penerapan cpedalam kehilangan, penyakit, dan … · perpisahan dan kehilangan menunjukkan kepada...
Post on 17-Jan-2020
37 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN CPE DALAM KEHILANGAN, PENYAKIT,
dan KEMATIAN yang mengakibatkan DUKA.
Nursini Sihombing
Mengapa…?Pertanyaan ini sering diungkapakan saat mengalami kehilangan
penyakit dan kematian.
Bpk.Ahmad mengalami tragedy saat merayakan lebaran beberapa
tahun lalu, dalam perjalanan mudik mereka mengalami kecelakaan
yang mengakibatkan putri, mantu, anak dan istrinya meninggal dunia.
Duka yang berkenjangan dengan bertanya mengapa hal ini terjadi
kepada keluargaku…
Mengapa mereka semua pergi?
Mengapa Allah begitu tega kepada saya?
Mengapa saya tidak ikut mati saja daripada sakit seperti sekarang ini ?
Selama bertahun-tahun pertanyaan ini terus ada dlm pikirannya.
Kini Bpk. Ahmad sedang menjalani perawatan di Rumah
sakit sebagai pasien HD. Menurutnya kata “mengapa”
selalu bergaung dalam telinganya yang membuatnya
kembali ke awal kejadian dimana ada rasa: terluka,
sendirian, dan kosong.
Proses pendampingan telah mengubah pertanyaan
“mengapa” menjadi apa yang patut disyukuri.
Dia berkata: saya mulai mengingat saat-saat sukacita
bersama istri dan anak-anak. Ketika saya melampaui
pertanyaan”mengapa” saya mulai menemukan harapan
dan kekuatan lagi.
KEHILANGAN BERDAMPAK DUKA
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu yang berpisahdengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi takada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (lambert, 1985)
Kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekuranganatau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada ataupernah dimiliki
Respon emosi normal atas kehilangan sesuatu yang pernahdekat dengannya adalah Duka.
Semakin penting yang hilang maka semakin kuat rasa kedukaan
DUKACITA
Ada banyak pembahasan dan pemahaman tentang dukacita
namun sering hanya sebatas pengetahuan tanpa penerapan.
Kisah Bpk Ahmad hanyalah salah satu dari banyak
pengalaman yang telah membantu saya dalam membentuk
pemahaman pastoral saya tentang dukacita yang rumit.
Tidak ada kategori duka berat atau ringan tetapi saya
melihat ada duka yang rumit yang datangnya beruntun
dan bertumpuk.
BERDUKA adalah respon fisik dan psikologis yang
terpola spesifik pada individu yang mengalami
kehilangan. Respon/reaksi normal, karena melalui
proses berduka individu mampu memutus ikatan
dengan benda/orang yang terpisah dan berikatan
dengan benda/orang baru. Berduka bisa
mencakup aspek fisik/psikologis, kognitif dan
perilaku BERDUKA
Ketika seseorang menghadapi
dukacita/kesedihan, tidak peduli
bagaimana hal itu didefinisikan,
seseorang hanya merasakan sakit terasa
di luar kendali
Duka bisa berdampak pada rasa:
bersalah, malu, kesepian, kecemasan,
takut, marah, kekosongan, putus asa,
dan tidak berdaya.
ADAKAH DUKA YANG KECIL?
Contoh:
Seorang anak yang maianan kesayangannya dibuang.
Ibunya sibuk dan tidak mendengar cuarahan hatinya.
Ayahnya mendengarkannya, ternyata mainan itu
dianggapnya sebagai hartanya, sebagai pemberian
omnya, dia sangat sedih
kehilangan mainan itu.
Jawaban apa yang cocok untuk menanggapi
perasaan kehilangan ini……?
Kenneth R. Mitchell dan Herbert Anderson
dalam bukunya All Our Losses, All Our Griefs :
Begitu banyak kehilangan dan kesedihan yg
kurang disadari dan diperhatikan, bahkan para
pendeta tidak begitu memberi perhatian untuk
menolong mereka dengan alasan : "itu
merupakan kehilangan kecil dan biasa."
Contoh lainnya Seorang wanita korban perampokan 7 tahun yg lalu telah kehilangan
cincin kawinnya. Baginya itu pertanda kehilangan pernikahannya.
Dia merasa tidak berdaya, kosong dan putus asa. Menurutnya
cincin baru tidak dapat menggantikan cincin yg hilang dan telah
mempengaruhinya memaknai pernikahannya.
Seorang jemaat disatu gereja memilih pindah ke gereja lain
karena dia merasa tidak diperhatikan oleh pendetanya saat
datang curhat, si pendeta tidak mendengarkan perasaan-
perasaannya sementara di gereja lain dia menemukan orang
yg dapat mengerti perasaannya.
Kasus yang sering dianggap ringgan:
Kematian hewan, kegagalan dalam ujian, putus cinta,
kehilangan organ tubuh dll
Semakin signifikannya kehilangan,
semakin kuat pula intensitas
keduka. Selain itu bergantung pula
pada iman,kepribadian, pengalaman
Hidup dan cara kita dalam
mengatasinya.
Ada enam jenis utama kehilangan yang
mengakibatkan duka:
1. Kehilangan Objek/Materi
Tidak hanya anak-anak lebih sensitif ketika terjadi
kehilangan material, tetapi juga orang dewasa terutama
jika benda itu punya cerita khusus.
Konsep yang keliru bahwa benda-benda yang hilang
dapat diganti sehingga seseorang dapat segera
melanjutkan kehidupan normal.
2. Kehilangan Relasi
Kehilangan ini termasuk bergerak dari satu tempat ke
tempat lain dan hilangnya lingkungan, perceraian,
beasiswa, perubahan pekerjaan, kehilangan
persahabatan dll
Kehilangan ini bisa temporal atau permanen. Ada juga
kehilangan yang layak disyukuri jika kehilangan yang
menghasilakan kebaikan dan pertumbuhan.
Kematian adalah akhir / kehilangan permanen
hubungan fisik
3.Psikologis
Kehilangan ini umum untuk remaja sepertikehilangan identitas, impian yang terhenti / keinginan dan kemungkinan.
Bila berlanjut sampai dewasa tanpa diperhatikandapat melumpuhkan cita-cita dan tidak dapatberkratifitas.
Kehilangan psikologis internal sangat menyakitkanbila tidak ditangani dengan baik akanmelumpuhkan individu.
4. Kehilangan Fungsi
Kehilangan kemampuan individu untuk melakukan
tugas tertentu bukan karena usia tetapi hilangnya
anatomi yang tidak dapat diganti.
Para ilmuwan telah berhasil membuat mata
buatan, payudara plastik, kursi roda dll tapi lebih
daripada itu semua mereka mununggu konselor
mendengarkan perasaan mereka.
5. KEHILANGAN PERAN
Pensiun , Tugas Baru atau posisi baru dapat kehilangan
teman.
Menikah; meninggalkan keluarga
Dirawat dirumah sakit, akan kehilangan perannya dan
bahkan identitasnya dengan sebutan ‘pasien’ HD, diabetes
atau disebut sebagai penghuni R # 8 bed # 5.
Kehadiran konselor sebagai pendamping yang akrab dan
dapat memanggil namanya bahkan titelnya merupakan
suatu proses penyembuhan.
6. KEHILANGAN SYSTEM
Orang tua yang terbiasa antar jemput anak ke sekolah dan
waktunya ke universitas lepas dari orang tua; ini mempengaruhi
sistem fungsi keluarga dan menyebabkan kehilangan. “jaringan
kosong" .
Kadang-kadang seseorang mengalami kehilangan ganda/rumit
misalnya:
Seorang janda/duda yang mengalami: hilangnya peran,
kehilangan hubungan, kehilangan psikologis dan kerugian
kadang-kadang sistemik dll Kasus bpk Ahmad).
Dukacita ganda/rumit
Harvard Medical School mendefinisikan saat kapan kesedihan
yang rumit muncul:
Respon dari gejala duka yang normal yang tidak terselesaiakan,
kemudian membentuk tumpukan kesedihan yang akhirnya
melemahkan dan menyulitkan, ciri-cirinya seperti depresi dan
trauma.
Dukacita yang rumit sering disebut menjadi kesedihan yang
melumpuhkan, kehilangan yang tidak pernah dibayangkan.
Seperti hilangnya anggota tubuh, meninggalnya anak dalam
kandungan bahkan pembunuhan. Dapat mengakibatkan
kematian mendadak atau traumatis bahkan dapat memiliki efek
jangka panjang yang melemahkan serta sulit mengatasinya
Therese Rando dalam bukunya Treatment of complicated Mouring.
Mendefinisikan dukacita yang rumit distorsi atau kegagalan keluar dari
perasaannya sehingga dia perlu ditolong melalui enam proses berikut
ini.
1. Menyadari resiko tuduhan pada dirinya
2. Reaksi terhadap perpisahan
3. Merasakan kembali hubungannya
4. Melepaskan keterikatan
5. Menyesuaikan dan beradaptasi dengan situasi baru tanpa harus
melupakan yang lama
6. Menginvestasikan kembali: energi emosional yang pernah
diinvestasikan dalam hubungan dengan orang yang sudah tidak ada
dapat diberikan kepada orang yang baru.
Mengenali situasi klient
Gejala duka yang segera perlu
Didampingi
1. Klient merasa tidak layak untuk hidup.
2. Berharap segera meninggal sendiri atau bersama orang lain.
3. Menyalahkan diri atas satu kejadian.
4. Merasa mati rasa dan terputus dari orang lain selama lebih
dari beberapa minggu
5. Sulit mempercayai orang lain.
6. Tidak dapat melakukan aktivitas normal sehari-hari
Tujuan Pendampingan
Klien dapat menerima kenyataan atas rasa kehilangannya dan menyesuaikan diri dengankehidupan setelah kehilangan, dan mengatasiperubahan dalam diri sendiri dan lingkungannya.
Menggali dan memahami perasaan sedih, cemas, marah, kesepian, rasa bersalah, isolasi, kebingungan, atau mati rasa.
Perubahan perilaku juga dapat diperhatikan, sepertimerasa lelah, sulit berkonsentrasi, masalah tidur, perubahan nafsu makan, mimpi hidup, ataumelamun tentang almarhum.
Membantu individu bekerja melalui perasaan, pikiran, dan
ingatan yang berhubungan dengan rasa kehilangannya.
Mengenali aspek normal dari proses berduka atau berkabung ,
mengatasi rasa sakit yang terkait dengan kehilangan, merasa
didukung dan dimengerti sehingga dia sendiri dapat merawat
dirinya
Menentukan bagaimana kehidupan bisa berlangsung tanpa orang
itu, dan mengkonsolidasikan kenangan agar dapat bergerak
maju.
Menerima informasi bahwa berduka itu normal
Mengidentifikasi dan cara mengungkapkan perasaanya
Membantu mereka untuk bangkit sehingga dapat kembali aktif
dalam rutinitasnya
PENERAPAN PRINSIP CPE
Clinical Pastoral Eduction merupakan salah satu metode
pendekatan pastoral konseling yang bersifat klinis artinya
langsung melibatkan diri dalam kehidupan orang yang
dilayani Living human document, artinya memahami
klien berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri tidak dari
teori teori atau bahan pengetahuan lain. Dengan metode
ini pendampingan dapat berjalan lebih efektive sebab
klien difasilitasi mencari jalan atas persoalannya melalui
konteks dirinya.
Fungsi konselor
Memahami secara umum dan secara khusus
apa yang dialami klien
Memahami pergumulan dari klien melalui
listening, acceptance, empathy, dan
understanding.
Pemahaman harus disertai dengan
pengenalan akan prinsip-prinsip kebenaran
firman Tuhan.
Tidak memberi nasehat, tetapi lebih memberi
tempat pada rasa dukanya dengan mendengarkan
segala perasaannya.
Menerima klien apa adanya dengan segala
persoalannya dengan sungguh dan hangat.
Mengijinkan klien yang berduka mengetahui bahwa
dia dapat menangis dan itu wajar sebagai ungkapan
kesedihan, kemarahan.
Beri ruang untuk mengekspresikan perasaannya
dengan bebas tanpa merasa di hakimi dan di
salahkan.
Sabar mendampingi saat klien tidak mau bicara,
kehadiran juga pendampingan.
Berikan perhatian dalam bentuk tindakan non-
verbal: Tatapan sentuhan bahkan pelukan tanpa ada
maksud lain.
Ucapan yang perlu dihindari dalam
Pendampingan
“Sudahlah…banyak yang lebih parah dari kamu”
“Saya mengetahui bagaimana perasaanmu sekarang...”
“Ini adalah bagian rencana Tuhan”.
“Dia sudah ada di tempat yang damai sekarang, bersamaBapa di Sorga”.
“Inilah kesempatan kamu menata hidupmu sendiri.”
“Kamu sakit sudah berulang, mungkin kamu melakukandosa…”
Kesimpulan
Perpisahan dan kehilangan menunjukkan kepada kita bahwa
kita memiliki batas dan batas-batas itu menyatakan kekuatan
Allah yang begitu mengasihi kita.
Setiap kehilangan dan dukacita mengingatkan kita bahwa kelak
kita akan hilang.
Sesungguhnya rasa kehilangan dan kedukaan menunjukkan
kepada kita bahwa kita tetap tergantung kepada T
Peran utama dari konselor adalah menjadi SADAR dan
MENYADARI bahwa , penyakit, kehilangan, kematian
menimbulkan duka yang butuh pendampingan.
THANK YOU
top related