bab ii - mar%27atun nisrina
Post on 05-Jul-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 1/15
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pneumonia
1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
meskipun beberapa pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan
suatu keadaan inflamasi, namun sangatlah sulit untuk mendefinisikan secara
tunggal dan universal. Pneumonia merupakan penyakit klinis, sehingga
didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta perjalanan
penyakitnya. Salah satu definisi klasik menyatakan bahwa pneumonia
merupakan penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak napas,
demam, ronki basah halus, dengan gambaran infiltrat pada foto polos dada
(Asih et al , 2006). Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena
angka kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi di negara
maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara Eropa. Terdapat
dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia pertahun dengan jumlah kematian
rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah kardiovaskular dan tuberculosis (Misnadiarly,
2008).
2. Gambaran Klinis dan Klasifikasi
Gambaran klinis pneumonia bervariasi berdasarkan faktor-faktor
infeksi yang berperan pada pasien. Karena itu perlu dibuat klasifikasi
pneumonia. Terdapat berbagai klasifikasi pneumonia, namun yang terbaik
adalah klasifikasi klinis yang mengarahkan kepada diagnosis dan terapi secara
empiris dengan mempertimbangkan faktor-faktor terjadinya infeksi yaitu
faktor lingkungan pasien, keadaan imunitas pasien dan mikroorganisme.
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 2/15
5
Klasifikasi bisa berdasarkan kepada 1, 2, atau 3 faktor di atas, atau
mengaitkannya dengan data-data klinis, epidemiologis, dan pemeriksaan
penunjang.
a. Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis. Dibagi
atas :
1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yang
klasik antara lain berupa gejala awal yang akut dengan gambaran
radiologis berupa opasitas lobus atau lobularis, dan disebabkan oleh
kuman yang tipikal terutama S. pneumoniae, K. pneumonia, atau H.
influenzae.
2) Pneumonia atipikal, ditandai oleh gangguan respirasi yang melambat
dengan tandai oleh adanya gangguan infiltrat paru bagian bilateral.
Biasanya disebabkan oleh organisme atipikal dan termasuk
Mycoplasma pneumonia, virus, Legionella pneumophila, Chlamydia
psittaci dan Coxiella burnetti. Di Negara barat mikroorganisme
mikoplasma adalah prototype penyebab pneumonia atipikal, di
samping menyebabkan penyakit saluran nafas atas dan penyakit di
luar paru antara lain pada kulit, susunan saraf pusat darah jantung dan
sendi-sendi. Mikoplasma menjadi penyebab pada 15-20% pneumonia
bahkan mencapai 60% pada usia sekolah dan dewasa muda. Dapat
juga terjadi infeksi pada usia di atas 60 tahun.
Klasifikasi ini praktis tidak digunakan lagi karena didasari bahwa
gambaran klinis radiologis, atau laboratorium dan berbagai pneumonia saling
tumpang tindih dan pada klasifikasi ini tidak tercakup pneumonia yanggambaranya tidak khas.
b. Klasifikasi berdasarkan faktor lingkungan dan pejamu tampak pada tabel
di bawah ini :
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 3/15
6
Tabel 1. Klasifikasi pneumonia berdasarkan lingkungan dan pejamu
Tipe klinis Epidemiologi
Pneumonia komunitasPneumonia Nosokomial
Pneumonia rekurens
Pneumonia aspirasi
Pneumonia pada gangguan imun
Sporadik atau endemik, muda atau orang tua.Didahului perawatan di RS
Terdapat dasar penyakit paru kronik
Alkoholik, usia tua
Pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS
Klasifikasi ini adalah yang lazim kini dipakai dan dengan cara ini dapat
diperkirakan etiologi pneumonia secara empirik.
c. Sindrom Klinis
1)
Pneumonia bakterial (sindrom klinik pneumonia bakterial)Diketahui bahwa kelompok bakteria tertentu memberikan gambaran
klinis pneumonia yang akut dengan konsolidasi paru, dapat berupa :
a) Pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai
parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia
lobar.
b) Pneumonia bakterial tipe campuran (mixed type) dengan
presentasi klinis atipikal yaitu perjalan penyakit yang lebih ringan
(insidious) dan jarang disertai dengan konsolidasi paru. Biasanya
pada pasien dengan penyakit kronik.
2) Pneumonia Non Bakterial
Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma
Chlamydia pneumonia atau Legionella. Kemudian istilah sindrom
pneumonia atipikal dipakai untuk merangkum pula bentuk lain
dengan ciri-ciri gambaran klinis yang beraneka ragam dan gambaran
radiologis yang menyimpang dari normal, refrater terhadap terapi
antibiotik standar, lambat dalam penyembuhannya, dan membuat
tendensi untuk kambuh, yaitu yang disebabkan oleh mikobakterium,
jamur, virus atau mikoorganisme lain, dan penyait peradangan paru
yang bukan infeksi, termasuk tumor (PDPI, 2001).
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 4/15
7
3. Etiologi
Pneumonia merupakan penyakit yang sebagian besar disebabkan oleh
mikroorganisme seperti virus ataupun bakteri, adapula yang disebabkan oleh
adanya paparan bahan kimia seperti hidrokarbon dan lipoid substances
(bahan asing yang terinspirasi) namun hal ini hanya sebagaian kecil dapat
terjadi. Pola kuman penyabab pneumonia berbeda-beda tergantung distribusi
umur pasien. Kasus pneumonia yang disebabkan oleh virus merupakan
penyebab tersering untuk Respiratory Syncytial Virus (RSV), prainfluenza
virus, influenza virus dan adenovirus. Umumnya bakeri yang berperan
penting sebagai penyebab pneumonia yaitu Streptococcus pneumoniae,
Haemophyllus influenza, Staphylococcus aureus , Streptocccus grup β , serta
kuman atipik klamidia dan mycoplasma (Asih et al., 2006).
4. Patofisiologi
Sebagian besar penyakit pneumonia disebabkan oleh penyebaran
kuman pada saluran pernapasan atas. Dalam kondisi sehat bagian saluran
respiratori bagian bawah adalah steril. Untuk menangkal terjadinya infeksi,
paru memiliki beberapa mekanisme antara lain barrier anatomi dan mekanik
serta sistem pertahanan tubuh lokal dan sistemik. Bentuk barrier anatomik
dan mekanik berupa filtrasi parikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan
refleks epligotis, ekspulsi benda asing melalui batuk. Sistem pertahan tubuh
yang terlibat secara sekresi lokal immunoglobulin A maupun respon
inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin, immunoglobulin, alveola
makrofag dan cell mediated immunity. Jika terdapat gangguan pada salah satu
barrier maka beberapa kuman pathogen akan mencapai saluran nafas bawah
dan akan terjadi pneumonia akibatnya akan menimbulkan respon inflamasi
akut pada inang yang berbeda sesuai dengan kuman penyebabnya.
Pneumoia bakterial terjadi karena inhalasi atau aspirasi pathogen dan
terkadang terjadi melalui penyebaran hematogen. Terjadi atau tidaknya
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 5/15
8
proses pneumonia tergantung dari interaksi antara bakteri dan ketahanan
sistem imun inang. Ketika bakteri dapat mencapai alveoli maka beberapa
mekanisme ketahanan tubuh akan dikerahkan. Saat terjadi kontak antara
bakteri dengan dinding alveoli maka akan ditangkap oleh lapisan cairan
epithelial yang mengandung opsonin dan tergantung dari respon
immunologis inang akan terbentuk antibodi imunoglobulin G spesifik. Dari
proses ini akan terjadi proses fagositosis oleh makrofag alveolar (sel alveolar
tipe II), sebagian kuman akan dilisis melalui perantara komplemen.
Mekanisme semacam ini terjadi untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman
yang tidak berkapsul yaitu Streptococcus pneumoniae. Ketika mekanisme ini
tidak dapat merusak bakteri dalam alveolar, leukosit dengan aktifitas
fagositosisnya akan mengeluarkan agen inflamasi berupa sitokin sehingga
akan terjadi respon inflamasi (Asih et al , 2006). Pelepasan toksin pada
pneumococcal tidak dijumpai namun komponen asam teikoat dari dinding sel
mungkin menyebabkan inflamasi (peradangan) (Harrison, 1994).
5.
KomplikasiTerjadinya komplikasi pada pneumonia meliputi atelektasis yang
terjadi selama fase akut ataupun pada masa penyambuhan (resolusi). Area
yang terinfeksi biasanya akan terasa bersih setelah proses batuk ataupun
inspirasi dalam, namun akan berubah menjadi fibrotik bila atelektasi menetap
untuk jangka waktu yang panjang. Komplikasi yang lainnya yaitu terjadinya
abses paru khususnya pada pneumonia aspirasi. Efusi pleura juga dapat
terjadi akibat perubahan permeabilitas selaput paru. Infiltrasi bakteri ke
dalam pleura (selaput paru) menyebabkan infeksi tersebut sulit diatasi,
sehingga memerlukan bantuan aspirasi. Komplikasi akibat bakterimia terjadi
bila infeksi tidak dapat ditangani (Depkes RI, 2005).
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 6/15
9
B. Antibiotik
Antibiotik merupakan substansi kimia yang berupa hasil metabolik yang
diproduksi oleh bakteri maupun fungi dimana dapat membunuh maupun
menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik termasuk dalam grup antimikrobial
yang digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebakan oleh mikroorganisme
baik fungi maupun protozoa (Madhavan et al ., 2011). Terapi empiris adalah
terapi yang diberikan berdasarkan diagnosis klinis dengan pendekatan ilmiah dari
klinisi (Jawetz et al ., 2007). Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Kumala et
al (2010) menunjukkan bahwa Klebsiella pneumoniae masih dapat dikatakan
sensitif terhadap antibiotik golongan aminoglikosida yaitu amikasin (88,9%),
namun untuk gentamisin sudah menurun (69%). Kepekaan mikroba ini mulai
menurun terhadap beberapa antibiotik lainnya, dan resisten terhadap antibiotik
golongan beta-laktam yaitu tikarsilin (75,9%). Dibandingkan dengan data pola
resistensi bakteri terhadap antibiotik golongan beta-laktam yang diisolasi dari
sputum tahun 2007 K. pneumoniae resisten terhadap tetrasiklin (88%), sedangkan
sensitif terhadap amikasin (96%). Ini menunjukkan bahwa amikasin masih dapat
digunakan untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri K.pneumonia.
Beberapa antibiotik empiris yang diresepkan oleh BKPM Purwokerto untuk
penderita pneumonia antara lain :
1. Azithromycin
Azitromycin merupakan antibiotik golongan makrolida, pada
strukturnya memiliki cincin lakton. Obat ini memiliki indikasi klinik yang
serupa dengan klaritomisin serta memiliki aktivitas yang baik pada
Chlamydia. Kadar azithromycin yang tercapai dalam serum setelah
pemberian oral relatif rendah, tetapi kadar di jaringan dan sel fagosit sangat
tinggi. Obat yang disimpan dalam jaringan kemudian dilepaskan secara
perlahan sehingga diperoleh masa paruh eliminasi sekitar 3 hari. Absorbsi
dari obat ini berlangsung cepat, namun akan terganggu bila diberikan
bersama makanan. Serta tidak menghambat sitokrom P-450 sehingga praktis
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 7/15
10
tidak menimbulkan masalah interaksi obat (Anonim, 2007). Aktivitas
antimikroba golongan makrolida ini yaitu pada gram positif coccus seperti
Staphylococcus aureus, Streptococcus β -hemolytic, dan Streptococcus spp.
Azithromycin memiliki aktivitas yang lebih poten terhadap gram negatif,
volume distribusi yang lebh luas serta waktu paruh yang lebih panjang
(Depkes RI, 2005).
2. Cefixime
Cefixime merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ke-3.
Golongan sefalosporin merupakan antibiotik beta laktam dengan struktur,
khasiat dan sifat yang mirip dengan penisilin. Kelebihan sefalosporin
dibanding golongan pensilin yaitu memiliki spektrum yang lebih luas namun
tidak termasuk kuman golongan enterokokus dan kuman anaerob serta
resisten terhadap penisilinase asal stafilokokus, tapi tidak efektif terhadap
stafilokokus yang resisten terhadap metilsilin yaitu Methicilin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA). Sefalosporin generasi ke-3 ini memiliki
aktivitas terhadap kuman gram negatif lebih kuat dan lebih luas yang meliputi
Pseudomonas dan Bacteroides. Resistensi terhadap laktamase juga lebih kuat
namun khasiatnya terhadap stafilokokus jauh lebih rendah (Tjay, 2007).
3. Levofloxacin
Levofloxacin merupakan antibiotik golongan fluoroquinolon.
Memiliki daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram positif dan gram
negatif serta kuman-kuman atipik ( Mycoplasma, Chlamydia, dll). Uji klinik
juga menunjukan bahwa efektif untuk community acquired pneumoniae
(Anonim, 2007). Mekanisme kerja golongan quinolone secaara umum adalah
menghambat DNA-gyrase. Aktivitas antimikroba antara lain
Enterobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus,
Enterococcus dan Streptococcus. Aktivitas pada bakteri anaerob pada
generasi kedua tidak dimiliki, demikian pula pada generasi ketiga seperti
levoflocaxin, gatiflocaxin, moksiflocaxin (Depkes RI, 2005).
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 8/15
11
C. Resistensi
Resistensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan bakteri untuk menetralisir
ataupun melemahkan daya antibiotik. Resistensi antibiotik merupakan tipe
spesifik dari obat yang resisten terhadap mikroorganisme yang memiliki
kemampuan untuk menahan efek biologi dari antibiotik (Madhavan et al ., 2011).
Terjadinya resistensi pada kasus pneumonia yaitu banyak dijumpainya
pneumococcal yang meningkat selama 10 tahun terakhir, khususnya pada
penisilin. Meningkatnya penggunaan penisilin juga akan diramalkan akan
berdampak pada meningkatnya resistensi terhadap antibiotik lain seperti
sefalosporin, makrolid, tetrasiklin dan kotrimoksazol. Sedangakan antibiotik
yang kurang berpengaruh yaitu vankomisin, fluorokuinolon, klindamisin,
kloramfenikol dan rifampisin (Depkes RI, 2005). Menurut Madhavan et al
(2011) terdapat empat mekanisme yang menyebabkan mikroorganisme resisten
terhadap antibiotik yaitu :
1. Drug inactivation or modif ication
Yaitu mendeaktifasi enzimatik obat Penisilin G pada mikroorganisme yang
resisten terhadap penisilin dengan memproduksi beta-lactamases.
2. Al terati on of target site
Perubahan Penicillin Binding Protein (PBP) yang berikatan dengan tempat
target penisilin pada Methycillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA)
dan beberapa bakteri yang resisten terhadap penisilin.
3. Al terati on of metabolic pathway
beberapa bakteri yang resisten sulfonamide tidak memerlukan PABA (Para 4-
Amino Bensoic Acid) ekstraselular, tetapi sel mamalia dapat menggunakan
asam folat yang telah dibentuk sebelumnya.
4. Reduced drug accumulation
Berkurangnya permeabilitas obat dengan ataupun tanpa meningatkan efflux
obat melewati permukaan sel.
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 9/15
12
D. Bakteri
1. Klebsiella pneumoniae
Klasifikasi :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Klebsiella
Species : K. pneumoniae
Binomial name : Klebsiella pneumoniae
K.pneumonia adalah bakteri gram negatif yang berbentuk batang
(basil), berpasangan atau membentuk rantai pendek dan tergolong bakteri
yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil). Bakteri ini dapat
ditemukan di dalam saluran nafas dan feses pada sekitar 5% pada individual
normal. Organisme ini menyebabkan sebagian kecil (sekitar 1%) pneumonia
bakteri yang dicirikan terjadinya konsolidasi luas yang disertai nekrosis
hemoragik pada paru (Jawetz et al ., 2013). Menurut Bergey’s Manual
determinative 9th
edition, K. pneumoniae merupakan bakteri fakultatif anaerob
dilihat dari kebutuhannya akan oksigen. K. pneumoniae menunjukkan reaksi
positif pada uji fermentasi laktosa, test indol negatif dan dapat mereduksi
nitrat. Pada bakteri K.pneumonia mempunyai kepekaan yang tinggi berturut-
turut terhadap netilmisin, amikasin, seftriakson, sefotaksim dan seftizoksim.
Resistensi tertinggi berturut-turut untuk amoksisilin, penisilin G, ampisilin,
kloramfenikol, sefaleksin, tetrasiklin, kanamisin, dan sulbenisilin (Refdanita,
2004).
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 10/15
13
2. Streptococcus vir idans
Klasifikasi :
Kingdom : Bacteria
Disision : Fermiculates
Class : Bacilli
Order : Lactobacilles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : S. mitis, S. mutans, S. salivarius, S. sanguis
S. mitis, S. mutans, S. salivarius, S. sanguis adalah bakteri-bakteri
golongan Streptococcus viridan, merupakan bakteri flora normal yang
terdapat pada rongga mulut dan mengakibatkan penyakit bila berada dalam
bagian tubuh dimana kuman ini secara normal tidak dijumpai. Bakteri ini
memiliki ciri berbentuk bulat, tipe hemolisis alpha, non motil (Jawetz et al .,
1986).
3. Streptococcus haemolyticus
Klasifikasi :Kingdom : Bacteria
Disision : Fermiculates
Class : Bacilli
Order : Lactobacilles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : S. pyogens, S. agalactiae
S. pyogens, S. agalactiae merupakan bakteri golongan Streptococcus
β -haemolyticus. Bakteri Streptococcus pyogens merupakan bakteri Grup A
Streptococcus merupakan bakteri pathogen yang menyerang manusia yang
dikaitkan dengan invasi local atau sistemik dan gangguan imunologi pasca
infeksi Streptococcus. Sedangkan Streptococcus agalactie merupakan Grup B
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 11/15
14
Streptococcus, bakteri ini adalah bakteri flora normal pada saluran organ
wanita dan penyebab sepsis neonatal dan meningitis. S.haemolyticus ini sering
menyebabkan penyakit pneumonia (Jawetz et al ., 1986). Pola Kepekaan dari
S.haemolyticus terhadap antibiotik menunjukkan bahwa bakteri ini memiliki
kepekaan tertinggi terhadap seftizoksim, seftriakson, penisilin G, sulbenisilin,
siprofloksasin, fosmisin dan netilmisin. Resistensi tertinggi berturut-turut
diberikan untuk tobramisin, sefaleksin, ampisilin, tetrasiklin dan
kloramfenikol (Refdanita, 2004).
E.
Identifikasi Bakteri
Identifikasi mikroorganisme dapat secara langsung ataupun tidak langsung.
Identifikasi langsung: mikroorganisme dibiakkan dalam media kultur yang
sesuai, diisolasi dan kemudian dilihat dibawah mikroskop. Identifikasi tidak
langsung: terdapatnya dan identitas mikroorganisme disimpulkan dari hasil tes
pada darah (metode serologi), tes biokimia, dan sebagainya. Strain
mikroorganisme adalah mikroorganisme yang memperlihatkan perubahan dari
sifat semulanya. Perbuahan tersebut terjadi selama pembelahan mikroorganisme
menjadi 2 dan dapat timbul secara alami atau dalam perbenihan. Salah satu
efeknya mungkin berupa perubahan virulensi kuman. Virulensi adalah tingkat
patogenisitas suatu mikroorganisme, tingkatan dimana dapat menyebabkan
penyakit. Beberapa starin mungkin mempunyai virulensi tinggi, beberapa
mempunyai virulensi rendah dan lainnya non patogenik. Virulensi suatu
mikroorganisme dapat dikurangi dengan memperbenihkannya pada keadaan atau
media yang tidak disukai, dimana ini merupakan suatu cara yang digunakan
untuk mendapatkan strain yang lemah untuk digunakan sebagai vaksin yang akan
diberikan kepada seseorang untuk melindunginya dari infeksi-infeksi tertentu
(Gibson, 1996). Mikroorganisme diidentifikasi dengan metode yang tepat
tergantung dari sifat bahan yang digunakan untuk pemeriksaan dan
mikroorganisme yang diduga. Spesimen untuk pemeriksaan mikroorganisme
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 12/15
15
berupa apusan dari tenggorokan, mulut, luka, rektum, vagina, telinga, mata,
cairan serebrospinal, darah, urin, feses, kulit, kuku, pus, sputum, rambut.
1. Pemeriksaan mikroskopik
Bahan yang akan diperiksa atau spesimen dari biakan ditempatkan diatas kaca
objek dan diperiksa dengan mikroskop cahaya biasa.
a. Preparat basah adalah preparat yang tidak diwarnai yang dperiksa untuk
mengetahui ukuran, bentuk dan terutama pergerakan mikroorganisme.
b. Preparat yang diwarnai adalah preparat dimana mikroorganisme difiksasi
di atas kaca objek dengan pemanasan kemudian diwarnai dengan
pewarnaan yag sesuai. Dalam hal ini mikroorganisme dimatikan dan
tentunya tidak dapat diperiksa akan adanya pergerakan mikroorganisme.
2. Reaksi Pewarnaan
Mikroorganisme dapat diwarnai dengan berbagai warna dan dapat
diklasifikasikan berdasarkan pewarnaan ini.
a. Pewarnaan gram. Ini merupakan warna violet dengan cara ini
mikroorganisme dibagi menjadi mikroorganisme gram positif dan
mikroorganisme gram negatif.
1) Mikroorganisme gram positif adalah mikroorganisme yang berwarna
violet dimana warna tersebut tidak hilang jika mikroorganisme disiram
dengan aseton atau alkohol. Mikroorganisme ini adalah semua kokus
kecuali gonococcus dan meningococcus, basil tetanus, difteri,
tuberculosis, leprosis.
2) Mikroorganisme gram negatif adalah mikroorganisme yang akan
kehilangan warna violetnya jika mikroorganisme tersebut disiram
dengan aseton atau alkohol dan kemudian akan berwarna merah
mudah dengan carbol fuchsin atau merah netral. Mikroorganisme ini
adalah semua basil kecuali gram positif.
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 13/15
16
Pewarnaan gram berkaitan dengan perbedaan-perbedaan biologis
mikroorganisme :
1) Mikroorganisme gram positif mempunyai sel yang lebih jelas yang
lebih tahan terhadap kerusakan. Mikroorganisme gram negatif
mempunyai dinding sel yang kurang jelas dan mudah rusak.
2) Mikroorganisme gram positif menghasilkan zat yang dapat berdifusi
yang dapat difiltrasi kembali dan dimurnikan, misalnya antigen yang
digunakan pada imunisasi.
3) Mikroorganisme gram negatif mengandung endotoksin yang kemudian
akan dibebaskan jika dinding selnya mengalami kerusakan.
4) Beberapa mikroorganisme gram positif membentuk spora, sedangkan
mikroorganisme gram negatif tidak membentuk spora.
5) Terdapat perbedaan dalam sensitifitas terhadap antibiotik dan
desinfektan antara mikroorganisme gram positif dan gram negatif.
b. Pewarnaan Ziehl-Neelsen. Mikroorganisme tahan asam dengan pewarnaan
ini akan berwarna merah terang dengan carbol fuchsin dan warna tersebut
tidak dapat dihilangkan oleh aseton atau alkohol. Mikroorganisme ini
adalah basil penyebab tuberculosis dan lepra (Gibson, 1996).
F. Sputum
Sputum adalah bahan yang didorong keluar dari trakea, bronkus dan paru
melalui mulut. Sekresi eksudat bronkus paru-paru sering kali diteliti melalui
sputum. Segi pemeriksaan sputum yang paling menyesatkan adalah hampir tidak
dapat dielakannya kontaminasi dengan flora saliva dan mulut. Jadi,
ditemukannya Candida atau S.aures atau bahkan S.pneumonia dalam sputum
penderita pneumonitis tidak mempunyai makna etiologik kecuali didukung oleh
gambaran klinik. Bahan dahak yang berarti sebaiknya dikeluarkan dari saluran
pernafasan bagian bawah dan harus berbeda dengan saliva. Leukosit
polimorfonuklir (PMN) yang berjumlah besar mengesankan eksudat purulent.
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 14/15
17
Dahak dapat diinduksi dengan menghirup aerosol larutan NaCl hipertonik yang
dipanaskan selama beberapa menit (Jawetz et al ., 1986). Komposisi dari sputum
yaitu :
1. Cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioles.
2. Lendir yang disekresi dari oleh sel-sel epithelial pada sistem pernafasan
3. Air liur
Sputum yang dihasilkan oleh orang sehat dihasilkan dalam jumlah yang
sedikit. Jika sputum yang dikeluarkan dalam jumlah berlebihan maka
mengindikasikan adanya sesuatu yang ringan atau serius ataupun adanya
kesalahan dalam sistem pernafasan. Sputum yang terbaik dihasilkan pertama dan
di pagi hari (Gibson, 1996).
G. Uji Sensitifitas
Uji sensitifitas digunakan untuk mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme yang ditandai dengan zona hambat yang terbentuk disekitar
cakram ( paper disc), tidak adanya aktivitas pertumbuhan bakteri dapat dilihat
dari zona hambat dengan terbentuknya zona bening disekitar paper disc. Zona
hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitifitas bakteri terhadap
bahan antibakteri (Jawetz et al., 1986 ). Uji sensitifitas dapat dilakukan dengan
metode berikut:
1. Metode Difusi
Metode disc diffusion (Tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan
aktifitas agen antimikroba. Cawan yang berisi agen antimikroba diletakkan
pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi
tersebut. Area jernih mengidentifikasi adanya hambatan pertumbuhan
mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar (Pratiwi,
2008).
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
8/16/2019 BAB II - Mar%27atun Nisrina
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-mar27atun-nisrina 15/15
18
2. Metode Dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution)
dan dilusi padat ( solid dilution). Metode dilusi cair (broth dilution) mengukur
MIC ( Minimum Inhibitory Concentration) atau KHM (Kadar Hambat
Minimum) dan MBC ( Minimum Bactericidal Concentration atau kadar
bunuh minimum, KBM). Cara yang dilakukannya adalah dengan membuat
seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan
dengan mikroba uji. Sedangkan metode dilusi padat ( solid dilution) serupa
dengan metode dilusi cair namun menggunakan metode padat. Keuntungan
metode ini adalah satu konsetrasi agen antimikroba yang diuji dapat
digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).
Isolasi Identifikasi Dan..., Mar'atun Nisrina, Farmasi UMP, 2015.
top related