124231701 low vision referat

33
BAB I PENDAHULUAN Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan, apabila terdapat gangguan pada penglihatan seperti low vision, ini dapat menyebabkan efek negatif terhadap proses pembelajaran dan interaksi sosial sehingga dapat mempengaruhi perkembangan alamiah dari intelegensi maupun kemampuan akademis, profesi dan sosial. Low vision sendiri yaitu suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan optimal (pengobatan, operasi dan koreksi kacamata) penglihatan masih buram (kurang dari 0,3) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat. Angka kejadian kebutaan dan low vision akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi disertai penyebab lain, didapati sekitar 314 juta penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan. Sebanyak 153 juta penduduk dunia mengalami visual impairement yang disebabkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5- 15 tahun dimana prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara. 1

Upload: yanti-wijaya

Post on 24-Oct-2015

94 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: 124231701 Low Vision Referat

BAB I

PENDAHULUAN

Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh

aspek kehidupan, apabila terdapat gangguan pada penglihatan seperti low vision,

ini dapat menyebabkan efek negatif terhadap proses pembelajaran dan interaksi

sosial sehingga dapat mempengaruhi perkembangan alamiah dari intelegensi

maupun kemampuan akademis, profesi dan sosial.

Low vision sendiri yaitu suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan

optimal (pengobatan, operasi dan koreksi kacamata) penglihatan masih buram

(kurang dari 0,3) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi

tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat.

Angka kejadian kebutaan dan low vision akibat kelainan refraksi yang

tidak terkoreksi disertai penyebab lain, didapati sekitar 314 juta penduduk dunia

mengalami gangguan penglihatan. Sebanyak 153 juta penduduk dunia mengalami

visual impairement yang disebabkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi,

sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5-15 tahun dimana

prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara.

1

Page 2: 124231701 Low Vision Referat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Walaupun

secara umum bola mata dikatakan bentuknya bulat atau globe namun bentuknya

tidak bulat sempurna. Orbita adalah tulang-tulang rongga mata yang didalamnya

terdapat bola mata, otot-otot ekstraokular, nervus, lemak dan pembuluh darah.

Tiap-tiap tulang orbita berbentuk menyerupai buah pear, yang bagian posteriornya

meruncing pada daerah apeks dan optik kanal.

Mata terbagi atas dua segmen yaitu segmen anterior yang transparan dan

merupakan 1/6 bagian bola mata dan segmen posterior yang merupakan 5/6

bagian bola mata.

Struktur yang terdapat pada mata yaitu dari anterior ke posterior yaitu

konjungtiva, kornea, sklera, iris, aquous humor, lensa, uvea, badan siliar, vitreous

humor, koroid, retina, dan saraf optik.

2

Page 3: 124231701 Low Vision Referat

2.2. Refraksi

Refraksi adalah suatu fenomena fisika berupa penyerapan sinar yang

melalui media transparan yang berbeda. Sebagai suatu contoh proses refraksi saat

sebuah pensil diletakkan di dalam gelas yang berisi air, maka akan tampak

gambaran pensil di udara tidak lurus dengan yang tampak pada air.

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang

terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata.

Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya

bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media

penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut

sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya

pada keadaan mata yang tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Punctum

Proksimum yang merupakan titik terdekat di mana seseorang masih dapat melihat

dengan jelas. Punctum Remotum adalah titik terjauh di mana seseorang masih

dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang

berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat.

2.3. Media Refraksi

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang

terdiriatas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca).

Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola

mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media

penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut

sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya

pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

2.4. Fisiologi Refraksi

3

Page 4: 124231701 Low Vision Referat

Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam

untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan

suatu bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas

cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengan

kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda.

Dua faktor penting dalam refraksi yaitu densitas komparatif antara 2 media

(semakin besar perbedaan densitas maka semakin besar derajat pembelokan) dan

sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut maka

semakin besar pembiasan). Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan

refraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang

dilalui cahaya sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam

refraktif total karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar

dari pada perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya.

Kemampuan refraksi kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea

tidak pernah berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan

dengan mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat atau

jauh.

Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya

terfokus di retina agar penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus

sebelum bayangan mencapai retina atau belum terfokus sebelum mencapai retina,

bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya yang berasal dari benda

dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas dari sumber

4

Page 5: 124231701 Low Vision Referat

jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki)

dieanggap sejajar saat mencapai mata.

Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan

jarak yang lebih besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada

sumber cahaya jauh, karena berkas dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi

sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu

sama. Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina (dalam

jarak yang sama) harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat.

Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi.

2.5. Low Vision

2.5.1. Definisi

Low vision sendiri yaitu suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan

optimal seperti pengobatan, operasi dan koreksi kacamata tetapi penglihatan

masih buram (kurang dari 6/18) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari

titik fiksasi tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat. Low

vision tidak sama dengan kebutaan. Tidak seperti orang yang mengalami

kebutaan, seseorang yang mengalami low vision masih dapat mempergunakan

penglihatannya. Namun, low vision biasanya mempengaruhi kegiatan atau

aktifitas sehari-hari seperti membaca dan menyetir. Seseorang dengan low vision

mungkin tidak dapat mengenali gambar pada kejauhan atau kesulitan

membedakan warna yang hampir serupa.

Dari pengertian WHO diatas mengenai low vision, dapat disimpulkan hal

sebagai berikut :

- Setelah diobati dan dikoreksi dengan kacamata, masih memiliki kelainan

pada fungsi penglihatnnya.

- Ketajaman penglihatan 6/18 (20/60) sampai persepsi cahaya.

- Lapang pandangnya kurang dari 10 derajat.

- Dapat menggunakan atau berpotensi untuk menggunakan sisa

penglihatannya dalam merencanakan dan melaksanakan tugas sehari-hari.

5

Page 6: 124231701 Low Vision Referat

Walaupun low vision dapat terjadi di segala usia, low vision terutama

lebih banyak terjadi pada usia lanjut. Low vision bukan bagian dari proses

penuaan. Penyebab utama visual impairment dan low vision pada dewasa antara

lain :

- Usia yang berhubungan dengan degenerasi makula

- Glaukoma

- Katarak

- Retinopati diabetes

Apabila visual impairment diketahui lebih cepat, penatalaksanaan dapat

lebih efektif.

Aspek-aspek low vision (American Academy of Ophthalmology, 1992)

2.5.2. Epidemiologi

Angka kejadian kebutaan dan low vision akibat kelainan refraksi yang

tidak terkoreksi disertai penyebab lain, didapati sekitar 314 juta penduduk dunia

6

Disorder Impairment Disbility Handicap

ORGAN PATIENT

Anatomy changes

Functional changes

Skills and abilities affected

Socioeconomic consequences

Extra effort

Loss of independent

Visual acquity

Visual field

Contrast sensitivity

Reading

Writing

Daily living

Mobility

Inflamation

Atrophy

Scar

EXAMPLES

Page 7: 124231701 Low Vision Referat

mengalami gangguan penglihatan. Sebanyak 153 juta penduduk dunia mengalami

visual impairement yang disebabkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi,

sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5-15 tahun dimana

prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara.

Selain itu, perkiraan sekitar 13,5 juta orang Amerika diatas usia 45 tahun

mengalami low vision dan lebih dari dua pertiga diperkirakan terjadi diatas usia

65 tahun. Pada usia diatas 65 tahun diprediksikan akan meningkat dari 33,2 juta di

tahun 1994 akan menjadi 80 juta pada tahun 2050. Peningkatan penderita yang

mengalami low vision ini dinilai akan mengalami peningkatan yang cukup

berpengaruh. Low vision menempati peringkat ke tiga setelah arthritis dan heart

diseases sebagai penyakit kronis yang paling sering memerlukan alat bantu dalam

aktivitas sehari-hari pada orang yang berusia diatas 70 tahun.

2.5.3. Klasifikasi

- Penglihatan normal

o Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat

Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan

2,0 6/3 20/10

1,33 6/5 20/15 100%

1,0 6/6 20/20 100%

0,8 6/7,5 20/25 95%

- Penglihatan hampir normal

Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan

0,75 6/9 20/30 90%

0,6 5/9 15/25

0,5 6/12 20/40 85%

0,4 6/15 20/50 75%

0,33 6/18 20/60

0,285 6/21 20/70

7

Page 8: 124231701 Low Vision Referat

Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui

penyebab mungkin suatu penyakit yang masih dapat diperbaiki.

- Low vision sedang

o Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca

dengan cepat

Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan

0,25 6/24 20/80 60%

0,2 6/30 20/100 50%

6/38 20/125 40%

- Low vision berat

o Yang dinyatakan buta di Amerika Serikat

Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan

0,1 6/60 20/200 20%

0,066 6/90 20/300 15%

0,05 6/120 20/400 10%

Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat

kesukaran pada lalu lintas dan melihat nomor mobil

Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat. Membaca menjadi

lambat.

- Low vision nyata

o Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi

Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan

0,025 6/240 20/800 5%

8

Page 9: 124231701 Low Vision Referat

Diperlukan tongkat putih untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang

kuat masih mungkin membaca dengan kaca pembesar, umumnya memerlukan

braille, radio, pustaka kaset.

- Hampir buta

Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak

bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.

- Buta total

Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung

pada alat indera lainnya atau tidak mata.

Penglihatan akan memberikan hambatan tertentu. Pada setiap hambatan

diperlukan alat bantu sehingga terdapat kemudahan dalam penyesuaian dengan

kehidupan normal.

Dikenal nilai penglihatan kurang dengan hambatan dan alat bantu yang

diperlukan sebagai berikut :

Cacat penglihatan, low vision, dibagi atas 2 kelompok : ringan dan berat.

1. Penglihatan kurang ringan dimana terdapat gangguan penglihatan ringan

dengan tajam penglihatan kurang 0,3 (< 5/15, 6/18 atau 6/20, 20/80 atau

20/70).

2. Penglihatan kurang berat yang pada negara tertentu dimasukkan ke dalam

golongan buta, dimana terdapat gangguan penglihatan berat, tajam

penglihatan kurang dari 0,12 (5/40, 6/48, atau 20/160).

The International Classification of Diseases, Revisi ke-9, Clinical

Modification (ICD-9-CM) membagi low vision menjadi 5 kategori yaitu :

- Moderate visual impairment. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat

dikoreksi yaitu kurang dari 20/60 to 20/160

9

Page 10: 124231701 Low Vision Referat

- Severe visual impairment. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat

dikoreksi yaitu kurang dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapangan

pandang kurang lebih 20°.

- Profound visual impairment. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat

dikoreksi yaitu kurang dari 20/400 sampai 20/1000, atau diameter

lapangan pandang kurang lebih 10°.

- Near-total vision loss. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat dikoreksi

yaitu kurang dari sama dengan 20/1250.

- Total blindness. No light perception.

2.5.4. Etiologi dan Gejala

Low vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi

mata dan sistem visual. Kelainan – kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4

(empat) bagian besar yang dapat membantu dalam memahami kesulitan dan

keluhan pasien serta memilih dan mengimplementasikan strategi untuk

rehabilitasinya.

Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan

yaitu :

- Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat

kekeruhan media (kornea, lensa, corpus vitreous).

- Gangguan resolusi fokus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer

normal, khas pada oedem makula.

- Skotoma sentralis, khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi

dan kelainan-kelainan nervus optikus.

- Skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa

dan gangguan retina perifer lainnya.

Adapun ciri-ciri umum penderita low vision yaitu sebagai berikut :2,13,16,17

- Menulis dan membaca dalam jarak dekat.

- Hanya dapat membaca huruf berukuran besar.

10

Page 11: 124231701 Low Vision Referat

- Memicingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya

yang terang.

- Terlihat tidak menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu.

- Kondisi mata tampak lain, misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih

padabagian luar.

2.5.5. Diagnosis dan Penatalaksanaan

2.5.5.1. Anamnesa

Pemeriksaan low vision dapat dimulai dengan anamnesa yang lengkap.

Mengidentifikasi pasien-pasien tersebut dan mencatat alamat mereka penting di

dalam pencegahan, terapi medis dan pembedahan.

Pasien-pasien harus ditanyai mengenai sifat, lama dan kecepatan gangguan

penglihatan. Aktivitas-aktivitas sehari-hari yang tidak dapat dilakukan harus

dibahas secara spesifik. Gejala awal dari penderita ini biasanya yang bersangkutan

mengalami kesulitan untuk :

1. Mengenali wajah teman dan orang di sekitarnya.

2. Membaca, memasak, menjahit dan mengenal alat-alat di sekitarnya.

3. Melakukan aktivitas di rumah dengan penerangan yang redup.

4. Membaca rambu-rambu lalu-lintas, bis dan nama toko.

5. Memilih dan mencocokkan warna baju.

2.5.5.2. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan

Penilaian fungsi penglihatan merupakan kunci rehabilitasi low vision

dimana menjadi penujuk dalam usaha-usaha memaksimalkan fungsi penglihatan

melalui latihan-latihan dan penggunaan alat-alat bantu.

Pemeriksaan terhadap pasien low vision berbeda dari pemeriksaan

ophthalmologi yang lazim diterapkan.

- Pemeriksaan Tajam Penglihatan

Merupakan uji yang pertama di dalam penilaian fungsi

penglihatan. Ketajaman penglihatan menunjukkan pengenalan gambaran

yang berbeda dengan kemampuan pengenalan benda. Aktivitas sehari-hari

11

Page 12: 124231701 Low Vision Referat

sering membutuhkan pengenalan detil seperti pengenalan wajah dan

mengidentifikasi uang.

Untuk  pemeriksaan  pasien low  vision, snellen chart sering  tidak

memuaskan sehingga tidak dijadikan standar pengukuran tetapi dianjurkan

menggunakan The Early Treatment Retinopaty Charts (ETDRS),

colenbrander 1-m chart, Bailey-Lovie Chart, LEA chart.

LEA chart

Ketajaman penglihatan yang telah terkoreksi maksimum diukur

pada jarak 4 m, 2 m atau 1 m dengan ETDRS, yang memiliki baris-baris

(masing-masing dengan lima huruf). Jarak pemeriksaan 4 m digunakan

untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari 20/200 dan jarak

pemeriksaan 1 m untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari 20/400.

Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan-kelainan yang sangat

bervariasi sehingga tidak spesifik terhadap suatu gangguan.

- Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca 

Setelah ditentukan ketajaman penglihatan jarak jauh, dilakukan

pengukuran ketajaman pengukuran penglihatan jarak dekat (membaca).

Terdapat perbedaan jarak standar baca. Beberapa menggunakan 33 cm dan

12

Page 13: 124231701 Low Vision Referat

yang lain menggunakan 14 inchi atau 40 cm. Tetapi ukuran ini tidak dapat

digunakan untuk mengukur jarak baca pasien low vision.

Pemilihan uji baca yang tepat adalah penting. Kartu bacaan dengan

ukuran-ukuran huruf yang geometrik dan dengan pencatatan ukuran

symbol lebih disukai karena dilengkapi dengan perhitungan. Kartu yang

memenuhi standar diatas adalah The Minnesota Low Vision Reading Test

(MNReadtest), dimana setiap kalimat disesuaikan jarak dan

penempatannya. Colenbrander 1-m chart juga mempunyai segmen-segmen

pembacaan yang sama. Rangkaian – rangkaian ini mengikuti perhitungan

dan perbandingan dari kecepatan baca ketepatan didalam hubungannya

dengan ukuran huruf.

Jenis uji baca lain adalah papper visual skills fir reading test, the

Morgan Low Vision Reading Comprehension Assesment.

- Pengukuran Sensitivitas Kontras

Bukan merupakan indikator yang spesifik untuk masalah-masalah

yang bervariasi di dalam sistem penglihatan.

Sensitivitas  kontras  merupakan kemampuan mendeteksi benda

pada kontras yang rendah.

Pasien akan mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas

sehari-hari seperti mengendarai kendaraan di saat hujan atau kabut,

menuruni tangga, menuangkan susu kedalam mangkuk putih.

Pembesaran dilakukan bila tidak dapat mengenal huruf dengan

kontras tinggi saat membaca. Penurunan sensitivitas kontras sering

ditemukan pada pasien dengan edema makula.

Pelli-Robson chart  dan LEA low –contrast chart   memberikan

huruf-huruf atau symbol-simbol yang besar dengan penurunan kontras.

Alternatif lain yaitu Bailey-Lovie chart.

13

Page 14: 124231701 Low Vision Referat

Gambar 2. Bailey-Lovie Chart

Pendekatan  lain  yang  lebih  inovasi  yaitu the  SKILL  card  yang

mengkombinasikan efek-efek kontras dengan iluminasi rendah. Pada salah

satu sisi mempunyai huruf-huruf regular (huruf berwarna hitam dengan

latar belakang putih), sisi yang lainnya mempunyai kontras yang

rendah, low luminance chart  (huruf berwarna hitam dengan latar

belakang abu-abu gelap).

- Pemeriksaan lapangan pandang

Perimetri makular merupakan salah satu pengukuran yang terpenting

dari aspek-aspek penilaian low vision, tetapi sering neglected (diabaikan).

Skotoma makular memberikan dampak mayor didalam aktivitas

sehari-hari dan terjadi pada 83% pasien. Terdapatnya skotoma sentral atau

parasentral menimbulkan masalah didalam kecepatan membaca dibandingkan

gangguan pada tajam penglihatan.

Amsler grid digunakan untuk mencari adanya skotoma sentralis dan

menentukan posisi dan kepadatannya serta daerah distorsinya. Perlu dicatat

apakah distorsi yang dilihat pasien berkurang pada penglihatan binokular atau

monokular. Apabila dengan penglihatan binokular distorsinya kurang maka

pasien mungkin calon untuk penggunaan lensa baca mengoreksi kedua mata

dari pada penggunaan lensa monokular biasa. Skotoma sentralis juga dapat

digrafikkan pada layar singgung.

14

Page 15: 124231701 Low Vision Referat

Walaupun mudah digunakan, uji Amsler Grid dan perimetri lainnya

tidak sensitive untuk mendeteksi skotoma monokular yang kecil dan tidak

akurat dalam menentukan perluasan skotoma. Scanning Laser

Ophthalmoscope (SLO) adalah instumen yang lebih disukai tetapi harganya

mahal.

Tangent screen dapat memberikan hasil yang tepat jika dilakukan oleh

perimetrist yang ahli dan sesuai dengan protokol pengujian. Perimetri makular

paling baik dilakukan dengan teknik hybrid dimana menggunakan intesitas

stimulus yang tunggak untuk seluruh lokasi uji, seperti perimetri kinetik, tatapi

target berada pada lokasi retina yang spesifik, seperti perimetri statik.18

Untuk pasien retinitis pigmentosa, lapangan pandang perifer sebaiknya

diperiksa pada layar singgung dan untuk pasien glaukoma dan defisit

neurologik pada perimetri Goldmann.

2.6 Kelaianan refraksi pada mata

2.6.1 Miopia

Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi

dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu

cembung) dan lensa (kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu

panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.

Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam Dioptri. Klasifikasi miopia

antara lain: ringan (3D), sedang (3 – 6D), berat (6 – 9D), dan sangat berat (>9D).

Gejala miopia antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada

jarak tertentu/dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat

pada mata, gangguan dalam pekerjaan, dan jarang sakit kepala.

Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang

sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya

pengobatan dengan kaca mata dan lensa kontak. Pemakaian kaca mata dapat

15

Page 16: 124231701 Low Vision Referat

terjadi pengecilan ukuran benda yang dilihat, yaitu setiap -1D akan memberikan

kesan pengecilan benda 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat diatasi dengan

pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi

fotorefraktif,Laser Asissted In situ Interlamelar Keratomilieusis (Lasik).

2.6.2Hipermetropia

Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan

bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak

sesuai antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah

sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan

oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial), seperti yang

terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias refraktif

(hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa).

Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat

sukarnya berakomodasi. Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 D maka penglihatan

jauh juga akan terganggu. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 D dengan usia

muda atau 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata tanpa

kesulitan, namun tidak demikian bila usia sudah 60 tahun. Keluhan akan

bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar

untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa

berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga akan

lebih terletak di belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan lensa positif atau

konveks dengan bertambahnya usia. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia akan

bertambah sedikit yaitu 0-2.00 D.

Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang

juling atau melihat ganda. Kemudian pasien juga mengeluh matanya lelah dan

sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan

bayangan yang terletak di belakang retina. Pasien muda dengan hipermetropia

tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan

akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak

16

Page 17: 124231701 Low Vision Referat

membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut

akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa

sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan.

Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk

mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah

diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan

normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif

terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal.

2.6.3Astigmatisma

Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau

tidak rata sehingga tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan

kornea atau lensa mencegah sinar terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan

akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian lain sinar

difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata

dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air

yang bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu

lebar atau kabur.Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat

jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua

mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk

jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan celah

kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah. Koreksi mata

astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda.

Astigmat ringan tidak perlu diberi kaca mata.

2.6.4 Presbiopi

17

Page 18: 124231701 Low Vision Referat

Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu

akomodasi untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi

akibat penuaan lensa (lensa makin keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya

kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar berakomodasi karena lensa sukar

memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.

Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mula

terjadinya tergantung kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus (ukuran

pupil), kegiatan penglihatan pasien, dan lainnya. Gejalanya antara lain setelah

membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan sering terasa pedas, membaca

dengan menjauhkan kertas yang dibaca, gangguan pekerjaan terutama di malam

hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. Koreksi dengan

kaca mata bifokus untuk melihat jauh dan dekat. Untuk membantu kekurangan

daya akomodasi dapat digunakan lensa positif. Pasien presbiopia diperlukan kaca

mata baca atau tambahan untuk membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai

usia, yaitu: +1D untuk 40 tahun, +1,5D untuk 45 tahun, +2D untuk 50 tahun,

+2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60 tahun. Jarak baca biasanya 33cm,

sehingga tambahan +3D adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan.

BAB III

KESIMPULAN

18

Page 19: 124231701 Low Vision Referat

Low vision merupakan suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan

optimal (pengobatan, operasi dan koreksi kacamata) penglihatan masih buram

(kurang dari 0,3) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi

tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat. Adapaun aspek-

aspek yang terdapat dalam low vision menurut American Academy of

Ophthalmology terbagi atas 4 yaitu : disorder, impairment, disability, dan

handicap.

The International Classification of Diseases mengklasifikasikan low

vision menjadi 5 kategori yaitu : Moderate visual impairment, Severe visual

impairment, Profound visual impairment, Near-total vision loss, dan Total

blindness.

Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan

yaitu : penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat

kekeruhan media (kornea, lensa, corpus vitreous), gangguan resolusi fokus tanpa

skotoma sentralis dengan ketajaman perifer normal, khas pada oedem makula,

skotoma sentralis, khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi dan

kelainan-kelainan nervus optikus, skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap

lanjut, retinitis pigmentosa dan gangguan retina perifer lainnya.

Penderita low vision memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut : menulis

dan membaca dalam jarak dekat, hanya dapat membaca huruf berukuran besar,

memicingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya yang

terang, terlihat tidak menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu, kondisi

mata tampak lain, misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih padabagian luar.

Berdasarkan ciri-ciri umum dari penderita low vision tersebut dapat

dilakukan anamnesa, pemeriksaan fungsi penglihatan seperti pemeriksaan tajam

penglihatan, pemeriksaan penglihatan dekat dan kemampuan membaca,

pengukuran sensitifitas kontras, dan pemeriksaan lapangan pandang. Selain itu,

penderita low vision dapat ditolong dengan menggunakan alat bantu

mempermudah mereka mengikuti kegiatannya sehari-hari.

19

Page 20: 124231701 Low Vision Referat

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. Clinical Optics, Chapter 9, 2011-

2012, p. 283-285

20

Page 21: 124231701 Low Vision Referat

2. Low Vision. University of Michigan Kellogg Eye Center. Available at :

http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/lowvision.html

3. Final Report : Anec Report “New Standard For The Visual Accessibility

of Signs and Signage For People With Low Vision”. Universitair

Ziekenhuis Gent. 2010

4. Resnikoff S, Pascolini D, Pararajasegaram R. et all. Policy and Practice :

Global Data On Visual Impairment In The Year 2002. Bulletin Of The

World Helath Organization. 2004

5. Resnikoff S. The Role Of Optometry in Vision 2020. Available at :

http://www.cehjournal.org/0953-6833/15/jceh_15_43_033.html

6. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New

York : Blackwell Publishing, 2003; 20-26

7. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M. Ilmu

Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Edisi

Ke-2. Jakarta. 2003

8. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 2009

9. Riordan P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury : Oftalmologi Umum, Edisi

Ke-17. EGC. 2010

10. Ilyas S. Glosari Sinopsis : Kelainan Refraksi dan Kacamata, Edisi Ke-2.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2006

11. Faye EE. Low Vision : Duane’s Clinical Ophthalmology, Volume 1,

Chapter 46. 2004, p.1-46

12. How To Cope With Low Vision. Available at :

http://www.allaboutvision.com/lowvision.html

13. Friedman A. Low Vision : Causes Effects and Treatments. United Health

Care. Available at : htt://www.nei.nih.gov/strategicplanning/np_low.asp

14. Low Vision : Expanding Possibilities For People With Vision Loss.

American Foundation For The Blind. Available at :

http://www.afb.org/section.aspx?SectionID=26

21

Page 22: 124231701 Low Vision Referat

15. Faye EE. Oftalmologi Umumu : Penglihatan Kurang , Edisi Ke-14, Bab

22, p. 415-423

16. Ani. Kuliah Pengantar : Low Vision dan Solusinya. Bagian Ilmu

Kesehatan Mata. 2012

17. All About Low Vision. Available at : http://lighthouse.org/about-low-

vision-blindness/all-about-low-vision/

18. Flecther DC. Low Vision Rehabilitation : Ophthalmology Monographs.

American Academy of Ophthalmology. 1999, p.1-133

19. Kageyama JY, Chun MW. Video-Based Low Vision Devices. Duane’s

Clinical Ophthalmology, Volume 1, Chapter 46A, 2004, p.1-8

20. Khurana AK. Community Ophthalmology. Comprehensive

Ophthalmology, Fourth Edition, Chapter 20, p. 443-444

21. American Academy Of Ophthalmology. Clinical Optics : Optics Of

Human Eye, Chapter 3, 2008-2009, p.105-115

22