1. karakteristik bolavoli · bola di udara bolak-balik diatas jaring atau net, dengan maksud...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Karakteristik Bolavoli
Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan
berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Di
tengah lapangan ada garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi 2
sama besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan
untuk putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu
terdapat 6 pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan.
(Viera, dkk. 2000:3-4). Permainan bolavoli adalah permainan dilakukan bersama-
sama karena merupakan olahraga beregu. Dalam melakukan permainannya harus
berada pada suatu bidang lapangan yang dibagi dua dengan luas permukaan yang
sama.
Ada beberapa teknik dasar dalam bolavoli yang digunakan dalam sebuah
pertandingan diantaranya passing, serve, smash, dan block. Teknik-teknik dasar
ini yang harus dikuasai oleh seorang pemain bolavoli. Karena keempat teknik
dasar tersebut akan digunakan untuk menciptakan suatu permainan di dalam
bolavoli dan keseluruhannya merupakan satu rangkaian pada saat tim memainkan
bolavoli. Menurut Durrwachter (1982:1-2) permainan bolavoli mempunyai segi
positif : (1) Lapangan permainan relatif kecil, perlengkapan yang dibutuhkan
sederhana, (2) sifat permainan tidak berubah apabila lapangan dipersempit atau
jumlah pemain dikurangi, (3) gagasan permainan sederhana, (4) kekuatan regu
sangat tergantung dari semangat bermain serta kemampuan semua pemain, (5)
kecepatan reaksi kelincahan kewaspadaan serta kemampuan konsentrasi dan daya
loncat sangat dilatih, (6) resiko cedera sangat kecil.
Agar tercapainya suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai, yang berarti
perlunya suatu proses terlebih dahulu yang menuju kearah tersebut, maka perlu
adanya suatu prinsip yang melatar belakangi permainan bolavoli. Prinsip-prinsip
bermain dalam bolavoli pada hakekatnya tidak berbeda dengan permainan yang
10
mengutamakan kerja sama antar individu dalam suatu regu. Menurut Roesdiyanto
(1989:7) ada beberapa prinsip dalam bermain bolavoli: (a) Prinsip teknis adalah
untuk memvoli bola di udara hilir mudik di atas net, mempergunakan bagian
tubuh pinggang ke atas, dengan syarat pantulan bersih dan setiap pemain berusaha
secepatnya menjatuhkan di lapangan lawan untuk mencari kemenangan dalam
permainan. (b) Prinsip psikologis, merupakan suatu prinsip kerja sama antar
individu. Dengan demikian prinsip bermain bolavoli secara psikologis adalah
harus berpegang pada kekompakan antar individu dalam satu regu, jadi dengan
demikian gotong royong dalam regu setiap sikap senang dan gembira di dalam
melakukan permainan bolavoli.
Permainan bolavoli adalah permainan beregu yang dimainkan di atas
lapangan berukuran 18x9 m, dimainkan oleh dua regu dan setiap regunya terdiri
dari 6 pemain. Setiap regu dapat memainkan bola di daerah permainanya sendiri
yang dipisahkan oleh pembatas yaitu net. Teknik dasar bolavoli merupakan unsur
yang sangat penting dalam permainan bolavoli, tanpa penguasaan teknik dasar
yang baik, maka permainan tidak dapat dimainkan dengan sempurna. Teknik
dasar dalam permainan bolavoli antara lain servis, passing bawah, passing atas,
smash, dan block.
Dalam permainan bolavoli ada beberapa unsur yang terkandung dalam
permainan tersebut seperti passing, serve, block, dan smash. Keempat unsur
tersebut sangat berpengaruh dalam suatu pertandingan bolavoli karena merupakan
teknik dasar permainan bolavoli. Menurut Roesdiyanto (1992:24) ”teknik dasar
permainan bolavoli adalah suatu proses dasar tubuh untuk melakukan keaktifan
jasmani dan penguasaan keterampilan praktek sebaik-baiknya dalam permainan
bolavoli dan dapat menyelesaikan permainan dengan baik”.
Jadi secara umum dapat digambarkan bahwa pengertian permainan
bolavoli adalah permainan yang terdiri dari dua regu setiap regunya terdiri dari 6
pemain. Bermain pada suatu bidang lapangan yang dibagi menjadi dua bagian
berukuran 18x9 m. Dua bagian permainannya dipisakan oleh pembatas yaitu
berupa jarring yang yang dibentangkan atau disebut juga dengan net.
11
2. Profil Permainan Bolavoli
Permainan bolavoli pada dasarnya merupakan permainan yang
menyenangkan dan biasa dijadikan rekreasi di waktu jenuh setelah melakukan
aktivitas. Perkembangan permainan bolavoli sangat cepat seiring dengan
perkembangan olahraga, sehingga permainan bolavoli tidak hanya untuk rekreasi
dan untuk mengisi waktu luang tetapi berkembang sebagai suatu profesi dan
menuntut prestasi tinggi, bahkan sudah menjadi sebuah industri olahraga yang
menjanjikan.
Permainan bolavoli merupakan suatu cabang olahraga berbentuk memvoli
bola di udara bolak-balik diatas jaring atau net, dengan maksud menjatuhkan bola
di dalam petak lapangan lawan untuk mencari kemenangan. Memvoli dan
memantulkan bola ke udara dapat menggunakan bagian tubuh mana saja, asalkan
perkenaannya harus sempurna (tidak ganda). Permainan bolavoli dimainkan oleh
dua regu, yang masing-masing regu terdiri dari enam orang pemain,permainan
bolavoli merupakan suatu alat untuk meningkatkan kesegaran jasmani, kesehatan
statis, dinamis, dan prestasi bagi para pemain. Dengan bermain bolavoli akan
berkembang unsur-unsur daya fikir, kemampuan, dan perasaan. Disamping itu,
kepribadian berkembang dengan baik termasuk kontrol diri, disiplin, rasa kerja
sama, dan rasa tanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.
Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan
berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Tengah
lapangan terdapat garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi dua
sama besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan
untuk putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu
terdapat 6 pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan,
Viera dan Fergusson (1992 : 97). Permainan bolavoli adalah permainan dilakukan
bersama-sama karena merupakan olahraga beregu. Permainan bolavoli harus
berada pada suatu bidang lapangan yang dibagi dua dengan luas permukaan yang
sama.
12
Menurut Sugiono, (1996 : 26 ) permainan bolavoli merupakan cabang
olahraga beregu yang dimainkan oleh enam orang setiap tim. Permainan ini akan
berjalan dengan baik apabila setiap pemain minimal telah menguasai teknik dasar
bermain bolavoli. PBVSI, (2005 : 27) bolavoli adalah olahraga yang dimainkan
oleh dua tim dalam satu lapangan yang dipisahkan oleh sebuah net. Terdapat versi
yang berbeda tentang jumlah pemain, jenis atau ukuran lapangan, angka
kemenangan yang digunakan, untuk keperluan tertentu, namun pada hakikatnya
permainan bolavoli bermaksud menyebarluaskan kemahiran bermain serta
manfaat kepada setiap orang yang meminatinya. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa permainan bolavoli adalah permainan yang dimainkan oleh
enam orang tiap tim dan dilakukan di lapangan yang bentuknya persegi panjang,
ditengahnya dibatasi net yang fungsinya untuk memisahkan pemain antar tim.
Teknik dasar sangat besar pengaruhnya terhadap permainan ini, baik dan jeleknya
permainan tergantung penguasaan teknik dasar pemain dan penegakan peraturan
permainan oleh wasit.
Gerakan dalam permainan bolavoli cukup kompleks yang terbentuk menjadi
keterampilan dasar bolavoli atau yang biasa dikenal teknik dasar. Suharno (1992 : 22)
menyatakan “Pengertian teknik ialah suatu proses pelaksanaan kegiatan fisik secara
efektif dan rasional yang memungkinkan tercapainya hasil terbaik dalam pertandingan.
Menurut Roesdiyanto (1992 : 15) ”teknik dasar permainan bolavoli adalah suatu proses
dasar tubuh untuk melakukan keaktifan jasmani dan penguasaan keterampilan praktik
sebaik-baiknya dalam permainan bolavoli dan dapat menyelesaikan permainan dengan
baik”.
Menurut Roesdiyanto, (1992 : 15) bolavoli mempunyai teknik dasar yaitu, servis,
pasing bawah, pasing atas, blok, dan semes. Teknik dasar seperti pasing, servis, blok dan
semes sangat berpengaruh dalam suatu pertandingan bolavoli karena merupakan teknik
dasar permainan bolavoli. Teknik dasar dalam bolavoli akan dijabarkan secara singkat
sebagai berikut.
Servis merupakan teknik dasar yang digunakan untuk memulai suatu set
atau pertandingan, pada awalnya digunakan untuk melayani lawan untuk
melakukan penyerangan tetapi seiring dengan berkembangnya olahraga bolavoli,
servis digunakan untuk menyerang lawan, servis yang baik dapat mengacaukan
13
pertahanan lawan dan menyulitkan lawan untuk melakukan serangan. Servis
merupakan teknik dasar yang paling penting dalam bolavoli, kemampuan servis
yang baik dapat digunakan untuk memperoleh poin dan mengacaukan posisi
bertahan lawan, hal ini sesuai dengan pendapat Beutelstahl (2005 : 13 ) bahwa
servis dapat bertujuan untuk langsung meraih angka kemenangan dan
menghalang-halangi formasi penyerangan lawan.
Pasing merupakan teknik dasar dalam permainan bolavoli yang digunakan
untuk menerima bola hasil servis dari lawan atau semes dari lawan, pasing
bertujuan untuk mengoper bola ke pengumpan (tosser) untuk diumpan ke pemain
yang akan melakukan semes, pasing yang baik dapat memudahkan tim untuk
menyerang lawan dan dapat digunakan untuk bertahan. Teknik pasing ada dua
dalam permainan bolavoli yaitu pasing bawah dan pasing atas, jenis pasing ini
mempunyai susunan gerakan dan penggunaan yang berbeda. Pasing bawah
digunakan apabila datangya bola dari lawan tingginya dibawah pinggang dan
datangnya bola keras dan menukik. Pasing atas digunakan apabila datangnya bola
dari lawan tingginya di atas pinggang dan datangnya bola tidak terlalu keras.
Blok merupakan teknik dasar dalam permainan yang dilakukan untuk
merintangi atau menghalangi lawan ketika lawan melakukan semes,
menghalanginya dengan cara mengangkat lengan setinggi-tingginya di atas net
dengan kedua tangan dibuka ke arah yang diduga datangnya arah bola. Menurut
Roesdiyanto (1989 :20 ) pembagian teknik dasar blok menurut definisinya : 1)
Bloking tunggal adalah sarana bendungan yang dilakukan oleh satu orang regu
untuk menahan serangan dari pihak lawan. Untuk dapat melakukan teknik
bloking tunggal dengan baik perlu diperhatikan tahapan-tahapan untuk
melakukannya yaitu mengadakan langkah ke kiri atau ke kanan, meloncat ke atas
dengan tumpuan dua kaki, mendarat dengan dua lengan untuk menguasai bola,
mendarat dengan dua kaki untuk menguasai bola. 2) Bloking berkawan
prakteknya seperti kalau melakukan bloking tunggal, hanya di sini yang
melakukan bloking dua orang secara bersamaan. Pada blok berkawan ini yang
paling penting adalah bahwa setiap pemain harus menyesuaikan diri terhadap arah
bola dan usahakan tolakan keatas bersama-sama sehingga tangan keseluruhan
14
betul-betul merupakan satu bidang yang luas. Kerja sama yang rapi dan kemauan
yang keras dibutuhkan dalam hal ini.
Semes merupakan teknik dasar dalam bolavoli yang paling dominan untuk
melakukan serangan kepada lawan, dengan karakteristik bola hasil semes
menukik, tajam dan cepat. Semes dilakukan dengan memukul dengan keras ketika
bola berada di atas net untuk dimasukkan ke daerah lawan yang tidak dijaga.
Menurut Lestari ( 2007 : 14) Semes atau serangan adalah keahlian utama yang
digunakan untuk memainkan bola diatas jaring. Bola dapat dipukul dalam
beberapa cara yang berbeda tergantung pada kecepatan dan tinggi umpan, posisi
pemain bloking dan pemain bertahan lawan, serta situasi pertandingan.
Semes cepat (quick smash), Menurut Sugiono (1996 : 22) Teknik smash
quick digunakan untuk mengembangkan permainan cepat dalam melakukan
variasi-variasi serangan ke daerah lawan. Roesdiyanto (1992 :15)
mengungkapkan teknik smash quick digunakan untuk bermain cepat dan untuk
variasi-variasi serangan. Bila regu telah menguasai teknik smash quick ini dapat
menerapkan di dalam pertandingan seni gerak dan mutu permainan kelihatan
lebih enak untuk dilihat. Apabila teknik quick smash telah dikuasai oleh suatu
regu dan diterapkan dalam suatu pertandingan, maka gerakan gerakan yang
dilakukan dalam permainan lebih variatif dan menarik.
Semes semi (semi smash), Menurut Roesdiyanto (1992 : 15) Teknik ini
dilakukan seperti pada saat melakukan semes normal. Perbedaan terletak pada
perkenaan bola dan ketinggian bola, teknik dilakukan dengan pemain yang akan
melakukan penyemes lebih dahulu bergerak sebelum bola sampai pada
pengumpan. pengumpan memberikan bola tidak lebih dari 2 meter di atas net.
Menuru Sugiono (1996 : 22) mengatakan,”Pengambilan sikap persiapan, sikap
menolak (tumpuan), sikap perkenaan bola, dan sikap pendaratan sama dengan
smash open. Perbedaannya terletak pada saat pengambilan awalan oleh penyemes
dan penyajian bola dari pengumpan.”
Semes buka (open smash), Menurut Roesdianto (1992 : 15 ) “Open Smash
dilakukan dengan melakukan pukulan dengan melambungkan bola cukup tinggi
yaitu lebih dari 3 meter dan bolanya dalam keadaan tenang”.
15
Menurut Durrwachter (1990 : 1-2 ) permainan bolavoli mempunyai segi
positif, yaitu: (1) Lapangan permainan relatif kecil, perlengkapan yang dibutuhkan
sederhana, (2) sifat permainan tidak berubah apabila lapangan dipersempit atau
jumlah pemain dikurangi, (3) gagasan permainan sederhana, (4) kekuatan regu
sangat tergantung dari semangat bermain serta kemampuan semua pemain, (5)
kecepatan reaksi kelincahan kewaspadaan serta kemampuan konsentrasi dan daya
loncat sangat dilatih, (6) resiko cedera sangat kecil. Agar tercapainya suatu tujuan
tertentu yang hendak dicapai, yang berarti perlunya suatu proses terlebih dahulu
yang menuju kearah tersebut, maka perlu adanya suatu prinsip yang melatar
belakangi permainan bolavoli. Prinsip-prinsip bermain dalam bolavoli pada
hakekatnya tidak berbeda dengan permainan yang mengutamakan kerja sama
antar individu dalam suatu regu.
3. Taktik Bertahan Bolavoli
Dalam permainan bolavoli, banyak orang beranggapan bahwa semes
adalah bagian yang paling menarik, tetapi pertahanan juga dapat membangkitkan
daya tarik bagi para penggemar. Pertandingan yang seimbang antara tim yang
mempunyai pertahan yang bagus terhadap serangan dari lawan akan menciptakan
permainan panjang yang sangat menarik untuk ditonton.
Menurut Viera dan Ferguson (1992:97) pertahanan adalah membaca
serangan lawan sehingga dapat mengetahui arah datangnya suatu semes. Sebuah
semes yang keras memiliki kecepatan yang sangat tinggi, sehingga hanya
membutuhkan waktu setengah detik untuk jatuh ke lantai.
Menurut Roesdiyanto (1992:26) “taktik pertahanan merupakan suatu siasat
yang dilakukan oleh perorangan, kelompok maupun tim terhadap lawan dengan
maksud menahan serangan lawan agar tidak mengalami kekalahan dalam
pertandingan”.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pertahanan dalam
permainan bolavoli adalah suatu siasat yang dilakukan oleh perorangan, kelompok
maupun tim untuk menahan dan membaca serangan dari lawan agar bola
16
melambung di udara (tidak jatuh ke lantai) dan mudah diterima oleh teman satu
regunya sendiri dengan tujuan dapat memenangkan pertandingan.
Menurut FIVB (1989:16) macam-macam formasi pertahanan adalah
sebagai berikut:
1) Tugas pemain dalam formasi bertahan dari penerimaan semes.
Dalam menerima semes, semua pemain dalam tim bertahan harus bekerja
menjadi: (a) blok, (b) penerima bola tipu, dan (c) penerima semes jarak jauh di
belakang blok
Tim yang kurang baik biasanya mempunyai beberapa pemain yang bebas
yang tidak bekerja secara efesien untuk tim. Semua pemain harus mengantisipasi
arah dan waktu (ketepatan bola) dari bidikan spiker dan menjaga posisi yang
efektif sebelum serangan lawan. Antisipasi dan reaksi yang cepat pada bola adalah
syarat dari bolavoli modern.
2) Sistem bertahan dengan satu blok
Salah satu pemain yang ada di depan melakukan blok,dua pemain
mengantisipasi bola tipuan dari lawan,tiga pemain mengantisipasi spike keras dari
lawan.
3) Sistem bertahan dengan dua blok
Dua pemain yang ada di depan melakukan blok,dua pemain melakukan
antisipasi bola tipuan dari lawan sedangkan dua pemain yang ada di belakang
mengantisipasi datangnya smes keras dari lawan .
4) Sistem bertahan dengan tiga blok
Ketiga pemain yang ada di depan melakukan blok,dua pemain agak maju
kedepan mengantisipasi tipuan dari lawan,sedangkan satu pemain yg di belakang
bertugas mengantisipasi smes keras dari lawan
5) Sisitem tanpa blok disebut juga dengan devence servise
Lima pemain bersiap menerima jumping servise dari lawan,sedangkan
satu pemain sebagai toser.
17
4. Tinjauan Belajar Gerak
Teori tentang belajar gerak akan sangat dibutuhkan dalam pembinaan
prestasi cabang olahraga. “Konsep belajar gerak adalah bagaimana individu
belajar tentang ketrampilan gerak dan factor-faktor yang mempengaruhi
penampilan fisik, yang dapat memberikan informasi penting terhadap guru
pendidikan jasmani, pelatih, dan perancang kurikulum, (Drowatzky 1981:1).”
Seperti yang telah disebutkan bahwa diharapkan kepada para pelaku olahraga
hendaknya memahami tentang konsep belajar gerak ini. Dalam pelaksanaan
latihan seorang pelatih harus menyesuaikan dengan subyek yang dilatih, seorang
guru pendidikan jasmani juga harus menyesuaikan dengan yang di ajar pada saat
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu sangat penting
menjadikan teori belajar gerak sebagai landasan utama dalam penerapan kegiatan
yang berhubungan dengan aktifitas fisik.
Pembinaan prestasi bolavoli akan juga dipengaruhi oleh teori belajar
gerak. Dalam olahraga bolavoli memerlukan aktifitas fisik yang cukup kompleks
sehingga teori penguasaan gerak membutuhkan perhatian yang cukup serius.
Belajar gerak merupakan langkah awal dalam pengusaan keterampilan yang
berhubungan dengan gerak tubuh. “Belajar gerak merupakan proses adaptasi
dalam bentuk gerak dan respon muscular yang dikembangkan, (Drowatzky
1981:16).” Jadi dapat disimpulkan bahwa adaptasi bentuk gerak dan respon
muscular terhadap karakteristik olahraga bolavoli akan sangat mendukung dalam
pencapaian penguasaan berbagai keterampilan dalam olahraga bolavoli.
a. Komponen dalam Mempelajari Gerak
Pada tahap awal penguasaan keterampilan bermain bolavoli maka tentu
secara tidak langsung dan disesuaikan dengan teori belajar gerak akan berdasar
pada beberapa hal sebagai berikut:
1) Respon gerak
Drowatzky (1981:16) menyimpulkan: Tanggapan/respon gerak dapat
ditempatkan ke dalam tiga kategori: (1) pergerakan postural, untuk mengatur
18
posisi badan berkenaan dengan gravitasi, (2) lokomotor atau gerak perpindahan
memungkinkan seseorang untuk memindah/menggerakkan tubuh/badan atau
bagian-bagiannya melalui ruang dan (3) manipulasi, memungkinkan seseorang
untuk belajar dan mengendalikan object. Pola kontak (manipulasi dari objek yang
diam) telah dibedakan dari penerimaan dan dorongan (manipulasi dari objek yang
bergerak).
Dalam permainan bolavoli tentu akan memanfaatkan 3 jenis respon gerak
yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri seperti tersebut di atas.
Keterampilan gerak dalam bolavoli tentu akan mengakomodasi dari tiga bentuk
respon gerak tersebut. Aktifitas fisik yang terdapat dalam bolavoli sudah
menuntut ke arah respon gerak yang lebih kompleks.
2) Pola gerak
Pola gerak adalah tanggapan umum dengan jenis dan penerapan pada
bidang aktivitas berbeda, yang digunakan untuk tujuan yang luas di dalam gerak
tubuh. ”Ketrampilan gerak adalah tanggapan gerak spesifik, yang terbatas dalam
variabilitas dan applicabilitas, yang mana dikembangkan untuk menghasilkan
pergerakan spesifik di dalam aktivitas tertentu, (Drowatzky 1981:16).” Jadi dapat
disimpulkan bahwa pola gerak dari masing-masing individu akan sangat
mempengaruhi dalam penguasaan keterampilan bolavoli karena penerapan pola
tersendiri harus dapat diterapkan pada aktifitas yang berbeda yang nantinya akan
menghasilkan keterampilan gerak yang dalam hal ini keterampilan bermain
bolavoli.
3) Keterampilan gerak
Terdapat dua macam keterampilan gerak yaitu:
Ketrampilan gerak kasar (Gross Motor Skills)
”Gerak yang memerlukan interaksi dari banyak otot dengan aktivitas
badan/tubuh pada umumnya, seperti lari, menangkap, melemparkan dan
ketrampilan menggunakan raket, (Drowatzky 1981:16).” Unsur-unsur
keterampilan gerak kasar yang juga terdapat dalam olahraga bolavoli yang
terdapat dalam teknik-teknik dasar permainan bolavoli seperti pasing, serve,
semes, dan blok.
19
Keterampilan gerak halus (Fine Motor Skills)
”Ketrampilan gerak yang baik melibatkan otot yang kecil baik lengan
maupun kaki dan digunakan di dalam latihan terbatas, (Drowatzky 1981:16).”
Keterampilan gerak halus ini lebih cenderung melibatkan anggota ekstremitas
gerak pada tubuh. Dalam olahraga bolavoli, peranan ekstremitas anggota gerak
tubuh sangat dominan sehingga membutuhkan keterampilan gerak halus dalam
penunjang keterampilan geraknya.
4) Rangsangan dan tanggapan
Rangsangan dan tanggapan dapat digolongkan menjadi diskrit, serial, atau
berlanjut, menurut pola temporalnya. Drowatzky (1981:16) menyimpulkan: Gerak
diskrit adalah peristiwa tunggal dengan suatu permulaan dan akhir yang
digambarkan secara jelas. Gerak serial mempunyai suatu permulaan dan akhir
yang terbatas tetapi berkombinasi dengan beberapa gerakan individu yang
mengikuti satu sama lain dalam urutan yg cepat. Gerak dengan peristiwa stimulus
berlanjut (seperti menggiring bola) dan perulangan, mendekati respon serupa yang
berlanjut.
Dalam olahraga bolavoli aspek rangsangan dan tanggapan menjadi salah
satu faktor penting. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan permainan bolavoli
memerlukan mekanisme rangasangan dari luar berupa gerakan bola, dan
tanggapan berupa perlakuan terhadap bola dengan pengaplikasian pada teknik-
teknik dasar yang terdapat dalam permainan bolavoli.
5) Respon fisik
”Suatu respon fisik mempunyai dua tahap, yaitu tahap persiapan/awalan
dan tahap penyelesaian, (Drowatzky 1981:16).” Tahap-tahap dalam respon fisik
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tahap persiapan/awalan
Seorang atlet akan mempersiapkan dirinya (posisi tubuhnya) apabila akan
melaksanakan suatu gerakan. Dalam hal ini adalah tahapan awalan dari suatu
pelaksanaan keterampilan. Dapat dicontohkan secara nyata dalam bolavoli yaitu
20
pada saat pemain bolavoli akan melakukan blok. Sikap ataupun gerakan awalan
dari gerakan tersebut merupakan tahap persiapan dari respon fisik.
Tahap penyelesaian
Dapat dikategorikan masuk ke dalam tahap ini apabila seluruh rangkaian
gerakan dari suatu keterampilan olahraga telah dilakukan. Dalam olahraga
bolavoli dapat dicontohkan, yaitu pada saat pemain setelah melakukan awalan
loncatan untuk melakukan blok lawan dan setelah itu melakukan gerakan
pendaratan. Sikap ataupun gerakan pelaksanaan dan akhir dari gerakan tersebut
merupakan tahap penyelesaian dari respon fisik.
Berdasarkan beberapa teori dasar belajar gerak yang dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa pembinaan serta pemberian latihan untuk pengusaan
keterampilan bermain bolavoli harus berlandaskan pada teori tersebut. Hal ini
dikarenakan bahwa setiap individu akan melalui tahapan-tahapan belajar motorik
dalam jenjang kehidupannya. Tahapan ini akan dilewati untuk menuju pada
pembentukan gerakan yang akan semakin lebih baik pada masing-masing individu
disetiap urutan jenjang hidup. Oleh karena itu penerapannya sangat dibutuhkan
untuk pembelajaran maupun pembinaan khususnya pada usia dini.
Selanjutnya aplikasi dari teori untuk mengetahui pengusaan beberapa
komponen belajar gerak tersebut dalam pembinaan, baik pembinaan prestasi
maupun pengusaan keterampilan, pada tahap awal dapat dilakukan dengan
identifikasi keberbakatan (talent scouting). Hal ini sangat penting dilakukan
karena dapat digunakan untuk pengelompokan individu berdasarkan keberbakatan
yang dimiliki dalam dunia olahraga. Demikian pula manfaatnya terhadap
pembinaan prestasi olahraga bolavoli. Apabila seorang individu telah diketahui
bahwa memiliki tingkat dominansi keberbakatan dalam bolavoli maka akan sangat
memudahkan dalam upaya pembinaan prestasi.
b. Identifikasi Keberbakatan sebagai Aplikasi Pengamatan
Tahapan awal di dalam melakukan pembinaan olahraga untuk mencapai
prestasi puncak yang maksimal harus dimulai dengan tahapan penelusuran bibit
unggul atau talent scouting. Talent scouting sangat dibutuhkan sekali dalam upaya
21
untuk pencarian bibit unggul dalam kecabangan olahraga. Kebutuhan akan
komponen biomotor, kesesuaian somatotype tubuh satu cabang olahraga dengan
cabang olahraga yang lainnya berbeda-beda. Program latihan yang berkualitas
akan mempengaruhi hasil latihan yang lebih maksimal. Keberhasilan latihan dapat
dilihat dengan cara melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan cara
melakukan tes dan pengukuran.
Setiap anak pasti dibekali dengan bakat atau talent sebagai potensi yang
dibawa sejak lahir, merupakan pembawaan yang diperoleh secara genetik dari
faktor keturunan. Bompa (1986: 330) mengidentifikasi sifat anak cenderung
mewarisi orang tuanya baik secara psikologis maupun biologis. Namun indicator
tersebut belumlah cukup, oleh karena tuntutan untuk dapat melakukan berbagai
cabang olahraga sangat beragam. Maka kriteria untuk mengidentifikasi calon
olahragawan berbakat setiap cabang olahraga juga beragam atau multiindikator.
Indikasi keberbakatan olahragawan harus dilakukan dengan pengukuran yang
obyektif, terhadap beberapa indikator yang diyakini sebagai modal utama yang
harus dimiliki calon olahragawan sesuai cabang olahraganya.
Dalam pembinaan prestasi olahraga bolavoli perlu dilakukan pengenalan
terhadap keterampilan dan kemudian dilanjutkan dengan pembinaan kondisi fisik
yang disesuaikan dengan pola perkembangan gerak dari masing-masing individu.
Keterampilan adalah kemampuan umtuk menggunakan satu atau beberapa teknik
secara tepat, baik dari segi waktu maupun situasi (Lutan, 1988:96). Ketrampilan
juga didefinisikan sebagai gerak otot atau gerak tubuh untuk mensukseskan
pelaksanaan aktifitas yang diinginkan (Singer, 1992:32). Kemudian Schmidt
(1991:5) memberikan batasan keterampilan sebagai kemampuan individu untuk
mencapai tujuan dalam jangka waktu yang minimum. Dikemukakan bahwa ada
tiga unsur penting dalam keterampilan yaitu ; (1) memahami cirri-ciri lingkungan
yang relevan, (2) memutuskan apa, dimana dan kapan dilakukan, (3)
menghasilkan kegiatan otot yang terorganisir untuk membangkitkan gerakan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan individu dalam
menggunakan gerakan otot atau gerakan tubuh untuk mensukseskan pelaksanaan
beberapa teknik secara tepat guna untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu
22
singkat. Dalam hal ini pelaksanaan keterampilan tersebut adalah keterampilan
bermain bolavoli.
Identifikasi bakat anak untuk pembinaan prestasi bolavoli sangat
diperlukan karena untuk mengarahkan anak sesuai dengan bakat yang dimilkinya.
Apabila seorang anak telah diketahui bakatnya dalam olahraga bolavoli maka
pembinaan prestasi akan dapat secara efektif dilakukan. Pembinaan prestasi
hendaknya dilakukan sejak usia dini karena sangat penting untuk memperhatikan
aktifitas fisik pada usia dini. Dengan pemeriksaan bakat awal ini dapat ditentukan
langkah pembinaan yang selanjutnya.
5. Latihan
Latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu
yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan
membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk
memenuhi tuntutan tugas Bompa, (dalam Budiwanto 2004:12). Kemudian definisi
yang lain menyebutkan bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik untuk
mengembangkan seorang atlit dalam menghadapi pertandingan penting (Fox,
Bowers & Foss, 1993:693)
Teknik adalah proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan
sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga
(Suharno, 1975 : 22). Keterampilan teknik merupakan bagian penting dalam
pencapaian prestasi. Dengan keterampilan teknik yang baik maka seorang atlet
memungkinkan mampu menampilkan permainan atau gaya yang baik dalam suatu
cabang olahraga. Teknik dalam setiap cabang olahraga selalu berkembang sesuai
dengan tujuan dan peraturan permainan yang semakin tinggi tuntutannya, yaitu
prestasi maksimal. Oleh karena itu latihan keterampilan teknik harus secara
proporsional mendapat prioritas utama dalam susunan program latihan.
Dalam suatu latihan kita perlu memperhatikan prinsip-prinsip latihan yang
ada agar tercapai tujuan yang diinginkan dan tidak membahayakan bagi kebugran
dan kesehatan serta keselamatan tubuh.
23
Latihan olahraga merupakan suatu latihan dalam upaya untuk
meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh
secara optimal ketika berolahraga. Agar latihan olahraga mencapai hasil yang
maksimal.
Adapun prinsip-prinsip latihan yang secara umum diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a. Prinsip Kekhususan (Specificty)
Untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan latihan harus bersifat
khusus, yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai dengan tuntutan
dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan. Kekhususan dalam hal ini
adalah spesifik terhadap sistem energi utama, spesifik terhadap kelompok otot
yang dilatih, pola gerakan, sudut sendi dan jenis kontraksi otot.
Menurut Bompa (1990:34) bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan
dalam prinsip kekhususan yaitu: (1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai
dengan karakteristik cabang olahraga, (2) melakukan latihan untuk
mengembangkan kemampuan biomotorik khusus dalam olahraga. Soekarman
(1987:60) mengemukakan bahwa latihan itu harus khusus untuk meningkatkan
kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang
bersangkutan. Menurut Pyke, Robert, Woodman, Telford & Jarver (1991:119)
latihan harus ditujukan khusus terhadap sistem energi atau serabut otot yang
digunakan, juga dikaitkan dengan peningkatan ketrampilan motorik khusus.
Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan
yang ingin dicapai dalam cabang olahraga.
b. Prinsip Beban Lebih (The Overload Priciples)
Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada
pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet
(Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin, 1996:131) Atlet harus selalu berusaha
berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan saat itu,
artinya berlatih dengan beban yang berada diatas ambang rangsang. Kalau beban
latihan terlalu ringan (dibawah ambang rangsang), walaupun latihan sampai lelah,
24
berulang-ulang dan dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi tidak mungkin
tercapai.
Meskipun beban latihan harus berat, beban tersebut harus masih berada
dalam batas-batas kemampuan atlet untuk mengatasinya. Kalau bebannya terlalu
berat, maka perkembangan pun tidak akan mungkin karena tubuh tidak akan dapat
memberikan reaksi terhadap beban latihan yang terlalu berat tersebut. Hal ini juga
bisa mengakibatkan cedera (overtraining).
Pemberian beban dimaksud agar tubuh beradaptasi dengan beban yang
diberikan tersebut, jika itu sudah terjadi maka beban harus terus ditambah sedikit
demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan perkembangan kemampuan
tubuh. Penggunaan beban secara overload akan merangsang penyesuaian
fisiologis dalam tubuh, sehingga peningkatan prestasi terus-menerus hanya dapat
dicapai dengan peningkatan beban latihan (Bompa, 1990:44). Untuk mendapatkan
efek latihan yang baik organ tubuh harus diberi beban melebihi beban dari
aktivitas sehari-hari. Beban yang diberikan mendekati maksimal hingga maksimal
(Brook & Fahey, 1984:84).
c. Prinsip Beban Bertambah (The Prinsiples of Progresive)
Beban latihan adalah sejumlah intensitas, volume, durasi dan frekuensi
dari suatu aktivitas yang harus dijalani oleh atlet dalam jangka waktu tertentu
untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuhnya agar
mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan latihan
(Nala,1998:34).
Peningkatan pemberian beban hendaknya dilakukan secara progresif dan
bertahap. Progresif artinya beban latihan selalu meningkat, dari awal sampai akhir
latihan. Peningkatan berat beban dilakukan tidak sekaligus, tetapi bertahap.
Diawali dengan beban rendah dan dilanjutkan ke beban yang semakin tinggi,
bukan sebaliknya pada awal latihan diberikan beban berat, kemudian makin lama
beban latihanya semakin ringan. Menurut Nala (1998:34) bahwa yang
dimaksudkan dengan beban latihan tidaklah selalu pengertiannya kuantitatif,
tetapi mencakup kuantitatif dan kualitatif. Beban latihan yang bersifat kuantitatif
25
ini, beban latihannya dapat berupa berat beban yang harus diangkat, banyaknya
repetisi, set, lama istirahat per set, kecepatan, frekuensi perminggu dan
sebagainya. Bagi atlet cabang olahraga yang lain tentu beban latihannya akan
berbeda, sebab tujuan latihannya berbeda. Atlet pelari cepat 100 meter berlatih
agar dapat berlari secepat-cepatnya. Atlet pelompat tinggi tujuan latihanya adalah
agar mampu melompat setinggi-tingginya. Sedangkan atlet pelempar lembing
berlatih dengan harapan agar mampu melempar lembing sejauh mungkin, dengan
demikian dapatlah dimengerti mengapa atlet pelari cepat 100 meter beban latihan
utamanya tidak berupa mengangkat beban (halter) seberat-beratnya, tetapi berupa
kecepatan, jarak tempuh atau lamanya berlatih lari dalam sehari. Beban latihan
yang bersifat kualitatif dapat berupa presentase intensitas latihan, berapa persen
beban latihan diambil pada awal latihan dan berapa persen peningkatanya.
d. Prinsip Individualitas (The Prinsiples of Individuality)
Pada prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lain.
Dalam latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan
lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan
berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu faktor-faktor
karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun program
latihan. Berkaitan dengan hal ini Harsono (1988:112-113) mengemukakan bahwa:
faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar
belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri
psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam menyusun program
latihan.
Latihan yang dilakukan harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan
karakteristik dan kondisi individu atlet. Program latihan yang disusun dan
pembebanan yang diberikan dalam latihan harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap
individu.
26
e. Prinsip Reversibelitas (The Prinsiples of Reversibility)
Kemampuan fisik yang dimiliki seseorang tidak menetap, tetapi dapat
berubah sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukan
latihan atau kegiatan fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik, sebaliknya
ketidakaktifan atau tanpa latihan akan menimbulkan kemunduran kemampuan
fisik. Menurut Soekarman (1987:23) bahwa, setiap hasil latihan kalau tidak
dipelihara akan kembali keadaan semula. Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik
harus secara teratur dan kontinyu.
Prinsip ini harus dipegang oleh pelatih maupun atlet. Latihan yang teratur
dan kontinyu akan membawa tubuh untuk dapat segera menyesuaikan diri pada
situasi latihan. Adaptasi tubuh terhadap situasi latihan ini, maka kemampuan
tubuh dapat meningkat sesuai dengan rangsangan yang diberikan.
Prinsip-prinsip latihan yang tersebut di atas harus dilaksanakan sebagai
mana mestinya karena dapat mempengaruhi kondisi atlet serta kesiapan mental
pada saat menghadapi suatu pertandingan. Dan apabila untuk menjaga kebugaran
maka dengan memenuhi semua prinsip latihan yang telah ditentukan akan
memperolaeh tingkat kebugaran yang proporsional. Latihan juga harus meliputi
aspek psikologis yang di dalamnya termasuk memperhatikan karakteristik khusus
otot di dalam tubuh manusia diantara sifat-sifat otot manusia pada umumnya. (Fox
1983:3). Adapun tujuan latihan teknik adalah:
Untuk mempertinggi keterampilan gerakan teknik dan otomatisasi
gerakan teknik dalam suatu cabang olahraga
Otomatisasi gerakan ditandai dengan hasil gerakan yang ajeg dan
konsisten, sedikit atau jarang melakukan kesalahan, dalam situasi yang
berbeda-beda selalu dapat melakukan gerakan dengan konsisten.
Bompa (dalam Budiwanto, 2004:30) menyatakan, "faktor dasar latihan
meliputi latihan fisik, teknik, taktik, dan mental". Jadi latihan itu harus dilakukan
secara menyeluruh agar proporsinya tepat dan menimbulkan efek yang baik bagi
tubuh.
Bompa (dalam Budiwanto, 2004:6) menyatakan bahwa" Untuk memoles
dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih melalui suatu upaya teknis,
27
seseorang harus mengembangkan kapasitas penampilan lebih lanjut dengan teknik
yang tepat secara keseluruhan."
Menurut Suharno (1992:46) "teknik adalah suatu proses gerakan dan
pembuktian dalam praktik dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas
yang pasti dalam cabang olahraga". Budiwanto (2004:46) menyatakan bahwa"
keterampilan teknik merupakan bagian terpenting dalam pencapaian prestasi
olahraga. Tanpa keterampilan teknik yang baik maka seorang atlet tidak mungkin
akan mampu menampilkan permainan atau gaya yang baik dalam suatu cabang
olahraga". Budiwanto (2004:46) menyimpulkan: Teknik dasar ada tiga kategori,
yaitu teknik dasar, teknik menengah dan teknik tinggi". Teknik dasar adalah suatu
teknik dimana proses melakukan gerakan merupakan fondamen dasar, gerakan
dilakukan dalam kondisi sederhana dan mudah. Teknik menengah adalah suatu
teknik dimana dalam melakukan gerakan menuntut penggunaan kecepatan,
kekuatan, kelincahan dan koordinasi yang lebih tinggi daripada teknik dasar.
Teknik tinggi adalah suatu teknik dimana dalam melakukan gerakan menuntut
tempo yang tinggi, koordinasi, keseimbangan, ketepatan yang tinggi serta gerakan
tersebut sulit, simultan dalam kondisi yang berat.
Dalam kegiatan kepelatihan, pelatih diharapkan mampu memberikan
tahap-tahap latihan, dari yang mudah ke yang sukar, dari beban yang ringan ke
yang berat, dari teknik yang rendah, menengah, lalu ke teknik yang lebih tinggi,
agar peserta mampu beradaptasi secara perlahan-lahan. Suharno (1975:60)
menyatakan langkah-langkah melatih teknik: (a) Melatih gerak teknik secara
keseluruhan dan kasar, (b) melatih gerak-gerak badan dengan teliti dan benar, (c)
melatih gerak keseluruan secara cermat dengan jalan menitik beratkan kunci-
kunci gerak yang dapat menjamin kebenaran gerak keseluruhan, (d)
mengotomatisasikan gerak yang benar secara keseluruhan dengan jalan
melakukan sebanyak mungkin frekuensinya, (e) dicobakan/dipraktekkan dalam
permainan dengan pengontrolan secara cermat gerakan teknik tersebut, (f)
penyempurnaan kesalahan-kesalahan yang terdapat saat bermain/bertanding,
kemudian dilatih secara intensif untuk pemantapan otomatisme gerak, (g)
dinilai/dievaluasi hasil gerak keterampilan yang menjadi tujuan latihan.
28
Latihan penguasaan taktik juga harus dilaksanakan secara bertahap sesuai
dengan prinsip-prinsip latihan. Hal ini bertujuan untuk lebih memudahkan dalam
penguasaan tekniknya sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. latihan
dari tahap yang paling sederhana menuju kepada tingkatan yang lebih kompleks
akan sangat efektif dilakukan karena penguasaan ketrampilan geraknya dapat
tersusun dengan sistematis, pada dasarnya taktik bertahan dalam bolavoli dapat
dilakukan secara individu ataupun kelompok, keduanya bertujuan untuk
memperoleh nilai tertinggi dengan cepat sehingga dapat menjadi pemenang.
Taktik individu dapat dilakukan seorang pemain dalam menerima bola dari
serangan lawan, baik berupa serangan semes maupun serangan bola biasa,
sedangkan taktik kelompok merupakan pertahanan yang benar-benar menuntut
kebersamaan.pertahanan ini dilakukan pada saat mengantisipasi serangan semes
dari lawan dari arah bola di dekat net,dengan cara dua atau tiga pemain untuk
membendung serangan dari lawan,dengan cara melakukan dua blok ataupun tiga
blok.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir merupakan argumentasi teoritik terhadap hipotesis yang
diajukan, dalam penelitian pengembangan kerangka berpikir memberikan arahan
tentang langkah-langkah metodologis yang akan diambil, penelitian ini
menggunakan metode pengembangan research and development. Pengembangan
atau yang sering disebut sebagai penelitian pengembangan dilakukan dengan
maksud menjembatani jurang yang terbentang cukup lebar antara penelitian dan
praktek pendidikan. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan.
Dapat disebutkan lagi bahwa teori-teori, model, serta konsep ilmiah yang telah
ditemukan atau dikemukakan sebelumnya dapat dikaji kembali untuk kemudian
dilakukan suatu pengembangan yang menghasilkan sesuatu yang baru dari hal
29
tersebut sehingga akan menjadi sempurna baik substansi maupun tujuan yang
dihadirkan.
Model merupakan suatu tiruan dari yang aslinya, mengatur bagian khusus
suatu fenomena yang diamati atau diselidiki. Tujuan suatu model ini untuk
memperoleh suatu yang ideal, dan meskipun keadaan abstrak ideal diatas adalah
kenyataan yang kongkrit, itu juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk
dicapai, suatu peristiwa yang akan dapat diperoleh. Suatu model mempunyai
kekhususan untuk setiap perorangan atau tim. Suatu model latihan akan
memperhatikan beberapa faktor lain, potensi dan fisiologis atlet, fasilitas, dan
lingkungan sosial.
Pemilihan metode pengembangan ini karena dianggap sesuai dengan
permasalahan yang akan diangkat menjadi topik penelitian dan dapat menjadi
solusi dari permasalahan yang ada. Secara garis besar metode pengembangan ada
tiga tahap, yang pertama pendahuluan, kedua tahap uji produk, dan tahap uji
efektivitas produk. Tahap 1, pendahuluan terdiri analisis kebutuhan, kajian
teoritik dan pengembangan produk awal. Analisis kebutuhan dilakukan untuk
mengetahui proses latihan dan kesejangan antara harapan dan kenyataan di klub
bolavoli Kota Surakarta setelah menemukan masalah yang akan diangkat menjadi
masalah penelitian, kemudian dilanjutkan kajian teoritik yang relevan dengan
topik masalah penelitian yang diangkat. Langkah selanjutnya pengembangan
produk awal yaitu mengembangkan model latihan taktik bertahan dalam bolavoli.
Model latihan taktik bertahan bolavoli dikembangkan berdasarkan karakteristik
atlet putra tingkat intermediet dan disesuaikan dengan kajian teori tentang
bolavoli, analisis kondisi fisik, prinsip latihan dan tentang belajar gerak.
Tahap 2, uji coba produk ada dua yaitu uji coba ahli dan uji coba lapangan
bertujuan untuk mendapatkan penilaian dari ahli bolavoli dan atlet bolavoli putra
tingkat intermediet di Kota Surakarta. Hasil evaluasi dijadikan acuan dan
masukan untuk perbaikan model latihan taktik bertahan yang dikembangkan oleh
peneliti. Hasil penelitian juga sebagai acuan, apakah produk bisa dilanjutkan atau
tidak.
30
Tahap 3, uji efektivitas produk menggunakan rancangan eksperimen
semu, eksperimen semu membandingkan 2 kelompok antara kelompok coba yang
menggunakan model latihan taktik bertahan dalam bolavoli yang dikembangkan
peneliti dan kelompok kontrol yang menggunakan model latihan taktik bertahan
dalam bolavoli yang konvensional. Uji efektivitas ada tiga tahapan yaitu: tes awal,
perlakuan, tes akhir. Tes awal menggunakan insstrumen skala penilaian taktik
bertahan dalam bolavoli bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
keterampilan taktik bertahan bolavoli atlet putra tingkat intermediet kelompok
coba dan kelompok kontrol di Kota Surakarta. Perlakuan kelompok coba dan
kelompok kontrol selama 24 kali pertemuan, 3 kali seminggu, banyaknya
pertemuan disesuaikan dengan prinsip latihan. Tes akhir menggunakan instrumen
skala penilaian taktik bertahan bolavoli bertujuan untuk mengetahui kemampuan
taktik bertahan atlet putra tingkat intermediet di Surakarta setelah diberi
perlakuan.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian
teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini belum banyak dilakukan penelitian
dalam peningkatan kemampuan taktik bertahan dalam bolavoli, secara
metodologis telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan khususnya yang
terkait dengan pengembangan model latihan taktik bertahan dalam bolavoli untuk
meningkatkan kemampuan bolavoli.
D. Spesifikasi Produk
Dalam kegiatan pengembangan ini, peneliti akan mengembangkan model
latihan taktik bertahan bolavoli dengan memperhatikan tahapan pelaksanaan
latihan, yang dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke
yang kompleks, dari jarak dekat ke yang jauh, dan dari tingkat kesulitan yang
rendah ke yang tinggi (Depdiknas, 2005:9). Kemudian akan menjelaskan yaitu
pertama tentang macam-macam taktik bertahan dalam bolavoli. Kedua akan
31
smenjelaskan tentang macam-macam variasi taktik bertahan dalam bolavoli.
Produk yang dihasilkan berisi tentang model-model latihan taktik bertahan dalam
bolavoli yang selalu digunakan dalam setiap pertandingan bolavoli, sehingga ini
dapat meningkatkan keterampilan taktik bertahan.
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Pemgembangan Produk
Konsep Variabel Sub variabel Indikator
Bolavoli
Model
latihan taktik
pertahanan
bolavoli
Latihan fisik
khusus untuk
taktik bertahan
bolavoli
Latihan Fleksibilitas Peregangan
Statis
Latihan Fleksibilitas Peregangan
dinamis
Latihan Kekuatan
Latihan Kelincahan
Latihan taktik
bertahan dari
servis
Posisi set upper di posisi 1 normal
Posisi set upper di posisi 1 variasi
Posisi set upper di posisi 2 normal
Posisi set upper di posisi 2 variasi
Posisi set upper di posisi 3 normal
Posisi set upper di posisi 3 variasi
Posisi set upper di posisi 4 normal
Posisi set upper di posisi 4 variasi
Posisi set upper di posisi 5 normal
Posisi set upper di posisi 5 variasi
Posisi set upper di posisi 6 normal
Posisi set upper di posisi 6 variasi
Latihan bertahan
menghadapi
serangan lawan
Bertahan untuk serangan dari posisi 4
Bertahan untuk serangan dari posisi 3
Bertahan untuk serangan dari posisi 2