c. Penyebab gagal Penyakit/gangguan Cara Ukur: 1. Glomeru- Nominal

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 48: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

30 Universitas Indonesia

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur & Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

ginjal tahap

akhir

fungsi tubuh yang

menyebabkan gagal

ginjal kronik

Wawancara.

Alat ukur:

Kutipan buku

CAPD

lonefritis

2. Nefropati

Diabetes

3. Hipertensi

4. Keracunan

obat

5. Bawaan/

usia muda

6. Batu ginjal

7. Kurang

minum

8. Asam urat

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 49: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

31 Universitas Indonesia

BAB 4

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode penelitian atau cara yang digunakan dalam

penelitian berupa langkah-langkah teknis dan operasional. Metode penelitian

tersebut meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, tempat dan waktu

penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas

instrumen serta analisa data.

4.1 Desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional. Desain deskriptif analitik bertujuan mencari

hubungan antar variabel dengan menganalisis data yang terkumpul (Sastroasmoro

dan Ismael, 2010). Studi cross sectional merupakan salah satu jenis penelitian

dimana peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan

variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat (Sastroasmoro &

Ismael, 2010). Dalam peneitian ini akan ditelusuri berbagai komplikasi pada

CAPD serta mempelajari faktor-risiko terhadap komplikasi CAPD pada

responden dengan diagnosis penyakit gagal ginjal tahap akhir.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang mempunyai

karakteristik tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh responden CAPD RSUD DR. Moewardi Surakarta yang

berjumlah 90 orang dan responden di RSUP Dr Sardjito yang berjumlah 50

orang. Sedangkan populasi terjangkau yaitu responden yang rutin ke poliklinik

CAPD RSUD DR. Moewardi Soerakarta sebanyak 80 orang, dan responden

dewasa di RSUP DR. Sardjito sebanyak 50 orang.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 50: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

32 Universitas Indonesia

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga

dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Sampel dalam

penelitian ini adalah responden yang menjalani CAPD di RSUD DR. Moewardi

Surakarta dan RSUP DR. Sardjito Yogyakarta hingga 9 Juni 2011. Peneliti

melakukan penentuan kriteria sampel bagi responden untuk membantu peneliti

mengurangi bias hasil penelitian. Responden dapat menjadi sampel penelitian

jika memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi merupakan syarat-syarat

seseorang bisa masuk penelitian (Dahlan, 2008). Kriteria sampel yang

dimasukkan dalam kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

a. Responden yang sedang menjalani CAPD

b. Bersedia menjadi responden

c. Kesadaran compos mentis, dapat berkomunikasi secara verbal dengan baik

d. Responden berumur > 18 tahun

e. Bisa baca tulis

Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu responden yang

mengalami perubahan tanda-tanda vital dan kelemahan fisik.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan non probability sampling yaitu

purposive sampling yaitu pengambilan sampel atau responden yang didasarkan

pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2007).

Jumlah sampel dalam penelitin ini menggunakan rumus penentuan sampel untuk

analisis multivariat ”rule of thumb” (Dahlan, 2008; Sutanto 2007). Rumus

dimaksud sebagai berikut:

N = (10-50) x n

Keterangan:

N = Besar sampel

n = jumlah variabel independen yang diteliti

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 51: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

33 Universitas Indonesia

Dengan jumlah variabel independen 7, maka besar sampel minimal yang harus

diambil sesuai rumus adalah 7 x 10 = 70 orang. Selama proses pengambilan data

terdapat 3 responden drop out yaitu 1 responden karena meninggal dunia dan 2

responden karena kondisi memburuk. Selama pengumpulan data juga diketahui

target sampel yang meninggal 2 orang. Jumlah sampel hingga akhir penelitian

adalah 71 orang.

4.3. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Poliklinik dan Unit hemodialisa CAPD RSUD DR.

Moewardi Surakarta dan poliklinik CAPD dan ruang rawat inap RSUP DR.

Sardjito serta home visite di rumah responden CAPD dalam penilaian higienitas

saat penggantian cairan CAPD bagi responden yang berdomisili disekitar Jawa

Tengah dan DI Yogyakarta.

4.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengisian kuesioner

dimulai dari tanggal 9 Mei - 9 Juni 2011. Penulisan proposal hingga publikasi

tesis terjadwal dalam lampiran 1.

4.5 Etika Penelitian

Semua responden dalam penelitian ini dilindungi dengan berdasarkan

pertimbangan etik yang meliputi aspek-aspek: self determination, privacy,

anonymity, protection from discomfort dan right to justice serta Informed

consent (Polit & Hungler, 2005)

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 52: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

34 Universitas Indonesia

4.5.1 Prinsip Etik

4.5.1.1. Self determination

Responden dalam penelitian ini diberi kebebasan menentukan pilihan apakah

bersedia atau tidak mengikuti penelitian, setelah terlebih dahulu menerima

informasi yang berkaitan dengan penelitian, dengan menandatangani informed

consent yang disediakan.

4.5.1.2.Anonimity

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden. Identitas responden hanya

digunakan oleh peneliti dalam rangka mempertanggungjawabkan penelitian ini

dan bila diperlukan. Peneliti tidak akan mencantumkan identitas/nama responden

pada hasil penelitian tetapi hanya menggunakan inisial responden. Pada lembar

observasi yang akan dipakai peneliti, juga hanya akan menggunakan kode

responden saja.

4.5.1.3. Confidentiality

Identitas responden dan informasi yang diberikan dijaga kerahasiaannya oleh

peneliti. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi

penelitian.

4.5.1.4. Protection From Discomfort

Responden bebas dari rasa tidak nyaman selama penelitian berlangsung.

Sebelum penelitian dilakukan, responden diberi penjelasan tentang manfaat dan

tujuan penelitian. Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan observasi

terhadap risiko yang mungkin muncul pada responden. Dalam proses penelitian

ini tidak ada responden yang kelelahan maupun mengalami penurunan tanda-

tanda vital selama penelitian berlangsung.

4.5.1.5. right to justice

Responden berhak mendapatkan perlakuan yang adil baik sebelum, selama, dan

setelah berpartisipasi dalam penelitian, tanpa adanya diskriminasi. Sebelum

penelitian berlangsung semua responden diberi penjelasan tentang maksud dan

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 53: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

35 Universitas Indonesia

tujuan penelitian, setelah memahami kemudian responden diberi kesempatan

untuk menanda tangai informed consent dan mulai mengisi kuesioner. Setelah

selesai proses pengumpulan data, peneliti mengucapkan terimakasih kepada

semua responden atas partisipasinya dalam penelitian. Selama penelitian

berlangsung hanya seorang saja dari target responden yang menolak di kunjungi

rumahnya berhubung dengan kondisi yang mengalami penurunan dan psikologis

yang masih labil. Hal ini diungkapkan oleh istri responden tersebut. Meskipun

demikian tidak ada diskriminasi dalam pengurusan cairan dialisat terhadap

responden tersebut.

4.5.2 Informed consent

Sebelum responden menyetujui berpartisipasi dalam penelitian, responden diberi

penjelasan dan harus memahami tentang penelitian yang akan dilakukan

(Dempsey, 2002). Responden diberi penjelasan tentang tujuan penelitian,

prosedur penelitian, risiko dan potensial ketidaknyamanan yang mungkin akan

dialami serta manfaat yang akan didapatkan dalam penelitian ini. Peneliti juga

menyampaikan bahwa keikutsertaan responden adalah sukarela tanpa paksaan

dan dapat menolak untuk ikut serta dalam penelitian. Kepada resonden juga

disampaikan bahwa kuesioner sebagai alat ukur penelitian harus diisi semua.

4.6 Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah

kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel

yang akan diteliti serta lembar penilaian higienitas saaat mengganti cairan.

Sumber data berasal dari data primer maupun sekunder. Data primer diperoleh

dari wawancara langsung dengan responden sedangkan data sekunder diperoleh

dari buku CAPD responden atau rekam medis yang ada di Rumah Sakit.

4.6.1 Instrumen penelitian

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini dikembangkan berdasarkan

kajian literatur untuk faktor higienitas responden/penolong dan karakteristik

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 54: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

36 Universitas Indonesia

responden serta modifikasi instrumen Supono (2008), pada kuesioner faktor

kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD dan fasilitas perawatan yaitu:

4.6.1.1. Karakteristik responden dan status nutrisi

Berupa lembar observasi yang berisi data demografi (inisial responden, umur,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, tekanan darah), penyebab gagal ginjal

terminal, lama menjalani CAPD dan status nutrisi (LLA dan Albumin). Lembar

observasi ini lebih jelasnya terdapat pada lampiran 2.

4.6.1.2. Lembar observasi

Lembar observasi berupa lembar pencatatan nilai hasil pemeriksaan albumin

serum untuk mengetahui status nutrisi responden (lampiran 3).

4.6.1.3. Daftar komplikasi yang dialami responden CAPD

Berisi berbagai komplikasi CAPD antara lain: hipoalbuminemia, hipotensi,

pruritus, peritonitis, nyeri bahu, edema labia/scrotum, hernia, eritema daerah

tunnel, formasi fibrin dan konstipasi (lampiran 4). Apabila responden mengalami

salah satu komplikasi tersebut, maka responden akan dimasukkan pada

kelompok mengalami komplikasi CAPD, sebaliknya apabila responden tidak

mengalami satu pun dari komplikasi tersebut, maka responden termasuk

kelompok yang tidak mengalami komplikasi CAPD.

4.6.1.4. Faktor support system dan fasilitas keperawatan

Berupa pertanyaan dengan jawaban “ya” dan “tidak”. Pada support system

diwakili oleh 5 pertanyaan. Support system yang baik dari keluarga dan

lingkungan diberikan kode dan nilai 1 dan support system yang tidak baik

dengan kode dan nilai 0 . Pada faktor fasilitas keperawatan dirumah diberikan 4

pertanyaan. Apabila fasilitas perawatan baik diberi kode dan nilai 1, dan tidak

baik dengan kode dan niali 0 dengan demikian score total support system antara

0-5 dan fasilitas keperawatan antara 0-4(lampiran 7).

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 55: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

37 Universitas Indonesia

4.6.1.5. Faktor kepatuhan terhadap prosedur standar

Kuesioner ini berupa pertanyaan dengan jawaban berjenjang yaitu selalu, sering,

kadang dan tidak pernah dengan skor 4, 3, 2, 1. Untuk faktor kepatuhan terhadap

prosedur standar diberikan 12 pertanyaan. Total score dihitung dengan

menjumlahkan keseluruhan jawaban responden yang diberi tanda centang (√).

Total score ini terbentang dari 12-48. Menggunakan cut of point mean/median.

Diatas cut of point disebut patuh, dibawah cut of point disebut kurang patuh

(lampiran 5).

4.6.1.6. Faktor higienitas responden/penolong.

Berupa pernyataan tentang higienitas yang harus dipatuhi responden dalam

melakukan prosedur penggantian CAPD yang berisi 12 pernyataan dengan skor

4, 3, 2, 1. Total score dihitung dengan menjumlahkan keseluruhan jawaban

responden yang diberi tanda cek list. Total score ini terbentang dari 12-48.

Menggunakan cut of poin mean/median. Diatas cut of point disebut patuh,

dibawah cut of point disebut kurang patuh (lampiran 6).

4.6.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas berarti sejauhmana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu

data. Sedangkan uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui

apakah instrumen yang digunakan telah reliable. Suatu alat ukur dikatakan

reliable apabila tetap menunjukkan konsistensi pengukuran setelah dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur

yang sama. Disebut valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel (Hastono,

2007).

Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang

valid kemudian secara bersama-sama diukur reliabilitasnya, dengan cara

membandingkan nilai r alpha cronbach’s dengan nilai r tabel. Jika nilai r alpha

cronbach’s lebih besar dibandingkan dengan r tabel maka pertanyaan dalam

kuesioner dinyatakan reliabel (Hastono, 2007).

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 56: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

38 Universitas Indonesia

Validitas dan reliabilitas faktor-faktor risiko terhadap komplikasi CAPD

dilakukan pada responden CAPD untuk mengetahui apakah kuesioner yang

diberikan mampu dipahami dan mampu mengukur variabel yang diinginkan.

Dengan responden 20 orang, maka nilai r tabelnya adalah 0,4. Pertanyaan pada

kuesioner yang nilainya kurang dari 0,4 diperbaiki. Setelah diperbaiki

dikonsulkan kepada perawat klinik CAPD. Apabila pertanyaan dianggap sudah

valid berdasarkan hasil konsultasi tersebut, dapat digunakan untuk penelitian.

Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan pada responden CAPD di RSUD DR.

Moewardi Surakarta dengan jumlah 20 orang responden CAPD. Kuesioner yang

telah disiapkan diberikan kepada responden untuk diisi, kemudian dianalisis.

Hasil uji validitas dan reliabilitas disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Penelitian

Variabel Total

pertanyaan

Rentang nilai r P value

(α Cronbach)

Kepatuhan terhadap

prosedur standar CAPD

12 0,434-0,907 0,892

Support system 5 0,426- 725 0,798

Fasilitas perawatan di

rumah

4 0,10 - 0,377 0,720

Dari hasil uji statistik diatas terlihat bahwa variabel variabel kepatuhan dan

support sistem valid digunakan sebagai alat ukur, sedangkan fasilitas perawatan

di rumah r tabel hanya mendekati 0,4, dengan nilai cronbach alpha 0,720.

Namun karena secara substansi penting maka tetap digunakan sebagai alat ukur

penelitian dengan terlebih dahulu menyederhanakan struktur kalimat.

4.7 Prosedur Pengambilan Data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 57: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

39 Universitas Indonesia

4.7.1. Prosedur Administratif

Prosedur ini meliputi:

a. Mendapatkan surat permohonan studi pendahuluan dari Dekan Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (lampiran 11)

b. Mendapatkan ijin studi pendahuluan dari Direktur RSUD DR. Moewardi

Surakarta (lampiran 12)

c. Mendapatkan surat permohonan ijin melakukan penelitian dari Dekan FIK

UI (lampiran 13)

d. Mendapatkan surat keterangan lolos kaji etik dari FIK UI (lampiran 16)

e. Mendapatkan surat permohonan ijin melakukan penelitian dari Direktur

RSUD DR. Moewardi Surakarta RSUP DR. Sardjito Yogyakarta (lampiran

15)

4.7.2 Prosedur Teknis

a. Meminta ijin kepala ruangan untuk mensosialisasikan maksud dan tujuan

penelitian kepada kepala ruang, perawat ruangan dan dokter

penanggungjawab di bagian renal unit.

b. Meminta bantuan kepada seorang perawat pelaksana dengan pendidikan l

D3 keperawatan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, masa kerja >10 tahun

untuk bekerja sama dengan peneliti dalam pengumpulan data. Sebelumnya

diberikan penjelasan singkat tentang petunjuk cara pengisisan kuesioner.

c. Pada hari pertama, peneliti mengidentifikasi calon responden melalui

medical record yang ada di poliklinik CAPD.

d. Menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.

Responden yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian.

e. Meminta kesediaan responden untuk menjadi sampel penelitian dengan

terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian (lampiran 9)

f. Meminta responden untuk menandatangani lembar informed consent

(lampiran 10). Kemudian peneliti melakukan wawancara untuk

mendapatkan informasi karakteristik responden dan selanjutnya dilakukan

pengukuran lingkar lengan atas.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 58: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

40 Universitas Indonesia

g. Melakukan pengumpulan data dengan memberikan kuesioner untuk diisi

responden dan apabila ada yang tidak jelas, responden dapat bertanya

kepada peneliti.

h. Mengecek kuesioner yang telah diisi responden, apabila masih ada yang

belum terisi, diberikan kembali kepada responden untuk dilengkapi.

i. Mengobservasi responden saat melakukan/mendemonstrasikan penggantian

cairan dialisat.

j. Mencatat hasil pemeriksaan albumin serum, bagi responden yang saat

pengisian kuesioner belum memiliki nilai albumin, meminta responden

untuk melakukan pemeriksaan albumin serum, sehingga pada saat kontrol

ke RS dapat ditunjukkan kembali kepada peneliti atau peneliti menanyakan

melalui telepon apabila responden tidak kontrol kembali selama periode

penelitian. Bagi responden yang pada saat dilakukan home visite, belum ada

hasil pemeriksaan albumin serumnya, responden diminta memeriksakan ke

rumah sakit pemerintah terdekat. Biaya yang dikeluarkan ditanggung

askes/jamkesmas/responden sendiri dengan alasan responden bahwa mereka

juga membutuhkan nilai albumin untuk mengetahui kondisinya dan

melaporkannya ke dokter/perawat CAPD saat kontrol.

k. Melakukan terminasi dengan menyampaikan terimakasih atas keikutsertaan

responden dalam penelitian.

l. Memperoleh surat keterangan telah selesai mengambil data dari RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (lampiran 17 dan

18)

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

4.8.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan

pengolahan data. Menurut Hastono (2007), tahapan pengolahan data adalah

sebagai berikut:

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 59: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

41 Universitas Indonesia

4.8.1.1 Editing

Editing data bertujuan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh sudah

lengkap terisi semua dan dapat terbaca dengan baik. Dilakukan dengan cara

mengoreksi data yang telah diperoleh meliputi: kebenaran pengisian dan

kelengkapan jawaban terhadap lembar kuesioner. Sebanyak 71 lembar kuesioner

responden telah terisi semua saat dilakuakan pengolahan data.

4.8.1.2.Coding

Merupakan kegiatan merubah data yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan. Setiap kata diberikan kode-kode tertentu agar memudahkan

dalam proses tabulasi. Data ini meliputi Jenis kelamin (kode 0 laki-laki, 1

perempuan), Tingkat pendidikan (kode 1 SD, 2 SLTP, 3 SLTA, 4 PT), Penyebab

gagal ginjal (1 glomerulonefritis, 2 Nefropati Diabetes, 3 Hipertensi, 4

keracunan obat, 5 bawaan/usia muda, 6 batu ginjal, 7 kurang minum, 8 asam

urat), kepatuhan responden terhadap standar prosedur (0 patuh, 1 kurang patuh)

higienitas resonden (0 higienitas baik, 1 higienitas kurang baik), LLA (0 normal,

1 tidak normal), fasilitas perawatan (0 fasilitas baik, 1 kurang baik), Support

System (0 support system baik, 1 kurang baik) serta komplikasi CAPD (0 tidak

terjadi komplikasi, 1 terjadi komplikasi).

4.8.1.3.Processing

Pada tahap ini data diproses agar data yang sudah di entry (proses memasukkan

data ke dalam komputer) dapat dilakukan analisis data dengan menggunakan

komputer.

4.8.1.3.Cleaning

Cleaning atau pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 60: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

42 Universitas Indonesia

4.8.2. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dan diperiksa kelengkapannya selanjutnya akan

dilakukan analisis data. Analisis data pada penelitian ini berupa analisis

univariat, bivariat dan multivariat yang dikerjakan menggunakan komputer.

4.8.2.1. Analisis Univariat

Dalam penelitian ini yang dilakukan uji univariat yaitu umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, penyebab gagal ginjal tahap akhir, Lama responden

menjalani CAPD, jumlah responden yang mengalami komplikasi dan tidak

terjadi komplikasi CAPD, komplikasi yang timbul pada responden, kepatuhan

terhadap prosedur standar, status nutrisi, personal hygiene responden dan

penolong, serta fasilitas keperawatan.

Untuk data numerik, hasil analisis yang disajikan menggunakan tendensi sentral

meliputi mean, standar deviasi, nilai minimal dan maksimal dan 95 % CI

sedangkan untuk data katagorik, hasil analisis yang disajikan berupa proporsi

atau distribusi frekuensi.

Pada penelitian ini data yang bersifat katagorik yaitu jenis kelamin, tingkat

pendidikan, penyebab gagal ginjal, komplikasi yang dialami dan sopport system

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan data yang

bersifat numerik yaitu umur, lamanya menggunakan CAPD, kepatuhan terhadap

prosedur standar dan higienitas responden/penolong, disajikan dalam bentuk

mean, standar deviasi, nilai minimal dan maksimal 95 % CI.

4.8.2.2. Analisis Bivariat

Sebelum melakukan uji validitas terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data.

Variabel akan berdistribusi normal bila nilai p > 0,05 dan tidak normal apabila

nilai p < 0,05. Variabel yang berdistribusi normal dapat dilanjutkan ke dalam

analisis menggunakan uji t, sedangkan variabel yang tidak berdistribusi normal,

analisis lebih lanjut dilakukan dengan Mann-Whitney test. Analisis bivariat

adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan dua variabel. Uji

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 61: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

43 Universitas Indonesia

statistik yang dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara karakteristik

responden dengan komplikasi CAPD, hubungan antara kepatuhan responden

terhadap prosedur standar dengan komplikasi CAPD, hubungan antara higienitas

responden dan penolong saat memulai dan mengakhiri tindakan CAPD dengan

komplikasi CAPD, hubungan status nutrisi responden dengan komplikasi

CAPD, hubungan antara sopport system dengan komplikasi CAPD, hubungan

antara fasilitas perawatan dengan komplikasi CAPD, hubungan antara penyakit

dengan komplikasi CAPD.

Analisis bivariat dengan cara ujinya ditampilkan pada tabel dibawah ini:

Table 4.2 Analisis bivariat

Variabel

Independen

Data Variabel

Dependen

Data Uji Statistik

Umur

Lama menjalani CAPD

Kepatuhan responden

terhadap prosedur

standar

Higienitas

responden/penolong

Status nutrisi

Fasilitas perawatan

Support system

Numerik

Numerik

Katagorik

Katagorik

Katagorik

Katagorik

Katagorik

Kejadian

komplikasi

pada CAPD

K

a

t

a

g

o

r

i

k

t-independen test

Mann Whitney test

Chi-square

Chi-square

Chi-Square

Chi-Square

Chi square

4.8.2.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat faktor mana yang paling dominan

mempengaruhi suatu kejadian (Hastono, 2008). Uji yang digunakan dalam

penelitian ini adalah regresi logistik ganda. Dalam regresi logistik ganda,

variabel dependen berbentuk kategorik sedangkan variabel independennya boleh

campuran antara variabel katagorik dan numerik (Sastroasmoro & Ismael, 2010).

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 62: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

44 Universitas Indonesia

Pada penelitian ini analisis multivariat dilakukan untuk melihat faktor mana dari

antara umur, lama menjalani CAPD faktor kepatuhan responden terhadap

prosedur standar, higienitas responden dan penolongnya saat memulai dan

mengakhiri tindakan CAPD, status nutrisi, sopport system, fasilitas perawatan,

paling berkontribusi menyebabkan terjadinya komplikasi pada responden

CAPD. Tahapan yang dilakukan dalam analisis penelitian ini adalah :

a. Melakukan seleksi kandidat/bivariat

Seluruh variabel independen dihubungkan dengan variabel dependen.

Variabel yang mempunyai hasil p value < 0,25 pada hasil uji bivariat maka

variabel tersebut masuk dalam model multivariat. Variabel yang mempunyai

hasil p value > 0,25, tetapi secara substansi penting, maka variabel tersebut

dapat masuk ke dalam pemodelan multivariat.

b. Pemodelan multivariat

Variabel yang valid dalam model multivariat adalah variabel yang

mempunyai p value ≤ 0,05. Variabel yang mempunyai p value > 0,05

dikeluarkan dalam model. Pengeluaran variabel dilakukan secara bertahap

satu persatu, dimulai dari variabel yang mempunyai nilai p value yang

terbesar. Variabel yang telah dikeluarkan dapat dimasukkan kembali apabila

perubahan nilai OR > 10%.

c. Identifikasi linearitas variabel numerik dengan tujuan untuk menentukan

apakah variabel numerik dijadikan variabel kategorik atau tetap variabel

numerik. Caranya dengan mengelompokkan variabel numerik ke dalam

empat kelompok berdasarkan nilai kuartilnya. Kemudian dilakukan analisis

logistik dan dihitung nilai OR-nya. Bila nilai OR masing-masing kelompok

menunjukkan bentuk garis lurus, maka variabel numerik dapat

dipertahankan. Namun bila hasilnya menunjukkan adanya patahan, maka

dapat dipertimbangkan dirubah dalam bentuk kategorik.

d. Uji interaksi

Setelah memperoleh model yang memuat variabel-variabel penting,

kemudian diperiksa kemungkinan adanya interaksi variabel ke dalam model.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 63: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

45 Universitas Indonesia

Pertimbangan variabel interaksi sebaiknya melalui pertimbangan logika

substansif. Pengujian Interaksi dilihat dari kemaknaan uji statistik. Bila

variabel mempunyai nilai bermakna, maka variabel interaksi penting

dimasukkan ke dalam model.

e. Pemodelan terakhir

Untuk melihat variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap

variabel dependen, dilihat dari exponen (B) untuk variabel yang signifikan.

Semakin besar nilai exp (B) berarti semakin besar pengaruhnya terhadap

variabel dependen yang diamati.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 64: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

46 Universitas Indonesia

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang faktor resiko terhadap komplikasi

CAPD di RSUD Dr. Moewardi Solo dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Penyajian dan penjelasan hasil penelitian mencakup gambaran karakteristik

responden yang disajikan dengan tendensi sentral atau distribusi frekuensi.

Adapun analisis bivariat dilakukan dengan uji statistik t independent test dan chi-

square, sedangkan analisis multivariatnya dilakukan dengan regresi logistik

ganda.

5.1 Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari

seluruh variabel yang meliputi karakteristik responden, variabel dependen dan

independen.

5.1.1 Karakteristik responden

Berikut ini karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan

dan penyebab gagal ginjal terminal yang dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi terbanyak responden adalah berjenis

kelamin laki-laki (69%) dengan tingkat pendidikan responden terbanyak adalah

perguruan tinggi (46,5%). Sedangkan penyebab gagal ginjal terminal terbanyak

adalah hipertensi sebanyak 35 responden (49,3%) dan nefropati diabetes 16

responden (22,5%).

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 65: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

47 Universitas Indonesia

Tabel 5.1 Proporsi responden berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan

penyebab gagal ginjal terminal pada pasien CAPD di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

(n=71)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Jenis kelamin

- Laki-laki

49

69

- Perempuan 22 31

Tingkat pendidikan

- Perguruan tinggi

- SMA

- SMP

- SD

33

31

3

4

46,5

43,7

4,2

5,6

Penyebab Gagal Ginjal

- Glomerulonefritis

- Nefropati diabetes

- Hipertensi

- Keracunan Obat

- Bawaan/usia muda

- Batu Ginjal

- Kurang minum

- Asam urat

1

16

35

8

4

2

2

3

1,4

22,5

49,3

11,3

5,6

2,8

2,8

4,2

5.1.2 Variabel independen

5.1.2.1 Umur dan Lama menjalani CAPD

Variabel independen yaitu umur dan lama menjalani CAPD dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 5.2 Hasil analisis umur responden dan lama menjalani CAPD di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

(n=71)

Variabel Mean SD Min Maks 95% CI

Umur 47,32

10,96 23 73 44,73-49,92

Lama menjalani

CAPD

31,73

22,68

1

96 26,37-37,10

Rata-rata umur responden adalah 47,32 tahun (SD=10,96). Umur termuda adalah

23 tahun dan umur tertua adalah 73 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata umur responden adalah diantara 44,73

tahun sampai dengan 49,92 tahun. Adapun rata-rata lama responden menjalani

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 66: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

48 Universitas Indonesia

CAPD adalah 31,73 bulan atau 2, 64 tahun (SD=22,68). Responden dengan

jangka waktu menjalani CAPD terpendek adalah 1 bulan dan terlama adalah 96

bulan (8 tahun). Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%

diyakini rata-rata lama responden telah menjalani CAPD adalah 26, 37 bulan

sampai dengan 37,10 bulan.

5.1.2.2 Kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD dan Higienitas

responden saat penggantian cairan dialisat

Kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD di rumah dan higienitas responden

saat penggantian cairan dialisat disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 5.3 Hasil analisis tingkat kepatuhan responden terhadap prosedur

CAPD dan Higienitas saat penggantian cairan di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito

Yogyakarta (n=71)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Tingkat Kepatuhan

- Patuh

39

54.9

- Kurang patuh 32 45.1

Higienitas

- Baik

34

47.9

- Kurang baik 37 52.1

Tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan responden terhadap

prosedur CAPD hampir sama antara yang patuh (54,9%) dan yang tidak patuh

(45,1%). Sementara, responden yang memiliki higienitas kurang baik sebanyak

52,1%, sisanya 47,9 % memiliki higienitas baik.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 67: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

49 Universitas Indonesia

5.1.2.3 Lingkar Lengan Atas (LLA)

Tabel 5.4 Hasil analisis Lingkar Lengan Atas (LLA) responden di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

(n=71)

Variabel Mean SD Min Maks 95% CI

Lingkar Lengan Atas

Laki-laki

Perempuan

25,62

23,53

2.74

2,44

20

19

33

29

24,83-26,40

22,44-24,60

Rata-rata LLA responden laki-laki adalah 25,62 cm (SD=2,74). LLA terkecil

adalah 20 sentimeter dan LLA terbesar adalah 33 sentimeter. Dari hasil estimasi

interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata LLA responden laki-

laki adalah diantara 24,83 cm sampai 26,40 cm. Sementara rata-rata LLA

responden perempuan adalah 23,53 cm (SD = 2,44). LLA terkecil adalah 19 cm

dan LLA terbesar adalah 29 cm.

Adapun kategori lingkar lengan normal dan tidak normal disajikan dalam tabel

dibawah ini:

Tabel 5.5 Proporsi Lingkar Lengan Atas (LLA) responden di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

(n=71)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Lengkar Lengan Atas

- Normal

29

40.8

- Tidak normal 42 59.2

Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki LLA

dengan kategori tidak normal yaitu 59,2%.

5.1.2.4 Albumin

Nilai albumin serum pada responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.6 Hasil Analisis Albumin responden di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Variabel Mean SD Min Maks 95% CI

Albumin serum 3.31 0,45 2 4,5 3,21-3,41

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 68: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

50 Universitas Indonesia

Rata-rata albumin serum responden adalah 3,31 g/dl (SD=0,45 dengan nilai p =

0,00). Nilai albumin serum terkecil adalah 2 g/dl dan nilai albumin serum

terbesar adalah 4,5 g/dl. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa

95% diyakini rata-rata nilai albumin serum responden adalah diantara 3,21 g/dl

sampai 3,41 g/dl.

Adapun kategori albumin berdasarkan hipoalbumin dan albumin normal

disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 5.7 Proporsi kadar Albumin darah responden di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kategori Albumin

- Albumin normal

36

50.7

- Hipoalbumin 35 49.3

Tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan kadar albumin

normal hampir sama dengan responden yang memiliki kadar albumin darah

dibawah normal.

5.1.2.5 Fasilitas Perawatan CAPD di Rumah

Kategori fasilitas penggantian cairan dan perawatan CAPD dirumah dapat dilihat

dalam tabel dibawah ini:

Tabel 5.8 Proporsi Fasilitas Perawatan CAPD di rumah pada responden di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta

(n=71)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Fasilitas

Baik

50

70.4

Kurang baik 21 29.6

Tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki fasilitas

CAPD yang baik di rumah yaitu sebesar 70,4%.

5.1.2.6 Support System

Support system bagi pasien CAPD dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 69: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

51 Universitas Indonesia

Tabel 5. 9 Proporsi support system di rumah responden di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Sendiri

9

12.7

Suami/istri/keluarga 61 85.9

Pembantu 1 1,4

Dari tabel 5.9 diatas terlihat bahwa sebagian besar responden yang menjalani

CAPD didukung sepenuhnya oleh suami/istri/keluarga (anak/menantu/cucu)

yaitu sebesar 85,9 %.

Tabel 5. 10 Proporsi support system responden di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Support System

Baik

58

81.7

Kurang baik 13 18.3

Tabel 5.10 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (81,7%)

mendapatkan support system yang baik dari keluarga.

5.1.2.7 Variabel Dependen

Variabel komplikasi yang dialami responden disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 5.11 Proporsi jenis komplikasi responden di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Jenis komplikasi Frekuensi Persentase (%)

Peritonitis 3 4.2

Infeksi tunnel atau infeksi exit site 5 7,0

Kebocoran dialisat 2 2,8

Hipoalbumin 29 40,8

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 70: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

52 Universitas Indonesia

Tabel 5.11 menunjukkan jenis komplikasi terbanyak adalah hipoalbumin

(40,8%). Sementara, jumlah responden yang mengalami kebocoran dialisat

paling sedikit kejadiannya, hanya 2,8 %.

5.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menentukan hubungan antara setiap variabel

independen dengan variabel dependen dan menentukan kandidat variabel yang

akan dimasukkan kedalam model regresi logistik. Sebelum melakukan analisis

bivariate, terlebih dahulu dilakukan analisis normalitas data terhadap variabel

numerik yaitu umur responden, lama menjalani CAPD dan LLA serta variabel

independen kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD, higienitas responden /

penolong saat mengganti CAPD, fasilitas perawatan dan support system sebelum

data dikategorikkan, dengan hasilnya dilihat dalam tabel 5.12 dibawah ini:

Tabel 5.12 Hasil analisis normalitas umur, lama menjalani CAPD, LLA,

kepatuhan terhadap prosedur, higienitas, fasilitas perawatan dan support

system pada responden di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Variabel pvalue

Umur 0,833 *

Lama menjalani CAPD 0,043

LLA 0,310*

Kepatuhan terhadap prosedur 0,077*

Higienitas 0,001

Fasilitas Perawatan 0,004

Support system 0,006

*Data berdistribusi normal

Tabel 5.12 diatas menunjukkan umur responden, LLA dan Kepatuhan terhadap

prosedur standar berdistribusi dengan normal (p> 0,05). Sedangkan variabel

lama menjalani CAPD, higienitas, fasilitas perawatan dan support system tidak

berdistribusi normal (p<0,05). Dalam penelitian ini, variabel umur dan lama

menjalani CAPD tetap dalam bentuk numerik. Dengan demikian hubungan

variabel umur dengan komplikasi CAPD akan dianalisis dengan t test, sedangkan

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 71: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

53 Universitas Indonesia

variabel lama menjalani CAPD akan dianalisis dengan Mann-Whitney test.

Adapun variabel kepatuhan, status nutrisi (LLA), higienitas, fasilitas perawatan

dan support system diubah menjadi variabel kategorik. Variabel LLA memiliki

standar baku, sedangkan variabel kepatuhan, higienitas, fasilitas perawatan dan

support system merupakan kuesioner yang dikembangkan peneliti sehingga

distribusi normal dan tidak normal ini akan menjadi patokan penggunaan cut of

point. Analisis yang digunakan setelah variabel dikategorikan yaitu chi square.

5.2.1 Hubungan antara variabel umur dengan komplikasi CAPD

Hubungan antara umur dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.13 Analisis hubungan umur responden dengan komplikasi CAPD

di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr Sardjito

Yogyakarta (n=71)

Tabel 5.13 diatas menunjukkan rerata umur responden yang tidak mengalami

komplikasi adalah 47,72 tahun (SD = 10,71), sementara rerata umur responden

yang mengalami komplikasi adalah 47 tahun (SD = 11,29). Dapat disimpulkan

bahwa tidak ada perbedaan rata-rata umur responden yang tidak mengalami

komplikasi dengan yang mengalami komplikasi CAPD. Hasil uji statistik lebih

lanjut menunjukkan p value 0,786 (p - value > 0,05) berarti tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara umur dan komplikasi CAPD.

Varia

bel

Kategori n Mean SD 95% CI t pValue

Umur

Res

ponden

Tidak

komplikasi

32

47, 72

10,71

0,5

(4,53:5,97)

0,27

0,785

Komplikasi

39

47.00

11,29

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 72: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

54 Universitas Indonesia

5.2.2 Hubungan antara variabel lama menjalani CAPD dengan komplikasi

CAPD

Hubungan antara lama menjalani CAPD dengan komplikasi dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 5.14 Analisis hubungan lama responden menjalani CAPD dengan

komplikasi CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP. Dr

Sardjito Yogyakarta (n=71)

Tabel 5.14 diatas menunjukkan nilai rata-rata lama menjalani CAPD pada

responden yang mengalami komplikasi adalah 37 bulan dan responden yang

tidak mengalami komplikasi adalah 34,78 bulan. Hasil analisis lebih lanjut

menunjukkan nilai p = 0,615 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan

antara lama menjalani CAPD terhadap komplikasi CAPD.

5.2.3. Hubungan antara variabel kepatuhan terhadap prosedur standar

CAPD dengan komplikasi CAPD

Hubungan antara kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD dengan komplikasi

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.15 Analisis hubungan kepatuhan responden terhadap prosedur standar

CAPD dengan komplikasi CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan

RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Kepatuhan

Kejadian komplikasi

Total

Pvalue

Tidak Komplikasi

komplikasi

n % n % n %

Patuh 24 61,5 15 38,5 39 100 0,005 *

Kurang patuh 8 25 24 75 32 100

* bermakna pada α: 0,05

Variabel Kelompok n Mean p-value

Lama menjalani

CAPD

Tidak

komplikasi

32 34,78

0,615

Komplikasi 39 37

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 73: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

55 Universitas Indonesia

Tabel 5.15 diatas menunjukkan hasil analisis hubungan antara kepatuhan terhadap

prosedur standar perawatan CAPD dengan komplikasi CAPD diperoleh sebanyak

24 responden (61,5%) yang patuh terhadap prosedur standard tidak mengalami

komplikasi. Sementara, responden yang kurang patuh lebih banyak yang

mengalami komplikasi (75%) dan sisanya (25%) responden tanpa komplikasi.

Hasil Uji statistik diperoleh p value = 0,005 (p value < 0,05) berarti ada hubungan

antara kepatuhan terhadap standar prosedur CAPD dengan kejadian komplikasi

CAPD.

5.2.3 Hubungan antara higienitas saat mengganti cairan dialisat dengan

komplikasi CAPD

Hubungan antara higienitas saat mengganti cairan dengan komplikasi dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.16 Analisis hubungan Higienitas responden saat mengganti cairan

dengan komplikasi CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan

RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Higienitas

Kejadian komplikasi

Total

Pvalue

Tidak Komplikasi

komplikasi

n % n % n %

Baik 22 64,7 12 35,3 34 100

0,003*

Kurang baik 10 27 27 73 37 100

* bermakna pada α: 0,05

Tabel 5.16 diatas menunjukkan bahwa 35,3% responden dengan higienitas baik

mengalami komplikasi, sementara 73% responden dengan higienitas kurang baik

mengalami komplikasi. Dapat disimpulkan bahwa komplikasi CAPD terjadi

lebih sering pada responden dengan higienitas kurang baik. Hasil analisis lebih

lanjut menunjukkan uji statistik dengan p value = 0,003 (p value < 0,05) berarti

ada hubungan yang signifikan antara higienitas saat mengganti cairan dengan

kejadian komplikasi CAPD.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 74: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

56 Universitas Indonesia

5.2.5 Hubungan antara variabel Lingkar Lengan Atas (LLA) dengan

komplikasi CAPD

Hubungan antara lingkar lengan atas dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 5.17 Analisis hubungan lingkar lengan atas responden dengan

komplikasi CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP.

Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Kategori

Lingkar

Lengan Atas

(LLA)

Kejadian komplikasi

Total

Pvalue

Tidak Komplikasi

komplikasi

n % n % n %

Normal 13 44,8 16 55,2 29 100

1,000

Tidak normal 19 45,2 23 54,8 42 100

Berdasarkan tabel 5.17 diatas terlihat 55,2% responden dengan LLA normal

mengalami komplikasi, sementara 54,8% responden dengan LLA tidak norma

mengalami komplikasi. Dapat disimpulkan bahwa kejadian komplikasi pada

LLA tidak normal dan normal hampir sama. Hasil uji statistic menunjukkan nilai

p sebesar 1,000 (p value > 0,05) berarti tidak ada hubungan yang signifikan

antara ukuran Lingkar lengan atas dengan kejadian komplikasi CAPD.

5.2.6 Hubungan antara fasilitas CAPD dirumah dengan komplikasi CAPD

Hubungan antara fasilitas CAPD dirumah dengan komplikasi dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 75: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

57 Universitas Indonesia

Tabel 5.18 Analisi hubungan Fasilitas CAPD responden dirumah dengan

komplikasi CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP.

Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Fasilitas

perawataan

CAPD di

rumah

Kejadian komplikasi

Total

Pvalue

Tidak Komplikasi

komplikasi

n % n % n %

Baik 25 50 25 50 50 100

0,304

Kurang baik 7 33,3 14 66,7 21 100

Berdasarkan tabel 5.18 diatas terlihat 66,7% pasien dengan fasilitas kurang baik,

mengalami komplikasi CAPD. Sedangkan pada responden dengan fasilitas yang

baik setengahnya (50%) mengalami komplikasi CAPD. Analisis hubungan antara

fasilitas CAPD di rumah dengan komplikasi CAPD menunjukkan nilai p sebesar

0,304 (p value > 0,05) berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara fasilitas

perawatan CAPD dirumah dengan kejadian komplikasi CAPD.

5.2.6 Hubungan antara variabel support system dengan komplikasi CAPD

Hubungan antara fasilitas CAPD dirumah dengan komplikasi dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 5.19 Analisis hubungan Support system responden dengan komplikasi

CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan

RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Support

System

Kejadian komplikasi

Total

Pvalue

Tidak Komplikasi

komplikasi

n % n % n %

Baik 27 46,6 31 53,4 58 100

0,825

Kurang baik 5 38,5 8 61,5 13 100

Berdasarkan tabel 5.19 diatas persentase responden yang mengalami komplikasi

pada dukungan keluarga yang kurang baik (61,5%) lebih besar dibandingkan

responden dengan dukungan keluarga yang baik (53,4%). Analisis hubungan

antara support system dengan komplikasi CAPD menghasilkan nilai p sebesar

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 76: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

58 Universitas Indonesia

0,825 ( p value > 0,05) berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara support

system dengan kejadian komplikasi CAPD.

5.3 Analisis Multivariate

Pada tahap ini peneliti melakukan uji regresi logistik ganda yang bertujuan untuk

memprediksi hubungan antara variabel independen yang memenuhi krriteria

sebagai kandidiat (kepatuhan, higienitas dan albumin) dengan variabel dependen

(komplikasi CAPD). Analisis regresi logistik yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi model prediksi. Pemodelan jenis ini dilakukan untuk

memperoleh model yang terdiri dari beberapa varaiebel independen yang

memenuhi kriteria kandidat untuk memprediksi kejadian variabel dependen

(komplikasi CAPD).

5.3.1 Pemilihan Model Kandidat Multivariat

Uji bivariat terhadap 7 variabel independen faktor resiko terhadap komplikasi

CAPD menghasilkan 2 variabel independen yang menunjukkan signifikansi

dengan variabel dependen dan merupakan kandidat dalam model regresi logistik

ganda, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.20 Kandidat variabel pemodelan (n=71)

Variabel P value

Kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD 0,005

Higienitas saat ganti cairan dialisat 0,003

Tabel 5.20 diatas menunjukkan bahwa variabel yang memenuhi syarat masuk

pada pemodelan multivariate adalah kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD

dan higienitas saat ganti cairan.

5.3.2 Pemodelan Multivariat

Pemodelan multivariat dilakukan dengan memasukkan kedua variabel

independen kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD dan higienitas saat ganti

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 77: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

59 Universitas Indonesia

cairan dialisat secara bersamaan ke dalam model regresi logistik ganda. Analisis

kedua kandidat variabel tersebut ditunjukkan oleh tabel dibawah ini:

Tabel 5.21 Analisis Multivariat Kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD

dan higienitas saat ganti cairan responden di RSUD. Dr Moewardi Surakarta

dan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta (n=71)

Variabel Coefficient

B

OR 95% CI P value

Kepatuhan terhadap

prosedur standar CAPD

1, 295

3,651

1,236-10,78

0,019*

Higienitas saat ganti

cairan dialisat

1.340

3,820

1,322-11,038

0,013* * bermakna pada α: 0,05

Tabel 5.21 diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi (nilai p) koefisien B

semua variabel independen kurang dari 0,05. Sehingga pemodelan ini sekaligus

menjadi terakhir. Dari tabel diatas dapat disimpulkan pasien dengan higienitas

kurang baik saat mengganti cairan dialisat beresiko untuk mengalami komplikasi

CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang higienitasnya baik

setelah dikontrol oleh variabel kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD.

Dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa pasien di populasi yang

kurang patuh dengan prosedur CAPD beresiko untuk mengalami komplikasi

CAPD 1,322-11,038 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang patuh

setelah dikontrol oleh variabel higienitas saat mengganti cairan dialisat.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 78: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

60 Universitas Indonesia

BAB 6

PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil penelitian tentang faktor risiko terhadap komplikasi

CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

pada bulan Mei-Juni 2011 meliputi interpretasi dan diskusi hasil penelitian yang

dikaitkan dengan konsep teori. Disamping itu, akan diuraikan juga tentang

keterbatasan penelitian dan implikasi hasil penelitian ini terhadap ilmu

keperawatan.

6.1 Interpretasi dan Hasil Penelitian

6.1.1 Karakteristik responden

6.1.1.1 Umur

Hasil penelitian menunjukkan rentang umur responden dalam penelitian ini adalah

23 tahun hingga 73 tahun. Meningkatnya umur seseorang memberikan dampak

pada menurunnya fungsi sistem dalam tubuh sehingga semakin rentan terhadap

berbagai penyakit. Umur yang semakin meningkat juga erat kaitannya dengan

prognosa suatu penyakit dan harapan hidup. Mereka yang berusia diatas 55 tahun

kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal

lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berusia dibawah 40 tahun (Fefendi,

2008).

Penelitian Peso et al (2002) tentang risk factor for abdominal wall complication in

peritoneal dialysis patient menunjukkan rata-rata umur responden 56,8 tahun,

juga penelitian Perakis et al (2009) tentang long term complication rates and

survial of peritoneal dialysis catheher menunjukkan rata-rata umur responden

juga tergolong usia lanjut yaitu 62,8 tahun. Umur responden dengan rata-rata

47,32 tahun menunjukkan tahap awal usia dewasa menengah. Secara fisiologis

pada usia ini mulai terjadi penurunan fungsi sistem tubuh, daya tahan tubuh tidak

lagi sekuat ketika masih muda. Oleh karena itu pada usia ini perlu

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 79: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

61 Universitas Indonesia

mempertimbangkan untuk tidak mengerjakan pekerjaan berat yang biasa

dilakukan pada usia muda.

Hasil penelitian Passadakis (2010) menunjukan bahwa 20-40% pasien memulai

CAPD saat berumur 45-64 tahun, 13-25% pasien yang berumur 65-74 tahun dan

hanya 9-13% pasien diatas 75 tahun. Penelitian ini juga menyatakan bahwa

seringkali pasien usia lanjut mengaami kesulitan dengan akses vaskular sehingga

lebih cocok untuk menggunakan CAPD.

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara umur

responden dengan komplikasi CAPD. Hasil penelitian ini hampir sama dengan

penelitian yang dilakukan Supono (2008) tentang faktor-faktor yang berkontribusi

terjadinya peritonitis pada CAPD di RSU Dr. Saiful Anwar Malang yang

menunjukkan bahwa umur tidak memiliki hubungan yang signifikan untuk

terjadinya peritonitis. Dari observasi saat penggantian cairan dan perawatan exit

site terlihat bahwa pada responden usia lanjut sebagian besar dilakukan oleh

istri/suami, anak ataupun cucu mereka yang lebih cekatan. Sehingga dapat

diasumsikan bahwa meskipun menurut Nessim et al (2008) usia lanjut signifikan

mengalami peritonitis akibat penurunan fungsi penglihatan dan kecekatan, namun

pada penelitian ini komplikasi CAPD tidak berhubungan dengan usia.

Dari pengumpulan data diketahui bahwa dua orang responden yang mengalami

peritonitis berusia 30 dan 32 tahun. Dari kedua responden ini,seorang responden

tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan pergantian cairan dialisat di

waktu subuh karena airnya dingin pada musim hujan. Responden lainnya

mengatakan tidak mengikuti bagaimana prosedur standar CAPD sejak ditinggal

pergi istrinya yang biasa membantu dalam perawatan CAPD dirumah. Dari hasil

pengumpulan data diatas dapat diasumsikan bahwa musim serta kondisi

psikologis turut berkontribusi menyebabkan terjadinya infeksi pada CAPD.

Hal ini sesuai dengan penelitian Stinghen et al (2007) tentang factor contributing

to the difference in peritonitis between centers and region yang menyatakan

bahwa cuaca turut berkontribusi menyebabkan terjadinya peritonitis. Berbeda

dengan penelitian ini dimana cuaca dingin menyebabkan keengganan untuk cuci

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 80: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

62 Universitas Indonesia

tangan, penelitian Stinghen et al (2007) menyatakan bahwa pada musim humid,

keringat dan kotoran mengelilingi area exit site, meningkatkan pertumbuhan

bakteri di sekitar tempat penyimpanan peralatan CAPD.

Studi literatur tentang hubungan umur dengan kejadian peritonitis sebagai salah

satu jenis komplikasi masih inkonsisten (De Vecchi 1998; Kadambi, 2002, Holley

1994; Li PK, 2007; Mujais 2006; Perez-Contreras, 2000 dalam Nessim et al,

2008). Hal ini menurut Nessim et al (2008) karena adanya perbedaan masa

responden memulai CAPD. Responden yang memulai CAPD antara tahun 1996-

2000 lebih sering terkena peritonitis dibandingkan dengan responden yang

memulai CAPD setelah tahun 2000. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya

tehnik “flush before fill” dan penggunaan topikal antibakteri yang digalakkan pada

pasien CAPD setelah tahun 2000.

Pada penelitian ini, di kedua rumah sakit prinsip “flush before fill” sudah

merupakan standar dalam mengganti cairan CAPD. Sebelum cairan dialisat baru

dialirkan, terlebih dahulu dikeluarkan sedikit cairan dialisat tersebut untuk

membilas slang twin bag. Hal ini dimaksudkan agar slang kosong tadi bersih dari

mikroorganisme yang akan dikeluarkan langsung ke dalam cairan dialisat lama.

6.1.1.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden pada penelitian ini paling banyak berjenis kelamin laki-

laki. Hal ini sesuai dengan data dari USRDS bahwa pasien gagal ginjal terminal

terbanyak adalah laki-laki. Data dari USRDS tahun 2010 menunjukkan bahwa

dari seluruh pasien CKD di Amerika Serikat sebanyak 61.117 orang adalah laki-

laki dan 40.058 orang adalah perempuan. Pada prinsipnya, kejadian gagal ginjal

tahap akhir pada laki-laki dan perempuan adalah sama. Adanya kecenderungan

laki-laki lebih rentan terkena GGT karena pekerjaan laki-laki lebih berat dari

perempuan. Hipertensi yang berkepanjangan merupakan faktor risiko terjadinya

GGT (NKF, 2009).

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 81: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

63 Universitas Indonesia

Hasil penelitian Perakis et al (2009) menunjukkan jumlah pasien CAPD di Yunani

sejak tahun 1990-2007 sebagian besar (57,9%) adalah laki-laki. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Chan et al (2010) tentang investigasi profil kesehatan pasien

GGT yang menjalani peritoneal dialysis di Hongkong, juga menunjukkan jumlah

responden laki-laki yang lebih banyak yaitu sebanyak 83 orang dan responden

perempuan sebanyak 70 orang. Sedangkan penelitian yang dilakukan Hall et al

(2004) di USA menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih banyak (51%)

dibandingkan dengan responden perempuan.

6.1.1.3 Tingkat Pendidikan

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak adalah

perguruan tinggi. Berbeda dengan penelitian Supono (2008) yang menunjukkan

jumlah respondennya adalah berpendidikan SLTP. Notoadmojo (2002) dan Azwar

(1995) menyatakan terdapat kaitan antara tingkat pendidikan terhadap perilaku

positif yang menjadi dasar pemahaman dan perilaku seorang individu. Tingkat

pendidikan sering berhubungan dengan kemampuan menyerap informasi yang

diberikan oleh petugas kesehatan juga terkait dengan kemampuan baca tulis.

Dengan demikian individu dengan pendidikan tinggi diasumsikan lebih mudah

menyerap informasi sehingga pemberian asuhan keperawatan lebih baik bagi

mereka.

Pada prosedur CAPD, pasien yang menjalani memutuskan memilih CAPD

sebagai terapi pengganti ginjal, sebelumnya dilakukan pelatihan tentang hakikat

CAPD dan perawatan serta penggantian cairan CAPD dirumah oleh perawat

bersertifikasi CAPD. Keberhasilan pelatihan ini akan tergantung dari kemampuan

pasien dalam menyerap informasi yang diberikan perawat selama pelatihan.

Penelitian berbeda didapat dari penelitian Chan et al (2010) pada 153 responden

di Hongkong menunjukkan bahwa pendidikan primer (SD) lebih banyak (61

orang) kemudian SMP (56 orang), tidak sekolah 26 orang dan paling sedikit

adalah perguruan tinggi (10 orang).

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 82: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

64 Universitas Indonesia

6.1.1.4 Lama Menjalani CAPD

Pada penelitian ini rata-rata lama responden menjalani CAPD adalah 31,73 bulan

atau 2, 64 tahun. Responden dengan jangka waktu memakai CAPD terpendek

adalah 1 bulan dan terlama adalah 96 bulan ( 8 tahun). Penelitan ini juga

menunjukkan tidak ada hubungan antara lama menjalani CAPD dengan

komplikasi CAPD (p value = 0,615).

Komplikasi yang terjadi pada responden, yaitu hipoalbumin, infeksi exit

site/tunnel, peritonitis dan kebocoran cairan dialisat terjadi pada responden yang ≤

satu tahun menjalani CAPD maupun responden yang sudah lebih dari lima tahun

menjalani CAPD. Dari pengumpulan data diketahui bahwa responden yang telah

lama menjalani CAPD, jarang kontrol dan mengikuti pertemuan tentang CAPD,

mengatakan telah lupa tentang prosedur standar dalam perawatan CAPD. Bahkan

tidak sedikit yang lupa tentang enam langkah cara mencuci tangan yang benar.

Semakin lama pasien telah menjalani CAPD maka akan terjadi peningkatan

pengetahuan dan wawasan terhadap CAPD yang dilakukan. Hal ini akan

mempengaruhi pada kemampuan pasien dalam mencegah berbagai komplikasi

yang dapat terjadi dalam pemakaian CAPD. Namun penelitian Russo et al (2007)

tentang patient re-training in peritoneal dialysis: why and when it is needed

sebaliknya, menunjukkan bahwa pada 353 responden penelitian terlihat bahwa 67

% dan 51% mendapat nilai yang rendah untuk pengetahuan akan diet dan aktifitas

fisik yang dapat dilakukan saat menjalani CAPD. Ini terjadi pada respondenyang

telah menggunakan CAPD kurang dari 18 bulan dan diatas 36 bulan.

Penelitian Nolph (1985) dalam mengamati pasien yang menjalani CAPD dalam

tiga tahun pertama ditemukan terjadinya peritonitis, infeksi exit site dan catheter

replacement. Pollock (1989) juga menemukan terjadinya peritonitis pada 2-3

tahun pertama pemakaian CAPD di Australia. Penelitian Szeto et al (2010)

menunjukkan bahwa rata-rata lama responden menjalani CAPD adalah 63,7 bulan

dan terdapat 23% yang mengalami peritonitis dengan atau tanpa septikemia.

Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara lama menjalani CAPD

dengan komplikasi bisa diasumsikan bahwa di Surakarta, CAPD baru dimulai

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 83: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

65 Universitas Indonesia

sejak tahun 2006. Hingga saat penelitian dilakukan, pasien yang di tahun 2006

memulai CAPD masih ada dan tidak mengalami komplikasi. Dalam pengumpulan

data diketahui bahwa pasien yang tidak mengalami komplikasi ini selalu

melakukan pergantian cairan dialisat dengan memperhatikan kebersihan dan

melakukan perawatan exit site dan perawatan CAPD secara keseluruhan sesuai

dengan standar yang pernah diajarkan perawat CAPD.

6.1.1.5 Penyebab Gagal Ginjal Terminal

Pada penelitian ini, penyebab gagal ginjal terminal terbanyak adalah hipertensi

yaitu sebanyak 35 responden (49,3%). Data USRDS tahun 2008 menunjukkan

bahwa penyebab terbanyak GGT adalah diabetes yaitu sebanyak 48.303 pasien,

kemudian disusul dengan hipertensi yaitu sebanyak 31.085 orang.

Berbeda dengan penelitian Marihot (2004) bahwa penyebab gagal ginjal terminal

adalah glomerulonefritis (50%), penyakit ginjal obstruktif infeksi, hipertensi dan

interstitial nefritis masing-masing 10% dan penyebab terkecil adalah nefropati

diabetik. Perubahan ini kemungkinan besar juga disebabkan oleh perubahan gaya

hidup dimana banyak individu yang kurang memperhatikan kesehatan dengan

merokok, mengkonsumsi makanan tinggi garam dan lemak, kurang olahraga dan

stress. Menurut Suhardjono (2009), Asupan harian garam rata-rata orang

Indonesia mencapai 15 gram perhari, tiga kali lebih tinggi dari asupan yang

disarankan badan kesehatan dunia (WHO) sebesar 5 gram perhari.

Sementara, Adre Mayza (2009) mengatakan 32 persen populasi Indonesia

mengidap hipertensi. “Penyakit kardiovaskular dan hipertensi tinggi dan

cenderung meningkat seiring perubahan gaya hidup yang tidak mengarah pada

gaya hidup sehat,”. Dengan demikian apabila tidak ada upaya untuk mengatasi

hipertensi ini, maka risiko terjadinya penyakit gagal ginjal terminal masih tinggi.

Hipertensi dan gagal ginjal membentuk suatu lingkaran setan. Hipertensi dapat

menyebabkan gagal ginjal, sebaliknya gagal ginjal terminal dapat menimbulkan

hipertensi (Tagor 2003). Jika ginjal mengalami penurunan perfusi akan

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 84: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

66 Universitas Indonesia

merangsang mekanisme renin-angiotensin. Renin yang dilepaskan akan memecah

angiotensi I dari angiotensinogen. Angiotensin I kemudian diubah menjadi

Angiotensin II yang merupakan vasokontriktor kuat sehingga menimbulkan

peningkatan tekanan darah.

Hipertensi menjadi penyebab terbanyak GGT dalam penelitian ini didukung oleh

fakta bahwa di Jawa Tengah kasus tertinggi hipertensi ditemukan di kota

semarang yaitu 67.101 kasus (19,56%), kemudian kabupaten Klaten 36.002 kasus

(10,49%). Sementara di daerah Surakarta, jumlah penderita hipertensi sekitar

27,8%. Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (Profil

Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2004).

Di propinsi Yogyakarta, jumlah pasien terbanyak yang dirawat di RSUP dr.

Sardjito adalah penderita hipertensi. Sepanjang tahun 2010, RSUP Dr. Sardjito

melayani penderita hipertensi 20.189 orang. Sedangkan peringkat kedua penyakit

terbanyak yang ditangani RS ini adalah diabetes mellitus sebanyak 17.949 pasien

selama tahun 2010 (Harian Tribun Jogja, 18 Jan 2011)

Penelitian Szeto et al (2010) menunjukan bahwa penyebab terbanyak gagal ginjal

terminal yang dialami responden adalah glumerulonefritis (36,7%). Penelitian

berbeda ditunjukkan oleh Perakis (2009) bahwa penyebab GGT responden di

Yunani terbanyak adalah Diabetes Mellitus (31,6 %) disusul oleh hipertensi

(24,3%), glomerulonefritis 13,8 %, sisanya karena renal polikistik dan sebab lain.

6.1.2. Kepatuhan Terhadap Prosedur Standar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden lebih banyak patuh yaitu 39

responden (54,9%). Hasil analisis statistik lebih lanjut menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara kepatuhan terhadap prosedur standar dengan

komplikasi CAPD.

Prosedur standar perawatan CAPD di rumah meliputi tehnik melakukan

penggantian cairan dialisat secara benar, kemampuan mengenal tanda-tanda

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 85: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

67 Universitas Indonesia

infeksi dan kecepatan menghubungi dokter/perawat jika terjadi masalah

(Tambunan, 2000).

Dari pengumpulan data diketahui bahwa ketidakpatuhan tersebut terjadi karena

asumsi pasien lupa. Semua pasien yang menjalani CAPD pasti telah mengetahui

tentang perawatan dasar CAPD yang dilakukan di rumah karena tidak ada

pasien/keluarga yang tidak mengikuti program pelatihan sebelum memulai sendiri

penggantian cairan dialisat. Namun apakah kemampuan menyerap informasi saat

pelatihan sebanding dengan sikap untuk melaksanakan prosedur standar CAPD di

rumah tidak diketahui.

Adapun ketidakpatuhan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pemahaman

akan instruksi, kualitas interaksi, isolasi sosial dan keluarga, keyakinan sikap dan

kepribadian (Neil, 2000). Pada penelitian ini pemahaman akan instruksi, sikap dan

kepribadian dapat diasumsikan menjadi faktor yang berkontribusi terjadinya

komplikasi. Sikap ini sesuai dengan pernyataan responden saat pengumpulan data

dimana tidak perlu memakai masker karena selama lima tahun menjalani CAPD

belum pernah infeksi.

Akibat ketidakpatuhan terhadap prosedur standar di rumah ini akan berdampak

pada tidak adekuatnya perawatan yang harus dilakukan sesuai standar. Pada

standar bagaimana perawatan exit site dan kebersihan saat mengganti cairan, akan

memicu pertumbuhan mikroorganisme yang lebih cepat dan memudahkan

timbulnya komplikasi. Upaya untuk meningkatkan kepatuhan terhadap prosedur

standar ini dapat dilakukan dengan cara melatih kembali hal-hal yang kurang

dipahami dan melakukan pengawasan melalui kunjungan rumah secara rutin

sesuai jadwal.

6.1.3 Status nutrisi

6.1.3.1 Lingkar Lengan Atas (LLA)

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 86: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

68 Universitas Indonesia

Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata lingkar lengan atas responden adalah

24,97 cm Lingkar lengan atas terkecil adalah 19 sentimeter dan lingkar lengan

terbesar adalah 33 sentimeter. Pada kategori LLA terlihat proporsi terbanyak

responden adalah pada kategori LLA tidak normal yaitu 59,2%. Hasil analisis

statistik lebih lanjut menunjukkan tidak ada hubungan antara LLA dengan

komplikasi CAPD.

Penelitian sejenis belum ada untuk pasien CAPD, tetapi penelitian untuk pasien

hemodialisa yang dilakukan oleh Noer (2005) menunjukkan bahwa lebih banyak

pasien HD yang memiliki status nutrisi normal berdasarkan LLA dibandingkan

dengan status gizi kurang. Status nutrisi merupakan fenomena multidimensional

yang memerlukan beberapa metode dalam penilaian, termasuk indikator-indikator

yang berhubungan dengan nutrisi dan pemakaian energi. Pengukuran LLA juga

diasumsikan sering kurang sensitif pada pasien dewasa dibandingkan pada anak

yang masih mengalami tumbuh-kembang.

Pada saat pengumpulan data didapatkan bahwa LLA normal tetapi albumin

menunjukkan nilai dibawah normal pada beberapa pasien dikarenakan sedang

mengalami infeksi (peritonitis dan infeksi tunnel/exit site) dan asupan nutrisi

kurang. Penelitian yang hampir sama yaitu dilakukan oleh Dutton (1999)

menunjukkan bahwa ada korelasi yang bermakna antara albumin dan LLA pada

pasien setelah HD. Ini berarti pasien dengan LLA kurang dari normal, albuminnya

juga kurang dari normal (hipoalbumin).

6.1.3.2 Albumin Serum

Dalam penelitian ini, rata-rata albumin serum responden adalah 3,31 g/dl

(SD=0,45). Nilai albumin serum terkecil adalah 2 g/dl dan nilai albumin serum

terbesar adalah 4,5 g/dl. Pada pengkategorian albumin terlihat proporsi

responden berdasarkan normalitas kadar albumin hampir sama.

Pada studi Fleischmann (1999) nilai prealbumin, albumin, dijumpai lebih tinggi

pada pasien berat badan lebih (overweight) dan paling rendah pada berat badan

kurang (underweight). Hipoalbumin merupakan komplikasi yang dapat terjadi

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 87: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

69 Universitas Indonesia

pada pasien dengan CAPD. Hipoalbumin lebih sering terjadi pada kondisi

peritonitis/infeksi dan asupan nutrisi kurang. Dalam kondisi peritonitis/infeksi

exit site/infeksi tunnel, kehilangan protein meningkat sekitar 20 g/hari.

(Callaghan, 2007; Thomas, 2002). Pada penelitian ini hipoalbumin dialami oleh

semua responden yang mengalami komplikasi.

Kadar albumin serum yang rendah berbanding lurus dengan lamanya rawat inap.

Kondisi hipoalbumin merupakan prediktor kuat penyebab kematian

dibandingkan dengan usia, lamanya CAPD dan penggunaan konsentrasi cairan

dialisis (Teehan, 1990 dalam Jones, 2003). Menurut Jones (2003), terjadinya

hipoalbuminemia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain timbulnya infeksi

pada CAPD, masukan yang tidak adekuat, usia, lama telah menjalani CAPD dan

penggunaan konsentrasi cairan dialisat.

Hipoalbumin banyak ditemukan pada sebagian besar responden penelitian ini.

Hal ini dapat diasumsikan bahwa ada beberapa responden yang melakukan

penggantian CAPD 3 kali per hari dengan penggunaan cairan yang lebih pekat

(2,5%). Alasan responden karena beberapa memiliki aktivitas yang panjang

sehingga dibutuhkan dwell time yang lebih lama dan responden lainnya

mengatakan karena konsentrasi 1,5% tidak menarik kelebihan cairan.

Konsentrasi cairan dialisat yang tersedia saat ini didistribusikan oleh Baxter yaitu

yaitu 1,5 %, 2,5% dan, 4,5%. Cairan dengan konsentrasi lebih tinggi akan

mengambil kelebihan air lebih banyak dari cairan yang konsentrasinya lebih

rendah. Penggunaannya akan mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit

termasuk nilai albumin pasien CAPD. Dengan konsentrasi yang makin tinggi

akan banyak pula albumin yang dapat terbuang pada cairan dialisat (Baxter,

2002).

Hipoalbumin dapat diatasi dengan memberikan putih telur 5-6 butir setiap kali

makan. Alternatif lainnya dengan memberikan ikan gabus disesuaikan dengan

kebutuhan albumin pasien (Kompas, 2007). Penggunaan ikan gabus untuk

mengatasi hipoalbumin ini setelah melalui penelitian yang dilakukan oleh

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 88: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

70 Universitas Indonesia

Suprayitno (2003) dengan judul “albumin ikan gabus”. Uji coba dilakukan pada

pasien pasca operasi dengan kadar albumin rendah (1,8 g/dl). Dengan perlakuan

2 kg ikan gabus per hari telah meningkatkan kadar albumin serum pasien

menjadi normal (3,5-5,5 g/dl).

6.1.4 Higienitas saat penggantian cairan

Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden yang mengalami

komplikasi (73%) pada responden yang kurang higienis lebih besar dibandingkan

dengan yang higienis (35,3). Penelitian ini juga mendapatkan ada hubungan

antara higienitas saat mengganti cairan dengan kejadian komplikasi CAPD.

Dari pengumpulan data diketahui bahwa sebelum terjadi infeksi

(peritonitis/infeksi tunnel), seorang responden mengatakan bahwa dia tidak

melakukan cuci tangan saat penggantian cairan di waktu subuh karena rasa

dingin. Responden lain mengatakan bahwa infeksi yang dialami berawal dari

kebocoran pada connector sehingga memungkinkan adanya kontaminasi dengan

mikroorganisme serta responden lain mengatakan terendamnya transfer set ke

dalam kolam yang tidak disadari ketika bermain layang-layang dengan anak.

Penelitian Nailor dan Roe (1997) menunjukkan bahwa kebersihan dalam

perawatan exit site mencegah terjadinya infeksi exit site. Pentingnya kebersihan

selama penggantian cairan dan perawatan exit site telah ditekankan oleh tim

Baxter selaku penyedia cairan dialisat. Hal ini penting karena peritonitis masih

menjadi permasalahan komplikasi utama pada pasien dengan CAPD. Kebersihan

ini juga mencakup kebersihan pasien dan penolong yang membantu pasien

dirumah yaitu penting untuk menggunakan pakaian yang bersih dan tidak

berkuku panjang.

Peritonitis sebagai salah satu komplikasi serius pada CAPD dapat dicegah

dengan universal precausion. (Duval 2010; Szeto 2010). Cuci tangan merupakan

praktik pencegahan infeksi yang paling penting (CDC, 2002; Kaye et al 2006;

Mody, Saint, Kaufman, Kowalski, & Krein, 2008 dalam Duval 2010). Tangan

yang terkontaminasi menjadi penyebab utama infeksi silang. Adalah sangat

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 89: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

71 Universitas Indonesia

direkomendasikan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

perawatan CAPD pada pasien (Duval, 2010).

Pada Buku Panduan Pelatihan Untuk Pasien Dengan Dialisis Peritoneal yang

dikeluarkan oleh Baxter (2000), disebutkan bahwa pasien CAPD harus mencuci

tangan sebelum melakukan penggantian dialisat, mandi setiap hari dan segera

membersihkan exit site setelah mandi sesuai dengan yang diajarkan perawat.

Pada buku Peritoneal Dialysis Training Manual yang dikeluarkan oleh Fresenius

Medical Care (2000) disebutkan bahwa memelihara kebersihan dilakukan dengan

mencuci tangan, menggunakan masker dan selalu membersihkan meja tempat

melakukan penggantian cairan setiap kali akan melakukan penggantian cairan.

Meja tempat melakukan penggantian cairan harus rat dan dilapisi kaca sehingga

mudah dibersihkan. Semua tindakan tersebut untuk mencegah kuman masuk ke

dalam peritonium.

6.1.5 Fasilitas Perawatan di rumah

Penelitian ini menunjukkan 66,7% pasien dengan fasilitas kurang baik,

mengalami komplikasi CAPD. Sedangkan pada responden dengan fasilitas yang

baik mengalami komplikasi CAPD. Penelitian ini mendapatkan tidak ada

hubungan antara fasilitas perawatan CAPD dirumah dengan kejadian komplikasi

CAPD.

Dalam observasi fasilitas perawatan di rumah ketika menilai higienitas responden

saat kunjungan rumah ada beberapa responden yang memiliki fasilitas perawatan

CAPD yang kurang memenuhi syarat sesuai yang ditetapkan oleh tim Baxter

selaku pemasok cairan dan peralatan CAPD. Hal ini antara lain ada seorang

responden yang hanya memiliki rumah tempat tinggal berukuran ± 4x5 m dimana

ruang tidur dan ruang keluarga serta dapur hanya dipisahkan oleh lemari.

Penggantian cairan dilakukan di tempat tidur bertingkat yang sekaligus juga

tempat tidur keluarga. Penyimpanan cairan dialisat yang masih dalam kardus

ditumpuk dekat gas tempat memasak.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 90: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

72 Universitas Indonesia

Beberapa responden juga memiliki ruang perawatan yang merangkap ruang tidur

dimana anak-anak mereka yang kecil tetap leluasa masuk ke dalam ruangan

tersebut. Responden lain memiliki ruang khusus penggantian cairan dialisat

namun ukurannya terlalu kecil dan panas sehingga kurang nyaman selama

penggantian cairan. Terlihat karena berkeringat saat memulai penggantian cairan,

responden membuka sedikit pintu ruang penggantian cairan tersebut. Ada dua

orang responden yang sedang membangun ruang khusus untuk perawatan CAPD.

Beberapa responden memiliki tempat cuci tangan yang cukup jauh dari ruangan

penggantian cairan dialisat. Tempat cuci tangan tidak khusus tetapi juga dipakai

untuk keperluan mencuci pakaian. Bahkan ada yang cuci tangan di tempat

pencucian piring. Tidak banyak yang memiliki tempat cuci tangan mengalir yang

menyatu dengan ruangan khusus penggantian cairan dialisat. Beberapa responden

tidak memiliki cuci tangan dengan air mengalir tetapi dengan air yang ditimba

dari sumur. Air tersebut tampak jernih dan tidak berbau.

Ada beberapa responden yang tidak mempunyai antiseptik alkohol 70% dengan

alasan harga alkohol cukup mahal bagi mereka. Responden lain tidak memiliki

meja tempat menyimpan cairan yang akan dipakai. Sedangkan untuk kepemilikan

masker, hampir semua responden memilikinya walaupun dalam pemakaiannya

bermacam macam. Sebagian besar responden memakai masker saat

penyambungan slang cairan dialisat (twin bag) dengan connector dan saat

memutuskan slang cairan dialisat (twin bag) dengan connector. Sementara selama

proses cairan mengisi peritonium dan saat mengeluarkan cairan dialisat, masker

tersebut dilepas. Sebagian lainnya memakai sepanjang penggantian cairan dan

ada sebagian kecil responden yang memakai masker karena batuk/flu.

Penelitian Supono (2008) menunjukkan bahwa fasilitas kurang baik berpotensi

lebih tinggi mengalami kejadian peritonitis dibandingkan dengan fasilitas

perawatan yang baik. Fasilitas dimaksud yaitu tersedianya kamar ganti khusus

untuk CAPD yang didalamnya dapat diisi peralatan CAPD, air mengalir untuk

cuci tangan dan juga adanya alkohol 70% untuk desinfeksi (Tambunan, 2008).

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 91: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

73 Universitas Indonesia

Penggunaan kamar penggantian CAPD secara bersama-sama untuk kepentingan

istirahat tidur anggota keluarga lain, dapat meningkatkan berkembangnya

mikroorganisme yang didapat dari luar secara cepat. Perawatan atau penggantian

cairan dialisat dan perawatan exit site juga perlu dilakukan diruang khusus

tersebut. Ruangan khusus ini harus bersih, tidak ada hembusan angin, mempunyai

penerangan yang baik, cukup luas dan binatang peliharaan tidak boleh ada

disekitar ruangan tersebut (Baxter, 2000).

Pada penelitian ini dapat diasumsikan bahwa dari segi fasilitas hanya alkohol dan

ruangan tertutup yang tidak dimiliki oleh sebagian besar responden. Namun

demikian terlihat bahwa mereka mengakali ketiadaan fasilitas itu dengan berusaha

meminimalkan kontaminasi dengan mikroorganisme saat penggantian cairan dan

perawatan exit site. Responden yang tidak memiliki alkohol 70%, tidak

menyentuh apapun selama proses pengisian dan pengeluaran cairan dan mencuci

tangannya hingga siku tangan sebelum dan sesudah melakukan penggantian

cairan. Responden yang tidak memiliki ruangan khusus, sekalipun anak-anak dan

istri bebas masuk ke ruangan tersebut karena merangkap tempat tidur, tetapi pada

saat penggantian cairan, tidak diperkenankan anak-anak keluar masuk ruangan.

Responden tidak memiliki meja, setelah plastik pembungkus cairan dialisat

dibuka langsung menggantung pada gantungan yang disediakan.

6.1.6 Support System

Penelitian ini menunjukkan bahwa persentase responden yang mengalami

komplikasi pada dukungan keluarga yang kurang baik (61,5%) lebih besar

dibandingkan responden dengan dukungan keluarga yang baik (53,4%). Hasil

studi ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara support system

dengan kejadian komplikasi CAPD.

Pasangan hidup/anak atau penolong yang membantu klien dalam penggantian

cairan dialisat/motivator akan senantiasa mengingatkan klien dan mendukung

untuk mencapai kondisi yang optimal. Support system dari luar seperti Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 92: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

74 Universitas Indonesia

Kidney Care Club (IKCC) juga turut memotivasi klien melalui pertemuan-

pertemuan untuk berbagi pengalaman dan bagaimana meningkatkan kualitas

hidup dengan CAPD.

Sistem pendukung ini apabila adekuat bagi pasien akan meningkatkan motivasi

pasien untuk tetap konsisten dalam perawawatn CAPD. Keluarga sebagai support

system utama diharapkan turut dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan

CAPD (Tambunan, 2008). Menurut Cook (1995) dalam tulisannya psychologycal

and educational Support for CAPD Patient menyatakan bahwa dukungan

psikologis diperlukan terutama karena pasien berada dalam aktivitas yang

monoton dan kerepotan tiap hari. Pasien perlu mengetahui bahwa keluarga

berempati atas frustasi yang dialami.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengobservasi higienitas 56 responden

saja, selebihnya adalah responden yang membawa cairan ke rumah sakit saat

kontrol/ mengurus cairan sehingga keakuratan kebersihan saat penggantian cairan

masih kurang terutama bagi responden yang dinilai di poliklinik CAPD/ruang

rawat inap. Di poliklinik/ruang rawat inap telah tersedia air mengalir dan sabun

cuci tangan sedangkan di rumah responden perlu dilakukan observasi langsung.

Hal ini terjadi terutama pada responden yang rumahnya jauh di pedalaman Jawa

Timur, sehingga dengan rentang waktu penelitian yang cukup singkat tidak

dilakukan kunjungan rumah kesana. Dengan demikian peneliti tidak dapat menilai

dengan baik bagaimana kondisi air, ruangan dan penyimpanan dialisat di rumah

apakah bersih atau tidak.

6.3 Implikasi Dalam Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai implikasi terhadap pelayanan unit

dialisis peritoneal dan untuk pengembangan ilmu keperawatan.

1. Bagi Pelayanan keperawatan

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 93: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

75 Universitas Indonesia

Pasien CAPD yang mengalami hipoalbumin masih menjadi komplikasi terbesar

dalam penelitian ini. Walaupun kejadian hipoalbumin dapat terjadi sejak pasien

mengalami gagal ginjal terminal, bukan akibat langsung dari CAPD, namun

petugas kesehatan perlu mencari jalan keluar dalam mengatasi permasalah ini.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor risiko yang paling besar

menyebabkan komplikasi CAPD adalah higienitas saat penggantian cairan dialisat

dan kepatuhan terhadap prosedur standar. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat

dijadikan acuan oleh perawat dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam

melakukan penggantian cairan dan perawatan CAPD di rumah dengan

memberikan pendidikan kesehatan dan mengevalusi secara berkala tentang

kemampuan pasien tersebut.

Bagi manajer keperawatan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk pembaharuan SOP pada pasien yang menjalani CAPD

tentang pentingnya evaluasi berkala akan kemampuan pasien dalam melakukan

perawatan CAPD di rumah dan higienitas saat melakukan tindakan perawatan

CAPD dan penggantian cairan.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memperkaya keilmuan keperawatan khususnya

keperawatan dialisis tentang pentingnya deteksi resiko komplikasi CAPD.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam melakukan

penelitian lebih lanjut terkait komplikasi pada CAPD untuk mengembangkan

intervensi keperawataan dalam pencegahan komplikasi. Dalam penelitian ini

faktor resiko yang paling berpengaruh adalah kepatuhan terhadap prosedur

standar. Pada penelitian ini masih ditemukan responden yang tidak patuh,

sehingga ini dapat menjadi dasar pemikiran untuk membuat penelitian selanjutnya

yaitu mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan terhadap prosedur

standar sebagai cara untuk mengidentifikasi upaya preventif terjadinya komplikasi

CAPD.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 94: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

76 Universitas Indonesia

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

a. Gambaran karakteristik responden adalah rata-rata usia responden yaitu 47,32

tahun. Umur termuda adalah 23 tahun dan umur tertua adalah 73 tahun.

Sedangkan rata-rata lama responden menjalani CAPD adalah 31,73 bulan

atau 2, tahun 6 bulan. Responden dengan jangka waktu memakai CAPD

terpendek adalah 1 bulan dan terlama adalah 96 bulan (8 tahun). Distribusi

frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa

responden terbanyak adalah laki-laki (69%). Berdasarkan tingkat pendidikan

responden terbanyak adalah berpendidikan perguruan tinggi (53%).

Sedangkan penyebab gagal ginjal terminal terbanyak adalah hipertensi

sebanyak 35 orang (49,3%) dan nefropati Diabetes 16 responden (22,5%).

b. Responden yang mengalami komplikasi lebih banyak (54,9%) dari responden

yang tidak mengalami komplikasi (49,1%). Adapun komplikasi terbanyak

adalah hipoalbumin (40,8 %)

c. Analisis hubungan setiap faktor menunjukkan bahwa umur, lama menjalani

CAPD, status nutrisi, support system dan fasilitas CAPD di rumah tidak

memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian CAPD. Sedangkan

higienitas saat mengganti cairan dan kepatuhan terhadap prosedur standar

memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian komplikasi CAPD (p

value 0,003; 0,005).

d. Faktor yang paling berisiko menyebabkan terjadinya komplikasi CAPD

adalah higienitas saat penggantian cairan dan kepatuhan terhadap standar

CAPD. Responden dengan higienitas kurang baik saat mengganti cairan

dialisat beresiko untuk mengalami komplikasi CAPD 3,82 kali lebih besar

dibandingkan dengan responden yang higienitasnya baik setelah dikontrol

oleh variabel kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 95: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

77 Universitas Indonesia

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Perawat

c. Perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

mengelola pasien CAPD sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan

pada pasien CAPD secara tepat

d. Perawat dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan melakukan

evaluasi kemampuan pasien CAPD dalam melakukan standar prosedur

CAPD dirumah dan higienitas dalam penggantian cairan. Secara khusus pada

pengelolaan pasien dengan hipoalbumin dapat dilakukan yaitu dengan

memberikan putih telur sebanyak 5-6 butir atau pemberian ikan gabus pada

program diet pasien.

e. Perawat hendaknya dapat melakukan kunjungan rumah secara terjadwal

untuk mengetahu ketepatan dan kemampuan pasien dalam pengelolaan

CAPD dirumah

7.2.2 Bagi pelayanan kesehatan

Rumah sakit hendaknya meningkatkan layanan home care secara rutin bila

memungkinkan untuk memantau ketepatan pasien dalam menggunakan CAPD

dirumah khususnya bagi pasien dengan penyulit/komplikasi. Namun bila tidak

memungkinkan, kiranya perawat dapat mengingatkan pasien melalui telepon

tentang pentingnya kebersihan saat melakukan penggantian cairan dialisat dan

selalu melakukannya sesuai standar prsedur yang diajarkan.

7.2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Masih diperlukan penelitian sejenis dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan

melakukan penelitian tentang dampak penggunaan cairan dialisat konsentrasi

1,5% dan 2,5% karena penggunaan konsentrasi yang lebih pekat dapat

mempengaruhi terhadap nilai albumin serum akibat banyak albumin yang turut

terbuang dalam cairan dialisat. Penelitian lain juga dapat dilakukan tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan terhadap prosedur standar

CAPD.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 96: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

78 Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Anonym. (2005). Possible problems with peritoneal dialysis. renal dialysis.

Centre The Ohio University Medical Centre. January 29,2011.

http://www.ics.ac.uk/icmprof/downloads/20071116TCD_position_statement

on_exam_inICM_for_IBTICM_V1.1final.prof

_______. (2007). Ikan kutuk pemacu albumin. Harian Kompas 17 Agustus 2007

Arikunto, S. (2006). Metode penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka

Cipta

Azwar A. (1995). Pengantar Epidemiologi. Jakarta. Binarupa

Baxter team. (2002). Peritoneal dialysis (3rd ed.) Baxter Health Corporation.

___________ (2000). Buku Panduan Pelatihan Untuk Pasien Dengan Dialisis

Peritoneal. Jakarta: Kalbe

Black J.M and Hawks J.H. (2009). Medical surgical nursing. USA: Elseviers

Saunder

Cakir B, kirbas I, Cevik B, Ulu EMK, Bayrak A and Coskun M, (2008).

Complications of continous ambulatory peritoneal dialysis: evaluation

with ct. diagnostic and interventional radiology, Vol 14: 212-220.

Proquest database

Chan MF, Wong KY Frances and Chow KY Susan. (2010). Investigating the

Health Profile of Patients With End Stage Renal Failure Receiving

Peritoneal Dialysis: A Cluster Analysis. Journal Of Clinical Nursing Vol

19: 640-657.

Chow K.M, Szeto C.C, Leung C.B, Law M. C, Kwan, B.C, Li, P.K.T (2006).

Adherence to Peritoneal Dialysis Training Schedule. Nephrol Dial

Transplant Vol 22: 545:551

Cook Suzanne (1995). Psychological and Educational Support for CAPD Patients.

British Journal Of Nursing Vol 4: 809-829

Dahlan, M. S. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang

kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagung Seto

_________ (2008a). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika

_________ (2008b). Besar sampel dalam proposal penelitian kedokteran dan

kesehatan. Jakarta: Arkans

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 97: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

79 Universitas Indonesia

Depkes RI. (2008). Pedoman pelayanan CAPD dalam pedoman pelayanan

hemodialisis di sarana pelayanan kesehatan. Direktorat Bina Pelayanan

Medik Spesialistik Depkes RI.

_________.(2007). Pedoman pemeriksaan dan pengukuran. Jakarta: Pengarang

Dempsey P.A & Dempsey A.D. (2000). Using nursing research: Proses, critical

evaluation and utilization. Universitas Michigan: Lippincut

Departemen of Medical Surgical Nursing The Ohio University Medical Centre.

Exit site care: peritoneal catheter. February 12, 2011

http://www.sma.org.sg/smj/4403/4403as.pdf

Dutton, Campbell, Tanner, Richards. (1999). Pre-Dialysis Serum Albumin is a

Poor of Nutritional Status in Stable Chronic Haemodialysis Patients. Juni,

26 2011.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10418376

Duval, Linda (2010). Infection Control 101. Nephrology Nursing Journal Vol 37:

485-488

European Union Public Health Information System (EUPHIX). (2009). Social

support: Definition and scope. 11 Januari 2011

http://www.euphix.org/object_document/o5479n27411.html

Fefendi. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan perawatan

Hemodialisis. April 10, 2011

http://indonesiannursing.com/2008/07/30/faktor-faktor

Frenesius Medical Care. (2004). Frenesius fundamentals in peritoneal dilaysis.

Materi Pelatihan CAPD. Semarang.

___________________. (2000). Peritoneal Dialysis Training Manual. Materi

Pelatihan.

Friel, S.M. (2000). Measuring reliability. USA: Sam Houston State University.

Hall Gayel Duffy A, Lizak H, Schwarz N, Bogan A, Greene S, Nabut J, Dreis S,

Kelley K, Schinker V, S, (2004). New Direction in Peritoneal Dialysis

Patient Training. Nephrology Nursing Journal Vol 31: 149-163.

Hastono S.P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta: FKM UI

Huda MN. (2011). RS Sardjito Yogya 'Banjir' Pasien Hipertensi. Laporan pada

Harian Tribun Jogja 18 Januari 2011.

Ignatavicius Donna D. and Workman M. Linda, (2006). Medical surgical

nursing: Critical thinking for collaborative care (5th ed.) Missouri: Elsevier

Saunders.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 98: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

80 Universitas Indonesia

Jones CH. (2003). Serum Albumin in Peritoneal dialysis patients. June 30, 2011.

http://www.uninet.edu/cin2003/conf/jones/jones.html

Kallenbach, J.Z., Gutch, C.F.Martha,S.H., & Corca, A.L. (2005). Review of

hemodialysis for nurses and dialysis personel (7th ed.). St.Louis: Elsevier

Mosby

Keane, Miller (2003). Encyclopedia and dictionary of medicine, nursing, and

allied health. (7th ed.). Missouri: Saunders.

Kelman E. & Watson D. (2006). Preventing and managing complication dialysis:

Chapter 29. Nephrology Nursing Journal. Nov-Dec

Lameire N. & Mehta R.L. Complications of dialysis. New York: Marcel Dekker

Inc.

Lancaster L.E (1992). Core curriculum for nephrology nursing (2rd ed.). New

Jersey.

Legrain M. (1979). CAPD: Proceeding of an international symposium Paris

November 2nd and 3 rd. Amsterdam: Excevpta Medica

Le Mone, P., & Burke, K.M. (2008). Medical surgical nursing: Critical thinking

in client care. (6th ed.). New Jersey: Prentice Hall Health.

Lewis, S.M., Heitkemper, M.M., & Dirksen, S.R. (2000). Medical surgical

nursing assessment and management of clinical problem. (5th ed.).

St.Louis: Mosby Company.

Mac Dougall .D. (2007). CAPD Peritonitis : Causes, management. renal &

urology news. February 12, 2010.

http://www.renalandurologynews.com/CAPD-peritonitis-causes-

management/article/99060

Mayza Adre, Suhardjono (2009). Simposium Hipertensi Ketiga, Jakarta. June 26

2011. http://indonews.org/orang-indonesia-terlalu-banyak-makan-garam/

Mitrogianni Z, Barbouti A, Galaris D, Siamopoulous K.C, (2009). Oxidative

Modification of Albumin in Predialysis, Hemodialysis, and Peritoneal

Dialysis Patients. Nephron Clinical Practice 113: c234-c240

Mosby Inc. (2008). Mosby’s medical dictionary, 8th Edition. Missouri: Elsevier

National Kidney Foundation. (2009). Chronic Kidney Disease (CKD). April 16,

2010 . http://www.kidney.org/kidneyDisease/ckd/index.cfm.

Neil Niven (2000). Health psychology: An Introduction for Nurses and Other

Health Care Professionals, terjemahan oleh Agus Waluyo, Jakarta

Penerbut Buku Kedokteran EGC.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 99: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

81 Universitas Indonesia

Nessim J Sharon, Bargman M Joanne, Austin C Peter, Story Ken, Jassal V

Sarbjit. (2008). Impact of Age on Peritonitis Risk in Peritoneal Dialysis

Patients: An Era Effect. Clinical Journal of the American Society of

Nephrology Vol 4: 135-141

NIDDK. (2006). Treatment methods for kidney failure : peritoneal dialysis. USA:

U.S Departement of Health and Human Services

Nolph KD, SJ Cutler, SM Steinberg, JW Novak. (1985). Continuous ambulatory

peritoneal dialysis in the United States: A three-year study. Kidney

International (1985) 28, 198–205; doi:10.1038/ki.1985.141. April 12,

2011. http://www.nature.com/ki/journal/v28/n2/abs/ki1985141a.html

Nolph K.D & Gokal R. (1994). The textbook of peritoneal dialysis. Netherlands:

Kluwer Academic Publisher

Notoadmodjo S. (2002). Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

keperawatan pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian

keperawatan. (Edisi 2.). Jakarta: Salemba Medika.

O’Callaghan C, (2007). At a glance sistem ginjal (Edisi 2.). (Elisabet Yasmin,

penerjemah). Jakarta: Erlangga.

Park MS, Choi SR, Yoon SY, Lee SY and Han DS, (2006). New Insight of Amino

Acid Based Dialysis Solution: International Society Nephrology Vol 70:

S110-S114.

Parsudi, Siregar dan Roesli dalam Sudoyo Aru W dkk, (2006). Buku ajar ilmu

penyakit dalam (Jilid 1 Edisi IV.). Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FK UI

Perakis E. K, Stylianou K.G, Kyriazis J.P, Mavroeidi V.N, Katsipi I.G, Vardaki

E.a, Petrakis I. G, Stratigis S, Kraustalakis N.G, Alegakis A.K, and Daphnis

E.K, (2009). Long-Term Complication Rates and Survival of Peritoneal

Dialysis Catheter: The Role of Percutaneus Versus Surgical Placement.

Seminars in Dialysis. Vol 22: 569-575.

Peritonitis CAPD. February 12, 2011 http://www.bsac.org.uk/pyxis/intra %20

abdominal20%infection/peritonitis/peritonitis.htm

Peso, G. D, Bajo M.A, Costero C, Hevia C, Gil F, Diaz C, Aguilera A, Selgas R,

(2003) Risck Factor For Abdominal Wall Complication in PeritoneL

Dialysis Patients: International Society for Pertoneal Dialysis Vol 23: 249-

254.

Polit, D.F., & Hungler, B.P. (2005). Nursing research: Principles & methods

(6th ed.). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 100: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

82 Universitas Indonesia

Pollock CA., Ibels LS, Caterson, Mahony JF, Waugh DA and Cocksedge B.

(1989). Continuous ambulatory peritoneal dialysis. Eight years of

experience at a single center. Medicine (Baltimore). Sep; 68(5): 293-308

Price, Sylvia A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

(Brahm U. Pendit dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Ramakrishna C.H Kumar KS, Padmnabhan S, Kumar V.S, (2007). Hyponatremia

dan hypokalemia in a continous ambulatory peritoneal dialysis patient.

Indian Journal of Nephrology Vol 17:20-22

Russo R, Manili L, Tiraboschi G, Amar K, Luca MD, Alberghini E, Ghiringhelli

P, Vecchi AD, Porri MT, Marinangeli G, Rocca R, Paris V and Ballerini

L. (2006). Patient re-training in Peritoneal Dialysis: Why and When it is

Needed. International Society of Nephrology Vol 70: S127-S132.

Sastroasmoro Sudigdo dan Ismael Sofyan. (2010). Dasar-dasar metodologi klinis

(Edisi Ketiga.). Jakarta: Sagung Seto

Sherwood, L. (1999). Human physiology from cells to systems. St. Paul: West

Publishing Company.

Silbernagl S and Lang F. (2000). Color Atlas of Pathophysiology. Germany:

Thieme.

Smeltzer, S.C., Bare, BG., Hinkle, J.L & Cheever, K.H. (2008). Textbook of

medical surgical nursing (12 ed.). Philadelphia: Lippincott William &

Wilkins.

Soeparman dan Waspadji Sarwono. (1999). Ilmu penyakit dalam (Jilid II.).

Jakarta: FKUI

Stinghen AE, Barreti P and Filho RP. (2007). Factors Contributing to The

Difference in Peritonitis Rate Between Centers and Regions. Peritoneal

Dialysis International Vol 2: 281-285

Sugiono. (2011). Metode penelitian kuanitatif dan kualitatif. Bandung: CV.

Alfabeta

Suharyanto T. dan Madjid A. (2009). Asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Penerbit TIM

Supono. 2009. Faktor-faktor yang berkontribusi terjadinya peritonitis pada

pasien continous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) di rumah sakit

Dr. Saiful Anwar Malang. Tesis.

Szeto C.C, Kwan B.C.h, Chow K.M, Pang W.F, Kwong V.W.K, Leung C.B and

Li P.H.T, (2010). Persisten Symptomatic Intra-Abdominal Collection

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 101: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

83 Universitas Indonesia

After Catheter Removal For PD-Related Peritonitis. Peritoneal Dialysis

International, Vol. 31: 34-38.

Tagor. 2003. Hipertensi Esensial. Dalam : Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI

Thomas N. & Smith T. (2002). Renal nursing (2nd ed.). UK: Bailliere Tindall.

Universitas Indonesia. Keputusan rektor UI nomor 628/SK/R/UI/2008 tentang

pedoman teknis penulisan tugas akhir mahasiswa Universitas Indoesia.

Jakarta: pengarang.

Widyastuti T, Parjanto E, Susetyowati. (2004). Daya Terima Pemberian Ekstrak

Ikan Lele (Clarias Gariepinus) dan Putih Telur pada Pasien Hipoalbumin

di RS Sardjito Yogyakarta.

Yenny. (2010). Peran, karakteristik peritoneum dan konsentrasi glukosa cairan

CAPD terhadap pengeluaran cairan pada pasien yang menjalani CAPD di

RS PGI Cikini, Jakarta. Thesis

Yetti K. (2007). Peran perawat dalam meningkatkan kualitas pasien peritoneal

dialisis. Jurnal Keperawatan Indonesia, Ifblume U, No.I, Maret 2007, 1141 25-

29

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 102: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

1 Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 103: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

2 Universitas Indonesia

Lampiran 1

JADUAL RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN TAHUN 2010-2011

BULAN N

o KEGIATAN

Desembe

r Januari Pebruari

Mare

t Apri

l Mei Juni

Jul

i

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Pengajuan Judul

Tesis

2 Pembuatan proposal

3 Ujian Proposal

4 Perbaikan Proposal

5 Pengumpulan Data

6 Analisis Data

7

Ujian Hasil

Penelitian

8 Perbaikan Tesis

9 Sidang Tesis

10 Perbaikan Tesis

11

Pengumpulan

Laporan

12 Publikasi

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 104: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

3 Universitas Indonesia

ALAT UKUR PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI CONTINUOUS

AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS DI RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA DAN RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENGKAJIAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN STATUS NUTRISI

Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini diisi oleh peneliti/collector data dan sebagai pedoman bagi

peneliti/pengumpul data untuk mewawancarai responden. Pengisian dilakukan

dengan memberi tanda centang (v) sesuai kondisi responden.

1. Karakteristik Responden

a. Inisial Responden :

b. Umur : ... tahun

c. Jenis Kelamin : L/P

d. Pendidikan : ....

e. Penyebab Gagal Ginjal Terminal : ...

f. Lama menjalani CAPD : ....tahun/bulan

2. Status Nutrisi:

Lingkar Lengan Atas = ..... cm

Kode Responden:

Lampiran 2

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 105: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

4 Universitas Indonesia

PENGKAJIAN HASIL PENUNJANG

No Inisial responden Nilai Albumin

Lampiran 3

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 106: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

5 Universitas Indonesia

Check List Komplikasi yang dialami Pasien

Komplikasi yang dialami Check Point (√)

Hipoalbunemia

Hipotensi

Peritonitis

Infeksi exit site

Infeksi tunnel: eritema daerah tunnel

udara dalam peritoneum: nyeri bahu

edema labia/ scrotum

Hernia

Kebocoran dialisat:

Formasi Fibrin/pembekuan pd slang cateter

Nyeri perut

Kateter macet

Malposisi Kateter

Lampiran 4

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 107: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

6 Universitas Indonesia

ALAT UKUR PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI CONTINUOUS

AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS DI RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA DAN RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Kuesioner Kepatuhan terhadap Prosedur Standar CAPD

Petunjuk Pengisian:

Bapak Ibu diharapkan memberikan tanda centang (√) pada kolom yang tersedia

sesuai kondisi Bapak/Ibu.

4: Selalu, apabila Bapak/Ibu selalu melakukan prosedur standar

3: Sering, jika Bapak/Ibu pernah tetapi jarang tidak melakukan prosedur standar

tetapi jarang.

2: Jarang, apabila Bapak/Ibu hanya sesekali saja melakukan prosedur standar dan

1: Tidak pernah, apaila sama sekali tidak pernah melakukan prosedur standar

No Uraian Pertanyaan

Beri tanda centang (√)

Selalu Sering Jarang Tidak

pernah

4 3 2 1

1 Menutup pintu, jendela dan mematikan

kipas angin/AC setiap penggantian

cairan dialisat

2 Bapak/Ibu menggunakan air mengalir

untuk cuci tangan

3 Bapak/Ibu cuci tangan sebelum

melakukan penggantian cairan dialisat

dan perawatan CAPD

4 Bapak/Ibu menggunakan masker selama

proses perawatan CAPD

5 Bapak/Ibu menggunakan alkohol 70%

sebagai desinfektan saat mengganti

cairan dialisat

6 Bapak/Ibu cuci tangan setelah

melakukan penggantian cairan dialisat

dan perawatan CAPD

7 Bapak/Ibu melakukan perawatan exit

site tiap hari dan menutupnya dengan

kassa steril

8 Bapak/Ibu menghangatkan cairan cairan

dialisat sebelum digunakan

Lampiran 5

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 108: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

7 Universitas Indonesia

(membungkus dengan

selimut/menggunakan panas dari boa

lampu listrik/alat penghangat khusus

dialisat)

9 Bapak/Ibu waspada terhadap tanda-

tanda infeksi

10 Bapak/Ibu mengikuti setiap langkah

prosedur standar penggantian cairan

dialisat dan perawatan CAPD

11 Bapak/Ibu menyimpan nomor Perawat/

Dokter/ RS bagian CAPD dan segera

menghubungi mereka apabila terjadi

komplikasi

12 Bapak/Ibu segera pergi ke RS bila

terjadi komplikasi pada CAPD

Score

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 109: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

8 Universitas Indonesia

ALAT UKUR PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI CONTINUOUS

AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS DI RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA DAN RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Kuesioner Support System dan Fasilitas Keperawatan

Petunjuk Pengisian:

Bapak Ibu diharapkan memberikan tanda centang (√) pada kolom yang tersedia

sesuai kondisi Bapak/Ibu.

Yang membantu Bapak/Ibu/Saudara di rumah dalam penggantian cairan

dialisat adalah (pilih salah satu dan beri tanda silang):

a. Suami/istri/Anggota keluarga lainnya

b. Teman

c. Pembantu

d. sendiri

.

No

Uraian Pertanyaan Beri tanda

centang (√)

Ya Tidak

Kuesioner Fasilitas keperawatan

1 Apakah Bapak/Ibu memiliki kamar khusus untuk perawatan

CAPD di rumah?

2 Apakah Bapak/Ibu memiliki tempat cuci tangan dengan air

mengalir di dekat kamar khusus perawatan CAPD?

3 Apakah Bapak/Ibu memiliki lemari /kotak bersih yang

digunakan khusus untuk menyimpan cairan dan peralatan

CAPD?

4 Apakah Bapak/Ibu mendapat penerangan yang cukup untuk

menerangi Bapak/Ibu ketika mengganti cairan dialisat

dan matahari masuk dalam kamar khusus penggantian

CAPD?

Kuesioner Tentang Support System

1 Apakah Bapak/Ibu melakukan sendiri penggantian cairan

dialisat?

2 Apakah Bapak /Ibu ikut mendapat pengawasan dari keluarga

saat prosedur penggantian cairan dialisat?

3 Apakah Bapak /Ibu dibantu keluarga dalam mengganti

cairan dialisat dan keluarga memastikan Bapak/Ibu

melakukan prosedur standar dengan tepat?

Lampiran 7

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 110: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

9 Universitas Indonesia

4 Apakah Bapak /Ibu didampingi keluarga saat berkonsultasi

dengan dokter dan perawat selama menjalani CAPD?

5 Apakah Bapak/Ibu menjadi anggota Indonesian Kidney

Care Club dan mengikuti program kegiatan yang

dijadwalkan?

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 111: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

10 Universitas Indonesia

PEDOMAN PENGUKURAN BERAT BADAN (BB)

Penimbangan berat badan dilakukan dengan timbangan yang telah dikalibrasi oleh

Pabrik.

Langkah-langkah dalam penimbangan berat badan:

1. Anjurkan responden untuk melepaskan sandal, sepatu, kaos kaki dan jaket

serta ikat pinggang

2. Tempatkan putaran skala timbangan berat-badan yang bisa digeser ke posisi

nol sebelum melakukan penimbangan

3. Anjurkan responden untuk berdiri dengan kedua kaki terletak di tengah-

tengah timbangan

4. Catat hasil pengukuran berat badan pada lembar observasi

5. Kembalikan putaran skala badan ke posisi nol

Sumber: Depkes OHIO (2003), Sepdianto (2008) dalam Berek (2010)

PEDOMAN PENGUKURAN TINGGI BADAN (TB)

Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat ukur meteran. Langkah-langkah

dalam pengukuran tinggi badan adalah:

1. Anjurkan responden untuk melepaskan sandal, sepatu, kaos kaki dan topi.

Apabila responden memakai perhiasan pada rambut yang akan

mempengaruhi pengukuran, dianjurkan dilepas.

2. Anjurkan reponden berdiri tegak dengan bahu rata, tangan disamping dengan

tumit sejajar dan berat pada kaki. Diharuskan kaki lurus pada

dinding/lempengan dengan tumit menyentuh dasar lantai/papan vertikal. Ada

4 titik kontak antara badan dengan satiometer: kepala, punggung atas, pantat

dan tumit

3. Anjurkan reponden untuk meluruskan kepala ke depan

4. Anjurkan responden untuk mempertahankan posisinya, tarik headpiece

sampai menyentuh ujung kepala dan membentuk sudut yang benar pada

permukaan pengukuran. Cek4 poin tubuh yang menyentuh

dinding/lempengan. Baca skala pengukuran yang terlihat

5. Catat hasil pengukuran tinggi badan ke dalam lembar yang tersedia

Sumber: Depkes OHIO (2003), Sepdianto (2008) dalam Berek (2010)

Lampiran 8

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 112: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

11 Universitas Indonesia

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA

PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Analisis Faktor Risiko Terhadap Komplikasi

Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta

Peneliti : Sakti Oktaria Batubara

Nomor Kontak : 081321178550

Bersama surat ini saya sebagai peneliti mohon kesedian Bapak/Ibu/Saudara untuk

bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Analisis Faktor Risiko Terhadap Komplikasi Continuous Ambulatory

Peritoneal Dialysis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.

Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah memberikan Bapak/Ibu/Saudara

kuesioner untuk kemudian diisi. Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian yaitu

Karakteristik responden, Kepatuhan terhadap prosedur standar serta Fasilitas

Perawatan dan support sistem, Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi sekitar 20-

40 menit. Bila Bapak/Ibu/Saudara kurang jelas dalam mengisi bisa langsung

ditanyakan pada peneliti.

Risiko/Keuntungan: tidak ada risiko untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Tidak ada keuntungan langsung terhadap partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam

penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelayanan

keperawatan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang

menjalani CAPD. Namun apabila Bapak/Ibu/Saudara ketika mengisi kuesioner ini

merasa kelelahan supaya memberitahu peneliti, sehingga pengisian akan ditunda

dan akan dilanjutkan sesuai dengan keinginan Bapak/Ibu/Saudara.

Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif, dan bila

mengalami ketidaknyamanan, maka Bapak/Ibu/Saudara mempunyai hak untuk

bertanya kembali atau berhenti. Kami akan menjunjung tinggi hak responden

dengan menjaga kerahasiaan yang diperoleh selama proses pengumpulan,

pengolahan dan penyajian data.

Dengan penjelasan ini, peneliti mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara.

Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,

peneliti ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Mei 2011

Peneliti

Sakti Oktaria Batubara)

Lampiran 9

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 113: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

12 Universitas Indonesia

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA

INFORMED CONSENT

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh penelti tentang penelitian

yang akan dilaksanakan sesuai judul di atas, saya mengetahui bahwa tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui Analisis Faktor Risiko Terhadap

Komplikasi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar

manfaatnya bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan, terutama pasien

yang sedang menjalani CAPD. Saya memahami bahwa risiko yang dapat terjadi

sangat kecil dan saya berhak untuk menghentikan keikutsertaan saya dalam

penelitian ini tanpa mengurangi hak-hak saya dalam mendapatkan perawatan di

rumah sakit.

Saya juga mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dijaga

kerahasiaannya, dan berkas yang mencantumkan identitas hanya digunakan untuk

keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan lagi akan dimusnahkan

dan kerahasiaan data tersebut .

Selanjutnya saya secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan menyatakan

bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Peneliti,

(Sakti oktaria Batubara)

Surakarta, Mei 2011

Responden

(....................................)

Lampiran 10

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 114: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

13 Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 115: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

14 Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 116: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

15 Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 117: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

16 Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 118: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

17 Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 119: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

18 Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 120: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

19 Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 121: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

20 Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011

Page 122: ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KOMPLIKASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282258-T Sakti Oktaria Batubara... · CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

21 Universitas Indonesia

Lampiran 19

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sakti Oktaria Batubara

TTL : Tapanuli, 1 Oktober 1981

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Staf Pengajar PSIK FIK Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Alamat Rumah : Jl. Talun No.2 RT 04 RW 03 Sumedang Jawa Barat

Alamat Institusi : Jl. Kartini no 11A Salatiga Jawa Tengah

Riwayat Pendidikan :

1987 – 1993 : SDN 173142 Hutaraja Tapanuli Utara

1993 – 1996 : SMPN Hutaraja Tapanuli Utara

1996 – 1999 : SMUN 1 Sumedang

1999 – 2002 : STIK Immanuel Bandung

2003 – 2006 : Program Sarjana Universitas Padjadjaran Bandung

2009- Sekarang : Program Magister Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah

Universitas Indonesia

Riwayat Pekerjaan :

Agustus 2002 – Agustus 2003: Perawat pelaksana di RS Immanuel Bandung

2007 – sekarang : Staf Pengajar PSIK FIK Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga

Analisis faktor..., Sakti Oktaria Batubara, FIK UI, 2011