67038434 referat syncope

29
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sinkop merupakan salah satu penyebab penurunan kesadaran yang banyak ditemukan di Unit Gawat Darurat (UGD). Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara dengan awitan akut yang diikuti dengan jatuh, dan dengan pemulihan spontan dan sempurna tanpa intervensi. Sinkop merupakan gejala dari suatu penyakit sehingga harus dicari etiologinya. 1 Di Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien di gawat darurat disebabkan oleh sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang datang ke rumah sakit. Angka rekurensi dalam 3 tahun diperkirakan 34%. Sinkop sering terjadi pada orang dewasa dan insiden sinkop meningkat dengan meningkatnya umur. Hamilton mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun, lebih sering pada wanita dari pada laki- laki, sedangkan pada penelitian Framingham mendapatkan kejadian sinkop 3% pada laki-laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita. Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang kejadian sinkop dari tahun 1971 sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu, bahwa insiden sinkop pertama kali terjadi 6,2/1000 orang/tahun. Sinkop yang paling sering terjadi adalah sinkop vasovagal (21,1%), sinkop cardiac (9,5%) dan Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 1

Upload: sonianazara

Post on 01-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 67038434 Referat Syncope

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sinkop merupakan salah satu penyebab penurunan kesadaran yang banyak

ditemukan di Unit Gawat Darurat (UGD). Sinkop adalah kehilangan kesadaran

sementara dengan awitan akut yang diikuti dengan jatuh, dan dengan pemulihan

spontan dan sempurna tanpa intervensi. Sinkop merupakan gejala dari suatu penyakit

sehingga harus dicari etiologinya.1

Di Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien di gawat darurat

disebabkan oleh sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang datang ke rumah sakit.

Angka rekurensi dalam 3 tahun diperkirakan 34%. Sinkop sering terjadi pada orang

dewasa dan insiden sinkop meningkat dengan meningkatnya umur. Hamilton

mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun, lebih sering pada wanita dari pada

laki-laki, sedangkan pada penelitian Framingham mendapatkan kejadian sinkop 3%

pada laki-laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita.

Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang kejadian sinkop dari tahun 1971

sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu, bahwa insiden sinkop pertama kali

terjadi 6,2/1000 orang/tahun. Sinkop yang paling sering terjadi adalah sinkop vasovagal

(21,1%), sinkop cardiac (9,5%) dan 36,6% sinkop yang tidak diketahui penyebabnya.

Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan evaluasi dan pengobatan pasien

dengan sinkop tersebut dapat mencapai 800 juta dolar Amerika. Sedangkan di Eropa

dan Jepang kejadian sinkop adalah 1-3,5%. Sinkop vascular merupakan penyebab

sinkop yang terbanyak, kemudian diikuti oleh sinkop cardiac.1,2

Penatalaksanaan sinkop tergantung etiologinya. Untuk itulah tinjauan

kepustakaan ini ditulis agar dapat mendiagnosis sinkop berdasarkan etiologinya supaya

sinkop dapat dicegah ataupun diterapi.

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 1

Page 2: 67038434 Referat Syncope

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein

yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society

of Cardiology:ESC), adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan

kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan

jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan. Kehilangan

kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral. 1,2,3

II.2 Etiologi

Kegiatan sebelum sinkop dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab

gejala. Sinkop dapat terjadi pada saat istirahat, dengan perubahan postur, pada

tenaga, setelah latihan, atau dengan situasi tertentu seperti batuk, atau berdiri

lama. Sinkop terjadi dalam waktu 3 menit berdiri menunjukkan hipotensi

ortostatik.1

Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan

jantung (cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini

sangat penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian. Penyebab

sinkop dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu vascular-cardiac,

neurologi, sinkop refleks, sinkop metabolik dan sinkop lain-lain.3

A. Jantung dan sirkulasi

1. Sinkop Vasodepressor.

Merupakan penyebab yang paling lazim cenderung bersifat

familial. Sinkop vasodepressor terjadi jika individu yang rentan

berhadapan dengan situasi yang membuat stress. Gejala prodromal:

kegelisahan, pucat, kelemahan, mendesah, menguap, diaphoresis, dan

nausea. Gejala-gejala ini mungkin diikuti dengan kepala terasa ringan,

penglihatan kabur, kolaps, dan LOC (loss of consciousness). Kadang-

kadang tejadi kejang klonik ringan, tetapi tidak diindikasikan penanganan

kejang, kecuali terdapat tanda-tanda lain yang menunjuk kearah ini.

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 2

Page 3: 67038434 Referat Syncope

Serangan berlangsung singkat dan cepat pulih jika berbaring. Episode ini

dapat berulang.

Sinkop Vasodepressor dapat terjadi pada:

Seseorang dengan kondisi normal yang dipengaruhi oleh emosi

yang tinggi

Pada seseorang yang merasakan nyeri hebat setelah luka,

khususnya pada daerah abdomen dan genitalia.

Selama latihan fisik yang keras pada orang-orang yang sensitive.3

2. Penyebab Hipotensi Orthostatik

Definisi Hipotensi Orthostatik adalah apabila terjadi penurunan

tekanan darah sistolik 20 mmHg atau tekanan darah diastolik 10 mmHg

pada posisi berdiri selama 3 menit. Pada saat seseorang dalam posisi

berdiri sejumlah darah 500-800 ml darah akan berpindah ke abdomen

dan eksremitas bawah sehingga terjadi penurunan besar volume darah

balik vena secara tiba-tiba ke jantung. Penurunan ini mencetuskan

peningkatan refleks simpatis. Kondisi ini dapat asimptomatik tetapi

dapat pula menimbulkan gejala seperti kepala terasa ringan, pusing,

gangguan penglihatan, lemah, berbedebar-debar, hingga sinkop. Sinkop

yang terjadi setelah makan terutama pada usia lanjut disebabkan oleh

retribusi darah ke usus.

Hipotensi ortostatik merupakan penurunan tekanan darah

seseorang sedang dalam posisi tegak. Keadaan ini terjadi berbagai

keadaaan:

a. Hipovolemia (perdarahan, muntah, diare,diuretik).

b. Gangguan pada reflex normal (nitrat, vasodilator, penghambat

kanal kalium, neuroleptik).

c. Kegagalan autonom. primer atau sekunder. Diabetes paling sering

menyebabkan neuropati otonom sekunder, sedangkan usia lanjut

merupakan penyebab lazim kegagalan otonom primer. Paling tidak

telah dicerminkan oleh tiga sindroma

Disautonomia akut atau subakut

Pada penyakit ini, seorang dewasa atau anak yang tampak sehat

mengalami paralisis parsial atau total pada system saraf

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 3

Page 4: 67038434 Referat Syncope

parasimpatis dan simpatis selama beberapa hari atau beberapa

minggu. Refleks pupil menghilang sebagaimana halnya dengan

fungsi lakrimasi, saliva serta perspirasi, dan terdapat impotensi,

paresis otot-otot kandung kemih dan usus serta hipotensi

ortostatik. Penyakit tersebut dianggap merupakan suatu varian

dari polyneuritis idiopatik akut yang ada hubungannya dengan

sindroma Guillain-Bard. Kesembuhan mungkin dapat

dipercepat dengan prednisone.

Insufisiensi autonom pascaganglionik kronis

Keadaan ini merupakan penyakit yang menyerang usia

pertengahan dan usia lanjut. Penderita berangsur-angsur

mengalami hipotensi ortostatik kronik yang kadang-kadang

bersamaan dengan gejala impotensi dan gangguan sfingter.

Gejala pucat atau mual. Laki-laki lebih sering terkena,

tampaknya ireversibel.

Insufisiensi autonom praganglionik kronis

Pada keadaan ini, gejala hipotensi ortostatik dengan anhidrosis

yang bervariasi, impotensi dan gangguan sfingter terjadi

bersama dengan kelainan yang mengenal system saraf pusat.

Kelainan tersebut mencakup (1) tremor, rigiditas

ekstrapiramidal serta akinesia (sindroma Shy-Drager), (2)

degenerasi serebelum progressive yang pada sebagian kasus

bersifat familial dan (3) kelainan sereberal serta ekstrapiramidal

yang lebih bervariasi (degenerasi striatonigra).3

3. Obstruksi aliran keluar. Stenosis aorta, stenosis mitral, stenosis

pulmonal. Pasien dapat dating dengan sinkop akibat latihan fisik.

Malfungsi katup secara mekanik juga dapat menyebabkan obstruksi

aliran keluar.

4. Infark atau iskemia miokardium

5. Aritmia

a. Bradiaritmia: sindrom sinus sakit (sick sinus syndrome, blok nodus

AV, dll)

b. Takiaritmia: PSVT, sindrom Wolf-Parkinson-White, takikardia

ventrikel, dll

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 4

Page 5: 67038434 Referat Syncope

Ada dua kelainan jantung yang sering menjadi penyebab pingsan.

Pertama adanya hambatan pada aliran darah di pompa jantung. Seperti

pada pompa air yang katupnya rusak, fungsi pompa jantung pun bisa

terganggu dan volume darah yang dihasilkan menurun.

Penurunan jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung ini akan

menyebabkan penurunan perfusi otak dan memicu pingsan. Hal ini

terjadi pada kondisi penyempitan katup- katup jantung, kelainan otot

jantung, penumpukan cairan di selaput jantung, tumor dalam jantung,

dan lain-lain. Kedua adalah gangguan irama jantung (aritmia).

Bayangkan apabila irama jantung tiba-tiba melambat. Tentu saja terjadi

penurunan aliran darah di otak. Begitu pula jika ia memompa terlalu

cepat. Pengisian ruang-ruang jantung menjadi tidak maksimal, dan

kekuatan pompa menurun drastis. Contoh melambatnya irama adalah

sick sinus syndrome (SSS).3

6. Hipersensitivitas sinus karotis. Sinkop dapat terjadi saat bercukur atau

memakai kerah yang ketat. Hal ini umum terjadi pada pria dengan usia

lebih dari 50 tahun. Aktivasi dari baroreseptor sinus karotis meningkatan

impuls yang dibawa ke badan Hering menuju medulla oblongata. Impuls

afferen ini mengaktivkan saraf simpatik efferen ke jantung dan

pembuluh darah. Hal ini menyebabkan sinus arrest atau Atrioventricular

block, vasodilatasi. Pemijatan salah satu atau kedua sinus karotikus,

khususnya pada orang usia lanjut, menyebabkan (1) perlambatan jantung

yang bersifat refleks (sinus bradikardia, sinus arrest, atau bahkan blok

atrioventrikel), yang disebut respons tipe vagal, dan (2) penurunan

tekanan arterial tanpa perlambatan jantung yang disebut respons tipe

depressor. Kedua tipe respons sinus karotikus tersebut dapat terjadi

bersama-sama.3

B. Etiologi Metabolik

Episode biasanya diperkuat jika mengerahkan tenaga tetapi dapat

terjadi jika pasien berbaring. Awitan dan pemulihan biasanya lama.

Penyebab Sinkop Metabolik Penyebab metabolik pada sinkop sangat jarang,

hanya berkisar 5% dari seluruh episode sinkop.

Hipoksia, seperti pirau pada penyakit jantung congenital

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 5

Page 6: 67038434 Referat Syncope

Hiperventilasi, menyebabkan vasokontriksi serebrum dengan gejala

kesulitan bernafas, ansietas, parestesia tangan atau kaki, spasme

karpopedal, dan kadang-kadang nyeri dada unilateral atau bilateral.

Pasien dapat mengalami serangan ulangan jika melakukan

hiperventilasi dalam lingkungan yang terkendali.

Hipoglikemia, Jika gejala terjadi secara bertahap selama periode

beberapa menit, hiperventilasi atau hipoglikemia sebaiknya

dipertimbangkan. Keadaan hipoglikemia yang berat biasanya terjadi

akibat seuatu penyakit yang serius, seperti tumor pada sel pulau

langerhan ataupun penyakit adrenal, hipofise atau hepar yang lanjut,

atau akibat pemberian insulin dalam jumlah yang berlebihan.

Gambaran klinisnya berupa gejala kebingunan atau bahkan penurunan

kesadaran. Kalau keadaaannya ringan, sebagaimana lazim terjadi pada

hipoglikemia. Diagnosis keadaan ini bergantung pada hasil anamnesis

riwayat medis dan pengukuran gula darah pada waktu serangan.

Intoksikasi alcohol

C. Etiologi neurologic 1

Ada beberapa sindrom sinkop yang dimediasi reflex diantaranya adalah

hipersensitivitas sinus karotis, sinkop yang dimediasi persyarafan, sinkop

glossofaringeal, situasional (batuk, mengunyah, dan berkemih) serta sensitive

terhadap adenosine. Pada setiap kasus reflek timbul akibat pencetus (pada

afferent limb) dan respon (pada efferent limb). Akibat dari reflex tersebut akan

timbul peningkatan aktivitas vagal dan umpan balik pada simpatis perifer

sehingga terjadi bradikardi, vasodilatasi dan pada akhirnya hipotensi, presinkop

atau sinkop. Penyebab reflek yang paling sering adalah hipersensitivitas sinus

karotis dan hipotensi yang dimediasi persyarafan. Pencetus yang khusus dari

masing-masing keadaan misalnya pada sinkop akibat berkemih disebabkan oleh

aktivasi mekanoreseptor pada kandung kemih. Sinkop akibat defekasi timbul

akibat input neural dari reseptor tekanan pada dinding usus, sedangkan sinkop

akibat mengunyah timbul akibat impuls saraf aferen yang berada di saluran

cerna bagian atas.

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 6

Page 7: 67038434 Referat Syncope

D. Sinkop refleks

Sinkop refleks disebabkan oleh gangguan pengisian jantung sebelah

kanan dan hipoperfusi serebral keseluruhan. Pasien biasanya sedang berdiri

tegak sebelum suatu episode karena pengumpulan darah akibat gravitasi

berperan dalam penyebabnya. Penyebab yang potensial antara lain, emboli

atau infark paru, tamponade pericardium, hipertensi paru, uterus hamil karena

menekan vena kava inferior dan batuk, yang menurunkan beban awal dengan

meningkatkan tekanan intrathoraks.

E. Lain-lain

1. Sinkop batuk

Keadaan ini merupakan keadaan langka yang terjadi akibat

serangan batuk yang mendadak dan biasanya dijumpai pada laki-

laki yang menderita bronchitis kronis. Setelah batuk-batuk kuat,

pasien tiba-tiba lemah dan kehilangan kesadarannya untuk

sementara. Tekanan intrathorakal meninggi dan mennganggu vena

balik ke jantung sebagaimana halnya pada maneuver valsava

(ekshalasi dengan glottis tertutup).

2. Sinkop pascamiksi

Suatu keadaan yang biasanya terlihat pada lansia selama atau

sesudah urinasi. Khususnya setelah bangkitan dari posisi

berbaring, barangkali merupakan tipe khusus sinkop

vasodepressor. Diperkirakan bahwa pelepasan tekanan

intravesikuler menyebabkan vasodilatasi mendadak yang

diperberat lagi dengan berdiri, dan bahwa bradikardia yang terjadi

lewat mediator vagal merupakan factor yang turut menyebabkan

sinkop tersebut.4

3. Psikogenik

Serangan ansietas atau kecemasan acapkali diinterpretasikan

sebagai perasaan mau pingsan tanpa kehilangan kesadaran yang

sesungguhnya. Gejala tersebut tidak disertai dengan wajah yang

pucat dan juga tidak menghilang setelah pasien dibaringkan.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala lain yang menyertai, dan

bagian dari serangan tersebut dapat ditimbulkan kembali dengan

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 7

Page 8: 67038434 Referat Syncope

hiperventilasi. Dua mekanisme yang diketahui terlibat dalam

proses terjadinya serangan tersebut adalah penurunan kadar

karbon dioksida sebagai akibat hiperventilasi dan pelepasan

hormone epineprin. Hiperventilasi akan mengakibatkan

hipokapnia, alkalosis, peningkatan resistensi serebrovaskuler dan

penurunan aliran darah serebral. 4

4. Nyeri ligamentosa atau visceral berat

5. Dapat juga terjadi sebagai kelanjutan vertigo berat.

II.3 Patofisiologi 6

Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanya

hanya beberapa detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen

pada bagian-bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan

kesadaran aliran darah, pengisian oksigenasi cerebral, resistensi serebrovaskuler

yang dapat ditunjukkan. Jika iskemia hanya berakhir beberapa menit, tidak

terdapat efek pada otak. Iskemia yang lama mengakibatkan nekrosis jaringan

otak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah vaskuler dari arteri

serebralis mayor.

Patofisiologi dari sinkop terdiri dari tiga tipe:

1. Penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsic atau

terjadi penurunan klinis volume darah yang signifikan.

2. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return.

3. Penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada

penurunan perfusi serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini

ada beberapa factor umum, yaitu gangguan oksigenasi otak yang memadai

mengakibatkan perubahan kesadaran sementara.

II.4 Manifestasi klinis 6

Sebelum pingsan, pusing, atau kepala ringan terjadi pada 70% pasien

mengalami sinkop. Gejala lain, seperti vertigo, kelemahan, diaforesis,

ketidaknyamanan epigastrium, mual, penglihatan kabur atau pudar, pucat, atau

parestesia, mungkin juga terjadi pada periode presinkop

Suatu serangan sinkop ( pingsan ) mempunyai ciri- ciri sebagai berikut :

1.       Teriakan  waktu serangan tidak ada.

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 8

Page 9: 67038434 Referat Syncope

2.       Lama serangan berlangsung beberapa detik.

3.       Tidak ada ngompol.

4.       Setelah serangan biasanya penderita sadar penuh, meskipun  ada perasaan

lemas dan lemah.

5.       Gigitan lidah tidak terjadi.

6.       Muka pucat.

7.       Sinkop jarang timbul pada saat pasien berbaring.

Sebelum sinkop biasanya ada rasa lapar, capek atau stress.

Posisi saat awitan serangan. Epilepsi dan serangan sinkop disebabkan

hipoglikemia, hiperventilasi, atau blok jantung mungkin tidak tergantung pada

sikap tubuh. Kelemahan yang disertai dengan penurunan tekanan darah

(termasuk serangan karotis) dan dengan takikardia ektopik hanya terjadi pada

posisi duduk atau berdiri, sedangkan kelemahan yang disebabkan oleh hipotensi

ortostatik cenderung terjadi segera setelah perubahan posisi dari berbaring

menjadi berdiri.

Gejala penyerta. Gejala seperti palpitasi mungkin terjadi jika serangan

disebabkan oleh kecemasa atau hiperventilasi, takikardia ektopik, atau

hipoglikemia. Keadaan mati rasa atau perasaan perih pada tangan dan wajah

akibat sering timbul karena hiperventilasi. Kejang yang asli selama serangan

kadang-kadang terjadi dengan blok jantung, asistol, atau takikardia ventrikuler.

Jika durasi serangan singkat, misalnya beberapa detik sampai beberapa menit,

sinkop sinus karotis atau salah satu dari beberapa bentuk hipotensi postual adalah

mungkin. Durasi lebih dari beberapa menit tetapi kurang dari satu jam

menunjukkan hipoglikemia atau hiperventilasi.6

II.5 Uji Diagnostik

a. Anamnesis

Anamnesis merupakan bagian evaluasi yang paling penting. Pasien dan saksi

harus ditanyakan tentang keadaan pencetus, gejala prodromal, perjalanan waktu

awitan dan pemulihan, serta riwayat pemberian obat-obatan. Dapat membantu

membedakan sinkop kardiogenik atau nonkardiogenik.

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 9

Page 10: 67038434 Referat Syncope

Tabel 1. Pertanyaan pada anamnesis pasien dengan sinkop.

b. Pemeriksaan Fisik 1

Pemeriksaan fisik lengkap adalah syarat bagi semua pasien yang datang

di UGD. Perhatian khusus harus diberikan pada aspek-aspek tertentu dari

pemeriksaan fisik pada pasien yang datang dengan sinkop.

Selalu menganalisis tanda-tanda vital (Tekanan darah dan nadi pada

posisi berbaring dan berdiri)

Auskultasi arteri subklavia dan arteri karotis

Pemeriksaan jantung yang menyeluruh dan lengkap dapat memberikan

gambaran mengenai etiologi sinkop.

Pemeriksaan neurologis yang cermat sebagai barometer perbaikan

ataupun perburukan gejala. Status mental biasanya normal.

Identifikasi trauma

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 10

Page 11: 67038434 Referat Syncope

Pemeriksaan Neurologi 5

Disfungsi otonom

Pada disfungsi otonom, system saraf otonom tidak mampu

menyesuaikan pada perubahan posisi sehingga menyebabkan hipotensi

ortostatik dan sinkop. Derajat sinkop didasarkan pada lamanya pasien

dapat berdiri sebelum akhirnya duduk. Impotensi dan gangguan miksi

merupakan jenis disfungsi otonom lainnya.

Test mengangkat kepala

Test dengan mengangkat kepala pasien sementara dalam posisi berbaring

merupakan tekhnik provokatif untuk mendiagnosis sinkop vasodepressor.

Pengangkatan kepala hingga mencapai sudut maksimum 60 sampai 700

biasanya akan mencetuskan hipotensi simtomati atau sinkop dalam waktu

10 hingga 30menit pada pasien sindroma ini.

Gangguan Serebrovaskular

Steal Syndrome

TIA

NonSyncopal Attack

Epilepsi

Katapleksi

Drop attack

Evaluasi Psikiatri

c. Laboratorium Studi 6

Saat ini, tidak ada pengujian khusus memiliki kekuatan yang cukup untuk

benar-benar ditunjukkan untuk evaluasi sinkop. rekomendasi pedoman berbasis

penelitian dan konsensus tercantum di bawah ini. Pemeriksaan laboratorium

harus diarahkan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik, tetapi tidak semuanya.

Pemeriksaan darah rutin seperti elektrolit, enzim jantung, kadar gula darah

dan hematokrit memiliki nilai diagnostik yang rendah, sehingga pemeriksaan

tersebut tidak direkomendasikan pada pasien dengan sinkop kecuali terdapat

indikasi tertentu dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis, misalnya

pemeriksaan gula darah untuk menyingkirkan kemungkinan hipoglikemia dan

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 11

Page 12: 67038434 Referat Syncope

kadar hematokrit untuk mengetahui kemungkinan adanya perdarahan dan lain-

lain. Pada keadaan sindrom QT memanjang keadaan hipokalemia dan

hipomagnesemia harus disingkirkan terlebih dahulu. Tes kehamilan harus

dilakukan pada wanita usia reproduksi, terutama yang akan menjalani head-up

tilt testing atau uji elektrofisiologi. 6

Sinkop akibat hipoglikemi adalah hilangnya kesadaran yang berhubungan

dengan kadar gula darah dibawah 40mg/dL dan disertai gelaja tremor, bingung,

hipersalivasi, keadaan hiperadrenergik dan rasa lapar.6

Studi Imaging 7

Head CT scan (noncontrast)

Head CT scan tidak diindikasikan pada pasien nonfocal setelah

peristiwa syncopal. Tes ini memiliki hasil diagnostik rendah sinkop. Dari 134

pasien prospektif dievaluasi untuk sinkop menggunakan CT scan, 39 pasien

temuan abnormal pada scan. Hanya 1 CT scan kepala adalah diagnostik pada

pasien tidak diharapkan memiliki patologi intrakranial. Dari scan yang tersisa,

5 menunjukkan hematoma subdural dianggap sekunder untuk sinkop. Head

CT scan mungkin secara klinis diindikasikan pada pasien dengan defisit

neurologis baru atau pada pasien dengan trauma kepala sekunder sinkop.

Thorax CT / scan Abdomen

Studi imaging ditunjukkan hanya dalam kasus-kasus pilih, seperti kasus

di mana diseksi aorta, ruptur aneurisma aorta abdominal, atau embolus paru

diduga.

Brain MRI / arteriografi resonansi magnetik (MRA)

Tes-tes ini mungkin diperlukan dalam kasus-kasus pilih untuk

mengevaluasi pembuluh vertebrobasilar dan yang lebih tepat dilakukan secara

rawat inap dengan konsultasi dengan ahli saraf atau seorang ahli bedah saraf.

Ventilasi-perfusi (V / Q) scanning

Tes ini cocok untuk pasien yang diduga pulmonary embolus.

Echocardiography

Pada pasien dengan penyakit jantung diketahui, fungsi ventrikel kiri dan

fraksi ejeksi telah ditunjukkan untuk mempunyai hubungan prediksi yang akurat

dengan kematian. Echocardiography merupakan ujian pilihan untuk

mengevaluasi penyebab yang dicurigai jantung mekanik sinkop.

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 12

Page 13: 67038434 Referat Syncope

d. Tes Lainnya

Elektrokardiografi

Mendapatkan EKG 12-lead standar di sinkop. Ini adalah tingkat A rekomendasi

konsensus 2007 pedoman Acep untuk sinkop. EKG digunakan di sebagian besar

setiap aturan pengambilan keputusan klinis 8

Tabel 2. Gambaran EKG yang menunjukan sinkop akibat aritmia.8

Pada pasien dengan kelemahan atau sinkop yang ditandai dengan

bradikardia, seseorang harus membedakan yang disebabkan oleh kegagalan

refleks neurogenik atau kardiogenik (Stokes-Adam). Ekg harus bersifat

menentukkan, tetapi meskipun tanpa EKG, serangan Stokes-Adam dapat

diketahui secara klinis dapat diketahui durasinya lebih lama, dan sifat denyut

jantung lambat yang menetap, adanya bunyi yang sinkron yang dapat

didengarkan dengan kontraksi atrial, dengan gelombang kontraksi atrial pada

pulsasi vena jugularis, dan dengan berbagai intensitas bunyi jantung pertama

yang nyata walaupun ritme teratur.

Holter monitor / loop recorder acara

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 13

Page 14: 67038434 Referat Syncope

Ini adalah tes rawat jalan. Di masa lalu, semua pasien dengan sinkop dimonitor

selama 24 jam di rumah sakit. Kemudian, loop recorder dan sinyal-rata-rata

perekam acara diperbolehkan untuk pemantauan selama periode waktu lebih

lama, yang meningkatkan hasil mendeteksi aritmia.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa umur-cocok populasi asimptomatik

memiliki jumlah setara dengan peristiwa arrhythmic dicatat oleh pemantauan

berjalan. perekam Loop memiliki hasil diagnostik yang lebih tinggi dari evaluasi

monitor Holter dengan penghematan biaya marjinal.10

Elektroensefalografi

Elektroensefalografi (EEG) dapat dilakukan pada kebijaksanaan ahli saraf jika

kejang dianggap sebagai diagnosis alternatif yang mungkin. 10

Stress test

Stress test studi elektrofisiologik / (EPS) memiliki hasil diagnostik yang lebih

tinggi dibandingkan dengan monitor Holter dan harus diperoleh untuk semua

pasien dengan aritmia yang diduga sebagai penyebab sinkop. Sebuah tes stres

jantung sesuai untuk pasien yang diduga sinkop jantung dan yang memiliki

faktor risiko untuk aterosklerosis koroner. Tes ini dapat membantu dengan

stratifikasi risiko jantung dan dapat membimbing terapi masa depan. 9,10

II.6 PENGOBATAN 10,11

Pada sebagian besar kasus, keadaan mau pingsan atau fainting relative

bersifat benigna. Dalam menghadapi pasien yang pernah mengalami serangan

ini, pertama-tama dokter harus memikirkan sebab-sebab pinsan yang

memerlukan emergensi. Diantara pelbagai keadaan yang bisa memerlukan

emergenci terdapat perdarahan internal yang bersifat massif serta infark

miokard yang dapat terjadi tanpa nyeri dan aritmia jantung. Pada usia lanjut

tanpa penyebab yang jelas curiga kemungkinan blok jantung total atau

takiaritmia.

Pasien stadium awal diletakkan dalam posisi biasanya berbaring

mendatar merupakan satu-satunya cara untuk mengembalikan kesadaran

penderita. Mengangkat kaki (tinggikan tungkainya kurang lebih 20 cm) dapat

mempercepat pemulihan karena bisa meningkatkan aliran darah ke jantung

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 14

Page 15: 67038434 Referat Syncope

dan otak. Longgarkan pakaian yang ketat agar aliran darahnya tak terganggu.

Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila penderita belum sadar.

Pastikan bahwa jalan napasnya terbuka, napasnya lancar, dan denyut nadinya

teraba kuat dan teratur. Jika penderita terlalu cepat duduk atau

disangga/digendong dalam posisi duduk, dapat terjadi episode pingsan lain.

Namun, pada kasus-kasus yang terus berulang dapat dibantu dengan bantuan

obat-obatan. Dokter mungkin meresepkan obat tekanan darah, antidepresan,

pembuluh darah dan penggunaan terapi tertentu.10

Pencegahan tergantung pada mekanisme yang terlibat. Pada keadaan

sinkop vasovagal yang biasanya ditemukan diantara para remaja dan

cenderung terjadi pada saat mengalami guncangab emosional, keletihan,

perasaan lapar, dll. Tindakan yang menganjurkan pasien untuk menghindari

semua keadaan ini sudah memadai. Pada pasien hipotensi postural, pasien

harus diingatkan agar tidak bangkit secara mendadak dari tempat tidur.

Sebaiknya pasien tidur dengan ranjang yang ditinggikan sampai 8 hingga 12

inci bagian kepala oleh ganjal kayu dan mengenakan sabuk perut elastic serta

stocking elastis. Obat golongan dari efedrin dapat bermanfaat jika

pemakaiannya tidak menimbulkan insomnia.

Pada sindroma hipotensi postural yang kronis, preparat

mineralkortikoid yang khusus (tablet fludrohidrokortison asetat 0,1 hingga 0,2

mg/hari dalam dosis terbagi).11

Penanganan sinkop sinus karotikus meliputi pasien harus memakai

pakaian kerah baju yang longgar dan belajar berpaling dengan memutar

seluruh badan serta bukan dengan memutar kepala saja. Obat golongan

atropine dan efedrin harus digunakan masing-masing pada pasien bradikardia,

pemasangan pacemaker dapat dilakukan pada ventrikel kanan 11

Lebih lanjut Rawat Inap

Evaluasi Sinkop di Bagian Gawat Darurat Studi (Seeds) Data menunjukkan

bahwa unit sinkop khusus dengan pendekatan protokol untuk

mengesampingkan penyebab jantung dari sinkop mengurangi biaya rumah

sakit dan lama tinggal tanpa mengorbankan kualitas pelayanan.11

Pertimbangan merawat pasien sinkop dirumah sakit didasarkan pada 2

tujuan, yaitu 1.tujuan diagnosis, dan 2.terapi. Kasus sinkop yang pada evaluasi

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 15

Page 16: 67038434 Referat Syncope

awal belum diketahui penyebabnya dapat dirawat dirumah sakit. Untuk pasien

yang telah didiagnosis pada evaluasi klinis awal, keputusan merawat pasien

dirawat dirumah sakit bergantung pada prognosis dari etiologinya yang

mendasari sinkop dan/atau perawatan yang dibutuhkan.12

II.7 Prognosis

Sinkop dari setiap etiologi pada pasien dengan kondisi jantung (untuk

dibedakan dari sinkop jantung) juga telah ditunjukkan untuk menyiratkan

prognosis buruk. Pasien dengan kelas fungsional NYHA III atau IV yang

memiliki jenis sinkop memiliki tingkat kematian setinggi 25% dalam waktu 1

tahun. Namun, beberapa pasien melakukannya dengan baik setelah perawatan

bedah definitif atau penempatan alat pacu jantung. 12

Sinkop noncardiac tampaknya tidak berpengaruh pada tingkat

kematian keseluruhan dan termasuk sinkop karena respon vasovagal,

insufisiensi otonom, situasi, dan posisi ortostatik. 12

Sinkop Vasovagal memiliki prognosis seragam yang sangat baik.

Kondisi ini tidak meningkatkan angka kematian, dan jarang kambuh.

Situasional dan sinkop ortostatik juga memiliki prognosis yang sangat baik.

Mereka tidak meningkatkan risiko kematian, namun kambuh memang terjadi

dan kadang-kadang menjadi sumber morbiditas yang signifikan dalam hal

kualitas hidup dan cedera sekunder. 12

Sinkop etiologi tidak diketahui umumnya memiliki prognosis

menguntungkan, dalam 1 tahun menunjukkan kejadian kematian mendadak

rendah (2%), kemungkinan 20% dari sinkope berulang, dan tingkat remisi

78%. 12

BAB III

KESIMPULAN

Terminologi sinkop berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata “syn” dan

“koptein” yang berarti memutuskan. Secara medis, definisi dari sinkop adalah

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 16

Page 17: 67038434 Referat Syncope

kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri

karena pengurangan aliran darah ke otak bersifat sementara. Berkurangnya aliran

darah ini terjadi bila tubuh tidak dapat segera mengkompensasi suatu penurunan

tekanan darah. Pingsan bisa didahului oleh pusing atau perasaan melayang, terutama

pada saat seseorang sedang dalam keadaan berdiri.

Secara garis besar, penyebab pingsan dibagi menjadi dua. Akibat kelainan

jantung (cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat

penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian.

Pertolongan pertama sinkop, baringkan penderita di lantai atau tempat tidur

dengan posisi kepala miring. Apabila terjadi di lapangan upacara, carilah tempat yang

teduh. Tinggikan tungkainya kurang lebih 20 cm. Longgarkan pakaian yang ketat agar

aliran darahnya tak terganggu. Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila

penderita belum sadar. Pastikan bahwa jalan napasnya terbuka, napasnya lancar, dan

denyut nadinya teraba kuat dan teratur. Setelah ia membaik, sarankan untuk menemui

dokter keluarga atau ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat. Tetapi bila dalam

waktu 10 menit penderita belum mulai sadar, segeralah panggil ambulan atau dokter.

Pasien yang mengalami sinkop akan mengalami penurunan kualitas hidup.

Prognosis dari sinkop sangat bervariasi tergantung dari diagnosis etiologinya.

Individu yang mengalami sinkop termasuk sinkop yang tidak diketahui penyebabnya

mempunyai tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak pernah

mengalami episode sinkop. Mortalitas tertinggi disebabkan oleh sinkop cardiac,

sedangkan sinkop yang berhubungan dengan persyarafan termasuk hipotensi

ortostatik dan sinkop yang berhubungan dengan obat-obatan tidak menunjukan

peningkatan angka kematian.

Daftar Pustaka

1. Kasim R, Sally AN. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. 2006. Jakarta : Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

2. Anonim, sinkop neurologis. From http://medicastore.com/penyakit/633/Pingsan_sinkop.html.diakses tanggal 18 Agustus 2011

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 17

Page 18: 67038434 Referat Syncope

3. Anonym, Epidemiologi Sinkop. From: http://www.mentorhealthcare.com/news.php?nID=197&action=detail. Diakses tanggal 18 Agustus 2011

4. Sidharta, Priguna (2008). Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat.

5. Sidharta, Priguna & Mardjono, Mahar. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.

6. Anonym, gejala sinkop. From: http://www.seputarkesehataninstitute.com/2010/07/sinkop-pingsan.html. diakses tanggal 19 Agustus 2011

7. Anonym, semua tentang sinkop. From: http://afristianismadraga.wordpress.com/2009/12/22/ganguan-kesadaran/. Diakses tanggal 19 Agustus 2011

8. Anonym, penyebab pingsan. From: http://majalahkesehatan.com/7-penyebab-pingsan/. Diakses tanggal 20 Agustus 2011

9. Ginsberg, Lionel (2008). Kedaruratan Neurologis. Jakarta : Erlangga.

10. Anonym, penatalaksanaan sinkop. From: http://www.blueclassy.com/kesehatan-pingsan-sinkop.html. diakses tanggal 19 Agustus 2011

11. Anonym, Perawatan pingsan. From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9483298. diakses tanggal 20 Agustus 2011

12. Peck, Peggy (2002). Prognosis sinkop. From : http://www.midwestheart.com/resourceseducation/patienteducation/sinkop/neurogenic-and-nonneurogenic-sinkop. diakses 20 Agustus 2011

Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 18