2. compounding & dispensing & (kuliah 2)

65
Compounding & Dispensing Fungsi & Tanggung Jawab Apoteker PSPA-STFB 2013

Upload: dprayetno

Post on 31-Dec-2015

518 views

Category:

Documents


51 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Compounding& Dispensing

Fungsi & Tanggung Jawab Apoteker

PSPA-STFB2013

Page 2: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

OUTLINE

Pengertian

BentuK Praktek Farmasi

Kegiatan Compounding & Dispensing

Tanggung Jawab Profesional

Page 3: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Pustaka

Herfidal, E.T., Gourley, D.R, 2000, Textbook of Therapeutic Drug and Disease Management, 7th ed., W & W Publisher, Philadelphia

Allen, L.V., 2002, The Art , Science and Technology Pharmaceutical Compounding, AphA, Washington

Swinghammer, TI., 2002, Pharmacoterapy casebook a Patient-Focused Approach, 5th ed., Mc-Graw-Hill, New York

Winfield, A.J., Richards, R.M.E., 2004, Pharmaceutical Practice, 3rd ed., Livingstone, New York

WHO, 1996, God Pharmacy Practice (GPP) in Community and Hospital Pharmacy Settings

ASHP, 2001-2002, Best Practices for Health-System Pharmacy, Position and Guidance Documents of ASHP

Meldrum, H, 1984, Interpersonal Communication in Pharmaceutical Care, Pharmaceutical Product Press, New York-London-Norwood

Anonim, SK Menkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004

Page 4: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Pengertian

Compounding = Pencampuran, Peracikan

Dispensing = Penyerahan, PemberianPraktek Farmasi = Kegiatan Apoteker menjalankan profesi- Industri Farmasi- Distribusi Farmasi- Farmasi Perapotekan- Farmasi Rumah Sakit- Regulasi Farmasi, - Akademisi, dst.

Page 5: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Definisi Praktek KefarmasianUU No 36/2009

Pasal 108

(1) Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Page 6: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan, sistem kefarmasian tdd 2 kegiatan utama:

a. Dimensi Pelayanan kefarmasian oleh Farmasis sebagai tenaga kesehatan, dan

b. Dimensi Pengelolaan Obat sebagai produk barang kesehatan

FARMASI ≠ OBAT SBG BARANG

= SISTEM YANG MENJAMIN PROSES

OBAT MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

KONSEP BARU

Page 7: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

7

Mempunyai mutu, keamanan dan khasiat yang dapat diterima Diproduksi dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB/cGMP)Didistribusikan dengan Cara Distribusi Obat yang Baik (GDP)Disimpan dengan Cara Penyimpanan yang Baik (GSP)Memiliki penandaan/informasi produk yang rasionalDipromosikan secara obyektif, tepat dan akurat.Diberikan dan digunakan dengan Cara Pelayanan yang Baik (GPP)

Kriteria Obat & Pedoman

Page 8: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Bentuk Praktek Farmasi Pendekatan Sistem

Fokus pada Kondisi Kerja Individual

Page 9: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Bentuk Praktek Farmasi Pendekatan Sistem

Fokus pada Kondisi Kerja Individual

Page 10: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Where to Start???

Page 11: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Tanggung Jawab PROFESSIONALDispensing Obat

PSPA-STFB

2013

Page 12: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

TANGGUNG JAWAB PROFESIONALDALAM COMPOUNDING & DISPENSING OBAT

1. Pendahuluan2. Penerimaan Resep3. Mengkaji kelengkapan Resep4. Penetapan “data base” Profil Penderita5. Penapisan P3 untuk penggunaan obat

bersamaan6. Seleksi Dosis dan Pengulangan Resep7. Etiket ( labeling)8. Pelayanan obat di sarana pelayanan (rumah

sakit, apotek, dll)

Page 13: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

1. PendahuluanApoteker wajib melaksanakan tugas, fungsi &

tanggung jawabnya yaitu melakukan Cara Dispensing Obat yang Baik (CDOB), antara lain :

1. Memastikan kebijakan & prosedur diikuti2. Mengkaji resep / order3. Merekam & mengkaji P34. Memeriksa akurasi dosis5. Memeriksa kelengkapan informasi pada

etiket6. Melakukan pengendalian obat 7. Memastikan teknik yang baik dalam

meracik obat & pencampuran IV

Page 14: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

8. Mempertahankan kompetensi profesional (pengetahuan tentang obat, stabilitas & kompatibilitas

9. Memastikan personel baru dilatih dengan baik

10. Memberikan informasi obat yang diperlukan dokter, apoteker, perawat & pasien

11. Mengkomunikasikan kepada semua staf mengenai pengembangan baru bidang dispensing dan evaluasi personel

12. Mengkoordinasikan kebutuhan farmasi menyeluruh dari ruang perawatan pasien dengan bidang dispensing

Page 15: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

2. Penerimaan Resep

Resep adalah :Permintaan (tertulis) dari dokter, dokter gigi,

dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan/membuatkan obat dan menyerahkannya kepada penderita

Resep benar / rasional :Resep yang memenuhi 6 tepat yaitu : setelah

diagnosa tepat, pemilihan obat tepat sesuai penyakitnya dengan dosis tepat dalam bentuk sediaan tepat,diberikan pada waktu yang tepat dan cara yang tepat untuk penderita yang tepat.

Page 16: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

3. Mengkaji Kelengkapan resepTerdapat 4 bagian utama dalam resep :1. INSCRIPTIO :

= alamat ; mencakup identitas dokter penulis (nama, alamat, SIK/SIP), tempat & tgl penulisan resep dan tanda pembuka resep R/

2. PRAESCRIPTIO := perintah atau pesanan ; mencakup nama obat, bentuk sediaan, jumlah dan dosis obat

3. SIGNATURA= tanda ; yang harus ditulis di etiket obatnya, mencakup nama penderita dan petunjuk mengenai obatnya

4. SUBSCRIPTIO= tanda tangan atau paraf ; tanda resep tersebut sah

Page 17: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

4. Penetapan “Data Base” Profil Penderita

Model data base profil penderita untuk apoteker, meliputi :

1. Demografi2. Terapi obat3. Administratif4. Perilaku/ gaya hidup5. Medik6. Sosial/ ekonomi

Page 18: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Demografi

NamaAlamat Tgl lahirJenis kelaminAgamaPekerjaanBobot & tinggi badan(Hamil)

Page 19: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Terapi Obat

Obat resepObat non-resepObat sebelum masuk rumah sakitObat rumah/jenis produk kesehatan lainRegimen pengobatanKepatuhan pada terapiAlergi obat/ in toleranPerhatian/ pertanyaan tentang terapiPengkajian pengertian terhadap terapi

Page 20: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Administratif

Dokter/ penulis

Apotek/ IFRS

Ruang rawat/ No kamar/ tempat tidur

Formulir persetujuan (informed consent)

No identitas pasien (register)

Page 21: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Perilaku/ gaya hidup

Makanan

Olah raga/ rekreasi

Rokok/ alkohol/ kopi/ zat yang digunakan

Sejarah seksual

Jenis personalitas

Kegiatan harian

Page 22: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Medik

Masalah medik akut/ kronikGejala mutakhir (anamnesa)diagnosisTanda vital/ informasi pemantauan lain yang terpasang di tempat tidurAlergi/ intoleranSejarah penyakit yang laluInformasi laboratoriumProsedur diagnostik/ bedah

Page 23: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Sosial/ ekonomiPengaturan hidup

Latar belakang suku

Finansial/ asuransi

P3

Page 24: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

5. Penapisan P3 untuk penggunaan obat bersamaan

1. POLIFARMASI penggunaan berbagai obat (> 5) secara

bersamaan, dari dua (atau lebih) dokter untuk gangguan kesehatan yang berbeda, biasanya tanpa komunikasi yang tepat antara dokter – pasien.

Memungkinkan terjadinya interaksi obat yang serius (terutama obat – obat)

Perlu juga dikaji penggunaan obat non resep yang digunakan bersamaan pengobatan sekarang

Page 25: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

2. DUPLIKASI TERAPI Dapat terjadi dalam regimen jika dua atau

lebih obat mengandung obat yang persis sama atau efek farmakologi yang mirip

Dapat terjadi jika pasien mendapat resep yang berbeda, satu dengan nama dagang,satu dengan nama generik; pasien awam tidak mengetahui bahwa obat tersebut sama

Duplikasi tidakdikehendaki dapat terjadi jika pasien melakukan pengobatan mandiri (swamedikasi) dan berobat ke beberapa dokter

Duplikasi dapat menyebabkan ROM yang serius, karena lewat dosis.

Page 26: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

6. Seleksi dosis dan Pengulangan resep

Dosis & frekuensi pemberian obat :Untuk setiap obat yang diorder, apoteker memulai dengan regimen dewasa (dosis & frekuensi)Obat2an dgn indikasi multiterapi dpt ditetapkan dosis berbeda utk tiap indikasi, misal : dosis maks propranolol 240mg utk sakit kepala vaskular, 320mg utk angina, 640mg utk hipertensiFaktor lain : umur, tinggi, bobot & status penyakit atau terapi obat bersamaan dapat mempengaruhi regimen harian

Page 27: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Lanjutan : Dosis & frekuensi pemberian obat :Kerusakan fungsi ginjal & hati penting dalam seleksi dosis. Misal : digoksin, harus dimodifikasi berdasarkan umur, fungsi ginjal menurun & terapi bersamaan (kuinidin & verapamil)Obat2an dengan indeks terapi sempit dosis harus diukur secara farmakokinetik utk optimasi efikasi & mengurangi toksisitasObat2an tertentu perlu peningkatan dosis bertahap (tappering up),misal :

Antidepresan trisiklikAnti epileptik tertentu (karbamazepin, asam valproat)ACEI bersama diuretikObat hormonal (kortikosteroid dan levotiroksin)Opiat pada kanker

Page 28: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Pengulangan resep (iterasi) :

Dimungkinkan jika obat tertentu diperlukan pasien untuk jangka waktu lama, tanpa memerlukan kontrol dokter

Sebelum melakukan pemberian iterasi obat, harus diyakinkan kepatuhan konsumsi obat pasien

Perlunya pemantauan atau kontrol dokter menentukan jumlah iterasi

Page 29: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

7. Etiket / Labeling1. Etiket merupakan instruksi tertulis tentang obat

resep yang harus disampaikan kepada pasien2. Stiker yang ditempelkan pada wadah obat

merupakan etiket yang paling tradisional, dengan keuntungan tidak mudah hilang karena melekat, sehingga pasien dapat membaca setiap akan menggunakan obatnya

3. Etiket diperlukan karena ingatan pasien pada instruksi verbal terbatas karena berbagai faktor

4. Instruksi tertulis pada etiket memastikan semua pasien menerima informasi yang lengkap dan seragam, tidak bergantung pada petugas

Page 30: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

lanjutan ……….

Jika resep didispensing untuk seorang pasien, kemudian diwakili atau dikirim pengambilannya, etiket memastikan instruksi tertulis yang jelas dapat diteruskan bersama obat dengan informasi utuh

Instruksi tertulis / etiket meningkatkan kepatuhan pasien pada pengobatan

Jika diperlukan etiket tambahan untuk memperjelas informasi : “kocok dahulu”, “untuk penggunaan luar saja”, “simpan di lemari es”, dll

Page 31: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

8. Pelayanan Obat di Rumah Sakit

Pelayanan obat di rumah sakit mencakup :

1. Pelayanan obat penderita rawat jalan

2. Pelayanan obat penderita ambulatori

3. Pelayanan obat penderita rawat inap :

Diperlukan penetapan sistem distribusi obat yang baik, yaitu : tepat pasien, tepat obat, tepat jadwal, tanggal dan waktu; tepat metoda pemberian, tepat informasi; untuk pasien maupun perawat pemberi obat.

Page 32: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Lanjutan …….

Pasien rawat inap wajib menggunakan obat yang disediakan hanya oleh IFRS, maka IFRS harus melakukan pengendalian pengadaan, mutu, penyimpanan, dispensing, distribusi dan pemantauan penggunaan obat

IFRS harus memenuhi standar minimal untuk dapat melakukan pelayanan farmasi yang baik, sehingga kesalahan pengobatan dapat dihindari.

Page 33: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

BENTUK PRAKTEK PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Alur Produk

Alur Pelayanan

Page 34: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 35: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 36: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 37: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 38: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Medication Management ProcessMedication Use Process

Where Adverse Drug Events Originate ?

Page 39: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Medication Management ProcessWhere Adverse Drug Events Originate

Formulary, purchasing decisions

Inventory management

Dispense/distribute

medication

Obtain Medication-

related History

Document Medication

History

Diagnostic/ Therapeuti Decisions

Made

Medication Ordered

Evaluate order

Select medication

Educate patient

regardingmedication

Order verified

and submitted

Prepare medication

Educate staff

regarding medications

History-Taking

Ordering

Pharmacy Management

Education

Select thecorrect drug for

the correctpatient

Admin.according

toorder and standards

fordrug

Documentadministrat

ionand

associatedinformation

Assess and document

patient response

to medication

according todefined

parameters

Intervene as

indicated for

adversereaction/

error

Administer MedicationMonitor/Evaluate Response Document

Medication Inventory Management

Administration Management

Incident/adverse event

surveillance and

reporting

Surveillance

Source: Adapted from Bates et al.; JAMA 1995;274:29-34

49%

11%

14%

26%

From Computerized physician order entry: costs, benefits and challenges. A case study approach. FCG 2003.

Page 40: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

1.Pabrik

10.Penyiapan obat

Distribusi4.Penyimpanan di R.Racik

3.Penyimpanan di gudang

Pemesanan apotik

2.Penerimaan

6.Penulisan &Penerimaan Resep

5.Penerimaan Instruksi Dr

11Pemanggilan pasien

12.Penyerahan obat

Pemahaman Ketaatan

RANTAI PELAYANAN OBAT

8. Screening Resep

7.Status & Data Pasien

9. Etiket

13Inform/Counseling

MEDICATION ERROR

COUNSELING OBAT

KeteranganScreening resep :• Administrasi error• Pharmaceutical

error• Clinical error

OutcomeMonitoring

Alur Pengadaan Alur Pelayanan

Page 41: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Bagaimana dengan

OT/Jamu gendong?

Page 42: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Pharmaceutical Care …. accent Care ….not Pharmaceuticals

A practice ……is what occurs between the practitioner and the patientA practice in pharmaceutical care, ……involves identifying, resolving, and preventing

DRP that interfere with appropriate, effective, safe and convenient drug therapy taken by patients.

As a pharmaceutical care practice is built, …….the pharmacist applies unique knowledge,

skills, and attitudes to the care of each patient

SK Nomor 1027/MenKes/SK/IX/2004

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Page 43: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

GOOD PHARMACY PRACTICE (CARA PELAYANAN FARMASI YANG BAIK)

WHO mensyaratkan :

a. Peduli terhadap kesejahteraan pasienb. Aktifitas inti farmasis menyediakan obat dan

produk yankesc. Memberikan kontribusi dalam peresepan obat

yang rasional, tepat dan ekonomisd. Tujuan yanfar harus sesuai untuk setiap

individu, terdefinisi secara jelas dan di komunikasikan secara efektif kepada semua pihak yang terkait

Page 44: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

… is the attitude, the value system, the philosophy of practice of practitioner

… is how the practitioner fulfills his or her responsibilities

… is a manner in which practice is executed

… is the modus operandi of the practitioner in health care.

… encompasses both the technical and non technical

aspects of practice

Care

Page 45: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

EXPLOSION OF DRUGS IN THE MARKET

DRUG INFORMATION IN THE MARKET MULTIPLE PRESCRIBER

COMPLEXITY OF DRUG THERAPY

DRUG RELATED PROBLEM AND POTENTIAL MEDICATION ERROR

DRUG RELATED MORBIDITY AND MORTALITY

HIGH HUMAN AND FINANCIAL COST OF DRUG MISADVENTURE

Why .. So… Pharmaceutical Care ?

Page 46: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Differences between

Dispensing Pharmacy and providing Pharmaceutical Care

Dispensing Pharmacy Pharmaceutical Care

Products Business Service (people) business

Objective is to bring product to consumer

Objective is to bring the pharmacist to the patient

Decisions focus on the business Decisions focus on the patient

Inventory generates revenue Patient care generates revenue

Available service supports the product Available product supports the service

Success Measured as number of prescriptions

Success Measured as patient outcomes

Space organized to display and sell products

Space is organized to meet patient’s needs

Records are kept primarily to meet legal requirements concerning the drug product

Documentation supports patient care

Schedule for refill determined by costumer supply of drug product

Schedule for follow-up determined by risk and benefit of drug therapies and needs of patient

Business is passively sought through the generation of prescriptions

Business is actively sought through the requirement of patients

Page 47: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

Apoteker

Adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia

Apotek

Adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat (Permenkes.244/Men.Kes/SK/V/1990)

Adalah sarana kesehatan (UU-Kes.No.23/1992) Diperbarui dengan UU No 36/2009 dan PP51/2009 mjd Sarana Praktek Kefarmasian

Surat Izin Apotek (SIA) Kepmenkes 1332/MENKES/SK/X/2002 Adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada

Apoteker untuk menyelenggarakan Apotik di suatu tempat tertentu

Apoteker Pengelola Apotek (APA) Adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA) hanya di 1

apotekApoteker Pendamping (Aping)

Adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker di saat2 ttt memiliki SIPA dan dpt di 3 apotek

Page 48: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

 Berikut adalah beberapa definisi apotek :

 Menurut PP No. 26 tahun 1965 tentang apotek Pasal 1. Yang dimaksud dengan apotik dalam Peraturan Pemerintah ini ialah suatut empat tertentu, dimana dilakukan usaha-usaha dalam bidangfarmasi dan pekerjaan kefarmasianMenurut UU no 41 tahun 90 pasal 1 ayat 2, apotek adalah tempat dilakukannya pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan sediaanfarmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

Menurut Peraturan Menteri No.1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah salah satu tempat tertentu, tempatdilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaanfarmasi dan perbekalan farmasi kepada masyarakat. (Anonim,Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 2002).

Menurut PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13 Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.

Menurut UU No 36 tahun 2009 :……………………………………………

 

Page 49: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

PENGELOLAAN APOTEK

( STANDAR KERJA di Apotek ) ?

Membangun sistem

Melaksanakan kegiatan praktek

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN di APOTEK SK Menkes No. 1027/Menkes/SK/IX/2004

Page 50: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

PERAN APOTEKER DI APOTIK

In a concept

Membangun sistem pelayanan kefarmasian yang mengutamakan kepentingan pasien/klien, dengan sasaran jaminan ECHO (Economical, Clinical & Humanistic Outcomes)

As a Practice

Melaksanakan kegiatan praktek pelayanan meliputi :

* ProfesionalismeManajemen PraktisKomunikasiPencatatan dan Pengelolaan DataPemecahan masalah berdasar aspek klinis

Page 51: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

CONTOH: DAMPAK MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

KematianCacadMembahayakan jiwaTidak sembuhMemperluas penularanKepatuhan penggunaanPenggunaan Obat yang rasionalKepercayaan thdp institusi

Page 52: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

I. Mengelola sarana dan suasana kerja (fasilitas fisik)

I.1. Menetapkan & menerapkan kebijakan & prosedur tertulis tata operasional apotek

I.2. Merancang tata letak fasilitas fisik apotek

I.3. Melakukan review kegiatan di apotek agar sesuai & memenuhi syarat peraturan Perundang-undangan yang berlaku

I.4. Mengembangkan & menetapkan “sistem keamanan” apotek untuk mencegah “pencurian” dan “pengalihan” obat

I.5. Menetapkan, memelihara & mengembangkan sistem inventory semua obat, komoditi farmasi lain di tempat penyimpanan aktif & inaktif

I.6. Menetapkan & melakukan monitoring sistem penyimpanan obat yang benar terutama untuk komoditi farmasi yang cepat rusak

I.7. Mengembangkan & memelihara sistem pemusnahan obat daluwarsa & obat yang sudah tidak diproduksi lagi secara benar & teratur

Wujud kegiatan … ?

Membangun sistem

Page 53: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 54: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 55: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 56: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 57: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 58: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 59: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 60: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 61: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 62: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 63: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 64: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)
Page 65: 2. Compounding & Dispensing & (Kuliah 2)

To be continued…

interpersonal communication in pharmaceutical care

Simulasi & praktek serta studi kasus dalam C & D