10 bab 2 tinjauan pustaka 2.1. depresi 2.1.1. pengertian

31
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Depresi 2.1.1. Pengertian Depresi Depresi adalah gangguan alam perasaan hati (mood) yang ditandai oleh kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas (reality testing ability/ RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2006). Depresi adalah gangguan suasana hati yang bervariasi dalam berat ringan pengaruhnya terhadap bermacam-macam orang dan berapa lama hal itu bertahan, yang seringkali kambuh kembali dan dihubungkan dengan sejumlah besar gejala mental dan fisik yang berbeda (Wilkinson, 1995) . Menurut DSM IV-TR (Statistical Manual of Mental Disorder) tanda bahwa seseorang itu sedang mengalami gangguan depresi terdiri dari beberapa simtom yang telah ada selama 2 minggu berturut-turut dan menunjukkan dari keadaan sebelumnya. Beberapa simtom itu adalah : 1. Mood depresi yang hampir setiap hari terjadi (merasa sedih) 2. Menurunnya ketertarikan atau kesenangan pada semua hal 3. Kehilangan atau penambahan berat badan 4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari 10

Upload: buitu

Post on 14-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Depresi

2.1.1. Pengertian Depresi

Depresi adalah gangguan alam perasaan hati (mood) yang ditandai oleh

kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya

kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas (reality testing ability/

RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku

dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2006).

Depresi adalah gangguan suasana hati yang bervariasi dalam berat ringan

pengaruhnya terhadap bermacam-macam orang dan berapa lama hal itu bertahan,

yang seringkali kambuh kembali dan dihubungkan dengan sejumlah besar gejala

mental dan fisik yang berbeda (Wilkinson, 1995) .

Menurut DSM IV-TR (Statistical Manual of Mental Disorder) tanda bahwa

seseorang itu sedang mengalami gangguan depresi terdiri dari beberapa simtom yang

telah ada selama 2 minggu berturut-turut dan menunjukkan dari keadaan sebelumnya.

Beberapa simtom itu adalah :

1. Mood depresi yang hampir setiap hari terjadi (merasa sedih)

2. Menurunnya ketertarikan atau kesenangan pada semua hal

3. Kehilangan atau penambahan berat badan

4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

10

11

5. Peningkatan atau penurunan gerak hampir setiap hari

6. Kelelahan atau kehilangan energy hampir setiap hari

7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan

8. Berkurangnya kemampuan berpikir atau konsentrasi

9. Muncul secara berulang pikiran akan kematian

2.1.2. Faktor Penyebab Depresi

Gangguan depresi pada umumnya dicetuskan oleh peristiwa hidup tertentu.

Kenyataannya peristiwa hidup tersebut tidak selalu diikuti oleh depresi, hal ini

mungkin disebabkan karena adanya faktor-faktor lain yang ikut berperan mengubah

atau mempengaruhi hubungan tersebut. Jarang terjadi bahwa depresi disebabkan oleh

satu faktor saja, tetapi lebih sering disebabkan oleh berbagai faktor yang berinteraksi

dalam berbagai kombinasi sehingga menciptakan suatu kondisi tertentu yang

berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat depresi (Lubis, 2009).

Penyebab depresi bersifat komplek atau multi faktor. Depresi bukan hanya

disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan kimia didalam otak yang cukup

disembuhkan dengan minum obat obatan. Para ahli berpendapat bahwa depresi

disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial. Dengan kata lain,

gaya hidup yang di pilih, persaudaraan atau persahabatan yang di bangun, serta

kemampuan atau ketrampilan mengatasi masalah (coping skills) yang di punyai,

merupakan faktor yang berperan dalam menyebabkan terjadinya depresi. Faktor

faktor tersebut diperkirakan mempunyai peran yang sama besar atau bahkan lebih

besar dibandingkan dengan faktor keturunan sebagai penyebab depresi (Jiwo, 2012)

12

Menurut Lubis (2012) faktor-faktor penyebab timbulnya depresi yaitu :

1. Stres berat

2. Penyakit fisik kronis

3. Kematian anggota keluarga

4. Kematian orang yang dicintai

5. Perceraian atau kehilangan pekerjaan

Menurut Beck ada beberapa kondisi yang dapat menimbulkan depresi, berupa:

1. Stres yang Spesifik

Yaitu kondisi atau peristiwa yang memiliki persamaan dengan pengalaman

traumatik individu pada masa lalu. Pengalaman traumatik dimasa lalu

bertanggung jawab terhadap semakin kuatnya sikap-sikap negatif yang ada.

Beberapa situasi stres yang dapat menimbulkan keadaan depresi, yaitu

a. Situasi yang dapat menurunkan harga diri seseorang, seperti gagal ujian, putus

cinta, dipecat dari pekerjaan.

b. Situasi yang dapat menghambat tujuan penting atau menghadapi dilema yang

tidak dapat dipecahkan, seperti seseorang merasa depresi karena harus

mengikuti wajib militer yang menghambat cita-citanya masuk sekolah

kedokteran

c. Penyakit atau gangguan fisik atau abnormalitas yang membuat atau

membangkitkan ide-ide mengenai kemunduran fisik atau kematian. Misalnya

wanita yang ketika memeriksakan kesehatannya didiagnosa menderita

13

penyakit kanker, menyebabkannya menjadi depresi, ia merasa tidak berharga

lagi dan menjadi beban setiap orang.

d. Rangkaian situasi stres yang sering datang

2. Stres Non Spesifik

Setiap individu dapat mengembangkan bentuk-bentuk gangguan psikologis

tertentu bila dihadapkan pada situasi stres. Kadang-kadang ditimbulkan oleh

serangkaian kejadian tetapi bukan kejadian yang traumatik. Situasi stres

nonspesifik tidak hanya menimbulkan depresi saja, tetapi dapat menimbulkan

reaksi patologis lainnya.

3. Faktor-faktor Lain yang Memberi Arah

Merupakan faktor diluar faktor di atas, namun mampu mengembangkan depresi.

Faktor-faktor tersebut tidak didefinisikan secara khusus, tetapi Beck

menyebutkan salah satunya adalah ketegangan psikologis. Pada beberapa pasien

yang mengalami ketegangan psikologis yang berlebihan serta berkepanjangan

akan menderita depresi.

Selain faktor yang dsebutkan diatas, Hawari (dalam lubis 2009) mengatakan

bahwa depresi disebabkan oleh berbagai faktor yang dibedakan menjadi faktor intern

dan ekstern. Yang termasuk dalam faktor intern misalnya :

1. Faktor Usia

Golongan usia muda yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena

depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta

tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke

14

masa remaja, remaja kedewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta

masa pubertas hingga ke pernikahan. Hasil survei melarorkan adanya prevalensi

yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada golongan usia muda yaitu 18-44

tahun (Wilkinson dalam lubis, 2009)

2. Jenis Kelamin

Perempuan pada umumnya memiliki risiko yang lebih tinggi terkena depresi

dibanding laki-laki. Perbedaan tersebut lebih ditentukan oleh faktor biologis dan

lingkungan, yaitu adanya perubahan peran sosial yang lebih cepat sehingga

menimbulkan berbagai konflik, adanya kondisi yang lebih stressor bagi

perempuan, serta adanya perbedaan fisiologis dan hormonal dibandingkan

dengan laki-laki.

3. Kepribadian

Indivdu yang lebih rentan terhadap depresi, mempunyai konsep diri serta pola

pikir yang negatif, psimis, dan tipe kepribadian yang introvert

Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi kondisi depresi adalah

1. Faktor Keluarga

Adanya kedekatan, interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga, dukungan

emosinal dari pasangan, serta suasana dalam rumah tangga.

2. Faktor Lingkungan

Hubungan dan peran sosial dalam lingkungan, dukungan sosial, status sosial

ekonomi, serta latar belakang pendidikan

15

3. Faktor Tekanan Hidup

Faktor tekanan hidup, yaitu berbagai peristiwa hidup yang menyebabkan ster

atau trauma bagi individu.

Selain itu, Beck berpendapat bahwa adanya gangguan depresi adalah akibat

dari cara berpikir seseorang terhadap dirinya. Pasien depresi cendrung menyalahkan

diri sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan kognitif terhadap diri, dunia,

dan masa depannya, sehingga dalam mengevaluasi diri dan menginterpretasi hal-hal

yang terjadi cenderung mengambil kesimpulan yang tidak adekuat dan berpandangan

negatif.

2.1.3. Gejala-gejala Depresi

Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara

spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Gejala-gejala tersebut adalah :

1. Gejala Fisik

a. Gangguan pola tidur, misalnya sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit

tidur

b. Menurunnya tingkat aktivitas, orang yang depresi menunjukkan perilaku

yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti

menonton TV, makan, dan tidur

c. Menurunnya efisiensi kerja. Orang dengan depresi akan sulit memfokuskan

perhatian atau pekerjaan, sehingga mereka akan sulit memfokuskan energi

pada hal-hal prioritas.

d. Menurunnya produktivitas kerja

16

e. Mudah merasa letih dan sakit

2. Gejala Psikis

a. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi

cendrung memandang segala sesuatu dari sisi negative, termasuk menilai diri

sendiri

b. Sensitif

c. Merasa tidak berguna. Perasaan tidak berguna muncul karena orang yang

depresi merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan

yang seharusnya mereka kuasai.

d. Perasaan bersalah. Orang yang mengalami depresi memandang suatu

kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman.

e. Perasaan terbebani. Orang yang depresi merasa terlalu dibebani tanggung

jawab yang berat

3. Gejala Sosial

Perilaku orang yang depresi akan mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan,

seperti mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitive, mudah letih dan mudah

sakit.

2.1.4. Jenis-jenis Depresi Berdasarkan Tingkat Penyakit

Menurut klasifikasi organisasi kesehatan Dunia, berdasarkan tingkat

penyakitnya, depresi dibagi menjadi :

17

1. Mild Depression/Minor Depression dan Dysthymic Disorder

Pada depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit datang

setelah kejadian stressful yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan juga

tidak bersemangat. Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk mengurangi

depresi.

Minor depression ditandai dengan adanya dua gejala pada Depressive episode

(DSM-IV-TR untuk major depressive episode) namun tidak lebih dari lima gejala

depresi muncul selama dua minggu berturut-turut, dan gejala itu bukan karena

pengaruh obat-obatan ataupun penyakit.

2. Moderate Depression

Pada depresi sedang mood yang rendah berlangsung terus dan individu

mengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu

3. Severe Depression/Major Depression

Depresi berat adalah penyakit yang tingkat depresinya parah. Individu akan

mengalami gangguan dalam kemampuan untuk bekerja, tidur, makan, dan penting

untuk mendapatkan bantuan medis secepat mungkin.

Major depression ditandai dengan adanya lima atau lebih simtom yang

ditunjukkan dalam major depressive episode dan berlangsung selama 2 minggu

berturut-turut.

18

2.1.5. Depresi pada Pasien Kanker Payudara

Menurut Olfah, dkk (2013) kanker payudara adalah tumor ganas pada

payudara, atau massa tunggal yang sering terdapat pada kuadran atas bagian luar,

benjolan ini keras dan bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakan.

Menurut Sastrodarmo (2013) kanker payudara terjadi karena adanya

pertumbuhan abnormal sel pada payudara. Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh

(termasuk payudara) terdiri dari jaringan-jaringan, berisi sel. Umumnya, pertumbuhan

sel normal mengalami pemisahan, dan mati ketika sel menua dan digantikan dengan

sel-sel baru. Tapi ketika sel-sel lama tidak mati dan sel-sel baru terus tumbuh meski

belum diperlukan. Sel yang berlebihan tersebut berkembang tidak terkendali sehingga

membentuk tumor.

Menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat penyakit yang parah seperti

kanker, umumnya pasien yang memiliki penerimaan diri yang rendah dan harga diri

yang rendah merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan

seseorang (Radley dalam Lubis, 2009). Jika perasan-perasaan rendah tersebut

dirasakan pasien dalam waktu yang cukup lama akan mampu mengakibatkan depresi.

Oleh sebab itu, pasien kanker biasanya mengalami sakit dua kali lipat dari

kebanyakan penyakit lain. Selain menderita penyakit kanker itu sendiri, mereka juga

menderita depresi (Keitel dan Kopla dalam Lubis, 2009). Mereka tidak menerima

keadaan dirinya sebagai orang yang sakit, sehingga pasien kanker akan terus menerus

merasa bahwa ia adalah orang yang paling tidak beruntung. Demikian juga dengan

19

keadaan harga diri. Para pasien akan merasa tidak ada yang membutuhkannya dan

dirinya tidak ada harganya.

Hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagi para penderita kanker

payudara dan orang disekitarnya adalah adanya gangguan psikologis penderita yang

bisa saja akan mengalami penurunan secara drastis. Akibatnya, penderita akan

mengalami depresi (Pamugkas, 2011).

Keadaan ini tentu membuat dokter yang menangani pasien kanker tidak hanya

memfokuskan pada perawatan medis saja namun juga harus memberikan intervensi

secara psikologi dan sosial (pendekatan holistik) untuk mengurangi depresi yang

dialami pasien yang akhirnya pendekatan holistik ini akan lebih mempercepat

penyembuhan kanker bagi para pasien kanker tahap awal dan untuk para pasien

kanker tahap lanjut dapat memperpanjang harapan hidup.

Kanker dan depresi merupakan jenis penyakit yang sama sekali berlainan

tetapi sama-sama berbahaya. Depresi merupakan salah satu masalah utama kesehatan

mental saat ini yang mendapat perhatian serius. Di negara-negara berkembang, WHO

memprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti, depresi akan menjadi salah satu

penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua

terbesar kematian dan ketidakmampuan setelah serangan jantung (Pujiastuti, 2001).

Deskripsi diatas menginformasikan bahwa penyakit kanker adalah penyakit

fisik, sedangkan depresi adalah penyakit mental tetapi keduanya mampu muncul pada

waktu yang bersamaan. Depresi dapat muncul sebagai gangguan utama ataupun

menyertai berbagai jenis gangguan medis (Beck, 1985). Gangguan ini tidak hanya

20

dapat tertumpu pada aspek sosial, tetapi juga pada fisik, kognisi dan motivasional.

Depresi dapat memperlambat proses penyembuhan bahkan mampu mengakibatkan

penyakit kanker bertambah parah (Rees, 2004). Untuk itu, para pasien kanker pada

dasarnya memerlukan perawatan yang bersifat terapi psikologi dan intervensi sosial

untuk mengurangi beban mental atau depresi yang dialami.

2.1.6. Alat Ukur Derajat Depresi

Skala BDI (Beck Depression Inventory) merupakan skala pengukuran interval

yang mengevaluasi 21 gejala depresi, masing-masing menggambarkan manifestasi

yang spesifik dari 4 pernyataan yang menggambarkan tingkat intensitas gejala.

Gejala-gejala depresi dikelompokkan dalam empat manifestasi, yaitu :

1. Manifestasi Emosional

Manifestasi emosional dari depresi yaitu adanya gejala-gejala seperti keadaan

sedih, menangis, mudah tersinggung, adanya perasaan psimis, tidak puas, dan

perasaan bersalah

2. Manifestasi Kognitif

Menggambarkan adanya gejala-gejala seperti perasaan gagal, kebencian pada diri

sendiri, adanya penyimpangan citra tubuh

3. Manifestasi Motivasional

Menggambarkan adanya keinginan untuk bunuh diri, menarik diri dari lingkungan

sosial, tidak mampu untuk mengambil keputusan, dan kemunduran dalam

pekerjaan.

21

4. Manifestasi Vegetatif dan Fisik

Menggambarkan adanya gangguan tidur, merasa lelah, kehilangan selera makan,

penurunan berat badan, gejala psikosomatis dan kehilangan libido.

2.2. Dukungan Sosial

2.2.1. Pengertian Dukungan Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat hidup sendirian tanpa

bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik

ringan maupun berat. Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan

sosial dari orang orang disekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan

dan dicintai.

Berikut pendapat para ahli tentang dukungan sosial :

a. Sarason dkk (1987) yang dimaksud dengan dukungan sosial adalah keberadaan,

kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan

menyayangi kita

b. Gottlieb (1987) yang dimaksud dengan dukungan sosial adalah informasi verbal

atau non verbal, saran, bantuan nyata atau tingkah laku diberikan oleh orang-

orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa

kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntangan emosional atau

berpengaruh pada tingkah laku penerimaya.

c. Thoits & Peggy (1986) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan fungsi

dari berbagai ungkapan perilaku suportif kepada seseorang individu yang

22

diberikan oleh orang yang dianggap bermakna bagi individu yang menerimanya

(significant others)

Dari ketiga pendapat dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan

bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu yang

membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Orang yang

menerima dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diberikan orang

lain.

Di sisi lain, pendekatan dukungan sosial sangat diperlukan dalam upaya untuk

melawan kanker meningkatkan harga diri dan mengurangi depresi bagi pasien. Bukti-

bukti dari hasil penelitian menyatakan bahwa dukungan sosial dapat menjadi penentu

bagi perkembangan kesehatan (Patterson, dkk 1993). Bagi pasien kanker, dukungan

social dapat merupakan dorongan untuk melawan kanker (figting spirit) dan lebih

membantu pasien untuk bertahan (Prokop,dkk 1991). Analisis korelasional

menyatakan bahwa semakin besar dukungan sosial yang diperoleh maka semakin

rendah ketegangan psikologi yang dirasakan (Sarafino, 1990). Selain itu, pasien yang

memperoleh dukungan sosial yang tinggi ternyata menunjukan penyesuaian yang

lebih baik (Taylor, dkk 1986).

Pasien kanker sangat membutuhkan seseorang yang mau mengerti dan

memahami emosinya, ketakutan-ketakutannya, kecemasan-kecemasan serta bertukar

informasi tentang perawatan medis yang akan, sedang ataupun telah dijalaninya.

Keperluan tersebut dapat dipenuhi dari aspek dukungan yang diberikan oleh

komunitas sosial. Dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, teman, masyarakat,

23

kalangan profesional atau sukarelawan yang berfungsi sebagai pendamping bagi

pasien kanker. Para sukarelawan tersebut berasal dari bermacam profesional ataupun

sukarelawan yang berfungsi sebagai pendamping bagi pasien kanker. Para

sukarelawan tersebut berasal dari bermacam profesi dan latar belakang, baik pasien

kanker itu sendiri, orang yang pernah menderita kanker, keluarga dari pasien kanker ,

petugas medis atau sukarelawan lain yang non pasien. Selain itu mereka juga

mendapatkan pelatihan untuk menjalankan tugasnya sebagai sukarelawan kanker

yang memiliki keterampilan untuk menciptakan suasana kondusif agar paien merasa

diterima dan dimengerti sehingga pasien merasa terpenuhi keperluan psikologinya

dan mempercepat proses kesembuhannya.

Dari penjelasan di atas kita simpulkan bahwa pasien kanker sangat

membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan sosial mereka. Apabila pasien kanker

mendapatkan dukungan sosial yang mereka butuhkan maka akan meningkatkan harga

diri pasien kanker serta mengatasi depresi.

2.2.2. Dukungan Sosial yang Dipersepsikan

Dukungan sosial dapat dibedakan menjadi dukungan sosial yang aktual dan

dipersepsikan (Heller dkk, 1986). Dukungan sosial yang aktual adalah dukungan

sosial yang didapat melalui perlakukan objektif dari orang lain, misalnya pemberian

sumbangan bagi korban bencana alam. Sedangkan dukungan sosial dipersepsikan

penekanannya lebih kepada perasaan penerima terhadap bantuan yang diperolehnya.

Bagaimana seseorang mendapatkan dukungan sosial lebih merupakan

pengalaman pribadi yang melibatkan penghayatan akan hubungan sosialnya. Oleh

24

karena itu yang lebih penting artinya adalah mencoba menggali lebih jauh bagaiman

persepsi penerima dukungan sosial, karena segi ini lebih memperhatikan penghayatan

individu akan pengalaman-pengalamannya dengan orang lain.

Selain itu Sarason dkk (1983) mengemukakan bahwa dukungan sosial itu

selalu mencakup 2 hal penting, yaitu:

a. Persepsi bahwa ada sejumlah yang dapat diandalkan oleh individu saat ia

membutuhkan bantuan.

b. Derajat kepuasan akan dukungan yang diterima, yang berkaitan dengan persepsi

individu bahwa kebutuhannya terpenuhi.

Cohen & Wills (1985) juga mengemukakan hal yang kurang lebih serupa

yang diajukan oleh Sarason dkk (1983). Menurut Cohen & Wills, yang terpenting

bagi individu adalah persepsi akan keberadaan (avaliblity) dan ketepatan (adequency)

dukungan. Jadi bukan sekedar seseorang yang memberikan bantuan, tetapi pada

persepsi penerimaan dukungan, apakah bantuan yang diberikan tepat. Hal ini penting

dijelaskan karena ternyata dukungan sosial yang aktual tidak selalu dipandang positif

bagi penerimanya.

Heller et al (1986), mengatakan bahwa dukungan sosial dapat dikatakan

mencakup dukungan sosial jika dipersepsikan oleh penerimanya sebagai sesuatu yang

dapat meningkatkan harga diri (esteem enchancing) atau mencakup adanya bantuan

interpersonal yang berkaitan dengan stres yang sedang dihadapi.

Mengacu pada defenisi tersebut, maka perceived support atau dukungan yang

dipersepsikan adalah penilaian individu dalam kehidupannya, bahwa dirinya

25

diperhatikan dan dihargai serta mendapatkan bantuan dari orang-orang berarti.

Penilaian ini mencakup juga adanya kepuasan individu akan hubungannya dengan

orang sekitarnya tanpa harus mengalami langsung prrilaku yang memang secara jelas

menampilakan hal-hal tersebut (Procidano & Heller, dalam Heller et al, 1986).

Dukungan sosial yang dipersepsikan (percevied social support) adalah

persepsi individu bahwa dirinya dikasihani, diperhatikan, dihargai, serta memiliki

jaringan komunikasi yang dapat diandalkan.

Dalam rangka meningkatkan harga diri dan mengatasi depresi, sangat penting

bagi pasien kanker untuk mereka merasa bahwa mereka dihargai, diperhatikan serta

mendapatkan bantuan dari orang-orang yang berarti.

2.2.3. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya.

Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini efektif bagi

individu yang memerlukan. Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting

untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut,

seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial sesuai

dengan situasi dan keinginanya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki

makna yang berarti bagi kedua belah pihak. Mungkin di satu pihak, bagi mereka yang

telah menikah, significant others baginya adalah pendamping hidupnya, karena

pendamping hidup dapat dipandang sebagai seorang yang paling dapat memberikan

dukungan disebabkan kedekatan emosional. Namun di pihak lain mungkin berbeda,

26

pasangan hidup tidak dapat saling membantu, bahkan sebaliknya dapat menimbulkan

konflik bagi penerima dukungan (Coyne & De longis, 1986).

Menurut Rook & Dooley (dalam Kuntjoro, 2002) ada dua sumber dukungan

sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural. Dukungan sosial yang natural

diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan

dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak,

istri, suami, dan saudara), teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non-

formal. Sementara itu yang dimaksud dengan dukungan sosial artifisial adalah

dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya

dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber

dukungan sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan tersebut

terletak dalam hal sebagai berikut:

a. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-

buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan norma yang

berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar

lama.

d. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keberagaman dalam

penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang-barang nyata hingga

sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.

27

e. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis.

Menurut Wangmuba (2009), sumber dukungan sosial yang natural terbebas

dari beban dan label psikologis terbagi atas :

1. Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga

Orang-orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber dukungan dan

senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungan ketika individu

membutuhkan. Keluarga sebagai suatu sistem sosial, mempunyai fungsi-fungsi

yang dapat menjadi sumber dukungan utama bagi individu, seperti

membangkitkan perasaan memiliki antara sesama anggota keluarga, memastikan

persahabatan yang berkelanjutan dan memberikan rasa aman bagi anggota-

anggotanya

2. Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat dan teman

Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle dan Furnham, (1992) menemukan tiga

proses utama dimana sahabat atau teman dapat berperan dalam memberikan

dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu material atau

instrumental. Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu

mendapatkan pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat

berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang.

Proses kedua adalah dukungan emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi

dengan membicarakannya dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat

meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan yang

tulus dari sahabat karib. Proses yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi

28

bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya

seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian

dan menghasilkan perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial.

Menurut Monga, et al (2004) teman dekat merupakan sumber dukungan sosial

karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu

permasalahan

2.2.4. Komponen-komponen dalam Dukungan Sosial

Weiss (dalam Cutrona & Russel, 1990) mengungkapkan bahwa komponen-

komponen dukungan sosial merefleksikan apa yang kita terima dari hubungan kita

dengan orang lain. Adapun komponen-komponen dukungan sosial ini adalah sebagai

berikut:

a. Kelekatan Emosional (Emontional Attachment)

Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh

kelekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang

menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tenteram,

aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber

dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan diperoleh dari pasangan

hidup, atau anggota keluarga/teman dekat/ saudara yang akrab dan memiliki

hubungan yang harmonis.

b. Integrasi Sosial (Social Integration)

Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan bagi pasien kanker untuk

memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk

29

berbagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara

bersama-sama. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan pasien kanker

mendapatkan rasa aman, nyaman serta memiliki dan dimiliki dalam kelompok.

Adanya kepedulian oleh masyarakat untuk mengorganisasi pasien kanker dan

melakukan kegiatan bersama tanpa ada pamrih akan banyak memberikan

dukungan sosial. Mereka merasa bahagia, ceria dan dapat mencurahkan segala

ganjalan yang ada pada dirinya untuk bercerita, atau mendengarkan ceramah

ringan yang sesuai dengan kebutuhan para pasien kanker.

c. Adanya Pengakuan (Reanssurance of Worth)

Pada dukungan sosial jenis ini pasien kanker mendapat pengakuan atas

kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau

lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga atau

lembaga/instansi atau perusahaan/organisasi di mana sang pasien kanker pernah

bekerja. Karena jasa, kemampuan, dan keahliannya maka ia tetap mendapat

perhatian dan santunan dalam berbagai bentuk penghargaan. Uang pensiun

mungkin dapat dianggap sebagai salah satu bentuk dukungan sosial juga, bila

seseorang menerimanya dengan rasa syukur. Bentuk lain dukungan sosial berupa

pengakuan adalah mengundang para pasien kanker pada setiap event/hari besar

untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut bersama-sama dengan para

pegawai.

30

d. Ketergantungan yang Dapat Diandalkan (Reliable Reliance)

Dalam dukungan sosial jenis ini, pasien kanker mendapat dukungan sosial berupa

jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika para pasien

kanker membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial jenis ini pada

umumnya berasal dari keluarga.

e. Bimbingan (Guidance)

Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja atau pun

hubungan sosial yang memungkinkan para pasien kanker mendapatkan

informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan

mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial jenis ini

bersumber dari guru, alim ulama, tokoh dalam masyarakat, figur yang dituakan,

dan juga orang tua.

f. Kesempatan untuk Mengasuh (Opportunity for Nurturance)

Salah satu aspek penting dalam hubungan interpersonal adalah perasaan akan

dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan para pasien

kanker untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk

memperoleh kesejahteraan. Menurut Weiss (dalam Cutrona dkk, 1994), sumber

dukungan sosial ini adalah keturunan (anak-anak) dan pasangan hidup. Itulah

sebabnya sangat banyak pasien kanker yang merasa sedih dan kurang bahagia

jika banyak pasien kanker yang merasa sedih dan kurang bahagia jika berada

jauh dari anak-anak atau pun dari orang-orang terdekatnya.

31

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat

berupa penerimaan rasa aman dalam berhubungan dengan orang lain, adanya

jaringang sosial tempat individu berbagi, pengakuan atas kemampuannya dan adanya

jaminan untuk memperoleh bantuan dari orang lain. Hal ini sangat dibutuhkan oleh

pasein kanker dimana pasien kanker memerlukan rasa aman untuk berhubungan

dengan orang lain, adanya kelompok untuk saling berbagi bagi pasien kanker dan

adanya pengakuan baik dari masyarakat dan pemerintah kepada pasien kanker.

2.2.5. Teori Dukungan Sosial

Teori dukungan Sosial yang digunakan dalam tulisan ini ada dua model, yaitu

dukungan sosial yang mempengaruhi kesehatan dan bentuk-bentuk dukungan sosial

2.2.5.1. Model Dukungan Sosial dalam Memengaruhi Kesehatan

Sarafino (1998) serta Taylor (999) mengemukakan dua model untuk

menjelaskan bagaimana dukungan sosial dapat mempengaruhi kesehatan dan

kesejahteraan individu, yaitu :

1. Model Efek Langsung (The Main Effect Model)

Model efek langsung (main effect model) adalah model yang melibatkan jaringan

sosial yang besar dan memiliki kesan positif pada kesehatan. Model ini juga

dideskripsikan sebagai struktur dari dukungan sosial yang meliputi faktor status

perkawinan, keanggotaan dalam suatu kelompok, peranan sosial dan

keikutsertaan dalam kegiatan agama (Ganster & victor, 1998 dalam Sheridan &

Radmacher, 1992). Model ini memandang dukungan sosial mempengaruhi

kesehatan dan stres hanya satu dari bagian faktor yang memberikan pengaruh

32

kuat bagi kesehatan. Selain itu dukungan sosial memiliki kesan positif bagi

peningkatan kesehatan seseorang walaupun tidak disertai dengan keadaan stres.

Berikut ini dapat kita lihat bagaimana lingkungan sosial dapat mempengaruhi

kesehatan melalui gambar 2.1

Gambar 2.1. Bagan Lingkungan Sosial yang Memengaruhi Kesehatan

Lingkungan sosial mempengaruhi kesehatan melalui berbagai proses termasuk

peniruan (modeling), penguatan (reinforcement), dorongan (encouragement) dan

pengaruh teman sebaya (peer influence)

2. Model Buffering (Buffering Model)

Stres model buffering (buffering model) menyatakan bahwa stres membawa pada

penurunan kesehatan dan dukungan sosial sebagai pelindung dari stres.

Dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan melindungi individu terhadap

efek negatif dari stres yang berat (Cohen, 1981 dalam Hollander, 1981). Dalam

pandangan ini dinyatakan bahwa stres dapat mengakibatkan kesehatan individu

Peniruan (Modeling)

Penguatan Perilaku Sehat

(Reinforcement of healthy Behaviour)

Dorongan (Encourragement)

Pengaruh Teman Sebaya

(Peer Influence)

Kesehatan (Health)

Lingkungan Sosial (Social Environment)

33

memburuk, namun dengan adanya hubungan sosial yang dijalin individu dengan

orang disekitarnya, maka dampak stres itu akan dikurangi. Dalam model ini,

dukungan sosial itu tidak akan berfungsi apabila tidak disertai oleh adanya situasi

atau peristiwa yang dapat menimbulkan stres.

Berikut ini dapat kita lihat komponen esensial bagi stres yang dapat

menimbulkan penyakit melalui gambar 2.2 di bawah ini

Gambar 2.2. Bagan Komponen Esensial Bagi Stres yang Menimbulkan Penyakit

Komponen esensial bagi stres yang dapat menimbulkan sakit adalah stres yang

tinggi dan rendahnya dukungan sosial. Bila terjadi stres yang tinggi dan adanya

dukungan sosial tinggi maka akibat dari stres dapat ditahan

2.2.6. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial

Sheridan & Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi

dukungan sosial ke dalam lima bentuk, yaitu :

a. Dukungan Instrumental ( Tangible Assisstance)

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan

pertolongan lansung, seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta

pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena dapat langsung

Tinggi dukungan sosial (high social

support) Tinggi tingkat stres (high stres)

Sakit (liness)

Rendah dukungan sosial (low social

support)

34

memecahkan masalahnya yang berhubugan dengan materi. Dukungan

instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah yang

dianggap dapat diatasi.

b. Dukungan Informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran dan umpan balik

tentang situasi dan keadaan individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong

individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah

c. Dukungan Emosional

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,

diperlukan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat

menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam

menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat diatasi

d. Dukungan Pada Harga Diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan tinggi pada individu, pemberian

semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif dengan

individu lain. Bentuk dukungan seperti ini membantu individu dalam

membangun harga diri dan kompetensi

e. Dukungan dari Kelompok Sosial

Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota dari suatu

kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengannya.

Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

35

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki

dua model yaitu model dukungan sosial dalam mempengaruhi kesehatan dan bentuk-

bentuk dukungan sosial. Dimana model dukungan sosial dalam mempengaruhi

kesehatan terdiri dari dua model yaitu model efek langsung (main effect model) dan

model buffering (buffering model). Dan ada lima bentuk dukungan sosial yang

diterima pasien penderita kanker.

2.3. Sahabat

2.3.1. Pengertian Sahabat

Menurut (Ahmadi Abu, 2009), persahabatan merupakan konsep sosial yang

murni. Persahabatan menuntut pemeliharaan dalam semua interaksinya. Interaksi

yang mengabaikan pemeliharaan biasanya akan mengganggu kelangsungan

persahabatan. Seperti telah disebut di muka, umumnya persahabatan timbul karena

kecenderungan adanya persamaan. Dua orang yang semula berhubungan sebagai

teman bisa berkembang menjadi persahabatan karena adanya persamaan diantara

keduanya. Persamaan ini dapat berupa persamaan kesenangan atau hobby, berpikir,

keinginan atau cita-cita, nasib dan sebagaianya..

2.3.2. Persahabatan dan Hubungan Ke-teman-an

Studi tentang ketertarikan antar pribadi menunjukan besarnya pengaruh dari

luar untuk menjadi teman, tetapi tidak memberikan penjelasan yang cermat tentang

persahabatan. Seorang ahli Psikologi Sosial Suzanne Kurth membedakannya sebagai

berikut.

36

Persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang

melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan.

Hubungan ke-teman-an adalah merupakan hasil dari suatu hubungan formal

dan suatu tingkat permulaan di dalam perkembangan suatu persahabatan. Hubungan

ketemanan dibutuhkan di dalam masyarakat kita. Hubungan ketemanan dapat

berkembang ke persahabatan di dalam kenyataannya, berteman dengan seseorang

biasanya merupakan tingkat permulaan dan dikukuhkan suatu persahabatan. Banyak

waktu yang dihabiskan dalam berhubungan persahabatan ini.

Persahabatan dan hubungan ke-teman-an memiliki beberapa ciri umum,

walaupun setiap ciri umum memperlihatkan perbedaan kualitatif yang penting.

Misalnya :

a. Keduanya, persahabatan dan hubungan ketemanan memerlukan beberapa ukuran

di mana interaksi di sini bersifat “suka rela”, tetapi hal ini lebih penting dari pada

di dalam hubungan ketemanan. Persahabatan adalah sukarela. Padahal hubungan

ketemanan juga diartikan, sepanjang kita bekerja sama, kita menjadi teman.

Dengan kata lain keinginan kita untuk berteman dengan orang lain kadang-

kadang tidak selalu hadirnya situasi sosial yang tidak bersifat sukarela. Ketiadaan

teman, dalam situasi hal ini, seringkali merupakan suatu pertahanan untuk

melawan konflik.

b. Hubungan ketemanan tidak memiliki cita rasa keunikan dan individualisasi yang

merupakan ciri persahabatan. Kita biasanya berteman dengan tetangga kita, tetapi

kadang-kadang tidak semuanya menjadi sahabat kita. Tetapi jika sekiranya salah

37

seorang tetangga yang juga kebetulan juga teman dekat kita pindah, maka

penggantinya yang menghuni rumah itu belum tentu menjadi sahabat kita. Hal ini

disebabkan keunikan suatu persahabatan. Juga apa yang terjadi di dalam

organisasi sosial, semuanya terlibat dalam hubungan ketemanan, dan hanya

sedikit yang menjadi teman dekat.

c. Persahabatan dan hubungan ketemanan berbeda dalam hal keakraban atau

keintiman di antara anggotanya. Hubungan ketemanan menjadi akrab, hubungan

ini berubah bentuk menjadi persahabatan. Hubungan persahabatan melibatkan

suatu tingkat keintiman sedangkan hubungan ketemanan tidak.

d. Persahabatan harus dipelihara agar tetap hidup. Persahabatan, sepertinya halnya

hubungan pertemanan, lahir, sementara hidup, dan mungkin mati. Hubungan

ketemanan merupakan pendahuluan atau titik permulaan dari pada persahabatan.

Dengan berbagai alasan, apabila mereka suka satu sama lain, mereka kemudian

akan memutuskan untuk membentuk persahabatan.

2.3.3. Ciri-ciri Persahabatan

Ada beberapa elemen pokok yang terdapat dalam persahabatan yaitu:

a. Mereka menghargai satu sama yang lain lebih pada orang itu sendiri daripada

keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari pada persahabatan itu. Meskipun

memang dari persahabatan ini diperoleh berbagai keuntungan yang bersifat

sekunder, namun sebenarnya timbulnya persahabatan ini dulu bersumber dan

saling menyukai dan saling memelihara hubungan, dan bukan kepada apakah

mereka atau ia menguntungkan atau tidak, atau ia dapat bekerja untuk saya dan

38

sebagainya. Tidak pada tempatnyalah bila seseorang hanya ingin enaknya sendiri

dalam memilih teman, hanya yang menguntungkan saja yang dipilih, sehingga

dalam persahabatan bila salah satu ada unsur eksploitasi, maka bisanya akan

bubarlah persahabatan.

b. Persahabatan sebagai suatu hubungan antar pribadi lebih menekankan pada

kualitas yang objektif satu sama yang lain. Menyukai seseorang karena

rambutnya, uangnya, mobilnya, atau jabatannya, sebenarnya tidak menyukai

orang itu sendiri, tetapi lebih pada barang-barang itu. Dengan demikian berarti

persahabatan akan berhenti atau terputus bila teman itu kehilangan apa-apa yangt

dimiliki misalnya mobilnya, jabatannya atau uangnya. Menyukai pada hal-hal

yang bersifat lahiriah semacam ini akan mudah berubah, dan lebih baik bila

orang menyukai satu sama lain karena hal-hal yang terdapat pada orang itu

sendiri yang sifatnya stabil.

c. Saling bertukar barang-barang di antara teman tidak didasarkan pada nilai

ekonomik tetapi pada kesukaan, harapan, keinginan di antara mereka. Jika

seorang sahabat memberikan hadiah bukanlah dinilai pada harga hadiah itu tetapi

pemberian ini ia akan menyukainya. Disamping itu di antara mereka memiliki

kebebasan untuk saling memberikan tanpa adanya harapan untuk memperoleh

imbalannya. Jika seseorang memberikan hadiah bukan karena ia pernah diberi

hadiah dan sekarang membalasnya, tetapi lebih pada suatu anggapan bahwa

dengan pemberian ini ia akan menyukainya.

39

d. Akhirnya, mereka saling bersahabat karena keunikannya, dan ini sulit digantikan

oleh orang lain karena uniknya. Persahabatan tidak begitu saja diputuskan karena

telah ditemukannya teman lain yang lebih baik. Persahabatan selalu

memperlihatkan adanya keintiman, individualis dan kesetiaan .

2.4. Landasan Teori

Landasan Teori adalah teori Argyle dan Furnham, (1992) menemukan

beberapa proses dimana sahabat atau teman dapat berperan dalam memberikan

dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu material atau instrumental.

Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu mendapatkan pertolongan

untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat berupa informasi tentang cara

mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang. Proses kedua adalah dukungan

emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi dengan membicarakannya dengan

teman yang simpatik. Harga diri dapat meningkat, depresi dan kecemasan dapat

dihilangkan dengan penerimaan yang tulus dari sahabat karib. Proses yang ketiga

adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang

kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat

menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan persaan sejahtera serta

memperkuat ikatan sosial.

40

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, maka dapat diketahui

kerangka konsep penelitian ini adalah :

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Tingkat Depresi Penderita Kanker Payudara

Dukungan Sahabat: a. Emosional b. Instrumental c. Informasional d. Integritas Sosial