21784060 interaksi-belajar-mengajar
TRANSCRIPT
![Page 1: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB IINTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
Kompetensi Dasar Mahasiswa mengetahui interaksi belajar mengajar, faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar serta penerapannya.
Indikator Mahasiswa dapat :- Menjelaskan pengertian interaksi belajar mengajar - Menganalisis pola interaksi belajar mengajar yang multi arah/optimal - Menganalisis faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar - Mengaplikasikan interaksi belajar mengajar yang baik di kelas
![Page 2: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Media :Gambar-gambar pola interaksiCD “Pembelajaran kreatif produktif”
Sumber Lain:- Buku/Referensi lain yang relevan - Survai ke sekolah-sekolah
A. Pengertian Interaksi Belajar Mengajar
Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran
![Page 3: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/3.jpg)
3
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Belajar Mengajar
1. Faktor Guru
Guru adalah pengelola pembelajaran atau disebut pembelajar. Pada faktor ini yang perlu diperhatikan adalah keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, dan memanfaatkan metode
2. Faktor Siswa
Siswa adalah subyek yang belajar atau disebut belajar. Pada faktor siswa yang harus anda perhatikan adalah karakteristik siswa baik karakteristik umum maupun karakteristik khusus.
![Page 4: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/4.jpg)
4
3. Faktor Kurikulum Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam mengorganisasikan tujuan dan isi pelajaran. Pada faktor ini perlu diperhatikan bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran dan mengorganisasikan isi pembelajaran
4. Faktor Lingkungan Lingkungan atau latar adalah konteks terjadinya pengalaman belajar. Pada faktor ini perlu diperhatikan lingkungan fisik dan lingkungan non fisik yang menunjang situasi interaksi belajar mengajar optimal
![Page 5: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/5.jpg)
5
C. Penerapan Interaksi Belajar Mengajar
1. Pengorganisasian Materi 2. Penataan Kelas 3. Tahapan Pembelajaran 4. Keterampilan Mengajar
Penerapan interaksi belajar mengajar secara spesifik dimaksudkan untuk pemberian gambaran bahwa apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran harus direncanakan secara sistematis. Dengan demikian terdapat hubungan antara komponen perencanaan pembelajaran dengan proses pembelajaran seperti rangkaian sistem di bawah ini.
![Page 6: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Input Proses Output OutcomePerencanaan Pembelajaran
Interaksi Belajar mengajar
Mutu Aktivitas Belajar Siswa
Hasil Belajar Siswa
Dengan demikian indikator keberhasilan dari proses pembelajaran adalah pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang dikelola guru secara tepat. Guru dapat mengelola interaksi belajar mengajarnya dengan pendekatan siswa aktif atau pendekatan guru aktif.
Kesimpulan Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran.Hasil belajar (menurut Gagne dan Briggs) menjadi lima kategori yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap. Pola interaksi belajar mengajar dapat terjadi searah, dua arah dan multi arah
![Page 7: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/7.jpg)
7
BAB IIDASAR-DASAR KOMUNIKASI
Kompetensi Dasar Mahasiswa mengetahui dasar-dasar komunikasi
Indikator Mahasiswa dapat :• Menyebutkan definisi komunikasi • Menjelaskan proses komunikasi • Menganalisis syarat-syarat keberhasilan komunikasi • Menjelaskan komunikasi antar pribadi dalam kegiatan
belajar mengajar • Menganalisis komponen keterampilan berkomunikasi antar
pribadi
![Page 8: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/8.jpg)
8
Media :Bagan proses komunikasi
Sumber lain :- Buku/referensi lain yang relevan - Contoh-contoh komunikasi yang efektif
A. Pengertian Komunikasi dapat diidentifikasikan dengan berbagai cara antara lain seperti berikut (Wiryawan & Noorhadi, 1990)
a. Komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi. Dalam pengertian ini, keberhasilan komunikasi sangat tergantung dari penguasaan materi dan pengaturan cara-cara penyampaiannya; sedangkan pengirim dan penerima pesan bukan merupakan komponen yang menentukan.
![Page 9: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/9.jpg)
9
b. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengertian ini secara implisit menempatkan pengirim pesan sebagai penentu utama keberhasilan, sedangkan penerima pesan dianggap objek yang pasif.
c. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pengertian ini memberikan pesan yang seimbang antara pengirim pesan, pesan yang disampaikan, dan penerima pesan, yang merupakan 3 komponen utama dalam proses komunikasi. Pesan dapat disimpulkan dengan berbagai media, namun pesan itu hanya punya arti jika pengirim dan penerima pesan berusaha menciptakan arti tersebut.
![Page 10: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/10.jpg)
10
B. Proses Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses, bukan hal yang statis. Implikasi dari hal ini adalah bahwa komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.
Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Komunikator Pesan Komunikanencoding
decoding
Pengirim Pesan Penerima Pesan
![Page 11: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/11.jpg)
11
C. Syarat-syarat Keberhasilan Komunikasi Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan
komunikasi. Keberhasilan ini tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut: a. Komunikator (pengirim Pesan)
Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kepercayaan penerima pesan pada komunikator serta keterampilan komunikator dalam melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi
b. Pesan yang disampaikan 1) Daya tarik pesan itu sendiri 2) Kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan 3) Lingkup pengalaman yang sama (area of shared experience) antara pengirim dan penerima pesan tentang pesan tersebut, serta4) Peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima pesan
![Page 12: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/12.jpg)
12
c. Komunikan (penerima pesan)Keberhasilan komunikasi tergantung dari :1) Kemampuan komunikan menafsirkan pesan2) Komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya 3) Perhatian komunikan terhadap pesan yang diterima
d. Konteks Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif (nyaman, menyenangkan, aman, menantang) sangat menunjang keberhasilan komunikasi.
d. Sistem penyampaian Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang sesuai dengan berbagai jenis indera penerima pesan yang kondisinya berbeda-beda akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi.
![Page 13: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/13.jpg)
13
D. Komponen Keterampilan Berkomunikasi Antar Pribadi
Sokolove dan Sadker (1977) merinci keterampilan berkomunikasi antar pribadi menjadi 3 kelompok
a. Kemampuan untuk mengungkapkan peran siswa
b. Kemampuan menjelaskan perasaan yang diungkapkan siswa
c. Mendorong siswa untuk memilih perilaku alternatif
d. Komunikasi dosen dan mahasiswa
![Page 14: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/14.jpg)
14
Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Komunikator Pesan Komunikanencoding
decoding
Pengirim Pesan Penerima Pesan
Kesimpulan
Syarat keberhasilan komunikasi:a. Komunikator (pengirim pesan)b. Pesan yang disampaikan c. Komunikan (penerima pesan)d. Konteks e. Sistem penyampaian
![Page 15: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/15.jpg)
15
BAB IIIKETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Kompetensi Dasar Mahasiswa mengetahui 8 keterampilan dasar mengajar, serta dapat meng-aplikasikannya
Indikator Mahasiswa dapat :• Menjelaskan 8 keterampilan dasar mengajar • Menganalisis 8 keterampilan dasar mengajar • Mengaplikasikan 7 keterampilan dasar mengajar dalam latihan micro teaching
Media :• VCD “mengajar”
Sumber Lain :• Buku/referensi lain yang menunjang • Website
![Page 16: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/16.jpg)
16
DELAPAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR A. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh guru/dosen karena hampir pada setiap kegiatan belajar mengajar guru mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan guru menentukan kualitas jawaban murid.Keterampilan bertanya dapat dibagi 2 sebagai berikut: a. Keterampilan bertanya dasar, dengan komponen-
komponennya1) pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat 2) pemberian acuan 3) pemusatan perhatian 4) Penyebaran pertanyaan
a) ke seluruh kelas b) ke siswa tertentu c) meminta siswa lain menanggapi jawaban temannya
![Page 17: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/17.jpg)
17
5) pemindahan giliran 6) pemberian waktu berpikir, 7) pemberian tuntutan dengan cara:
a) mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain b) menyederhanakan pertanyaan c) mengulangi penjelasan sebelumnya
b. Keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri dari komponen-
komponen berikut :1) Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab
pertanyaan, yaitu dari tingkatan yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang lebih tinggi seperti memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi
![Page 18: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/18.jpg)
18
2) Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai dari pertanyaan yang paling sederhana diikuti dengan yang agak kompleks, sampai kepada pertanyaan yang paling kompleks.
3) Penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik seperti :
a) Klarifikasi, yaitu meminta penjelasan lebih lanjut atas
jawaban siswa b) meminta siswa memberi alasan atas
jawabannya c) Meminta kesepakatan pandangan dari siswa
lain d) Meminta ketepatan jawaban e) Meminta jawaban yang lebih relevan f) Meminta contoh g) meminta jawaban yang lebih kompleks
4) Peningkatan terjadinya interaksi, dengan cara meminta siswa lain memberi jawaban atas pertanyaan yang sama
![Page 19: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/19.jpg)
19
B. Keterampilan Memberi Penguatan Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru/dosen perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena “penguatan” merupakan dorongan bagi siswa/mahasiswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian. Penguatan dapat diberikan dalam bentuk :a. Verbal, yaitu berupa kata-kata / kalimat pujian, seperti bagus,
tepat sekali, atau “saya puas akan pekerjaanmu”.b. Non verbal, yaitu berupa :
1) gerak mendekati 2) mimik dan gerakan badan 3) sentuhan 4) kegiatan yang menyenangkan 5) Token (simbol atau benda kecil lain)
![Page 20: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/20.jpg)
20
Dalam memberikan penguatan, dosen/guru perlu memperhatikan hal-hal berikut :a. Penguatan harus diberikan dengan hangat dan antusias sehingga peserta dapat merasakan kehangatan tersebutb. Penguatan yang diberikan harus bermakna, yaitu sesuai dengan perilaku yang diberi penguatan c. Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta d. Peserta yang diberikan penguatan harus jelas (sebutkan namanya, atau tunjukkan pandangan kepadanya).e. Penguatan dapat diberikan kepada kelompok peserta tertentu f. Agar menjadi lebih efektif, penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang baik ditunjukkan g. Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.
![Page 21: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/21.jpg)
21
C. Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian :
a. Variasi dalam gaya belajar, yang dapat dilakukan denganberbagai cara seperti
1) variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil 2) memusatkan perhatian 3) membuat kesenyapan sejenak 4) mengadakan kontak pandang 5) variasi gerakan badan dan mimik, dan 6) mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau
ke belakang
![Page 22: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/22.jpg)
22
b. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran, yang meliputi
1) variasi alat dan bahan yang dapat dilihat 2) variasi alat dan bahan yang dapat didengar, serta 3) variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi
c. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan
D. Keterampilan Menjelaskan Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk :a. Membimbing siswa/mahasiswa memahami berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur.b. Membimbing siswa / mahasiswa menjawab pertanyaan “mengapa” secara bernalarc. Melibatkan siswa/mahasiswa untuk berpikir d. Mendapat balikan mengenai pemahaman siswa/mahasiswae. Menolong siswa / mahasiswa menghayati berbagai proses penalaran
![Page 23: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/23.jpg)
23
Keterampilan menjelaskan terdiri dari berbagai komponen sebagai berikut :
a. Komponen merencanakan penjelasan, mencakup :1) Isi pesan (pokok-pokok materi) yang dipilih dan
disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh, dan
2) Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik penerima pesan (siswa/mahasiswa)b. Komponen menyajikan penjelasan, yang mencakup hal-hal
berikut :1) Kejelasan, yang dapat dicapai dengan berbagai cara
seperti:a) bahasa yang jelas b) berbicara yang lancar c) mendefinisikan istilah-istilah teknis, dan d) berhenti sejenak untuk melihat respon
siswa/mahasiswaatau penjelasan siswa
![Page 24: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/24.jpg)
24
2) Penggunaan contoh dan istilah, yang dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif
3) Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara, membuat ikhtiar, atau mengemukakan tujuan
4) Balikan tentang penjelasan yang disajikan dengan melihat mimik siswa atau mengajukan pertanyaan..
2) Penggunaan contoh dan istilah, yang dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif
3) Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara, membuat ikhtiar, atau mengemukakan tujuan
4) Balikan tentang penjelasan yang disajikan dengan melihat mimik siswa atau mengajukan pertanyaan..
Dalam menerapkan keterampilan menjelaskan, perlu diperhati-kan hal-hal sebagai berikut:
1) penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, atau akhir pelajaran sesuai dengan keperluan
2) Penjelasan harus relevan dengan tujuan 3) Materi yang dijelaskan harus bermakna 4) Penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan
dan latar belakang siswa/mahasiswa.
![Page 25: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/25.jpg)
25
E. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru/dosen untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri siswa/mahasiswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru/dosen untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Tujuan kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah :a. Membangkitkan motivasi dan perhatian b. Membuat siswa/mahasiswa memahami batas tugasnya c. Membantu siswa/mahasiswa memahami hubungan berbagai
materi yang disajikan, dan d. Membantu siswa/mahasiswa mengetahui tingkat keberhasilan
nya
![Page 26: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/26.jpg)
26
Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut: a. Membuka pelajaran, mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Menarik perhatian siswa/mahasiswa dengan berbagai cara 2) Menimbulkan motivasi dengan :
a) kehangatan dan keantusiasan b) menimbulkan rasa ingin tahu c) mengemukakan ide yang bertentangan, dan d) memperhatikan minat siswa/mahasiswa
3) Memberikan acuan dengan cara :a) mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas b) menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan c) mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan d) mengajukan pertanyaan
![Page 27: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/27.jpg)
27
4) Membuat kaitan, dengan cara :a) mengajukan pertanyaan appersepsi, atau b) merangkum pelajaran yang lalu
b. Menutup pelajaran, mencakup hal-hal berikut :1) Meninjau kembali, dengan cara merangkum atau
membuat ringkasan 2) Mengadakan evaluasi penguasaan siswa/mahasiswa,
dengan meminta mereka :a) mendemonstrasikan keterampilan b) menerapkan ide baru pada situasi lain c) mengekspresikan pendapat sendiri, dan d) memberikan soal-soal latihan
3) Memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah, merancang sesuatu, atau berkunjung ke suatu tempat
![Page 28: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/28.jpg)
28
F. Keterampilan Membimbing Diskus Kelompok Kecil G. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pengertian dan tujuan :Mengajar kelompok kecil dan perorangan, terjadi dalam
konteks pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang guru/dosen mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak siswa/mahasiswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok maupun perorangan.
Kesimpulan Keterampilan mengajar :1. Keterampilan bertanya 2. Keterampilan memberi penguatan verbal: “bagus” dan seterusnya
Non verbal :- Gerak mendekati - Mimik - Kegiatan menyenangkan - Token (symbol)
![Page 29: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/29.jpg)
29
3. Keterampilan mengadakan vriasi Gaya mengajar :- Suara - Posisi berdiri - Kesenyapan - Kontak pandang - Gerakan badan/mimic
Pola Interaksi dan kegiatan - Klasikal - Kelompok - Perorangan
4. Keterampilan menjelaskan 5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
- Evaluasi - Tindak lanjut/PR
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 7. Keterampilan mengelola kelas 8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Media/bahan belajar - Dilihat - Didengar - Diraba/dimanipulasi
![Page 30: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/30.jpg)
30
BAB IVSTRATEGI/METODE PEMBELAJARAN
Kompetensi Dasar Mahasiswa mengetahui beberapa metode pembelajaran
Indikator Mahasiswa dapat :• Membuat peta konsep tentang pembelajaran terpadu • Menjelaskan 5 langkah “problem solving”• Memberikan contoh pembelajaran “isu kontroversial”• Menjelaskan 5 langkah “studi kasus”• Mempraktekkan “cooperative learning” secara berkelompok dalam micro
teaching• Menjelaskan langkah-langkah dalam “cooperative learning”• Mempraktekkan “VCT-Games” dalam pembelajaran PPKN • Membedakan antara “dialog imperatif” dan “dialog kreatif”• Menjelaskan langkah-langkah “pembelajaran kreatif produktif”• Mempraktekkan “pembelajaran kreatif produktif” dalam micro teaching
![Page 31: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/31.jpg)
31
Media :VCD “Model-model Pembelajaran” dari DIKNAS Indikator • Bahan-bahan tentang pembelajaran • Referensi lain yang menunjang
A. Pengajaran Terpadu (Integrated)
Pembelajaran terpadu (integrated learning) adalah keseluruhan komponen, substansi (material maupun non material), prosedur, dan proses yang dirancang dengan sengaja, sadar, dan untuk dilaksanakan dalam rangka supaya mahasiswa dapat belajar. Keadaan terpadu memiliki ciri bahwa di dalamnya harus terdapat penyatuan secara fungsional maupun struktural antara komponen dan substansinya, serta antar tahapan keseluruhan peristiwa belajar yang dikehendaki.
Pendidikan IPS merupakan sentral dari kajian pokok dari berbagai ilmu sosial yang berkembang selama ini. Penggunaan konsep sebagai konsep kunci “key concept” dapat digunakan sebagai inti pokok kajian salah satu mata pelajaran, kemudian dibahas melalui berbagai tinjauan. Untuk lebih jelasnya lihat bagan di bawah ini
![Page 32: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/32.jpg)
32
Dimensi Interdisiplin
PIPSSEBAGAI
BIDANG STUDITERPADU
PolitikHukum
Pemerintah
DIMENSI INTEGRAL
Ekonomi Kopersai
Bisnis
Sejarah Budaya
PsikologiSosial
Sosiologi Antropologi
Geografi &Lingkungan
Hidup
Bagan Perspektif IPS Terpadu
(Sumber Mit Witjaksono, Pembelajaran Terpadu, Depdikbud, 1991)
![Page 33: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/33.jpg)
33
Mit Wijaksono (1991) memberikan batasan pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran terpadu sebagai bentuk aktivitas belajar mengajar yang secara struktural sama dengan program satuan pembelajaran untuk satu pokok bahasan dalam GBPP kurikulum, hanya muatan materi (content) dan konteks berbeda, yaitu berasal dari berbagai pokok bahasan untuk satu mata pelajaran, atau antar pokok bahasan dari dua atau lebih mata pelajaran
b. Pembelajaran terpadu berfungsi sebagai wadah, ajang, muara penyatu kaitan konsep-konsep yang dikandung beberapa pokok bahasan dan atau beberapa mata pelajaran yang seharusnya memiliki keterkaitan dan keterpaduan pemahamannya.
![Page 34: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/34.jpg)
34
R. Fogarty (1991) dalam 10 model keterpaduan, yang dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran terpadu IPS. R. Fogarty membagi tiga kelompok besar model yaitu :
a. Interdisiplin yang terdiri dari
1. Fragmentasi, yaitu sejumlah materi yang dibahas, dikaji secara terpadu, tetapi dengan cara bagian demi bagian. Pada bagian kajian tertentu (contoh pada bagian kesimpulan) semua kajian yang dilakukan per bagian tadi “disatukan” secara integratif. Dengan demikian siswa mendapatkan informasi yang utuh dari berbagai kajian yang semula dilakukan secara terpisah. Jika diilustrasikan dalam gambar adalah sebagai berikut:
![Page 35: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/35.jpg)
35
2. Koneksi adalah suatu cara mengajarkan satu pokok bahasan yang ditinjau secara terpisah dari sudut ekonomi, sejarah, geografi, tetapi tetap memiliki saling keterhubungan satu dengan yang lainnya. Model ini diilustrasikan sebagai berikut:
3. Sarang burung, model ini adalah menempatkan satu pokok kajian yang merupakan bagian dari kajian yang lain. Contoh: kenaikan harga BBM. Secara teoritis ini permasalahan adalah terjadinya “kelangkaan” di masyarakat (jumlah barang terbatas dan jumlah permintaan bertambah/ teori scarcity)
![Page 36: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/36.jpg)
36
Akibat dari keadaan itu kebutuhan rumah tangga meningkat, kemudian masalah politik dan ketenagaan turut terganggu pula. Jadi pada model ini permasalahan inti dibahas secara meluas sesuai bidang disiplin ilmu-ilmu yang terkait. Hal ini dapat diilustrasikan seperti :
b. Antar disiplin yang terdiri dari
4. Sekuen adalah model pembahasan yang mendampingkan dua disiplin ilmu dalam membahas satu konsep yang memiliki kedekatan pembahasan. Misal: “mata pencaharian penduduk desa”.
![Page 37: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/37.jpg)
37
Hal ini dapat dibahas dengan cara melihat dari geografi dan ekonomi. Secara geografis penduduk desa akan bekerja di sawah. Ditinjau dari ekonomi, penghasilan orang di sawah relatif berbeda dengan yang bekerja di kantor. Ilustrasi digambarkan sebagai berikut:
5. Pembagian, model ini membahas tentang pembagian kajian. Misalnya : “pertumbuhan penduduk. Hal ini dapat dibahas dengan mempelajari matematika (menghitung jumlah penduduk, jumlah laki-laki dan perempuan, kelahiran, kematian). Pada contoh ini siswa di samping belajar geografi (pertumbuhan penduduk) sekaligus belajar matematika. Hal ini diilustrasikan seperti di bawah ini.
![Page 38: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/38.jpg)
38
6. Jaringan, model ini relatif sudah banyak dikenal. Model ini mengisyaratkan bahwa satu pokok bahasan ditinjau dari semua disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Contoh: “SDA” dibahas dari sudut ekonomi, geografi, PPKN, matematika, dan sebagainya. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
7. Untaian simpul, model ini memberikan pilihan kepada guru untuk mengajarkan satu topik bahasan secara bersinggungan dengan berbagai konsep kunci dari bidang ilmu lainnya. Misal: konsep “perubahan penduduk (geografi) dapat dikaji teori Robert T. Malthus “pertumbuhan melalui deret hitung dan deret ukur (konsep ekonomi). Model ini diilusrasikan sebagai berikut:
![Page 39: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/39.jpg)
39
7. Integrasi, model ini memberikan kesempatan kepada guru untuk melihat satu topik dibahas dari semua disiplin ilmu secara antar disiplin. Jadi topik yang sedang dibahas dapat saja dari semua sisi kemampuan guru dan minat siswa. Model ini diilustrsaikan sebagai berikut:
c. Inter & antar disiplin, minat individu dan sumber belajar, terdiri dari
9. Inter fokus dengan hanya satu bidang, model ini memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk mengembangkan satu bidang kajian, tetapi dikaji dari berbagai unsur, akan tetapi hanya yang diminati oleh siswa. Semua keinginan harus ditopang oleh sumber belajar yang memadai. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
![Page 40: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/40.jpg)
40
10.Intensif dan ekstensif dengan fokus satu masalah namun mencakup beberapa bidang kajian. Model ini merupakan model jaringan kerja yang secara simultan dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan sejumlah topik yang dikemas oleh berbagai konsep ilmu. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
![Page 41: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/41.jpg)
41
B. Pemecahan Masalah IPS/PKN (Problem Solving)Pengajaran melalui pemecahan masalah terdiri atas limalangkah (Hamid Hasan: 1996), yaitu :1. Identifikasi masalah 2. Pengembangan alternatif 3. Pengumpulan data untuk menguji alternatif 4. Pengujian alternatif 5. Pengambilan keputusan
C. Isu Kontroversial Muessing (1975:4) mengatakan isu kontroversial dengan kalimat “sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok, tetapi juga mudah ditolak oleh orang atau kelompok lain”. Isu kontroversial secara langsung menyebabkan kelompok atau orang berbeda pendapat. Hal ini disebabkan asosiasi perasaan kelompok (orang) tertentu pada kelompok orang yang terlibat dalam apa yang disajikan. Selain faktor keterkaitan emosional, kecenderungan seseorang atau kelompok untuk memihak seseorang atau kelompok tertentu didasari oleh pertimbangan-pertimbangan pemikiran tertentu
![Page 42: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/42.jpg)
42
Pengajaran melalui isu kontroversial dalam IPS sangat penting. Isu kontroversial dapat dijumpai dalam banyak kasus mengenai teori atau pendapat dalam IPS. Teori yang dibangun berdasarkan data lapangan tertentu seringkali tidak mewakili kenyataan di berbagai tempat tertentu. Kenyataan ini selalu hidup dalam IPS, oleh karena itu isu kontroversial adalah suatu yang alamiah dalam IPS. Nirtzsche dalam buku Muessing (1975:21) mengatakan: “kesalahan utama menurut pandangan ini adalah keyakinan yang berlebihan terhadap suatu kebenaran, padahal yang diperlukan adalah keberanian untuk mempertanyakan keyakinan itu”. Keyakinan yang ada dalam ilmu adalah tentatif (sementara) dan harus terbuka untuk suatu perubahan apabila ternyata ada sesuatu yang baru.
Meskipun isu kontroversial memiliki kapasitas yang tinggi untuk melatih mahasiswa berbeda pendapat, dan mengembangkan pendapat baru berdasarkan perasaan yang dijumpai dalam perbedaan tersebut, namun ada hal-hal yang harus diperhatikan dosen dalam memilih isu kontroversial : (a) Isu kontroversial tidak boleh menimbulkan pertentangan suku, agama dan ras, (b) sebaiknya dekat dengan kehidupan mahasiswa masa kini, (c) sebaiknya sesuatu yang sudah menjadi milik masyarakat dan (d) seyogyanya berkenaan dengan masalah setempat, nasional, maupun internasional.
![Page 43: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/43.jpg)
43
D. Studi Kasus
Sebelum dosen memulai perkuliahan, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelumnya, agar proses perkuliahan dapat berjalan lancar dan tercapai tujuan yang ditargetkan.
Kasus (Hamid Hasan: 1996) adalah suatu peristiwa, kejadian, fenomena yang berhubungan dengan kehidupan manusia di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Namun demikian kasus yang populer umumnya diambil dari kehidupan masa sekarang.
Dalam pengajaran dengan kasus langkah-langkah berikut ini dapat dilakukan (Hamid Hasan: 1996) :
1. Menentukan pokok/sub pokok bahasan
2. Mengembangkan bahan pelajaran
3. Mengembangkan asus
4. Merencanakan proses
5. Melaksanakan penilaian
![Page 44: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/44.jpg)
44
E. Studi Kasus “Gilliom”
Menurut Gilliom (1977) ada 9 jenis studi kasus, yaitu
1. Kasus pengadilan 6. Laporan saksi mata 2. Episoda terbuka 7. Vignettes 3. Uraian tafsiran 8. Kronik 4. Dasar dokumen 9. Uraian/naratif5. Memoir
Uraian selanjutnya mengikuti apa yang dikemukakan oleh Gillion :
1. Kasus pengadilan, adalah peristiwa yang berhubungan dengan keputusan pengadilan mengenai suatu peristiwa. Keputusan pengadilan yang dimaksud dapat saja berupa keputusan sesungguhnya dari pengadilan negeri ataupun pengadilan di atasnya, bahkan sampai kepada keputusan Mahkamah Agung (MA). Keputusan yang digunakan hendaklah keputusan yang masih mengundang perdebatan dan bukan keputusan yang dianggap orang sebagai sesuatu yang wajar.
![Page 45: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/45.jpg)
45
2. Episoda Terbuka, materi ini lebih banyak digunakan untuk mengembangkan sikap, nilai, dan moral dibandingkan untuk tujuan memilih kemampuan berpikir tinggi.
3. Uraian Tafsiran, adalah kasus yang ditulis dengan maksud meng-gambarkan penafsiran penulis tentang suatu peristiwa. Bentuk kasus yang demikian disajikan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menemukan kerangka berpikir seseorang beserta bias pribadinya. Di samping itu melatih mahasiswa dalam mengenal upaya yang dilakukan orang untuk mempengaruhi pendapat umum. Bentuknya seperti editorial, artikel, tulisan lepas lainnya.
4. Dasar dokumen, menggambarkan materi kasus yang berasal dari berbagai bentuk dokumen, suatu materi tertulis yang memiliki nilai pribadi, keilmuan, hukum atau sejarah. Contoh: pidato seorang tokoh, catatan harian, laporan penelitian, hukum, surat wasiat.
![Page 46: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/46.jpg)
46
5. Memoir (dibaca: memoar), adalah suatu dokumen yang lebih bersifat pribadi. Umumnya memoir menggambarkan pengalaman pribadi seseorang setelah yang bersangkutan melaluinya dan bukan catatan pada waktu kejadian itu sendiri. Misalnya memoir seorang pelaku dalam peristiwa meletusnya gunung Krakatau, dan sebagainya. Pengajaran dengan kasus memoir dapat digunakan untuk melatih mahasiswa dalam membuat keputusan dan mengembangkan penafsiran tentang apa yang sudah terjadi.
6. Laporan Saksi Mata, adalah rekaman yang dibuat oleh orang yang menyaksikan suatu peristiwa. Rekaman tersebut dapat berbentuk tulisan, foto, rekaman video.
7. Vignet (Vignettes), adalah gambar lepas yang disertai suatu keterangan singkat. Beberapa vignet dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menentukan keterhubungan antara satu peristiwa lain yang tergambar dalam vignet. Vignet sangt penting dalam mengembangkan kemampuan analisis (mengelompokkan, memilah, menemukan hubungan, menemukan dasar berpikir yang mewarnai suatu infomasi).
![Page 47: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/47.jpg)
47
Foto bukan vignet, tetapi suatu rangkaian foto dapat dikelompokkan sebagai suatu bentuk studi kasus yang sejajar dengan vignet. Dalam banyak hal foto memiliki kelebihan dibandingkan dengan vignet terutama karena foto memiliki kedalaman perspektif yang sering tidak dimiliki vignet.
8. Kronik, adalah catatan peristiwa berdasarkan urutan waktu. Kronik selalu berisikan beberapa peristiwa. Pemanfaatan kronik dapat untuk mengembangkan kemampuan berpikir aplikasi ketika menemukan hal-hal yang pokok, dan juga analisis serta sintesis. Kemampuan evaluatif dapat dikembangkan untuk setiap bentuk kasus dengan memberikan penilaian terhadap naskah kasus itu sendiri.
9. Uraian/narasi, adalah ungkapan yang lebih lengkap dibandingkan kronik. Uraian/narasi dapat berkenaan dengan apa yang benar-benar terjadi, tetapi dapat juga mengenai sesuatu yang sifatnya hipotesis. Uraian/narasi dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi
![Page 48: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/48.jpg)
48
F. Cooperative Learning
1. Pengertian Model Cooperative Learning
Cooperative menggunakan pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan: 1996). Dalam kegiatan kooperatif, mahasiswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dan pengajaran yang memungkinkan mahasiswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johnson, et. al: 1994, Hamid Hasan: 1996). Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1984) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok
![Page 49: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/49.jpg)
49
2. Konsep dasar pengembangan model cooperative learninga. Perumusan tujuan belajar mahasiswa harus jelas b. Penerimaan yang menyeluruh oleh mahasiswa tentang tujuan belajar c. Ketergantungan yang bersifat positif d. Interaksi yang bersifat terbuka e. Tanggung jawab individu f. Kelompok bersifat heterogen g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif h. Tindak lanjut (follow up)i. Kepuasan dalam belajar
3. Langkah-langkah dalam pembelajaran model cooperative learningLangkah-langkah dalam penggunaan model cooperative learning secara umum (Stahl: 1994, Slavin: 1983) dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut:
![Page 50: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/50.jpg)
50
a. Langkah pertama yang dilakukan oleh dosen adalah merancang rencana program pembelajaran. Pada langkah ini dosen mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Di samping itu, dosen juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh mahasiswa selama berlangsungnya pembelajaran
b. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajarannya di kelas, dosen merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kiegiatan mahasiswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam menyampaikan materi, dosen tidak lagi menyampaikan materi secara panjang lebar, karena pemahmaan dan pendalaman materi itu nantinya akan dilakukan mahasiswa ketika belajar secara bersama dalam kelompok.
![Page 51: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/51.jpg)
51
c. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa, dosen mengarahkan dan membimbing mahasiswa baik secara individual maupun kelompok baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku mahasiswa selama kegiatan belajarnya. Pemberian pujian dan kritik membangun dosen kepada mahasiswa merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh dosen pada saat mahasiswa bekerja dalam kelompoknya
d. Langkah keempat, dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, dosen bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoresi pengertian dan pemahaman mahasiswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya. Pada saat presentasi mahasiswa berakhir, maka dosen mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada atau sikap sera perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.
![Page 52: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/52.jpg)
52
Bagan 1. Mekanisme Pembelajaran dengan model Cooperative Learning
Program Pengajaran/Program
Pembelajaran Target Pembelajaran 1. Penguasaan materi/konsep 2. Sikap dan keterampilan sosial
Perencanaan Pembelajaran
Pembentukan kelompok dan pengarahan/ pengkoordinasian siswa untuk bekerja sama
Belajar kolaboratif
Kegiatan belajar mengajar dalam kelompok belajar Pengembangan pengetahuan danketerampilan
siswa dalam suasana belajar berkelompok
Peer tutor (tutor teman sebaya)
Proses kerja kelompok
Hasil kerja kelompok
Penyajian/unjuk kerja siswa/kelompok siswa
Catatan observasi guru mengenai kerja siswa
Pemberian hadiah dan kritik
siswa
DEBRIEFING Refleksi dan internalisasi (David Hornsby: 1981)
![Page 53: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/53.jpg)
53
4. Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai model cooperative learning
Van Sickle (1983) dalam penelitiannya mengenai model cooperative learning dan implikasinya terhadap perolehan belajar siswa dan pengembangan kurikulum social studies, menemukan bahwa sistem belajar kelompok dan debriefing secara individual dan kelompok dalam model cooperative learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individu siswa, berkembangnya sikap ketergantungan yang positif, mendorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum.
Stahl (1992) dalam penelitiannya di beberapa sekolah dasar di Amerika menemukan bahwa: penggunaan model cooperative learning mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa. Penelitian ini juga menemukan bahwa model tersebut mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam pendidikan sosial studies.
![Page 54: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/54.jpg)
54
Penelitian yang dilakukan Webb (1985), menemukan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning, sikap dan perilaku siswa berkembang ke arah suasana demokratisasi dalam kelas. Di samping itu penggunaan kelompok kecil siswa, mendorong siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam mempelajari IPS.
Penelitian Snider (1986) yang dilakukan pada siswa Grade-9 untuk mata pelajaran geografi di Amerika, menemukan bahwa penggunaan model cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi belajar siswa dalam perbedaan hampir 25% dengan kemajuan yang dicapai oleh siswa yang diajar dengan menggunakan sistem kompetisi
Penelitian Dra. Hj. Etin Solihatin M.Pd dkk (2001) yang dibiayai proyek PGSM, dilakukan pada mahasiswa Penyetaraan D3 Tahap II untuk mata kuliah Pendidikan IPS di Universitas Negeri Jakarta, menemukan bahwa penggunaan model cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi mahasiswa 20%, dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri.
![Page 55: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/55.jpg)
55
G. VCT-Games PPKNLangkah-langkah pembelajaran model VCT-Games dapat digambnarkan sebagai berikut:
Desain Pengajaran Satuan Program/Satpel
Target Nilai
Laporan Stimulus
Dialog Siswa :- Meliputi seluruh potensi afeksi dan logika/gaya nalar - Baik dialog intern diri maupun dengan potensi siswa
lain, guru fakta atau dengan fakta/konsep
Perubahan sikap/sistem nilai dan pemantapan
keyakinan akan suatu nilai moral/norma
Motivasi untuk:a. Berbuat/acting, meliputi :
- Tidak lanjut pengajaran - Latihan penerapan di kelas/sekolah pembukuan dalam kehidupan rumah, kelompok atau masyarakat
b. Meradiasi pada keluarga, kelompok/masyarakat
Transaksi
Proses
Condition Stimulus
Harapan
Condition Consequences
![Page 56: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/56.jpg)
56
H. Metode Ceramah
Menurut Gage dan Berliner seperti dikutip oleh Moedjiono & Moh. Dimyati menggunakan metode ceramah tergantung kepada kualitas personalia guru, yakni suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, dan keteraturan guru dalam memberi penjelasan yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru (Moedjiono & Moh. Dimyati, 1992:67)
Metode ceramah adalah suatu bentuk metode yang dilaksanakan oleh guru dengan memberikan sejumlah informasi kepada sejumlah siswa, baik di dalam atau di luar ruangan (Soegeng Santoso, 2000:80)
Empat langkah pemakaian metode ceramah meliputi : (1) tahap persiapan ceramah, (2) tahap awal ceramah, (3) tahap pengembangan ceramah, (4) tahap akhir ceramah. Adapun tahap-tahap adalah sebagai berikut: (1) Tahap persiapan ceramah mencakup: mengorganisasi isi pelajaran yang akan diceramahkan, mempersiapkan penguasasn isi pelajaran yang akan diceramahkah, memilih dan mempersiapkan media instruksional atau alat bantu pembelajaran yang akan digunakan dalam ceramah.
![Page 57: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/57.jpg)
57
(2) tahap awal ceramah mencakup: peningkatan hubungan guru-siswa, meningkatkan perhatian siswa, mengemukakan pokok-pokok isi ceramah, (3) tahap pengembangan ceramah mencakup: memberi keterampilan secara singkat dan jelas, mempergunakan papan tulis, menerangkan kembali dengan menggunakan istilah atau kata-kata yang lebih jelas, memperinci dan memperluas pelajaran, memberikan balikan (feed back) sebanyak-banyaknya selama berceramah, mengatur alokasi waktu ceramah, dan (4) tahap akhir ceramah.
I. Dialog Kreatif dalam IPS
1. Tujuan Belajar Mengajar Secara Dialog Kreatif dalam IPS
Gambar 1. Sharing Model dari Oeser’s Categories of Teaching Modeln (Kosasih Djahiri: 1995/1996:29)
GURU
Sn
S6S3
S1
![Page 58: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/58.jpg)
58
Untuk mendapatkan informasi tentang aktivitas mahasiswa yang ditekankan pada masalah pembicaraan (dialog kreatif) dalam Suharsimi Arikunto (1992:79) ditinjau dari :
1. Siapa yang bicara
2. Kepada siapa pembicaraan itu ditujukan
3. Apa isi pembicaraan
4. Bagaimana pembicaraan disampaikan
Interaksi antar KBS (Kegiatan Belajar Siswa) dengan KMG (Kegiatan Mengajar Guru) nampak sebagaimana gambaran J. Fraenkel, 1973 dalam Kosasih Djahiri, 1995/1996: 1 sebagai berikut:
Peran dosen dalam mengajar IPS mempunyai hubungan erat dengan cara mengaktifkan mahasiswa dalam belajar
![Page 59: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/59.jpg)
59
Gambar 2. Interaksi Antar Kegiatan Belajar Mahasiswa dengan Kegiatan Mengajar Dosen
KMG Tinggi CBSA Rendah
(C)Kotak kegiatan ideal
CBSA dan KMG Tinggi (D)
Kotak terbuka CBSAdan KMG Rendah
(A)
CBSA Tinggi KMG Rendah
(B)
0 50 100
50
100 50 100KEGIATAN GURU
Tertinggi
KEGIATAN MAHASISWA Keterangan : Tiga Kota Kegiatan CBMA-KMD (A-B-C) harus dihindarkan
![Page 60: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/60.jpg)
60
Kadar tinggi-rendahnya kegiatan belajar mahasiswa sangat tergantung kepada kadar kualitas M3SE (Materi, Metoda, Media, Sumber, dan Evaluasi) yang dirancang dosen dan penampilan Kegiatan Mengajar Guru KMG).
Dosen perlu mempersiapkan beberapa prinsip penerapan dialog kreatif, yaitu sebagai berikut:
1) Prinsip motivasi
Berdasarkan kurikulum 1994 dosen dituntut untuk berperan sebagai fasilitator, mediator, dan motivator. Dorongan belajar dapat timbul dalam diri mahasiswa (motivasi intrinsik) dan dari luar diri mahasiswa (motivasi ekstrinsik).
Motivasi belajar sangat penting bagi mahasiswa untuk membangkitkan prakarsa, aktivitas dan kreativitas. Hal ini tercermin dari ajaran Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya (Agus Sudjanto, 1989:8) yaitu Ing Ngarso Sung tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
![Page 61: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/61.jpg)
61
Bila sedang di depan, si pamong harus sanggup, memberikan teladan, dengan maksud agar mahasiswa tidak menjadi bingung oleh karena banyak pengaruh yang diterimanya selama dalam perjalanan. Sedang di tengah-tengah pamong harus memberikan semangat (motivasi), mempertebal sampai terjadi kekendoran dalam mencapai cita-cita. Dari belakang pamong harus memberikan kekuasaan yang berwujud pengaruh bimbingan dan pengawasan.
2) Prinsip Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar dosen IS perlu memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki mahasiswa, agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan mahasiswa.
3) Prinsip Pemusatan Perhatian
Dosen seyogyanya dapat memilih dan menentukan bahan pengajaran ‘key concept’ yang menjadi pusat perhatian. Bagian-bagian yang terpisah dikaitkan menjadi satu topik. Usahakan untuk memusatkan perhatian mahasiswa, dapat dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan
![Page 62: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/62.jpg)
62
4) Prinsip Keterpaduan
Hal ini sesuai dengan prinsip belajar menurut teori Gestalt (Roestiyah NK dkk, 1982:6) adalah :a. Belajar berdasarkan keseluruhan b. Belajar adalah proses perkembanganc. Siswa sebagai organisasi keseluruhan d. Terjadinya transfer e. Reorganisasi pengalaman f. Harus dengan insight g. Berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan h. Berlangsung terus menerus
5) Prinsip Pemecahan Masalah
Mahasiswa perlu dilatih memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu diciptakan situasi belajar yang dihadapkan pada masalah. Kepekaan terhadap masalah mendorong mahasiswa untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan sesuai dengan kemampuannya
![Page 63: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/63.jpg)
63
6) Prinsip Menemukan
Pada dasarnya mahasiswa memiliki potensi untuk mencari, menemukan, dan mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi.
7) Prinsip Belajar Sambil Bermain
Bermain merupakan keaktifan mahasiswa yang menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan
8) Prinsip Perbedaan Individu (Perseorangan)
Mahasiswa pada hakikatnya mempunyai perbedaan masing-masing, misalnya tingkat kecerdasan, minat, sifat kebiasaan, kesempatan serta latar belakang keluarga. Perbedaan-perbedaan ini dapat mempengaruhi proses belajar mengajar. Sehubungan dengan itu, sebaiknya dosen IPS menyajikan materi yang tepat, dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan itu. Sebaiknya dosen tidak memperlakukan mahasiswa seolah-olah sama.
![Page 64: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/64.jpg)
64
10)Prinsip Hubungan Sosial
Pada masa mahasiswa-mahasiswa, sosiliasasi (proses hubungan sosial) sedang tumbuh, oleh karena itu mahasiswa selalu ingin melakukan hubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian mahasiswa banyak dipengaruhi lingkungan sosial
Kompetensi atau kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seroang dosen (Darmodiharjo, 1980: 46)1) Penguasaan materi 2) Pengelolaan proses belajar mengajar 3) Penggunaan media dan sumber 4) Pengelolaan kelas 5) Menguasai landasan-landasan pendidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar 7) Menilai prestasi belajar mahasiswa untuk kepentingan mengajar 8) Mengenal fungsi dan program bimbingan serta penyuluhan 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10)Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran11)Demokratis
![Page 65: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/65.jpg)
65
2. Keterampilan Bertanya dalam Dialog Kreatif pada IPS
Terdapat beberapa komponen yang harus dikuasai dalam usaha pencapaian tujuan penggunaan pertanyaan dalam kelas. Komponen tersebut menurut panduan Pengajaran Mikro (1984/1985: 40) adalah:
1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat2) Pemberian acuan 3) Pemusatan perhatian 4) pemindahan giliran 5) Penyebaran
a) Pertanyaan ke seluruh kelas b) Pertanyaan ke siswa tertentu c) Penyerahan respon siswa
6) Pemberian waktu berpikir 7. Pemberian tuntunan
a) Mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain b) Menanyakan dengan pertanyaan yang lebih sedernaha c) Mengulangi penjelasan sebelumnya
![Page 66: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/66.jpg)
66
3. Pentingnya Pertanyaan yang Baik dalam Dialog Kreatif
Inti dari strategi mengajar yang efektif dengan dialog kreatif, terletak dalam pertanyaan yang diajukan dosen.
Keterampilan bertanya bagi dosen, juga tak kalah pentingnya bagi mahasiswa karena inilah kunci menuju dialog kreatif. Torrance dan Myers (J.R. Fraenkel, 1973) menyatakan bahwa siswa bertanya di kelas dan mayoritas pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pernyataan mengenai prosedur (misalnya: Boleh saya ke belakang?,
Boleh minta kertas lagi?)2. Pertanyaan mengenai tugas (Kapan tugas ini dikumpulkan?, Apakah
kami diberi tugas?)3. Pertanyaan mengenai informasi (Bagaimana mengeja ‘vertikal’?,
Apakah yang disebut pensiun?)4. Pertanyaan mengenai pemahaman (Mengapa karbondioksida mem-
bakar tangan saya?)
![Page 67: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/67.jpg)
67
4. Jenis-jenis Pertanyaan dalam Dialog Kreatif
Ada beberapa jenis pertanyaan yang harus mendapat perhatian, agar belajar mengajar efektif
1) Pertanyaan mengingat
Tujuan pertanyaan mengingat adalah untuk menentukan apakah mahasiswa mendapat sejumlah informasi faktual yang diinginkan, dosen meminta mahasiswa mengingat informasi spesifik tertentu yang telah mereka pelajari sebelumnya, dan hanya ada satu jawaban yang benar.
2) Pertanyaan Deskriptif
Pertanyaan deskriptif membawa mahasiswa merangkai dan meng-organisir fakta yang telah mereka kumpulkan untuk mendapatkan pemahaman atas data yang mereka miliki.
![Page 68: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/68.jpg)
68
3) Pertanyaan yang Bersifat Menjelaskan (Explanatory Questions)Explanatory question tidak hanya menuntut mahasiswa untuk mengingat dan mengorganisir materi, tetapi juga membuat kesimpulan dan mencari efek sebab akibat. Pertanyaan jenis ini menuntut mahasiswa menganalisis data, membagi komponen-komponen informasi, dan menjelaskan mengapa bagian-bagian tersebut dihubungkan. Mahasiswa harus mengatakan mengapa mereka memberi pemikiran tertentu. Dengan kata lain menjelaskan alasan di balik jawaban mereka.
4) Pertanyaan Sintesa Hasil yang diharapkan dari pertanyaan ini adalah agar mahasiswa mampu memberi gagasan mengenai hubungan atau relasi yang didukung oleh data tertentu dan dasarnya. Pertanyaan sintesa menuntut mahasiswa untuk menggabungkan, membuat kombinasi, menghubungkan, membuat relasi, atau menghubungkan bagian-bagian rangkaian yang terpisah.
![Page 69: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/69.jpg)
69
Mereka diminta untuk mencari hubungan, membentuk hubungan dan menarik kesimpulan. Banyak jawaban yang mungkin diberikan mahasiswa berdasarkan semua data yang mereka yakini mendukung. Lebih banyak fakta yang mereka miliki untuk mendukung kesimpulan, semakin baik kesimpulan mereka.
5) Pertanyaan Menilai Pertanyaan ini menuntut kemampuan mahasiswa memilih alternatif, membuat penilaian, seperti yang mana dari dua kemungkinan ini yang terbaik menurut kriteria yang telah mapan. Dengan kata lain mahasiswa diminta untuk memilih atau menilai kualitas hubungan (relasi) atau kesimpulan dengan berdasarkan pilihan pada serangkaian karakteristik atau kriteria yang dimiliki dalam tingkatan yang lebih tinggi oleh alternatif dalam pertanyaan.
![Page 70: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/70.jpg)
70
6) Pertanyaan Terbuka Pertanyaan terbuka menuntut mahasiswa mencari dan menentukan sendiri apa yang mereka pikirkan dapat diterima sebagai jawaban. Tidak ada jawaban yang lebih benar dari yang lain. Guilford menyebutkan aktivitas ini lebih divergen daripada pemikiran konvergen, suatu misal “Bagaimana menjelaskan ‘keadilan’?”
J. Pembelajaran Kreatif dan Produktif 1) Landasan Pengembangan
Karakteristik penting dari setia pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang memungkinkan mahasiswa mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji. Beberapa karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
![Page 71: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/71.jpg)
71
1) Keterlibatan mahasiswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan hasil eksplorasi tersebut. Mahasiswa diberi kebebasan untuk menjelajahi berbagai sumber yang relevan dengan topik/konsep/masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini akan memungkinkan mahasiswa melakukan interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri, sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan.
2) Mahasiswa didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan cara ini, konsep tidak ditransfer oleh dosen kepada mahasiswa, tetapi dibentuk sendiri oleh mahasiswa berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan eksplorasi serta interpretasi.
![Page 72: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/72.jpg)
72
3) Mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama. Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan eksplorasi, interpretasi, dan re-kreasi. Di samping itu, mahasiswa juga mendapat kesempatan untuk membantu temannya dalam menyelesaikan satu tugas. Kebersamaan, baik dalam eksplorasi, interpretasi, serta re-kreasi dan pemajangan hasil merupakan arena interaksi yang memperkaya pengalaman.
4) Pada dasarnya, untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri (Erwin Segal, dalam Black, 2003). Dalam konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan menciptakan suasana kelas yang memungkinkan mahasiswa dan dosen merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting kurikulum. Dosen mengajukan pertanyaan yang membuat mahasiswa berpikir keras, kemudian mengejar pendapat mahasiswa tentang idea-idea besar dari berbagai perspektif. Dosen juga mendorong mahasiswa untuk menunjukkan/mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik-topik penting dalam kurikulum menurut caranya sendiri (Black, 2003).
![Page 73: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/73.jpg)
73
2. Tujuan (Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring)
Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini antara lain :1) pemahaman terhadap suatu nilai, konsep, atua masalah tertentu 2) kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, serta 3) kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut
Dari segi dampak pengiring (nurturant effects), melalui model pembelajaran kreatif dan produktif diharapkan dapat dibentuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab, serta bekerja sama.
3. Kegiatan Pembelajaran
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi empat langkah, yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan re-kreasi. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para dosen, dengan berpegang pada hakikat setiap langkah: 1) orientasi, 2) eksplirasi, 3) interpretasi, 4) re-kreasi, 5) evaluasi
![Page 74: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/74.jpg)
74
Kesimpulan • Pembelajaran terpadu menurut R. Fogarty (1991) ada 10 model keterpaduan:
a. Interdisiplin terdiri dari :1. Fragmentasi 2. Koneksi 3. Sarang burung
b. Antar disiplin terdiri dari :1. Sekuens 4. Untaian 2. Pembagian 5. Integrasi Jaringan
c. Inter dan antar disiplin, minat individu dan sumber belajar terdiri dari :1. Intensif fokus dengan hanya satu bidang 2. Intensif dan ekstensif dengan fokus satu masalah
• Pengajaran melalui pemecahan masalah terdiri atas lima langkah :1. Identifikasi masalah 4. Pengujian alternatif 2. Pengembangan alternative 5. Pengambilan keputusan 3. Pengumpulan data
![Page 75: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/75.jpg)
75
• Isu kontroversial (Muessing, 1975:4) “Sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang/kelompok, tetapi juga mudah ditolak oleh orang/kelompok lain.
• Pengajaran melalui studi kasus melalui langkah-langkah :1. Menentukan pokok/sub pokok bahasan 2. Mengembangkan bahan pelajaran 3. Mengembangkan kasus 4. Merencanakan proses 5. Melaksanakan penilaian
• Menurut Gilliom (1977) ada 9 jenis studi kasus 1. Kasus pengadilan 6. Laporan saksi mata 2. Episoda terbuka 7. Vignettes 3. Uraian tafsiran 8. Kronik 4. Dasar dokumen 9. Uraian/naratif 5. Uraian/naratif
![Page 76: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/76.jpg)
76
• Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning1. Merancang rencana program pembelajaran 2. Merancang lembar observasi yang akan digunakan mengobservasi proses pembelajaran 3. Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa, dosen mengarahkan dan membimbing mengenai materi, sikap dan perilaku selama proses belajar 4. Mempresentasikan hasil kerja, refleksi
• Model VCT dapat dilihat dari proses kegiatan belajar siswa yang terjadi,antara lain :1. Proses kegiatan belajar siswa yang bersifat klarifikasi, di mana siswa memulai berbagai potensi dirinya mencari dan mengkaji kejelasan nilai dan norma yang disampaikan.2. Proses kegiatan belajar siswa bersifat spiritualisasi dan penilaian melalui kata hati (valuing)3. Bersamaan dengan proses valuing juga terjadi proses pelaksanaan diri atau berperan serta
![Page 77: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/77.jpg)
77
• Empat langkah pemakaian metode ceramah meliputi :1. Tahap persiapan ceramah 3. Tahap pengembangan ceramah 2. Tahap awal ceramah 4. Tahap akhir ceramah
• Adapun tahap-tahap adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan ceramah mencakup: mengorganisasi isi pelajaran yang akan diceramahkan, mempersiapkan penguasaan isi pelajaran yang akan diceramahkan, memilih dan mempersiapkan media instruksional atau alat bantu pembelajaran yang akan digunakan dalam ceramah.2. Tahap awal ceramah mencakup: peningkatan hubungan guru-siswa, meningkat kan perhatian siswa, mengemukakan pokok-pokok isi ceramah3 Tahap pengembangan ceramah mencakup: memberi keterampilan secara singkat dan jelas, mempergunakan papan tulis, menerangkan kembali dengan menggunakan istilah atau kata-kata yang lebih jelas, memperinci dan memperluas pelajaran, memberikan balikan (feed back) sebanyak-banyaknya selama berceramah, mengatur alokasi waktu ceramah, dan 4. Tahap akhir ceramah.
• Prosedur pembelajaran kreatif dan produktif : 1) Orientasi, 2) Eksplorasi,3) Interpretasi, 4) Re-kreasi, dan 5) Evaluasi
![Page 78: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/78.jpg)
78
BAB IVMEDIA PEMBELAJARAN PPKN/IPS
Kompetensi Dasar - Mahasiswa mengetahui media pembelajaran PPKN, dapat membuat salah
satu media serta mampu mengemukakannya
Indikator - Menjelaskan media pembelajaran - Menganalisis manfaat media pembelajaran - Menganalisis salah satu media pembelajaran PPKN baik itu kelebihan
maupun kekurangan- Menyebutkan kriteria pemilihan media - Menjelaskan prinsip-prinsip pemanfaatan media - Membuat salah satu media sesuai pokok bahasan yang dibawakan
mahasiswa dalam peer teaching/micro teaching.- Menggunakan media yang dipilihnya dalam kegiatan peer teaching/micro
teaching
![Page 79: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/79.jpg)
79
Media- Macam-macam media (media realita/model/gambar/foto/grafik/OHP/media
audio/video
Sumber lain :- Buku/referensi lain yang relevan - Survei ke PUSTEKKOM/PSB Universitas Negeri Jakarta
Pengembangan dan Pembuatan Media Pembelajaran PPKN/IPSA.Media pembelajaran pengetahuan sosial B. Manfaat media pembelajaran pengetahuan sosial
1) Menyampaikan materi pelajaran dapat diseragamkan 2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik 3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif 4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga 5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
![Page 80: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/80.jpg)
80
6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja7) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar 8) Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
C. Jenis Media dan Karakteristik - Media Realita : adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar - Model : diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya - Gambar / foto : adalah media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran - Grafik : merupakan gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif
![Page 81: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/81.jpg)
81
Beberapa kelebihan media transparansi :- Tidak memerlukan ruangan gelap, sehingga aktivitas belajar siswa dapat berjalan
seperti biasa - Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas dan ruangan, dan bisa
disajikan tanpa layar khusus (langsung ke dinding kelas)- Memberi kemungkinan siswa mencatat informasi yang ditayangkan - Bisa disajikan dengan berbagai variasi yang menarik sehingga tidak membosankan- Transparansi dapat dicopy dan dibagikan kepada siswa sebagai hand out- Dapat dipakai guru sebagai pointer (pokok-pokok pointer) mengajar - Dapat dipakai berulang-ulang - Guru dapat mengatur, mengurutkan dan merevisi materi yang akan disajikan. Guru
juga bebas mengatur waktu, kecepatan dan teknik penyajiannya.- Mudah pembuatannya, tulisan dapat dihapus, ditambah atau dikurangi serta mudah
pengoperasiannya- Visual yang disajikan jauh lebih menarik dibandingkan kalau hanya digambar di
papan tulis - Guru dapat bertatap muka (tidak perlu membelakangi siswa) sambil menggunakan
OHP - Lebih bersih dan sehat jika dibandingkan dengan menggunakan kapur dan papan tulis
![Page 82: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/82.jpg)
82
Beberapa kelemahan media transparansi yang perlu diperhatiakn :- Tergantung pada adanya aliran listrik - Urutan penyajiannya mudah kacau jika sebelumnya tidak dipersiapkan
secara sistematis - Bagi sekolah-sekolah tertentu, pengadaan peralatannya dirasakan mahal - Bila rusak, misalnya putus lampunya, suku cadangnya sulit diperoleh,
khususnya untuk sekolah yang jauh dari kota besar- Untuk jenis OHP tertentu, tidak mudah dibawa ke mana-mana
Media Audio Media audio yang dibahas di sini khusus kaset audio, karena media inilah yang paling sering digunakan di sekolah. Program kaset audio termasuk media yang sudah memasyarakat sehingga ke pelosok pedesaan. Program kaset audio merupakan sumber yang cukup ekonomis, karena biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan perawatannya cukup murah
![Page 83: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/83.jpg)
83
Beberapa kelebihan program audio :- Materi pelajaran yang sudah terekam tak akan berubah, jika diperlukan
bisa digandakan berkali-kali sesuai jumlah yang dibutuhkan - Untuk jumlah sasaran yang banyak, biaya produksi dan penggandaannya
relatif murah. Jika diperlukan, rekaman dapat dihapus dan kasetnya masih dapat dipergunakan ulang.
- Peralatan penyajiannya (tape recorder) juga termasuk murah dibandingkan dengan peralatan audio visual lainnya. Pengoperasian dan perawatannya juga mudah, tempat perbaikan (bengkel) mudah ditemukan di sekitar sekolah
- Program kaset audio dapat menyajikan kegiatan, materi pelajaran dan sumber belajar yang berasal dari luar kelas/sekolah seperti: hasil wawancara, rekaman peristiwa, dokumentasi, dan lain-lain sehingga dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.
- Program audio sangat cocok untuk menyajikan materi pelajaran yang bersifat auditif, seperti pelajaran bahasa asing dan seni suara.
![Page 84: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/84.jpg)
84
- Program audio mampu menciptakan suasana yang imajinatif dan membangkitkan sentuhan emosional bagi siswa. Dalam pelajaran sejarah misalnya, kita tidak mungkin memperoleh suara asli Patih Gajah Mada, melalui program audio, secara imajinatif kita bisa menghadirkan suara tokoh Gajah Mada yang gagah berani dan patriotik. Program ini bisa digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan afektif kepada siswa sehingga memberikan kesan mendalam di hati sisa.
Adapun kelemahannya :- Daya jangkaunya terbatas, bisa didengarkan secara massal (kecuali
disiarkan melalui radio)- Jika jumlah sasarannya sedikit dan hanya sekali pakai, maka biaya
produksi menjadi mahal - Cenderung verbalistik karena semua informasi hanya disajikan melalui
suara, sehingga sulit dipergunakan untuk menyajikan materi yang bersifat sangat teknis, praktek dan eksak.
![Page 85: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/85.jpg)
85
D. Kriteria Pemilihan Media Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan sebagai berikut: 1. Tujuan 5. Biaya 2. Sasaran didik 6. Ketersediaan 3. Karakteristik media yang bersangkutan 7. Konteks penggunaan 4. Waktu 8. Mutu teknis
Ada beberapa prinsip umum yang perlu kita perhatikan dalam memanfaatkanmedia pembelajaran, yaitu :Setiap jenis media, memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak ada satu jenis
media yang cocok untuk semua macam proses belajar dan dapat mencapai semua tujuan belajar. Ibaratnya tidak ada satu jenis obat yang manjur untuk semua jenis penyakit.
- Penggunaan beberapa macam media secara bervariasi memang perlu. Namun harap diingat, bahwa penggunaan media yang terlalu banyak sekaligus dalam suatu kegiatan pembelajaran, justru akan membingungkan siswa dan tidak akan memperjelas pelajaran. Oleh karena itu, gunakan media seperlunya.
![Page 86: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/86.jpg)
86
- Penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif. Lebih baik menggunakan media yang sederhana yang dapat mengaktifkan seluruh siswa daripada media canggih namun justru membuat siswa kita terheran-heran pasif
- Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam penyusunan rencana pelajaran. Tentukan bagian materi mana yang akan kita sajikan dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan teknik penggunaannya
- Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong saja. Jika siswa sadar bahwa media yang digunakan hanya untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan selalu muncul setia kali guru menggunakan media.
- Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaan media. Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses kegiatan belajar mengajar tidak efektif dan efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini terutama perlu diperhatikan ketika kita menggunakan media elektronik
![Page 87: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/87.jpg)
87
KESIMPULAN
Manfaat media pembelajaran 1. Menyampaikan materi pembelajaran dapat diseragamkan 2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik 3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif 4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga 5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa 6. Proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja 7. Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar 8. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Kriteria pemilihan media 1. Tujuan 5. Biaya 2. Sasaran didik 6. Ketersediaan 3. Karakteristik media yang bersangkutan 7. Konteks penggunaan 4. Waktu 8. Mutu teknis
![Page 88: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/88.jpg)
88
BAB VIEVALUASI DALAM PEMBELAJARAN PPKN
Kompetensi Dasar Mahasiswa mengetahui evaluasi dalam pembelajaran PKN, serta dapat membuatalat evaluasi baik ‘test’ maupun ‘non tes’.
Indikator Mahasiswa dapat :- Menjelaskan pengertian evaluasi dalam pembelajaran PKN - Membuat bagan pembagian alat evaluasi (tes-nontes)- Menganalisis kelebihan dan kekurangan alat evaluasi ‘non tes’- Menganalisis kelebihan dan kekurangan alat evaluasi ‘tes’- Membuat alat evaluasi ‘tes’ sesuai pokok bahasan yang akan dibawakan saat
micro teaching- Membuat alat evaluasi ‘non tes’ sesuai pokok bahasan yang akan digunakan
saat micro teaching/peer group
![Page 89: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/89.jpg)
89
Media :- Bagan alat evaluasi - Contoh-contoh alat evaluasi ‘tes’ maupun ‘non tes’- Power point/OHP transparansi tentang alat evaluasi
Sumber lain :- Buku/referensi lain yang relevan - Bahan-bahan evaluasi “UN”, EBTANAS, tes lokal - Koran/majalah tentang “polemik” atau evaluasi - Buku “teknik pembuatan alat evaluasi “tes”
Penilaian adalah proses memperoleh informasi, untuk tujuan-tujuan pengambilan keputusan tentang kebijaksanaan pendidikan, tentang kurikulum dan program pendidikan atau tentang kegiatan belajar siswa (AFT, 1989). Evaluasi dalam pembelajaran social studies dilakukan secara continue, utuh, menyeluruh. Baik evaluasi proses maupun hasil alat evaluasi berupa tes dan non tes.
![Page 90: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/90.jpg)
90
- Lisan Tes subjektif
Tes - TertulisTes objektif
- Tes Perbuatan
Alat Evaluasi - Observasi
- Daftar Cek (Check List)
- Temu Wicara (Conference)
Non Tes - Catatan Harian (Anecdotal record)
- Hasil Karya Siswa (Work Samples)
- Rangkuman pengalaman (Experiences
Summaries)
- Daftar Catatan Harian (Diaries and Logs)
![Page 91: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/91.jpg)
91
A. Tes
1. Tes Lisan : Dalam tes ini peserta tes langsung berhadapan dengan pemberi tes atau penguji. Soal diajukan untuk pengujian secara lisan dan dijawab secara lisan pula oleh orang-orang yang dites.
2. Tes Tertulis : Tes tertulis adalah bentuk tes yang paling banyak digunakan. Tes tertulis dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes subjektif dan tes objektif. Keuntungan tes tertulis antara lain waktu yang digunakan sangat efisien, seluruh peserta tes memperoleh soal yang sama dan menerima beban tes yang sama. Objektivitas dapat terjamin, butir soal tes yang dibuat dapat mengungkapkan cukup luas materi.
B. Beberapa bentuk alat evaluasi non tes diantaranya :1. Observasi 5. Hasil karya siswa (works samples)2. Daftar cek (checklist) 6. Rangkuman pengalaman (Experience)3. Temu wicara (conference) 7. Daftar catatan harian (diaries and logs)4. Catatan harian (anecdotal records)
![Page 92: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/92.jpg)
92
1) Observasi
Teknik ini merupakan yang “terbaik” dalam melihat kemajuan dan mengidentifikasi kebutuhan belajar mahasiswa. Penggunaan observasi sebagai teknik evaluasi mensyaratkan :a. Ketepatan dan kejelasan ciri-ciri perilaku (behavioral traits) dan kemampuan-
kemampuan apa yang hendak dievaluasi b. Ketepatan dalam memilih mahasiswa untuk keperluan observasi intensif dan
untuk keperluan observasi “in general”.c. Hasil-hasil observasi harus dicatat dan tidak sekedar diingat dalam pikiran.
Namun harus disadari bahwa observasi merupakan teknik evaluasi yang sangat tinggi tingkat “ketidakpercayaannya”.
2) Daftar Cek (checklist)
Teknik ini dapat digunakan untuk mengakses kinerja kelompok maupun individual. Sangat baik digunakan dalam aktivitas pelaporan kelompok maupun individual, presentasi informasi-informasi baru, penggunaan bahan-bahan visual oleh mahasiswa, bahkan untuk keperluan evaluasi diri mahasiswa. Penggunaannya dapat dipadukan dengan teknik observasi, sehingga akan dicapai tingkat reliabilitas dan objektivitas yang lebih tinggi. Bentuk umum digunakan dalam teknik ini adalah “skala-jenjang perilaku” (behavior rating scales).
![Page 93: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/93.jpg)
93
3) Temu Wicara (conference)
Teknik temu wicara ini dapat mengajarkan kepada mahasiswa bagaimana mereka melakukan evaluasi terhadap pekerjaannya sendiri, yang sangat penting artinya bagi proses pengarahan diri “self direction”. Temu wicara antara dosen dan mahasiswa sangat membantu dalam mengungkapkan persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan belajar mahasiswa.
4) Catatan Harian (anecdotal record)
Catatan harian sebagai deskripsi berbagai kejadian dan situasi kehidupan siswa, merupakan koleksi dan sumber yang lengkap mengenai perilaku mahasiswa dan perubahannya dalam suatu kurun waktu tertentu.
5) Hasil Karya Siswa (works samples)
Pemilihan contoh (sampel) hasil karya mahasiswa untuk keperluan evaluasi harus dilakukan dengan mengambil sampel yang mengindikasikan “status” mahasiswa pada titik-titik tertentu dalam kurun waktu tertentu.
![Page 94: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/94.jpg)
94
Pengambilan contoh-contoh karya mahasiswa pada “setiap titik status tertentu” dari rentang waktu tertentu, tidak semua mahasiswa selesai membuat sebuah karya ini. Untuk menghindari terjadinya ‘kehamparasaan’ (imperceptible) yang tidak memberikan sedikitpun makna terhadap perubahan status yang terjadi di dalam kinerja mahasiswa. Dengan kata lain harus ada waktu interval diantara dua contoh karya yang mengidentifikasikan bukti perubahan.
6) Rangkuman Pengalaman (experience summaries)
Pada dasarnya rangkuman pengalaman ini dikonstruksi atas kerjasama dosen dengan kelas. Digunakan untuk mengevaluasi pengalaman tunggal yang terjadi setelah melakukan kegiatan kelas. Contoh: setelah melakukan widyawisata, untuk IPS dapat juga mahasiswa mengunjungi Lab IPS terpadu di situs Ratu Boko Yogyakarta. Di sana dapat dilihat dari aspek geografi adanya “patahan” dan perubahan-perubahan bentuk fisik bumi.
![Page 95: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/95.jpg)
95
Aspek politik lokasi ini dalam “perebutan wilayah” antara Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang masing-masing mengklaim itu sebagai wilayahnya. Aspek sejarah adanya Candi Prambanan. Aspek modern kompleks ini dijadikan objek wisata. Aspek sosiologis diantaranya adanya status sosial dan lain sebagainya.
7) Daftar Catatan Harian diaries and logs)
Seperti halnya rangkuman pengalaman, daftar catatan harian ini berbasis “kesinambungan”. Teknik ini dapat digunakan untuk mereview dan mengecek rencana-rencana sebelumnya, dan keputusan-keputusan yang dibuat sebagai unit kemajuan. Secara prosedural teknik ini dilakukan pada setia akhir tahapan pelaksanaan suatu unit tertentu.
![Page 96: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/96.jpg)
96
Kesimpulan • Penilaian adalah proses memperoleh informasi, untuk tujuan pengambilan
keputusan tentang kebijaksanaan pendidikan, kurikulum, program pendidikan, kegiatan belajar siswa (AFT, 1989)
• Bentuk alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan mahasiswa, alat evaluasi :Tes - Lisan - Tes objektif
- Tertulis -Perbuatan/penampilan/performance
- Tes subjektif Non Tes :
- Observasi - Daftar cek (check list)- Temu wicara (conference)- Catatan harian (anecdotal record)- Hasil karya siswa (work samples)- Rangkuman pengalaman (experiences
summaries)- Daftar catatan harian (diaries and logs)
![Page 97: 21784060 interaksi-belajar-mengajar](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022052400/5599dde41a28abed5d8b484b/html5/thumbnails/97.jpg)
97
Selesai