bab ii tinjauan pustaka 2.1. konsep mayarakateprints.umm.ac.id/40628/3/bab ii.pdfbahasa a. rab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Mayarakat
Masyarakat dalam bahasa Arab disebut “Musyarak”. Masyarakat artinya
adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem yang sedikit tertutup
atau separuh terbuka. Masyarakat merupakan orang-orang yang berinteraksi dan
satu sama lainnya serta saling tergantung satu sama lain yang biasa disebut zoon
polticon. Masyarakat biasanya dalam pergaulan akan menciptakan sebuah budaya
yang nantinya akan digunakan bersama. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat
dan kebudayaan saling berhubungan dalam kehidupan masyarakat
(Syani,1995:84).
Masyarakat dapat juga diartikan di mana setiap kelompok manusia yang
hidup berdampingan dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga mereka dapat
menata diri mereka karena mereka telah menyadari bahwa mereka adalah suatu
kesatuan sosial dengan aturan-aturan yang dirumuskan dengan jelas. Masyarakat
menurut seorang ahli antropologi Ralph Linton (dalam Ahmadi, 1986:56),
menyatakan bahwa setiap selompok manusia yang telah cukup lama hidup
berdampingan dan mereka bahkan sudah mampu mengatur diri masing-masing
dalam kehidupan sosial.
Melalui beberapa pengertian masyarakat di atas, dapat dijelaskan bahwa
masyarakat memiliki hubungan fungsional antara satu dengan yang lainnya. Setip
individu mempunyai kesadaran akan keberadaannya di tengah-tengah individu
lainnya, sehingga sistem pergaulan yang membentuk kepribadian dari setiap
7
individu yang disadarkan atas kebiasaan atau lembaga kemasyarakatan yang
hidup dalam masyarakat tertentu.
Ciri-ciri masyarakat dalam satu bentuk kehidupan bersama menurut
Soekanto (2006:47) antara lain menyatakan bahwa:
a. Manusia merupakan mahkluk yang hidup bersama dan ilmu sosial
sendiri tidak memiliki perhitungan pasti mengenai jumlah manusia
itu sendiri.
b. Tinggal berdampingan dalam waktu yang cukup panjang. Pertemuan
antara setiap individu atau orang akan manampilkan sebuah individu
dengan karakter yang baru. Setiap orang akan selalu berbicara
dengan yang lainnya, baik untuk menyampaikan perasaan, pikiran
maupun sebuah informasi. Dari hal ini maka tercipta sebuah sistem
komunikasi dan kemudian menghadirkan pola atau aturan baru yang
akan dipegang mereka.
c. Mengerti bahwa mereka bersatu.
d. Selalu tinggal berdampingan sehingga akhirnya melahirkan suatu
kebudayaan baru karena adanya ikatan antara mereka.
Syani (1995:89) menyatakan bahwa sekelompok orang akan artikan atau
disebut sebagai masyarakat apabila:
a. Adanya ikatan perasaan dalam kelompok.
b. Tinggal di wilayah yang sama, bersama dengan yang memiliki
karakter atau ciri khas yang sama.
c. Tinggal berdampingan dalam kurun waktu yang lama.
d. Memiliki peraturan yang akan menjadi pedoman mereka dalam
mencapai tujuan untuk kebaikan bersama.
Empat syarat yang telah dijabarkan di atas, merupakan salah satu cikal bakal
dari terbentuknya masyarakat. Sebagaimana hubungan individu dalam masyarakat
yang pada hakekatnya merupakan hubungan fungsional, sekaligus sebagai
kolektivitas yang terbuka dan saling ketergantungan antara satu sama lainnya.
Individu dalam hidupnya senantiasa menghubungkan kepentingan dan
keputusannya pada orang lain.
8
2.1.1. Masyarakat Etnis Madura
Etnis Madura adalah salah satu suku di Indonesia yang tinggal di Pulau
Madura propinsi Jawa Timur. Pulau Madura berada di timur pulau Jawa, dan
memiliki dataran tinggi serta lahan kering untuk tanah pertanian. Pulau Madura
mengalami musim kemarau kering rata-rata 2 hingga 4 bulan namun jika musim
kemarau panjang dapat mencapai 4 hingga 5 bulan. Curah hujan rata-rata sekitar
88 hari pertahun. Madura terkenal panas dengan suhu udara maksimum rata-rata
30,50 C. kondisi tanah serta curah hujan yang tidak rata menjadikan Pulau
Madura memiliki sedikit tanah yang subur untuk bercocok tanam (Wiyata, 2002:
15).
Etnis Madura memiliki kebudayaan yang cukup khas. Khas artinya karena
etnis Madura memiliki perbedaan dengan etnis-etnis lainnya (Alwi, 2001: 563).
Kekhasan budaya etnis Madura didasari oleh wilayah geografis dan topografis
hidraulis dan lahan pertanian yang tandus sehingga cara sebagian besar dari
mereka mencari mata pencaharian di laut seperti menjadi nelayan. Etnis Madura
terbiasa hidup dengan bekerja di laut baik sebagai nelayan maupun sebagai
berdagang. Kehidupan di laut yang memiliki resiko serta tantangan akhirnya
menjadikan orang Madura memiliki tingkat keberanian yang besar, ulet, percaya
diri, bersikap apa adanya dan terbuka, terus terang dalam berbicara, serta
memegang dan menjaga tinggi harga diri. Karakter etnis Madura tersebut
terkadang ditunjukan secara berlebihan sehingga menimbulkan konflik serta
tindak kekerasan atau perkelahian. Etnis Madura memiliki ciri khas sebagai
kelompok yang rentan atau sering mengalami konflik. Rasa bangga terhadap diri
sendiri yang terkadang berlebihan kadang memunculkan konflik. Orang Madura
9
terkenal mempertahankan harga dirinya meskipun harus dengan tindak kekerasan
fisik.
Karakter orang Madura yang sensitif mengenai harga dirinya serta mudah
melakukan kekerasan, dinilai sebagai stereotip negative oleh etnis atau suku
lainnya. Stereotip ini kadang bersifat subjekif dan tidak akurat karena hanya
didasarkan oleh prasangka semata (Alwi, 2001: 109). Etnik Madura selalu
mendapat penilaian secara subjektif oleh etnis lain. Misal di kalimantan, etnis
Madura dianggap sebagai kelompok orang yang tempramental, keras dan kasar
(kecuali yang dari Sumenep), sombong, mudah sakit hati atau tersinggung dan
mudah membalas dendam dengan kekerasan (Mustofa, 2001: 25).
Penilaian terhadap Etnis Madura yang dianggap keras atau tegas. Arti kata
”tegas” dan ”keras” memiliki pengertian yang berbeda. Sifat ”keras” yang
merupakan lawan dari sifat ”lembut” sifat yang berapi-api atau mudah tersulut
emosi tanpa menghiraukan akal budinya. Sementara arti dari sifat ”tegas” adalah
sifat yang kuat atau teguh dalam menjunjung pendapat maupun prisip dan tidak
mudah dipengaruhi oleh keadaan di sekitarnya. Namun adanya penilaian yang
subjektif selalu menimbulkan prasangka yang keliru. Dilihat dari segi budaya,
masing-masing suku atau etnik rentan terhadap penilaian yang subjektif terhadap
etnis lainnya (Glaser & Moynihan, 1981: 27).
2.2. Proses Dan Interaksi Sosial
Beberapa faktor yang menandakan adanya interaksi sosial adalah terjadinya
kontak sosial (social contact) serta komunikasi (communication) antara individu
atau antar kelompok atau antara keduanya.
10
2.2.1. Kontak Sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum (bersama-sama) dan
tango (menyentuh) sehingga artinya adalah bersama-sama menyentuh (Soekanto
dalam Bungin, 2006:55). Kontak sosial diartikan sebagai adanya hubungan secara
fisik sementara hubungan sosial terjadi tidak secara menyentuh seseorang.
Menurut Bungin (2006:56), kontak sosial dapat terjadi melalui:
1. Kontak antara orang per orang dan hal ini dapat menjadi penyebab
mereka tertarik untuk mempelajari aturan-aturan yang dimiliki
satu sama lain.
2. Kontak orang per orang dalam kelompok masyarakat atau
sebaliknya.
3. Kontak antara kelompok dengan kelompok lain.
4. Kontak orang per orang dengan masyarakat di seluruh dunia.
5. Kontak orang per orang, kelompok, masyarakat dan dunia global,
yang terjadi secara bersamaan di antara mereka.
Soerjono Soekanto (2006:71) menyusun kontak sosial sebagai berikut:
1. Primer yaitu kontak yang terjadi antar individu atau kelompok
tanpa adanya perantara.
2. Sekunder yaitu kontak yang terjadi melalui perantara baik orang
maupun teknologi.
Berdasarkan pelakunya, kontak sosial dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Kontak sosial antar individu dengan individu
Misal: kontak anak dengan ayah atau ibu dan sebagainya..
2. Kontak sosial antar individu dengan kelompok
Misal: kontak antara kepala desa dengan warga, atau sebaliknya.
3. Kontak sosial antar kelompok dengan kelompok
Misal: kontak antara himpuman mahasiswa komunikasi dengan
himpunan mahasiswa jurusan lainnya.
2.2.2. Komunikasi
Komunikasi dapat diartikan sebagai cara menyampaikan pesan dari
seseorang kepada orang lain atau dari suatu kelompok kepada kelompok lain.
Komunikasi tidak hanya dapat dilakukan melalui percakapan nbamun juga
11
melalui gerakan atau secara verbal. Seiring berkembangnya media teknologi
komunikasi, maka saat ini komunikasi sudah dapat dilakukan dengan jauh lebih
mudah dan cepat (Liliweri,2002:53).
Mulyana & Rakhmat (2014:14-15) menjelaskan delapan unsur komunikasi
sebagai berikut: 1) Sumber (source), individu yang ingin berkomunikasi. 2)
Penyandian (encoding), adalah cara atau gaya yang dipilih atau digunakan
seseorang dalam menyampaikan pesan. 3) Pesan (message), adalah sesuatu yang
ingin disampaikan melalui adanya komunikasi. 4) Saluran (channel), jembatan
yang mengubungkan sumber dan penerima. 5) Penerima (receiver), adalah orang
yang mendapat atau menerima pesan dari sumber. 6) Penyandian balik
(decoding), adalah dimana penerima menerjemahkan pesan yang diterima dari
sumber. 7) Respons penerima (receiver response), adalah tindakan sipenerima
setelah mendapat dan mengerti isi pesan dari sumber. 8) Umpan balik (feedback),
pengalaman sumber selama mengirim pesan kepada si penerima yang membuat
sumber akhirnya memahami bagaimana cara penyampaian pesan yang lebih
efektif.
Menurut Onong Uchjana Effendy (2004:6) komunikasi tercipta jika
memiliki unsur-unsur seperti komunikator (sumber), pesan yang ingin
disampaikan, cara atau gaya penyampaian, sarana, dampak dan umpan balik.
Komunikasi merupakan cara menyampaikan pesan antara individu atau
kelompok. Pesan merupakan hal yang ingin disampaikan oleh komunikator atau
sumber kepada sipenerima melalui proses komunikasi.
12
2.2.3. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi menurut Dedy Mulyana (2005: 5) mencakup komunikasi
sosial, ekspresif, ritual dan instrumental. Sementara menurut Onong Uchajana
Effendy (2003 : 55) fungsi komunikasi adalah
1.Bertujuan untuk menyampaikan informasi orang lain (To inform).
2.Bertujuan untuk mengajar orang lain (To educate).
3.Bertujuan untuk menghibur orang lain (To entertain).
4.Bertujuan untuk mempengaruhi orang lain (To influence).
2.2.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Komunikasi
Menurut Gudykunst dan Kim, ada empat faktor/filter konseptual yang
memengaruhi komunikasi (melakukan penyandian pesan dan penyandian balik
pesan), yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Budaya
Faktor budaya meliputi faktor yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan
agama, budaya, sikap, dan bahasa.
2. Faktor Sosiobudaya
Pengaruh sosiokultur akan tampak pada proses penataan sosial yang
berkembang berdasarkan interaksi dengan orang lain ketika pola-pola
perilaku menjadi konsisten dengan berjalannya waktu.
3. Faktor Psikobudaya
Dimensi psikokultur mencakup proses penataan pribadi. Penataan pribadi
adalah proses yang memberi stabilitas pada proses psikologis. Faktor-faktor
dalam psikobudaya adalah stereotip dan sikap terhadap kelompok lain.
13
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan akan memengaruhi kita dalam melakukan penyandian dan
penyandian balik suatu pesan. Lingkungan mencakup iklim, lokasi geografis,
lingkungan fisik, dan persepsi kita atas suatu lingkungan.
2.2.5. Hambatan Komunikasi
Menurut Onong (2003:45) hambatan dalam komunikasi dapat berupa:
1. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis dapat berupa hambatan sosiologis yaitu
hambatan yang disebabkan adanya perbedaan sosial, hambatan antropologis
yaitu hambatan yang dikarenakan kunrangnya pengetahuan mengenai asal-
usul dan latar belakan budaya seseorang, hambatan psikologis yaitu hambatan
yang disebabkan oleh keadaan psikologis atau emosi yang tidak stabil.
2. Hambatan Semantis adalah hambatan yang terjadi karena ketidak jelasan
bahasa atau kurangnya pemahaman terhadap bahasa yang digunakan.
3. Hambatan Mekanis yaitu hambatan yang disebabkan oleh peralatan
komunikasi yang sudah tidak layak pakai atau rusak.
4. Hambatan Ekologis adalh hambatan yang disebabkan oleh alam atau kondisi
lingkungan.
2.3. Komunikasi Antar Budaya
Proses komunikasi selalu melibatkan ekspektasi, persepsi, tindakan dan
penafsiran. Artinya adalah setiap orang akan menerjemahkan pesan yang diterima
dari komunikasi menurut gaya atau cara budayanya sendiri. Biasanya kita
menerjemahkan sebuah pesan dengan gaya atau cara budaya kita sendiri.
Komunikasi antarbudaya merupakan bentuk komunikasi yang terjadi antar orang-
14
orang yang memiliki budaya berbeda. Beberapa penjelasan mengenai komunikasi
antar budaya telah dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut:
1. Aloweri, Andrea L. Rich dab Dennis M. Ogawa dalam Armawati Arbi
menjelaskan bahwa komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi
yang terjadi antara orang-orang yang berbeda latar belakang budaya.
Contoh, komunikasi antara suku bangsa, antar etnis, antar ras dan antar
sosial.
2. Guo-Ming Chen dan Willian J. Starosta dalam Deddy Mulyana menjelaskan
komunikasi antar budaya sebagai bentuk negosiasi atau pertukaran sistem
simbolik antar manusia.
3. Deddy Mulyana menyatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah di
mana setiap orang yang memiliki budaya berbeda saling bertukar pikiran.
4. Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss mengartikan bahwa komunikasi antar
budaya biasanya terjadi antara orang-orang yang memiliki budaya tak sama
(misal; beda ras dan beda etnik maupun beda sosial ekonomi).
Ada beberapa pengertian yang yang digunakan untuk menjelaskan
komunikasi antar budaya, seperti komunikasi antar etnik (Inter ethnic
communication), komunikasi antar ras, komunikasi lintas budaya (Cross Cultural
Communication), dan komunikasi Internasional.
1. Komunikasi antar etnik artinya komunikasi di antara etnis berbeda.
2. Komunikasi antar ras adalah komunikasi antar individu yang memiliki
kesamaan ciri secara biologis.
15
3. Komunikasi Lintas Budaya dapat diartikan sebagai kegiatan perbandingan
antar umat tertentu dengan sebuah kebudayaan.
4. Komunikasi Internasional adalah komunikasi yang terjadi antara orang-
orang dari suatu negara dengan orang di negara lainnya.
2.4. Teori Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok terjadi di antara beberapa orang minimal antara 3
orang secara secara langsung. Secara otomatis, dalam komunikasi kelompok pasti
terjadi komunikasi antar perorangan. Kelompok adalah sejumlah individu yang
tinggal dan berinteraksi bersama. Sebagai contoh keluarga, grup diskusi, komite
dan lain-lain. Dalam komunikasi kelompok pastinya terjadi juga komunikasi antar
pribadi sehingga teori komunikasi antarpribadi merupakan bagian dari komunikasi
kelompok. Komunikasi kelompok memiliki sifat sebagai berikut:
1. Secara langsung atau melalui tatap muka;
2. komunikasi dengan sedikit peserta;
3. Bekerja dibawah arahan seorang pemimpin;
4. Berbagi tujuan atau sasaran bersama;
5. Masing-masing anggota kelompok memiliki pengaruh atas yang lain.
Komunikasi kelompok dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ada
di antara beberapa individu seperti dalam rapat, konferensi dan sebagainya
(Anwar Arifin, 1984). Komunuikasi ini juga dapat didefinisikan sebagai interaksi
secara langsung yang terjadi antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan seperti
berbagi informasi, atau agar setiap individu akan mulai mengenali individu
lainnya (Burgoon dalam Wiryanto, 2004).
16
Arti kelompok sendiri dapat diterangkan sebagai sebuah perkumpulan orang
yang saling berinteraksi, memiliki persamaan tujuan serta mempunyai rasa saling
memiliki dengan yang lainnya. Kelompok komunikasi bisa sedikit bisa juga
banyak. Jika ukuran jumlah orang yang ada dalam sebuah kelompok sedikit maka
dikategorikan kelompok kecil (small group communication), jika jumlahnya
orang yang ada di dalamnya banyak disebut kelompoknya besar. Berikut ini
adalah klasifikasi komunikasi kelompok:
1. Komunikasi Kelompok Kecil (micro group)
Artinya kelompok komunikasi yang biasanya terjadi antara seorang dengan
suatu kelompok seperti dalam menyampaikan pendapat dalam sebuah rapat
diskusi..
2. Komunikasi Kelompok Besar
Artinya adalah komunikasi yang melibatkan banyak orang yang biasanya
cukup sulit dilaksanakan seperti komunikasi dalam sebuah pertemuan akbar.
Kekurangan dari komunikasi kelompok besar adalah dalam mengendalikan
emosinya ketika menyampaikan pesan atau pendapat. Seperti halnya jika di antara
kumpulan orang-orang tersebut terdapat orang yang tidak menyuykai
komunikator, maka akan melakukan tindakan tidak terpuji seperti berteriak atau
melemparkan objek kepada pembicara..
2.4.1. Karakteristik Komunikasi Kelompok
Beberapa karakteristik dari sebuah komunikasi kelompok bersifat :
1. Formal, di mana pelaksanaannya telah dipersiapkan secara matang dan
resmi.
17
2. Terorganisir, di mana setiap orang di dalamnya memiliki andil masing-
masing dalam mencapai suatu tujuan.
3. Terlembagakan, sifatnya terikat oleh sebuah aturan.
Sendjaja mengungkapkan bahwa karakteristik pada suatu kelompok adalah:
norma serta peran. Norma merupakan sebuah kesepakatan yang dihormati
bersama oleh beberapa orang untuk dijadikan sebuah pedoman atau aturan. Para
ahli sosiolog menyebut norma sebagai hukum atau aturan, yang berguna untuk
menjadi acuan orang-orang dalam kelompok untuk bertindak. Kategori norma
kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Norma Sosial berperan menjaga keteraturan hubungan sosial di dsalam
kelompok.
2. Norma Prosedural berperan sebagai pedoman bagi anggota kelompok dalam
menjalankan sebuah aktifitas atau operasi.
3. Norma Tugas dapat diartikan sebagai upaya untuk fokus terhadap sebuah
kewajiban agar tujuan dapat tercapai.
2.4.2. Fungsi Komunikasi Kelompok
Kelompok ditandai oleh adanya aturan-aturan yang akan dilaksanakanya.
Aturan atau fungsi tersebut terdiri dari fungsi hubungan sosial, pendidikan,
persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi
(Sendjaja, 2002: 38).
1. Hubungan sosial terlihat dari upaya individu dalam sebuah kelompok
menjaga keharmonisan hubuingan sosial di antara mereka.
18
2. Pendidikan adalah hubungan antar kelompok yang sifatnya saling bertukar
pengetahuan atau informasi.
3. Fungsi persuasi, adalah di mana seorang anggota melakukan pendekatan
kepada anggota lainya agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal.
4. Fungsi problem solving, di man fungsinya adalah untuk memecahkan
sebuah masalah yang hadir atau dialami setiap orang.
5. Kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Fokus dari kelompok terapi adalah
membantu setiap orang memperoleh suatu perubahan dalam dirinya. Di
mana pada suatu tempat, setiap anggota akan berbagi kisahnya (Bungin,
2006:270).
2.4.3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok
Bentuk komunikasi kelompok terbagi ke dalam dua kategori: deskriptif dan
preskriptif.
1. Komunikasi Kelompok Deskriptif (Menggambarkan)
a) Kelompok Tugas
Komunikasi kelompok mancakup empat tahap: orientasi, konflik,
pemunculan dan peneguhan (Aubrey fisher dalam Rakhmat, 2007:
175).
b) Kelompok Pertemuan
Biasanya digunakan para psikolog dalam proses konsultasi,
berbincang dengan pasien untuk kesembuhan mereka .
c) Kelompok Penyadar
19
Biasanya berguna untuk menimbulkan kesadaran anggota
kelompok dalam mengembangkan karakter masing-masing.
2. Komunikasi Kelompok Preskriptif (Memberi Petunjuk)
Komunikasi kelompok dapat dipergunakan untuk menyelesaikan
tugas, memecahkan persoalan, membuat kepetusan, atau melahirkan
gagasan kreatif, membantu pertumbuhkan kepribadian seperti dalam
kelompok pertemuan atau membangkitkan kesadaran sosial politik.
Komunikasi kelompok dapat dikategorikan dalam bentuk privat maupun
publik. Contohnya adalah kelompok pertemuan, kelompok belajar, panitia,
dan rapat. Sementara wawancara terbuka, forum atau seminar termasuk
kelompok publik (Rakhmat, 2007: 178-179).
2.5. Kebudayaan
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam penelitiaannya menerangkan
kebudayaan sebagai sebuah akumulasi dari tingkat pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, nilai, sikap, agama, peranan, dan kepemilikan yang dimiliki
sekelompok orang. Kebudayaan juga dapat berarti peroses pertukaran
pengetahuan yang dilakukan sejumlah orang (Gudykunst dan Kim dalam Liliweri,
2002:53). Secara jelas, Edward T. Hall mengatakan bahwa komunikasi dan
komunikasi adalah kebudayaan.
2.6. Akulturasi
Di dalam ilmu sosial dipahami bahwa akulturasi merupakan proses
pertemuan unsur-unsur kebudayaan yang berbeda yang diikuti dengan
20
percampuran unsur-unsur tersebut, namun perbedaan di antara unsur-unsur asing
dengan yang asli masih tampak. Akulturasi merupakan suatu proses dimana
pendatang menyesuaikan diri dengan dan memperoleh budaya pribumi.
Dwi Wahyudiarto (2005: 37) menjelaskan bahwa akulturasi merupakan
proses sosial yang lahir apabila suatu kelompok orang dengan kebudayaannya
dihadapkan dengan kebudayaan asing sehingga unsur-unsur kebudayaan tersebut
lambat laun dapat diterima ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan
cirikhas dari kebudayaannya sendiri.
Akulturasi adalah proses pertukaran unsur kebudayaan, dimana dua
kebudayaan yang berbeda terus menerus berinteraksi dalam jangka waktu yang
panjang. Akulturasi juga didefinisikan sebagai perpaduan budaya yang
menghasilkan suatu budaya baru tanpa menghilangkan unsur asli budaya terkait.
Ada dua syarat proses akulturasi yaitu affinity atau penerimaan budaya dan
homogenity atau kesamaan corak budaya yang membuat nilai baru diterima.
Gambar 2.1 Akulturasi Budaya
Koentjaraningrat (1990: 253-254) dalam bukunya menjelaskan bahwa
proses akulturasi adalah proses sosial yang lahir bila suatu kelompok manusia
bertemu kebudayaan asing sehingga kebudayaan asing tersebut akhirnya dapat
diterima tanpa menyebabkan hilangnya cirikhas asli budayanya sendiri.
Budaya A Budaya B Budaya AB
21
Unsur-unsur kebudayaan asing hadir dalam kebudayaan lokal, akan
memberikan gambaran mengenai proses akulturasi (Koentjaraningrat, 1990: 253-
254). Hasil dari proses wujud akulturasi kebudayaan tersebut, dapat dilihat pada
Bahasa, Religi dan Kepercayaan, Organisasi Sosial, Kemasyarakatan, Sistem
Pengetahuan, Kesenian dan Bentuk Bangunan. Bentuk dari perwujudan akulturasi
budaya, merupakan salah satu hasil aktivitas manusia dalam menjalankan proses
perpaduan budaya.
2.7. Kerangka Berfikir
Alur pikir konsep penelitian ini menjelaskan arah penelitian dengan
menyusun alur pemikiran melalui gambar alur pikir. Alur penelitian tersebut
bertujuan untuk mendeskripsikan komunikasi antar budaya sebagai sarana
akulturasi etnis Arab dengan masyarakat lokal.
Aktivitas masyarakat desa besuki yang mayoritas adalah pedagang,
mencakup etnis Madura maupun etnis Arab. Kedua etnis dalam kesehariannya
melakukan transaksi dagang dan secara otomatis mereka saling berinteraksi.
Dalam interaksi tersebut diawali sengan komunikasi, bahasa kedua etnis yang
berbeda tidak menimbulkan hambatan yang berarti karena mereka terbiasa
menggunakan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Namun berbeda jika
mereka berbicara pada keluarganya atau sesama etnis, misalnya etnis Madura jika
berbicara dengan orang Madura mereka menggunakan bahasa Madura begitupun
dengan etnis Arab jika berbicara dengan orang arab mereka menggunakan bahasa
arab. Ketika berkomunikasi terdapat beberapa hambatan karena kedua etnis yang
22
berbeda bahasa, namun juga ada faktor pendorong yang membuat komunikasi
mereka lancar.
Seiring berjalannya waktu etnis arab yang tinggal di desa besuki dapat
berbahasa Madura meskipun tidak lancar, mereka mengerti yang dikatakan orang
Madura tetapi tidak dapat berbicara Madura. Beberapa dari etnis Arab justru fasih
berbahasa Madura. Bahasa termasuk dalam akulturasi atau budaya, meskipun
etnis Arab dapat berbahasa Madura, mereka tidak meninggalkan budaya atau
bahasa mereka. Sehingga dari komunikasi kedua etnis yang berbeda dapat
menimbulkan sebuah akulturasi
Berdasarkan fokus penelitian, gambar alur pikir terhadap komunikasi antar
budaya sebagai sarana akulturasi etnis Arab dengan masyarakat lokal serta apa
faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi di Desa Besuki Kecamatan
Besuki Situbondo sebagai berikut:
Gambar 2.2 Skema Alur Pikir terhadap Konsep Penelitian
Masyarakat
Desa Besuki
Masyarakat
Etnis Madura
Masyarakat
Etnis Arab
Interaksi Sosial
+
Komunikasi
Akulturasi