bab 2 tinjauan pustaka - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00677 ti bab 2.pdf ·...
Post on 12-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Distribusi
Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari
pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010,
p86). Distribusi terjadi di antara tahapan dari supply chain. Aliran bahan baku
yang diperlukan berpindah dari supplier menuju suatu perusahaan pembuat
produk dan perusahaan tersebut akan memindahkan barang jadi yang
dihasilkan ke tangan konsumen. Distribusi merupakan suatu kunci dari
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan karena distribusi secara langsung
akan mempengaruhi biaya dari supply chain dan kebutuhan konsumen.
Jaringan distribusi yang tepat dapat digunakan untuk mencapai berbagai
macam tujuan dari supply chain, mulai dari biaya yang rendah sampai respon
yang tinggi terhadap permintaan dari pelanggan (Chopra, 2010, p86).
Menurut Bowersox (1996, p90), saluran distribusi adalah kegiatan dari
sekelompok pelaku bisnis yang memfasilitasi pertukaran produk dari pemilik
awal produk tersebut (bahan baku dari supplier) sampai ke konsumen akhir.
Gambar saluran distribusi menurut Bowersox (1996, p90) :
8
Bahan Baku
Industri Manufaktur
Pedagang Grosir
Pengecer
Pemakai akhir dan Pemerintah
Sumber : Bowersox, 1996, p90
Gambar 2.1 Saluran Distribusi Umum
Dalam menentukan rute distribusi, perusahaan harus
mempertimbangkan 2 hal yaitu :
- Apakah produk akan dikirim ke lokasi dimana konsumen berada atau
konsumen mengambil sendiri produk yang ia pesan?
- Apakah produk dari perusahaan langsung dikirim ke konsumen atau lewat
media perantara?
Dari pertimbangan-pertimbangan diatas, cara pendistribusian produk dapat
diklasifikasikan menjadi 6 desain jaringan distribusi (Chopra, 2010, pp91-
102), yaitu :
9
a. Manufacturer Storage with Direct Shipping
Pada desain ini, produk dikirim secara langsung dari perusahaan menuju
konsumen akhir dengan melangkahi pengecer dimana mereka yang
mengambil pesanan dari pelanggan. Aliran informasi bermula dari
pesanan pelanggan ke pengecer. Lalu pengecer memberitahukan kepada
perusahaan tentang pesanan dari konsumen. Setelah itu, perusahaan
mengirimkan produk yang dipesan langsung ke konsumen. Ilustrasi dari
desain ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Sumber : Chopra, 2010, p91
Gambar 2.2 Manufactured Storage with Direct Shipping
Keuntungan terbesar dari desain ini adalah pemusatan inventori barang di
pabrik perusahaan. Namun desain ini juga memiliki kekurangan yaitu
tingginya biaya transportasi karena rata-rata jarak dari pabrik ke
konsumen akhir sangat jauh.
10
b. Manufacturer Storage with Direct Shipping and In-Transit Merge
Pada desain ini, konsumen dari berbagai lokasi memesan produk-produk
dari pabrik-pabrik yang berbeda. Aliran informasi mengalir dari konsumen
akhir ke pengecer. Kemudian pengecer memberitahukan pesanan-pesanan
konsumen ke pabrik-pabrik yang memproduksi pesanan dari pelanggan.
Setelah itu, produk-produk tersebut dikirimkan dari pabrik-pabrik menuju
suatu tempat (carrier), lalu produk-produk tersebut dikirimkan ke
konsumen akhir. Ilustrasi dari desain ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Sumber : Chopra, 2010, p94
Gambar 2.3 Manufacturer Storage with Direct Shipping and In-Transit
Merge
c. Distributor Storage with Package Carrier Delivery
Pada desain ini, inventori tidak terletak pada pabrik melainkan di
distributor pusat. Produk yang sudah dibuat oleh produsen dikirimkan ke
11
distributor pusat, kemudian distributor akan menyalurkannya ke
konsumen. Aliran informasi dari desain ini hanya terjadi dari konsumen
ke distributor. Lalu distributor merespons informasi tersebut dengan
melakukan mengirimkan pesanan tersebut ke konsumen. Ilustrasi dari
desain ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Sumber : Chopra, 2010, p96
Gambar 2.4 Distributor Storage with Carrier Delivery
d. Distributor Storage with last-mile Delivery
Pada desain ini, pabrik mendistribusikan produknya ke distributor-
distributor yang dekat dengan konsumennya. Dengan begitu, pengiriman
dari distributor ke konsumen akan lebih cepat tetapi biaya inventori dari
distributor tidaklah kecil karena distributor harus menyimpan produk-
produk dari berbagai pabrik. Aliran informasi mengalir dari pesanan
konsumen ke distributor yang terdekat dengan mereka. Lalu distributor
12
tersebut akan merespons pesanan mereka dengan mengirimkan produk
pesanannya tersebut. Ilustrasi dari desain ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Sumber : Chopra, 2010, p98
Gambar 2.5 Distributor Storage with Last-Mile Delivery
e. Manufacturer/Distributor Storage with Customer Pickup
Desain ini berbeda dengan desain-desain yang dijelaskan sebelumnya.
Pada desain ini, konsumen akan melakukan pesanan ke pengecer (baik
lewat telepon atau web) dan konsumen sendiri yang akan mengambil
barangnya tersebut di suatu tempat (pickup point). Aliran informasi pada
desain ini dimulai dari konsumen ke pengecer. Setelah itu, pengecer akan
melanjutkan informasinya tersebut ke pabrik-pabrik. Pabrik-pabrik
tersebut akan merespons permintaan konsumen dengan mengirimkan
barangnya ke distributor. Kemudian distributor akan mengirim produk-
produk dari pabrik itu ke pickup point dimana pelanggan akan mengambil
13
sendiri barang pesanannya. Ilustrasi dari desain ini dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Sumber : Chopra, 2010, p100
Gambar 2.6 Manufacturer/Distributor Warehouse Storage with Customer
Pickup
f. Retail Storage with Customer Pickup
Desain ini merupakan desain yang sering orang-orang temukan dimana
inventori disimpan oleh pengecer. Kemudian konsumen akan datang ke
pengecer untuk memilih produk yang ia inginkan lalu membelinya.
2.2 Transportasi
Transportasi merupakan pergerakan suatu produk dari suatu lokasi ke
lokasi lain yang merepresentasikan awal dari suatu rangkaian supply chain
14
sampai kepada konsumen (Chopra, 2010, p380). Tiga hal yang sangat penting
dalam mengukur kinerja transportasi, yaitu :
a. Biaya
Biaya dari transportasi adalah suatu pengeluaran yang terjadi saat
melakukan pengiriman dari suatu tempat ke tempat yang lain. Biaya ini
dapat berupa biaya bahan bakar, biaya perawatan mobil, ataupun biaya dari
pengemudi. Sistem logistik sebaiknya dapat meningkatkan utilisasi dari
alat transportasi yang digunakan untuk meminimalkan total biaya.
b. Kecepatan
Kecepatan akan transportasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pergerakan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Kecepatan
dan biaya dalam transportasi berkaitan dalam dua hal. Pertama, suatu
perusahaan transportasi dapat menawarkan layanan yang lebih cepat
dengan mengenakan tarif yang tinggi. Kedua, semakin cepat layanan
transportasi, maka semakin pendek pula waktu yang dibutuhkan dalam
perjalanan dan semakin cepatnya persediaan akan produk habis. Dari kedua
hal tersebut dapat terlihat bahwa faktor kritikal dari metode transportasi
adalah menyeimbangkan antara kecepatan dan biaya.
c. Konsistensi
Konsistensi dari transportasi mengacu pada variasi waktu yang dibutuhkan
untuk mengukur spesifikasi pergerakan dari beberapa pengiriman.
Maksudnya adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan pengiriman
15
hendaknya konsisten. Misalnya apabila pengiriman diantara 2 lokasi
tertentu membutuhkan waktu 3 hari, maka pengiriman selanjutnya dengan
lokasi yang sama pun seharusnya membutuhkan waktu 3 hari juga. Apabila
terjadi perubahan dalam waktu pengiriman tetapi lokasi yang dituju sama,
akan mengakibatkan masalah dalam supply chain. Jika terjadi inkonsistensi
dalam transportasi, makan akan berdampak pada inventori baik dari pihak
supplier maupun konsumen.
Lingkungan transportasi berdampak pada serangkaian keputusan yang
dapat diimplementasikan dalam sistem logistik. Keputusan pada transportasi
dipengaruhi oleh beberapa pihak (Bowersox, 2010, pp194 – 196), yaitu:
a. Shipper dan Consignee
Shipper dan consignee mempunyai kepentingan bersama dalam
perpindahan barang dari asalnya ke tempat tujuan dalam kurun waktu
tertentu dengan harga terendah.
b. Carrier and Agents
The Carrier adalah suatu bisnis yang bergerak dalam pelayanan
transportasi yang berusaha untuk meningkatkan pendapatannya dengan
meminimasi biaya yang berhubungan dengan hal transportasi. Sebagai
perusahaan jasa, carrier ingin mengenakan biaya setinggi-tingginya
kepada konsumennya dengan meminimasi tenaga kerja, bahan bakar, dan
biaya kendaraan dalam memenuhi tugas pengiriman barang.
16
c. Pemerintah
Pemerintah memiliki peran dalam transportasi karena transportasi
merupakan suatu layanan mempengaruhi ekonomi dan kesejahteraan
sosial. Pemerintah berupaya untuk menciptakan lingkungan transportasi
yang efisien untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu,
pemerintah membuat regulasi agar perusahaan yang bergerak dalam jasa
transportasi memberikan harga yang wajar kepada pengguna jasa
transportasi tersebut.
d. Internet
Perkembangan zaman, membawa dunia industri kepada sistem berbasis
komputer. Internet merupakan salah satu produk dari perkembangan
zaman. Keuntungan utama dari komunikasi internet dalam hal transportasi
adalah kemampuan carrier untuk memberikan informasi secara real time
kepada supplier dan konsumennya. Informasi tersebut berupa status
keberadaan dari produk yang sedang dikirim. Lewat internet, carrier dapat
mengetahui dimana posisi kendaraan yang membawa barang pesanan, rute
yang dipakai oleh kendaraan tersebut dan estimasi perkiraan waktu kapan
barang itu akan sampai ke konsumen. Semua informasi yang didapatkan
lewat internet itu diperoleh dari pemasangan alat tracking pada kendaraan
carrier (GPS = Global Positioning System).
17
e. Public
Pihak terakhir yang mempengaruhi keputusan dalam hal transportasi
adalah masyarakat umum. Dampak dari sarana transportasi yang
digunakan misalnya berupa polusi udara atau bahan bakar yang tumpah.
Hal ini akan mempengaruhi lingkungan umum termasuk konsumen di
dalamnya. Untuk menangani masalah ini, regulasi pemerintah terhadap
kendaraan yang dipakai untuk transportasi sangatlah penting. Pemerintah
harus secara tegas menetapkan standar kendaraan yang digunakan dan
faktor-faktor keselamatan dalam berkendara sehingga kegiatan
transportasi tidak mempengaruhi lingkungan sekitar.
Hubungan dari pihak-pihak yang berkaitan dengan transportasi dapat
dilihat pada gambar berikut :
18
Sumber : Bowersox, 2010, p195
Gambar 2.7 Hubungan antara Pihak-pihak yang Berkaitan dengan
Transportasi
2.3 Vehicle Routing Problem (VRP)
Penentuan rute kendaraan merupakan salah satu masalah dari
transportasi. Untuk meminimalkan biaya, suatu transportasi harus dapat
menempuh rute kendaraan dengan jarak yang minimum, waktu yang
minimum, dan tetap memperhatikan utilisasi kendaraan yang digunakan untuk
melakukan pengiriman barang. Salah satu karakteristik permasalahan di atas
sering disebut dengan Vehicle Routing Problem (VRP).
19
Menurut Kallehauge dkk. (2001), permasalah m-TSP (multiple
Travelling Salesman Problem) merupakan suatu variasi dari TSP dimana
terdapat sejumlah salesman yang mengunjungi setiap kota dan setiap kota
tersebut hanya dapat dikunjungi oleh satu salesman saja. Tiap salesman
berawal dari suatu depot dan pada akhir perjalanannya, mereka harus kembali
ke depot tersebut. Menurut Sutapa dkk. (2003), permasalahan m-TSP sering
disebut juga sebagai Vehicle Routing Problem (VRP) dimana sebuah kota
diibaratkan sebagai sebuah permintaan atau konsumen, dan tiap kendaraan
yang dipakai untuk perjalanan dianggap memiliki kapasitas tertentu.
Perbedaan VRP dengan m-TSP terletak pada siapa atau apa yang
mengunjungi suatu daerah tertentu.
Di dalam VRP, total jumlah permintaan dalam suatu rute, tidak boleh
melebihi kapasitas dari kendaraan yang digunakan untuk melewati rute
tersebut. Hal ini membuat VRP kadang disebut juga sebagai CVRP
(Capacitated Vehicle Routing Problem), (Sutapa dkk., 2003). VRP memulai
perjalanannya dari suatu distributor dan pada akhir perjalanannya kendaraan
tersebut harus kembali lagi ke distributor.
Prins (2001) menggambarkan permasalahan VRP sebagai suatu
undirected network G = (V,E), dengan sebuah node set V = {0, 1, 2, ..., n},
dan sebuah edge set E. Node 0 merupakan sebuah depot yang memiliki
sejumlah kendaraan dengan kapasitas yang sama atau identik, Q. Setiap
konsumen (node i > 0) memiliki suatu permintaan non negatif qi, dan tiap
20
edge [i,j] memiliki biaya non negatif cij = cji. Tujuan dari VRP adalah untuk
menentukan suatu rute kendaraan dengan total biaya minimal dimana tiap rute
berawal dan berakhir pada suatu depot, tiap konsumen dikunjungi tepat satu
kali, total permintaan yang dibawa oleh kendaraan tidak melebihi kapasitas
dari kendaraan itu sendiri Q, dan biaya dari rute tersebut tidak melebihi upper
limit L yang telah ditentukan perusahaan.
2.4 Clarke and Wright Saving Heuristic
Metode untuk memecahkan masalah Capacitated Vehicle Routing
Problem (CVRP) yaitu dengan metode Clarke and Wright Saving Heuristic.
Metode ini merupakan metode yang cukup sederhana sehingga mudah
diimplementasikan untuk menentukan rute kendaraan.
Langkah-langkah dari metode Clarke and Wright Saving Heuristic
(Chopra, 2010) adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi matriks jarak
Matriks jarak mengidentifikasi jarak antara dua buah lokasi yang akan
dikunjungi oleh kendaraan. Jarak yang diketahui akan merepresentasikan
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan transportasi diantara 2 lokasi
yang berbeda. Cara untuk menghitung jarak dari setiap lokasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya yaitu dengan mengetahui
waktu tempuh yang diperlukan oleh suatu kendaraan untuk menempuh dari
21
satu lokasi ke lokasi lainnya. Dengan adanya asumsi rata-rata kecepatan
yang digunakan, maka jarak akan diketahui dengan rumus :
D = v x t , dimana
D = Jarak antara 2 lokasi yang berbeda (km)
v = Kecepatan rata-rata kendaraan (km/jam)
t = Waktu tempuh kendaraan (jam)
2. Mengidentifikasi saving matriks
Saving matriks merepresentasikan penghematan apabila suatu
kendaraan mengunjungi beberapa lokasi secara bersamaan dibandingkan
dengan mengunjungi satu per satu lokasi. Saving matriks S(x,y) secara
umum dapat digambarkan sebagai berikut :
Pabrik Konsumen x Pabrik dan Pabrik Konsumen y Pabrik
menjadi
Pabrik Konsumen x Konsumen y Pabrik
Dari gambaran umum di atas terlihat jelas bahwa rute yang baru
akan menghemat waktu dan jarak tempuh dari kendaraan yang digunakan
untuk mendistribusikan pesanan konsumen. Nilai dari saving matriks dapat
dirumuskan sebagai berikut:
S(x,y) = D(DC,x) + D(DC,y) - D(x,y) dimana,
S(x,y) = Nilai saving matriks dari konsumen x ke konsumen y
D(DC,x) = Jarak dari pabrik (distrbution center) ke konsumen x
22
D(DC,y) = Jarak dari pabrik (distribution cener) ke konsumen y
D(x,y) = Jarak dari konsumen x ke konsumen y
3. Membagi konsumen dalam rute perjalanan kendaraan
Pada tahapan ini, dilakukan pembagian konsumen ke dalam suatu rute
perjalanan kendaraan dengan mempertimbangkan konsumen dan kapasitas
kendaraan yang digunakan. Sebuah rute dikatakan feasible apabila jumlah
dari permintaan total dari semua konsumen tidak melebihi kapasitas
kendaraan. Prosedur yang digunakan untuk pengelompokkan konsumen
yaitu berdasarkan nilai saving matriks terbesar. Jadi, pertama-pertama yaitu
mengurutkan nilai saving matriks dari yang terbesar sampai terkecil.
Kemudian kelompokkan konsumen mulai dari nilai saving matriks yang
terbesar sampai kapasitas kendaraan yang digunakan dapat menampung
semua permintaan. Apabila kapasitas kendaraan sudah maksimal, maka
prosedur tersebut akan berulang sampai semua konsumen teralokasi dalam
suatu rute perjalanan.
4. Mengurutkan konsumen di dalam rute perjalanan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari metode Clarke and Wright
Saving Heuristic. Tujuan dari tahap ini adalah mengurutkan kunjungan dari
kendaraan ke setiap konsumen yang sudah dikelompokkan dalam suatu
23
rute perjalanan agar dapat diperoleh jarak yang minimal. Beberapa cara
yang dapat digunakan untuk pengurutan kunjungan adalah sebagai berikut :
a. Farthest Insert
Prosedur ini dilakukan dengan melakukan penambahan konsumen dalam
sebuah rute perjalanan. Prosedur ini dimulai dari penentuan rute
kendaraan ke konsumen yang memiliki jarak yang paling jauh.
Kemudian prosedur ini akan terus berulang hingga semua konsumen
masuk ke dalam rute perjalanan.
b. Nearest Insert
Prosedur ini merupakan kebalikan dari farthest insert dimana prosedur
ini dimulai dari penentuan rute kendaraan ke konsumen yang memiliki
jarak yang paling dekat. Kemudian prosedur ini akan terus berulang
hingga semua konsumen masuk ke dalam rute perjalanan.
c. Nearest Neighbour
Prosedur ini memulai rute kendaraannya dari jarak yang paling dekat
dengan depot. Kemudian rute selanjutnya yaitu konsumen yang paling
dekat dengan konsumen pertama yang sudah dikunjungi. Prosedur ini
akan terus berulang sampai semua konsumen masuk ke dalam rute
perjalanan.
24
d. Sweep
Pada metode ini, sebuah titik dalam grid dipilih (secara umum yaitu
depot) dan ditarik sebuah garis yang menyapu dua titik tersebut searah
jarum jam ataupun melawan arah jarum jam. Rute perjalanan disusun
berdasarkan titik konsumen yang terlebih dahulu bertemu dengan garis
tersebut. Rute perjalanan yang diperoleh merupakan tahapan kunjungan
sebuah kendaraan yang berotasi sesuai dengan garis yang ditarik dari
depot. Setelah seluruh konsumen diurutkan, maka konsumen tersebut
diseleksi untuk memulai rute pertama. Rute yang akan dikunjungi setiap
konsumen tergantung pada urutan sebelumnya sehingga pengiriman
yang dilakukan pada rute tersebut tidak melebihi kapasitas kendaraan.
2.5 Optimalisasi
Optimalisasi adalah proses atau cara untuk menjadikan paling baik,
paling tinggi, dan paling menguntungkan (Pusat Bahasa). Hasil dari
optimalisasi disebut hasil yang optimal. Dalam penelitian ini, optimalisasi
yang ingin dicapai adalah optimalisasi rute. Optimalisasi rute adalah proses
mencari rute yang paling baik dengan mempertimbangkan kapasitas
kendaraan dan jarak tempuh dari beberapa alternatif yang ada.
top related