compounding and dispensing- resep diabetes melitus

25
TUGAS Compounding and Dispensing “Resep Antidiabetes” Disusun Oleh : REVI NURISMAYUNI 2013001211 TEGUH IMAN SAPUTRA 2013001221 MAYA TANOYO 2013001231 SITI LINDA PERMATASARI 2013001268 WIDYA APRILANI 2013001278 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS PANCASILA

Upload: widya-aprilani

Post on 24-Nov-2015

113 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Pembahasan Resep Diabetes melitus. dimulai dari skrinning resep menurut Permenkes No. 1027 sampai informasi obat.

TRANSCRIPT

TUGAS Compounding and Dispensing

Resep Antidiabetes

Disusun Oleh :REVI NURISMAYUNI

2013001211TEGUH IMAN SAPUTRA

2013001221MAYA TANOYO

2013001231SITI LINDA PERMATASARI2013001268WIDYA APRILANI

2013001278PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2014BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit degeneratif , yang menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian pada kategori penyakit tidak menular. Berdasarkan penelitian kualitatif dalam laporan yang berjudul Blueprint for Change disebutkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus di Indoneisa mencapai 7,6 juta orang.

Hasil studi dari International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2012 menyatakan bahwa penderita diabetes melitus di seluruh dunia mencapai 371 juta orang. . Adapun Indonesia masuk dalam urutan ketujuh negara dengan penderita diabetes terbanyak. Posisi pertama adalah Cina dengan 92,3 juta penderita, India sebanyak 63 juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa, Brasil 13,4 juta jiwa, Rusia 12,7 juta jiwa, Meksiko 10,6 juta jiwa, dan Indonesia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 7,6 juta orang.Apoteker, terutama bagi yang bekerja disektor kefarmasiankomunitas memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Mendapingi, memberikan konseling dab bekerja sama erat dengan penderita dalam penatalaksanaan diabetes sehari-hari khususnya dalm terapi bat merupakan salah satu tugas profesi kefarmasian. Walaupun Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan Diabetes Mellitus (DM)memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi nn obat dan terapi obat.BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISI

Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufiensi fungsi insulin. Insufiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).B. KLASIFIKASI

1. Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau DM tipe I

Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel Langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulin fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak pulau Langerhans di pankreas. Kelainan berdampak pada penurunan fungsi insulin.

2. Non Independent Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) DM tipe 2

Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi juga dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemia selama stress.

3. Diabetes melitus tipe lain

DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena penyakit lain : penyakit pankreas, hormonal, endokrinopati, kelainan reseptor insulin, sindrom genetik tertentu.4. Impaired glukosa tolerance (gangguan toleransi glukososa)

Kadar glukosa antara normal dan diabetes.5. Gestational diabetes melitus

Merupakan intoleran glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat hingga mencapai 3 kali lipat dari kedaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemia. Resistensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesterone, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi aktivitas insulin.

C. PATOFISIOLOGI

Pada diabetes terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit meningkat. Namun demikian, jka sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan isulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes melitus tipe 2. Meskipun demikian terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang cukup untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketasidosis tidak terjadi pada DM tipe 2.

D. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien DM yaitu :

a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)

b. Polidipsia (peningkatan rasa haus)

c. Polifagia (peningkatan rasa lapar)

d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

e. Kesemutan

f. Kelemahan tubuh

g. Luka/bisul yang tidak sembuh-sembuh

h. Gangguan penglihatan

E. TERAPI

Didalam penatalaksanaan pengobatan Diabetes Melitus sudah tentu diperlukan suatu pelayanan kesehatan yang terpadu. Dalam hal ini apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya berperan dari aspek pelayanan kefarmasiannya dalam rangka menerapkan Pharmaceutical Care sebagaimana mestinya.

Penatalaksanaan terapi diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama yaitu :

1. Menjaga agar kadar glukosa plasma dalam kisaran normal

2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetesTerapi Non Farmakologik

A. Pengaturan diet

Diet yang baik merupkaan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kecakupan gizi baik sebagai berikut :

Karbohidrat: 60-70%

Protein

: 10-15%

Lemak

: 20-25%

jumlah kalori yang disesuaikan dengan pertunbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

B. Olahraga

Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olahraga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olahraga berat, olahraga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.Terapi Farmakologik

Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya.

BAB III

PEMBAHASAN

A. RESEP

ANALISA RESEP

B. SKRINING RESEP

1. Persyaratan Administratif :

1) Nama Dokter

: dr. Dante Saksono H. SpPD

2) SIP Dokter

: No. 1.2.01 3171 02395742006/02.12.23) Alamat Dokter

: Rumah Sakit MMC Jakarta

4) Tanggal penulisan R/: -

5) TTD / paraf dokter : -

6) Nama Pasien

: Tn. Michael Trisno Lilistyo

7) Alamat Pasien

: -

8) Umur Pasien

: -

9) Jenis Kelamin

: Laki - Laki

10) Berat Badan Pasien: -2. Kesesuaian Farmasetik

No. Keterangan Amaryl 4 mg Levemir CPG Lipitor Urdaflak

1. Bentuk Sediaan Tablet Larutan Injeksi (flexpen) Tablet Tablet Kapsul

2. Dosis Sesuai DLSesuai DL Sesuai DLSesuai DLSesuai DL

3. Frekuensi 1x Sehari 1xSehari 1xSehari 2xSehari

4. Kekuatan 4 mg Glimepiride Insulin Determine 100U/ml x 3 ml flexpen Clopidogrel 75 mg Atorvastatin 10 mg Orsodeoxycholic Acid 250 mg

5. Stabilitas - - - - -

6. Inkompabilitas - - - - -

7. Cara dan lama Penggunaan Oral 35 hari InjeksiSesuai kebutuhan Oral 35 hari Oral 35 hari Oral35 ari

3. Aspek Klinis

1) Alergi

: Tidak ada riwayat alergi karena tidak tertulis

2) Efek samping: Ada dispesialite Obat

3) Interaksi Obat: -

4) Kesesuaian Dosis : (pada tabel)No Nama Obat Kesesuaian Dosis

1 Amaryl Dosis Lazim (BNF 57 Hal 377) Dosisi Awal 1 mg/hari (disesuaikan dengan respon pd Tahap pemberian interval 1 mg pada minggu 1-2) Dosis Maksimum 4 mg/hari (Kejadian Luar biasa 6mg/hari) Diminum Secepatnya.Dosis Resep1 hr = 4 mg *Jadi Sesuai dengan Dosis Lazim

2 Levemir Dosis Lazim (BNF 57 Hal 372)Dengan injeksi subkutan, DEWASA dan ANAK lebih dari 6 tahun, sesuai dengan kebutuhanDosisi Resep 1 hr 40 IU/ml

3 CPG Dosis Lazim (BNF 57 Hal 133)1x /hari = 75 mgDosis Resep1x/ hr = 75 mg*Jadi dosis resep sesuai dengan Dosisi Lazim

4 Lipitor Dosis Lazim (BNF 57 Hal 141)1x /hari = 10 mg ( Dosis Maksimal 80 mg interval 4 minggu)Dosis Resep 1x/hari 10 mg*Jadi Dosis Resep sesuai dengan dosisi Lazim

5UrdafalkDosis Lazim (BNF 57 Hal 68)8-10 mg/kg BB/hari. Biasanya 1x = 250 mg. 1 hari = 2-3x/hariDosis Resep1x = 250 mg : 1 hari = 2 x 250mg = 500mg*Jadi dosis sesuai dengan dosis lazim

C. SPESIALITE OBAT

1. Amaryl 4 Mg Komposisi : Glimepiride 4 mg

Indikasi : Diabetes melitus tipe II yang tidak dapat dikontrol dengan diet, latihan fisik, dan pengurangan BB. Dapat digunakan dengan kombinasi metformin atau insulin.

Dosis : 1 - 8 mg perhari. Dosis per hari dapat ditingkatkan dengan interval 1 - 2 minggu, bertahap 1 mg - 2 mg - 3mg - 4 mg - 6 mg dan pada kasus perkecualian 8 mg.

Kontra Indikasi : Diabetes tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma diabetik, kerusakan ginjal parah, disfungsi hati, hipersensitivitas terhadap sulfonilurea lain dan sulfonamid, kehamilan, laktasi.

Efek Samping : Hipoglikemia, gangguan penglihatan sementara, gangguan GI, kerusakan hati. Jarang : trombopenia, leukopenia, anemia hemolitik, gatal-gatal, ruam.

Interaksi Obat : Kerjanya diperkuat dengan pemberian insulin atau obat antidiabetika oral lainnya, penghambat ACE, allopurinol, steroid anabolik dan hormon seks pria, kloramfenikol, derivat coumarin, cyclophosphamid, disopiramid, fenfluramin, feniramidol, fibrat, fluoxetin, guanetidin, menghambat MAO, kuinolon, salisilat, sulfonamid, sulfinpirazon, tetrasiklin, fenilbutazon. Efek kerjanya diperlemah dengan acetazolamid, barbiturat, kortikosteroid, diazoxid, diuretika, epinefrin, simpatomimetika lain, glukagon, laxativ, asam nikotinat, esterogen dan progesteron, fenotiazin, fenitoin, rifampisin, hormon tiroid, obat-obat penyekat beta menurunkan efek glukosa. Perhatian : Monitoring kadar gula dalam darah dan urin. Gejala hipoglikemia ringan atau tidak adanya gejala hipoglikemia pada pasien dengan neuropatia otonomik atau pasien-pasien yang mendapat obat-obat penyekat beta, clonidin, reserpin, guanetidin atau simpatolitika lainnya.2. Levemir 100U/ml x 3 ml flexpen Komposisi : Insulin Determin Indikasi : Diabetes Mellitus Dosis : 0,2-1 u/kgBB/hari, diberikan secara SK 1-2 x/hari. Diberikan sebelum atau sesudah makan. Untuk pasien yang diterapi denga rejimen 1 x/hari, berikan bersama dengan makan malam atau menjelang tidur. Untuk pasien yang memerlukan pemberian dosis 2 x/hari, dosis malam dapat diberikan bersama makan malam atau menjelang tidur atau 12 jam sesudah pemberian dosis pagi. Individualis berdasarkan respons klinisnya, dosisnya juga harus di adjust berdasarkan pengukuran kadar glukosa darah. Dosis awal Levemir yang direkomendasikan untuk pasien dengan DM tipe I adalah satu sampai tiga kali dari total insulin harian yang diharuskan. Dosis awal yang direkomendasikan untuk pasien dengan DM tipe II yang tidak terkontrol dengan obat antidiabetes oral adalah 10 Unit (atau 0,1-0,2 Unit/kg) satu kali sehari di sore hari atau dibagi menjadi dua kali sehari. Kontra Indikasi : Obat antidiabetik oral, MAOI, penyekat non selektif, ACE inhibitor, salisilat, alkohol, tiazid, glukokortoid, hormon tiroid, simpatomimetik , hormon pertumbuhan, danazol, oktreotid/lanreotid dapat meningkatkan atau menurunkan efeknya. Efek Samping : Hipoglikemia, reaksi pada tempat injeksi3. CPG

Komposisi : Klopidogrel 75 MG Indikasi : Menurunkan kejadian atero sklerotik (infark miokardia, stroke, dan kematian vaskuler) pada pasien dengan riwayat aterosklerosis yang ditandai dengan serangan stroke yang baru terjadi, infark miokardia yang baru terjadi atau penyakit arteri perifer yang menetap. Dosis :

75 mg 1x/hari dengan atau tanpa makanan. Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada pasien lanjut usia atau dengan kelainan fungsi ginjal.

Untuk angina tak stabil 300mg lalu dilanjutkan dengan dosis 75 mg 1x/hari.

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, perdarahan aktif seperti ulkus peptikum atau perdarahan intrakranial, menyusui (1). Efek Samping : Dyspepsia, nyeri perut, diare; perdarahan (termasuk perdarahan saluran cerna dan intrakranial) menurunkan jumlah trombosit; lebih jarang mual muntah gastritis, perut kembung, konstipasi, tukak lambung dan usus besar, sakit kepala, pusing. Interaksi Obat : Analgesik: meningkatkan resiko pendarahan jika klopidogrel diberikan bersama AINS atau asetosal.

Antikoagulan: disarankan untuk menghindari penggunaan klopidogrel dan warfarin secara bersamaan; efek antiplatelet klopidogrel meningkatkan efek antikoagulan kumarin dan fenindoin; meningkatkan resiko pendarahan jika klopidogrel diberikan bersama heparin.

Dipiridamol: meningkatkan resiko pendarahan. Iloprost: meningkatkan resiko pendarahan (1).4. LIPITOR 10 MG

Komposisi : Atorvastatin Indikasi : Sebagai terapi tambahan pada diet untuk mengurangi peningkatan kolesterol total, c-LDL, apolipoprotein B dan trigliserida pada pasien dengan hiperkolestrolemia primer, kombinasi hiperlipidemia, hiperkolesterolemia heterozigous dan homozigous famial ketika respon terhadap diet dan pengukuran non farmakologi lainnya tidak mencukupi. Dosis : Hiperkolesterolemia primer dan campuran 10 mg sekali sehari, bila perlu dapat ditingkatkan dengan interval 4 minggu hingga maksimal 80 mg sekali sehari. Anak 10-17 tahun, dosis awal 10 mg sekali sehari. Hiperkolesterolemia turunan, dosis awalnya 10 mg sehari, tingkatkan dengan interval 4 minggu sampai 40 mg sekali sehari, bila perlu tingkatkan lebih lanjut sampai maksimal 80 mg sekali sehari. Anak 10-17 tahun hingga 20 mg sekali sehari. Kontra Indikasi : Pasien dengan penyakit hati yang aktif dan pada kehamilan (karena itu diperlukan kontrasepsi yang memadai selama pengobatan dan selama 1 bulan setelahnya) dan menyusui. Efek Samping : Insomnia, angio udema, anoreksia, asthenia, neuropati perifer, alopesia, pruritus, ruam, impoten, sakit dada, hipoglikemik, dan hiperglikemik.

Interaksi Obat : Antasid, antipirin, kolestipol, digoksin, eritromisin/klaritromisin, kontrasepsi oral, inhibitor protease. Peringatan: Hindari penggunaan pada penyakit hati yang aktif. Hipotirodisme harus diatasi secara memadai sebelum memulai pengobatan dengan statin. Fungsi hati harus terus diukur sebelum dan selang 1-3 bulan sejak dimulainya pengobatan dan setelah pengobatan dengan selang 6 bulan sampai 1 tahun kecuali jika diindikasikan segera karena adanya gejala hepatotoksisitas. Obat harus dihentikan bila kadar transaminase serum meningkat hingga dan bertahan pada 3 kali batas nilai normal. Statin harus digunakan hati-hati pada pasien dengan faktor resiko miopati atau rabdomiolisis. Pasien harus dinasehati untuk melaporkan nyeri otot yang tidak dapat diketahui penyebabnya.5. URDAFALK

Komposisi : Ursodeoxycholic acid 250 mg Indikasi : Batu empedu kolesterol radiolusen yang diameternya tidak lebih dari 20 mm. Hepatitis kolestatis, hepatitis aktif kronik (sirosis bilier primer/PBC, kolangitis sklerosing primer). Dosis : 8-10 mg/KgBB/hari terbagi dalam 2 atau 3 dosis. Diberikan bersamaan dengan makanan atau susu Kontra Indikasi : Batu kolesterol yang mengalami kalsifikasi, batu radio-opak atau batu radiolusen, pigmen empedu. Kolesistitis akut yang tidak mengalami remisi, kolangitis, obstruksi bilier, pankreatitis atau fistula GI-biliaris. Alergi asam empedu. Efek Samping : Diare, ruam kulit, pruritus, urtikaria, kulit kering, keringat dingin, rambut rontok, mual, muntah, gangguan pencernaan makanan, sakit perut, perut kembung, pusing, letih, nyeri kandung empedu, konstipasi, stomatitis, ansietas(cemas), gangguan tidur, nyeri punggung, depresi, batuk, rinitis, artralgia, mialgia, rasa metal, kolesistitis. Interaksi Obat : Kolesteramin atau Al(OH)3 menghambat penyerapan. Perhatian : Hamil dan LaktasiD. Perhitungan Harga PPN

= 10% Mark up = 25% Biaya pelayanan R/ non racik = Rp. 1000,- Jumlah Obat R/ : Amaryl 4 mg = 35 Tablet Levemir

= 5 Vial CPG

= 35 Tablet Lipitor 10 mg= 35 Tablet Urdafalk

= 70 Kapsul HJA (Tiap Obat) Amaryl 4 mg1 Box = 3 x 10 Tablet = Rp. 234,756- HNA (1 tab) = Rp. 7.825,2 HJA (1 tab)= Rp. 7.825,2 x 1,1 x 1,25

= Rp. 10.760 Levemir 1 Flexpen = 100 iu/ml x 3 ml x 5s = Rp 818.600,- HNA (1 Flexpen) = Rp. 818.600,- HJA (1 Flexpen) = Rp. 818.600,- x 1,1 x 1,25

= Rp. 1.125.575,- CPG

1 Box = 3 x 10 tablet 75mg = Rp. 375.000,-) HNA ( 1 tab)= Rp 12.500,- HJA ( 1 tab)= Rp 12.500,- x 1,1 x 1,25

= Rp 17.200,- Lipitor

1 Box = 3 x 1o tablet = Rp. 437.535,- HNA (1 tab)= Rp 14.585,- HJA (1 tab)= Rp 14.585 x 1.1 x 1.25

= Rp 20.055 Urdafalk

1 Box = 5 x 6 tab = Rp. 214.500,- HNA (1 tab)= Rp 7.150,- HJA (1 tab)= Rp 7.150,- x 1.1 x 1.25

= Rp 9.832Harga Resep Non Racik Amaryl 4 mg = ( Rp 10.760,- x 35 tablet ) + Rp. 1000,-= Rp. 377.600,- Levemir= ( Rp 1.125.575 ) + Rp. 1000,-

= Rp. 1.126.575,- CPG

= ( Rp 17.200,- x 35 tablet ) + Rp 1000,-= Rp. 603.000,- Lipitor 10 mg= ( Rp 20.055,- x 35 tablet ) + Rp. 1000,-= Rp. 702.925,- Urdafalk= ( Rp 9.832,- x 70 tablet ) + Rp. 1000,-= Rp. 689.240,- Total Harga Resep Non Racik= Rp. 3.499.340,- Jadi Harga Resep yang harus dibayar adalah Rp. 3.499.400,-BAB IV

KESIMPULAN

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufiensi fungsi insulin. Terapi DM meliputi : Terapi Non-Farmakologi (diet dan olahraga) Terapi Farmakologi (Obat hipoglikemik oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya)DAFTAR PUSTAKA

MIMS Vol 1. 2008. Penerbit PT Medidata Jakarta. Indonesia

British National Formulary Edisi 57.2009Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan klinik. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Militus. Departemen Kesehatan RI, 2005

RS MMC

Dokter : dr. Dante Saksono H. SpPD

Spesialis Penyakit Dalam

No. 1.2.01 3171 02395742006/02.12.2

Tanggal : -

R/ Amaryl 4 mg No. XXXV

S1dd1 ac pagi

R/ Levemir Fl. V

S1dd40ui pc malam

R/ CPG No. XXXV

S1dd1

R/ Lipitor 10 mg No. XXXV

S1dd1

R/ Urdafalk No. LXX

S2dd1

Pro : TN. MICHAEL

Umur : -

No. Med. Rec : 66 60 00