184472913 “faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penyembuhan-luka-pada-pasien-post-sectio-caesarea
TRANSCRIPT
Kamis, 04 Februari 2010
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSUD Solok Tahun 2009
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan
kesadaran, Kemajuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat bahagia dan
negara indonesia yang ditandai oleh pendukungnya, Hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal seluruh
wilayah Republik Indonesia. Sasaran pembangunan kesehatan menuju Indonesia yang
sehat 2010 adalah perilaku hidup sehat yaitu secara bermakna jumlah Ibu memeriksakan
diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 1999)
Disektor kesehatan sendiri, upaya kesehatan yang dilakukan akan lebih mengutamakan
upaya kuratif, promotif tanpa meninggalkan preventif dan rehabilitatif. Tindakan bedah
sectio caesarea merupakan upaya untuk mengobati (kuratif) suatu penyakit atau
meringankannya untuk dapat menyelamatkan nyawa ibu maupun janin. Bedah caesar
kadang menjadi alternatif persalinan yang mudah dan nyaman. Anggapan ini membuat
mereka memilih persalinan cara ini dari pada alami, meskipun tanpa indikasi medis. (Dini
Kasdu, 2003 : 3)
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan
Chamberlain (1968), indikasi sectio caesarea yang terbanyak adalah disproporsi repalo
peluik (21%), sedangkan indikasi lain adalah gawat janin (14%), plasenta pravia (11%),
pernah sectio caesarea (11%), Incoordinate Uterine Action (9%), preeklamsi dan
hipertensi (7%). (Hanifa Wiknjosostro, 1994), namum berkat kemajuan antibiotik,
transfusi darah, anastesi dan teknik operasi lebih sempurna kecendrungan untuk
melakukan operasi ini tampa dasar indikasi yang cukup kuat.
Survei sederhana pernah dilakukan oleh Prof. Dr Gulardi dan dr. A. Basalomah terhadap
64 rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993. hasilnya, tercatat 17.665 kelahiran yang
dikutip dari majalah Ayah Bunda No. 3/February 2001. Dari angka kelahiran tersebut,
sebanyak 19,5-27,3% diantaranya merupakan operasi caesar karena adanya komplikasi
cephalo pelvic disprortion/CPD (ukuran lingkar pinggul ibu tidak sesuai lingkar kepala
janin). Berikutnya, operasi caesar akibat perdarahan hebat yang terjadi selama persalinan
sebanyak 11,8-21% dan kelahiran caesar kerena janin sungsang berkisar 4,3-8,7% (Dini
Kasdu, 2003 : 4)
Data lain yang didapat dari RSUP N Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tahun 1999-2000,
Menyebutkan bahwa dari jumlah persalinan sebanyak 404 perbulan, 30% diantaranya
merupakan persalinan caesar, 52,5% adalah persalinan spontan, sedangkan sisanya
dengan bantuan alat seperti vacum dan forsep. Berdasarkan persentase kelahiran caesar
tersebut, 13.7% disebabkan oleh gawat janin (denyut jantung janin lemah menjelang
persalinan) dan 2,4% karena ukuran janin terlalu besar sehingga tidak dapat melewati
pinggul ibu. Sisanya, sekitar 13,9% opersi caesar dilakukan tampa melakukan
pertimbangan medis. (Dini Kasdu, 2003:6)
Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan dinding abdomen atau uterus yang
masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28
minggu (Ida Bagus Manuaba, 1999 : 229). Perawatan yang dibutuhkan oleh pasien post
op sectio caesarea menurut subiston (1992:107) membutuhkan perawatan inap sekitar 3–
5 hari, penutupan luka insisi sectio caesarea terjadi pada hari ke-5 pasca bedah, luka pada
kulit akan sembuh dengan baik dalam waktu 2–3 minggu sedangkan luka fasia abdomen
akan merapat dalam waktu 6 minggu, tapi tetap terus berkembang makin erat selama 6
bulan, tendon atau ligomentum membutuhkan waktu sekurang–kurangnya 3 bulan untuk
peyembuhan awal dan terus makin kuat dalam waktu lebih dari 1 tahun (Subiston, 1998 :
147)
Faktor–faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri
dari oksigenasi, hematoma, teknik operasi. Sedangkan faktor umum terdiri dari usia,
nutrisi, steroid, sepsis dan obat–obatan (Subiston, 1992:148). Faktor lainnya adalah gaya
hidup klien dan mobilisasi (Kozler, 1995:1361)
Sesuai dengan paradigma sehat dan tanpa meninggalkan upaya pemulihan kesehatan
penderita, perlu adanya mobilisasi dini secara bertahap bagi pasien post operatif sectio
caesarea selama di rumah sakit. Mobilisasi dini merupakan suatu tindakan rehabilitatif
(pemulihan) yang dilakukan setelah pasien sadar dari pengaruh anastesi dan sesudah
operasi. Mobilisasi berguna untuk membantu dalam jalannya penyembuhan luka (Rustam
Moctar, 1992:179).Menurut Ruth Jhonson dalam bukunya Buku Ajar Praktik Kebidanan
(2005:370) bahwa penambahan usia berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka
sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang
lebih lambat dan penurunan aktifitas fibroblas. Disamping itu nutrisi juga merupakan
aspek yang paling penting dalam pencegahan dan pengobatan luka. Oleh karena itu
peranan nutrisi dalam perawatan luka adalah kunci untuk intervensi (Suriadi, 1995:85)
dimana abnormal penyembuhan luka dikaitkan dengan protein, kalori–mainutrisi
daripada kekurangan salah satu unsur nutrisi.
Dilihat dari data di ruang kebidanan RSUD Solok pada bulan Juli 2008 sampai Januari
2009 tercatat jumlah ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea sebanyak 130 orang
(32,3%) dari 402 pasien yang melakukan persalinan. Rata-rata lama hari pasien post
sectio caesarea dirawat antara lain 6 pasien lama rawatannya berkisar antara hari ke-9
sampai hari ke-11, 67 pasien dirawat berkisar antara hari ke-6 sampai hari ke-8, 60 pasien
dirawat berkisar antara hari ke-3 sampai hari ke-5. Dari data didapatkan bahwa rata-rata
lama hari rawat pasien post sectio caesarea berkisar antara hari ke-6 sampai hari ke-8.
Sedangkan menurut Dini Kasdu (2003:29) dalam bukunya Operasi Caesar, Masalah dan
Solusinya, lama rawatan untuk pasien post sectio caesarea normal sekitar 3-5 hari
Berdasarkan masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Faktor–faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka pada Pasien Post
Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSUD Solok Tahun 2009” .
Rumusan Masalah
Masih adanya pasien post sektio caesarea yang dirawat lebih dari 5 hari dan belum
diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post
sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok Tahun 2009.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Apakah ada hubungan antara usia dengan proses penyembuhan luka pada pasien post
sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok ?
Apakah ada hubungan antara nutrisi dengan proses penyembuhan luka pada pasien post
sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok ?
Apakah ada hubungan antara mobilisasi dini pasien dengan proses penyembuhan luka
pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok ?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka pada pat post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok.
Tujuan Khusus
Diperoleh gambaran tentang proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea
di ruang kebidanan RSUD Solok
Diperoleh gambaran tentang usia pesien terhadap proses penyembuhan luka pada pasien
post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Diperoleh gambaran tentang pemenuhan nutrisi pesien terhadap proses penyembuhan
luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Diperoleh gambaram tentang mobilisasi dini pasien terhadap proses penyembuhan luka
pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Diperoleh informasi tentang hubungan antara usia pasien dengan proses penyembuhan
luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Diperoleh informasi tentang hubungan antara pemenuhan nutrisi pasien dengan proses
penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD
Solok
Diperoleh informasi tentang hubungan mobilisasi dini pasien dengan proses
penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD
Solok
Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan di bangku perkuliahan tentang riset
dan keperawatan medikal bedah serta ilmu lain yang mendukung
Bagi Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumah sakit tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea
Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi institusi
pendidikan khususnya bagi mahasiswa Poltekes Jurusan Keperawatan sebagai data
pendukung bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian dalam bidang yang sama.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di ruang kebidanan RSUD Solok pada bulan Juni 2009
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sectio
caesarea, dimana terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel
dependen yaitu penyembuhan luka pada pat post sectio caesarea dan variabel
independennya yaitu : usia, nutrisi, dan mobilisasi dini pesien dengan populasinya
seluruh pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Luka
Pengertian
Luka adalah keadaan hilangnya atau terputusnya kontuinitas jaringan (Arif
Mansur, dkk. 2000)
Luka adalah kerusakan dalam keutuhan jaringan tubuh yang dapat bersifat
internal dan eksternal, luka juga merupakan cidera yang mendasar (Muriel, 1993).
Macam-macam Luka
Luka Tertutup
Luka tertutup adalah luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak rusak
seperti terkilir, patah tulang dan sebagainya.
Luka Terbuka
Luka terbuka adalah dimana kulit atau jaringan selaput lendir rusak, kerusakan ini
dapat terjadi karena kesenjangan, seperti pada tindakan operasi. Luka yang tidak dibuat
dengan sayatan merupakan sebab dari kecelakaan kita sebut luka traumatis. Bentuk luka
yang sering muncul :
Luka Bakar
Luka yang disebabkan oleh api atau benda panas lainnya
Luka Robek
Luka dengan tepi tidak beraturan atau compang-camping biasanya karena
goresan benda tumpul.
Luka Tusuk
Luka akibat tusukan benda runcing biasanya kedalaman luka lebih besar dari
pada lebarnya.
Luka Lecet
Cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda
permukaan kasar atau runcing.
Luka sayat
Luka iris yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturan.
Luka Gigitan Binatang
Luka yang disebabkan oleh gigitan binatang seperti gigitan anjing atau ular.
Proses Perawatan Luka
Perprimen adalah peyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi
luka biasanya dengan jahitan.
Persekudan yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan perprimen proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama, luka jenis ini biasanya tetap
terbuka, biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan
terkontaminasi atau terinfeksi, penyembuhan dimulai dari lapisan dalam bentuk
jaringan granulasi.
Pertatiam yaitu perpriman tertunda luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari
setelah tindakan dengan brideman, setelah diyakini bersih tapi luka dipertautkan
4-7 hari. (Arif Mansyur, dkk, 2000)
Proses Penyembuhan Luka
Pengertian
Penyembuhan luka adalah proses dinamis yang mulai pada saat cedera dan
menetap selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah cidera. (Sabiston, 1994 :
102)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Menurut Brunner dan Suddarth (2002:493) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka adalah : usia pasien, penanganan jaringan, hipovolemi,
faktor lokal, defisit nutrisi, benda asing, penumpukan drainase, medikasi, over aktivitas
pasien, gangguan sistemik, status imunosupresi, stresor luka.
Ada lagi faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka menurut Kozler
(1995:1361) yaitu gaya hidup dan mobilisasi.
Sedangkan menurut Ida Bagus Manuaba (1999:227), luka post sektio caesarea
harus mendapatkan perawatan agar dapat mempercepat proses penyembuhan dan juga
untuk mencegah terjadinya infeksi.
Klasifikasi Penyembuhan Luka
Menurut Syamsuhidayat (1997:73) klasifikasi penyembuhan luka dibagi dua
yakni :
Penyembuhan Luka Skunder
Penyembuhan kulit tanpa pertolongan dari luar. Luka akan berisi jaringan
granulasi dan kemudian ditutup oleh jaringan epitel
Penyembuhan Primer
Penyembuhan primer terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya
dengan bantuan latihan.
Perbandingan penyembuhan primer dan skunder menurut Sabiston (1994:104)
Penyembuhan Primer Penyembuhan Skunder
Kehilangan jaringan atau nekrose
sedikit
Biasanya steril
Penyembuhan cepat
Arsitektur jaringan normal
dipertahankan
Kontraksi luka steril
Kontraksi luka steril
Re-epitelasi sedikit
Terdapat nekrosis jaringan
Sering terinfeksi
Penyembuhan lambat
Penyembuhan dengan pembentukan
granulasi dan parut
Luka menutup dengan kontraksi luka
Re-epitelasi area yang tidak dapat
menutup dengan kontraksi
Fase Penyembuhan Luka
Fase inflamasi atau log fase
Berlangsung sampai hari ke-5 akibat luka terjadi perdarahan.ikut keluar trombosit
dari sel-sel radang trombosit mengeluarkan prostaglandin, tromboksam, bahan kimia
tertentu dan asamino tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah mengatur tonus
dinding pembuluh darah dan kemotaksis terhadap leukosit terjadi vasokontriksi dan
proses penghentian perdarahan. Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedesis
dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel masuk mengeluarkan sarotamin dan
histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler, limposit dan monosit menghancurkan
dan memakan kotoran dan kuman pertautan luka sehingga disebut fase tertinggal (Long
Fase).
Fase Proliferasi atau fibroblas
Berlangsung pada hari ke-6 sampai dengan 3 minggu terjadi proses proliferasi dan
pembekuan fibroblas yang berasal dari sel-sel mesankin.
Fibroblas menghasilkan mekopolisakarida dan serat kolagen yang terdiri dari
asam-asam amino glisin, prolin hidroksiprolin. Mokopolisakarida mengatur deposisi
serat-serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tak diperlukan dihancurkan
dengan demikian luka mengkerut dan mengecil.
Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblas, seratkolgen, kapiler-kapiler
membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tak rata disebut jaringan granula.
Epitel sel basal tapi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi dasar luka,
tepatnya diisi hasil mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya berjalan ke permukaan
yang rata atau lebih rendah tak dapat naik, pembentukan jaringan granulasi berhenti
setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah pendewasaan luka
pengeluaran kembali, penyerapan yang berlebihan.
Fase remodeling atau fase resopsi dapat berlangsung berbulan-bulan dan berakhir
bila tanda radang sudah hilang (Suriadi, 2007:10).
Fisiologi Penyembuhan Luka
Menurut Suriadi (2007:13) fisiologi penyembuhan luka seperti bagan di bawah ini
:
Injuri jaringan..
Hemorogik, aktivasi platelet dan degranulasi, aktivasi komplemen, pembekuan dan haemotasis..
Rekrut sel melalui kemotaksis, fogositosis dan debridement..
Pengeluaran sitoksin, dan mediator bioaktif lain, pertumbuhan sel dan aktivasi, reepitelisasi fogositisis dan debridement..
Neovaskularisasi, pembentukan jaringan granulasi, komtraksi luka..
Terputusnya jaringan baru, remodeling ekstraseluler matrik dan penutupan luka..Sectio Ceasarea
2.3.1 Pengertian
Sectio Ceasarea adalah persalinan melalui sayatan dinding abdomen atau uterus
yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari
28 minggu (Ida Bagus Manuaba, 1999:229)
Indikasi Sectio Caesarea
Plasenta previa
Disproporsi sefalo pelvic
Fatal disstress
Riwayat sectio caesarea
Preeklamsia dan hipertensi
Ruptur uteri mengancam
Kelainan letak anak
(Rustam Muchtar, 1999:135)
Klasifikasi Sectio Caesarea
Berdasarkan Jenis Pembedahan
Sectio Caesarea Tranparitnonae Profunda
Sectio Caesara Korporal (Klasik)
Sectio Caesarea Akstra Peritongal
Berdasarkan waktu dilakukan sectio ceasarea
Sectio Caesarea Primer
Direncanakan pada waktu antenatal care
Sectio Caesarea Sekunder
Tidak direncanakan terlebih dahulu sewaktu antenatal care
Komplikasi
Terhadap ibu
Perdarahan
Luka pada dinding kencing
Embolis paru
Ruptur uteri
Terhadap bayi
Kematian perinatal
(Arif Mansyur, 1999:345)
UsiaUkuran keberhasilan pelayanan modern tercermin dari penurunan angka kematian
maternal, sampai pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi
dan situasi setempat serta waktu. (Rustam Muchtar,1998:189)
Disamping itu menurut Ruth Jhonson dalam bukunya Buku Ajar Praktik Kebidanan
(2005:370) bahwa penambahan usia berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka
sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang
lebih lambat dan penurunan aktifitas fibroblas.
Kulit utuh pada orang dewasa muda yang sehat merupakan suatu barier yang baik
terhadap trauma mekanis dan infeksi, begitu juga dengan efisiensi sistem imun, sistem
kardiovaskuler, dan sistem respirasi, yang memungkinkan penyembuhan luka terjadi
lebih cepat. Sistem tubuh yang berbeda “tumbuh” dengan kecepatan yang berbeda pula,
tetapi lebih dari usia 30 tahun mulai terjadi penurunan yang signifikan dalam beberapa
fungsinya, seperti penurunan efisiensi jantung, kapasitas vital, dan juga penurunan
efisiensi sistem imun, yang masing – masing masalah tersebut ikut mendukung terjadinya
kelambatan penyembuhan luka seiring dengan penambahan usia.
(http://diaryasa.blog.friendster.com)
Nutrisi2.5.1 Pengertian
Nutrisi adalah aspek yang paling penting dalam pencegahan dan pengobatan pada
luka. (Suriadi,2007:85)
Fungsi
Adalah untuk penyembuhan dalam seluler, struktur dan proses imun dan pada fase
penyembuhan luka. (Suriadi,2007:85)
Asupan nutrisi yang mempengaruhi penyembuhan luka
Yang mana diperlukan asupan protein, Vitamin A dan C, Tembaga, zinkum, dan
zat besi yang adekuat. Protein mensuplai asam amino,yang dibutuhkan untuk perbaikan
jaringan dan regenerasi, tubuh harus mempunyai suplai protein sebanyak 100 gr perhari
agar dapat menetralisir penyembuhan luka dengan baik. Vitamin A dan zinkum
diperlukan untuk sintesis epitelialisasi, dan vitamin C serta zinkum diperlikan untuk
sintesis kolagen dan integrasi kapiler. Zat besi diperlukan untuk menghantarkan oksigen
ke seluruh tubuh.
Mobilisasi
Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,
teratur dan mencapai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, hal ini penting
untuk kemandrian klien. (Kozleir, 1995)
Mobilisasi berasal dari kata ambulasi dini, yang dimaksud dengan mobilisasi dini
adalah pengembangan secara bertahap/berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya
untuk mencegah komplikasi. (Nancy Raper, 1996:190)
Menurut Nancy Raper (1996) konsep diri mobilisasi mencakup bio mekanisme
yang kompleks dari gerakan, duduk, berdiri, berpindah dari suatu tempat ke tempat lain.
(Nancy Raper, 1996)
Tujuan Mobilisasi Dini
Untuk mencegah beberapa kemungkinan komplikasi akibat tirah baring lama (Kozler,
1995 : 892 )
Agar persendian yang kaku atau pembengkakan yang terjadi pada urat-urat, karena
mobilisasi maka peredaran darah akan bisa menjadi normal kembali (Bahan Ajar
KDM I)
Untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli dan juga dapat mempengaruhi
penyembuhan luka (Rustam Muchtar, 1998:157)
Meningkatkan fungsi paru-paru dengan meningkatkan sirkulasi darah. Hal tersebut
memperkecil resiko penggumpalan darah, meningkatkan fungsi pencernaan dan
menolong saluran cerna agar mulai bekerja (Chrissei G Mundy, 2004 : 2)
Tahap-tahap Mobilisasi Dini
Tahap mobilisasi pada pasien sectio caesarea dengan anastesi umum (RustamMuchtar,
1998:179)
Melakukan nafas dalam segera (5 – 10 menit) setelah sadar dari bius operasi caesarea
dengan cara inspirasi melalui hidung, pada saat ekspirasi pasien membuka mulut
selanjutnya nafas dihembuskan secara perlahan-lahan seperti meniup lilin.
Merubah posisi tidur kekiri dan kekanan, dilakukan 6 – 10 jam setelah operasi sectio
caesarea dengan cara menekukkedua lutut daerah yang luka atau bekas insisi,
ditahan dengan telapak tangan kiri sambil bertumpu pada kaki kanan, dan tangan
kanan berpegang pada sisi tempat tidur begitu juga sebaliknya.
Meregangkan dan mengendorkan tungkai bawah dengan cara menegangkan kedua
telapak kaki, selanjutnya ditahan 1 – 2 menit setelah itu dikendorkan kembali, ini
dilakukan sesuai dengan kemampuan klien.
Tegak dan kuatkan tubuh pada posisi berdiri sampai benar-benar stabil sebelum berjalan
Jika posisi berdiri sudah cukup stabil dan kuat, lanjutkan dengan mencoba melangkah
sedikit demi sedikit, namun dengan beberapa latihan nyeri itu akan berkurang
Pada hari ketiga klien sudah bisa berjalan sendiri dan meninggalkan ruang rawatan
Berbagai Masalah Fisik yang Dapat terjadi Akibat Mobilisasi Dini
Muskuloskeletal
Dimineralisasi tulang yaitu kehabisan kalsium yang memberikan kekuatan dan kepadatan
tulang akibat dari imobilisasi. Dengan tidak beraktivitas proses pengurasan berlangsung,
hal ini karena osteoblas dan pembentukan matriks tulang memerlukan tekanan dan
kolagen dari aktivitas untuk penahan berat badan, serta penarikan otot oleh tulang
berfungsi dimineralisasi terus menerus sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh dan
pada gilirannya dengan mudah terjadi deformitas atau kompresi serta fraktur.
Atropi otot
Tidak menggerakkan otot cendrung terjadi pada ujung terpaut di tempat tidur karena
serabut otot yang tidak berkontraksi selama beberapa waktu akhirnya terjadi pengurangan
ukuran, bila otot dilatih maka ukuran serabut otot bertambah.
Buang air besar
Pasien yang immobilisasi dapat menyebabkan hilangnya reflek defekasi dan kemampuan
ekspulsi fekal disebabkan oleh aktivitas muskulo skeletal. Pada refleks viseral yang
digunakan dalam proses defekasi, kelemahan dan kemunduran refleks defekasi dapat
mengakibatkan defekasi dapat mengakibatkan konstipasi
Masalah pernafasan
Penurunan gerak pernafasan
Akumulasi sekret pada saluran pernafasan
Dada dapat terbatas geraknya karena kehilangan koordinasi otot, barangkali karena otot
tidak digunakan karena agen terminologi tertentu seperti sedativa dan
analgesik. Ekspirasi dada akan lebih terbatas karena posisi atau berbaring.
Gerakan dada juga dapat dibatasi oleh distensi abdomen disebabkan digesti
atau penyebab-penyebab lainnya.
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep
Suriadi (2007:93) dalam bukunya Manajemen Luka yaitu : penyembuhan luka
adalah proses kompleks yang meliputi berbagai macam faktor interaksi untuk perbaikan
normal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang
terdiri dari oksigenisasi, hematoma dan teknik operasi. Sedangkan faktor umum terdiri
dari usia, nutrisi, steroid, sepsis dan obat–obatan (Subiston, 1992:148).
Faktor lainnya adalah gaya hidup klien dan mobilisasi (Kozler, 1995:1361) pasien yang
melakukan kegiatan mobilisasi dini akan membantu dalam jalannya penyembuhan luka
dimana sirkulasi darah yang membawa oksigen dan makanan kedaerah luka berjalan
dengan baik sehingga kemungkinan terjadinya infeksi kecil (Kozler, 1995:1361).
Menurut Ruth Jhonson dalam bukunya Buku Ajar Praktik Kebidanan (2005:370) bahwa
penambahan usia berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka sehubungan dengan
adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan
penurunan aktifitas fibroblas. Disamping itu nutrisi juga merupakan aspek yang paling
penting dalam pencegahan dan pengobatan luka. Oleh karena itu peranan nutrisi dalam
penyembuhan luka adalah kunci untuk intervensi (Suriadi, 1995:85) dimana abnormal
penyembuhan luka dikaitkan dengan protein, kalori–mainutrisi daripada kekurangan
salah satu unsur nutrisi.
Untuk lebih jelasnya hubungan antara variabel independent dan variabel
dependent dapat dilihat pada skema berikut ini :
UsiaNutrisi
Mobilisasi DiniPenyembuhan Luka Post Sectio Caesarea
Variabel independen Variabel dependen
Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
1234
DependenPenyembuhan Luka Pada Pasien Post SCIndependenUsiaNutrisiMobilisasi Dini
Lama waktu penyembuhan luka yang dibutuhkan oleh pasien post SCMasa yang telah dilewati pasien sampai saat dilakukan operasi SCKeadaan nutrisi pasien yang diukur dengan kadar protein darah pasienSuatu kemampuan pasien untuk menggerakkan tubuhnya secara bebas, mudah, teratur dimulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Sesuai dengan tahapan
ObservasiAgketStudi DokumentasiObservasi
KuesionerKuesionerKuesionerKuesioner
OrdinalOrdinalOrdinalOrdinall
NormalSembuh dalam 3-5 hariTidak NormalSemuh > dari 5 hariResikoUsia > 30 tahunTidak ResikoUsia <>NormalJika jumlah protein >100grTidak NormalJika jumlah proein < style="">
Baikjika mengikuti atau melaksanakan semua tahap – tahap dari mobilisasi dini dan ditandai pada hari ke
mobilisasi(hari pertama sampai hari kelima post op SC ).Untuk anastesi spinal terdiri dari 3 item,sedangkan untuk anastesi umu terdiri dari 5 item pertanyaan
3/5 sudah dapat berjalan meninggalkan ruanganKurang Baikapabila tidak mengikuti dari semua tahap mobilisasi
Hipotesis
Ada hubungan antara usia pasien dengan proses penyembuhan luka pada pasien post
sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Ada hubungan antara nutrisi pasien dengan proses penyembuhan luka pada pasien post
sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Ada hubungan antara mobilisasi dini pasien dengan proses penyembuhan luka pada
pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Disain Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan
Cross Sectional“untuk mengetuhui hubungan antara usia,nutrisi, dan mobilisasi dini
pasien terhadap proses penyembuhan luka post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD
Solok. Dimana data yang menyangkut variabel dependen dan independent akan
dikumpulkan dalam waktu bersamaan, alasan peneliti menggunakan rancangan ini adalah
karena tujuan penelitian untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok tahun 2009.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis varibel yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Variabel dependen penelitian ini adalah penyembuhan luka post
sectio caesarea sedangkan variabel independent adalah usia, nutrisi, dan mobilisasi dini
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien post sectio caesarea yang
dirawat di ruang kebidanan RSUD Solok pada tanggal 16 Juni sampai dengan 02 Juli
2009.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pesien post sectio caesarea di ruang
kebidanan RSUD Solok tahun 2009. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling
yaitu seluruh pasien post sectio caesarea saat penelitian bulan Juni dengan kriteria :
Bersedia menjadi responden
4.3.2.1 Mampu berkomunikasi
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang mana untuk variabel
dependent yaitunya penyembuhan luka pada pasien post SC dilakukan dengan cara
observasi. Sedangkan untuk variabel independent yitunya usia dan nutrisi dilakukan
dengan cara studi dokumentasi. Dan untuk mobilisasi dini dilakukan dengan pedoman
observasi yang mana untuk pasien dengan anastesi umum terdiri dari 5 item sedangkan
untuk anastesi spinal terdiri dari 3 item pertanyaan.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data selesai baik secara observasi
maupun pengisian kuesioner, dengan maksud agar data yang dikumpulkan jelas,
kemudian dimasukkan ke dalam master tabel. Adapun langkah-langkah dalam
pengolahan data menurut Arikunto, (1998:208).
Editing Data
Melakukan pengecekan terhadap isian kuesioner apakah jawaban yang sudah dibuat
sudah lengkap, jelas dan jawabannya sudah relevan dengan pertanyaan.
Coding Data
Memberikan kode pada setiap informasi yang sudah terkumpul dari setiap
pertanyaan dalam koesioner untuk memudahkan dalam mengelola data.
Entery Data
Dilakukan secara manual dengan menggunakan master tabel yang telah dibuat terdiri dari
baris dan kolom.
Tabulasi Data
Setelah kuesioner diisi dengan benar, maka data ditabulasikan dan disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi.
CleaningData yang telah dimasukkan dicek kembali untuk memastikan data tersebut telah
bersih dari kesalahan.
Analisa Data
Analisa Univariat
Analisa dilakukan pervariabel penelitian. Variabel yang dimaksud adalah variabel
dependent yaitu penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea dan variabel
independent meliputi usia, nutrisi dan mobilisasi dini.
Untuk variabel dependent :
Penyembuhan luka pada pasien post SC
Dilihat dari hasil observasi bagaimana kondisi luka responden apakah luka
sembuh yaitu luka mengering dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.Yang
mana dikategorikan normal jika luka sembuh dalam waktu 3-5 hari dan di
kategorikan tidak normal jika sembuh dalam waktu > 5 hari
Untuk variabel independent :
Usia
Dari hasil wawancara dan dengan menggunakan kuesioner usia,yang mana
usia dikategorikan beresiko dalam penyembuhan luka pada pasien post SC
adalah responden yang berusia > 30 tahun sedangkan responden yang
dikategorikan tidak beresiko adalah responden dengan usia <>
Nutrisi
Dari hasil studi dokumentasi yang mana di kategorikan normal jka jumlah
kadar protein darah responden > 100 gr dan dikategorikan tidak normal
jika jumlah kadar protein dalam darah klien <>
Mobilisasi dini
Dari hasil observasi dan pengisian kuesioner terdiri dari 2 point yangmana
untuk pasien post SC dengan anastesi umm terdiri dari 5 item sedangkan
untuk anastesi spinal terdiri dari 3 item pertanyaan .Yang mana
dikategorikan baik jika mengikuti atau malaksanakan semua tahap-tahap
mobilisasi dini dan ditandai pada hari 3-5 sudah dapat berjalan
meninggalkan ruangan. Dan dikategorikan kurang baik jika tidak
mengikuti dari semua tahap mobilisasi.s
Analisa Bivariat
Untuk menguji hipotesa apakah ada hubungan antara variabel independent
dengan variabel dependen digunakan uji Chi-square, dengan menggunakan
rumus :
Keterangan :
: Chi-square
: Observasi (yang sebenarnya)
: Nilai yang diharapkan
: Jumlah alternatif
Untuk melihat hasil kemaknaan uji statistik digunakan batas kemaknaan 0,05
sehingga pka nilai P <> 0.05 maka hasil hubungan tersebut tidak bermakna. Bila terdapat
nilai kurang dari lima digunakan rumus kontigensi dengan koreksi yates:
Untuk melihat hasil hitung statistik digunakan batas kemaknaan 0.05 dengan nilai
= 3.841 sehingga nilai P > 0.05 , maka hasil hubungan tersebut tidak bermakna.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah ruang kebidanan RSUD Solok tahun 2009.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2009
Pertimbangan Etik
Sebagai pertimbangan etik maka peneliti perlu meminta persediaan ibu hamil
untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan memberikan informed consent
pada responden dan peneliti juga wajib merahasiakan nama responden dan data yang
diberikan oleh responden pada orang lain.
Prosedur penelitian
Tahap Pra Penelitian
Pemilihan lahan penelitian
Melakukan studi pendahuluan
Melakukan studi kepustakaan
Menyusun proposal dan instrumen penelitian
Mengikuti seminar proposal
Tahap Persiapan
Revisi instrumen
Perbanyak instrumen penelitian
Tahap Pelaksaan Penelitian
Penjelasan tujuan penelitian pada responden
Menyampaikan informed consent pada responden
Pengisian kuesioner oleh responden
Pengumpulan kuesioner dan mencek kelengkapannya
Pembahasan
Penyusunan laporan hasil penelitian
Sidang hasil penelitian
Diposkan oleh irvan sagie di 08:27
MOBILISASI DINI PADA IBU POST SCPosted on 15 Juni 2010 by Aliahani 3 Votes
A. PENGERTIAN MOBILISASI PASCA SC1. Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas / kegiatan.2. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalianan Caesar.B. TUJUAN MOBILISASIMembantu jalannya penyembuhan penderita / ibu yang sudah melahirkanC. MANFAAT MOBILISASI BAGI IBU POST SC1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.a. Dengan bergerak, otot –otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.c. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal.d. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya.Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboliDengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.D. KERUGIAN BILA TIDAK MELAKUKAN MOBILISASI.1. Peningkatan suhu tubuhKarena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.2. Perdarahan yang abnormal
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka3. Involusi uterus yang tidak baikTidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus
E. RENTANG GERAK DALAM MOBILISASIMenurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :1. Rentang gerak pasifRentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien2. Rentang gerak aktifHal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.3. Rentang gerak fungsionalBerguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan.F. TAHAP-TAHAP MOBILISASI DINImobilisasi dini dilakukan secara bertahap (Kasdu,2003)Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea :1. 6 jam pertama ibu post SCIstirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki2. 6-10 jam,ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli3. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk4. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan
G. PELAKSANAAN MOBILISASI DINI1. Hari ke 1 :a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita / ibu sadarb. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.2. Hari ke 2 :a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah dudukc. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkanbelajar duduk selama sehari,
3. hari ke 3 sampai 51) belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.2) Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu.