laporan kasus anak (autosaved).docx
Post on 08-Aug-2015
168 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STATUS PENDERITA
Tanggal dan Pukul Masuk RSAM : 5 November 2012
I. IDENTITASA. Pasien
Nama : Bayi WJ
Tempat / Tanggal Lahir : Bandar Lampung,31 Oktober 2012
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 6 hari
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Sukabumi
B. Orang Tua Pasien Ayah Ibu
Nama : Tn. W Ny. Y
Umur :24tahun 19 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Buruh IRT
1
ANAMNESIS
I. Keluhan Utama :Bayi susah menyusui
II. Riwayat Penyakit Sekarang :Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan, dengan berat lahir 1600gr rujukan dari RSUD Kota Bandar Lampung, dikirim ke RSAM dengan keluhan utama bayi susah menyusui. Sehari setelah lahir, bayi sudah diberikan ASI oleh ibu, tetapi bayi terlihat tidak mampu untuk menyedot ASI dari putting ibunya, sehingga keluargta memutuskan untuk member susu bayi dengan meneteskan sedikit demi sedikit susu menggunakan sendok selama 5 hari. Namun menurut keluarga bayi terlihat lemas dan lebih rewel, sehingga keluarga memutuskan untuk membawa bayi ke RSUD. Kota Bandar Lampung, dari RSUD Kota kemudian bayi dirujuk ke RSAM untuk dirawat di ruang perinatologi.Bayi masuk ruanganperinatologi RSAM dengan tangis merintih, gerakan aktif, napas baik, tidak tampak sesak, tidak terlihat birupada bibir dan alat gerak.
III. Riwayat Kehamilan :Bayi dikandung selama 32 minggu 4 hari berdasarkan HPHT (17maret 2012).Selama hamil ibu pasien tidak rutin kontrol setiap bulan ke bidan.Pada saat kehamilan penyakit hipertensi dan DM disangkal. Pada usia kehamilan 32 minggu, ibu pasien mengalami perdarahan tanpa sebelumnya terjadi riwayat trauma, lalu keluarga membawa ibu pasien ke bidan, dan ahirnya bayi dilahirkan. Riwayat merokok disangkal
IV. Riwayat Persalinan
Bayi lahir secara spontan pada tanggal 31 oktober 2012, dengan presentasi kepala,
dengan indikasi ibu perdarahan ante partum, kurang bulan sesuai masa kehamilan di
Klinik Bidan dengan berat 1600gr dan panjang 42cm, jenis kelamin perempuan. Bayi
tidak memiliki kelainan bawaan, anus (+). Bayi lahir tidak langsung menangis dan
gerak aktif.
Pemeriksaan FisikKeadaan umum : lemahKesadaran : compos mentisBerat badan : 1600grPanjang badan : 42 cmLingkar kepala : 32 cm
2
Lingkar lengan dada : 30 cmLingkar perut : 32 cmRooting refleks : tidak ada (negatif)Refleks menghisap : lemahRefleks moro : ada (positif)Ballard score : 20 (sesuai dengan usia 32 minggu)
1. Tanda-Tanda VitalSuhu : 36,2°C diukur di aksilaNadi : 168x/ menitRespirasi : 32x/menit
2. Penampakan UmumAktivitas : MenurunWarna Kulit : KekuninganCacat Bawaan Yang Tampak (-)
3. KepalaBentuk Kepala : simetris, lonjong, lecet (-)Ubun-Ubun Besar : datarGambaran wajah : simetrisMata : bersih, ikterik (+)Telinga : tampak dalam batas normalHidung : tampak dalam batas normal, napas cuping hidung (-/-)Mulut : sianosis (-), palatoschizis (-).
4. Paru-paruInspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-)Palpasi : gerakan dinding dada simetrisPerkusi : sonor pada kedua lapang paruAuskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)Penilaian pernapasan : napas spontan, sedikit cepat.
5. JantungInspeksi : ictus cordis terlihatPalpasi : ictus cordis terabaPerkusi : tidak dilakukanAuskultasi : bunyi jantung I-II reguller, murmur (-), gallop (-)
3
6. AbdomenInspeksi : distensi (-), organomegali (-).Palpasi : massa (-), hepar-lien tidak terabaPerkusi : timpani diseluruh lapang abdomenAuskultasi : bising usus normal
7. Genitalia eksterna : Perempuan, dalam batas normal
8. Anus : Anus(+)
Pemeriksaan PenunjangDarah, 6 November 2012 :
Bilirubin total : 14,5Bilirubin direk : 0,5Bilirubin indirek : 14GDS : 93 mg/dL
Darah, 9 November 2012:Bilirubin total : 8,1Bilirubin direk : 0,8Bilirubin indirek : 7,3
Ro. Thorax, 13 November 2012 :FotoKesan : Meteorismus,
Tidak ditemukan pneumoperitoneum maupun pneumatisasi intestinum.
4
5
Keterangan ballard score :
Pemeriksaan Fisik :
Kulit : Permukaan terkelupas dan atau ruam, tampak beberapa vena : Score 2
Lanugo : Halus : Score 2
Permukaan Plantar : Garis kaki hanya di anterior : Score 2
Payudara : Areola rata tanpa bantalan atau penonjolan : Score 1
Mata : Lengkung terbentuk baik, lunak tapi rekol baik : Score 2
Genitalia : Klitoris menonjol, labia minora membesar : Score 1
Total score : 10
Pemeriksaan Neuromuskular : total score : 10
Jumlah total nilai pemeriksaan fisik + pemeriksaan neuromuskular : 20
Kesimpilan berdasarkan table nila :
Makan total score 20 menunjukkan usia gestasi 32 minggu, sesuai dengan HPHT 17maret 2012, usia gestasi 32 minggu 4 hari.
6
RESUME
Bayi Perempuan, 5 hari, lahir kurang bulan sesuai masa kehamilan dengan berat lahir 1600gr dan panjang 42cm. Rujukan dari RSUD Kota Bandar Lampung dengan keluhan susah menyusui, pergerakan aktif, napas adekuat, tidak tampak retraksi dinding dada, ikterik (-), tidak terlihat biru pada bibir dan ekstermitas. usia gestasi 32 minggu 4 hari (berdasarkan HPHT), bayi dikirim ke bagian perinatologi RSAM.
Pemeriksaan Fisik :
Berat badan : 1600grPanjang badan : 42 cmLingkar kepala : 32 cmLingkar lengan dada : 30 cmLingkar perut : 32 cmSuhu : 36,2°C diukur di aksilaNadi : 168x/ menitRespirasi : 32x/menitPenampakan umum : aktifitas menurun, cacat bawaan (-)Kepala : dalam batas normalRooting refleks : tidak ada (negatif)Refleks menghisap : lemahRefleks moro : ada (positif)Paru-Paru : dalam batas normalJantung : dalam batas normalAbdomen : dalam batas normalGenetalia eksterna : dalam batas normalAnus : +Ballard score : 20 (sesuai dengan usia 32 minggu)
Pemeriksaan Penunjang
Darah, 6 November 2012 :Bilirubin total : 14,5Bilirubin direk : 0,5Bilirubin indirek : 14GDS : 93 mg/dL
Darah, 9 November 2012:Bilirubin total : 8,1Bilirubin direk : 0,8Bilirubin indirek : 7,3
7
Ro. Thorax, 13 November 2012 :FotoKesan : Meteorismus,
Tidak ditemukan pneumoperitoneum maupun pneumatisasi intestinum.
Diagnosis Kerja :
BBLR + Prematuritas Murni + Hiperbilirubin
Penatalaksanaan
1. Injeksi ceftazidine 80 mg/12 jam2. aminofilin 10 mg loading dose
aminofilin 4,5mg/ 12 jam maintenance dose3. trofik feeding 5cc/ 3 jam melalui OGT 4. infus terdiri dari :
glukosa 10% 188 ccasam amino 16 ccNaCL 16 cc/hariKCl 3,2 cc/ hariCa glukonas 8cc/hari
Hasil follow up :
Tanggal OBSERVASI TATALAKSANArawat hari ke-1 pasien datang ke ruang perinatologi ceftazidine 80mg/12 jam(6 Nov 2012) dengan keterangan BBLR aminofusin loading 10mg
keadaan saat diterima: diteruskan maintenance
menangis lemah 4,5mg/12 jam aktif, retraksi (-) Ranitidine 3mg/12jam ikterik (-) puasa sianosis (-)T : 36,2 oC Rencana:HR : 168x/menit cek bilirubinRR : 32x/menit kultur darah
residu susu (+) rawat hari ke-2 menangis kuat (+) ceftazidine 80mg/12 jam(7 Nov 2012) sianosis (-) aminofusin 4,5mg/12jam
retraksi (-) ranitidine stop
8
residu susu (-) foto therapi hari ke1t : 37,6 oC coba minum oral 2cc/3jamHR : 168x/menitRR : 40x/menitHasil Lab : Bil total : 20,6
bil. direk : 0,5 bil.indirek : 20,1 rawat hari ke 3 menangis kuat (+) ceftazidine 80mg/12 jam(8 Nov 2012) sianosis (-) aminofusin 4,5mg/12jam
retraksi (-) ikterik (-) foto therapi hari ke2T : 37,8 drajat minum 2cc/hariRR : 56x/menit
HR : 136x/menit rawat hari ke 4 menangis kuat (+) ceftazidine 80mg/12 jam(9 Nov 2012) sianosis (-) aminofusin 4,5mg/12jam
retraksi (-) minum 4cc/3jamikterik (-) Rencana:T: 37,6 drajat cek bilirubin ulangRR : 60x/menit
HR : 168x/menit rawat hari ke 5 menangis kuat (+) ceftazidine 80mg/12 jam(10 Nov 2012) T : 36,5 drajat aminofusin 4,5mg/12jam
RR : 48x/ menit ditambah amikasin 15mg/12jamHR : 164x/menit minum 5cc/3jammulai sclerema (+)
Hasil Lab : Bil. Total 8,1 . Bil. Direk: 0,8 bil. Indirek ; 7,3 rawat hari ke 6 menangis kuat (+) ceftazidine + amikasin stop(11 Nov 2012) sclerema (+) ronem 4,5mg/8jam
T : 36,7 drajat aminofusin 4,5mg/12jamRR : 52x/menit minum 5cc/3jamHR : 156x/ menit
rawat hari ke 7 Hasil kultur darah: pseudomonas Sp (+) minum 5cc/3jam
sensitivitas antibiotik :cefta (+), ronem (++) ronem 4,5mg/8jam(12 Nov 2012) retraksi (-) aminofusin 4,5mg/12jam
ikterik (-)sclerema (+)T : 37,3 drajatRR : 60x/menit
HR : 144x/ menit rawat hari ke 8 gerakan aktif (+) minum 5cc/3jam(13 Nov 2012) menangis kuat (+) ronem 4,5mg/8jam
9
sclerema (+) aminofusin 4,5mg/12jamT : 37,2 drajatRR : 48x/menit
HR : 152x/menit rawat hari ke 9 sclerema (-) minum 5cc/3jam(14 Nov 2012) gerakan aktif (+) ronem 4,5mg/8jam
menangis kuat (+) aminofusin 4,5mg/12jamT : 37,5 drajatRR : 52x/menit
HR : 140x/ menit rawat hari ke 11 menangis kuat (+) minum 7cc/3jam(16 Nov 2012) gerakan aktif (+) ronem 4,5mg/8jam
T : 37,3 drajat aminofusin 4,5mg/12jamRR : 50x/ menit
HR : 144x/ menit rawat hari ke 12 menangis kuat (+) minum 10cc/3jam(17 Nov 2012) gerakan aktif (+) ronem 4,5mg/8jam
T : 37,1 drajat aminofusin 4,5mg/12jamRR : 52x/menit
HR : 148x/menit rawat hari ke 15 menangis kuat (+) minum 10cc/3jam(20 Nov 2012) gerakan aktif (+) ronem 4,5mg/8jam
T : 36,7 drajat aminofusin 4,5mg/12jamRR : 40x/menitHR : 144x/ menit Rencana :
cek DLrawat hari ke 16 menangis kuat (+) ronem 4,5mg/8jam(21 Nov 2012) gerakan aktif (+) aminofusin 4,5mg/12jam
T : 36,9 drajat minum 12cc/3jamRR : 60x/menitHR : 162x/menit
Hasil lab : Hb : 13,9 gr/Dl rawat hari ke 17 menagis kuat (+) ronem 4,5mg/8jam(22 Nov 2012) gerakan aktif (+) aminofusin 4,5mg/12jam
T : 37 drajat minum 15cc/3jamRR : 48x/menit
HR : 120x/ menit
10
rawat hari ke 18 menagis kuat (+) ronem 4,5mg/8jam(23 Nov 2012) gerakan aktif (+) aminofusin 4,5mg/12jam
T : 38,1 drajat minum 17cc/3jamRR : 43x/menit
HR : 130x/ menit
11
DISKUSI
1. Apakah Masalah yang terdapat pada pasien ini ?
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien ini adalah bayi berat lahir rendah dengan usia gestasi kurang bulan sesuai masa kehamilan dengan keluhan utama susah menyusui. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien lahir dalam Usia Gestasi 32 minggu 4 hari dengan berat lahir 1600gr. Hal itu menunjukkan bahwa pasien merupakan BBLR dengan Prematuritas Murni. Berdasarkan Dalmanik (2008), Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.Sedangkan menurut (Asnah, 2004) Prematuritas murni.adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
Berdasarkan keluhan utama pasien, pasien dibawa ke Rumah Sakit karena susah
menyusui. Menurut Jones (2005), keterampilan oral motor bayi prematur dibagi dalam 4
fase, yaitu :
a. Perkembangan refleks menghisap
b. Pematangan proses menelan
c. Kematangan fungsi pernafasan
d. Koordinasi gerakan menghisap, menelan, dan bernafas.
Kemampuan refleks menghisap sudah mulai ada sejak usia gestasi 28 minggu,namun
singkronisasi masih tidak teratur dan bayi mudah mengalami kelelahan, sejalan dengan
proses pematangan maka mekanisme yang lebih teratur akan di dapatkan pada usia
gestasi 32-36 minggu.
Pada pasien ini, didapatkan usia gestasi 32 minggu 4 hari (sesuai HPHT) sehingga
mencerminkan bahwa proses pematangan oral motor bayi belum matang dan
menimbulkan keluhan susah menyusui. Selain itu,pada pemeriksaan fisik refleks premitif
bayi, didapatkan bahwa terdapat kecenderungan kearah pematangan yang tidak
sempurnadari refleks oral motor yaitu berupa refleks rooting dan menghisap yang lemah.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, pasien ini, ditemukan warna kulit yang tampak kuning,
terutama di bagian mata,muka, dan dada.
12
Setelah itu, pada pemeriksaan Lab darah yang dilakukan pada hari perawatan pertama,
didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan bilirubin total menjadi 14,5 mg/dL, bilirubin
direk 0,5 mg/dl, dan bilirubin indirek 14 mg/dl.
Menurut kami, ikterus yang timbul pada bayi ini merupakan ikterus fisologis, mengingat
usia bayi pada saat masuk perawatan hari pertama adalah 6 hari, karena ikterus fisiologis
yang terjadi pada neonatus kurang bulan biasanya terlihat pada hari 3-4 dan akan hilang
pada hari ke 10-20 dengan kadar tertinggi < 15 mg/dl. Pada pasien ini peningkatan kadar
bilirubin terutama bilirubin indirek diduga karena faktor prematuritas neonatus dan
penurunan asupan enteral akibat belum sempurnanya sistem oral motor sehingga terjadi
peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik yang akhirnya bermanifestasi sebagai
hiperbilirubinemia.
2. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Menurut kami, diagnosis pasien ini sudah tepat. Penarikan kesimpulan itu sesuai dengan
anamnesis yang kami lakukan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan terhadap pasien ini, yang mengarahkan diagnosis ke arah prematuritas
murni dengan BBLR dan Hiperbilirubin.
Dari anamnesis didapatkan bahwa hari pertama haid terakhir (HPHT) adalah tanggal 17
maret 2012 dan tanggal bayi dilahirkan adalah 31 oktober 2012,sehingga berdasarkan
data tersebut dapat diketahui usia gestasi yaitu 32 minggu 4 hari. kemudian dari data
antopometri bayi yaitu berat badan bayi 1600 gram sesuai dengan kriteria BBLR yaitu
berat bayi lahir kurang dari 2500 gram dan jika berat badan disesuaikan dengan usia
gestasi adalah sesuai masa kehamilan sehingga memenuhi kriteria prematuritas murni.
Pada pasien ini juga dilakukan scoring untuk menentukan usia gestasi dengan penilaian
neuromuskular dan maturitas fisik menggunakan ballard score. Pada penilain tersebut
didapatkan ballard score 20 yang menunjukkan usia gestasi sesuai untuk kehamilan 32
minggu.
13
3. Faktor-Faktor apa saja yang mungkin dapat mencetuskan masalah BBLR pada
pasien ini?
Dari anamnesis diketahui bahwa pasien merupakan anak pertama dari pasangan suami
istri dengan usia muda. Pasien dilahirkan dari seorang primipara usia 19 tahun dengan
tingkat pendidikan SMA. Menurut WHO usia dan tingkat pendidikan ibu sangat
berpengaruh terhadap kejadian timbulnya BBLR. Usia ibu hamil yang kurang dari 17
tahun atau lebih dari 34 tahun serta status sosial ekonomi yang rendah merupakan faktor
resiko timbulnya BBLR. Disamping itu tingkat pengetahuan juga berpengaruh terhadap
timbulnya prematuritas dan BBLR. Pada pasien ini ibu pasien mengaku tidak melakukan
kunjungan ANC secara rutin sehingga hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan janin
dantaksiran proses persalinan tidak terpantau secara baik. Kemudian pada usia kehamilan
32 minggu ibu pasien mengalami perdarahan sehingga mengakibatkan kandungan harus
diakhiri dengan usia gestasi belum cukup bulan. Dari uraian diatas dapat ditemukan
faktor-faktor resiko yang menyebabkan timbulnya prematuritas dan BBLR pada pasien
ini.
4. Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?
TATALAKSANA YANG DILAKUKAN
1. Pemberian Antibiotik Ceftazidine
Pada pasien ini diberikan terapi antibiotik ceftazidine 80 mg/12 jam. Menurut kami
pemberian ini sudah tepat karena pada BBLR memiliki resiko tinggi terhadap infeksi
disebabkan karena
- Bayi kurang bulan tidak mengalami transfer transplasental igG maternal selama trismester tiga
- Fagositosis terganggu- Penurunan berbagai faktor komplemen
Selain itu, angka kematian neonatus di unit perinatologi hampir menyumbang 60 %
dari total kematian bayi. Menurut polin dkk Pseudomonas selalu muncul di unit
perawatan Neonatologi dan dihubungkan dengan tingginya angka kematian pada
neonatus di unit perawatan intensif. Reservoir potensial untuk pseudomonas meliputi
alat-alat resusitasi, humidifier, inkubator, susu formula, pompa payudara, bayi dengan
14
perawatan lama, dan tangan petugas kesehatan .Sehingga pada keadaan ini terapi
antibiotik secara empiris dengan penggunaan ceftazidine dinilai tepat karena
ceftazidine dinilai tepat mengatasi infeksi pseudomonas dan mampu melewati sawar
darah otak.
2. Pemberian Aminofilin
Pada pasien ini diberikan aminofilin 10 mg loading dose dan 4,5mg/ 12 jam untuk
maintenance.Mengingat usia gestasi30 minggu sehingga dapat menimbulkan masalah
pernapasan akibat :
- Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke syndrome gawat pernafasan
- Risiko aspirasi karena refleks tersedak dan batuk yang buruk, pengisapan dan
penelanan yang tidak terkoordinasi
- Thoraks yang dapat menekuk dan otot pernafasan yang lemah
- Pernafasan periodic dan apnue
Oleh karena itu pemberian aminofilin pada pasien ini dinilai tepat karena aminofilin
memiliki efek
- Merangsang pusat napas dengan meningkatkan kepekaan terhadap CO2
- Meningkatkan frekuensi napas
- Menyebabkan relaksasi otot termasuk otot polos bronkus
- Menurunkan hipoksia akibat depresi napas
- Meningkatkan aktivitas diafragma (anonim, 2012)
3. Pemberian cairan enteral
Pada pasien ini diberikan trofik feeding menggunakan selang OGT. Trofik feeding dimulai dengan dosis 0,5-1 cc/kgbb/jamBB= 1600 grTrofik feeding = 1,6 kg x 1 cc/kgbb/jam
= 1,6 cc/jam = 4,8 cc (5 cc/ 3 jam)
Menurut kami pemberian nutrisi secara enteral pada pasien ini sudah tepat karena memberi keuntungan berupa memberi makan sel-sel usus dan menstimulasi produksi
15
hormon-hormon usus yang akan mempercepat proliferasi sel-sel usus yang penting untuk adaptasi usus setelah lahir(Hendarto, 2002).
Selain itu pada pasien ini tidak ditemukan ,faktor-faktor risiko (asfiksia/nilai apgar rendah, sindrom gawat napas, apneu/bradikard, sepsis, hipotensi) sehingga kondisi tersebut dapat menjadi pegangan dalam pemberian nutrisi enteral (Hendarto, 2002). Namun pada proses pemberianya digunakan selang OGT dikarenakan pada pasien ini usia gestasi kurang dari 33 minggu dan terdapat ketidakmatangan pada sistem neurologis berupa refleks menghisap dan menelan yang tidak sempurna.
4. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Menurut buku pelatihan PONEK kebutuhan neonatus usia >4 hari dengan BB 1500-2000 adalah 130-150.
1. Kebutuhan total cairan = 130 cc x 1,6 kg = 208 +( 20 cc x 1,6 kg) karna dirawat di inkubator
=208 + 32
=240 cc
2. Kebutuhan glukosa = 4-6 mg/kg/menit3. Kebutuhan asam amino = 0,5-1 g/kgbb/hari = 0,5 g/kgbb/hari x1,6 kg
= 0,8 g/hari ( 1g asam amino setara dengan amino fuhsin 20 cc)
= 0,8 x 20 cc =16 cc/hari
4. Kebutuhan lipid = 0,5-1 g/kgbb/hari Lipid 20 % = 20 g / 100 cc Lipid 10 % = 10 g / 100 cc 1 gram lipid 20 % = 1 / 20 x 100 = 5cc/kgbb/hari 1 gram lipid 10 % = 1 / 10 x 100 = 10 cc/kgbb/hari
Kebutuhan lipid = 1,6 kg x 5 cc/kgbb/hari = 8 cc/ hari ( lipid 20%)
5. Kebutuhan natrium = 4-8 mEq/kg/hariNaCl 3 % = 1 mEq Na dalam 2cc
= 8-16 cc NaCl 3 % /kg/ari
16
Kebutuhan = 1,6 kg x 10 cc
= 16 cc/hari (NaCl 3 %)
6. Kebutuhan kalium = 2 mEq/ kg/ hariKebutuhan kalium = 2 mEq/kg/hari x 1,6 kg
= 3,2 mEq/hari
KCl 7,4 % = 7,4 gram/ 100 cc1 gram KCl = 13,4 mEq Kalium1cc KCl 7,4 % = 1 / 100 x 7,4 x 13,4 mEq
= 1 mEqKebutuhan = 3,2 mEq x 1 cc
= 3,2 cc7. Kebutuhan kalsium = 45 mg/kg/hari = 45 mg/kg/hari x 1,6 kg = 72 mg/hari
1 cc Ca Glukonas 10 % = 9 mg elemental kalsium
= 72 mg/ hari : 9 mg
= 8 cc/hari
8. Total cairan : 240 ccAsam amino : 16 ccLipid : 8 ccNatrium : 16 ccKalium : 3,2 ccKalsium : 8 cc
Total : 188,8 cc
9. GIR dimulai dengan kecepatan 4-6 mg/kg/minGIR = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi dektrose(%) : 6 x berat badan(Kg)Kecepatan cairan = 188,8 : 24 jam
= 7,8 cc/jam
5 = (7,8 cc/jam x d % ) : (6 x 1,6 kg) = 4,06 (4 mg/kg/min)
17
TINJAUAN PUSTAKA
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
I. Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Dalmanik, 2008). Sumber lain
mendefinisikan sebagai bayi dengan berat badan lahir dibawah persentil 10 dari perkiraan
berat menurut masa gestasi (Stoll, 2007).
II. Epidemiologi
Angka prevalensi dari BBLR adalah sekitar 10 % dari semua kehamilan. Jumlah ini
bervariasi pada tiap populasi. Sejumlah 3-5 % dari kejadian BBLR terjadi pada keadaan ibu
yang sehat, dan lebih dari 25 % kejadian terjadi pada keaddan ibu dengan kehamilan resiko
tinggi (Dogra, 2006).
Belum didapatkan data akurat mengenai angka kejadian BBLR di Indonesia. Dari sebuah
laporan Departemen Kesehatan DI Yogyakarta pada tahun 2005, kejadian BBLR
berjumlah 10% dari seluruh kelahiran bayi di daerah tersebut pada tahun yang sama (Profil
Kesehatan Prov. DIY, 2005)
III. Faktor Risiko Kelahiran Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah
Berbagai faktor telah dikaitkan dengan kelahiran bayi prematur BBLR.Kurang lebih 25%
dari kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah terjadi tanpa adanya faktor risiko,
yang menunjukkan pemahaman terbatas mengenai penyebab dan patofisiologi dari masalah
tersebut.Walaupun upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak dari faktor risiko
melalui perawatan sebelum kelahiran, insidens dari kelahiran bayi prematur BBLR belum
18
berkurang secara signifikan selama dekade terakhir. Sebagian besar kelahiran prematur
terjadi tanpa diketahui penyebabnya, namun menurut World Health Organization (WHO)
terdapat faktor risiko utama yang dikaitkan dengan prematur BBLR adalah:
1. Faktor Demografik
Ras telah dipelajari secara luas sebagai faktor risiko selama beberapa tahun.Wanita berkulit
hitam mengalami rasio kelahiran prematur dua kali lebih banyak dari wanita berkulit putih
dan dihitung untuk hampir sepertiga dari seluruh bayi prematur. Selain itu, usia ibu hamil
yang kurang dari 17 tahun atau lebih dari 34 tahun serta status soal ekonomi yang rendah.
2. Faktor Tingkah Laku
Nutrisi kehamilan yang buruk meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur BBLR.Perokok
dan penyalahgunaan obat-obatan berperan penting dan kemungkinan menghasilkan
vasokontriksi dari uteroplasenta yang mendorong peningkatan rasio kelahiran tiba-
tiba.Perawatan prenatal yang inadekuat juga sering dihubungkan dengan kelahiran prematur.
3. Kondisi Medis Kehamilan
Sejarah kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya atau komplikasi perinatal
menempatkan wanita pada risiko yang lebih tinggi untuk kelahiran prematur.Faktanya,
kelahiran prematur pada anak pertama merupakan ramalan terbaik bagi kelahiran prematur
berikutnya.
Komplikasi kehamilan lain mencakup kelainan uterin dan servikal, trauma, perdarahan
vagina, polyhydramnios, ruptur prematur dari membran, dan chorioamnionitis. Penyakit
kehamilan akut ataupun kronis seperti infeksi saluran kemih, hipertensi , preeclampsia, dan
diabetes juga merupakan faktor risiko.
4. Faktor Janin
Kehamilan kembar, infeksi kronis janin (seperti infeksi TORCH yaitu toxoplasmosis,
rubella, and cytomegalovirus),dan anomali kromosom dan kongenital merupakan faktor
risiko.
19
5. Polusi Udara
Paparan polusi udara seperti zat-zat ozon, karbon monoksida,dan nitrat dioksida, telah
dilaporkan dalam beberapa penelitian meningkatkan risiko kelahiran prematur dalam dosis
tertentu.
6. Infeksi
Infeksi bakteri vaginosis dan intraurin merupakan faktor risiko umum dari kelahiran
prematur.Bakteri vaginosis dapat meningkatkan faktor risiko kelahiran sangat prematur
sebanyak dua kali lipat, dan infeksi intraurin berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi.
Infeksi yang terlokalisasi pada organ lain selain saluran reproduksi juga penting, salah
satunya infeksi periodontal yang memiliki risiko lebih dari dua kali lipat untuk kelahiran
prematur.
IV. Patofisiologi
Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah sebagai berikut
(Dalamik, 2008) :
Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan luas
permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigan juga transfer
oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vaskular yang
diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan
pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus gangguan
pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta
pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang
meliputi aliran darah plasenta yang buruk meliputi kehamilan ganda, penyalah-
gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam kehamilan atau kronik), penyakit
20
ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi plasenta umbilikus yang abnormal, dan
tumor vaskular.
Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin, yaitu
berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu dengan berat
badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang
dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status
nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena
kebanyakan wanita memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh
lambat. Meskipun demikian, pada fase pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi
seluler janin dimulai, kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika
masukan nutrisi ibu rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLR dengan
pemberian tambahan makanan kepada populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi
buruk) menunjukkan bahwa kaloi tambahan lebih berpengaruh terhadap
peningkatan berat janin dibanding pernmbahan protein.
Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Wanita-
wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan bayi dengan
gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki insidensi infeksi
perinatal yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella kongenital dan
sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak
tergantung pada umur kehamilan saat mereka dilahirkan.
Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecendrungan untuk
berulang kali melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau keil untuk masa
kahamilan (tingkat pengulangan 25%-50%), dan kebanyakan anita tersebut
dilahirkan dalam keadaan yang sama. Hubungan antara berat lahir ibu dan janin
berlaku pada semua ras.
21
V. Berbagai masalah pada bayi kurang bulan
Ketidakstabilan bayi kurang bulan memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu
tubuh karena:
- Peningkatan kehilangan panas
- Berkurangnya lemak subkutan
- Resiko daerah permukaan terhadap berat badan yang tinggi
- Berkurangnya produksi panas karena tidak memuainya lemak coklat dan
ketidakmampuan untuk menggigil
Kesulitan bernafas
- Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke syndrome gawat pernafasan
- Risiko aspirasi karena refleks tersedak dan batuk yang buruk, pengisapan dan
penelanan yang tidak terkoordinasi
- Thoraks yang dapat menekuk dan otot pernafasan yang lemah
- Pernafasan periodic dan apnue.
Berbagai masalah gastrointestinal dan nutrisi
- Refleks mengisap dan menelan yang buruk, terutama pada usia kehamilan kurang
dari 34 minggu
- Penurunan motilitas usus
- Penundaan pengosongan lambung
- Penurunan pencernaan dan absorbs berbagai vitamin yang larut dalam lemak
- Defisiensi enzim lactase pada brush border usus
- Menurunnya simpanan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh
- Meningkatnya resiko NEC
Ketidakmatangan hati
22
- Konyugasi dan ekskresi bilirubin yang terganggu
- Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
Masalah masalah neurologis
- Refleks menghisap dan menelan yang kurang berkembang
- Penurunan motilitas usus
- Apnue dan bradikardi berulang
- Perdarahan intraventrikuler dan leukomalacia periventrikuler
- Pengaturan perfusi serebral yang buruk
- Ensepalopati iskemik hipoksik
- Retinopati premature
- Kejang
- Hipoksia
Ketidakmatangan Ginjal
- Ketidakmampuan untuk mengekskresi beban benda terlarut (solute) berukuran
besar
- Akumulasi asam non organic dengan asidosis metabolic
- Eliminasi obat oleh ginjal mungkin sangat menurun
- Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hipernatremia, hiperkalemia, atau
glikosuria ginjal.
Ketidakmatangan imunologisResiko tinggi terkena infeksi karena:
- Bayi kurang bulan tidak mengalami transfer transplasental igG maternal selama
trismester tiga
23
- Fagositosis terganggu
- Penurunan berbagai faktor komplemen
Masalah-masalah kardiovaskular
- Duktus arteriosus paten (DAP) umum terjadi pada bayi kurang bulan
- Hipotensi atau hipertensi
Masalah-masalah hematologis
- Anemia (awitan dini atau lanjut)
- Hiperbilirubinemia terutama indirek
- Koaagulasi intravaskuler menyebar
- Penyakit perdarahan pada neonates
Masalah-masalah metabolisme
- Hipokalsemia
- Hipoglikemia atau hiperglikemia
V. Diagnosis
Kriteria diagnostik pada BBLR adalah sabagai berikut (Sukadi, 2002) :
1. Menentukan usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT),
ukuran uterus dan USG.
2. Penilaian janin :
Klinis
24
Pengukuran berat dengan tinggi fundus. Taksiran berat janin diukur
dengan rumus Johnson’s yaitu :
(tinggi fundus – 12) x 135 = .... gr
Kadar hormon ibu
Kadar estriol dan human placental lactogen rendah.
USG
Diameter biparietal < optimal
Berkurangnya ukuran lingkaran abdomen menunjukkan bayi kecil
masa kehamilan yang asimetris
Rasio lingkar kepala dan perut > 1 menunjukkan adanya bayi kecil
masa kehamilan yang asimetris
Panjang femur yang rendah menunjukkan adanya bayi kecil masa
kehamilan yang simetris
3. Penilaian bayi baru lahir :
Ukuran berat badan lahir lebih rendah dari masa kehamilan (sesuai dengan
batasan).
Penentuan masa kehamilan berdasarkan HPHT dan atau berdasarkan
pemeriksaan fisik dan neurologis.
Berikutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang (untuk mengetahui ada tidaknya
infeksi, kelainan kromosom, dan penggunaan obat-obatan oleh ibu) jika tidak ada riwayat
ibu menderita penyakit atau kelainan yang dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat
lahir rendah.
Nutrisi Parenteral Dan Enteral Pada BBLR
Nutrisi parenteral biasanya diberikan pada hari pertama setelah bayi berisiko tinggi
beradaptasi dengan lingkungan ekstrauterin sebelum pemberian makanan secara enteral
dimulai.Bayi prematur dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko yang tinggi
terjadinya EKN dan nutrisi enteral harus diberikan secara berhati-hati. Nutrisi parenteral
harus diberikan dalam 24 jam pertama setelah lahir untuk meningkatkan asupan energi
25
dan homeostasis glukosa, menstabilkan balans nitrogen dan menghindari defisiensi asam
lemak esensial (Wiryo, 2004)
Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa insiden EKN menurun pada bayi dengan
berat lahir 1250-2500 gram yang diberi nutrisi enteral awal dalam jumlah sedikti (tropic
feeding) memberikan keuntungan yaitu memberi makan sel-sel usus dan menstimulasi
produksi hormon-hormon usus yang akan mempercepat proliferasi sel-sel usus yang
penting untuk adaptasi usus setelah lahir (Hendarto, 2002).
Kentungan pemberian asupan enteral sedini mungkin adalah:
- Menurunkan intoleransi terhadap pemberian asupan enteral penuh dicapai lebih
dini.
- Menurunkan hari nutrisi parenteral
- Menurunkan kolestasis
- Menurunkan jumlah hari rawat di rumah sakit tidak ada peningkatan insiden/ NEC
Beberapa kondisi yang dapat dijadikan pegangan untuk memulai memberikan nutrisi
enteral antara lain : 1. Tanda vital stabil, 2. Terdengar bising usus, 3. Abdomen tidak
membuncit, 4. Tidak ditemukan faktor-faktor risiko (asfiksia/nilai apgar rendah, sindrom
gawat napas, apneu/bradikard, sepsis, hipotensi), 5. Perkembangan fisis (terdapat
koordinasi menghisap dan menelan pada usia kehamilan 32-34 minggu, volume gaster
dan waktu pengosongan lambung) (Hendarto, 2002)
Cara pemberian asupan :
Terdapat dua cara pemberian asupan, yaitu asupan oral dan asupan melalui selang
nasogastrik atau orogastrik.
Pemberian asupan oral : Payudara / botol
- Setidaknya usia 33 minggu kehamilan
- Tidak terdapat gawat napas (RR < 60/menit)
Pemberian asupan melalui selang nasogatrik/orogatrik
26
- Kurang dari 33 minggu kehamilan
- Gangguan neurologis (pengisapan/ penelanan abnormal)
- Gawat napas (tanda hipoksia)
- Tergantung pada ventilator
Kenutungan ASI
- Menurunkan infeksi
- Menurunkan kemungkinan penyakit alergi
- Meningkatkan IQ
- Menurunkan kemungkinan obesitas/HTN/DM pada saat dewasa
- Biaya / ketersediaa
Keuntungan pemberian ASI di NICU
- Mudah dicerna
- Ditoleransi dengan lebih baik
- Menurunkan kejadian infeksi
- Mengurangi masa rawat inap
- Memberikan hasil ahir yang lebih baik
- Untuk ibu : kesejahteraan psikososial.
Prosedur pemberian asupan
- Pemberian asupan ‘’tropic feeding’
- Meningkatkan tahap pemberian asupan
- Tujuan nutrisi
- Pemantauan nutrisi
Infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial dapat diartikan infeksi yang berasal atau terjadi di rumah sakit.Infeksi
yang timbul dalam kurun waktu 48 jam setelah dirawat di rumah sakit sampai dengan 30
hari lepas rawat dianggap sebagai infeksi nosokomial(anonim, 2012).
27
Suatu infeksi pada pasien dapat dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila memenuhi
beberapa kriteria :
1. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda klinis infeksi
tersebut.
2. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi
infeksi tersebut.
3. Tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurangkurangnya 48 jam sejak mulai
perawatan.
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa infeksi sebelumnya (Nguyen, 2009).
Infeksi neonatal merupakan salah satu penyebab kematian neonatal di negara
berkembang.
Diperkirakan angka kematian neonatus menyumbang hampir 60% dari kematian bayi dan
proporsi terbesar erat kaitannya dengan infeksi (zulfikar, 1999).
Bakteri Gram negatif yang paling sering diisolasi di ICU anak adalah Pseudomonas
aeruginosa,Escherichia coli, Enterobacter cloacae, dan Klebsiella pneumoniae. Sumber
bakteremia tersering adalahinfeksi saluran kemih dan pneumonia (Garcia, 2002).
Pseudomonas selalu muncul di unit perawatan Neonatologi dan dihubungkan dengan
tingginya angka kematian pada neonatus di unit perawatan intensif. Reservoir potensial
untuk pseudomonas meliputi alat-alat resusitasi, humidifier, inkubator, susu formula,
pompa payudara, bayi dengan perawatan lama, dan tangan petugas kesehatan (Polin dkk,
2003)
Antibiotik yang digunakan pada kasus ini dari golongan sefalosphorin, yang terbaik
ceftazidime.Secara invitro hasil tidak menggembirakan, namun secara invivo hasilnya
cukup baik karena spektrum antibiotik ini dapat menembus sawar darah otak. Apabila
diberikan bersama anti pseudomonas dari golongan aminoglikosida seperti amikasin akan
28
memberikan efek sinergisme yang signifikan dalam menurunkan angka kematian(Johanes
Edy S. Dkk , 2007)
Pemilihan antibiotik sebaiknya tergantung pada hasil data pola kuman dan sensitivitas
setempat. Pemberian antibiotik secara empiris haruslah dievaluasi selama maksimal tiga
hari (sebelum didapatkan hasil biakan), bila hasil biakan telah ada maka pemilihan
antibiotik harus berspektrum sempit (Johanes Edy S. Dkk , 2007)
29
DAFTAR PUSTAKA
Stoll Barbara, Chapman. The High-Risk Infant, In : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelsons Textbook of Pediatrics. 18th Edition. Philadelphia : Saunders, 2007 ; p 701-10.
Dalmanik Sylvia M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. Dalam : Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI 2008 ; 11-30.
Sukadi A. Pedoman Terapi Penyakit Pada Bayi Baru Lahir. Bandung : FKUP 2002.
Dogra VS. 2006. Intrauterine Growth Retardation from www.emedicine.com
Profil Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 2005. Dinas Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta. 2005. Dari www.depkes.go.id
Wiryo H (2004) Nutrisi enteral bayi prematur. Maj Kedokt Indon; 54(8): 338-43
Hendarto A (2002). Nutrisi enteral pada bayi dengan risiko tinggi. Dalam: Trihono PP, Purnamawati S, Syarif DR, Hegar B, Gunardi H, Oswari H, Kadim M. Hot Topic in Pediatrics II. FKUI, Jakarta. hal 182-90
Zulfiqar Ahmed Bhutta, Neonatal bacterial infection in developing countries: strategies for prevention, Semin Neonatol 1999; 4:159-171
Polin, Richard A, Saiman L. Nosocomial infection in the Neonatus Intensive Care Unit. Neoreviews, 2003;e81-e90.
Garcia-Rodriguez JA, Jones RN. Antimicrobial resistance in Gram-negative isolates from European Intensive Care Units: data from the Meropenem Yearly Susceptibility
Test Information Collection (MYSTIC) Programme. J Chemotherapy 2002;14):25-32.
Nosocomial infection. [disitasi 21 Januari 2009]. Tersediadari :www.en.wikipedia.org/wiki/Nosocomial_infection
30
Nguyen QV. Hospital-acquired infections. Last updated 2009 Jan 14. [disitasi 22 Januari 2009]. Tersedia dari : www.emedicine.medscape.com/article/967022-overview
Edy S, Johanes.2007. Pola Mikroorsganisme dan Sensitivitas dariSpesimen Klinik di UPIN dan “Intermediate ward”s. Unit Perinatologi SMF Anak, RSAB Harapan Kita, Jakarta.
31
top related