digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii penerapan model...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X 9
SMA NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
O L E H :
ERMA YUNITA
K8408037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X 9
SMA NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
ERMA YUNITA
K8408037
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Erma Yunita. K8408037. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X 9 SMA N 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki serta meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X 9 SMA Negeri 1 Surakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas X 9 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012 yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Siklus pertama membahas pokok bahasan Interaksi sosial dan siklus kedua tentang Sosialisasi.
Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran sosiologi berlangsung dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Adapun data yang diperoleh dari lembar observasi keaktifan dianalisis dengan menghitung persentase dari keseluruhan aspek yang diamati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan belajar sosiologi siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II menunjukkan bahwa rata-rata aspek keaktifan belajar sosiologi siswa X 9 SMA Negeri 1 Surakarta pada materi Interaksi Sosial dan Sosialisasi mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan belajar sisiwa hasil rata-rata dalam persentase dari lembar observasi keaktifan belajar pada tiap siklus, yaitu pada siklus I keaktifan belajar siswa naik sebesar 12,58% dari 52,08% mencapai 64,66% dengan kategori keaktifan cukup baik atau sedang dan untuk siklus II sebesar 81,06 % dikategorikan sebagai keaktifan baik sekali atau sangat baik. Peningkatan yang terjadi dari siklus 1 menuju siklus 2 tersebut sebesar 16,4% sehingga dapat disimpulkan kategori keaktifan siswa kelas X 9 SMA Negeri 1 Surakarta secara keseluruhan adalah sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT Erma Yunita. K8408049. THE IMPLEMENTATION OF JIGSAW II TYPE, A COOPERATIVE LEARNING MODEL TO IMPROVE STUDENTS’ ACTIVENESS IN SOSIOLOGY SUBJECT A CLASSROOM ACTION RESEARCH STUDY CONDUCTED AT CLASS X 9 SMA N 1 SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University.
The objective of this study is to improve and enhance the learning process through the implementation of JIGSAW II type, A Cooperative Learning model in sociology subjects at class X 9 SMA N 1 Surakarta.
This study is classified as a classroom action research. The subject is class X 9 SMA N 1 Surakarta in the academic year of 2011 / 2012 which consists of 32 students. The research was conducted in two cycles. The first cycle discussed about Social Interaction, while the second one discussed about Socialization.
The Research data was obtained from class observation during teaching and learning process by using students’ activeness observation sheet and field notes, interviews, and documentations. The students’ activeness observation sheet data was analyzed by calculating the percentage of the overall aspects being observed.
The result of the research showed that students’ activeness in learning sociology, especially about Social Interaction and Socialization is increased after Jigsaw II Cooperative Learning model was implemented. It is indicated by the increasing of average percentage of students' learning activeness observation sheet for each cycle. In the first cycle, students’ activeness improved up to 12,58% from 52,8% to 57, 42%. It is categorized as medium level. While, in the second cycle, there is improvement for about 16,4% so the students’ activeness is 81,06% which is categorized as high level. Based on the data above, it can be concluded that the X9 students’ activeness of SMA Negeri 1 Surakarta is high.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Jadilah pribadi yang kreatif dan selalu mencoba untuk menjadi lebih baik.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan setiap langkah
penulis untuk berhasil disela tiga perempat
malamnya.
2. Mas har dan mbak anik yang selalu mendukung
untuk tidak pernah menyerah, serta dek Imah yang
selalu penulis sayangi.
3. Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Sujud syukur hamba ya Allah, rabb semesta alam, yang selalu menyayangi
hamba dengan tulus dan memberikan ampunan yang maha luas. Alhamdulillah, atas
rahmat dan ridha Allah penulis mampu menyelesaikan penyusunan Skripsi ini
disusun dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan. Semoga Skripsi ini bermanfaat.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd. Ketua Jurusan P. IPS FKIP UNS.
3. Drs. MH Sukarno, M.Pd. Kaprodi Sosiologi Antropologi P. IPS FKIP UNS.
4. Drs. Ay Djoko Darmono,M.Pd dosen Pembimbing I, serta bu Siany Indria L,
S.Ant, M.Hum selaku dosen Pembimbing 2.
5. Drs Basuki Haryono, M.Pd yang telah membimbing penulis secara akademik
selama 7 semester ini.
6. Drs. Slamet Subagyo, M.Pd Drs. Suparno, M.Pd yang selalu direpotkan penulis,
serta para dosen Sosiologi Antropologi yang saya hormati.
7. Drs. HM.Thoyibun, S.H., M.M kepala sekolah dan Agustaf Didit M, S.Pd. Guru
Sosiologi SMA N 1 Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu–persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat balasan dari Allah
SWT. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini jauh dari kata sempurna, namun
demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
pendidikan. Amin.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
DAFTAR ISI
JUDUL……......................…………………………………………………
PENGAJUAN …………….....................………………………………….
PERSETUJUAN ….....................………………………………………….
PENGESAHAN……….....................……………………………………...
ABSTRAK ……………………………………………...............................
ABSTRACT …………….....................………………………………........
MOTTO ………......................……………………………………………..
PERSEMBAHAN ………….....................………………………………...
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...
A. Latar Belakang Masalah………………………………..…....
B. Rumusan Masalah……………………………………….......
C. Tujuan Penelitian ……………………………..…………….
D. Manfaat Penelitian……………………………..……………
BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………….
A. Tinjauan Pustaka …………………………………….……...
1. Hakikat pendidikan .............................…………….........
a. Pengertian pendidikan………………….....................
b. Tujuan Pendidikan.............……………………….....
c. Faktor Pendidikan.......................................................
d. Pendidikan sebagai Sistem..........................................
2. Hakekat Belajar dan Pembelajaran ......…………………
a. Hakikat Belajar............................................................
1) Pengertian Belajar....................................................
2) Prinsip belajar .........................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xv
xvii
xviii
1
1
8
8
8
10
10
10
10
11
12
14
17
17
17
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3) Proses belajar...........................................................
b. Pembelajaran ..............................................................
1) Pengertian Pembelajaran..........................................
2) Model Pembelajaran................................................
3) Jenis model pembelajaran........................................
4) Pemilihan model pembelajaran yang sesuai............
3. Model Pembelajaran Kooperatif……………...………...
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ..........................
b. Ciri- ciri Pembelajaran Kooperatif .............................
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif..
d. Metode dalam model Pembelajaran Kooperatif..........
4. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II……………..……..
a. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II….
b. Langkah-langkah pelaksanaan Jigsaw II.....................
5. Hakikat pembelajaran Sosiologi.......................................
a. Pengertian pembelajaran sosiologi..............................
b. Penyampaian materi pelajaran sosiologi.....................
c. Pokok bahasan Sosiologi dalam penelitian.................
6. Keaktifan Belajar …………………….............................
a. Pengertian Keaktifan Belajar ….................................
b. Upaya meningkatkan keaktifan belajar.......................
c. Indikator keaktifan Belajar ……………....................
7. Hakekat Penelitian Tindakan Kelas .………………........
a. Pengertian Penelitian Tindakan ..................................
b. Pengertian penelitian tindakan kelas...........................
c. Karakteristik PTK........................................................
d. Perbedaan PTK dengan penelitian lain........................
e. Bentuk PTK.................................................................
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...............................................
C. Kerangka Berpikir………………………………..………….
D. Hipotesis Tindakan …………….………………..………….
22
23
23
25
26
27
30
30
32
33
35
37
37
39
41
41
42
44
46
46
48
49
52
52
53
54
55
56
57
58
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….....
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………….……...
1. Tempat Penelitian ………………………………………
2. Waktu Penelitian………………………………..……….
B. Subjek dan Objek Penelitian …………………………..........
1. Subjek Penelitian ..............................................................
2. Objek Penelitian ...............................................................
C. Bentuk dan strategi Penelitian ………………………..........
1. Bentuk Penelitian..............................................................
2. Strategi penelitian.............................................................
D. Data dan Sumber data............................................................
1. Data .................................................................................
2. Sumber data......................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data …………….…………………...
1. Teknik Observasi …..…………………………………..
2. Teknik Dokumentasi ........................................................
3. Teknik wawancara mendalam ..........................................
F. Instrumen Penelitian ………………….…………….............
1. Peneliti ………….…………………………....................
2. Lembar Observasi …………………..…………….........
3. Pedoman Wawancara ……………………………….......
G. Validitas data..........................................................................
1. Triangulasi sumber............................................................
H. Teknik Analisis Data ……………………..…………………
1. Reduksi Data....................................................................
2. Penyajian Data..................................................................
3. Penarikan kesimpulan.......................................................
I. Indikator Kerja.......................................................................
J. Prosedur Penelitian ................................................................
1. Rancangan Siklus Pertama ...............................................
2. Rancangan Siklus Kedua .................................................
61
61
61
62
63
63
63
63
63
64
64
65
65
66
66
67
68
68
68
68
69
69
70
70
70
71
71
72
73
75
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Penyusunan Laporan.........................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………......
A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………..…….
1. Sejarah Singkat Sekolah …......…………........................
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah …………........................
3. Keadaan Lingkungan Belajar Sekolah ............................
B. Indentifikasi Masalah Pembelajaran Sosiologi Kelas X 6 .....
1. Ditinjau dari Segi Siswa ……………………………......
2. Ditinjau dari Segi Guru ………………………………....
3. Fokus masalah...................................................................
C. Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………......
1. Pra Penelitian....................................................................
2. Siklus Pertama .................................................................
a. Perencanaan ...............................................................
b. Pelaksanaan Tindakan ................................................
c. Observasi dan Interpretasi ..........................................
d. Refleksi dan Analisis ..................................................
3. Siklus Kedua ……………………………..…………......
a. Perencanaan ................................................................
b. Pelaksanaan Tindakan ................................................
c. Observasi dan Interpretasi ..........................................
d. Refleksi dan Analisis ..................................................
D. Pembahasan ……………………………….………..............
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI SARAN …….…………….............
A. Kesimpulan …………………………..………………..…....
B. Implikasi .................................................................................
C. Saran ……………………………………………………..….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………..………………………
LAMPIRAN ……………………………..………………………………...
77
79
79
80
81
83
84
85
86
87
87
87
88
88
95
105
121
123
123
130
139
153
154
162
162
163
163
165
166
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Jadwal Penelitian........................................................................
Prosentase skor hasil observasi keaktifan belajar siswa.............
Penskoran aspek keaktifan belajar siswa........……………….....
Indikator kerja penelitian............................................................
Rentang nilai siswa pra penelitian..............................................
Jadwal penelitian siklus 1...........................................................
Keaktifan belajar siswa pada siklus 1 pertemuan 1....................
Nilai Keaktifan belajar siswa perkelompok
pada siklus 1 pertemuan 1............................................................
Keaktifan belajar siswa pada siklus 1 pertemuan 2....................
Nilai Keaktifan belajar siswa perkelompok
pada siklus 1 pertemuan 2...........................................................
Keaktifan belajar siswa pada siklus 1
pertemuan 3 (presentasi).............................................................
Nilai Keaktifan belajar siswa perkelompok
pada siklus 1 pertemuan 3 (presentasi)....................................
Keaktifan belajar siswa pada siklus 1 pertemuan 4...................
Keaktifan belajar siswa perkelompok pada siklus 1
pertemuan 4...........................................................................
Rentang nilai hasil ulangan siklus 1..........................................
Hasil nilai tim siklus 1...............................................................
Jadwal penelitian siklus 1..........................................................
Keaktifan belajar siswa pada siklus 2 pertemuan 1...................
Nilai Keaktifan belajar siswa perkelompok
pada siklus 1 pertemuan 1........................................................
Keaktifan belajar siswa pada siklus 2 pertemuan 2...................
Nilai Keaktifan belajar siswa perkelompok
pada siklus 2 pertemuan 2..........................................................
Keaktifan belajar siswa pada siklus 2
61
64
68
71
86
87
106
107
111
111
113
114
116
117
118
118
122
140
140
144
144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
Tabel 26
Tabel 27
Tabel 28
Tabel 29
Tabel 30
Tabel 31
Tabel 32
pertemuan 3 (presentasi)......................................................
Nilai Keaktifan belajar siswa perkelompok
pada siklus 2 pertemuan 3 (presentasi)....................................
Keaktifan belajar siswa pada siklus 2 pertemuan 4....................
Keaktifan belajar siswa perkelompok pada siklus 2
pertemuan 4...........................................................................
Rentang nilai hasil ulangan siklus 2...........................................
Hasil nilai tim dan peringkat siklus 2.........................................
Aspek keaktifan belajar siswa pada siklus 1..............................
Perbandingan keaktifan belajar siswa pra siklus dan siklus1.....
Aspek keaktifan belajar siswa pada siklus 2..............................
Perbandingan keaktifan belajar siswa pra siklus, siklus 1 dan 2.
Pemenang Kompetisi pada Siklus 2........................................
146
147
149
149
150
151
153
154
156
156
159
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar10
Gambar11
Gambar12
Komponen Dalam Sistem Pendidikan Terbuka.......…..................
Proses Belajar dalam Skematik S-O-R Oleh AbinS. Makmun......
Peta Konsep Materi Interaksi Sosial .............................................
Peta Konsep Materi Sosialisasi......................................................
Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas ..............................
Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles.........................................
Tahap Penelitian Tindakan Kelas..................................................
Keaktifan Belajar Siswa Setiap Indikator Pada Siklus 1.............
Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus 1....
Perbandingan Nilai Siswa Pra Siklus dan Siklus 1........................
Keaktifan Belajar Siswa dalam Pra Siklus, Siklus 1 dan 2............
Peningkatan Nilai Siswa Terhadap Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II.....................................
17
23
44
45
58
70
71
153
154
155
157
158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
DAFTAR LAMPIRAN
Surat-surat
Lampiran 1
Lampiran 1.1
Lampiran 1.2
Lampiran 1.3
Lampiran 1.4
Lampiran 1.5
Lampiran 1.6
Lampiran 1.7
Lampiran 1.8
Lampiran 1.9
Lampiran 1.10
Lampiran 1.11
Lampiran 1.12
Lampiran 1.13
Lampiran 2
Lampiran 2. 1
Lampiran 2. 2
Lampiran 2. 3
Lampiran 2. 4
Lampiran 2. 5
Lampiran 2. 6
Lampiran 2. 7
Lampiran 2. 8
Surat Ijin Penelitian..............................................................
Surat Ijin Menyusun Skripsi ...............................................
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ..............
PRA PENELITIAN
Lembar awal pengamatan keaktifan belajar siswa...............
Lembar pengamatan keaktifan belajar siswa (1)..................
Lembar pengamatan keaktifan belajar siswa (2)..................
Analisis data observasi pra penelitian..................................
Catatan Lapangan pra penelitian ........................................
Pedoman wawancara pra penelitian ....................................
Hasil wawancara pra penelitian............................................
Nilai ulangan siswa pra penelitian .......................................
Pembagian kelompok jigsaw................................................
Lembar laporan kelompok asal.............................................
Jadwal pelajaran kelas X 9 SMA Negeri 1 Surakarta..........
Jadwal pelajaran SMA Negeri 1 Surakarta...........................
Dolumentasi gambar.............................................................
SIKLUS 1 (PERTAMA)
Silabus Interaksi Sosial.........................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)
Pra penelitian........................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 1............
Materi Jigsaw siklus 1..........................................................
Pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran (pertemuan 1).................................................
Pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran (pertemuan 2).................................................
Pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran (pertemuan 3).................................................
Pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan
166
167
168
169
170
172
174
175
179
181
185
186
187
189
190
191
192
193
205
214
221
224
226
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Lampiran 2. 9
Lampiran 2. 10
Lampiran 2. 11
Lampiran 2. 12
Lampiran 2.13
Lampiran 2. 14
Lampiran 3
Lampiran 3. 1
Lampiran 3. 2
Lampiran 3. 3
Lampiran 3. 4
Lampiran 3. 5
Lampiran 3. 6
Lampiran 3. 7
Lampiran 3. 8
Lampiran 3. 9
Lampiran 3. 10
Lampiran 3. 11
Lampiran 3. 12
Lampiran 3. 13
Lampiran 3. 14
Lampiran 3. 15
pembelajaran (pertemuan 4).................................................
Analisis data hasil penelitian...............................................
Pedoman wawancara siklus 1..............................................
Hasil wawancara siklus 1....................................................
Nilai ulangan siswa siklus 1................................................
Penilaian kelompok siklus 1...............................................
Dokumentasi gambar siklus 1.............................................
SIKLUS 2 (KEDUA)
Silabus Sosialisasi................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pra penelitian........................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 2............
Materi Jigsaw siklus 2.........................................................
Pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran (pertemuan 1).................................................
Pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran (pertemuan 2).................................................
Pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran (pertemuan 3).................................................
Pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran (pertemuan 4).................................................
Analisis data hasil penelitian................................................
Pedoman wawancara siklus 2...............................................
Hasil wawancara siklus 2.....................................................
Field note sikus 2..................................................................
Nilai ulangan siswa siklus 2.................................................
Penilaian kelompok siklus 2.................................................
Dokumentasi gambar siklus 2..............................................
228
230
232
233
234
235
236
237
239
248
258
264
267
269
271
273
275
276
279
287
288
289
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa, seperti yang
tercantum dalam UUD 1945 bahwa tujuan negara salah satunya adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain mengamanatkan upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah diharapkan dapat menyelenggarakan
satu sistem pengajaran nasional yang diatur dalam undang-undang. Untuk itulah
selanjutnya pemerintah membuat undang-undang yang mengatur perihal
pendidikan untuk anak bangsa.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia selalu dikembangkan searah
dengan kemajuan jaman. Hal ini dapat dilihat dari selalu diperbaruinya Undang-
Undang yang mengatur tentang pendidikan di Indonesia. Dalam upaya
menyesuaikan dengan perkembangan jaman serta memperbaiki sistem pendidikan
nasional, Undang-Undang No.2 tahun 1989 disempurnakan menjadi Undang-
Undang No.20 tahun 2003 (UU Sisdiknas). Perbaikan Undang-Undang dilakukan
oleh pemerintah itu merupakan perwujudan dari upaya pelaksanaan tujuan negara,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut selalu disesuaikan dengan
kebutuhan akan pendidikan dan berbagai macam inovasi pendidikan yang lahir di
dunia ini.
Perbaikan dan perubahan Undang-Undang dari waktu ke waktu membawa
perubahan besar dalam pengertian pendidikan. Dalam UU No.2 tahun 1989
pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang. Perbaikannya dalam UU No.20 tahun 2003 pengertian
pendidikan berkembang yang dijabarkan sebagai berikut:
Dalam pasal 2 ayat 2 UU no.20 tahun 2003 Pendidikan diartikan dengan sistem terbuka adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan (multy entry multy system). Peserta didik dapat belajar sambil bekerja, atau mengambil program-program pendidikan pada jenis dan jalur pendidikan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang berbeda secara terpadu dan berkelanjutan melalui pembelajaran tatap muka atau jarak jauh... .
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dilaksanakan
secara terpadu dan berkelanjutan, selain itu pendidikan dilaksanakan dalam
bentuk pembelajaran yang dapat dilaksanakan dengan tatap muka ataupun jarak
jauh. Pendidik akan lebih leluasa melaksanakan pendidikan karena sistem
pendidikan yang terbuka.
Dari hal tersebut dapat dilihat terdapat konsep baru dalam pendidikan.
Munculnya istilah pembelajaran yang menggeser istilah mengajar merupakan hal
yang baru dan mempengaruhi pelaksanaan pendidikan formal di Indonesia.
Mengajar dan pembelajaran mempunyai makna dan pengertian yang berbeda pula.
Dalam bahasa Inggris mengajar berasal dari kata teaching, sedangkan
pembelajaran berasal dari kata learning.
Konsep belajar mengalami perubahan dari mengajar ke pembelajaran. Hal
ini dilihat dari penyempurnaan dari UU no.2 tahun 1989 dengan UU no 20 tahun
2003 pada pasal 2 ayat 2 yang telah disebutkan. Dalam UU no 2 tahun 1989 masih
terdapat istilah-istilah belajar dan mengajar. Hal ini terdapat dalam pasal 9 pada
ayat 1, pasal 10 ayat 2 dan ayat 3 yang menyebut istilah di dalam kelas dengan
kegiatan belajar mengajar. Dalam UU No 2 tahun 2003, kegiatan belajar mengajar
tidak lagi disebut-sebut, dalam penjelasan atas UU tersebut terdapat istilah
pembelajaran yang digunakan sebagai jalur pendidikan berkelanjutan
Perbedaan antara mengajar dengan pembelajaran terdapat pada
tindakannya. Menurut Agus Suprijono (2011:12) “Belajar yang dilakukan dengan
mengajar atau pengajaran mempunyai arti demikian melahirkan kontruksi belajar
mengajar yang berpusat pada guru”. Mengajar merupakan kata yang mengacu
pada kegiatan belajar yang berpusat pada guru. Guru menyampaikan pengetahuan
kepada peserta didik, dan peserta didik menerimanya. Hal ini selanjutnya berubah
menjadi konsep pembelajaran dalam UU No.20 tahun 2003. Menurut Agus
Suprijono (2011: 13) bahwa “Subyek pembelajaran adalah peserta didik, dimana
guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah menyediakan fasilitas
belajar bagi peserta didik yang berpusat pada siswa”. Munculah istilah-istilah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perubahan dari teacher center menjadi student center, sehingga guru harus
mengubah cara mengajarnya dari mengajar menjadi pembelajaran. Dalam
kegiatan pembelajaran terdapat upaya yang aktif dari siswa, sedangkan dalam
mengajar guru seakan-akan hanya mengisi ilmu kepada siswa sehingga peran
siswa cenderung pasif. Sehingga dapat disimpulkan perbedaan antara
pembelajaran dan mengajar adalah terdapat pada peran siswa dalam belajar.
Perubahan dari mengajar ke pembelajaran ini membawa dampak yang
besar bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar di kelas. Guru yang awalnya
melaksanakan kegiatan belajar dengan upaya teaching atau mengajar harus
melaksakan perubahan menjadi learning atau pembelajaran. Guru harus
menciptakan kelas yang student center daripada teacher center. Konsep mengajar
berubah ke konsep pembelajaran dengan maksud guru tidak lagi berperan aktif
memberitahu siswa, namun guru berlaku sebagai pendorong/ motivator siswa
dalam mencari informasi dan pengetahuan. Guru harus mampu menciptakan
kegiatan belajar yang membuat siswa aktif. Dapat disimpulkan bahwa guru
berperan sebagai fasilitator.
Ketidaksiapan guru/ tenaga pendidik dan siswa akan perubahan konsep
mengajar ke pembelajaran menimbulkan banyak permasalahan pembelajaran.
Menurut Abdul Majid (2009: 226) “Permasalahan pembelajaran merupakan suatu
kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat proses belajar”.
Permasalahan pembelajaran terjadi pada siswa tertentu dalam kegiatan
pembelajaran sehingga hal ini akan menghambat siswa dalam mempelajari materi
yang ada dan akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Ketidaksiapan guru akan
perubahan konsep tersebut bisa menjadi permasalahan bagi siswa dalam kegiatan
belajar. Guru tidak mampu untuk menciptakan pembelajaran yang student center
mengakibatkan siswa tidak aktif.
Masalah yang timbul karena perubahan dari mengajar ke pembelajaran ini
tidak diikuti dengan kompetensi. Banyak guru yang tidak mengikuti
perkembangan teknologi sehingga menghambat guru ketika guru akan
melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran yang berorientasi student center harus
direncanakan dengan memasukkan aktivitas-aktivitas tertentu sehingga bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ceramah terus menerus. Guru yang tidak mau mengikuti perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan tentu akan kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran.
Ketidaksiapan guru dalam perubahan mengajar ke pembelajaran dialami
oleh kebanyakan guru, termasuk oleh guru di SMA Negeri 1 Surakarta.
Berdasarkan hasil observasi di kelas X 9 SMA Negeri 1 Surakarta selama 3 bulan
awal semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012, kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru masih teacher center sehingga konsep pembelajaran
belum tercapai. Adapun identifikasi masalah secara singkat sebagai berikut:
1. Kegiatan belajar siswa masih berpusat pada guru.
2. Ketidaksiapan guru terhadap konsep pembelajaran.
3. Siswa yang kurang termotivasi dalam belajar, khususnya dalam pelajaran
ilmu sosial.
4. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan belajar yang berlangsung di SMA Negeri 1 Surakarta masih
bersifat teacher center. Hal ini antara lain disebabkan oleh banyaknya guru yang
masih melaksanakan kegiatan mengajar, bukan pembelajaran. Para guru yang
sudah berusia lanjut kebanyakan membelajarkan siswa dengan konvensional,
sehingga konsep yang tercapai dari kegiatan belajar jauh dari pembelajaran.
Kegiatan konvensional itu misalnya adalah mengajar dengan ceramah dan siswa
hanya mendengarkan. Selain itu berdasarkan data kepegawaian SMA Negeri 1
Surakarta menunjukkan banyaknya tenaga pengajar yang berasal dari latar
belakang non kependidikan yang mengajar tanpa memperhatikan bagaimana
mengajar yang terbaik untuk karakter siswa. Hal ini jelas menimbulkan masalah
pembelajaran bagi siswa.
Ketidaksiapan guru akan perubahan konsep mengajar ke pembelajaran
tersebut menimbulkan masalah pembelajaran bagi siswa. Banyak dari guru yang
sudah mengajar sejak lama buta teknologi sehingga masih menggunakan metode
konvensional dalam kegiatan pembelajaran dan enggan mengubah cara
mengajarnya. Selain itu, guru lebih terpancang pada teks dan tidak menggunakan
variasi metode lain. Pembelajaran yang berpusat pada guru inilah selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yang mematikan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran
seharusnya berpusat pada siswa bukan lagi pada guru.
Dari observasi kegiatan belajar, khususnya pelajaran sosiologi siswa
terlihat bosan ketika pelajaran dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas
siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak menyimak bahkan
berbicara dengan temannya sendiri. Selain itu motivasi siswa dalam belajar
kurang dimana siswa tidak berusaha untuk menyiapkan buku pelajaran sebelum
pelajaran dimulai. Kebanyakan siswa tidak mencatat hal-hal penting yang
dijelaskan oleh guru. Siswa terlihat kurang bersemangat dan kurang aktif dalam
kegiatan belajar. Selain itu siswa kurang komunikatif dibandingkan dengan kelas-
kelas yang lain. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran kurang, dari 32
siswa hanya 2 sampai 3 orang yang bertanya dalam kegiatan pembelajaran.
Keaktifan belajar siswa yang diperoleh dari observasi awal 52,07% (dapat dilihat
pada halaman 170). Berdasarkan hasil wawancara (dapat dilihat pada halaman
179) dari sebagian siswa kelas X9 kegiatan pembelajaran kurang menarik, dan
guru hanya melakukan metode yang sama yaitu ceramah bervariasi. Selain itu dari
sudut pandang guru, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang belum
mengikutsertakan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Fokus dari masalah yang dianggap paling penting dan perlu ditindaklanjuti
dengan segera adalah keaktifan belajar siswa di kelas yang tergolong rendah.
Refleksi dari siswa terungkap bahwa siswa kurang puas dengan pembelajaran
sosiologi. Secara umum materi yang diajarkan dalam pelajaran sosiologi
monoton, model pembelajaran tidak menarik perhatian siswa sehingga
membosankan. Selain itu guru tidak memberikan kesempatan bagi seluruh siswa
untuk aktif didalam kelas. Siswa menginginkan kegiatan yang variatif dan
menantang, kegiatan-kegiatan yang berada di luar kelas atau model pembelajaran
lain. Refleksi dari guru mata pelajaran sosiologi, bahwa siswa cenderung kurang
aktif dikarenakan materi sosiologi kebanyakan menghafal dan memahami. Selain
itu dalam mengajarkan materi Sosiologi guru merasa kesulitan memilih metode
yang tepat. Meskipun guru mengakui telah mencoba beberapa metode
pembelajaran misalnya diskusi, bermain peran, bahkan kerja kelompok namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kurang berhasil karena waktu pelajaran terbatas dan tidak efektif dalam
penyampaian materi. Selain itu guru lebih fokus pada penyampaian materi
daripada menggunakan metode yang menarik bagi siswa.
Dari berbagai masalah tersebut dapat disimpulkan masalah yang penting
untuk ditindaklanjuti yaitu keaktifan siswa didalam kelas. Hal ini sangat penting
karena keaktifan dalam kegiatan belajar yang rendah harus ditingkatkan.
Keaktifan menunjukkan partisipasi siswa dalam mengkontruksi proses belajar
mereka sendiri. Untuk itulah dipilih masalah tersebut sebagai fokus masalah yang
paling penting untuk diselesaikan.
Untuk menciptakan keaktifan belajar diperlukan model pembelajaran yang
tepat. Isjoni dan Arif Ismail (2008: 146) berpendapat bahwa “Model pembelajaran
merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar,
sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan
sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal”. Dengan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, akan
menjadikan siswa berfikir kritis dan memiliki ketrampilan sosial sehingga
menimbulkan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif dianggap dapat menyelesaikan masalah di atas.
Menurut Isjoni (2011: 5) “pada model Cooperatif Learning siswa diberi
kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk
mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan
fasilitator”. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
kooperatif mempunyai potensi untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Menurut Etin dan Raharjo (2008: 5) “Pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang membantu mahasiswa/siswa dalam
(...) sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara anggota kelompok
akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar”. Pembelajaran
kooperatif mengandung nilai-nilai gotong royong, kerjasama antar anggota
kelompok, serta menghargai pendapat teman lain sehingga dianggap cocok untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa. Selain itu siswa diberi kesempatan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menggali informasi dan mendapatkan informasi itu sendiri. Guru hanya berlaku
sebagai fasilitator dan kegiatan belajar berpusat pada siswa.
Model yang dianggap cocok untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan
belajar siswa yaitu dengan model Kooperatif Jigsaw II. Menurut Isjoni (2011: 54)
“pembelajaran Kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal”. Dapat diartikan bahwa
model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dapat mendorong siswa menjadi aktif
dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dilihat dari cara kerja Jigsaw itu sendiri.
Cam Kam-Wing (2004) dalam jurnal Using ‘Jigsaw II’ in Teacher Education
Programmes mengemukakan bahwa “Jigsaw II merupakan pembelajaran yang
dikembangkan oleh Robert Slavin, diadaptasi dari teknik Jigsaw Elliot Aronson
yang pelaksanaan Jigsaw II terdiri dari lima langkah membaca, kelompok ahli
diskusi, pelaporan kelompok asal, pengujian dan pengakuan kelompok”.
Digunakan Jigsaw II karena sifatnya yang lebih mudah untuk disesuaikan dengan
perkembangan yang ada, sehingga lebih mudah untuk diaplikasikan.
Langkah-langkah pelaksanaan teknik Jigsaw II secara efektif akan
meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah
yang dilaksanakan dalam Jigsaw II pada akhirnya mengarah pada kerjasama tim
untuk meraih peringkat tertinggi. Siswa secara berkelompok harus melaksanakan
berbagai macam langkah dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa
melaksanakan aktivitas dalam kegiatan belajar. Aktivitas yang timbul dari tahapan
Jigsaw II antara lain aktivitas visual ketika siswa membaca, aktivitas emosional,
aktivitas oral dan aktivitas mendegarkan ketika siswa berdiskusi, dan aktivitas
mental ketika pengujian. Tahapan Jigsaw II yang dilaksanakan dengan beberapa
kali pertemuan akan menciptakan keaktifan belajar siswa disetiap pertemuan.
Dari paparan di atas, untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa, penulis
bersama dengan guru mata pelajaran berkolaborasi atau bekerjasama untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran sosiologi kelas X 9 dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan dengan metode penelitian
tindakan kelas. Dari itulah penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
skripsi “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas
X 9 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
“Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dapat
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X 9
SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012?”
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dirasa memerlukan
perubahan di kelas X 9 SMA Negeri I Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012
2. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran sosiologi
melalui model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II pada Siswa Kelas
X 9 SMA Negeri I Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
3. Sebagai upaya meningkatkan profesionalitas guru sebagai tenaga pendidik
yang melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
4. Untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah secara umum.
D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat praktis
maupun teoretis.
1. Manfaat Teoretis
a) Penelitian dalam pengaplikasian model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II penggunaannya dalam kajian ilmu sosial.
b) Dapat memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam pengajaran
sosiologi untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa SMA.
c) Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan
pengetahuan tentang peningkatan keaktifan siswa kelas X 9 SMA melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II yang belum
dikaji dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi siswa
1) Meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran sosiologi
2) Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pelajaran sosiologi.
b) Bagi guru
1) Menambah wawasan dan informasi tentang model pembelajaran
pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran sosiologi.
2) Diperolehnya model pembelajaran yang tepat untuk pokok bahasan
interaksi sosial dan sosialisasi.
3) Memberi kemudahan dalam penanaman konsep interaksi sosial dan
sosialisasi kepada siswa.
c) Bagi sekolah
1) Tumbuhnya motivasi guru dan kepala sekolah dalam mengembangkan
proses pembelajaran yang bermutu.
2) Meningkatnya kualitas pembelajaran dengan adanya inovasi dalam
pembelajaran.
3) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya untuk menjadikan seseorang terdidik.
Pendidikan di Indonesia diwajibkan untuk anak selama 9 tahun melalui jalur
formal atau sekolah. Pengertian pendidikan itu sendiri mempunyai arti yang
sangat luas. Pengertian pendidikan menurut para ahli sebagai berikut:
1) Langeveld dalam Hasbullah (2009:2) merumuskan “pendidikan adalah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaan anak itu atau lebih tepat membantu anak
agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri”. Anak pada
dasarnya harus dibimbing untuk menjadi dewasa, untuk itu anak harus
dibimbing dan dipengaruhi sehingga mampu hidup di masyarakat menjadi
manusia dewasa. Manusia dewasa dalam konteks pengertian pendidikan
ini adalah manusia yang cakap melaksanakan tugas dalam hidupnya
sendiri, sehingga tidak lagi membutuhkan bantuan dari orang di
sekelilingnya.
2) Redja Mudyahardjo (2002:11) mengemukakan pengertian pendidikan
dalam arti luas terbatas bahwa “pendidikan adalah usaha sadar yang
dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan
luar sekolah sepanjang hayat... .”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui
bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar yang datang dari
lingkungan anak yang berbentuk bimbingan, pengajaran atau latihan.
Pendidikan berlangsung tidak hanya dalam sekolah namun juga di luar
sekolah. Selain itu pendidikan merupakan proses yang akan dijalani oleh
manusia sepanjang hayat, yang berarti pendidikan tidak akan selesai hanya
dengan seseorang mendapatkan ijasah atas pendidikan formalnya.
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3) Dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasional dijabarkan pengertian
pendidikan sebagai berikut:
Dalam pasal 1 ayat 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari pengertian belajar yang dirumuskan dalam UU sisdiknas no.20 tahun
2003 dapat diketahui bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan usaha
yang sadar dan terencana, sehingga pendidikan itu sengaja dilakukan untuk
mengembangkan potensi diri akan segala sesuatu yang nantinya
dibutuhkan diri, masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu pendidikan
memerlukan suasana belajar dan proses pembelajaran tersendiri sehingga
peserta didik dapat berperan aktif dalam mengembangkan berbagai potensi
yang ada di dalam dirinya.
Dari berbagai pengertian di atas penulis simpulkan bahwa pendidikan
adalah pengaruh bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang
bertanggung jawab kepada anak didiknya yang bertujuan untuk membentuk
anak menjadi dewasa. Orang yang bertanggung jawab terhadap anak didik
tidak hanya orangtua saja, namun juga masyarakat serta pemerintah.
b. Tujuan Pendidikan Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam
kehidupannya menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai.
Untuk itulah baik itu konkret atau abstrak, tujuan pendidikan sangat penting
dan berpengaruh terhadap pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan nasional
tercantum dengan jelas dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Pasal 3
menyebutkan,
Pendidikan nasional ... bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pendidikan nasional pada dasarnya mempunyai tujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik. Harapannya dengan berkembangnya
potensi yang dimiliki oleh seseorang akan menjadikan seseorang menjadi
warga negara yang baik terhadap negaranya. Warga yang baik maksudnya
adalah warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab terhadap diri
sendiri, masyarakat dan negara. Hal ini akan tercapai apabila seorang individu
menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.
Tujuan pendidikan di Indonesi mempunyai tingkatan-tingkatan tersendiri.
Hirarki tujuan pendidikan tersebut dirumuskan oleh Umar Tirtarahardja
(2005:39-40) antara lain sebagai berikut:
1) Tujuan umum Pendidikan Nasional Indonesia ialah manusia Pancasila.
2) Tujuan institusional yaitu tujuan yang mnejadi tugas dari lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapainya.
3) Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran.
4) Tujuan instruksional yaitu sub-sub pokok dari tujuan mata pelajaran
melalui penguasaan materi pelajaran atau sub pokok bahasan.
c. Faktor Pendidikan Pendidikan merupakan upaya yang komplek dilakukan untuk
membentuk seorang individu. Dalam upaya pembentukan pribadi yang
mampu mengerjakan tugas-tugasnya dalam masyarakat terdapat faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi dalam pendidikan. Adapun faktor- faktor
tersebut diungkapkan oleh Hasbullah (2009:10-36) antara lain sebagai berikut:
1) Tujuan Pendidikan
Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam
kehidupannya menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai.
Untuk itulah baik konkret atau abstrak, tujuan pendidikan sangat penting
dan berpengaruh terhadap pendidikan itu sendiri. Setiap kegiatan apapun
bentuk dan jenisnya, selalu diharapkan pada tujuan yang ingin dicapai,
sehingga tujuan merupakan faktor yang penting dalam pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Perumusan tujuan sangat penting dalam pendidikan. Perumusan
tujuan penting dikarenakan tujuan merupakan sesuatu yang hendak
dicapai, baik tujuan itu dirumuskan bersifat abstrak maupun dibentuk
secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.
Pendidikan merupakan bimbingan mencapai cita-cita kearah tertentu,
maka yang merupakan masalah pokok harus dipilih arah dan tujuan yang
tepat.
2) Pendidik
Pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk
mendidik. Pengertian pendidik ini dapat meliputi orang dewasa, orangtua,
guru, pemimpin masyarakat ataupun pemimpin agama. Secara umum
orang dewasa dapat dikatakan sebagai pendidik, sebab pendidikan
merupakan suatu perbuatan sosial yang fundamental yang menyangkut
keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju dewasa susila.
Dalam UU no.20 tahun 2003 “Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan”. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendidik mempunyai arti yang sangat luas, karena
merupakan orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Seorang pendidik bukan saja dituntut untuk bertanggung jawab pada
dirinya sendiri, tanggung jawab didasarkan pada kebebasan untuk memilih
perbuatan yang terbaik menurutnya. Apa yang dilakukannya akan menjadi
teladan dalam masyarakat.
3) Anak didik
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Sedangkan dalam arti sempit anak didik merupakan anak yang diserahkan
kepada pendidik. Anak didik dapat juga disebut dengan peserta didik.
Dalam UU no.20 tahun 2003 peserta didik didefinisikan bahwa “Peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
anak didik masih mempunyai potensi-potensi dalam diri yang perlu
dikembangkan. Selain itu anak didik juga mempunyai sisi diri yang belum
mencapai tahap kedewasaan.
4) Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja
diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Alat
pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan
digunakan demi mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Alat
pendidikan dapat berupa tindakan-tindakan yang secara konkret dan tegas
dilaksanakan, guna menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan
lancar dan berhasil.
5) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam
pembentukan kepribadian anak. Meskipun lingkungan tidak bertanggung
jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang
sangat menentukan kepribadian. Lingkungan sekitar anak yang sengaja
digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan termasuk pakaian,
keadaan rumah, alat permainan, buku, peralatan tulis, alat peraga, dan lain-
lain, dinamakan lingkungan pendidikan.
d. Pendidikan sebagai sistem
Pendidikan di Indonesia dijalankan sebagai sebuah sistem. Di atas
telah dijelaskan secara singkat mengenai pendidikan. Untuk menjelaskan
pendidikan sebagai sebuah sistem ada baiknya mengetahui apa yang dimaksud
dengan sistem.
1) Pengertian Sistem
Untuk membicarakan sistem pendidikan lebih jauh, alangkah
baiknya apabila dipahami pengertian sistem itu sendiri. Berikut pengertian
sistem menurut beberapa ahli:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a) Tatang S. Amirin dalam Umar Tirtarahardja (2005:57) mendefinikan
“Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau
terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-
bagian yang membentuk suatu kebulatan/ keseluruhan yang kompleks
atau utuh”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa sistem
merupakan kebulatan yang terorganisir, yang terhimpun dalam satu hal
dan berpadu untuk membentuk suatu yang hal yang utuh. Sistem
merupakan kesatuan yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Bagian dari sistem harus berpadu
dengan baik untuk mencapai kebulatan.
b) Hasbullah (2009: 123) mendefinisikan secara umum “Sistem adalah
jumlah keseluruhan bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk
mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah
ditentukan”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa sistem
merupakan sekumpulan bagian yang mempunyai tugas masing-masing
namun memiliki satu tujuan yang diharapkan bersama. Keseluruhan
bagian dari sistem yang ada harus melaksanakan tugas dan fungsinya
untuk mencapai tujuan tersebut.
c) Umar Tirtarahardja (2005:58) mendefinisikan “sistem diartikan
sebagai suatu kesatuan integral dari sejumlah komponen. Komponen-
komponen tersebut satu sama lain saling berpengaruh dengan
fungsinya masing-masing... .”. Sistem merupakan sejumlah komponen
yang integral, dimana komponen yang ada memiliki fungsi masing-
masing, namun secara fungsi komponen-komponen itu terarah pada
pencapaian satu tujuan. Tujuan tersebut merupakan tujuan dari seluruh
komponen yang ada atau disebut dengan tujuan sistem.
Dari berbagai pengertian sistem di atas penulis simpulkan bahwa
sistem adalah kesatuan dari sejumlah komponen yanag mempunyai tugas
dan fungsi yang berbeda, namun integral secara keseluruhan. Sistem akan
terganggu apabila bagian dari komponennya tidak berfungsi dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Untuk itulah dalam suatu sistem harus dijaga fungsi komponennya
sehingga komponen dapat berjalan dengan baik.
2) Sistem Pendidikan
Pendidikan di Indonesia dijalankan sebagai suatu sistem.
Pendidikan sebagai sistem terdapat komponen-komponen tertentu untuk
menjalankan tujuan dari pendidikan. Adapun komponen pendidikan adalah
faktor pendidikan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Umar Tirtarahardja (2005: 60-61) dalam prosesnya, sistem
pendidikan berjalan dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut antara lain:
a) Raw input atau masukan mentah merupakan siswa baru yang akan
diproses menjadi tamatan.
b) Instrumental input atau masukan instrumental, dapat berupa guru,
tenaga non guru, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran
pendidikan, sarana dan prasarana yang memungkinkan
dilaksanakannya pemprosesan dari siswa baru menjadi lulusan.
c) Environmental input atau masukan lingkungan merupakan komponen
yang sangat luas. Dalam lingkungan terdapat beberapa faktor lain yang
sangat mempengaruhi seperti sosial, budaya dan keamanan.
Lingkungan bisa menjadi pendorong sistem pendidikan, namun juga
bisa menjadi penghambat dalam pendidikan itu sendiri. Environmental
input dapat berupa corak budaya, kondisi ekonomi masyarakat sekitar,
kependudukan, politik dan keamanan negara yang secara langsung dan
tidak langsung berpengaruh terhadap berperannya masukan
instrumental dalam proses pendidikan.
Secara terperinci penjelasan di atas digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 1. Komponen dalam Sistem Pendidikan Terbuka
2. Belajar dan pembelajaran
a. Hakikat belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang tidak asing bagi manusia. Sejak
manusia belum memahami apa arti belajar, manusia telah melakukan
kegiatan belajar. Upaya belajar manusia dimulai sejak manusia lahir sampai
dengan seumur hidupnya. Adapun pengertian belajar menurut para ahli
sebagai berikut:
a) Menurut Slameto dalam Hamdani (2011:20) “Belajar adalah usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Dari pengertian tersebut dapat
dipahami bahwa belajar merupakan usaha yang hadir dari diri seseorang
untuk berubah. Dalam usaha perubahan tersebut akan tercipta interaksi
yang selanjutnya menghasilkan pengalaman. Perubahan merupakan hasil
dari upaya yang dilakukan, sehingga akan terlihat setelah usaha itu
berakhir.
b) Menurut Harold Spears dalam Agus Suprijono (2010:2) “Learning is to
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to
follow direction”. Dalam terjemahan bebasnya diartikan bahwa belajar
adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri,
mendengarkan, serta mengikuti petunjuk. Belajar dapat dilakukan
melalui berbagai bentuk antara lain melalui aktivitas mengamati,
membaca, meniru dan lain-lain. Belajar merupakan upaya aktif yang
datang dari diri sendiri.
Instrumental Input
Environmental Input
PROSES Output Raw Input
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c) Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:10) “Belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan,
melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru”. Dari
pengertian Gagne di atas dapat dimengerti bahwa belajar merupakan
kegiatan komplek yang menghasilkan kapabilitas tertentu yang
didapatkan karena stimulasi dan proses kognitif seseorang. Setelah
belajar, seseorang akan memiliki ketrampilan tertentu, pengetahuan
tertentu dan sikap serta nilai tertentu.
Dari berbagai pendapat di atas penulis simpulkan pengertian belajar
adalah perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan
secara langsung dan aktif yang merupakan aktivitas kompleks berdasarkan
pada pengalaman untuk mengubah tingkah laku suatu organisme yang
berlangsung secara progresif dengan tujuan tertentu. Belajar dilakukan
dengan aktivitas yang kompleks, maksudnya aktivitas yang dilakukan tidak
hanya mendengarkan saja namun juga menulis, membaca, berpendapat,
mencoba sesuatu, bertanya dan jawab, dan berdiskusi.
b) Prinsip Belajar
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar akan
menjadi batas-batas kemungkinan yang akan diambil dalam pembelajaran.
Jangan sampai langkah dalam pembelajaran yang diambil keluar dari prinsip-
prinsip belajar. Untuk itulah prinsip belajar sangat penting untuk dijabarkan.
Prinsip belajar dalam Diyati dan Mudjiono (2002:42-49) sebagai berikut:
1) Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk belajar lebih lanjut atau
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian
dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak
ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu
dibangkitkan perhatiannya. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-
masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada
masalah yang harus diselesaikan.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat
dengan minat.
2) Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
aktif. Jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan
saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki
sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu
mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah
diperolehnya. Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar
dengan hukum "law of exercise"-nya yang menyatakan bahwa belajar
memerlukan adanya latihan-latihan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan
fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan dan sebagainya. Kegiatan psikis misalnya
menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya.
3) Keterlibatan langsung
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah
mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Dalam belajar
melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh
John Dewey dengan "learning by doing". Belajar sebaiknya dialami
melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh
lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan
proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat
materi/konsep.
4) Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah
teori psikologi daya. Menurut teori ini, belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang,
seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya
yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan sempurna.
Dalam proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka
semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang
besar pengaruhnya dalam belajar karena dengan adanya pengulangan,
bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap
tertanam dalam otak seseorang.
5) Tantangan
Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan
bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi
belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbul motif
untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai,
maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan
dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang
dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk
mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung
masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
6) Balikan atau penguatan
Prinsip belajar yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan
adalah teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner. Kunci dari
teori ini adalah hukum efek Thordike, hubungan stimulus dan respon akan
bertambah erat, jika disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa
lenyap jika disertai perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu
menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung diulangi.
Sebaliknya jika perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka cenderung
untuk ditinggalkan atau tidak diulangi lagi. Siswa akan belajar lebih
semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apabila
hasilnya baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh
baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu tidak saja
dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan,
atau dengan kata lain adanya penguatan positif maupun negatif dapat
memperkuat belajar. Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan mendapat
nilai.
7) Perbedaan individu
Siswa merupakan makhluk individu yang unik yang mana masing-
masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelegensi,
minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam
hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya.
Guru harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat
melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Setiap siswa
juga memiliki tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat
memberi pelajaran sesuai dengan temponya masing-masing. Perbedaan
individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya,
perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran.
c) Proses Belajar
Proses belajar merupakan berlangsungnya kegiatan belajar siswa.
Proses belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dengan konteks S-O-R. Prinsip S-O-R ini merupakan suatu prinsip belajar
yang sederhana, dimana efek atau respon merupakan reaksi terhadap stimuli
tertentu. Bagian-bagian utama dari teori ini adalah pesan atau stimulus
dilambangkan dengan huruf S, penerima atau organism disingkat dengan
huruf O, dan efek atau response disingkat dengan huruf R. Efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimuli khusus, sehingga
seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan
dan reaksi komunikan, sehingga disebut S-O-R.
Proses belajar dalam konteks S-O-R memperhatikan pengertian dan
karakteristik perilaku belajar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dengan menggunakan paradigma S-O-R, mekanisme belajar dari diri oleh
Abin Syamsuddin Makmun (2004:161-163) diterangkan sebagai berikut:
1) Penerimaan Input Informasi atau S=r-Ow.
Pada tahap ini input informasi atau S berupa penjelasan, data,
masalah, perintah, tugas, yang datang berbentuk lisan, tulisan, isyarat atau
simbol. Pada tahap ini input informasi sampai dan diterima oleh (r) arau
receptor atau panca indra. Selanjutnya informasi ini dibaca dan diseleksi
atau diperhatikan oleh siswa atau Organism atau O. Ow merupakan proses
penyerapan informasi siswa ke dalam otak dengan bahasa siswa sendiri.
2) Pengelolaan Informasi atau Ow.
Pada tahap ini anak mentransformasikan informasi yang telah ada
di memorinya kedalam bahasa yang biasanya digunakan dalam kehidupan
sehari-harinya, kemudian barulah menafsirkan informasi tersebut sehingga
anak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapkan padanya. Apabila
data yang dibaca tidak lengkap dan ditransformasikan ke dalam bahasa
siswa sudah tentu proses pengolahan informasi tersebut tidak akan bisa
berjalan.
3) Ekspresi hasil pengolahan informasi atau Ow- e - R.
e sebagai instrumen, dan R sebagai respon. Pada tahap ini siswa
memilih menggunakan dan menggerakkan instrumen (e, adalah mulut,
tangan, kaki, dan sebagainya) untuk mengekspresikan hasil pengolahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dan tafsirannya sehingga menghidupkan seperangkat pola-pola sambutan,
atau perilaku (R) sebagai tanggapan atau respon.
Pola perilaku konteks belajar ini digambarkan secara sistematik
sebagai berikut:
Gambar 2. Proses belajar dalam skematik S-O-R oleh Abin S. Makmun
Maka unsur-unsur dalam model ini apabila dikaitkan dengan
penelitian sebagai berikut:
1) Pesan atau Stimulus yang dilambangkan dengan huruf S yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah materi pelajaran yang terkait dengan pelajaran
sosiologi yaitu interaksi sosial dan sosialisasi
2) Komunikan atau Organisme yang dilambangkan dengan huruf O yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa yang menerima pelajaran .
3) Respon atau Response yang dilambangkan dengan huruf R yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran.
b. Pembelajaran
1) Pengertian pembelajaran
Pembelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mengetahui
tentang objek yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi
tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran menurut para ahli dijabarkan sebagai berikut:
a) Gagne dalam Isjoni (2009; 50) mendefinisikan pembelajaran adalah
“An active process and suggest that teaching involves facilitating active
mental process by students”. Terjemahan bebas dari pengertian tersebut
bahwa pembelajaran adalah berbagai proses aktif dan berpengaruh yang
memunculkan pengajaran sebagai proses mental aktif dari siswa. Pada
intinya pembelajaran merupakan perbuatan yang membuat siswa
berusaha untuk mengubah tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu
dapat terjadi karena adanya interaksi antara siswa dan lingkungannya.
r
Ow
S e R
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Untuk itu siswa harus aktif atau berperan sendiri dalam kegiatan
pembelajaran.
b) Sugandi dalam Hamdani (2011:23) mendefinisikan “Pembelajaran
menurut aliran humanistik adalah memberikan kebebasan kepada siswa
untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan
minat dan kemampuan”. Dalam aliran ini anak didik diberi kebebasan
untuk mempelajari apa yang diminati oleh mereka. Selain itu anak didik
juga mempunyai kesempatan untuk mempelajarinya dengan caranya
sendiri, sehingga tidak ada proses yang bersifat memaksa atau hanya
searah saja namun terdapat interaksi antara guru dan murid.
c) Menurut Suhanji dalam Jamal Ma’mur (2011: 19) “Pembelajaran
adalah suatu aktivitas untuk mentransformasikan bahan pelajaran
kepada subyek penjabar”. Pembelajaran merupakan aktivitas
pentransformasian ilmu pengetahuan kepada si pebelajar atau biasa
disebut dengan siswa. Pada konteks ini guru berperan sebagai penjabar
dan penerjemah bahan tersebut agar dimiliki siswa. Sedangkan siswa
berperan sebagai subyek penjabar.
d) UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 (Pasal 1 ayat 20) menjabarkan
pengertian pembelajaran sebagai berikut: “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”. Interaksi merupakan hubungan yang timbal balik
antara satu dengan yang lain. Untuk itu dapat dikatakan bahwa
pembelajaran merupakan proses yang terdapat hubungan timbal balik
antara peserta didik, pendidik atau guru atau fasilitator lainnya dan
sumber belajar pada suatu tempat.
Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas,
penulis simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses mengatur lingkungan
agar terjadi interaksi aktif antara guru dan siswa, dengan mengoptimalkan
faktor internal maupun eksternal yang datang dari lingkungan siswa untuk
mencapai tujuan. Hal penting yang ditekankan dalam pembelajaran adalah
keaktifan yang muncul dari diri siswa dalam kegiatan belajar. Guru hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
berperan sebagai fasilitator yang menggerakkan siswa, dan siswa adalah
subyek belajar yang harus mengkonstruksi ilmu pengetahuan untuk dirinya
sendiri.
2) Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan
mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar
yang memuaskan. Berikut model pembelajaran menurut para ahli:
a) Isjoni dan Arif Ismail (2008: 146) berpendapat bahwa “Model
pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu
berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil
pembelajaran yang lebih optimal”. Model pembelajaran merupakan
strategi dalam melaksanakan pembelajaran. Dapat dipahami bahwa model
pembelajaran digunakan untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal
dari kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang optimal akan tercapai
tergantung pada strategi yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan
motivasi belajar, sikap, kekritisan siswa serta ketrampilan sosial.
b) Agus Suprijono (2009: 46) mengemukakan bahwa “model pembelajaran
ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Model pembelajaran merupakan
pedoman bagi guru dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Melalui
model pembelajaran guru dapat membantu siswa dalam mendapatkan
informasi, ide, ketrampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide.
Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
c) Menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2011:50) “Model pembelajaran
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa
dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran,
dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya”. Dari pendapat
tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran merupakan rencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
yang disusun untuk mengatur materi pelajaran dan berguna bagi guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Rencana tersebut dapat
berupa kurikulum, silabus, perencanaan pembelajaran, dan perencanaan
lain yang terkait dengan pembelajaran. Dengan adanya perencanaan
kegiatan pembelajaran di dalam kelas akan berjalan lebih efektif dan
efisien.
Dari berbagai pendapat di atas penulis simpulkan pengertian model
pembelajaran adalah suatu cara efektif yang digunakan dalam proses belajar
siswa di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki
keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.
Model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, selain itu
yang utama model pembelajaran yang digunakan harus tepat oleh sebab itu
harus disesuaikan dengan karakteristik siswa yang belajar di kelas. Model
pembelajaran yang tepat akan menghasilkan output pembelajaran yang lebih
baik daripada yang tidak terencana.
3) Jenis model pembelajaran
Terdapat banyak jenis model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran. Namun demikian belum tentu model pembelajaran itu
sesuai dengan karakteristik siswa yang dibelajarkan. Berikut merupakan
model- model pembelajaran sebelum dikembangkan kepada beberapa tipe
menurut Agus Suprijono (2010; 46-70) diantaranya adalah;
a) Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan
sebutan active teaching. Model pembelajaran langsung merupakan model
pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan
strategi pembelajaran efektif guna memperluas informasi materi ajar.
Model pembelajaran langsung dikembangkan untuk mengefisienkan
materi ajar agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode
tertentu. Dengan model ini cakupan materi ajar yang disampaikan lebih
luas dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b) Model Pembelajaran Kooperatif ( cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran dimana pebelajar yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil yang heterogen. Model pembelajaran kooperatif mengandung
pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok
itu sendiri.
c) Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial
dan sekitarnya. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah merupakan
model pembelajaran yang menggunakan tingkat analisis dalam diri siswa
yang tinggi. Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
siswa tidak hanya menerima materi pelajaran di dalam kelas, namun siswa
diharapkan dapat menggali dan menemukan sendiri pemecahan dari
masalah yang diberikan sehingga dapat memancing proses belajar mereka.
4) Pemilihan model pembelajaran yang sesuai
Terdapat banyak sekali model pembelajaran yang berkembang
selama ini. Namun tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan di
dalam kelas. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan
kebutuhan kelas serta karakteristik siswa, sehingga pembelajaran dapat
berlangsung secara sinergis.
Dimyati dan Mudjiono berpendapat (1999:101) “Pemilihan model
pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi belajar siswa, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
siswa benar-benar memahami materi yang diberikan”. Model
pembelajaran yang tepat maksudnya adalah tepat dengan karakteristik
siswa, sehingga siswa merasa nyaman dengan kondisi pembelajaran.
Siswa akan dapat memahami materi pelajaran dengan baik apabila siswa
sudah merasa senang dengan cara yang digunakan guru dalam
menyampaikan atau mengarahkan siswa untuk belajar. Hal ini merupakan
pertimbangan yang cukup penting dalam memilih model pembelajaran.
Untuk mencapai hal-hal tersebut maka guru harus dapat memilih
dan mengembangkan model pembelajaran yang tepat, efisien, dan efektif
sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran akan
tercapai dengan optimal. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang
cukup relevan dan mengandung nilai-nilai kehidupan yang patut
diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif.
Menurut Sanjaya dalam Sugiyanto (2009: 3) “8 prinsip dalam memilih strategi pembelajaran: (1) Berorientasi pada tujuan; (2) Mendorong aktivitas siswa; (3) Memperhatikan aspek individual siswa; (4) Menantang siswa untuk berpikir; (5) Menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji; (6) Menimbulkan proses belajar yang menyenangkan; (7) Mampu memotivasi siswa belajar lebih lanjut; (8) Mendorong proses interaksi”.
Penjabaran dari pendapat Sanjaya prinsip dalam memilih strategi
pembelajaran di atas sebagai berikut:
1) Berorientasi pada tujuan, dimana model pembelajaran sesuai dengan
tujuan pembelajaran sehingga terdapat keselarasan dalam kegiatan
pembelajaran. Pemilihan strategi atau model pembelajaran harus
diarahkan pada tujuan. Dalam penelitian ini dipilih model
pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.
2) Mendorong aktivitas siswa sehingga tidak menyalahi prinsip
pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa atau student center.
Dalam penelitian ini dipilih model pembelajaran kooperatif untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif
siswa dengan kelompoknya akan bekerja sama dalam berbagai langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kegiatan sehingga terdapat berbagai aktivitas yang berpusat pada
siswa, bukan lagi pada guru.
3) Memperhatikan aspek individual siswa, yang dimaksud dengan aspek
individual disini adalah karakteristik setiap siswa dan secara
keseluruhan. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan
berdasarkan perbedaan karakteristiknya sehingga dalam kelompok
akan muncul ide-ide yang berasal dari latar belakang yang berbeda
pula.
4) Menantang siswa untuk berpikir sehingga akan meningkatkan
kekritisan siswa dalam berpikir. Berbagai model pembelajaran
kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif, kreatif dan
melakukan pekerjaan sehingga memungkinkan siswa untuk selalu
berpikir.
5) Menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji. Dengan
menggunakan model atau strategi tertentu yang menimbulkan inspirasi
siswa dan membuat siswa untuk menguji sesuatu.
6) Menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, sehingga siswa
tertarik dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif terutama yang bersifat kompetisi kelompok
akan meningkatkan keaktifan belajar siswa. Siswa akan termotivasi
dari kompetisi kelompok yang dilaksanakan.
7) Mampu memotivasi siswa belajar lebih lanjut. Dengan pemakaian
model pembelajaran yang mampu memotivasi siswa akan membuat
siswa ingin belajar lebih banyak. Bahkan siswa akan tertarik untuk
belajar secara mandiri.
8) Mendorong proses interaksi. Strategi atau model pembelajaran yang
baik harusnya mendorong siswa untuk berinteraksi baik dengan guru
maupun dengan siswa atau kelompok lain. Model pembelajaran
kooperatif akan meningkatkan interaksi siswa di dalam kelas baik itu
interaksi siswa dengan kelompok, interaksi antar kelompok maupun
interaksi siswa dengan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Model pembelajaran kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pengertian pembelajaran
kooperatif menurut para ahli sebagai berikut:
1) Slavin dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Narulita Yusron (2010 : 4)
menjelaskan bahwa “ Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran”. Pembelajaran kooperatif intinya adalah
pembelajaran berkelompok. Dimana dalam pembelajaran kooperatif siswa
akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang
atau lebih untuk dapat menguasai materi yang akan diberikan oleh guru
dengan bekerja sama dan saling membantu. Selain itu siswa diharapkan
untuk saling berdiskusi dan berargumentasi untuk mengasah kemampuan
siswa saat itu dan untuk menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-
masing siswa.
2) Roger dkk dalam Miftahul Huda (2011:29) menyatakan “ cooperative
learning is group learning activity organized in such a way that learning
is based on the socially structured changed of information between learner
own learning and is motivated to increase the learning of other”.
Terjemahan bebasnya adalah bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisisr oleh satu prinsip
bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara
sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap
pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong
untuk mengingkatkan pembelajaran anggota-anggota lainnya.
Pembelajaran kooperatif pada intinya adalah pembelajaran yang
dilaksanakan dengan kelompok, dimana setiap anggota kelompok
mempunyai tanggung jawab masing-masing untuk kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3) Isjoni (2011: 16) mengemukakan pendapat sebagai berikut:
Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan oleh guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli dengan yang lain.
Dari pendapat Isjoni dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif dapat
mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan
siswa. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk memperbaiki
praktik pendidikan yang bermasalah dengan siswa, misalnya siswa yang
kurang aktif, tidak mau bekerja sama dengan teman lain, siswa agresif atau
bahkan siswa yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif akan mengaktifkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Selain itu pembelajaran kooperatif mempunyai
berbagai potensi yang dapat mengatasi permasalahan yang sering kali
muncul di dalam kelas.
4) Anita Lie dalam Isjoni (2009: 23) menyebut “Pembelajaran kooperatif
dengan istilah pembelajaran gotong-royong, adalah sistem pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama
dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur”. Pembelajaran
kooperatif disebut juga pembelajaran gotong-royong dikarenakan dasar
dari pembelajaran ini adalah kerja sama antarsiswa dalam satu kelompok.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk
melaksanakan aktivitas belajar bersama dengan teman satu kelompok.
siswa aktif melaksanakan kegiatan belajar mereka bersama dengan
kelompoknya dengan bergotong-royong menyelesaikan tugas terstruktur
yang diberikan oleh guru.
Dari beberapa pengertian tersebut, penulis simpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang menekankan pada
kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok yang heterogen
sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
masalah belajar dengan saling membantu dan menyampaikan ide-ide yang
berasal dari latar belakang yang berbeda sehingga menghasilkan pengetahuan
yang luas.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memandang
keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok, atau
dengan kata lain pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
yang mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-
tugas yang terstruktur.
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2002: 31) mengatakan
bahwa “...tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”.
Untuk dapat disebut pembelajaran kooperatif kegiatan pembelajaran harus
memenuhi syarat tertentu. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur
model pembelajaran yang harus diterapkan antara lain saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota
dan evaluasi proses kelompok. Penjabaran unsur-unsur tersebut sebagai
berikut:
1) Saling ketergantungan positif
Saling ketergantungan positif antar anggota kelompok kooperatif harus
selalu ada sehingga kesolidan kelompok terbentuk. Ketergantungan positif
ini akan menjadikan siswa bersemangat untuk bekerja dalam kelompok
dan memberikan sumbangan bagi kelompok. Hal ini dapat dibentuk
dengan menekankan pada siswa bahwa siswa merupakan bagian dari
kelompok yang mempunyai tujuan yang sama.
2) Tanggung jawab perseorangan.
Tanggung jawab perseorangan di sini mempunyai maksud bahwa
meskipun siswa bekerja dalam kelompok, siswa juga harus bersungguh-
sungguh dalam melaksanakan tugas dalam mewakili kelompok. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
begitu akan timbul tanggung jawab perseorangan. Tanggung jawab
perseorangan sangat penting, karena dalam pembelajaran kooperatif, tugas
dan hasil dari kerja anggota kelompok mempengaruhi nilai kelompok pada
akhirnya.
3) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka antar siswa akan menciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif. Siswa yang berinteraksi mempunyai kecenderungan untuk
aktif dan dinamis sehingga menciptakan proses belajar yang aktif.
Interaksi tatap muka akan memberikan sinergi yang menguntungkan
semua anggota. Sinergi di sini maksudnya adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap
anggota kelompok berasal dari latar belakang lingkungan yang berbeda
sehingga akan menyumbangkan ide dan pemikiran yang berbeda, dengan
begitu kekayaan pemikiran kelompok akan semakin luas.
4) Komunikasi antar anggota
Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi atau komunikasi
antaranggota, siswa yang mudah menjalin hubungan atau komunikasi
pribadi akan mudah berbaur ke dalam kelompok, sehingga akan tercipta
hubungan kelompok yang baik. Dengan banyaknya komunikasi yang
terjalin dari pembelajaran kooperatif, diharapkan akan membekali siswa
berbagai ketrampilan berkomunikasi.
5) Evaluasi proses kelompok
Evaluasi kelompok perlu diadakan dalam pembelajaran kooperatif. Guru
atau pengajar perlu melakukan evaluasi kelompok untuk mengevaluasi
kerja kelompok dan hasil kerja sama dengan lebih efektif.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dapat dengan efektif dalam membentuk
pembelajaran yang student oriented, sehingga pembelajaran kooperatif
bagus untuk menciptakan keaktifan belajar siswa. Namun demikian
pembelajaran kooperatif juga memiliki kelebihan dan kelemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1) Kelebihan pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan sehingga banyak
digunakan untuk meningkatkan berbagai kekurangan di dalam kelas.
Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif menurut Jarolimek
dan Parker dalam Isjoni (2011: 24) antara lain sebagai berikut:
a) Saling ketergantungan yang positif, dimana siswa dalam kegiatan
belajar bergantung kepada teman satu kelompoknya. Untuk itulah
setiap siswa harus melaksanakan tugas dan kewajiban dari
kelompok asalnya, karena semua anggota kelompok bergantung
pada teman lain. Namun demikian, setiap anggota memiliki
tugasnya masing-masig sehingga semua anggota harus bekerja
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil kelompok terbaik.
b) Adanya pengakuan merespon perbedaan individu, siswa
dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Pembelajaran kooperatif membagi kelompok berdasarkan
perbedaan. Dalam satu kelompok diusahakan berdasarkan latar
belakang budaya siswa yang berbeda, sehingga kelompok akan
mendapatkan ide yang beragam dari latar belakang siswa masing-
masing.
c) Suasana pembelajaran rileks dan menyenangkan. Hal ini
dikarenakan guru bukanlah pemegang peran utama dalam
kegiatan pembelajaran, namun siswa yang bergerak
melaksanakan kegiatan belajar mereka sendiri.
d) Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan guru. Guru sebagai fasilitator bukan diktator, sehingga
komunikasi antara siswa dan guru akan lebih fleksibel.
e) Memiliki banyak kesempatan untuk mengeksresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan. Berbagai model dan teknik kooperatif
banyak yang mengandung unsur bermain, meskipun yang
ditekankan utamanya adalah belajar kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) Kelemahan pembelajaran Kooperatif
Meskipun banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran,
pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kelemahan. Untuk
itulah perlu diketahui beberapa kelemahan dari pembelajaran
kooperatif sehingga sedapat mungkin dipersiapkan oleh guru atau
peneliti. Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kooperatif
diungkapkan oleh Isjoni (2011: 25)antara lain sebagai berikut:
a) Guru harus mempersiapkan kegiatan pembelajaran secara matang,
di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan
waktu. Kegiatan pembelajaran memerlukan perencanaan yang
panjang, pembagian materi dan penjelasan kepada siswa akan
teknik yang digunakan.
b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat, biaya yang cukup memadai. Berbagai
model dan teknik kooperatif paling tidak membutuhkan alat dan
media yang menunjang kegiatan belajar berlangsung.
c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan materi diskusi akan melebar sehingga banyak yang
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Waktu
merupakan salah satu permasalahan kurang suksesnya
pembelajaran kooperatif.
d) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa lain menjadi pasif. Untuk itulah guru harus
berusaha mengatur diskusi kelas sehingga kelas tidak didominasi
oleh sebagaian siswa saja.
d. Metode-metode dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning memiliki
banyak tipe-tipe dalam penerapan model pembelajarannya. Dari setiap tipe
memiliki ciri khas yang berbeda serta memiliki kelebihan serta
kekurangan yang berbeda pula. Menurut Robert E. Slavin dalam Isjoni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(2009; 51-60) beberapa tipe model pembelajaran kooperatif telah
dikembangkan, di antaranya adalah:
1) Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok
dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri
dari laki/laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang, rendah. Guru menyajikan pelajaran, dan
kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim menguasai pelajaran tersebut.
2) Jigsaw
Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri atas empat sampai lima orang
yang berbeda tingkat kemampuan, ras, atau jenis kelaminnya. Masing-
masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik
tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli
pada topik yang menjadi bagiannya. Setiap siswa dipertemukan
dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang
sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya.
3) Group Investigation
Dalam penerapan Penelitian Kelompok ini guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota lima atau enam
siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Tahap kegiatan
yang dilakukan dalam Penelitian Kelompok yaitu: pemilihan topik,
perencanaan kooperatif, implementasi, analisis, sintesis, dan
presentasi hasil final.
4) Rotating Trio Exchange
Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang
terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat
melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya, berikan pada setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didikusikan. Setelah selesai
berilah nomer untuk semua anggota trio tersebut.
5) Teams-Games-Tournament (TGT)
Dalam metode ini siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok
untuk saling memahami materi dan mengerjakan tugas sebagai sebuah
kelompok, dan dipadu dengan permainan yang berupa kompetisi antar
kelompok.
4. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II
Pembelajaran kooperatif Jigsaw II akan digunakan sebagai model
pembelajaran dalam penelitian ini. Lebih jauh pembahasan mengenai tipe Jigsaw
II sebagai berikut:
c. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
Jigsaw merupakan salah satu bentuk pembelajaran model kooperatif
yang telah ada sejak lama. Dalam perkembangannya Jigsaw telah mengalami
perkembangan sampai dengan Jigsaw III. Adapun pengertian Jigsaw II oleh
para ahli sebagai berikut:
1) Silberman (2002:168) mengemukakan bahwa Learning Jigsaw merupakan
sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan
teknik pertukaran antar kelompok, dengan perbedaan penting, bahwa
setiap siswa mengajarkan sesuatu. Setiap peserta didik mempelajari
sesuatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh
peserta didik yang lain, lalu dibuatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang
saling bertalian atau keahlian.
2) Isjoni (2011: 54) “Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal”. Pembelajaran kooperatif Jigsaw akan mendorong siswa
aktif dan akan mengantarkan siswa pada pencapaian prestasi siswa yang
maksimal. Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya langkah pelaksanaan
Jigsaw menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti
membaca, berdiskusi, menjelaskan, mendengarkan dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3) Slavin dalam Miftahul Huda (2011:118) mendefinisikan Jigsaw II “Dalam
jigsaw II siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat
orang dengan latar belakang yang beda. Jigsaw sendiri adalah teknik teka-
teki yang dikembangkan Elliot Aronson (1978)”. Dalam Jigsaw II setiap
anggota tim ditugaskan untuk menjadi kelompok ahli tertentu dan bertugas
membaca bagian tugas mereka, selesainya membaca selanjutnya mereka
akan kembali ke kelompok asalnya dan akan membagikan informasi yang
akan dia dapatkan dari kelompok ahli.
4) Miftahul Huda (2011: 118) mendefinisikan “Jigsaw II adalah Jigsaw hasil
modifikasi oleh Slavin. Dalam metode ini setiap kelompok berkompetisi
untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini berdasarkan
performa individu masing-masing anggota”. Perbedaan yang mendasar
dalam Jigsaw II adalah adanya kompetisi siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran. Dalam kegiatan kelompok, performa siswa akan dinilai baik
itu dalam diskusi kelompok, presentasi ataupun hasil dari evaluasi belajar.
Jigsaw II akan meningkatkan keaktifan belajar, selain itu juga akan
menumbuhkan motivasi dalam diri siswa dalam kegiatan pembelajaran di
dalam kelas.
Dari berbagai pengertian di atas maka penulis simpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan adopsi oleh Slavin dari
teknik Jigsaw Aronson yang dilaksanakan melalui dua kelompok, belajar
bersama dilakukan dengan kelompok ahli dan menyampaikan hasil diskusinya
kepada kelompok asal serta terdapat kompetisi yang dinilai dari performa
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
d. Langkah pelaksanaan Jigsaw II
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II kebanyakan
aktivitas dilaksanakan oleh siswa. Dalam beberapa aktivitas guru hanya
berperan sebagai fasilitator yang menyediakan materi belajar, lembar
observasi dan membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen.
Langkah-langkah model pembelajaran ini dalam Jamal Ma’mum
(2011: 42-43) antara lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1) Dalam satu kelas dibuat kelompok dengan mengelompokkan siswa ke
dalam 4 tim, selain itu siswa dikelompokkan 4 sampai dengan 5 siswa
untuk membentuk kelompok yang efektif. Tim ini selanjutnya disebut
dengan tim asal atau tim Jigsaw.
2) Setiap anggota dalam tim asal diberi bagian materi yang berbeda dan
selanjutnya dipelajari dan dibaca sendiri-sendiri sebagai bekal untuk
melaksanakan diskusi setelah berkumpul dengan kelompok ahli.
3) Tiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan untuk
bergabung dengan teman dari tim asal lain yang memiliki materi yang
sama. Siswa mendiskusikan materi yang menjadi ahli mereka dan mencari
pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari.
4) Anggota dari tim yang berbeda, yang telah mempelajari bagian/ sub bab
yang sama bertemu dalam kelompok baru, untuk mendiskusikan sub bab
mereka. Tim ini selanjutnya disebut dengan tim ahli karena masing-
masing kelompok ahli memiliki satu materi yang didiskusikan bersama.
Setiap kelompok asal mempunyai perwakilan di tim ahli.
5) Setelah selesai berdiskusi dan mencatat bagian penting dari materi yang
didiskusikan sebagai tim ahli, tiap anggota tim ahli kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang
mereka kuasai.
6) Setiap ahli mempresentasikan hasil diskusi mereka bersama tim asal yang
telah diresume sedemikian rupa. Presentasi tim asal ini dilakukan sebagai
upaya menyamakan pendapat antar tim. Setiap tim berhak untuk
berpendapat atau menolak pendapat teman lain.
7) Guru memberikan evaluasi kepada seluruh siswa, yang mencakup seluruh
materi yang didiskusikan siswa. Selain itu guru juga membenarkan apabila
terdapat kesalahan konsep atau perbedaan pendapat.
8) Guru menutup pelajaran.
Sedangkan Hamdani (2011:38-39) mengemukakan beberapa langkah
pelaksanaan Jigsaw. Guru dapat memodifikasi pelaksanaan langkah-langkah
Jigsaw sesuai dengan keadaan kelas. Langkah-langkah Jigsaw antara lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pembagian tugas, pemberian lembar ahli, diskusi dan kuis. Adapun langkah-
langkah inti tersebut diatur secara instruksional sebagai berikut:
1) Membaca, dimana siswa memperoleh topik-topik ahli dan materi yang
diberikan oleh guru untuk mendapatkan informasi.
2) Diskusi kelompok ahli, dimana siswa dengan topik-topik ahli yang sama
akan bertemu dan mendiskusikan topik tersebut. Siswa akan
mendiskusikan materi tersebut dan mencari contoh-contoh yang ada
disekitar lingkungan mereka.
3) Diskusi kelompok asal, dimana ahli topik kembali ke kelompok asal
mereka dan menjelaskan topik yang ia kuasai kepada anggota kelompok
lain. Selain itu siswa menuliskan hasil diskusi dalam laporan tim asal.
4) Kuis, dimana siswa memperolah kuis individu yang mencakup semua
topik yang telah dipelajari oleh seluruh siswa di kelas.
5) Penghargaan kelompok, dimana penghitungan skor kelompok dan
menentukan penghargaan untuk kelompok terbaik. Skor kelompom
didapatkan dari aktivitas siswa dalam kegiatan belajar, serta menyatukan
nilai kuis siswa yang diperoleh secara individu.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menyusun langkah-langkah
Jigsaw yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan di kelas.
Pelaksanaan Jigsaw II terdiri dari lima langkah antara lain:
1) Membaca, dimana siswa diberi tugas bagian materi dari tim asal dan
mempelajari materi yang telah diberikan kepadanya
2) Kelompok Ahli Diskusi. Siswa dari kelompok asal selanjutnya berkumpul
dengan siswa dari kelompok asal lain yang mempunyai materi diskusi
yang sama dan membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli ini bertugas
mendiskusikan materi tertentu.
3) Pelaporan Kelompok Asal. Setelah selesai dengan kelompok ahli, siswa
kembali kekelompok asal dan melaporkan apa yang didapatkan dari hasil
diskusi dengan kelompok ahli.
4) Pelanjutan materi pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
5) Pengujian. Pengujian dilaksanakan dengan presentasi antar kelompok dan
dilanjutkan dengan tes tertulis
6) Pengakuan Kelompok. pengakuan kelompok dilaksanakan setelah semua
evaluasi dilaksanakan. Nilai siswa baik secara kelompok ataupun individu
akan diakumulasikan untuk emngetahui kelompok mana yang paling aktif.
5. Hakikat pembelajaran sosiologi a. Hakikat pembelajaran Sosiologi
Sosiologi merupakan bagian dari rumpun pelajaran ilmu sosial.
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Adapun
pengertian sosiologi menurut para ahli sebagai berikut:
1) Menurut Berger dan Berger dalam Kamanto Sunarto (1999 : 1) “Pemikiran
Sosiologi berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman
terhadap hal yang selama ini dianggap sebagai hal yang memang sudah
demikian, benar, nyata”. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang
berkembang ketika masyarakat menyadari adanya ancaman kestabilan
sosial yang akan merusak apa yang selama ini telah dianut oleh
masyarakat. Ilmu sosiologi muncul sebagai jawaban atas keresahan
masyarakat akan dinamika sosial dalam masyarakat. Dengan adanya ilmu
sosiologi akan menjadi pemecah berbagai masalah sosial yang selama ini
ada di dalam masyarakat.
2) Menurut Selo Sumardjan dalam Soerjono Soekanto (2006:21) menyatakan
bahwa “sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-
proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial”. Dapat dimengerti
bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari struktur sosial
masyarakat, serta perubahan-perubahan dalam masyarakat secara holistik.
Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang mampu masuk ke dalam
berbagai masalah dalam masyarakat termasuk dalam lembaga keluarga,
sistem desa kota, ekonomi, pembangunan dan lain-lain.
3) Farida Hanum (2011:1) dalam Seminar regional pembelajaran dan
pendidikan berkarakter mapel sosiologi mengemukakan pengertian
sosiologi sebagai berikut “Sebagaimana halnya dengan ilmu sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
lainnya, objek studi sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut
pandang hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan
manusia di dalam masyarakat tersebut”. Dari pengertian di atas dapat
diketahui bahwa sosiologi merupakan ilmu yang memandang masyarakat
sebagai sudut pandang hubungan dan proses yang timbul dari interaksi
dalam masyarakat. Sosiologi menjadi ilmu yang digunakan untuk melihat
masyarakat serta berbagai hal yang ada di dalamnya serta untuk
menyelesaikan berbagai masalah dengan pendekatan.
Dari beberapa pengertian di atas penulis simpulkan pengertian
sosiologi adalah sebagai disiplin ilmu yang mengkaji dinamika kehidupan
sosial di masyarakat. Sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu
sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan
kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun
secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode,
sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada
dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Penyampaian Materi Pelajaran Sosiologi
Farida Hanum (2011: 16-17) mengemukakan bahwa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran Sosiologi adalah bahwa pelajaran ini
bukanlah hafalan tetapi lebih pada pemahaman dan analisis sehingga peserta
didik menemukan kenyataan yang sebenarnya. Pembelajaran sosiologi yang
mempelajari mengenai masyarakat dalam penyampaiannya menggunakan
contoh-contoh yang mudah ditangkap oleh siswa, misalnya dengan berbagai
kasus yang terjadi di lingkungan siswa baik itu di lingkungan sekolah maupun
di masyarakat. Pembelajaran sosiologi dapat disampaikan dengan berbagai
metode dan teknik. Pembelajaran sosiologi dapat dilaksanakan dengan
berbagai variasi pembelajaran. Namun demikian juga harus disesuaikan antara
teknik atau metode yang digunakan dengan pembahasan yang ada. Jangan
sampai teknik atau metode yang digunakan kurang tepat digunakan dalam satu
pembahasan tertentu. Metode dan teknik tersebut antara lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1) Active debate, yaitu debat aktif yang dilaksanakan dengan memberikan 2
materi yang bertentangan untuk diperdebatkan.
2) Learning start with question, yaitu upaya pembelajaran dengan memulai
pelajaran dengan pertanyaan kepada siswa terlebih dahulu.
3) Make a macth, merupakan pembelajaran yang dilakukan secara
berpasangan dua siswa untuk saling membantu dalam kegiatan belajar.
4) Group resume, merupakan upaya pembelajaran dengan membuat
rangkuman belajar yang dilaksanakan secara kelompok
5) Jigsaw, merupakan teknik teka-teki dimana setiap siswa dalam kelompok
mempelajari materi sendiri-sendiri dan nantinya menyatukan materi
menjadi satu kesatuan.
6) Numbered Heads together, pembelajaran dengan memberi label nomor
pada setiap siswa yang nantinya akan menjawab pertanyaan atau
melakukan tanggung jawab tertentu.
7) Example non example, yaitu pembelajaran dengan menggunakan contoh
atau tidak menggunakan contoh
8) Picture dan picture, yaitu pembelajaran yang menggunakan berbagai
gambar dalam mendekati belajar. Siswa harus memperhatikan gambar
yang ditampilkan oleh guru.
9) Cooperative script, pembelajaran dengan menggunakan materi ajar yang
dicetak dalam kertas dan dibagikan kepada siswa untuk dipelajari.
10) Pemutaran film, dimana pembelajaran dilakukan dengan memutarkan film
yang mempunyai muatan materi sesuai dengan pelajaran sosiologi.
c. Pokok Bahasan Sosiologi dalam Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pokok bahasan sosiologi
pada pokok bahasan sebagai berikut:
1) Interaksi sosial
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diterapkan pada
pokok bahasan Interaksi Sosial Bab III kelas X yang diajarkan oleh guru
pada semester 1. Standar kompetensi pada pokok bahasan interaksi sosial
adalah memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
norma yang berlaku dalam masyarakat. Kompetensi dasar dari pokok
bahasan interaksi sosial adalah siswa dapat mendeskripsikan proses
interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola keteraturan dan
dinamika kehidupan sosial.
Adapun konsep yang dipelajari dalam materi Interaksi sosial antara
lain yang pertama adalah Tindakan sosial, yang menghasilkan interaksi
sosial. Selanjutnya interaksi sosial ini mempunyai syarat dan faktor yang
mempengaruhi. Dalam interaksi sosial terdapat bentuk-bentuk interaksi
sosial yang bersifat asosiatif dan disasosiatif. Interaksi sosial selanjutnya
dihubungkan dengan kelompok, lembaga dan organisasi sosial serta
dinamika perubahan sosial.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Peta Konsep Interaksi Sosial
2) Sosialisasi
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diterapkan pada
pokok bahasan sosialisasi Bab IV kelas X. Standar kompetensi pada pokok
Tindakan Sosial 1. Instrumental 2. Berorientasi Nilai 3. Tradisional 4. Afektif
Syarat 1. Kontak 2. Komunikasi
Faktor 1. Imitasi 2Sugesti 3. Identifikasi 4. Simpati 5. Empati
Interaksi Sosial
Asosiatif 1. Kerjasama 2. Akomodasi 3. Asimilasi 4. Akulturasi
Bentuk Interaksi Sosial
Disasosiatif 1. Persaingan 2. Kontraversi 3. Pertikaian 4. Konflik
Kelompok, Lembaga, Organisasi Sosial.
Dinamika dan Perubahan Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
bahasan sosialisasi yaitu menerapkan nilai dan norma dalam proses
pengembangan kepribadian. Kompetensi dasar dari pokok bahasan
sosialisasi adalah siswa dapat menjelaskan sosialisasi sebagai proses
dalam pembentukan kepribadian.
Konsep dalam materi pelajaran Sosialisasi meliputi pengertian dari
sosialisasi itu sendiri, fungsi sosialisasi, tahapannya dan jenis media
sosialisasi. Selain itu juga membicarakan mengenai proses pembentukan
kepribadian dan dasar kepribadian dan menghubungkan hal tersebut
dengan kebudayaan yang memberikan pengaruh terhadap kepribadian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 4 sebagai berikut:
Gambar 4. Peta Konsep Sosialisasi
6. Keaktifan belajar
a. Pengertian keaktifan belajar
Keaktifan belajar merupakan keadaan aktif seorang siswa dalam
kegiatan belajar. Keaktifan belajar sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran. Keaktifan belajar apabila ditarik ke dalam bahasa inggris adalah
active learning. Adapun pengertian active learning dan keaktifan belajar
menurut para ahli sebagai berikut:
1) Richard M. Felder dalam Journal of Active Learning (2010:2)
mengemukakan bahwa “Active learning is anything course-related that all
students in a class session are called upon to do other than simply
watching, listening and taking notes”. Dalam terjemahan bebasnya Active
learning adalah segala sesuatu yang berhubungan saja bahwa semua siswa
Sosialisasi
Dasar kepribadian
Proses pembentukan kepribadian
Jenis Media Sosialisasi
Tahapan
Fungsi
Kebudayaan berpengaruh terhadap
kepribadian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dalam sesi kelas dipanggil untuk dilakukan selain hanya menonton,
mendengar dan mencatat. Dengan memanggil siswa secara bergantian
akan menjadikan siswa aktif dalam kegiatan belajar, sehingga tercipta
keaktifan belajar pada diri siswa.
2) Mel Silberman (2006: 16) mengungkapkan bahwa “active learning adalah
merupakan kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajaran yang
komprehensif, meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik
menjadi aktif”. Active Learning merupakan upaya yang membuat peserta
didik aktif dalam kegiatan belajar. Active learning dapat diupayakan oleh
guru dengan berbagai cara sehingga siswa nantinya akan belajar dengan
aktif.
3) Hermawan (2007: 83) mengungkapkan bahwa “Keaktifan belajar adalah
untuk mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri, mereka aktif
membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka
hadapi dalam kegiatan pembelajaran”. Keaktifan belajar merupakan upaya
siswa dalam belajar dengan bersikap aktif untuk mendapatkan hasil belajar
yang lebih mendalam. Upaya aktif harus hadir dalam diri siswa sendiri
sehingga tidak ada paksaan, hanya dorongan dan motivasi yang mampu
menggerakkan siswa untuk aktif dalam belajar.
4) Hamdani (2011:49) mengemukakan bahwa Active learning sukar
didefinisikan karena semua kegiatan belajar akan mengandung active
learning.
Keaktifan adalah upaya yang muncul dalam berbagai bentuk yaitu keterlibatan intelektual, emosional dalam belajar mengajar yang bersangkutan asimilasi akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap umpan balik dalam pembentukan ketrampilan dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.
Keaktifan merupakan upaya yang muncul dari diri. Sedangkan
keaktifan belajar merupakan upaya yang muncul dalam kegiatan belajar.
Upaya tersebut dapat berupa keterlibatan intelektual atau kognitif, dapat
juga berupa keterlibatan emosional. Keaktifan belajar diupayakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pencapaian pengalaman langsung siswa, serta dalam pembentukan
ketrampilan dan penghayatan dalam pembentukan nilai.
5) Nawawi dalam http://nawawielfatru.blogspot.com/2010/07/keaktifan-
belajar.html (2010) mendefinisikan “Keaktifan adalah kegiatan atau
aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
terjadi baik fisik maupun non fisik”. Aktivitas tidak hanya ditentukan oleh
aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti
mental, intelektual dan emosional . Keaktifan yang dimaksudkan di sini
penekanannya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.
Dari berbagai pendapat tersebut penulis simpulkan bahwa keaktifan
belajar adalah upaya aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan yang
muncul dari dirinya sendiri. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
sangat penting karena tindakan siswa di dalam kelas mempengaruhi
pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan. Keaktifan belajar itu
sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu antara lain ruang kelas, cara
guru mengajar, iklim dan kondisi kelas, maupun tempat duduk. Hal tersebut
harus disesuaikan dengan karakteristik siswa yang heterogen sehingga akan
menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif dan siswa akan merasa nyaman
dan tertarik dengan kegiatan pembelajaran.
b. Upaya meningkatkan keaktifan belajar
Menurut Mc. Keachie dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:119)
mengemukakan 6 dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan
terjadinya kadar cara belajar siswa aktif. Dimensi-dimensi tersebut antara
lain adalah partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan
pembelajaran, tekanan pada aspek afektif dalam belajar, partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran, kekohesifan (kekompakan) kelas, Kebebasan
atau lebih tepat kesempatan dan jumlah waktu. Dimensi tersebut dijelaskan
secara terperinci sebagai berikut:
1) Partisipasi siswa penting dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran,
hal ini dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa karena dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
mengetahui tujuan dari pembelajaran siswa akan mengetahui apa yang
harus siswa pelajari dalam pembelajaran.
2) Tekanan pada aspek afektif atau sikap dalam belajar dimana siswa harus
memahami apa yang mereka pelajari dan mampu menghubungkannya
dengan realitas yang ada di masyarakat. Siswa mempunyai kesempatan
yanng sama untuk berpendapat, berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran meliputi menerima, menyambut, menghayati dan mendalami
materi yang dipelajari.
3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk
interaksi antar siswa. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa
dan memotivasi siswa lain untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran.
4) Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok. Kelompok belajar
akan menciptakan persaingan kelas yang kondusif. Dengan dibentuk
kelompok akan meningkatkan kekompakan dan keaktifan kelompok untuk
menjadi kelompok terbaik.
5) Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan pada siswa untuk
mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah
6) Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi
siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan
sekolah atau kegiatan pembelajaran.
c. Indikator keaktifan belajar.
Keaktifan belajar di atas dijelaskan sebagai upaya aktif siswa dalam
belajar. Upaya keaktifan belajar terdiri dari optimalnya aktivitas belajar yang
ada di dalam kelas yang dilakukan oleh peserta didik di bawah pengawasan
guru. Paul B. Diedrich dalam Martinis Yamin (2007: 85-86) membagi
aktivitas kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu visual activeties, oral
activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor
activities, mental activities, emotional activities.
Penjelasan dari berbagai aktivitas kegiatan belajat tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a. Aktivitas penglihatan/ visual activeties atau kegiatan-kegiatan visual
yang dilakukan oleh siswa yang berhubungan dengan indera
penglihatan, misalnya seperti membaca, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
b. Aktivitas mulut/ oral activities atau kegiatan-kegiatan lisan merupakan
kegiatan siswa yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata seperti
mengemukakan suatu fakta, menghubungkan sutu kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan interupsi.
c. Aktivitas pendengaran/ listening activities atau kegiatan-kegiatan
mendengarkan yang dilakukan oleh siswa seperti mendengarkan
uraian, percakapan, diskusi dan sebagainya.
d. Aktivitas menulis/ writing activities atau kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan aktivitas menulis seperti menulis cerita,
karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagaianya.
e. Aktivitas menggambar/ drawing activities atau kegiatan-kegiatan
menggambar yang dilakukan siswa seperti menggambar, membuat
grafik, peta, diagaram, pola, dan sebagainya.
f. Aktivitas gerak/motor activities atau kegiatan-kegiatan motorik atau
gerakan yang dilakukan siswa didalam kelas ataupun di luar kelas
seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, bermain,
berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
g. Aktivitas mental/ mental activities atau kegiatan-kegiatan mental yang
dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti merenungkan,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan, dan sebagainya.
h. Aktivitas emosi/ emotional activities atau kegiatan-kegiatan yang
mempengaruhi emosi siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti
menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan
sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Dari jenisnya kegiatan/ aktivitas siswa dalam belajar dapat berupa
aktivitas lisan, visual, mendengarkan, memperhatikan, menggambar dan lain
sebagainya. Keaktifan siswa dapat dilihat melalui berbagai hal tersebut. Hal-
hal tersebut diatas dapat dijadikan acuan sebagai indikator keaktifan belajar
siswa. Indikator yang digunakan sehubungan dengan penelitian ini hanya 6
aktivitas antara lain adalah
a. Visual activeties dengan memperhatikan guru, memperhatikan teman
presentasi, memperhatikan penjelasan teman dalam kegiatan diskusi.
b. Oral activities, dengan siswa melakukan diskusi dengan teman, siswa
bertanya dalam kegiatan pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan
guru, siswa menjawab pertanyaan teman.
c. Listening activities, dengan siswa mendengarkan perintah guru, siswa
mendengarkan presentasi teman, siswa mendengarkan diskusi teman.
d. Writing activities, dengan siswa menuliskan hasil diskusi, siswa
mencatat materi yang diberikan oleh guru, siswa mencatat kekurangan
hasil diskusi mereka.
e. Mental activities, dengan siswa memberikan contoh nyata dalam
kehidupan sehari-hari
f. Emotional activities, dengan siswa berani menjawab pertanyaan guru,
siswa berani mengemukakan pendapat, siswa berani mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas.
Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan
aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam
kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan peserta didik, dimana
peserta didik adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan sedangkan
guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.
6. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Penelitian Tindakan
Istilah penelitian tindakan berasal dari kata action research dalam bahasa
Inggris, diterjemahkan dari frase action research mempunyai arti riset tindakan.
Berikut beberapa pengertian penelitian tindakan menurut para ahli:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1) Kemmis dan Carr dalam Suwarsih Madya (2006:9) mendefinisikan
“Penelitian Tindakan adalah merupakan suatu bentuk penelitian reflektif diri
kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial
mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik yang dilakukan”.
Upaya yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan
untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini, serta situasi
dimana pekerjaan ini dilakukan. Hal tersebut dimaksudkan bahwa penelitian
tindakan merupakan sebuah penelitian yang difungsikan untuk mencapai
suatu perbaikan tertentu yang telah digagas sebelumnya dari pemikiran
reflektif. Penerapan penelitian ini dilakukan secara halus yakni melibatkan
suatu bentuk refleksi diri dalam memulai sebuah perencanaan ataupun dalam
mengakhirinya. Dengan demikian penelitian tindakan menuntut peneliti untuk
bersikap kritis dan berlatih menggunakan insting serta kepekaan untuk
membaca suatu kondisi dan situasi.
2) Kurt Lewin dalam Mulyasa (2009: 5) mendefinisikan
Penelitian Tindakan merupakan suatu metode dalam penelitian tindakan yang dapat diterapkan dalam lingkungan yang sangat luas, di dalam lingkungan industri misalnya bahkan sangat baik pula dalam memperbaiki hubungan interpersonal dan kemasyarakatan karena kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari proses demokrasi yang dapat mengubah kehidupan seseorang dan lingkungan tepat tinggalnya; termasuk lingkungan pendidikan, baik formal, informal maupun nonformal.
Dari pendapat Kurt Lewin dapat dimengerti bahwa penelitian tindakan
adalah cara dalam penelitian yang dapat diaplikasikan pada banyak hal
termasuk lingkungan pendidikan. Penelitian tindakan dapat diterapkan dalam
lingkungan apa saja. Penelitian ini bersifat reflektif dengan mengamati
tindakan yang telah dilakukan dan berupaya untuk melakukan perbaikan
termasuk dalam lingkungan industri ataupun untuk memperbaiki hubungan
interpersonal dan permasalahan yang ada di masyarakat. Penelitian tindakan
merupakan proses yang demokratis sehingga melalui penelitian tindakan akan
mengubah seseorang dan lingkungan tempat tinggalnya termasuk dalam
lingkup pendidikan baik itu formal, informal maupun non formal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pengertian penelitian tindakan yang merujuk pada kedua pendapat para
ahli di atas penulis simpulkan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk
penelitian didasarkan pada refleksi yang dilakukan oleh peneliti dalam masyarakat
sosial dimana penelitian ini bertujuan mengubah kehidupan seseorang dan
lingkungan tepat tinggalnya termasuk lingkungan pendidikan, baik formal,
informal maupun nonformal.
b. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan yang
mengarah kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai kajian penelitiannya.
Adapun pengertian penelitian tindakan kelas menurut para ahli sebagai
berikut:
1) Arikunto (2009:3) menjelaskan pengertian “Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan
belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan”. Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan tindakan pencermatan yang dilakukan pada
proses pembelajaran yang sengaja dimunculkan. PTK merupakan tindakan
pencermatan yang dimunculkan dalam kelas yang berlangsung bersama
dengan kegiatan pembelajaran siswa.
2) Suyadi (2010: 22) mendefinisikan “Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di
dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan menggunakan
metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai
aspek pembelajaran”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
penelitian tindakan kelas dilakukan oleh orang yang terlibat dengan
kegiatan pembelajaran. Perbaikan dilakukan sebagai upaya perbaikan
aspek pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas pertama-tama dengan
melakukan melalui refleksi, lalu dari refleksi akan ditindaklanjuti dengan
tindakan-tindakan perbaikan.
3) IGAK Wardhani dan Kuswaya ( 2008: 1.5) mendefinisikan “Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat”. Penelitian Tindakan Kelas dalam pengertian ini
mempunyai tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di dalam kelas.
Sehingga tindakan hanya dapat dirasakan oleh guru dan dilakukan oleh
guru, namun juga dirasakan siswa. Selain itu penelitian tindakan kelas
mempunyai tujuan untuk memperbaiki kinerja guru.
4) Basrowi dan Suwandi (2008:28) “PTK adalah penelitian tindakan dalam
bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan
untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran”. Secara
singkat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) didefinisikan sebagai suatu
bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Dari beberapa pengertian diatas penulis simpulkan bahwa pengertian
Penelitian Tindakan Kelas merupakan upaya perbaikan kegiatan pembelajaran
di kelas yang dilakukan oleh guru melalui kegiatan refleksi, sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
c. Karakteristik PTK
Sedangkan karakteristik PTK itu sendiri menurut Basrowi dan
Suwandi (2008: 36-37) sebagai berikut:
1) PTK sifatnya situasional, berkaitan dengan upaya mendiagnosis masalah
dalam konteks tertentu, yaitu di kelas dalam sekolah dan berupaya
menyelesaikan dalam konteks tersebut.
2) PTK merupakan upaya kolaboratif antara guru dan siswa-siswanya, yaitu
satu satuan kerja sama dengan perspekstif berbeda, bisa juga antara guru
dan kepala sekolah. Kerja sama ini sendiri bersifat partisipatori, yaitu
setiap anggota tim secara langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan
PTK dari tahap awal sampai tahap akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
3) PTK bersifat self-evaluatif, dimana kegiatan merupakan modifikasi praktis
yang dilakukan secara berkelanjutan, dievaluasi dalam situasi yang
berjalan secara terus menerus, yang tujuan akhirnya ialah peningkatan
perbaikan dalam praktik nyatanya.
4) PTK bersifat luwes dan menyesuaiakan. Adanya penyesuaian ini
menjadikannya suatu prosedur yang cocok untuk bekerja di kelas, yang
memiliki banyak kendala yang melatarbelakangi masalah di sekolah.
5) PTK terutama memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik,
perubahan kemajuan dicermati dari peristiwa-peristiwa, dari waktu ke
waktu, bukan sekedar impersionistik-subjektif, melainkan dengan evaluasi
formatif.
6) Ketaatan ilmiah PTK memang agak longgar, dimana PTK merupakan
antitesis dari desain penelitian eksperimental yang sebenarnya, sifat
sasarannya situasional-spesifik, tujuannya pemecahan masalah praktis,
sampel populasinya terbatas dan tidak representatif. Oleh karena itu
temuan-temuannya tidak dapat digeneralisasikan.
d. Perbedaan PTK dengan penelitian lain
Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 34-40), Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) mempunyai karakteristik berbeda dengan penelitian lain antara
lain sebagai berikut:
1) An Inquiry on Practice from Within
Dimana kegiatan PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang
secara langsung dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru
sebagai pengelola program pembelajaran di kelas. Yang dimaksud dengan
An Inquiry on Practice from Within adalah suatu upaya mendapatkan
permasalahan pembelajaran di kelas dengan melihat, menghayati,
memahami dan merasakan sendiri di dalam kelas, sehingga pelaku dapat
merumuskan tindakan yang akan dilakukan didalam kelas.
2) A Collaborative Effort Between School Teachers And Teacher Educators
Pendekatan kolaboratif diterapkan untuk menciptakan adanya
hubungan kerja kesejawatan. Sehingga kegiatan PTK dapat dijalankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
bersama-sama antara guru, dosen LPTK ataupun peneliti lain. Guru bukan
satu-satunya peneliti dalam kegiatan PTK. Kolaborasi yang dimaksud
adalah suatu upaya bersama antara peneliti, guru, kepala sekolah, dan
pengawas untuk mendiagnosis berbagai masalah yang ada di kelas,
menentukan berbagai alternatif pemecahannya, melakukan refleksi dan
membuat kesimpulan bersama.
3) A Reflective Practice Made Public
Kegiatan PTK dimulai dengan kesadaran guru mengakui terdapat
kekurangan dalam kegiatan pembelajarannya. Suyanto dalam Basrowi dan
Suwandi mengungkapkan tidak semua guru mampu melihat sendiri apa
yang telah dilakukannya selama mengajar. Dalam hal ini tidak tertutup
kemungkinan bahwa selama ini guru melakukan kekeliruan dalam
kegiatan pembelajaran. Dari hal ini diperlukan peran orang lain untuk
merefleksikan kekurangan-kekurangan ini.
e. Bentuk penelitian tindakan kelas
Basrowi ( 2008; 73) menjelaskan ada empat bentuk PTK (Penelitian
Tindakan Kelas), yaitu “Penelitian tindakan guru sebagai peneliti, penelitian
tindakan kolaboratif, penelitian tindakan simultan terintegrasi, dan penelitian
tindakan administrasi sosial eksperimental”. Keempat bentuk PTK tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Penelitian Tindakan Guru Sebagai Peneliti, merupakan bentuk penelitian
tindakan kelas yang memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri penting,
yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses penelitian tindakan
kelas.
2) Penelitian Tindakan Kolaboratif, merupakan Penelitian tindakan yang
melibatkan beberapa pihak yaitu guru, kepala sekolah, dosen, dan orang lain
yang terlibat menjadi satu tim secara kemitraan, yang melakukan penelitian
dengan tiga tujuan yaitu meningkatkan praktik pembelajaran, menyumbang
pada perkembangan teori dan meningkatkan karier guru. Dalam proses
penelitian seperti ini guru dan dosen LPTK saling belajar, dan dapat saling
mengisi proses peningkatan profesionalisme masing- masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3) Penelitian Tindakan Silmutan Terintegrasi, merupakan Penelitian tindakan yang
bertujuan untuk dua hal sekaligus, yaitu untuk memecahkan persoalan praktis
dalam pembelajaran dan menghasilkan pengetahuan ilmiah dalam bidang
pembelajaran kelas.
4) Penelitian Tindakan Administrasi Sosial Eksperimental
Penelitian tindakan administrasi sosial eksperimental adalah suatu bentuk
penelitian tindakan yang pelaksanaannya lebih meningkatkan dampak
kebijakan dan praktik.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Sebelum penelitian ini dilaksanakan, telah ada penelitian yang dilakukan
sehubungan dengan keaktifan belajar siswa serta model pembelajaran kooperatif
Jigsaw. Adapun penelitian tersebut dijabarkan dengan singkat sebagai berikut:
1. Penelitian Rita Jiwa Setyani dalam penelitian Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Biologi ditinjau dari
Aspek Aktivitas Langsung, Mencatat dan Mental Siswa Kelas VIII-A SMP
Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010 / 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa
dalam kegiatan belajar mengajar biologi dengan penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw.
Hasil penelitian tindakan kelas ini berdasarkan lembar observasi keaktifan
belajar siswa pra siklus sebesar 54,36%, siklus 1 sebesar 67,06% dan siklus 2
sebesar 79,36%. Sedangkan hasil perhitungan angket pra siklus menunjukkan
keaktifan belajar siswa sebesar 68,91%, siklus 1 sebesar 73,49%, dan siklus 2
sebesar 81,05%.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar biologi ditinjau dari
aspek aktivitas langsung, mencatat dan mental siswa kelas VIII-A SMP
Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.
2. Penelitian oleh Erny Wijayanti, 2005 dengan judul Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pokok
Bahasan Sistem Persamaan Linear Dengan Dua Peubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran
kooperatif Jigsaw II dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan
mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan keaktifan siswa belajar metematika sub pokok bahasan Sistem
Persamaan Linear dengan Dua Peubah.
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini menunjukan hasil belajar pada siklusI,
siswa yang mendapat nilai 7 ada 13,64% dan siswa yang mendapat nilai
<6ada 77,27%. Pada siklus II siswa yang mendapat nilai 7 sebesar 25% dan
siswayang mendapat nilai < 6 ada 59,09%. Sedangkan keaktifan siswa pada
siklus I sebesar 56,76% dan siklus II mencapai 65%. Hasil pengamatan,
beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya hasil belajar dan keaktifan
siswa adalah keadaan guru, keadaan siswa, dana, dan sarana prasarana yang
memadai.
Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran Kooperatif Jigsaw II dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan Sistem Persamaan
Linear dengan Dua Peubah serta dapat meningkatkan keaktifan siswa.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan. Dari kegiatan observasi dan refleksi SMA Negeri 1 Surakarta
meskipun sekolah yang berprestasi namun keaktifan siswa di dalam kelas dirasa
kurang. Hal ini khususnya terjadi pada kelas-kelas baru yaitu kelas X.
Sosiologi ilmu yang mempelajari mengenai masyarakat, nilai-nilai dan
interaksi sosial sangat penting kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Namun demikian keaktifan belajar siswa kelas X 9 dalam pembelajaran sosiologi
dirasa kurang. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dalam
pembelajaran.
Keaktifan belajar merupakan perilaku aktif siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Adapun keaktifan siswa ini diwujudkan dalam aktivitas-aktivitas
tertentu misalnya aktivitas oral, visual, mendengarkan, menggambar, mental,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
emosional dan lain-lain. Keaktifan belajar pada dasarnya dapat ditingkatkan.
Keaktifan belajar siswa ditingkatkan dengan memilih model pembelajaran yang
tepat. Berbagai jenis model pembelajaran yang dapat menimbulkan aktivitas siswa
di dalam kelas antara lain dengan diskusi, presentasi, model kooperatif dan lain-
lain.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat membantu para siswa
menemukan makna dalam pelajaran sosiologi dengan bekerja sama dengan
kelompok, gotong royong, menghargai pendapat orang lain, diskusi,
mengungkapkan pendapat dan belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan, sehingga apa yang mereka pelajari melekat dalam
ingatan untuk meningkatkan keaktifan dalam belajar sosiologi. Berdasarkan
uraian di atas, secara teoretis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
merupakan salah satu model pembelajaran yang berpotensi meningkatkan
keaktifan belajar siswa.
Dari penjelasan di atas divisualisasikan dalam bagan Gambar berikut:
Guru ; pelaksanaan pembelajaran yang membuat siswa pasif.
Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Diduga melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas
Siswa: keaktifan belajar rendah dan tidak tercipta
Siklus I : Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
Siklus II : Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang diperbaiki.
Kondisi Akhir
Tindakan
Kondisi Awal
Gambar 5. Kerangka Berpikir Tindakan Kelas Peningkatan Peningkatan Keaktifan Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
D. Perumusan Hipotesis Kerja
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di
atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dapat Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X 9 SMA Negeri 1
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta Jl. Monginsidi no. 40
Surakarta kurang lebih 750 meter ke arah timur dari stasiun Balapan Solo.
Sekolah ini terletak di tengah-tengah kota dan mempunyai akses transportasi yang
mudah untuk dijangkau baik oleh siswa, guru maupun peneliti. Dipilihnya SMA
Negeri 1 Surakarta sebagai tempat penelitian dengan alasan sebagai berikut:
a. SMA Negeri 1 Surakarta merupakan sekolah dengan sarana yang lengkap
dan mendukung berbagai aplikasi dari model-model pembelajaran.
Terdapat media pembelajaran lengkap di setiap kelas meliputi LCD dan
Proyektor. Selain itu di dalam sekolah terdapat akses jaringan internet
yang dapat digunakan siapa saja.
b. Siswa-siswa SMA Negeri 1 Surakarta merupakan siswa pilihan yang
mempunyai kualitas kognitif di atas rata-sata sehingga memungkinkan
untuk dibelajarkan dengan model kooperatif tipe Jigsaw II yang kompleks.
c. Guru-guru di SMA Negeri 1 Surakarta terbuka untuk memperbaiki
pembelajaran sehingga dapat bekerja sama dalam penelitian untuk
meningkatkan profesionalisme guru.
d. Banyak tenaga pendidik di SMA tersebut yang masih memerlukan
peningkatan ketrampilan dalam hal penerapan metode atau model
pembelajaran yang lebih inovatif guna memperbaiki kegiatan
pembelajaran di kelas sehingga dapat pula ikut memberikan warna dalam
pelaksanaan pembelajaran sehingga tidak membosankan untuk siswa.
e. Lokasi penelitian mudah dijangkau karena letak sekolah tersebut di tengah
kota dan mudah dijangkau oleh peneliti.
f. Peneliti telah melaksanakan kegiatan PPL di SMA Negeri 1 Surakarta
sehingga mendapatkan kemudahan dalam perijinan dan pelaksanaan
penelitian.
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2011/2012
selama mulai dari akhir September 2011 sampai Pebruari 2012 sebagai berikut:
a. Tahap pra penelitian : peneliti melaksanakan observasi terhadap sekolah dan
kelas yang akan digunakan sebagai penelitian.
b. Tahap persiapan: permohonan pembimbing, konsultasi masalah yang
teridentifikasi dan membuat fokus masalah, pengumpulan data awal,
permohonan ijin penelitian ke sekolah yang dilaksanakan dari bulan
September sampai dengan bulan Oktober 2011.
c. Tahap pelaksanaan: pengolahan data awal, perencanaan, pelaksanaan dan
pengamatan tindakan baik siklus 1 dan 2.
d. Tahap penyelesaian: analisis data dan penyusunan laporan dilaksanakan dari
bulan Desember 2011 sampai dengan Maret 2012.
Adapun jadwal selengkapnya pada tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No Jenis kegiatan Bulan Sep Okt Nov Des Jan Peb
1 Persiapan penelitian Koordinasi peneliti dengan sekolah Identifikasi masalah pembelajaran Menyusun proposal penelitian Menyiapkan perangkat dan instrumen Simulasi pelaksanaan tindakan
2 Pelaksanaan PTK Siklus I 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Siklus II 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Analisis data Menyusun laporan/ skripsi Ujian dan revisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X 9 semester 1 SMA Negeri 1
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 32 siswa.
2. Objek Penelitian
Obyek pada penelitian tindakan kelas ini adalah berbagai kegiatan yang
terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar pembelajaran adalah
keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi melalui aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti paradigma
penelitian kualitatif, sehingga data kuantitatif yang muncul diolah dan
dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif.
Penelitian tindakan kelas telah dijelaskan dalam bab 2. Penelitian
Tindakan Kelas merupakan upaya perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas yang
dilakukan oleh guru melalui kegiatan refleksi yang dilaksanakan dalam kawasan
kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran
di kelas secara lebih profesional sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru untuk memperbaiki
proses pembelajaran yang ada. Dengan pelaksanaan kolaborasi harapannya guru
dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas. Selain itu peneliti bisa
menjadi pemantul gagasan baru untuk guru.
PTK dilaksanakan secara kolabratif dengan guru pengampu mata pelajaran
sosiologi. Guru yang berkolaborasi dengan peneliti adalah guru sosiologi yang
mengajar di kelas X 9, X 10 serta kelas-kelas akselerasi. Guru bernama Agustaf
Didit Maryos S.Sos termasuk guru baru di SMA Negeri 1 Surakarta.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
penelitian studi kasus. Penelitian Tindakan Kelas studi kasus adalah suatu jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
penelitian tindakan yang bertujuan mencari tahu, menelusuri, meneliti,
menganalisa, dan menemukan solusi atau jalan keluar yang paling baik dan tepat
untuk mengatasi suatu masalah di kelas. Objek dan sasaran utama penelitian jenis
ini masuk sebagai kategori penyembuhan dan pengobatan. Bentuk kajian dalam
penelitian ini bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan
tugas sehari-hari. Memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan, serta memperbaiki situasi dan kondisi dimana praktik-praktik
pembelajaran tersebut dilakukan.
D. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data merupakan hal penting yang perlu
dipertimbangkan sejak awal, sehingga dalam pelaksanaan penelitian nanti peneliti
fokus untuk mendapatkan data-data tersebut dari sumber-sumber yang telah
direncanakan. Adapun data dan sumber data dalam penelitian ini dijabarkan
sebagai berikut:
1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data yang
berhubungan dengan keaktifan belajar siswa di dalam kegiatan pembelajaran.
Data dapat diperoleh langsung dari siswa secara langsung maupun melalui
observasi.
a. Data kuantitatif
Data kuantitatif yang dimunculkan dalam bentuk deskripsi angka
yang merupakan peningkatan keaktifan belajar siswa dari kegiatan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II dalam
pembelajaran Sosiologi. Data kuantitatif didapatkan dari hasil lembar
observasi siswa yang menilai aktivitas belajar siswa melalui indikator-
indikator tertentu. Data tersebut selanjutnya dikonversikan menjadi data
kualitatif menurut kriteria Arikunto sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 2. Persentase Skor Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa
Persentase (%) Keterangan
80,01 – 100 Baik sekali
60,01 - 80 Baik
40,01 – 60 Cukup
20,01 – 40 Kurang
0 – 20% Kurang sekali
(Sumber: Arikunto, 2009)
b. Data kualitatif
Data kualitatif yang berupa peristiwa, aktivitas siswa dan guru
dalam proses belajar mengajar akan dipaparkan dalam catatan lapangan
observer atau kolaborator, selanjutnya akan dibandingkan, kemudian
diungkapkan dalam bentuk kalimat. Sumber data kualitatif ini adalah
catatan lapangan observer yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran.
2. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 102) “Sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Data penelitian
yang dikumpulkan berupa informasi tentang keaktifan belajar siswa, hasil
observasi, dokumentasi, aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Data penelitian itu dikumpulkan dari beberapa sumber yang meliputi:
a) Informan atau nara sumber yaitu siswa kelas X 9 dan guru mata pelajaran
sosiologi kelas X 9, serta guru lain dan kepala sekolah SMA Negeri 1
Surakarta sebagai sumber data tambahan.
b) Dokumentasi, rekaman dan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II. Selain
itu juga dikumpulkan arsip atau dokumen yang berhubungan dengan
penelitian, misalnya nilai ulangan siswa pra penelitian, nama siswa,
jadwal pelajaran dan lain-lain.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam penelitian ini dilaksanakan untuk
memperbaiki proses pembelajaran di kelas khususnya untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
keaktifan belajar siswa pada pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Surakarta kelas
X 9 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
antara lain dengan menggunakan observasi, wawancara mendalam dan
dokumentasi sebagai teknik utama untuk mengumpulkan data, serta dengan
menggunakan catatan lapangan sebagai teknik bantuan. Penjabaran mengenai
metode tersebut sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
observasi langsung dan partisipatif. Observasi langsung (direct observation)
adalah suatu pengamatan pada kegiatan yang dilakukan tanpa perantara
(secara langsung) terhadap objek yang diteliti yaitu siswa kelas X 9 SMA
Negeri I Surakarta. Observasi dilaksanakan sebelum tindakan dimulai dan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati adalah
perilaku siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
Observasi dilakukan setiap pertemuan dalam kegiatan pembelajaran.
Peneliti melaksanakan observasi dengan memfokuskan pada keaktifan siswa
dalam pembelajaran sosiologi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Jigsaw II. Peneliti melihat bagaimana aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran, apakah menunjukkan adanya indikator peningkatan
keaktifan dalam pembelajaran. Selain itu peneliti juga harus mengamati
keseluruhan siswa, sehingga siswa terobservasi semuanya. Observasi ini
dilakukan pada setiap siklus pembelajaran sehingga akhirnya didapatkan data
untuk hasil penelitian. Observasi dilakukan dengan instrumen observasi
berupa lembar observasi kelas. Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran
halaman 169.
Selain itu dalam observasi menggunakan catatan observasi sebagai
instrumen tambahan yang digunakan untuk mencatat secara narasi kegiatan
pembelajaran. Sumber informasi penting dalam penelitian yang dituangkan
dalam bentuk tulisan adalah catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti.
Berbagai aspek yang diamati dan penting dalam penelitian seperti langkah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
langkah yang dilakukan oleh guru, suasana kelas, pengelolaan kelas,
hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan
kegiatan kelompok yang dilakukan dengan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II. Keseluruhan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, dituliskan
secara terperinci dalam field note.
2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data tertentu. Data
yang dikumpulkan melalui teknik dokumentasi adalah foto-foto dan rekaman
kegiatan pembelajaran, lembar hasil kerja siswa, lembar penilaian, dan data
lain yang mendukung penelitian. Data dokumentasi diperoleh peneliti dari
kegiatan pembelajaran, arsip hasil tes atau daftar hasil tes sosiologi yang telah
ada sebelum diteliti.
Berdasarkan dokumentasi data tersebut peneliti memperoleh bermacam-
macam informasi data, yaitu tentang catatan nama dan nomor induk siswa,
aktifitas siswa, dan hasil belajar yang dicapai siswa. Selanjutnya data tersebut
dapat dijadikan dasar untuk melakukan tindakan berikutnya dan terhadap
hasil temuan data baru selama proses penelitian berlangsung. Hasil ini
selanjutnya diorganisir sedemikian sehingga menjadi data pelengkap.
3. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam merupakan teknik tambahan yang digunakan
untuk mengumpulkan data, sebagai upaya triangulasi sumber. Wawancara
digunakan untuk mengetahui permasalahan di dalam kelas secara lebih
mendalam. Wawancara mendalam yang digunakan peneliti bermaksud
untuk menggali secara mendalam tentang fokus masalah yang diteliti
sehingga menyajikan informasi yang terperinci dan pribadi mengenai
peristiwa, aktivitas, kelompok/organisasi, minat dan motivasi, persepsi dan
sebagainya. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap guru, serta
terhadap siswa. Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang tidak
ditemukan pada saat observasi awal dilaksanakan. Selain itu untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran sosiologi
dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Wawancara dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran halaman 179,
232 dan 275.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk
mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Peneliti
Peneliti merupakan instrumen yang paling penting dalam kegiatan
penelitian ini. Peneliti dalam penelitian ini berlaku sebagai observer yang
bertindak sebagai pengamat tindakan guru di kelas. Peneliti yang
berkolaborasi dengan guru bertindak sebagai perencana, pengumpul data,
penganalisis data, penafsir data dan pada akhirnya menyusun hasil penelitian
dalam bentuk laporan. Kegiatan penelitian ini bersifat kolaboratif sehingga
peneliti harus bekerjasama dengan guru untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan dan data yang riil.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan antara lain lembar observasi
keaktifan siswa secara keseluruhan dan secara berkelompok, serta lembar
observasi tindakan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
kooperatif dengan tipe Jigsaw II.
Observasi keaktifan belajar siswa ditekankan pada 6 aktivitas siswa
dalam belajar yang telah dijabarkan pada bab 2. Dalam lembar observasi siswa
secara umum, aktivitas siswa diamati oleh observer secara keseluruhan.
Sedangkan untuk observasi kelompok, aktivitas siswa yang diamati adalah
kegiatan dalam kelompok. Kelas X 9 terdiri dari 32 siswa, setiap kelompok
terdiri dari 4 siswa sehingga terdapat 8 kelompok. Keaktifan siswa dinilai
berdasarkan 6 indikator aktivitas siswa dan dinilai sesuai dengan partisipasi
setiap siswa dalam kelompok ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Kriteria penilaian keaktifan siswa tersebut dapat dilihat pada tabel 3 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 3. Penskoran Aspek Keaktifan Belajar Siswa
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara disusun untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan tanya jawab dengan informan. Dengan menggunakan pedoman,
wawancara yang dilakukan akan lebih terstruktur dan runtut. Selain itu
informasi yang diperlukan akan didapatkan semua. Pedoman wawancara
digunakan untuk mewawancara guru dan siswa sehubungan dengan kegiatan
pembelajaran.
G. Teknik Validitas Data
Untuk menjamin pemantapan serta kebenaran data yang dikumpulkan dan
dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data yang diperoleh. Adapun teknik yang digunakan
untuk menguji validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi. Menurut
Suharsimi Arikunto, dkk (2006: 129) ada beberapa macam triangulasi yaitu
triangulasi teori, triangulasi data, triangulasi sumber, triangulasi metode,
triangulasi instrumen dan triangulasi analitik. Namun yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber. Adapun penjelasan triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber merupakan upaya menguji krediabilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Hal ini dilakukan dengan wawancara yang dilakukan terhadap
beberapa nara sumber seperti guru mata pelajaran, siswa, serta guru sosiologi
yang lain/ rekan sejawat.
Skor Keterangan
4 4 siswa melakukan aktivitas
3 3 siswa melakukan aktivitas
2 2 siswa melakukan aktivitas
1 1 siswa melakukan aktivitas
0 Siswa hanya berkumpul berkelompok saja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Trianggulasi data atau sumber yaitu dengan membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh
melalui berbagai sumber yang berbeda yaitu: (1) Pengamatan (observasi) dari
proses pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II; (2) Silabus dan RPP; (3) Tes
soal berkaitan dengan materi yang disampaikan dengan metode Jigsaw II; (4)
Foto kegiatan belajar menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II;
(5) Rekaman kegiatan belajar menggunakan pembelajaran kooperatif teknik
Jigsaw II.
H. Analisis Data
Analisis data merupakan cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen. Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang
diharapkan maka dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan analisis
model interaktif Milles dan Huberman, meliputi analisa meliputi reduksi data,
penyajian data, kesimpulan-kesimpulan penarikan/verifikasi. Adapun rincian
model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data pada penelitian di kelas X-9 SMA Negeri 1 Surakarta
ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung/ analisis
interaktif. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi
atau pemilihan data, selanjutnya membuat ringkasan, mengkode, dan
menelusur tema. Pilihan-pilihan peneliti tentang data yang dikode, mana yang
dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian besar. Reduksi
data ini berkelanjutan terus sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir
tersusun lengkap.
Proses reduksi data merupakan proses suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, menggarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-
kesimpulan akhirnya dapat ditarik kesimpulan.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik
merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid.
Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang
disusun, diatur, diringkas dalam bentuk kategori-kategori sehingga mudah
dipahami makna yang terkandung di dalamnya.
Data yang sudah didapat di kelas kemudian disajikan dalam bentuk
tabel, grafik, foto, dan rekaman yang digunakan peneliti agar dapat lebih
mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan
lebih jauhnya menganalisis atau mengambil keputusan tindakan berdasarkan
pemahaman yang diperoleh dari penyajian data.
3. Penarikan kesimpulan/ Verifikasi Data
Penarikan kesimpulan dilaksanakan dengan membandingkan hasil
observasi dalam pembelajaran tersebut. Tes ini dilakukan lebih dari satu kali.
Jika mengalami peningkatan maka usaha yang dilakukan dikatakan berhasil.
Penarikan kesimpulan pada penelitian siswa kelas X 9 SMA Negeri 1
Surakarta dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru kelas tentang hasil
akhir yang telah dicapai untuk menentukan langkah penelitian selanjutnya.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan
skema pada bagan gambar 6 sebagai berikut:
Gambar 6. Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman dalam Sutopo (2006: 96)
Pengumpulan Data (Data Collection)
Reduksi Data (Data Reduction)
Penyajian Data (Data Display)
Kesimpulan-Kesimpulan
Penarikan / Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
I. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan/keefektifan penelitian. Keberhasilan penelitian
tindakan kelas ini diindikatori adanya peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran sosiologi di dalam kelas sampai dengan 80%. Keaktifan belajar ini
dilihat dan dinilai berdasarkan lembar observasi kelas yang diisi oleh observer.
Rumusan Indikator kerja dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam tabel 4
sebagai berikut:
Tabel 4. Indikator Kerja Penelitian
Aspek Target Cara mengukur
Keaktifan
belajar
80% Diamati dalam kegiatan belajar dan angket siswa
melalui kelompok keaktifan siswa meliputi kegiatan
visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar,
metrik, mental, dan emosional.
J. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan terbagi dalam
siklus-siklus tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto dkk. (2006:16) langkah
penelitian tindakan kelas meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berurutan namun juga dapat dimodifikasi.
Model penelitian tindakan kelas tersebut digambarkan oleh Arikunto dkk
sebagai berikut digambarkan pada gambar 6.
Gambar 7. Tahap Penelitian Tindakan Kelas.
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar di atas dijelaskan lebih lanjut dalam penelitian sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan tindakan merupakan bagian awal yang tersusun secara
sitematis dimana di dalamnya terdapat kegiatan mempertimbangkan
peristiswa-peristiwa tak terduga sehingga dapat mengurangi resiko yang ada.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, guru melaksanakan desain pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II yang telah direncanakan bersama peneliti. Sebagai bentuk
perbaikan, perencanaan bersifat fleksibel dan siap dilakukan perubahan
sesuai apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di lapangan.
3. Observasi
Observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung ini
sebagai upaya dalam mengamati pelaksanaan tindakan. Jika PTK dilakukan
secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator,
sedangkan guru yang sedang melakukan tindakan. Observasi dilakukan
peneliti atau rekan kolaborasi guru ketika proses tindakan berlangsung.
Dalam observasi peneliti mengumpulkan data sambil
mendokumentasikannya.
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah
dilakukan. Refleksi sangat penting dalam PTK, karena dengan refleksi dapat
diketahui bagian yang perlu diperbaiki dan mana yang telah mencapai target.
Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus
yang masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran
yang dalam satu siklus ada 6 kali tatap muka yang masing-masing 1x45 menit,
sesuai skenario pembelajaran dan RPP. Skenario dan RPP disesuaikan dengan
jadwal pelajaran seperti yang terlampir pada lampiran halaman 189. Silabus dan
RPP dapat dilihat dalam lampiran pada halaman 193, 205, 237 dan 250. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah
didesain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Sebelum perencanaan dilaksanakan guru dan peneliti terlebih dulu
melakukan observasi awal untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan
rendahnya keaktifan dalam mengikuti pelajaran sosiologi kelas X 9 SMA Negeri
1 Surakarta. Berdasarkan temuan di kelas, maka peneliti dan guru berupaya untuk
memperbaiki proses pembelajaran dengan meningkatkan keaktifan belajar siswa
dalam pembelajaran sosiologi siswa kelas X 9 SMA Negeri 1 Surakarta. Dengan
penanaman konsep melalui model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dalam
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan prosedur penelitian di atas maka prosedur penelitian tindakan
kelas ini secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus Pertama (Siklus I)
a. Perencanaan
1) Guru menyiapkan rencana pembelajaran dengan materi nilai dan norma.
2) Menyiapkan dan membagi 32 siswa kedalam kelompok ahli dan kelompok
asal.
3) Menyiapkan soal lembar materi pembelajaran untuk masing-masing
kelompok ahli.
4) Menyiapkan lembar kegiatan siswa dan lembar observasi.
b. Tindakan
Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata
pelajaran sosiologi dengan KD Interaksi Sosial yang dirancang dengan model
pempelajaran kooperatif teknik Jigsaw II. Dalam hal ini, pelakasanaan
pembelajaran dilakukan dalam 6 kali pertemuan setiap siklusnya.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan
sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran sosiologi dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II.
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah
ditetapkan dalam indikator. Adapun indikator tersebut antara lain sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
1) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Kegiatan visual seperti membaca dan memperhatikan pelajaran.
b) Kegiatan lisan seperti diskusi, mengajukan pertanyaan dan
mengemukakan pendapat.
c) Kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan uraian, percakapan, dan
pendapat teman.
d) Kegiatan menulis seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes dll.
e) Kegiatan mental seperti merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan
sebagainya.
f) Kegiatan emosional seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Jika dalam
pembelajaran pada siklus I pertama tentang perkalian sederhana didapatkan
suatu kendala yaitu adanya nilai siswa yang belum mencapai hasil yang
diharapkan atau tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya
perbaikan pada siklus II.
2. Siklus Kedua (Siklus II)
a. Perencanaan
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalah pada
refleksi siklus I
2) Menyiapkan rencana pembelajaran dengan materi Interaksi sosial
3) Membagi 32 siswa ke dalam kelompok ahli dan kelompok asal.
4) Menyiapkan soal pembelajaran masing-masing kelompok ahli.
5) Menyiapkan lembar Observasi
6) Menyiapkan lembar kegiatan siswa
b. Menyiapkan lembar observasi Tindakan
Menggunakan model pempelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dalam
pembelajaran Interaksi Sosial dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
yang telah dibuat pada perencanaan untuk memperbaiki kekurangan pada
siklus I.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan
sikap siswa dan guru ketika mengikuti pembelajaran Sosiologi dengan
menerapkan model pempelajaran kooperatif teknik Jigsaw II.
1) Sama halnya pada siklus I, untuk siklus II tahap observasi ini dilakukan
pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan.
Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam
indikator.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Kegiatan visual seperti membaca dan memperhatikan pelajaran.
b) Kegiatan lisan seperti diskusi, mengajukan pertanyaan dan
mengemukakan pendapat.
c) Kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan uraian, percakapan,
dan pendapat teman.
d) Kegiatan menulis seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes dan
lain-lain.
e) Kegiatan mental seperti merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan
sebagainya.
f) Kegiatan emosional seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup, dan sebagainya
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah melakukan tindakan. Hasil refleksi akan
menentukan perlu ada tidaknya melaksanakan siklus berikutnya. Apabila
dalam siklus kedua peneliti belum berhasil maka peneliti melaksanakan
siklus ketiga dan seterusnya. Apabila sudah berhasil maka upaya
meningkatkan keaktifan belajar siswa telah tercapai. Guru dan peneliti dapat
memperbaiki proses pembelajaran pada permasalahan yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3. Penyusunan Laporan
Apabila upaya peningkatan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dirasa sudah cukup, maka siklus
dapat dihentikan. Setelah penelitian tidakan kelas selesai dilaksanakan guru
bersama dengan peneliti bersama-sama menyusun laporan hasil penelitian.
Adapun komponen yang harus ada dalam laporan penelitian tersebut
antara lain sebagai berikut:
a. Hasil penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas terdiri atas deskripsi lokasi penelitian
berdasarkan permasalahan peneliti dan guru. Dalam hasil penelitian juga
dikemukakan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah pada umumnya dan
kelas yang diobservasi pada khususnya. Temuan dalam penelitian ini
dihubungkan dengan kajian teori sehingga hasil penelitian juga didukung oleh
berbagai teori yang sudah ada sebelumnya. Selain itu diungkapkan pula
pembahasan dimana hasil penelitian dideskripsikan dan dibandingkan dengan
observasi awal sehingga terlihat bagian yang mengalami peningkatan. Hasil
penelitian tindakan kelas ini bersifat deskriptif karena peneliti berusaha untuk
mengungkapkan kedalaman permasalahan penelitian.
b. Simpulan
Hasil penelitian disimpulkan dalam bentuk pernyataan yang disusun
secara singkat dan menyeluruh. Selain itu dalam kesimpulan juga harus
dijabarkan peningkatan keaktifan belajar siswa dari sebelum pelaksanaan
perbaikan dan sesudah model pembelajaran diterapkan.
Selain simpulan juga harus dituliskan implikasi dan saran berdasarkan
penelitian ini, sehingga pembaca laporan bisa mengetahui langkah penerapan
serta saran yang diberikan sehubungan dengan penelitian tindakan kelas
sebagai upaya peningkatan keaktifan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
SMA Negeri I Surakarta berlokasi di Jalan Monginsidi No. 40 Banjarsari,
Surakarta, dengan batas-batas sebagai berikut :
a) Sebelah Barat : SMA Negeri II Surakarta
b) Sebelah Timur : Universitas Kristen Surakarta (UKS)
c) Sebelah Utara : SMP Kristen 3 Surakarta
d) Sebelah Selatan : Perkampungan penduduk.
Lokasi SMA Negeri I Surakarta berada di antara satuan pendidikan yang
lain, seperti di sebelah barat berbatasan langsung dengan gedung SMA Negeri 2
Surakarta dan sebelah timur berbatasan langsung dengan Universitas Kristen
Surakarta, belum lagi satuan pendidikan lain yang terdapat di jalan Monginsidi
No.40 seperti SMP Kristen 3 Surakarta, SMA Warga dan lain-lain. Hal ini
menimbulkan suasana pendidikan yang kondusif untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
Gedung SMA Negeri I Surakarta menempati tanah seluas 7105 m2 yang
sebagian besar terdiri dari bangunan yang dipergunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Luas bangunan SMA negeri I Surakarta seluas 3393,99 m2.
SMA Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah yang telah
ditunjuk untuk merintis SBI sejak tahun 2009. Sehingga sejak tahun 2009, SMA
Negeri 1 Surakarta memenuhi segala syarat baik berupa sarana dan prasarana.
Kelengkapan sekolah tidak hanya media belajar di dalam kelas saja, namun juga
terdapat laboratorium, ruang musik, dan juga akses wifi. Kelengkapan sarana
pembelajaran di dalam kelas antara lain terdapat media lengkap LCD dan
proyektornya, papan tulis, sepasang Air Condotioner.
SMA Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah favorit di
Surakarta. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang mendaftar masuk ke
SMA ini ditahun ajaran baru yang semakin tahun semakin meningkat.
Berdasarkan data dari panitia penerimaan siswa baru 2011, kuota yang disediakan
untuk siswa baru hanya 301 siswa, sedangkan yang mendaftar baik dari dalam
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
daerah maupun luar daerah 865 siswa. Hal ini jelas menunjukkan bahwa SMA
Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah tujuan yang difavoritkan, namun
kemudian hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa
tenaga pengajar yang kurang berkompeten dalam mengajar kelas-kelas SBI yang
ada, sehingga menjadikan siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran.
1. Sejarah singkat SMA Negeri 1 Surakarta
SMA Negeri 1 Surakata mempunyai sejarah panjang sejak zaman
pendudukan Jepang. Pada bulan Agustus 1943 disetujui oleh kepala bagian
pendidikan untuk membuka sekolah AMS (setingkat SMA). Mula-mula
sekolah ini terletak di Manahan. Setelah Perang Dunia II dan Indonesia telah
memplokamirkan kemerdekaannya, SMT Negeri Surakarta diserahkan kepada
Kantor Pendidikan Mangkunegaran Surakarta di bawah Barata Wiyata.
Kegiatan belajar mengajar mulai berjalan dengan lancar. Sejak tahun
1952, setiap akhir tahun pelajaran dapat meluluskan siswa yang sebagian
besar telah sukses dan menjadi pimpinan, baik di wilayah pusat maupun
wilayah lainnya. Sekolah juga mulai merintis pengadaan laboratorium dari
lab. kimia dan fisika. Perkembangan itu kemudian disusul dengan
pembangunan laboratorium anatomi, biologi, dan fisiologi.
SMA Negeri III – B pindah dari Margoyudan (Jl Monginsidi No 40)
ke Jl. Warungmiri No 90. Dengan demikian, sekolah masih tersisa di
Margoyudan adalah SMA Negeri I dan II.
Periode kemapanan SMA Negeri 1 Surakarta dimulai tahun 1971 di
bawah pimpinan M. Rasid (mulai tahun 1971), Drs. Sarwono (mulai tahun
1976) kondisi SMA Negeri I semakin mapan dalam prestasi akademis maupun
non akademis. SMA Negeri I mendapat julukan SMA Favorit. Di bawah
pimpinan Drs. H. Djambani Soetjipto (mulai tahun 1991) bersama Bapak
Widagdo, kepada SMA Negeri II dirintis sertifikat tabah sudah jadi dengan
luas 7.105 m. Batas tanah dengan bangunan SMA Negeri II dan dengan
Universitas Kristen Suarakarta menjadi jelas, yang sebelumnya menjadi satu
sertifikat milik yayasan Kristen Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Di bawah pimpinan Drs. H. Kuswanto, di samping usaha peningkatan
prestasi akademik, gedung lama mulai direhab. Peletakan batu pertama
dilaksankan pada tannggal 20 Agustus 1995 oleh kepala sekolah dan ketua
BP-3 Bapak H. Zainudin. Arsitek dan pelaksana adalah bapak Suyoto, seksi
keuangan BP-3. Beliau dibantu pengurus BP-3 SMA I yang lain. Selama
tahun 1995–1999 dengan swadaya dan dana BP-3 selesai dibangun 52 ruang
terdiri dari 28 ruang kelas, dua ruang BP, dua ruang agama Kristen dan
Katholik, dua kafetaria, empat ruang WC dan satu ruang UKS, satpam, osis,
kopsis, laboratorium (kimia, fisika, matematika, biologi, IPS, bahasa dan
komputer) ruang kurikulum, ruang olahraga dan ruang musik. Kemudian pada
akhir tahun 2001 dibangun masjid dua lantai yang alokasi dananya dari orang
tua siswa, jadi di luar anggaran sekolah.
Mulai tanggal 1 Juli 2002, jabatan kepala sekolah SMU Negeri I
Surakarta mulai dipegang oleh Dra. Hj. Tatik Sutarti, MM. Pada era
kepemimpinan beliau dilaksanakan pembukaan 2 kelas baru dengan
kurikulum Nasional Berbasis Internasional, yang kemudian dinamakan SNBI
A dan SNBI B, dimana keduanya menggunakan pengantar berbahasa Inggris,
terutama pada pelajaran eksak.
Sekarang SMA Negeri 1 Surakarta dikepalai oleh Drs.H.M Thoyibun,
SH, M.M yang menjabat mulai dari 5 November 2007 s.d. sekarang.
2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Surakarta
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan SMA Negeri 1 Surakarta
baik mutu dan prestasi akademik maupun non akademik bertumpu pada Visi,
Misi, dan Tujuan. adapun Visi, Misi, dan Tujuan yang dijabarkan oleh SMA
Negeri 1 Surakarta sebagai berikut:
a. Visi
SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai visi sebagai berikut:
“Mewujudkan Insan yang Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Disiplin, Cerdas, Berbudi Luhur dan Berdaya Saing Global”.
Pengertian dan makna dari kata-kata pada visi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berarti melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan sesuai agama yang dianut.
2) Berbudi luhur berarti santun dalam bertindak, jujur, menjunjung tinggi
tata krama, dan cinta tanah air serta tidak melalaikan budaya daerah.
3) Disiplin mengandung arti taat dan patuh pada peraturan atau tata tertib
yang berlaku dengan penuh kesadaran.
4) Cerdas berarti mampu menggunakan ilmu pengetahuan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
5) Berdaya saing global berarti mampu menggali dan mengembangakan
potensi diri secara optimal sehingga dapat bersaing di era global.
b. Misi
SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai misi sebagai berikut:
1) Memelihara dan meningkatkan pengalaman terhadap ajaran agama
yang dianut dengan mengembangkan sikap toleransi.
2) Membudayakan perilaku santun, jujur, dan menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur budaya bangsa serta budaya daerah.
3) Menanamkan kesadaran berdisiplin tinggi kepada seluruh warga
sekolah.
4) Melaksanakan pendidikan, pembelajaran, dan pelayanan yang optimal
sehingga menghasilkan insan yang berprestasi dalam semua bidang.
5) Meningkatkan wawasan pandangan siswa dengan peningkatan fasilitas
sekolah sebagai sumber belajar.
6) Mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan dalam persaingan global.
7) Menjalin kerjasama dengan berbagai institusi baik lokal maupun
internasional.
8) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga sekolah terhadap
kelestarian lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan
lingkungan secara global.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
c. Tujuan
Tujuan pendidikan SMA Negeri 1 Surakarta sebagai berikut:
1) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
2) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berbudi
luhur, cerdas, berkualitas, dan berprestasi dalam bidang akademik dan
non akademik.
3) Menyiapkan anak didik untuk menjadi anak yang disiplin mematuhi
aturan-aturan yang telah berlaku dalam kehidupan sosial.
4) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
mampu bersaing dan melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
5) Mempersiapkan dan membekali ketrampilan pada peserta didik untuk
dapat hidup bermasyarakat dan bernegara sesuai dengan martabat dan
budi luhur bangsa.
6) Mempersiapkan dan membekali peserta didik dengan pendidikan yang
memberikan kemampuan untuk bersaing di era global.
7) Membekali peserta didik untuk dapat memelihara seni dan budaya
Jawa yang ada, khususnya seni budaya Surakarta.
3. Keadaan Lingkungan Belajar SMA Negeri 1 Surakarta
Keadaan lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta pada umumnya baik, hal
ini terlihat dari hal-hal sebagai berikut:
a. Kebersihan
Kebersihan lingkungan di SMA Negeri 1 Surakarta sangat baik. Kondisi kelas,
halaman sekolah, ruang guru, kantin, dan tempat parkir selalu dijaga
kebersihannya. Selain terdapat petugas kebersihan, seluruh warga SMA
Negeri 1 Surakarta bertanggung jawab menjaga kebersihan termasuk siswa,
guru, dan kepala sekolah. Banyak terdapat tempat sampah di berbagai tempat
untuk mengurangi resiko buang sampah sembarangan. Selain itu terdapat
banyak tempat mencuci tangan sehingga kebersihan dan kesehatan warga
sekolah terjaga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
b. Keamanan
Keamanan lingkungan sekolah di SMA Negeri 1 Surakarta sudah baik. Pintu
gerbang hanya terdapat di satu pintu sehingga siswa, guru dan warga sekolah
lain dapat dengan mudah dikendalikan. Selain telah dijaga oleh satpam,
keamanan sekolah juga diupayakan oleh guru dan warga sekolah lainnya.
Selain itu penjagaan fasilitas sekolah juga sangat baik dikelola oleh penjaga
sekolah. Setiap ruangan selalu dikunci ketika sudah tidak digunakan.
c. Ketertiban
Ketertiban di SMA Negeri 1 Surakarta tidak hanya tegas bagi siswa saja,
namun juga terdapat tata tertib bagi guru. Tata tertib ini juga bersifat tegas
baik itu dari guru maupun kepada siswa. Tata tertib siswa ditaati oleh siswa
dengan tertib. Apabila siswa melanggar tata tertib akan diberi sanksi
pelanggaran. Sanksi pelanggaran diklasifikasikan kekelompok-kelompok
disesuaikan dengan pelanggarannya.
d. Kerapian
Kerapian di SMA Negeri 1 Surakarta sudah baik, hal ini terlihat dari penataan
ruang kelas beserta isinya. Meja dan kursi yang selalu dirawat. Lukisan-
lukisan pahlawan, presiden dan wakil presiden terlihat tertempel dengan baik
dan rapi di setiap kelas maupun di kantor guru. Selain itu SMA Negeri 1
Surakarta menekankan pada kesan Green School sehingga penanaman pohon,
tanaman dan bunga selalu dilaksanakan. Penanaman pohon dilakukan dengan
pertimbangan kerapian sehingga ditata rapi. Selain itu tanaman selalu dirawat
dan disiram secara intensif untuk mendapatkan hasil yang baik.
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Sosiologi Kelas X 9
Identifikasi masalah pada pembelajaran sosiologi dilakukan pada saat
kegiatan observasi dilaksanakan. Setelah mengadakan survey terhadap SMA
Negeri 1 Surakarta, dilanjutkan dengan observasi awal di lokasi penelitian yakni
pada kelas X 9. Survey dilaksanakan pada tanggal 19 september 2011, sedangkan
observasi awal dilaksanakan pada tanggal 22 September 2011. Untuk
mewujudkan validitas data observasi dilaksanakan 2 kali, observasi kedua
dilaksanakan pada tanggal 24 september 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Dari kegiatan observasi awal yang telah dilaksanakan teridentifikasi
beberapa masalah dalam pembelajaran Sosiologisebagai berikut;
1. Ditinjau dari Segi Siswa
Terdapat beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran yang terdapat
pada siswa. Permasalahan tersebut di antaranya sebagai berikut:
a. Keaktifan belajar siswa rendah.
Keaktifan belajar siswa di kelas tergolong rendah. Dikatakan demikian
karena aktivitas yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas jauh dari keaktifan.
Berbagai aktivitas yang mestinya ada, misalnya aktivitas oral, visual,
emosional, mental, dan lain-lain, tidak diupayakan. Aktivitas yang timbul
dalam kegiatan pembelajaran oleh guru selama ini hanyalah mencatat,
bertanya dan menjawab. Itupun apabila guru memberikan perintah atau
menunjuk siswa. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa pelaksanaan
pembelajaran tidak tercapai karena siswa yang harusnya aktif tidak
melaksanakan aktivitas yang menunjang keaktifan belajar itu sendiri.
b. Siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran sosiologi
Siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran sosiologi. Hal
ini diamati ketika siswa melaksanakan kegiatan belajar di dalam kelas. Dalam
kegiatan pembelajaran tidak semua siswa memiliki buku sosiologi. Selain itu
bahkan siswa yang punya pun belum tentu mengeluarkan buku pelajaran
sebelum guru memberikan instruksi. Kegiatan lain misalnya mencatat juga
jarang dilakukan oleh siswa. Siswa hanya melakukan apa yang diinstruksikan
oleh guru.
c. Siswa cenderung meremehkan pelajaran sosiologi
Siswa cenderung meremehkan pelajaran sosiologi. Dalam kegiatan
pembelajaran dikelas, siswa cenderung bergantii posisi duduk dengan teman
mereka. Mereka hanya sekedar berbicara diluar konteks pembelajaran
sosiologi dengan temannya atau hanya meminjam peralatan tulis yang tidak
terlalu penting. Dalam sekali tatap muka, bisa 4 sampai dengan 5 siswa yang
bertindak demikian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
d. Siswa terlihat bosan dalam pelajaran sosiologi
Siswa terlihat bosan dalam pelajaran sosiologi. Hal ini terlihat dari apa
yang dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Ada siswa yang
hanya diam sambil mencoret-coret buku, ada yang tengkurap di meja, ada
yang berbicara dengan teman bahkan menghidupkan laptop atau bermain
ponsel secara diam-diam. Terlebih siswa-siswa yang duduk meja barisan
belakang. Banyak siswa tidak memperhatikan pelajaran ketika guru
menerangkan. Hal ini jelas merupakan masalah yang pelik.
2. Ditinjau dari Segi Guru
a. Kurang pahamnya guru terhadap konsep pembelajaran
Guru kurang memahami konsep pembelajaran sehingga kegiatan
pembelajaran tidak berbeda jauh dengan kegiatan mengajar. Peserta didik
seharusnya dibelajarkan, diaktifkan, sehingga kegiatan pembelajaran bersifat
student center. Guru yang kurang memahami konsep pembelajaran akan salah
kaprah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru yang masih
memegang konsep mengajar, hanya akan mentransfer ilmu saja kepada siswa,
tanpa ada perubahan tingkah laku ataupun sikap, dikarenakan dalam kegiatan
mengajar masih saja yang mempunyai peran penting adalah guru.
b. Guru hanya berorientasi pada hasil belajar tidak memperdulikan proses
Guru hanya berorientasi pada hasil belajar tidak memperdulikan proses
sehingga yang menjadi tujuan utama guru dalam kegiatan pembelajaran
adalah nilai yang baik. Oleh karena itu proses pembelajaran kepada siswa
hanya berorientasi pada penyelesaian materi, tanpa memikirkan sisi psikologis
peserta didik. Hal ini jelas menimbulkan rasa enggan pada diri siswa sampai
dengan rasa bosan dan jenuh. Guru terlalu serius dalam kegiatan
pembelajaran, meskipun sering dicampuri dengan gurauan, namun yang
diperlukan siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak diperdulikan oleh guru.
c. Guru tidak menggunakan variasi model pembelajaran
Guru selama ini hanya melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
metode ceramah bervariasi. Guru memberikan apa yang harus dipelajari siswa
dan dikuasai siswa dari kompetensi dasar tersebut, meskipun ceramah namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
juga dibantu dengan media LCD dan Proyektor. Namun siswa sudah bosan
dengan praktik pembelajaran yang demikian, sehingga tetap saja media kurang
berpengaruh untuk dapat membangkitkan motivasi dan keaktifan belajar
siswa.
3. Fokus Masalah
Dari berbagai masalah yang dikemukakan baik yang teridentifikasi
dari siswa maupun dari guru, peneliti dan guru bersama-sama memutuskan
fokus dalam penelitian ini adalah keaktifan belajar siswa yang rendah dalam
belajar mata pelajaran sosiologi.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing- masing
siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu :
1. Pra Penelitian
Data observasi yang didapatkan dan dianalisis melalui check list,
didapati keaktifan belajar siswa di kelas secara umum sebesar 52,07 %,
sehingga dapat disimpulkan keaktifan belajar di kelas X 9 kurang. Untuk
itulah upaya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Jigsaw II ini digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa di dalam kelas. (Hasil observasi awal secara keseluruhan dapat dilihat
pada lampiran halaman 170)
Selain observasi yang telah dilaksanakan untuk menentukan fokus
permasalahan, dikumpulkan data awal penelitian berupa nilai ulangan harian
terakhir siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa dari segi akademis
kognitif. Nilai ulangan terakhir adalah mengenai materi Nilai dan Norma yang
ada dalam masyarakat. Data nilai tersebut akan digunakan peneliti sebagai
pembanding atas hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dan sesudah
dilakukan tindakan karena walaupun fokus dari penelitian ini adalah proses
belajar, yaitu peningkatan keaktifan belajar pada siswa kelas X 9 namun
peningkatan keaktifan belajar tersebut juga diharapkan ikut meningkatkan
hasil belajar para siswa.
Data nilai para siswa kelas X 9 tercantum pada tebel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel. 5 Rentang Nilai Siswa Pra Penelitian.
Rentang
Nilai
Keterangan Jumlah
Siswa
Prosentase
96 – 100 Sangat baik sekali 0 %
91- 95 Sangat baik 1 3.125 %
86 – 90 Baik 6 18, 75 %
81 – 85 Cukup Baik 8 25 %
76 – 80 Cukup 8 25 %
75- kebawah Kurang 9 28, 125%
Dengan batas tuntas 76, kemampuan awal siswa pada tabel di atas terlihat
bahwa rata-rata kognitif siswa kelas X 9 SMA N 1 Surakarta sudah cukup baik
yaitu 81, 7. Hanya 1 siswa yang mendapatkan nilai sangat baik atau 3, 125 %,
namun demikian terdapat 9 siswa atau 28, 125 % terlihat belum mencapai batas
tuntas yang telah ditetapkan yakni 75. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil
belajar siswa sudah baik, namun masih bisa diperbaiki. (Nilai siswa secara
keseluruhan dapat dilihat dalam lampiran halaman 185).
2. Siklus Pertama
Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II pada siklus pertama
ini sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan kegiatan pertama dilakukan pada hari Kamis, 3
November 2011 bertempat di ruang guru SMA N 1 Surakarta. Guru bersama
peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam
penelitian. Disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus pertama akan
dilaksanakan 6 kali pertemuan. Pertemuan pertama akan dilaksanakan pada
hari Kamis 10 November 2011 dan pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan
sesuai jadwal sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel. 6 Jadwal Penelitian Siklus 1
Pertemu
an ke
Hari Tanggal Waktu Kegiatan
1 Kamis 10-11-2011 12. 20 – 13.
10
Pemberian konsep dan
penjelasan mengenai
jigsaw.
2 Sabtu 12-11-2011 09. 45 – 10.
30
Pelaksanaan diskusi
kelompok.
3 Kamis 17-11-2011 12. 20 – 13.
10
Presentasi kelompok
Jigsaw.
4 Sabtu 19-11-2011 09. 45 – 10.
30
Melanjutkan materi
Interaksi Sosial.
5 Kamis 24-11-2011 12. 20 – 13.
10
Evaluasi pembelajaran
Interaksi sosial.
6 Sabtu 26-11-2011 09. 45 – 10.
30
Pengumuman hasil
Evaluasi.
Pada tahap perencanaan tindakan pertama peneliti bersama guru
mendiskusikan skenario pembelajaran sosiologi yaitu mempelajari mengenai
sub bab Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial pada bab 3 Interaksi Sosial
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II. Rencana
pelaksanaan pembelajaran telah disesuaikan antara RPP guru dengan RPP
masukan dari peneliti. Adapun rincian skenario pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II secara singkat
sebagai berikut:
1) Pertemuan 1 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam pembuka
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
interaksi sosial sebagai gambaran tentang materi yang akan
disampaikan.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(i). Guru menjelaskan mengenai tindakan sosial sebagai dasar
dari interaksi sosial.
(ii). Setelah itu guru menghubungkan dengan materi yang akan di
ajarkan, yaitu interaksi sosial.
(iii). Guru menjelaskan kepada siswa pengertian interaksi sosial
menurut para ahli, lalu mengambil kesimpulan.
(iv). Kemudian setelah memberikan penjelasan pengertian
interaksi sosial guru menjelaskan syarat terjadinya interaksi
sosial
(v). Guru menjelaskan tentang faktor-faktor pendorong interaksi
sosial.
(2) Elaborasi
Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi
interaksi sosial dan faktor-faktor pendorong interaksi sosial yang
terjadi di lingkungan sekolah.
(3) Konfirmasi
Guru memberikan balikan yanng positif mengenai pendapat siswa
yang memberikan contoh interaksi sosial di lingkungan sekolah.
c) Kegiatan Penutup
(1) Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
mengajar.
(2) Guru memberi evaluasi dan tugas mandiri kepada siswa untuk
dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada minggu yang akan
datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
(3) Kemudian guru menjelaskan tentang materi yang akan diberikan
pada pertemuan berikutnya, meliputi
(i). Membagi kelompok kooperatif/ asal
(ii). Menjelaskan tugas-tugas kelompok asal
(iii). Menjelaskan kelompok ahli
(iv). Menjelaskan tugas masing-masing anggota kelompok asal
dalam kelompok ahli.
(v). Menjelaskan tugas-tugas anggota kelompok asal di
kelompoknya sendiri.
2) Pertemuan 2 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas mengenai pelajaran sebelumnya yaitu interaksi sosial.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
bentuk-bentuk interaksi sosial.
(6) Siswa dibagi perkelompok kooperatif selanjutnya berkumpul
dengan kelompok ahli untuk melaksanakan diskusi secara mandiri.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(i). Guru memberikan materi kelompok ahli kepada masing-
masing kelompok (materi terlampir pada halaman 214).
(ii). Guru memantau kegiatan diskusi kelompok ahli
(iii). Guru mengarahkan siswa untuk kembali kekelompok asal
dan menjelaskan hasil diskusi kelompok ahli kekelompok
asal.
(iv). Siswa menuliskan hasil diskusi keseluruhan di lembar diskusi
siswa (lembar diskusi siswa terlampir pada halaman 187).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
(2) Elaborasi. Guru menyuruh siswa untuk membacakan hasil diskusi
kelompok ahli di depan kelas.
(3) Konfirmasi. Guru memberikan balikan yanng positif mengenai
penampilan siswa di depan kelas, dan memberikan komentar dan
penguatan, agar lebih baik dalam penampilan berikutnya.
c) Kegiatan Penutup
(1) Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
mengajar.
(2) Guru memberi evaluasi dan tugas mandiri kepada siswa untuk
dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada minggu yang akan
datang.
(3) Kemudian guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan
minggu selanjutnya.
3) Pertemuan 3 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembuka
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk presentasi
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan mengenai pelanggaran nilai
dan norma dalam masyarakat.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa yang belum mempresentasikan hasil
diskusi mempresentasikannya di depan kelas.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru menyuruh siswa untuk membacakan hasil diskusi kelompok
ahli di depan kelas.
(2) Guru memberikan balikan yanng positif mengenai penampilan
siswa di depan kelas, dan memberikan komentar dan penguatan,
agar lebih baik dalam penampilan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
c) Kegiatan Penutup
Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
mengajar.
4) Pertemuan 4 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas sedikit mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tentang
bentuk-bentuk interaksi sosial.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan
ini.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
proses pembentukan kelompok, lembaga dan organisasi serta
perubahan dan dinamika kehidupan sosial sebagai gambaran
tentang materi yang akan disampaikan.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(i). Guru menampilkan gambar-gambar mengenai kelompok,
lembaga dan organisasi
(ii). Guru bertanya pada siswa mengenai pendapat mereka tentang
gambar yang ditunjukan oleh guru tersebut.
(iii). Guru menjelaskan kepada siswa proses pembentukan
kelompok meliputi kelompok sosial yang teratur dan tidak
teratur, Lembaga dan Organisasi, terdapat organisasi formal
maupun informal.
(iv). Guru menjelaskan mengenai perubahan dinamika kehidupan
sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
(v). Guru menjelaskan tentang faktor-faktor pendorong
perubahan sosial.
(2) Elaborasi
Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi faktor-
faktor pendorong perubahan sosial yang ada di lingkungan sekolah.
(3) Konfirmasi
Guru memberikan balikan yanng positif mengenai pendapat siswa
yang memberikan contoh perubahan sosial di lingkungan sekolah.
c) Kegiatan Penutup
(1) Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
mengajar.
(2) Guru memberi evaluasi dengan menanyakan bentuk perubahan
sosial yang terhadi di lingkungan masyarakat sekitarnya.
(3) Kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk belajar
mempersiapkan UK.3 pertemuan selanjutnya.
5) Pertemuan 5 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Evaluasi Pembelajaran
(1) Guru membagikan lembar kertas untuk menuliskan jawaban.
(2) Guru memberikan rambu-rambu kepada siswa untuk mengerjakan
soal secara mandiri.
(3) Guru membagikan soal evaluasi kepada siswa di kelas.
b) Kegiatan Penutup
(1) Guru bertanya kepada siswa mengenai ujian yang dilaksanakan.
(2) Membahas soal-soal evaluasi.
6) Pertemuan 6 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam pembuka
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas sedikit mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tentang
bentuk-bentuk interaksi sosial.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan
ini.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
proses pembentukan kelompok, lembaga dan organisasi serta
perubahan dan dinamika kehidupan sosial sebagai gambaran
tentang materi yang akan disampaikan.
b) Kegiatan Inti
Pelaksanaan remidial dan pengayaan siswa.
c) Kegiatan Penutup
Mengumumkan score hasil kerja kelompok kooperatif yang dikerjakan
oleh siswa selama ini.
b. Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan kesepakatan dengan guru, pelaksanaan penelitian dimulai
pada hari Kamis, 5 Januari 2012 dan selanjutnya sesuai dengan tabel jadwal
penelitian dibagian perencanaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
siklus pertama ini dimaksudkan sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan
pembelajaran di dalam kelas dengan model kooperatif Jigsaw II. Urutan
pelaksanaan tindakan pada siklus kedua tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pertemuan 1 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal (10 menit)
(1) Salam Pembukaan.
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran. Siswa hari ini masuk semua. Guru
menekankan kepada siswa untuk rajin berangkat ke sekolah setiap
hari tanpa terlambat.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas sedikit hasil ulangan kompetensi dasar 2 mengenai nilai
dan norma sosial kepada para siswa. Siswa banyak bertanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
mengenai beberapa soal yang terakhir dievaluasikan dan merasa
sedikit kecewa.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran interaksi sosial
dan memberitahukan indikator-indikator yang akan dicapai.
Indikator- indikator tersebut antara lain sebagai berikut:
(i). Menjelaskan proses terjadinya interaksi sosial.
(ii). Mendeskripsikan faktor-faktor yang mendorong terjadinya
interaksi sosial
(iii). Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi yang mendorong
terciptanya lembaga, kelompok, dan organisasi sosial
(iv). Mendeskripsikan proses pembentukan lembaga, kelompok,
dan organisasi sosial.
(v). Mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
dan dinamika sosial budaya
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
interaksi sosial sebagai gambaran tentang materi yang akan
disampaikan. Dan menjelaskan materi yang akan dipelajari hari ini
adalah pengertian interaksi sosial, proses interaksi sosial serta
syarat terjadinya interaksi sosial.
b) Kegiatan Inti (30 menit)
(1) Eksplorasi
(i). Guru menjelaskan mengenai tindakan sosial sebagai dasar
dari interaksi sosial.
(ii). Guru menampilkan gambar-gambar yang menampilkan
contoh interaksi sosial.
(iii). Guru bertanya pada siswa mengenai pendapat mereka
tentang gambar atau kalimat yang ditunjukan oleh guru
tersebut. Kemudian guru menampung jawaban siswa dan
menyuruh siswa menulisnya di papan tulis.
(iv). Setelah itu guru menghubungkan dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu interaksi sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
(v). Guru menjelaskan kepada siswa pengertian interaksi sosial
menurut para ahli, lalu mengambil kesimpulan bersama
dengan siswa.
(vi). Kemudian setelah memberikan penjelasan pengertian
interaksi sosial, guru akan menyempurnakan pendapat dari
siswa dengan mengerucutkan konsep dari pengertian
interaksi sosial dari beberapa pendapat siswa.
(vii). Guru menjelaskan syarat terjadinya interaksi sosial. Guru
memberikan contoh dalam kehidupan di masyarakat.
(viii). Guru memberi kesempatan siswa untuk memberikan contoh
di depan kelas.
(ix). Guru menjelaskan tentang faktor-faktor pendorong
interaksi sosial, dan memberikan contoh dalam kehidupan
di masyarakat.
(2) Elaborasi
Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi
interaksi sosial dan faktor-faktor pendorong interaksi sosial yang
terjadi di lingkungan sekolah. Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa bagaimanakah faktor pendorong interaksi sosial yang
terjadi di lingkungan sekolah?
Siswa menjawab pertanyaan guru, dan memberikan contoh yang
ada di dalam sekolah. Beberapa siswa lalu juga ikut berpendapat
akan pengalamannya dalam lingkup organisasi sekolah.
(3) Konfirmasi
Guru memberikan balikan yang positif mengenai pendapat siswa
dengan memberikan contoh interaksi sosial di lingkungan sekolah
yang terjadi pada guru dan pegawai sekolah yang lain.
c) Kegiatan Penutup (5 menit)
(1) Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
mengajar. Siswa menjawab pertanyaan dengan kurang
bersemangat namun jawaban yang didapatkanmemuaskan.
(2) Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari pendapat
beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-sama
menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
(3) Guru memberi evaluasi dan tugas mandiri kepada siswa untuk
dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada minggu yang akan
datang.
(4) Kemudian guru menjelaskan tentang materi yang akan diberikan
pada pertemuan berikutnya. Bahwa pertemuan berikutnya akan
dilaksanakan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model
pembelajaran tipe Jigsaw II, yang meliputi:
(i). Membagi kelompok kooperatif/ asal.
(ii). Menjelaskan tugas-tugas kelompok asal.
(iii). Menjelaskan kelompok ahli.
(iv). Menjelaskan tugas masing-masing anggota kelompok asal
dalam kelompok ahli.
(v). Menjelaskan tugas-tugas anggota kelompok asal di
kelompoknya sendiri.
2) Pertemuan 2 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal (3 menit)
(1) Salam pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran. Terdapat 2 siswa yang tidak masuk
sehingga kekurangan anggota kelompok pada kelompok asal
tertentu. Untuk itu salah seorang siswa harus melakukan diskusi
dengan 2 kelompok ahli untuk menyesuaikan dengan kelompok
lain dan materi yang didapatkan sama besar.
(3) Apersepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan mengulas
mengenai pelajaran sebelumnya yaitu interaksi sosial. Kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
setelah siswa menjawab, guru memberikan klarifikasi terhadap
beberapa jawaban siswa serta menarik kesimpulan. Kemudian
menghubungkan materi tersebut dengan materi yang akan
disampaikan yaitu bentuk-bentuk interaksi sosial.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan mengenai bentuk-bentuk
interaksi sosial.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
bentuk-bentuk interaksi sosial gambaran akan materi yang akan
dipelajari.
(6) Siswa dibagi perkelompok kooperatif selanjutnya berkumpul
dengan kelompok ahli untuk melaksanakan diskusi secara mandiri.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(i). Guru membagi per 4 siswa untuk menjadi 1 tim. Siswa
selanjutnya diberi kartu berwarna yang menunjukkan siswa
tersebut nanti akan mendapatkan materi tim ahli apa.
(ii). Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk mencari
kelompok ahli yang mempunyai kartu berwarna sama, dan
duduk bersama membentuk kelompok untuk mendiskusikan
materi yang sesuai.
(iii). Guru memberikan materi ahli kepada masing-masing
kelompok ahli.
(iv). Guru memantau kegiatan diskusi kelompok ahli, dan
mengecek waktu pelaksanaan.
(v). Guru mengarakan siswa untuk kembali kekelompok asal dan
mengarahkan siswa dari kelompok ahli untuk menjelaskan
hasil diskusi kelompok ahli kekelompok asal.
(vi). Siswa menuliskan hasil diskusi keseluruhan di lembar diskusi
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
c) Kegiatan Penutup
(1) Guru memberi evaluasi dan tugas mandiri kepada siswa untuk
dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada minggu yang akan
datang.
(2) Kemudian guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan
minggu selanjutnya. Pertemuan selanjutnya siswa akan
melaksanakan kegiatan presentasi secara berkelompok sehingga
siswa harus belajar dan mempersiapkan presentasi semaksimal
mungkin.
3) Pertemuan 3 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembuka
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran. Siswa pada hari ini ada yang tidak
masuk sehingga akan mempengaruhi penampilan kelompok ketika
presentasi.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk presentasi.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan mengenai pelanggaran nilai
dan norma dalam masyarakat.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa yang belum mempresentasikan hasil
diskusi mempresentasikannya di depan kelas secara berkelompok.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru menyuruh siswa untuk membacakan hasil diskusi kelompok
ahli di depan kelas. Siswa yang berani tampil untuk pertama kali
akan diberikan nilai tambahan bagi kelompok.
(2) kelompok yang maju dari 8 kelompok yang ada hanya 3 kelompok.
Waktu yang dialokasikan kurang banyak dan materi yang disajikan
siswa terlalu lebar sehingga terdapat kelompok yang tidak
mendapatkan kesempatan mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya kemarin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
(3) Kelompok pertama menyajikan hasil laporannya adalah kelompok
2. Presentasi kurang lebih 10 menit. Siswa cenderung hanya
membaca hasill laporan saja, namun contoh-contoh yang
dikemukakan dalam laporan mereka cukup bagus dan benar.
(4) Kelompok kedua yang mempresentasikan hasil laporannya adalah
kelompok 4. Presentasi siswa kurang lebih 9 menit. Materi yang
dikemukakan oleh siswa cukup jelas, penyampaian materi juga
tidak kaku seperti kelompok sebelumnya. Namun contoh-contoh
yang dikemukakan kurang berhugungan dengan kehidupan siswa.
(5) Kelompok ketiga yang mempresentasikan hasil laporannya adalah
kelompok 5. Kelompok 5 mempresentasikan hasil laporannya
selama 12 menit. Materi yang disajikan cukup lengkap, namun
terlalu luas. Siswa tidak merangkum dengan kata-kata mereka
sendiri sehingga kata tidak efisien.
(6) Guru memberikan balikan yang positif mengenai performan siswa
didepan kelas, dan memberikan komentar dan penguatan, agar
lebih baik dalam performan berikutnya.
(7) Guru memberikan kelompok lain kesempatan untuk memberikan
kritikan atau menambahi kekurangan yang belum dikemukakan
baik oleh kelompok 2, 4 atau 5. Namun siswa tidak mengambil
kesempatan tersebut.
c) Kegiatan Penutup
(1) Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari
pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-
sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
(2) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk belajar di rumah
(3) Guru mengevaluasi siswa dengan menanyai siswa tentang
beberapa bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam lingkup
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
4) Pertemuan 4 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam pembuka
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran. Seluruh siswa masuk semua sehingga
kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sempurna tanpa
ada siswa yang tertinggal.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas sedikit mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tentang
bentuk-bentuk interaksi sosial.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan
ini.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
proses pembentukan kelompok, lembaga dan organisasi serta
perubahan dan dinamika kehidupan sosial sebagai gambaran
tentang materi yang akan disampaikan.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(i). Guru menampilkan gambar-gambar mengenai kelompok,
lembaga dan organisasi. Gambar-gambar tersebut merupakan
contoh dari kelompok, berbagai lembaga, serta berbagai
organisasi sosial yang umumnya terdapat di Indonesia.
(ii). Guru bertanya pada siswa mengenai pendapat mereka tentang
gambar yang ditunjukan oleh guru tersebut. Siswa menjawab
bersahut-sahutan dan mengemukakan pendapatnya masing-
masing. Lalu guru meminta siswa untuk mengangkat tangan
ketika akan menjawab. Beberapa siswa dengan berani
mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan guru.
Beberapa siswa menambahi jawaban temannya.
(iii). Guru menjelaskan kepada siswa proses pembentukan
kelompok meliputi kelompok sosial yang teratur dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
teratur, Lembaga dan Organisasi, terdapat organisasi formal
maupun informal.
(iv). Guru menjelaskan mengenai perubahan dinamika kehidupan
sosial.
(v). Guru menjelaskan tentang faktor-faktor pendorong perubahan
sosial.
(2) Elaborasi
(a) Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi
faktor-faktor pendorong perubahan sosial yang ada di
lingkungan sekolah.
(b) Siswa menjawab dengan bersamaan, lalu guru meminta salah
seorang menjawab. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan
baik.
(c) Lalu guru mencoba menyanyai siswa lain untuk mengetahui
bahwa kegiatan pembelajaran telah berhasil dengan baik.
(3) Konfirmasi
Guru memberikan balikan yanng positif mengenai pendapat siswa
yang memberikan contoh perubahan sosial di lingkungan sekolah.
c) Kegiatan Penutup
(1) Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari
pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-
sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
(2) Guru memberi evaluasi dengan menanyakan bentuk perubahan
sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitarnya.
(3) Kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk belajar
mempersiapkan UK.3 pertemuan selanjutnya.
5) Pertemuan 5 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Evaluasi Pembelajaran
(1) Guru membagikan lembar kertas untuk menuliskan jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
(2) Guru memberikan rambu-rambu kepada siswa untuk mengerjakan
soal secara mandiri.
(3) Guru membagikan soal evaluasi kepada siswa di kelas. Soal
evaluasi terlampir pada halaman.
b) Kegiatan Penutup
(1) Guru bertanya kepada siswa mengenai ujian yang dilaksanakan.
(2) Membahas soal-soal evaluasi.
6) Pertemuan 6 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas sedikit mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tentang
bentuk-bentuk interaksi sosial.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan
ini.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa memperhatikan peta konsep tentang
proses pembentukan kelompok, lembaga dan organisasi serta
perubahan dan dinamika kehidupan sosial sebagai gambaran
tentang materi yang akan disampaikan.
b) Kegiatan Inti
Pelaksanaan remidial dan pengayaan siswa.
c) Kegiatan Penutup.
Mengumumkan score hasil kerja kelompok kooperatif yang dikerjakan
oleh siswa selama ini.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti bertindak sebagai observer dan berkolaborasi dengan guru saat
penelitian berlangsung. Hal ini dikarenakan peneliti bukanlah atau belum
menjadi seorang pengajar. Untuk itulah yang aktif melaksanakan kegiatan
pembelajaran hanyalah guru sedangkan peneliti hanya menjadi observer dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
membantu guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
II. Berikut merupakan uraian hasil observasi yang dilakukan peneliti selama
mengobservasi proses pembelajaran siklus pertama pa pada pertemuan 1, 2, 3,
4, 5 dan 6:
1) Penjelasan konsep awal
Penjelasan konsep awal merupakan langkah pertama dalam
pelaksanaan model kooperatif tipe Jigsaw II. Tahap ini dilakukan dalam
satu kali pertemuan yaitu 45 menit. Pada tahapan ini siswa diberi
pengetahuan dasar mengenai interaksi sosial, proses serta syarat terjadinya
interaksi sosial dalam masyarakat.
Guru memasuki kelas pada pukul 12.20, karena jam pelajaran ke 8
dimulai sehabis istirahat kedua maka siswa belum terkondisi dengan baik.
Oleh karena itu kegiatan pembelajaran terlambat dimulai. Banyak siswa
yang terlambat masuk ke dalam kelas. Bahkan di sela-sela guru sedang
mengajar siswa baru masuk kedalam kelas dengan berbagai alasan. Hal
yang demikian menggangu konsentrasi siswa lain yang sedang serius
memperhatikan. Begitu juga dengan guru yang harus memotong
penjelasan dan memulainya kembali.
Dalam kegiatan awal ini model pembelajaran belum terlihat
meningkatkan keaktifan belajar karena pada dasarnya prosedur yang harus
ditempuh merupakan ceramah dan tanya jawab saja. Guru bersama dengan
peneliti telah merumuskan bahwa pada kegiatan awal ini siswa diberikan
konsep dasar terlebih dahulu mengenai interaksi sosial sehingga pada
kegiatan selanjutnya siswa sudah mengerti dengan konsep interaksi sosial.
Guru membuka pelajaran dengan pertama-tama memberikan
apersepsi kepada siswa mengenai pelajaran yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya. Beberapa siswa menjawab dengan ragu-ragu,
namun karena mendapatkan dukungan dari guru beberapa siswa mulai
berani menjawab dengan tegas. Setelah itu guru memberikan balikan yang
positif sebagai upaya meluruskan jawaban siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Setelah itu guru mengemukakan tujuan dari pembelajaran pada
kompetensi dasar ini. Guru menunjukkan kepada siswa bahwa tujuan dari
kegiatan pembelajaran ini antara lain sebagai berikut:
a) Menyebutkan pengertian interaksi sosial.
b) Menjelaskan proses terjadinya interaksi sosial.
c) Menyebutkan faktor pendorong terjadinya interaksi sosial.
d) Menjelaskan faktor pendorong terjadinya interaksi sosial.
e) Menjelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial.
f) Menjelaskan proses pembentukan lembaga sosial, kelompok dan
organisasi sosial.
g) Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan dan dinamika
sosial budaya.
Seusai menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan kegiatan
pembelajaran, guru selanjutnya menjelaskan mengenai konsep dasar pada
materi interaksi sosial yang akan dipelajari meliputi tindakan sosial,
pengertian interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial yang
menghasilkan proses dan bentuk-bentuk hubungan, lalu dihubungkan
dengan kelompok, lembaga dan organisasi sosial, dan dihubungkan
dengan dinamika perubahan sosial dan budaya.
Guru memulai pelajaran dengan menjelaskan mengenai tindakan
sosial. Bahwa tindakan sosial merupakan dasar terlaksananya sebuah
interaksi sosial. Tindakan sosial itu sendiri terdapat 4 jenis, antara lain
tindakan sosial instrumental, tindakan sosial berorientasi nilai, tindakan
sosial afektif dan tindakan tradisional. Guru menjelaskan keterkaitan
tindakan sosial dengan interaksi sosial.
Guru melanjutkan pelajaran dengan memperlihatkan beberapa
gambar. Gambar tesebut antara lain gambar dua orang yang saling
bersalaman, gambar kerja bakti warga membersihkan selokan, serta
gambar interaksi yang lainnya. Lalu guru menjelaskan kepada siswa
bahwa gambar-gambar tersebut merupakan interaksi sosial. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
selanjutnya menanyakan kepada siswa mengapa hal tersebut disebut
interaksi.
Jawaban dari siswa ternyata bervariasi. Siswa memberikan
beberapa pendapat dan guru mengarahkan siswa untuk memahami
pengertian interaksi sosial berdasarkan pengertian siswa sendiri. Guru
menekankan poin penting dari interaksi sosial itu sendiri.
Selanjutnya guru menjelaskan mengenai syarat interaksi sosial
yang terdiri dari kontak dan komunikasi. Guru menjelaskan kontak dan
komunikasi yang terjadi pada siswa di sekolah, sehingga siswa dapat
memahami dengan mudah akan konsep tersebut. Guru juga menjelaskan
mengenai faktor pendorong interaksi sosial meliputi identifikasi, imitasi,
sugesti, simpati.
Siswa memperhatikan guru seperti pada pembelajaran sebelumnya.
Kekurangan siswa pada langkah awal ini terdapat siswa yang tidak betul-
betul memperhatikan penjelasan dari guru sehingga siswa kurang
memahami konsep yang diberikan oleh guru. Padahal konsep ini sangat
penting untuk melaksanakan langkah pembelajaran yang selanjutnya.
Setelah materi yang diberikan selesai, guru bersama dengan siswa
menyimpulkan hasil dari kegiatan belajar. Guru meminta beberapa siswa
menjelaskan pengertian interaksi sosial dengan kalimat siswa sendiri.
Selain itu guru juga menyuruh siswa menuliskan poin-poin penting yang
telah dipelajari dalam pertemuan ini.
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai bentuk
evaluasi. Selain itu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari
bentuk-bentuk interaksi sosial dalam masyarakat.
Guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan
selanjutnya kegiatan belajar di kelas akan dilaksanakan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Guru
menjelaskan bahwa siswa akan belajar secara berkelompok dan akan
melaksanakan kegiatan meliputi kegiatan diskusi kelompok ahli, diskusi
kelompok asal, presentasi, ujian serta pengakuan kelompok mana yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
mendapatkan nilai tim paling tinggi. Guru mengakhiri pelajaran. Lalu
keluar dari ruang kelas.
Peneliti dalam kegiatan pembelajaran hanya mengamati kegiatan
pembelajaran saja atau sebagai observer. Selain itu peneliti
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Peneliti juga mengamati
kegiatan pembelajaran dan mengobservasi tingkat keaktifan belajar siswa
melalui lembar observasi kelas secara umum. Adapun hasil yang didapat
dari lembar observasi siswa secara umum keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran pada tahap ini rata-rata adalah 58,9 %. Hasil observasi siswa
pada pertemuan ini dapat dilihat dalam lampiran halaman 221. Keaktifan
siswa berdasarkan lembar observasi ditampilkan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel.7 Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 1.
(Sumber: Data primer PTK, 2011)
Selain diamati berdasarkan indikator keaktifan, siswa juga diamati
perkelompok untuk mendapatkan nilai tim. Secara lengkap nilai tim dapat
dilihat pada lampiran halaman 221. Nilai tim setiap kelompok didapatkan
sebagai berikut:
No Indikator Prosentase
1 Visual 90,6 %
2 Lisan 53,1%
3 Mendengarkan 56,3 %
4 Menulis 40,6%
5 Mental 43,7%
6 Emosional 68,8%
Rata-rata keaktifan siklus 1 58,9%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Tabel 8. Keaktifan Belajar Siswa Perkelompok pada Siklus 1 Pertemuan 1.
No Kelompok Ketua Nilai
Pertemuan 1
1 Auguste Comte Nilam 234
2 Spencer Cristiana 255
3 Webber Anom 217
4 Herbert Mead Daniel 233
5 Paul Horton Abi 215
6 Peter Berger Joko 215
7 Pitirim Sorokin Tesalonika 215
8 Habermas Nawa 210
(Sumber: Data Primer PTK, 2011)
2) Diskusi kelompok ahli
Diskusi kelompok ahli dilakukan oleh siswa pada pertemuan
kedua. Diskusi kelompok ahli ini dilaksanakan dengan waktu 15 menit.
Dimana setiap kelompok membicarakan materi yang berbeda antara satu
kelompok ahli dengan kelompok ahli yang lain. Dalam pokok bahasan
Interaksi Sosial ini materi kelompok dibagi menjadi 4, antara lain sebagai
berikut:
a) Interaksi sosial yang bersifat asosiatif meliputi kerjasama dan
asimilasi.
b) Interaksi sosial yang bersifat asosiatif meliputi akulturasi dan
akomodasi.
c) Interaksi sosial yang bersifat disasosiatif meliputi persaingan dan
kontravensi.
d) Interaksi sosial yang bersifat disasosiatif meliputi pertikaian dan
permusuhan .
Sebelum diskusi kelompok ahli dimulai, siswa dibagi terlebih
dahulu menjadi 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Siswa
dalam kelompok asal ini diberi kartu berwarna yang berbeda antara satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
sama lain. Setelah siswa menerima kartu, siswa akan mengetahui materi
apa yang akan mereka diskusikan bersama kelompok ahli. Namun, karena
kelompok ahli yang terbentuk disetiap kelompok menjadi 8 siswa
perkelompok maka setiap kelompok ahli dibagi lagi menjadi 2 kelomok
diskusi sehingga kelompok diskusi lebih efektif daripada kelompok kerja
yang terlalu banyak anggotanya.
Guru selanjutnya mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok
ahli. Kelompok ahli merah 1 dan 2 membahas mengenai Interaksi sosial
yang bersifat asosiatif meliputi kerjasama dan asimilasi. Kelompok ahli
kuning1 dan 2 membahas mengenai Interaksi sosial yang bersifat asosiatif
meliputi akulturasi dan akomodasi. Kelompok ahli hijau 1 dan 2
mendiskusikan mengenai interaksi sosial bersifat disasosiatif meliputi
persaingan dan kontravensi. Sedangkan kelompok ahli biru 1 dan 2
membicarakan mengenai interaksi sosial disasosiatif meliputi pertikaian
dan permusuhan.
Setelah pengkondisian selesai, guru membagikan materi yang telah
dirangkum dari berbagai sumber belajar. Guru memberikan materi yang
berada didalam map berwarna sesuai dengan kelompok ahli siswa. Materi
tersebut merupakan bahan bagi siswa untuk didiskusikan bersama-sama.
Kegiatan diskusi kelompok ahli berlangsung dengan tenang,
bahkan sangat hening. Siswa dengan serius melaksanakan kegiatan diskusi
kelompok ahli. Beberapa kelompok terlihat aktif berdiskusi misalnya
adalah kelompok kuning 2, kelompok hijau 1 dan hijau 2. Aktivitas siswa
yang muncul dalam diskusi ini antara lain adalah aktivitas berbicara,
mendengarkan, menulis, berpendapat bertanya dan keseriusan siswa dalam
berdiskusi.
Namun demikian terdapat beberapa siswa yang tidak perduli
dengan tanggung jawab mereka untuk menguasai materi. Beberapa siswa
cenderung berbicara dengan teman lainnya sehingga membuat gaduh
kelas. Guru dengan segera menegur siswa untuk tidak menggangu teman
yang lain dan melanjutkan kegiatan diskusi dengan serius.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Selain itu juga terdapat siswa yang tidak melaksanakan diskusi,
kelompok tertentu hanya membaca materi diskusi saja tanpa
mendiskusikannya. Mereka hanya mencatat materi yang menjadi
tanggungjawab mereka. beberapa kelompok ini misalnya adalah kelompok
kuning 1, merah 1 dan biru 1.
Waktu yang diberikan dalam diskusi ini ternyata tidak cukup untuk
mendiskusikan materi yang disajikan dalam lembar materi. Kebanyakan
kelompok asal tidak selesai melaksanakan diskusi yang ada, sehingga guru
memberikan tambahan waktu 5 menit. Siswa terpaksa harus melaksanakan
kegiatan diskusi dan mencatat bagian penting dari materi diskusi secara
tergesa-gesa.
Setelah waktu habis, guru mengarahkan siswa untuk kembali ke
kelompok asal mereka dan melaksanakan diskusi kelompok asal.
3) Diskusi kelompok asal.
Kegiatan diskusi kelompok asal dilaksanakan dalam satu
pertemuan dengan diskusi kelompok ahli. Diskusi kelompok asal
dilakukan setelah diskusi kelompok ahli selesai dilaksanakan. Diskusi
kelompok ahli seharusnya diberi waktu diskusi 30 menit, namun karena
dalam diskusi kelompok ahli memerlukan waktu tambahan, terpaksa
diskusi dalam kelompok asal ini hanya 25 menit.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama
terhadap anggota kelompok asal mereka untuk menjelaskan kembali hasil
diskusi kelompok ahli masing-masing. Selain menjelaskan kepada anggota
kelompoknya yang lain, siswa juga mempunyai tanggung jawab untuk
menuliskan hasil kerjanya dalam lembar hasil diskusi siswa kelompok
asal.
Kegiatan ini dimulai ketika siswa sudah berkumpul kembali
dengan kelompok ahli mereka. Setelah itu guru memberikan lembar hasil
diskusi kelompok asal yang digunakan untuk menuliskan hasil diskusi
secara singkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Kebanyakan siswa tidak menyampaikan hasil diskusi yang telah
dilaksanakan dalam kelompok asal sesuai dengan seharusnya. Rata-rata
siswa hanya menuliskan kembali materi yang telah mereka pelajari dari
diskusi di kelompok ahli. Selain itu waktu yang terlalu singkat membuat
siswa tidak dapat melaksanakan diskusi dengan santai.
Guru harus memberitahu siswa bahwa kegiatan diskusi akan segera
selesai, dan siswa harus segera menyelesaikan diskusi dan hasil
diskusinya.
Pada akhirnya, sampai dengan pergantian jam pelajaran, siswa
belum menyelesaikan hasil diskusi kelompok asal dalam lembar hasil
diskusi siswa yang telah disediakan oleh guru. Akhirnya guru meminta
siswa untuk melanjutkannya diluar jam pelajaran dan dikumpulkan pada
hari senin.
Diskusi kelompok asal merupakan tahap yang penting dalam upaya
peningkatan keaktifan belajar siswa, karena tahap ini merupakan strategi
untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pada
tahap ini juga, siswa dinilai kinerjanya untuk diakumulasikan sebagai nilai
tim.
Berdasarkan lembar observasi keaktifan belajar siswa pada
pertemuan kedua ini didapatkan data keaktifan belajar siswa 70,7 %. Hal
ini terlihat dari berbagai aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(Secara terperinci hasil observasi keaktifan siswa dapat dilihat pada
lampiran halaman 223). Keaktifan belajar siswa dilihat berdasarkan setiap
indikator sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Tabel. 9 Keaktifan Belajar Siswa pertemuan 2
No Indikator
keaktifan
Pertemuan 2
1 Visual 93,7
2 Mendengarkan 56,3
3 Berbicara 75,0
4 Menulis 78,1
5 Mental 46,6
6 Emosional 75,0
Rata-rata 70,7
(Sumber: Data Primer PTK, 2011)
Untuk mendapatkan nilai secara kelompok, dalam pertemuan 2 ini
siswa juga diamati perkelompok. Hasil evaluasi keaktifan belajar siswa
perkelompok dapat dilihat pada halaman 224. Secara singkat nilai
keaktifan belajar siswa secara kelompok sebagai berikut:
Tabel 10. Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 1.
No Kelompok Ketua Nilai
Pertemuan 2
1 Auguste Comte Nilam 234
2 Spencer Cristiana 248
3 Webber Anom 215
4 Herbert Mead Daniel 230
5 Paul Horton Abi 215
6 Peter Berger Joko 215
7 Pitirim Sorokin Tesalonika 215
8 Habermas Nawa 210
(Sumber: Data Primer PTK, 2011)
4) Kegiatan presentasi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Presentasi siswa dilaksanakan oleh kelompok asal sebagai bentuk
pelaporan kelompok. Selain itu kegiatan presentasi siswa merupakan cara
yang efektif untuk melakukan crosscheck terhadap hasil diskusi siswa.
Dari presentasi ini akan diketahui seberapa jauh materi yang dipahami
oleh siswa. Dengan begitu guru bisa mengetahui bagian materi mana yang
perlu diluruskan konsepnya atau dijelaskan kembali.
Diskusi siswa dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Waktu yang
digunakan dalam pertemuan ini 45 menit. Dalam presentasi ini sebagian
besar waktu digunakan oleh siswa untuk melakukan presentasi kelompok.
Guru membuka pelajaran seperti biasa. Sebelum kegiatan diskusi
dimulai guru mengabsen kehadiran siswa terlebih dahulu. Selanjutnya
guru mengulas bahwa materi yang akan dibicarakan merupakan materi
yang didiskusikan dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya. Guru
selanjutnya menanyai siswa apakah ada kelompok yang berani tampil
terlebih dahulu.
Kelompok yang pertama kali tampil didepan kelas adalah
kelompok 3. Kelompok ini terlalu banyak menyampaikan materi sehingga
menghabiskan banyak waktu. Meskipun demikian, hasil diskusi yang
disampaikan sesuai dengan materi yang ada. Selain itu penyebutan contoh-
contoh bentuk interaksi sosial dalam lingkungan masyarakat sudah tepat.
Kelompok selanjutnya yang tampil adalah kelompok 6.
Penampilan kelompok 6 kurang lebih sama dengan kelompok 3. Bedanya
adalah dari kelompok 6 penyampaian materi lebih singkat dan padat
sehingga menghemat waktu.
Kelompok yang selanjutnya tampil adalah kelompok 1 dan
kelompok 8. Waktu yang digunakan dalam satu kali pertemuan ternyata
tidak cukup untuk digunakan seluruh kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya, sehingga terpaksa kelompok yang belum maju kedepan tidak
mendapatkan kesempatan.
Diakhir kegiatan pembelajaran, guru meluruskan beberapa konsep
yang salah dimengerti oleh siswa. Selain itu guru juga memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
contoh-contoh dari bentuk interaksi sosial baik yang bersifat asosiatif
maupun disasosiatif, sehingga siswa mengetahui contoh yang betul.
Selanjutnya siswa mengumpulkan lembar hasil diskusi yang
mereka bawa. Guru menjelaskan kepada siswa akan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu mengenai proses pembentukan
kelompok, lembaga dan organisasi serta perubahan dan dinamika
kehidupan sosial.
Dari kegiatan presentasi ini keaktifan belajar siswa diamati melalui
lembar observasi kelas dan lembar observasi kelompok ahli. Selian untuk
mengetahui keaktifan siswa dikelas, juga untuk mendapatkan nilai siswa
dalam kegiatan observasi. Keaktifan siswa di dalam kelas dalam kegiatan
ini adalah 61, 7 %. Hasil observasi keaktifan secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran halaman 226. Keaktifan belajar siswa sedikit menurun pada
kegiatan pembelajaran ini. Adapun keaktifan belajar secara singkat sebagai
berikut:
Tabel 11. Keaktifan Belajar Siswa dalam Presentasi
No Indikator Prosentase
1 Visual 78,1 %
2 Lisan 75 %
3 Mendengarkan 56,3 %
4 Menulis 46,8 %
5 Mental 50 %
6 Emosional 62,5 %
Rata-rata 61,5
(Sumber: Data Primer PTK, 2011)
Selain itu observer juga menilai kegiatan presentasi siswa secara
kelompok. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran halaman 226. Hasil
observasi kelompok dalam kegiatan presentasi ditampilkan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Presentasi Kelompok Asal/ Jigsaw
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
No Kelompok Ketua Nilai
Pertemuan 3
1 Auguste Comte Nilam 232
2 Spencer Cristiana 248
3 Webber Anom 215
4 Herbert Mead Daniel 233
5 Paul Horton Abi 215
6 Peter Berger Joko 215
7 Pitirim Sorokin Tesalonika 215
8 Habermas Nawa 210
(Sumber: data primer PTK, 2011)
5) Pelanjutan materi interaksi sosial
Pertemuan ke 4 dalam siklus 1 adalah pelanjutan materi interaksi
sosial mengenai proses pembentukan kelompok, lembaga dan organisasi
serta perubahan dan dinamika kehidupan sosial. Waktu dalam pertemuan
ini adalah 45 menit. Dalam kegiatan pembelajaran, keaktifan siswa yang
ditekankan adalah aktivitas visual memperhatikan dan aktivitas
mendengarkan. Selain itu siswa diharapkan akan mencatat bagian penting
materi yang disampaikan oleh guru yang tidak ada di media atau buku
mereka.
Guru memulai pelajaran dengan membuka salam di depan kelas.
Selanjutnya guru mengabsen siswa terlebih dahulu. Setelah itu guru
mencoba untuk menanyai siswa mengenai pelajaran sebelumnya sebagai
bentuk apersepsi.
Siswa menjawab pertanyaan guru, beberapa siswa hanya menjawab
asal-asalan. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menyebutkan bentuk-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
bentuk interaksi sosial yang ada di sekolah. Siswa menjawab pertanyaan
guru, selanjutnya guru menanyai siswa yang lain.
Setelah itu guru tidak lupa memberitahukan tujuan dari kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan itu. Setelah menjabarkan
tujuan satu persatu, guru menjelaskan mengenai peta konsep akan materi
yang akan dibicarakan secara garis besarnya.
Setelah kegiatan pembuka selesai, guru mulai membuka slide
power point. Guru menampilkan bagian-bagian penting yang harus
dipelajari oleh siswa. Guru menampilkan gambar-gambar mengenai
kelompok, lembaga dan organisasi. Lalu guru bertanya pada siswa
mengenai pendapat mereka tentang gambar yang ditunjukan oleh guru
tersebut. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan singkat. Meskipun
demikian setiap menjawab pertanyaan siswa selalu menjawabnya
bersama-sama sehingga tidak jelas siapa yang berbicara. Guru selanjutnya
menyuruh siswa yang berani untuk mengangkat tangan dan menjawab
pertanyaan guru. Siswa mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan dari
guru. Guru selanjutnya memberikan balikan yang positif kepada siswa.
Guru menjelaskan kepada siswa proses pembentukan kelompok
meliputi kelompok sosial yang teratur dan tidak teratur, lembaga,
organisasi, terdapat organisasi formal maupun informal. Materi
disampaikan terlebih dahulu konsepnya. Selanjutnya guru meminta siswa
untuk memberikan contoh lembaga sosial, organisasi sosial baik formal
maupun informal.
Selanjutnya guru menjelaskan mengenai perubahan dinamika
kehidupan sosial. Selain itu guru juga menjelaskan tentang faktor-faktor
pendorong perubahan sosial. Guru menekankan konsep sedemikian rupa
dengan harapan siswa dapat memahami konsep dengan baik.
Setelah penjabaran selesai, guru meminta siswa untuk
menyimpulkan hasil dari kegiatan belajar pada pertemuan ini. Beberapa
siswa mulai menngangkat tangan ketika akan berpendapat. Guru
menampung jawaban dari siswa, lalu bersama dengan siswa guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
meyimpulkan hasil pembelajaran. Guru menuliskan poin-poin penting dari
konsep yang ada di papan tulis.
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai post test.
Pertanyaan seputar serta dikalangan masyarakat.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk mempersiapkan diri di
pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya akan diadakan kegiatan
evaluasi siswa yang dilakukan dengan harapan siswa akan mendapatkan
nilai yang lebih baik.
Dalam pertemuan keempat ini keaktifan belajar siswa tetap
diamati. Adapun hasil pengamatan dapat dilihat secara terperinci pada
lampiran halaman 228. Pengukuran keaktifan belajar siswa rata-rata dalam
pertemuan ini adalah 67,7% atau dapat dikatakan cukup. Sedangkan secara
keseluruhan keaktifan siswa per indikator sebagai berikut:
Tabel 13. Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus1 Pertemuan 4
No Indikator Prosentase
1 Visual 84,3 %
2 Lisan 68,7 %
3 Mendengarkan 93,7%
4 Menulis 46,8%
5 Mental 40,6%
6 Emosional 71,8%
Rata-rata 67,7%
(Sumber: data primer PTK, 2011)
Selain itu siswa juga diamati secara kelompok untuk mendapatkan
nilai keaktifan belajar siswa. Secara lengkap hasil pengamatan siswa
perkelompok dapat dilihat pada lampiran halaman 228. Berikut merupakan
nilai keaktifan belajar siswa pada pertemuan 4:
Tabel 14. Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus1 Pertemuan 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
(Sumber: data primer PTK, 2011)
6) Pelaksanaan evaluasi
Evaluasi dalam siklus ini dilaksanakan pada pertemuan ke 5 dalam
siklus. Evaluasi dilaksanakan sebagai pengukur hasil belajar siswa dari
penerapan model kooperatif Jigsaw II, untuk itulah sangat penting
dilakukan evaluasi. Selain itu dari kegiatan evaluasi dapat diketahui
perkembangan yang dicapai siswa dalam satu kompetensi dasar. Kegiatan
evaluasi dilaksanakan selama 45 menit.
Guru membuka pelajaran dengan salam, lalu tidak lupa mengecek
kehadiran siswa di kelas. Siswa menyiapkan kertas jawaban dan alat tulis
secepatnya. Selanjutnya guru meminta siswa untuk memasukkan buku-
buku sosiologi dan hanya terdapat kertas jawaban, kertas soal dan alat tulis
di meja.
Kegiatan evaluasi dimulai ketika guru membagikan soal uji
kompetensi 3. Perolehan nilai secara keseluruhan dapat dilihat pada
halaman 234. Adapun hasil perolehan nilai pada evaluasi ini adalah
sebagai berikut:
No Kelompok Ketua Nilai
Pertemuan 4
1 Auguste Comte Nilam 234
2 Spencer Cristiana 250
3 Webber Anom 217
4 Herbert Mead Daniel 233
5 Paul Horton Abi 217
6 Peter Berger Joko 217
7 Pitirim Sorokin Tesalonika 217
8 Habermas Nawa 217
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Tabel 15. Rentang Nilai Hasil Evaluasi Siklus 1
Rentang Nilai Keterangan Jumlah Siswa
Prosentase
96 – 100 Sangat baik sekali 0 % 91- 95 Sangat baik 1 3,125 % 86 – 90 Baik 10 31,125 % 81 – 85 Cukup Baik 8 25 % 76 – 80 Cukup 12 37,5 %
75- kebawah Kurang 1 3,125% (Sumber: data primer PTK, 2011)
7) Pengakuan tim.
Pengakuan tim merupakan langkah terakhir dalam kegiatan
pembelajaran. Pengakuan tim dilaksanakan pada pertemuan ke 6 dengan
waktu 45 menit. Pengakuan tim dilakukan sebagai bentuk penghargaan tim
manakah yang paling aktif dan mendapatkan nilai tertinggi dalam kegiatan
kelompok.
Data yang diambil melalui observasi kelomok diolah sehingga nilai
akhir siswa dalam kegiatan pembelajaran diketahui. Untuk lebih detailnya
dapat dilihat pada halaman 235. Berdasarkan nilai diskusi kelompok asal,
kegiatan presentasi, dan ulangan harian maka didapatkan nilai tim pada
siklus 1 sebagai berikut:
Tabel 16 Hasil Nilai Tim Siklus 1
No Kelompok Ketua
Nilai Pertemuan Nilai Ulangan
skor akhir 1 2 3 4
1 Spencer Cristiana 255 248 248 250 340 1341
2 Herbert Mead Daniel 233 230 233 233 334 1263
3 Auguste Comte Nilam 234 234 232 234 320 1254
4 Peter Berger Joko 215 215 215 217 339 1201
5 Webber Anom 217 215 215 217 332 1196
6 Paul Horton Abi 215 215 215 217 330 1192
7 Pitirim Sorokin Tesalonika 215 215 215 217 312 1174
8 Habermas Nawa 210 210 210 217 322 1169 (Sumber: data primer, 2011)
d. Refleksi dan Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus
pertama peneliti dan guru melakukan refleksi dengan hasil sebagai berikut :
1) Kelemahan siswa dalam siklus pertama ini adalah
a) Siswa kurang memahami langkah dalam pembelajaran dengan
kooperatif Jigsaw II.
Siswa kurang memahami langkah dalam kegiatan pembelajaran ini
sehingga dalam beberapa langkah siswa terlihat bingung dan merasa
aneh. Selain itu siswa juga kurang paham dengan tugas-tugas mereka
dalam tahap tertentu.
b) Siswa kurang memahami tanggung jawab terhadap tugasnya dalam
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Terdapat beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab terhadap
tugasnya masing-masing, hal ini dikarenakan siswa kurang paham
terhadap tugas mereka. Beberapa siswa masih bersikap seperti
biasanya tanpa memperhatikan arahan dari guru mengenai kinerja tim
yang sangat penting. Siswa seharusnya melaksanakan tanggungjawab
tim karena itu sangat penting.
c) Siswa kurang partisipatif dalam kegiatan diskusi kelompok ahli
Terdapat beberapa siswa kurang partisipatif saat diskusi kelompok
ahli berlangsung. Beberapa siswa bahkan terlihat mengganggu teman
di kelompok lain hal semacam ini akan sangat mengganggu proses
pemahaman dan memahamkan materi melalui belajar kelompok.
kegiatan diskusi kelompok ahli cenderung kurang aktif. Siswa tidak
benar-benar mendiskusikan materi ahli. Masih terdapat beberapa
siswa yang bercanda dalam kegiatan kelompok ahli ini.
d) Siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok asal
Siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok asal, dikarenakan pada
kelompok ahli sebelumnya siswa hanya merangkum materi kelompok
ahli saja tanpa mendiskusikannya dengan teman kelompok ahli.
Akibatnya di kelompok asal pun siswa tidak punya materi yang akan
disampaikan kepada teman kelompok asal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
2) Kelemahan guru dalam siklus pertama ini adalah
a) Guru kurang menekankan alur kegiatan pembelajaran kepada siswa.
Guru tidak menekankan alur kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran Kooperatif Jigsaw II, sehingga hal ini berdampak pada
siswa yang kurang paham terhadap tugas dan tanggungjawab mereka
baik dalam kelompok ahli maupun kelompok asal. Guru hanya
memberitahukan kepada siswa garis besar alur kegiatan
pembelajaran, namun kurang menekankan tanggungjawab dari
masing-masing siswa.
b) Guru tidak menekankan adanya persaingan antar tim untuk
mendapatkan score paling tinggi sehingga kurang ada motivasi untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran dari siswa.
c) Guru terlalu lebar memberikan materi diskusi kelompok ahli.
Guru terlalu lebar membagi materi. Materi yang diberikan kepada
siswa terlalu banyak dan pembagian perkelompok masih sangat
banyak. Hal ini mejadi masalah bagi siswa dalam mempelajari materi
yang ada.
d) Guru kurang tegas dalam membagi waktu
Guru kurang disiplin dalam menggunakan waktu sehingga beberapa
kegiatan membutuhkan waktu yang lebih. Selain itu guru tidak
memperhatikan waktu yang digunakan oleh kelompok-kelompok
tertentu dalam presentasi. Pengalokasian waktu sangat penting untuk
berjalannya kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan oleh guru dan
peneliti, maka guru dan peneliti menganalisis tindakan perbaikan yang
dapat dilakukan untuk siklus kedua adalah sebagai berikut;
a) Guru harus menekankan alur pembelajaran kooperatif Jigsaw II
serta tanggung jawab masing-masing siswa dalam kegiatan
pembelajaran baik dalam kelompok ahli ataupun kelompok asal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
b) Guru menekankan kepada siswa tentang adanya penghargaan tim
untuk kelompok yang mendapatkan nilai terbaik dalam kegiatan
pembelajaran.
c) Guru harus menentukan materi siswa yang tidak teralu luas, namun
juga tidak terlalu singkat.
d) Guru harus mampu memenajemen waktu dengan baik. Guru harus
konsisten terhadap alokasi waku yang telah disepakati dengan
peneliti sehingga pada setiap tahapan dalam kegiatan pembelajaran
dapat berjalan dengan efektif.
e) Guru dan peneliti sepakat untuk menunjuk siswa sebagai
perwakilan kelompok dalam kegiatan presentasi dan siswa
mempresentasikan materi ahli yang dilaporkan oleh ahli lainnya.
Guru harus lebih banyak memotivasi siswa, agar siswa dapat
semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan berpartisipasi aktif
pada setiap aktifitas pembelajaran yang telah direncanakan oleh guru
sebelumnya.
3. Siklus Kedua
Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II pada siklus kedua ini
sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan.
Kegiatan perencanaan siklus kedua dilakukan pada hari kamis, 29
Desember 2011 bertempat di ruang guru SMA N 1 Surakarta. Guru bersama
peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam
penelitian. Disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus kedua akan
dilaksanakan 6 kali pertemuan. Pertemuan pertama akan dilaksanakan pada
hari Kamis dan sabtu dengan jadwal sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Tabel 17. Jadwal Penelitian Siklus 2.
Pertemuan
ke
Hari Tanggal Waktu Kegiatan
1 Kamis 5-1-2012 12. 20 – 13.
10
Pemberian konsep dan
penjelasan mengenai
jigsaw.
2 Sabtu 7-1-2012 09. 45 – 10.
30
Pelaksanaan diskusi
kelompok
3 Kamis 12-1-2012 12. 20 – 13.
10
Presentasi kelompok
Jigsaw secara perwakilan
4 Sabtu 14-1-2012 09. 45 – 10.
30
Melanjutkan materi
sosialisasi
5 Kamis 19-1-2012 12. 20 – 13.
10
Evaluasi pembelajaran
sosialisasi
6 Sabtu 21-1-2012 09. 45 – 10.
30
Pengumuman skor
kelompok dan hadiah.
Pada tahap perencanaan tindakan kedua meliputi diskusi antara peneliti
bersama guru mengenai skenario pembelajaran sosiologi yaitu mempelajari
mengenai materi Sosialisasi dan Kepribadian pada bab 4 semester 2 dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II, dengan rincian
skenario sebagai berikut :
1) Pertemuan 1 siklus 2 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sosialisasi dan
memberitahukan indikator-indikator yang akan dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
sosialisasi sebagai gambaran tentang materi yang akan di
sampaikan.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru menjelaskan mengenai pengertian sosialisasi dari para
ahli dan secara umum.
(b) Guru memberikan contoh sosialisasi dalam lingkungan
sekolah
(c) Guru bertanya pada siswa mengenai pendapat mereka
mengenai contoh lain tentang sosialisasi di lingkungan siswa.
Kemudian guru menampung jawaban siswa.
(d) Guru menjelaskan kepada siswa faktor pendorong sosialisasi
(e) Kemudian setelah memberikan penjelasan pendorong sosial
dari beberapa pendapat siswa.
(f) Guru menjelaskan contoh pendorong sosialisasi
(2) Elaborasi. Guru bertanya jawab dengan siswa untuk
mengidentifikasi sosialisasi dan faktor-faktor pendorong sosialisasi
yang terjadi di lingkungan sekolah.
(3) Konfirmasi. Guru memberikan balikan yanng positif mengenai
pendapat siswa yang memberikan contoh sosialisasi di lingkungan
sekolah.
c) Kegiatan Penutup
(1) Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari
pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-
sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
(2) Guru memberi pertanyaan kepada siswa sebagai evaluasi dan
tugas mandiri kepada siswa untuk belajar di rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
(3) Kemudian guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya dengan menggunakan
kelompok jigsaw.
(4) Materi yang akan diberikan pada pertemuan berikutnya. Meliputi
(a) Tahapan sosialisasi
(b) Bentuk sosialisasi
(c) Agen sosialisasi
2) Pertemuan 2 siklus 2 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas mengenai pelajaran sebelumnya yaitu sosialisasi dan
faktor pendorongnya. Kemudian setelah siswa menjawab guru
memberikan klarifikasi terhadap beberapa jawaban siswa serta
menarik kesimpulan. Kemudian menghubungkan materi tersebut
dengan materi yang akan disampaikan yaitu tahapan, bentuk dan
agen sosialisasi.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
(5) Rambu-rambu belajar
(a) Siswa memperhatikan peta konsep tentang tahapan, bentuk dan
agen sosialisasi gambaran akan materi yang akan dipelajari.
(b) Siswa dibagi perkelompok kooperatif selanjutnya berkumpul
dengan kelompok ahli untuk melaksanakan diskusi secara
mandiri.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru memberikan materi kelompok ahli kepada masing-masing
kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
(2) Guru memantau kegiatan diskusi kelompok ahli
(3) Guru mengarakan siswa untuk kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan hasil diskusi kelompok ahli ke kelompok asal.
(4) Siswa menuliskan hasil diskusi keseluruhan di lembar diskusi
siswa.
c) Kegiatan Penutup
(1) Guru memberikan tugas untuk menyelesaikan rangkuman materi di
rumah secara berkelompok asal/ kooperatif
(2) Kemudian guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan
minggu selanjutnya yaitu diskusi antar kelompok.
3) Pertemuan 3 siklus 2 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk presentasi
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan mengenai pelanggaran tahapan,
bentuk dan agen sosialisasi dalam masyarakat.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa yang belum mempresentasikan hasil
diskusi mempresentasikannya didepan kelas.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru menyuruh siswa untuk membacakan hasil diskusi kelompok
ahli didepan kelas.
(2) Guru memberikan balikan yanng positif mengenai performan siswa
didepan kelas, dan memberikan komentar dan penguatan, agar
lebih baik dalam performan berikutnya.
c) Kegiatan Penutup
Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-sama
menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
4) Pertemuan 4 siklus 2 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas sedikit mengenai pelajaran sebelumnya yaitu berbagai
agen sosialisasi.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan
ini.
(5) Rambu-rambu belajar Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
proses Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam
pembentukan kepribadian sebagai gambaran tentang materi yang
akan di sampaikan.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(i). Guru menjelaskan konsep kepribadian dan budaya
(ii). Guru menghubungkan antara kepribadian dan kebudayaan
(2) Elaborasi
Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi
Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam
pembentukan kepribadian.
(3) Konfirmasi
Guru memberikan balikan yanng positif mengenai pendapat siswa
yang memberikan contoh Sosialisasi sebagai proses pengenalan
nilai, norma dalam pembentukan kepribadian di lingkungan siswa.
c) Kegiatan Penutup
(1) Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari
pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-
sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
(2) Guru memberi evaluasi dengan menanyakan contoh Sosialisasi
sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan
kepribadian di lingkungan masyarakat.
(3) Kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk belajar
mempersiapkan UK.3 pertemuan selanjutnya.
5) Pertemuan 5 siklus 2 (waktu 45 menit)
a) Evaluasi Pembelajaran.
(1) Guru membagikan lembar kertas untuk menuliskan jawaban.
(2) Guru memberikan rambu-rambu kepada siswa untuk mengerjakan
soal secara mandiri.
(3) Guru membagikan soal evaluasi kepada siswa di kelas.
b) Kegiatan Penutup
(1) Guru bertanya kepada siswa mengenai ujian yang dilaksanakan.
(2) Membahas soal-soal evaluasi.
6) Pertemuan 6 siklus 2 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam kegiatan pembelajaran.
(3) Apersepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan mengulas
sedikit mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tentang sosialisasi
dan kepribadian.
(4) Motivasi
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini.
(5) Rambu-rambu belajar.
Siswa memperhatikan pengumuman yang dilaksanakan oleh guru.
b) Kegiatan Inti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
(1) Guru mengumumkan hasil evaluasi yang dilaksanakan di kelas
pada hari sebelumnya.
(2) Guru meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan mereka.
(3) Guru mengumumkan skor siswa hasil pekerjaan kelompok jigsaw
mereka.
(4) Guru memberikan hadiah kepada siswa juara 1, 2 dan 3.
c) Kegiatan Penutup.
(1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk belajar
mempersiapkan tes remidial bagi yang nilainya belum cukup.
(2) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk belajar dengan rajin
menghadapi mid semester.
Untuk lebih jelasnya, perencanaan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II terdapat dalam
RPP terlampir pada halaman 240.
b. Pelaksanaan Tindakan.
Berdasarkan kesepakatan dengan guru, pelaksanaan penelitian dimulai
pada hari Kamis, 5 Januari 2012 dan selanjutnya sesuai dengan tabel jadwal
penelitian dibagian perencanaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
siklus kedua dimaksudkan sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan model kooperatif Jigsaw II pada siklus pertama. Dalam
siklus kedua ini siswa diberi tambahan aktivitas tournament sebagai akhir dari
rangkaian proses pembelajara. Turnemen tersebut akan diambil tiga tim
pemenang yakni tim paling banyak mengumpulkan score serta tim paling aktif
selama proses pembelajaran sosiologi berlangsung. Urutan pelaksanaan
tindakan pada siklus kedua tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pertemuan 1 Siklus 2 (Waktu 45 Menit)
a) Kegiatan awal (10 menit)
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas dalam
proses pembelajaran. Dalam pertemuan ini seluruh siswa masuk
semua sehingga kegiatan dapat dilaksanakan secara lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran materi
baru yaitu sosialisasi. Sebelum memulai pelajaran guru menanyai
siswa mengenai berbagai konsep tentang interaksi sosial yang telah
dipelajari semester sebelumnya. Dan melakukan brain storming
kepada para siswa. Selanjutnya guru memberikan klarifikasi jawaban
terhadap beberapa pernyataan siswa dan menarik kesimpulan.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sosialisasi dan
memberitahukan indikator-indikator yang akan dicapai dalam
mempelajari sosialisasi antara lain sebagai berikut:
(a) Mendefinisikan pengertian sosialisasi dan Kepribadian
(b) Menjelaskan tahap Sosialisasi
(c) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi sosialisasi
(d) Menjelaskan Bentuk Sosialisasi
(e) Menjelaskan agen sosialisasi yang berperan dalam proses
sosialisasi
(f) Menjelaskan Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai,
norma dalam pembentukan kepribadian
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
sosialisasi sebagai gambaran tentang materi yang akan di sampaikan.
Selain itu guru menekankan bahwa dalam bab ini selain siswa akan
dibelajarkan dengan metode pembelajaran Kooperatif Jigsaw II
siswa juga akan dirangking per tim untuk mendapatkan tim yang
paling baik nilainya.
b) Kegiatan inti (30 menit)
(1) Eksplorasi
(a) Guru memulai siklus Jigsaw dengan memberikan konsep
mengenai sosialisasi kepada siswa terlebih dahulu, sehingga
ketika siswa melaksanakan diskusi, siswa sudah mengetahui
konsep-konsep penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
(b) Guru menjelaskan mengenai pengertian sosialisasi dari para
ahli dan secara umum, sedangkan siswa mendengarkan dan
mencatat bagian-bagian yang penting dari penjelasan guru.
(c) Guru memberikan contoh sosialisasi dalam lingkungan sekolah
(d) Guru bertanya pada siswa mengenai pendapat mereka
mengenai contoh lain tentang sosialisasi di lingkungan siswa.
Kemudian guru menampung jawaban siswa. Sebagian dari siswa
mengemukakan tentang contoh sosialisasi yang ada dalam benak
mereka, lalu guru membetulkan konsepnya dan menjelaskan
kembali kepada siswa.
(e) Guru menjelaskan kepada siswa faktor pendorong sosialisasi,
kemudian setelah memberikan penjelasan pendorong sosial dari
beberapa pendapat siswa.
(f) Guru menjelaskan contoh pendorong sosialisasi
(2) Elaborasi
(a) Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi
sosialisasi dan faktor-faktor pendorong sosialisasi yang terjadi di
lingkungan sekolah.
(b) Guru memonta siswa untuk mnjelaskan kembali pengertian dari
sosialisasi serta faktor pendorong sosialisasi.
(c) Guru meminta siswa untuk mencatat bagian-bagian penting
yang telah dikemukakan guru didepan kelas.
(3) Konfirmasi
(a) Guru memberikan balikan yang positif mengenai pendapat siswa
yang memberikan contoh sosialisasi di lingkungan sekolah.
(b) Guru memberikan tambahan serta mengklarifikasi apabila
terdapat jawaban dari siswa yang kurang tepat.
c) Kegiatan penutup (5 menit)
(1) Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-sama
menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
(2) Guru memberi pertanyaan kepada siswa sebagai evaluasi dan tugas
mandiri kepada siswa untuk belajar dirumah
(3) Kemudian guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya dengan menggunakan
kelompok Jigsaw.
(4) Materi yang akan diberikan pada pertemuan berikutnya dan
memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut
dirumah. Materi tersebut meliputi:
(a) Tahapan sosialisasi
(b) Bentuk sosialisasi
(c) Agen sosialisasi
2) Pertemuan 2 Siklus 2 (waktu 45 menit).
a) Kegiatan awal (5 menit)
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas dalam
proses pembelajaran. Dalam pertemuan ini terdapat 3 siswa yang
tidak masuk karana sakit. Siswa tersebut adalah anggota dari
kelompok 8 yaitu nawa, senigi dan bramantya.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas mengenai pelajaran sebelumnya yaitu sosialisasi dan faktor
pendorongnya. Kemudian setelah siswa menjawab guru memberikan
klarifikasi terhadap beberapa jawaban siswa serta menarik
kesimpulan. Kemudian menghubungkan materi tersebut dengan
materi yang akan disampaikan yaitu tahapan, bentuk dan agen
sosialisasi.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sosialisasi dan
memberitahukan indikator-indikator yang akan dicapai dalam
mempelajari sosialisasi antara lain sebagai berikut:
(a) Mendefinisikan pengertian sosialisasi dan Kepribadian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
(b) Menjelaskan tahap Sosialisasi
(c) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi sosialisasi
(d) Menjelaskan Bentuk Sosialisasi
(e) Menjelaskan agen sosialisasi yang berperan dalam proses
sosialisasi
(f) Menjelaskan Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma
dalam pembentukan kepribadian.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
tahapan, bentuk dan agen sosialisasi gambaran akan materi yang
akan dipelajari.
Guru menekankan kembali akan pentingnya score tim, sehingga
siswa harus menjalankan tanggungjawab sebagai anggota tim dengan
sebaik-baiknya. Siswa dibagi perkelompok kooperatif selanjutnya
berkumpul dengan kelompok ahli untuk melaksanakan diskusi secara
mandiri. Karena terdapat 3 anggota dari kelompok 8 digabungkan
dengan kelompok 2.
b) Kegiatan inti (38 menit)
(1) Guru membagi siswa kedalam kelompok asal atau kelompok
kooperatif. Siswa dibagi kedalam kelompok sesuai dengan keahlian
dan kemampuan, dan disesuaikan pembagian kelompok sehingga
terbentuk kelompok yang seimbang.
(2) Guru membagikan materi kepada seluruh siswa di kelas, selanjutnya
siswa membagi masing-masing materi yang menjadi tanggungjawab
untuk di diskusikan.
(3) Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi bukan hanya
menuliskan materi saja.
(4) Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok ahli dan
memberikan waktu kepada siswa di kelompok ahli untuk berdiskusi
dan mencari contoh dalam tahapan, bentuk dan agen sosialisasi
dalam lingkup sekolah dan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
(5) Guru memantau kegiatan diskusi kelompok ahli dan menilai aktivitas
siswa dalam kegiatan diskusi kelompok ahli.
(6) Guru mengarakan siswa untuk kembali kekelompok asal. Dan
menjelaskan hasil diskusi kelompok ahli kekelompok asal. Guru
memastikan siswa menjelaskan kepada siswa lain dalam kelompok
asal, sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
(7) Siswa menuliskan hasil diskusi keseluruhan di lembar diskusi
siswa.
c) Kegiatan penutup (2 menit)
(1) Guru memberikan tugas untuk menyelesaikan rangkuman materi
dirumah secara berkelompok asal/ kooperatif
(2) Kemudian guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan
minggu selanjutnya yaitu diskusi antar kelompok. Setiap kelompok
asal akan mewakilkan satu orang ahli untuk mengemukakan hasil
diskusi kelompok dam hasil kerjasama kelompok asal mereka.
3) Pertemuan 3 Siklus 2 (waktu 45 menit).
a) Kegiatan awal (5 menit)
(1) Salam Pembuka
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini terdapat beberapa siswa
yang tidak masuk. Namun hal ini tidak mengganggu jalannya
kegiatan pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tahapan, bentuk dan
agen sosialisasi dalam masyarakat. Selain itu guru mempersiapkan
kegiatan diskusi siswa.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sosialisasi dan
memberitahukan indikator-indikator yang akan dicapai dalam
mempelajari sosialisasi antara lain sebagai berikut:
(a) Menjelaskan tahap Sosialisasi
(b) Menjelaskan Bentuk Sosialisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
(c) Menjelaskan agen sosialisasi yang berperan dalam proses
sosialisasi
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa memperhatikan peta konsep tentang
tahapan, bentuk dan agen sosialisasi yang ditekankan guru.
Siswa dibagi perkelompok kooperatif selanjutnya memilih seorang
anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
kooperatif siswa pertemuan sebelumnya.
b) Kegiatan inti (38 menit)
(1) Guru menunjuk perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusi
kelompok ahli di depan kelas.
(2) Setiap kelompok mendapatkan kesempatan untuk maju membacakan
hasil diskusi pada materi ahli sesuai dengan urutan.
(3) Guru menanyakan kepada siswa yang bertugas menjelaskan
materi ahli kelompok tersebut dan membandingkan dengan materi
ahli dari kelompok asal yang lain.
(4) Setelah beberapa siswa membacakan materi ahli yang sama,
guru mengevaluasi dan memberikan tambahan materi yang kurang.
(5) Guru memberikan balikan yanng positif mengenai performan
siswa di depan kelas, dan memberikan komentar dan penguatan, agar
lebih baik dalam performan berikutnya.
(6) Guru menjelaskan kepada siswa rangkaian materi ahli secara
keseluruhan, dan memberikan materi tambahan yang tidak dibahas
oleh siswa.
(7) Guru meminta siswa untuk melengkapi catatan dan laporan
mereka.
c) Kegiatan penutup (2 menit)
(1) Guru memberikan tugas untuk menyelesaikan rangkuman materi di
rumah secara berkelompok asal serta melengkapi catatan sesuai
dengan materi yang telah didiskusikan di akhir pertemuan ini.
(2) Guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan minggu
selanjutnya yaitu melanjutkan materi selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
4) Pertemuan 4 Siklus 2 (waktu 45 menit).
a) Kegiatan awal (waktu 5 menit)
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran. Siswa masuk semua.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas sedikit mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tentang
bentuk-bentuk interaksi sosial.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan
ini.
(5) Rambu-rambu belajar . Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
proses Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam
pembentukan kepribadian sebagai gambaran tentang materi yang
akan di sampaikan.
b) Kegiatan inti (35 menit)
(1) Eksplorasi. Guru menjelaskan konsep kepribadian dan kebudayaan.
Guru menghubungkan antara kepribadian dan kebudayaan.
Materi yang disampaikan ditampilkan dalam bentuk power poin
sehingga siswa tertarik dalam kegiatn pembelajaran.
(2) Elaborasi. Guru bertanya jawab dengan siswa untuk
mengidentifikasi Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai,
norma dalam pembentukan kepribadian.
(3) Konfirmasi. Guru memberikan balikan yanng positif mengenai
pendapat siswa yang memberikan contoh Sosialisasi sebagai proses
pengenalan nilai, norma
c) Kegiatan Akhir (5 menit)
(1) Guru menanyakan apakah ada materi yang kurang jelas. Kemudian
guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar
mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-
sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
(2) Guru memberi evaluasi dengan menanyakan contoh Sosialisasi
sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan
kepribadian di lingkungan masyarakat.
(3) Kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk belajar
mempersiapkan Ulangan harian 3 pada pertemuan selanjutnya.
5) Pertemuan 5 siklus 2 (waktu 45 menit)
a) Evaluasi Pembelajaran.
(1) Guru membagikan lembar kertas untuk menuliskan jawaban.
(2) Guru memberikan rambu-rambu kepada siswa untuk mengerjakan
soal secara mandiri.
(3) Guru membagikan soal evaluasi kepada siswa di kelas.
b) Kegiatan Penutup
(1) Guru bertanya kepada siswa mengenai ujian yang dilaksanakan.
(2) Membahas soal-soal evaluasi.
6) Pertemuan 6 siklus 1 (waktu 45 menit)
a) Kegiatan Awal
(1) Salam Pembukaan
(2) Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan kelayakan kelas
dalam proses pembelajaran.
(3) Apersepsi. Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan
mengulas sedikit mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tentang
bentuk-bentuk interaksi sosial.
(4) Motivasi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan
ini.
(5) Rambu-rambu belajar. Siswa pemperhatikan peta konsep tentang
proses pembentukan kelompok, lembaga dan organisasi serta
perubahan dan dinamika kehidupan sosial sebagai gambaran
tentang materi yang akan di sampaikan.
b) Kegiatan Inti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Pelaksanaan remidial dan pengayaan siswa.
c) Kegiatan Penutup.
Mengumumkan score hasil kerja kelompok kooperatif yang dikerjakan
oleh siswa dalam siklus 2.
c. Observasi dan interpretasi
Peneliti bertindak sebagai observer dan berkolaborasi dengan guru saat
penelitian berlangsung. Berikut merupakan uraian hasil observasi pada
pertemuan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6:
1) Penjelasan konsep awal.
Penjelasan konsep awal merupakan langkah pertama dalam
pelaksanaan model kooperatif tipe Jigsaw II. Tahap ini dilakukan dalam
satu kali pertemuan yaitu 45 menit. Pada tahapan ini siswa diberikan
pengetahuan dasar mengenai sosialisasi serta faktor pendorong sosialisasi
yang terjadi dalam diri individu.
Guru memasuki kelas pada pukul 12.20, karena jam pelajaran ke 8
ini dimulai sehabis istirahat kedua maka siswa belum terkondisi dengan
baik. Namun pada pertemuan sebelumnya guru telah menekankan kepada
siswa untuk masuk kelas secepat mungkin agar tidak menggangu kegiatan
pembelajaran.
Dalam kegiatan awal model pembelajaran ini siswa
memperhatikan dengan seksama materi yang disampaikan oleh guru. Hal
ini dikarenakan siswa telah memahami adanya turnamen yang diadakan
guru. Guru bersama dengan peneliti telah merumuskan bahwa pada
kegiatan awal ini siswa diberikan konsep dasar terlebih dahulu mengenai
sosialisasi sehingga pada kegiatan selanjutnya siswa sudah mengerti
dengan konsep sosialisas.
Guru membuka pelajaran dengan pertama-tama memberikan
apersepsi kepada siswa mengenai pelajaran yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya. Siswa berusaha untuk menjawab pertanyaan guru
sebanyak-banyaknya. Suasana kompetisi didalam kelas sudah mulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
terasa, meski hanya datang dari beberapa siswa. Setelah itu guru
memberikan balikan yang positif sebagai upaya meluruskan jawaban
siswa.
Setelah itu guru mengemukakan tujuan dari pembelajaran pada
kompetensi dasar ini. Guru menunjukkan kepada siswa bahwa tujuan dari
kegiatan pembelajaran ini antara lain sebagai berikut:
(a) Mendefinisikan pengertian sosialisasi dan Kepribadian
(b) Menjelaskan tahap Sosialisasi
(c) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi sosialisasi
(d) Menjelaskan Bentuk Sosialisasi
(e) Menjelaskan agen sosialisasi yang berperan dalam proses sosialisasi
(f) Menjelaskan Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam
pembentukan kepribadian .
Seusai menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan kegiatan
pembelajaran, guru selanjutnya menjelaskan mengenai konsep dasar pada
materi sosialisasi yang akan dipelajari meliputi pengertian sosialisasi, dan
faktor yang mempengaruhi sosialisasi dan bentuk-bentuk sosialisasi, lalu
agen sosialisasi yang meliputi beberapa lembaga, lembaga dan Sosialisasi
sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian.
Guru memulai pelajaran dengan menjelaskan pengertian sosialisasi. Kita
telah disosialisasi oleh berbagai lembaga di sekeliling kita selama ini.
Guru menjelaskan bahwa tanpa disadari kegiatan sosialisasi telah berlaku
dalam diri manusia sejak kecil.
Guru melanjutkan pelajaran dengan memperlihatkan beberapa
gambar. Lalu guru menjelaskan kepada siswa bahwa gambar-gambar
tersebut merupakan sosialisasi. Guru selanjutnya menanyakan kepada
siswa mengapa hal tersebut disebut sosialisasi.
Guru memberikan tampilan beberapa pengertian sosialisasi.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan pendapat mereka
mengenai sosialisasi. Beberapa siswa menjawab pertanyaan guru. Guru
menampung jawaban siswa. Lalu guru menyuruh siswa menuliskan poin-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
poin penting dari pengertian sosialisasi pendapat siswa. Guru menekankan
beberapa poin yang dapat dijadikan pijakan pengertian sosialisasi.
Guru selanjutnya menjelaskan mengenai faktor pendorong
sosialisasi dalam masyarakat. Selain menjelaskan, guru juga memberikan
contoh sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Guru menekankan
berbagai sosialisasi yang dialami oleh siswa sejak kecil. Setelah materi
yang diberikan selesai, guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil
dari kegiatan belajar. Guru meminta beberapa siswa menjelaskan
pengertian sosialisasi dengan kalimat siswa sendiri. Selain itu guru juga
menyuruh siswa menuliskan poin-poin penting yang telah dipelajari dalam
pertemuan ini. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai bentuk
evaluasi. Selain itu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari
bentuk-bentuk interaksi sosial dalam masyarakat.
Guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan
selanjutnya kegiatan belajar di kelas akan dilaksanakan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Guru
menjelaskan bahwa siswa akan belajar secara berkelompok dan akan
melaksanakan kegiatan meliputi kegiatan diskusi kelompok ahli, diskusi
kelompok asal, presentasi, ujian serta pengakuan kelompok mana yang
mendapatkan nilai tim paling tinggi. Guru mengakhiri pelajaran.
Dari peneliti, dalam kegiatan pembelajaran hanya mengamati
kegiatan pembelajaran saja atau sebagai observer. Selain itu peneliti
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Peneliti juga mengamati
kegiatan pembelajaran dan mengobservasi tingkat keaktifan belajar siswa
melalui lembar observasi kelas secara umum. Secara terperinci hasil
observasi keaktifan siswa dapat dilihat pada lampiran halaman 264.
Adapun hasil dari lembar observasi siswa secara umum keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran pada tahap ini adalah 77,6. Keaktifan belajar
siswa secara singkat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Tabel 18. Keaktifan Belajar Siswa Setiap Aspek Siklus 2
Pertemuan 1.
No Indikator Prosentase
1 Visual 78,12 %
2 Lisan 68,75 %
3 Mendengarkan 71,87 %
4 Menulis 78,12 %
5 Mental 90,62 %
6 Emosional 78,12 %
Rata-rata 77,60 %
(Sumber: data primer PTK, 2012)
Keaktifan belajar siswa juga diamati secara berkelompok. Secara
terperinci hasil observasi keaktifan belajar kelompok dapat dilihat pada
lampiran halaman 264. Adapun perolehan kelompok secara singkat
ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 19. Keaktifan Belajar Siswa Perkelompok Siklus 2 Pertemuan 2
No Kelompok Ketua kelompok Nilai diskusi
1 Auguste Comte Nilam 284
2 Spencer Cristiana 366
3 Webber Anom 316
4 Herbert Mead Daniel 400
5 Paul Horton Abi 297
6 Peter Berger Joko 267
7 Pitirim Sorokin Tesalonika 280
8 Habermas Nawa 283
(Sumber: data primer, 2012)
2) Diskusi kelompok ahli
Kegiatan diskusi kelompok yang dilaksankan pada siklus 2 tidak
lengkap, hal ini dikarenakan terdapat 3 siswa dari kelompok 8 yang tidak
masuk. Untuk itu kelompok 8 dianggaptidak ikut berkompetisi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
kegiatan ini. Satu anggota dari kelompok 8 selanjutnya bergabung dengan
kelompok 2. Kelompok yang berkompetisi dalam siklus 2 hanya 7
kelompok.
Diskusi kelompok ahli dilakukan oleh siswa pada pertemuan
kedua. Diskusi kelompok ahli ini dilaksanakan dengan waktu 15 menit.
Dimana setiap kelompok membicarakan materi yang berbeda antara satu
kelompok ahli dengan kelompok ahli yang lain. Dalam pokok bahasan
Interaksi Sosial ini materi kelompok dibagi menjadi 4, antara lain sebagai
berikut:
a) Jenis sosialisasi
b) Media sosialisasi keluarga dan teman sejawat
c) Media sosialisasi sekolah, lingkungan kerja dan media massa
d) Proses sosialisasi
Sebelum diskusi kelompok ahli dimulai, siswa dibagi terlebih
dahulu menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Setiap
siswa dalam kelompok asal ini diberi kartu berwarna yang berbeda antara
satu sama lain. Setelah siswa menerima kartu, siswa akan mengetahui
materi apa yang akan mereka diskusikan bersama kelompok ahli.
Pengelompokan ini sesuai dengan pembagian kelompok
sebelumnya, sehingga siswa tinggal berkumpul saja dengan kelompok
sebelumnya. Kegiatan ini berlangsung dengan cepat dan tidak
menghabiskan waktu.
Namun, karena kelompok ahli yang terbentuk disetiap kelompok
menjadi 8 siswa perkelompok maka setiap kelompok ahli dibagi lagi
menjadi 2 kelomok diskusi sehingga kelompok diskusi lebih efektif
daripada kelompok kerja yang terlalu banyak anggotanya.
Guru selanjutnya mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok
ahli. Kelompok ahli merah 1 dan 2 membahas mengenai jenis sosialisasi.
Kelompok ahli kuning1 dan 2 membahas mengenai media sosialisasi
keluarga dan teman sejawat. Kelompok ahli hijau 1 dan 2 mendiskusikan
mengenai media sosialisasi sekolah, lingkungan kerja, dan media masa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Sedangkan kelompok ahli biru 1 dan 2 membicarakan mengenai proses
sosialisasi.
Setelah pengkondisian selesai, guru membagikan materi yang telah
dirangkum dari berbagai sumber belajar baik itu buku paket, LKS, maupun
dari internet. Guru memberikan materi yang berada didalam map berwarna
sesuai dengan kelompok ahli siswa. Materi tersebut merupakan bahan bagi
siswa untuk didiskusikan bersama-sama.
Kegiatan diskusi kelompok ahli berlangsung dengan tenang,
bahkan sangat hening. Siswa dengan serius melaksanakan kegiatan diskusi
kelompok ahli. Beberapa kelompok terlihat aktif berdiskusi misalnya
adalah kelompok kuning 2, kelompok hijau 1 dan hijau 2. Aktivitas siswa
yang muncul dalam diskusi ini antara lain adalah aktivitas berbicara,
mendengarkan, menulis, berpendapat bertanya dan keseriusan siswa dalam
berdiskusi.
Diskusi siswa pada siklus kedua ini telah berlangsung dengan
serius. Siswa sudah mengetahui tugas dan tanggungjawabnya terhadap
kelompok asal, sehingga melaksanakan diskusi dengan cermat.
Namun juga masih terdapat siswa yang bercanda dengan temannya
sendiri. Guru dengan tegas mengarahkan siswa untuk segera
menyelesaikan diskusi.
Meskipun materi diskusi telah dikurangi, waktu yang diberikan
dalam diskusi tetap belum sesuai dengan materi yang disajikan dalam
lembar materi. Kebanyakan kelompok asal tidak selesai melaksanakan
diskusi yang ada. Siswa terpaksa harus melaksanakan kegiatan diskusi
dengan tergesa-gesa dan mencatat bagian penting dari materi diskusi saja.
Setelah waktu habis, guru mengarahkan siswa untuk kembali ke
kelompok asal mereka dan melaksanakan diskusi kelompok asal.
3) Diskusi kelompok asal.
Kegiatan diskusi kelompok asal dilaksanakan dalam satu
pertemuan dengan diskusi kelompok ahli. Diskusi kelompok asal
dilakukan setelah diskusi kelompok ahli selesai dilaksankaan. Diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
kelompok ahli seharusnya diberi waktu diskusi 30 menit, namun karena
dalam diskusi kelompok ahli memerlukan waktu tambahan, terpaksa
diskusi dalam kelompok asal ini hanya 25 menit.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama
terhadap anggota kelompok asal mereka untuk menjelaskan kembali hasil
diskusi kelompok ahli masing-masing. Selain menjelaskan kepada anggota
kelompoknya yang lain, siswa juga mempunyai tanggung jawab untuk
menuliskan hasil kerjanya dalam lembar hasil diskusi siswa kelompok
asal.
Kegiatan ini dimulai ketika siswa sudah berkumpul kembali
dengan kelompok ahli mereka. Setelah itu guru memberikan lembar hasil
diskusi kelompok asal yang digunakan untuk menuliskan hasil diskusi
secara singkat.
Siswa memulai diskusi setelah berkumpul dengan kelompok asal.
Namun tetap saja waktu yang diberikan 25 menit tidak cukup untuk
menjelaskan materi ahli, serta menuliskan hasil laporan kelompok asal.
Kebanyakan siswa tidak menyampaikan hasil diskusi yang telah
dilaksanakan dalam kelompok asal karena waktu yang singkat. Rata-rata
siswa hanya menuliskan kembali materi yang telah mereka pelajari dari
diskusi di kelompok ahli.
Guru selalu memberitahu siswa bahwa kegiatan diskusi akan
segera selesai, dan siswa harus segera menyelesaikan diskusi dan hasil
diskusinya, sehingga siswa melaksanakaan kegiatan diskusi dengan
tergesa-gesa.
Pada akhirnya, sampai dengan pergantian jam pelajaran, siswa
belum menyelesaikan hasil diskusi kelompok asal dalam lembar hasil
diskusi siswa yang telah disediakan oleh guru. Akhirnya guru meminta
siswa untuk melanjutkannya diluar jam pelajaran dan dikumpulkan pada
hari senin.
Diskusi kelompok asal merupakan tahap yang penting dalam upaya
peningkatan keaktifan belajar siswa, karena tahap ini merupakan strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pada
tahap ini juga, siswa dinilai kinerjanya untuk diakumulasikan sebagai nilai
tim.
Berdasarkan lembar observasi kelas secara keseluruhan didapatkan
data keaktifan belajar siswa pada setiap indikator rata-rata 86,65 %.
(Secara lengkap lihat lampiran halaman 267). Data keaktifan belajar setiap
indikator ditampilkan secara singkat sebagai berikut:
Tabel 20. Aspek Keaktifan Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan 2
No Indikator Prosentase
1 Visual 86,6 %
2 Lisan 90 %
3 Mendengarkan 80 %
4 Menulis 90 %
5 Mental 93,3 %
6 Emosional 80 %
Rata-rata 86,65
(Sumber: data primer, 2012)
Keaktifan belajar siswa juga diamati secara berkelompok. Secara
terperinci hasil observasi keaktifan belajar kelompok dapat dilihat pada
lampiran halaman 267. Adapun perolehan kelompok secara singkat
ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 21. Nilai Keaktifan Belajar Siswa Perkelompok Siklus 2 Pertemuan 2
No Kelompok Ketua kelompok Nilai diskusi
1 Auguste Comte Nilam 316 2 Spencer Cristiana 367 3 Webber Anom 350 4 Herbert Mead Daniel 383 5 Paul Horton Abi 349 6 Peter Berger Joko 332 7 Pitirim Sorokin Tesalonika 329 8 Habermas Nawa 100
(Sumber: data primer, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
4) Kegiatan presentasi siswa
Presentasi siswa dilaksanakan oleh kelompok asal sebagai bentuk
pelaporan kelompok dan sebagai cara yang efektif bagi guru untuk
mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi yang diberikan.
Dengan begitu guru bisa mengetahui bagian materi mana yang perlu
diluruskan konsepnya atau dijelaskan kembali.
Diskusi siswa dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Waktu yang
digunakan dalam pertemuan ini 45 menit. Guru bersama peneliti telah
menyusun cara sehingga waktu tidak habis dalam kegiatan presentasi saja,
namun juga untuk menyilangkan hasil diskusi siswa dalam kelompok asal.
Guru membuka pelajaran seperti biasa. Sebelum kegiatan diskusi
dimulai guru mengabsen kehadiran siswa terlebih dahulu. Selanjutnya
guru mengulas bahwa materi yang akan dibicarakan merupakan materi
yang didiskusikan dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya. Guru
selanjutnya menanyai siswa apakah ada kelompok yang berani tampil
terlebih dahulu.
Beberapa siswa ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok asal mereka. siswa tersebut menjelaskan mengenai materi ahli
yang dituliskan oleh teman, sehingga terlihat siswa menguasai materi atau
tidak.
Kelompok yang melakukan presentasi pertama adalah kelompok 6
yang diwakili oleh Joko. Joko mempresentasikan materi ahli milik Huda.
Ternyata terdapat beberapa materi yang tidak dijelaskan kepada kelompok
ahli. Hal ini dikarenakan waktu yang tidak mencukupi. Setelah itu guru
mencoba untuk menyanyai kelompok lainnya, yaitu kelompok 3 yang
dijawab oleh Putu. Putu memberikan beberapa tambahan terhadap materi
yang disampaikan oleh Joko.
Selain itu kelompok lainnya yang maju kedepan adalah kelompok
2 yang diwakili oleh Dewa. Dari materi yang disampaikan oleh Dewa
diluruskan oleh pemegang materi ahli yaitu Kharisma. Selain itu guru juga
membandingkan materi dengan hasil dari kelompok lain yaitu kelompok 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Kelompok 1 diwakili oleh Nilam yang mengemukakan bahwa materi yang
disampaikan oleh Dewa telah lengkap.
Keberhasilan diskusi ahli terlihat dalam hal ini. Presentasi siswa
lalu dicocokkan dengan ahli materi dari kelompok lain. Apakah materi
yang dikemukakan lengkap atau tidak.
Lalu guru memberikan penjelasan terhadap materi tersebut. Guru
menjelaskan lebih detail dan menjelaskan secara keseluruhan materi yang
telah dipresentasikan oleh siswa.
Diakhir kegiatan pembelajaran, guru meluruskan beberapa konsep
yang salah dimengerti oleh siswa. Selain itu guru juga memberikan
contoh-contoh dari bentuk interaksi sosial baik yang bersifat asosiatif
maupun disasosiatif, sehingga siswa mengetahui contoh yang betul.
Selanjutnya siswa mengumpulkan lembar hasil diskusi yang
mereka bawa. Guru menjelaskan kepada siswa akan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu mengenai proses pembentukan
kelompok, lembaga dan organisasi serta perubahan dan dinamika
kehidupan sosial.
Dari kegiatan presentasi ini keaktifan belajar siswa diamati melalui
lembar observasi kelas dan lembar observasi kelompok ahli. Berdasarkan
observasi kelas didapatkan keaktifan rata-rata setiap aspek adalah 81,25
(untuk lebih detail dapat dilihat pada lampiran halaman 269). Selain untuk
mengetahui keakttifan siswa dikelas, juga untuk mendapatkan nilai siswa
dalam kegiatan observasi.
Tabel 22. Aspek Keaktifan Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan 3
No Indikator Prosentase 1 Visual 78,12 2 Lisan 84,37 3 Mendengarkan 93,75 4 Menulis 90,62 5 Mental 59,37 6 Emosional 84,37
Rata-rata 81,25 (Sumber: data primer, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Keaktifan siswa didalam kelompok juga diamati dalam kegiatan
ini. Secara terperinci keaktifan belajar siswa dalam aktivitas kelompok
dapat dilihat pada halaman 269. Data keaktifan belajar siswa berkelompok
dalam kegiatan presentasi didapat sebagai berikut:
Tabel 22. Nilai Keaktifan Siswa dalam Siklus 2 Pertemuan 3
No Nama Kelompok Ketua kelompok Presentasi
1 Auguste Comte Nilam 284
2 Spencer Cristiana 366
3 Webber Anom 317
4 Herbert Mead Daniel 366
5 Paul Horton Abi 317
6 Peter Berger Joko 333
7 Pitirim Sorokin Tesalonika 317
8 Habermas Nawa 316
(Sumber: Data Primer, 2012)
5) Pelanjutan materi Sosialisasi
Pertemuan ke 4 dalam siklus 2 adalah pelanjutan Sosialisasi
sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian.
Waktu dalam pertemuan ini adalah 45 menit. Dalam kegiatan
pembelajaran, keaktifan siswa yang ditekankan adalah aktivitas visual
memperhatikan dan aktivitas mendengarkan. Selain itu siswa diharapkan
akan mencatat bagian penting materi yang disampaikan oleh guru yang
tidak ada di media atau buku mereka.
Guru memulai pelajaran dengan membuka salam didepan kelas.
Selanjutnya guru mengabsen siswa terlebih dahulu. Setelah itu guru
mencoba untuk menanyai siswa mengenai pelajaran sebelumnya sebagai
bentuk apersepsi.
Siswa menjawab pertanyaan guru dengan berani, karena memang
materi yang diajarkan pada hari ini merupakan materi lanjutan dari
pelajaran hari sebelumnya. Guru menunjuk beberapa siswa untuk
menyebutkan sosialisasi yang ada di sekolah. Siswa menjawab pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
guru, selanjutnya guru menanyai siswa yang lain. Guru menanyakan
kepada siswa mengenai peranan sekolah dan teman dekat sebagai agen
sosialisasi. Siswa menjawab dengan antusias.
Setelah itu guru tidak lupa memberitahukan tujuan dari kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan itu. Setelah menjabarkan
tujuan satu persatu, guru menjelaskan mengenai peta konsep akan materi
yang akan dibicarakan secara garis besarnya.
Guru menjelaskan konsep kepribadian dan budaya. Penjelasan ini
dimulai dengan menampilkan beberapa gambar mengenai orang-orang
dengan latar belakang budaya yang berbeda dan menggunakan pakaian
yang berbeda pula. Guru menekankan bagaimana seorang individu akan
begitu kuat terikat dengan budayanya.
Guru menghubungkan antara kepribadian dan kebudayaan.
Menjelaskan bagaimana kebudayaan dapat mempengaruhi kehidupan
seseorang. Lalu guru meminta siswa untuk memberikan contoh dari
budaya mereka sendiri. Guru bertanya jawab dengan siswa untuk
mengidentifikasi Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam
pembentukan kepribadian.
Siswa di X 9 kebetulan berasal dari berbagai budaya. Salah satunya
Dewa yang lahir di Bali. Mengemukakan berbagai unsur budaya yang
mempengaruhi kehidupan keluarganya meskipun keluarganya telah hidup
di Solo lama. Selain itu beberapa siswa juga memberikan pendapat dari
budaya mereka.
Guru memberikan balikan yanng positif mengenai pendapat siswa
yang memberikan contoh Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai,
norma dalam pembentukan kepribadian di lingkungan siswa.
Setelah penjabaran selesai, guru meminta siswa untuk
menyimpulkan hasil dari kegiatan belajar pada pertemuan ini. Guru
menampung jawaban dari siswa, lalu bersama dengan siswa guru
meyimpulkan hasil pembelajaran. Guru menuliskan poin-poin penting dari
konsep yang ada di papan tulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai post test.
Pertanyaan seputar serta dikalangan masyarakat.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk mempersiapkan diri di
pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya akan diadakan kegiatan
evaluasi siswa yang dilakukan dengan harapan siswa akan mendapatkan
nilai yang lebih baik.
Dalam pertemuan ini keaktifan siswa diamati secara keseluruhan.
Adapun rata-rata keaktifan belajar siswa dari berbagai aspek adalah
79,17%. Hasil observasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran
halaman 271. Secara singkat, keaktifan belajar siswa pada setiap aspek
dapat dilihat dalam tabelsebagai serikut:
Tabel 24. Keaktifan Belajar Siswa pada Pertemuan 4 Siklus 2.
No Indikator Prosentase 1 Visual 96,87 % 2 Lisan 71,87 % 3 Mendengarkan 90,62 % 4 Menulis 59,37 % 5 Mental 84,37 % 6 Emosional 75 %
Rata-rata 79,17% (Sumber: data primer, 2012)
Keaktifan siswa didalam kelompok juga diamati dalam kegiatan
ini. Secara terperinci keaktifan belajar siswa dalam aktivitas kelompok
dapat dilihat pada halaman.271. Data keaktifan belajar siswa berkelompok
dalam kegiatan presentasi didapat sebagai berikut:
Tabel 25. Keaktifan Siswa dalam Siklus 2 Pertemuan 4.
No Nama Kelompok Ketua kelompok Presentasi
1 Auguste Comte Nilam 284
2 Spencer Cristiana 366
3 Webber Anom 317
4 Herbert Mead Daniel 366
5 Paul Horton Abi 317
No Nama Kelompok Ketua kelompok Presentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
6 Peter Berger Joko 333
7 Pitirim Sorokin Tesalonika 317
8 Habermas Nawa 316
(Sumber: Data Primer, 2012)
6) Pelaksanaan evaluasi
Evaluasi dalam siklus ini dilaksanakan pada pertemuan ke 5.
Evaluasi dilaksanakan sebagai pengukur hasil belajar maupun keaktifan
belajar siswa, untuk itulah sangat penting dilakukan evaluasi. Selain itu
dari kegiatan evaluasi dapat diketahui perkembangan yang dicapai siswa
dalam satu kompetensi dasar. Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama 45
menit.
Guru membuka pelajaran dengan salam, lalu tidak lupa mengecek
kehadiran siswa di kelas. Siswa menyiapkan kertas jawaban dan alat tulis
secepatnya. Selanjutnya guru meminta siswa untuk memasukkan buku-
buku sosiologi dan hanya terdapat kertas jawaban, kertas soal dan alat tulis
di meja.
Kegiatan evaluasi dimulai ketika guru membagikan soal uji
kompetensi 4. Hasil evaluasi belajar secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran halaman 279. Adapun rentang nilai pada evaluasi ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 26. Rentang Nilai Siswa Siklus 2
Rentang Nilai Keterangan Jumlah Siswa Prosentase
96 – 100 Sangat baik
sekali 0 % 91- 95 Sangat baik 1 3,125 % 86 – 90 Baik 11 34, 375 % 81 – 85 Cukup Baik 6 18, 75 % 76 – 80 Cukup 14 43, 75 %
75- kebawah Kurang 0 0% Rata-rata siswa setelah siklus 2 didapatkkan 84,62.
7) Pengakuan tim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Pengakuan tim merupakan langkah terakhir dalam kegiatan
pembelajaran. Pengakuan tim dilaksanakan pada pertemuan ke 6 dengan
waktu 45 menit. Pengakuan tim dilakukan sebagai bentuk penghargaan tim
manakah yang paling aktif dan mendapatkan nilai tertinggi dalam kegiatan
kelompok.
Berdasarkan nilai diskusi kelompok asal, kegiatan presentasi, dan
ulangan harian juara tim pada siklus 2 adalah Herbert Mead. (untuk lebih
terperinci lihat halaman 287) Secara singkat nilai tim ditampilkan sebagai
sebagai berikut:
Tabel 27. Hasil nilai Tim pada Siklus 2
No Kelompok Ketua skor akhir
1 Herbert Mead Daniel 1851
2 Spencer Cristiana 1794
3 Webber Anom 1682
4 Paul Horton Abi 1587
5 Pitirim Sorokin Tesalonika 1587
6 Peter Berger Joko 1564
7 Auguste Comte Nilam 1486
8 Habermas Nawa 1340 (Sumber: Data Primer, 2012)
d. Analisis dan refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus kedua
peneliti dan guru melakukan analisis melalui refleksi dengan hasil sebagai
berikut :
1) Kelemahan siswa dalam siklus pertama sebagai berikut:
a) Siswa kurang sadar dalam upaya berdiskusi. Dalam kegiatan diskusi
yang ada, siswa tidak berupaya untuk mengangkat isu-isu apa yang
terkait namun hanya membaca materi dan mencatatnya saja.
b) Siswa tergesa-gesa dalam kegiatan diskusi sehingga materi yang
didiskusikan tidak terselesaikan semuanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
2) Kelemahan guru dalam siklus kedua sebagai berikut:
a) Sekali lagi guru terlalu luas membagi materi Jigsaw yang diberikan
kepada siswa, sehingga siswa harus cepat-cepat melaksanakan
diskusi kelompok ahli.
b) Alokasi waktu yang hanya 1 x 45 menit merupakan hambatan dalam
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II ini.
Berdasarkan observasi dan refleksi diatas yang peneliti lakukan
bersama dengan guru dan siswa, kekurangan atau ketidaksesuaian dalam
kegiatan pembelajaran disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut
antara lain sebagai berikut;
a) Waktu yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II tidak cukup hanya 1x 45 menit, sehingga dalam
pelaksanaannya siswa tergesa-gesa dalam kegiatan pembelajaran,
khususnya dalam kegiatan diskusi kelompok baik kelompok ahli
maupun kelompok asal.
b) Materi yang disajikan dalam pembahasan Jigsaw sebaiknya tidak terlalu
luas sehingga diskusi siswa dapat berjalan dengan santai. Materi yang
terlalu luas akan membutuhkan waktu yang banyak.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dan siklus
kedua dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II dapat peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata
pelajaran sosiologi.
Pada siklus pertama keaktifan belajar siswa meningkat meskipun
sedikit. Hal ini dilihat melalui tabel keaktifan belajar siswa, dimana setiap
indikator aktivitas belajar menunjukkan kenaikan meskipun sedikit. Keaktifan
pada siklus 1 ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 28. Aspek Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
No Pertemuan 1 2 3 4 5 6 Rata-rata
1 1 90,60 53,10 56,30 40,60 43,70 68,80 58,85
2 2 93,70 56,30 75,00 78,10 46,00 75,00 70,68 3 3 78,10 75,00 56,30 46,80 50,00 62,50 61,45 4 4 84,30 68,70 93,70 46,80 40,60 71,80 67,65
rata-rata 86,68 63,28 70,33 53,08 45,08 69,53 64,66 (Sumber: Data Primer PTK, 2011)
Sedangkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 8. Keaktifan Belajar Siswa Pasca Siklus 1
Hasil observasi siklus pertama yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
aktivitas yang terjadi belum menunjukan perbaikan yang signifikan. Hal ini
terlihat pada diagram hasil observasi keaktifan siswa didalam kelas maupun
dalam kelompok yang telah dianalisis dan ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 29. Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
No tindakan 1 2 3 4 5 6 Rata-rata
1 Pra
siklus 81,25 60,95 42,2 40,6 40,6 46,85 52,08 2 Siklus 1 86,68 63,28 70,33 53,08 45,08 69,53 64,66
Jumlah kenaikan 5,43 2,33 28,13 12,48 4,48 22,68 12,58
Gambar 9. Perbandingan Keaktifan Belajar Pra Siklus dan Siklus 1
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa keaktifan belajar siswa secara
keseluruhan dapat dikatakan meningkat. Peningkatan yang terlihat mencolok
dan sangat besar terdapat pada indikator kegiatan mendengarkan dan kegiatan
emosional yaitu peningkatan mencapai 28,13% dan 22,68%. Pada aspek
visual meningkat sebesar 5,43% dari 81,25 % setelah penerapan model
kooperatif Jigsaw II pada siklus 1 menjadi 86,68% sehingga aspek keaktifan
belajar secara visual dapat dikatakan sangat baik. Pada aspek lisan terjadi
peningkatan sebesar 2,33%, dari 60,95% menjadi 63,28% sehingga dapat
keaktifan belajar siswa pada aspek lisan termasuk kategori sedang.
Sedangkan pada aspek mendengarkan keaktifan belajar siswa meningkat
sebesar 28,13 % dari 42,2% sampai dengan 70,33% masuk pada kategori
keaktifan baik. Pada aspek menulis peningkatan keaktifan 12,48 % yaitu dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
40,6% sampai 53,08% sehingga keaktifan belajar termasuk kategori kurang.
Pada aspek mental, keaktifan belajar meningkat 4,48% dari 40,6% mencapai
45,08% sehingga keaktifan belajar pada aspek mental tergolong dalam
kategori kurangk. Namun pada aspek emosi keaktifan belajar siswa
meningkat 22,68% dari 46,85% ke 69,53% sehingga keaktifan belajar siswa
pada aspek ini masuk kategori sedang.
Dari berbagai peningkatan keaktifan tersebut, rata-rata keaktifan siswa
yang dicapai pada siklus 1 adalah 64,66 atau meningkat 12,58% sehingga
dapat dikatakan rata-rata keaktifan belajar dikelas meningkat dari kurang
menjadi sedang atau cukup. Peningkatan keaktifan belajar siswa ini apabila
dikaitkan dengan hipotesis penelitian masih belum mencukupi yaitu
peningkatan keaktifan belajar 64,01% kurang dari 80%, sehingga
disimpulkan keaktifan belajar siswa dalam siklus ini belum tercapai.
Selain dari segi keaktifan, peningkatan belajar ini juga berimplikasi
terhadap hasil belajar siswa. Adapun rata-rata nilai siswa pra penelitian,
siklus1 ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:
Hasil Evaluasi Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw II Siklus 1.
Gambar 10. Perbandingan Nilai Pra Penelitian dan Hasil Belajar Siklus 1
Rata-rata hasil belajar siswa pada pra penelitian adalah 82, 12.
Sedangkan dari hasil evaluasi siswa setelah siklus 1 dilaksanakan, rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
nilai siswa adalah 82,15. Nilai siswa meningkat 0,03% dari kegiatan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II. Meskipun
nilai tidak naik secara signifikan, namun nilai juga tidak mengalami
penurunan sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw II tidak membawa dampak negatif terhadap
hasil belajar siswa.
Hasil observasi pada siklus kedua dapat dilihat bahwa aktivitas yang
terjadi dalam kelas dalam pelajaran Sosiologi telah meningkat dengan
signifikan. Hal ini terlihat pada tabel dan diagram keaktifan siswa yang telah
dianalisis dan ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 30. Keaktifan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus 2.
No Pertemuan 1 2 3 4 5 6 Rata-
rata
1 1 78,12 68,75 71,87 78,12 90,62 78,12 77,60
2 2 86,21 89,65 79,31 89,65 93,10 79,31 86,21
3 3 78,12 84,37 93,75 65,62 84,37 81,25 81,25
4 4 96,87 71,87 90,62 59,37 84,37 75,00 79,17
rata-rata 84,83 78,66 83,89 73,19 88,12 78,42 81,06
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Tabel diatas selanjutnya dibandingkan dengan keaktifan siswa pra
penelitian dan siklus 1 ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 31. Perbandingankeaktifan Belajar Sisiwa pada Setiap Indikator Pra Siklus dengan Siklus 1 dan Siklus 2
No 1 2 3 4 5 6 Rata-rata
1 Pra siklus 81,25 60,95 42,2 40,6 40,6 46,85 52,08 2 Siklus 1 86,68 63,28 70,33 53,08 45,08 69,53 64,66 3 Siklus 2 84,83 78,66 83,89 73,19 88,12 78,42 81,06
Jumlah kenaikan 3,58 17,71 41,69 32,59 47,52 31,57 28,98 (Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Sedangkan dalam bagan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Gambar 11. Keaktifan Belajar Siswa dalam Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2.
Peningkatan keaktifan belajar siswa pada siklus kedua terlihat
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari data tabel dan bagan yang ditampilkan
diatas dimana rata-rata peningkatan keaktifan belajar sisiwa pada siklus ini
28,98%. Aspek visual meningkat 3,58% dari pra siklus yaitu 81,25% menjadi
84,83% sehingga dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar masuk dalam
kategori sangat baik. Pada aspek mendengarkan keaktifan belajar siswa
meningkat sebesar 17,71% dari pra siklus yaitu 60,95% menjadi 78,66%
sehingga keaktifan belajar siswa pada aspek ini dapat dikatakan baik.
Sedangkan dalam aspek keaktifan lisan keaktifan belajar siswa meningkat
dengan pesat sebesar 41,69% dari 42,2% menjadi 83,89% sehingga dapat
dikatakan keaktifan mendengar siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat
baik. Dalam aspek menulis jugamengalami peningkatan yang cukup besar
yaitu 32,59% dari 40,6 menjadi 73,19 sehingga keaktifan belajar siswa dapat
dikatakan baik. Dalam aspek mental keaktifan belajar siswa meningkat
47,52% atau meningkat dari pra siklus 40,6% menjadi 88,12% sehingga
keaktifan belajar siswa masuk pada kategori sangat baik. Pada aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
emosional keaktifan belajar siswa meningkat sebesar 31,57 dari pra siklus
46,85% menjadi 78,42 sehingga keaktifan belajar siswa pada aspek ini
tergolong baik. Dari berbagai aspek keaktifan belajar tersebut didapatkan
keaktifan rata-rata kelas siswa dalam kegiatan pembelajaran setelah siklus 2
adalah 81,06.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa keaktifan belajar siswa pada
siklus 2 keseluruhan meningkat. Peningkatan keaktifan belajar siswa pada
siklus ini telah meningkat dengan signifikan yaitu sebesar 81,06% atau
meningkat 28,98% dari 52,08%. Dengan keaktifan rata-rata 81,06% dapat
disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa termasuk kategori baik sekali.
Keaktifan belajar siswa ini apabila dikaitkan dengan hipotesis penelitian telah
mencukupi yaitu peningkatan keaktifan belajar lebih dari 80%, sehingga
dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Selain dari segi keaktifan, peningkatan belajar ini juga berimplikasi
terhadap hasil belajar siswa. Adapun rata-rata nilai siswa pra penelitian,
siklus1 dan siklus bagan sebagai berikut:
Gambar 11. Peningkatan Nilai Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil evaluasi siswa telah
meningkat dari siklus sebelumnya. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 2
adalah 84,62% atau meningkat 2,47% dari siklus pertama yaitu 82,15%.
Dengan demikian peningkatan keaktifan belajar pada siswa kelas X 9 juga
ikut dengan kenaikan hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Sedangkan pemenang tim dalam siklus kedua ini adalah tim. Adapun
hasil perolehan tim sebagai berikut:
Tabel 32. Pemenang Kompetisi pada Siklus 2
No Kelompok Ketua skor akhir
1 Herbert Mead Daniel 1851
2 Spencer Cristiana 1794
3 Webber Anom 1682
4 Paul Horton Abi 1587
5 Pitirim Sorokin Tesalonika 1587
6 Peter Berger Joko 1564
7 Auguste Comte Nilam 1486
8 Habermas Nawa 1340 Perbandingan antara penilaian pada siklus pertama dengan kedua
mengalami perubahan. Pada siklus pertama juara tim adalah tim Spencer,
sedangkan pada siklus kedua dimenangkan oleh tim Herbert Mead, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemenang tim dapat berubah sesuai dengan tingkat
keaktifan anggota kelompok dalam aktivitas di dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus 1 dan siklus 2,
dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan
keaktifan belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X 9 SMA Negeri 1
Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012. Hal ini dilihat dari keaktifan siswa yang
meningkat pra siklus 52,08% ke siklus 1 64,66 % sampai dengan 81,06% pada
siklus 2. Dikatakan berhasil karena keaktifan belajar siswa ≥ dari hipotesisi
kerja yaitu 80%.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa secara
keseluruhan meningkat. Pada aspek visual meningkat sebesar 5,43%, aspek
lisan meningkat sebesar 2,33%, aspek mendengarkan meningkat sebesar
28,13%, aspek menulis peningkatan keaktifan 12,48%, aspek mental
meningkat 4,48% dan pada aspek emosi keaktifan belajar siswa meningkat
sampai dengan 22,68%. Secara keseluruhan keaktifan belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II yang
mana keaktifan belajar siswa kelas X 9 SMA Negeri 1 Surakarta naik sebesar
12,58% sehingga dari 52,08% mencapai 64,66% sehingga keaktifan belajar
siswa masuk dalam kategori cukup baik atau sedang.
3. Pada siklus 2 penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
keaktifan belajar siswa meningkat secara signifikan. Keaktifan belajar siswa
pada aspek visual meningkat 3,58%, aspek lisan keaktifan belajar siswa
meningkat sebesar 41,69%, aspek mendengarkan meningkat 17,71%, aspek
menulis meningkat 32,59%, aspek mental meningkat 47,52% dan aspek
emosional meningkat sebesar 31,57%. Dari berbagai aspek keaktifan belajar
tersebut didapatkan keaktifan rata-rata kelas siswa dalam kegiatan
pembelajaran setelah siklus 2 adalah 81,06 % sehingga keaktifan belajar siswa
masuk dalam kategori baik sekali atau sangat baik.
160
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II selain dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa didalam kelas, juga membawa
peningkatan pada hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata
hasil belajar siswa pasca siklus 2 meningkat dari 82,15 menjadi 84,62.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan tersebut dapat diketahui
bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat mengingkatkan keaktifan
belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X 9 SMA Negeri 1 Surakarta
tahun pelajaran 2011/ 2012. Dengan demikian implikasi dari simpulan tersebut
sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian tersebut memaparkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan belajar
mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X 9 SMA Negeri 1 Surakarta. Hal
ini menunjukkan secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
salah satu acuan untuk memilih model pembelajaran dalam mata pelajaran
sosiologi guna meningkatkan keaktifan belajar siswa yang disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarana, serta karakteristik
siswa.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi para guru
dan calon guru untuk menentukan strategi dan model pembelajaran yang
variatif dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran, guru dapat memilih model pembelajaran
yang tepat, efektif, dan efisien sehingga dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran sosiologi.
C. SARAN
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dkeaktifan
belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi, maka dapat disampaikan saran-saran:
1. Bagi Kepala Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
a) Sekolah sebaiknya mendorong guru untuk melaksanakan PTK sesuai
dengan bidang studinya baik itu formal ataupun informal untuk
memperbaiki proses pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran akan
meningkat dan dapat meningkatkan kualitas sekolahan serta output
keluaran siswa.
b) Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam membimbing guru
sesuai dengan bidang studinya untuk melaksanakan pembelajaran dengan
berbagai model pembelajaran kooperatif, khususnya pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
berarti bagi siswa dan hasil belajar menjadi meningkat lebih baik.
2. Bagi Guru
Guru dalam mengajar hendaknya harus mengubah dari teacher center
ke student center. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II siswa
mempunyai peran aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran
hendaknya siswa diberi kesempatan untuk aktif dalam kegiatan belajar,
sehingga siswa akan mampu mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam
konsep yang dimilikinya. Guru dalam mengajar hendaknya berperan sebagai
fasilitator dan motivator yang mampu menyediakan pengalaman belajar yang
memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam melakukan proses belajar.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran,
selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha
belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2005. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standart Kompetensi Guru.Bandung:Remaja Rosdakarya
Abin Syamsuddin Makmun.2004. Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya
Agus Suprijono. 2009. COOPERATIVE LEARNING. Teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anita Lie. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor : Ghalia Indonesia.
CHAN Kam-wing. 2004. Using ‘Jigsaw II’ in Teacher Education Programmes. The Hong Kong Institute of Education Hong Kong Teachers’ Centre Journal Vol. 3. Hong Kong Teachers’ Centre.
Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
E. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Rosdakarya.
Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Erny Wijayanti. 2005. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dengan Dua Peubah. Semarang : UNNES
Farida Hanum. 2011. Konsep, Materi Dan Pembelajaran Sosiologi dalam Seminar Regional Pemebelajaran dan Pendidikan Karakter Mapel Sosiologi. Surakarta: FISIP Sosiologi.
Feri Gustin. 2009. Jurnal Wawasan Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 4 No.1 Januari 2009. Sumatera Barat: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hasbullah. 1999. Dasar Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
H.B. Sutopo. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
I G. A. K Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka
Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni dan Mohd. Arif. Hj. Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Jamal Ma’mur Asmani. 7 Tips Aplikasi PAKEM, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jogjakarta: Diva Press.
Jasa Ungguh Muliawan. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Gava Media
http://www.jigsaw.org/overview.htm diakses pada 1 Septemberr 2011
Kamanto Sunarto. 1998. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Martinis Yamin. 2008. Paradigma Pendidikan Kontrukstivistik Implementasi KTSP dan UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Gaung Persada
Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur Dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nawawi. 2010. Keaktifan Belajar Siswa. Diakses melalui http://nawawielfatru.blogspot.com/2010/07/keaktifan-belajar.html pada 14 Desember 2011
Nunuk Suryani. 2010. Majalah Ilmiah Pengetahuan Sosial Vol.10 No.1 Maret 2010. Surakarta: Jurusan pendidikan IPS FKIP UNS
Racmat Djatun Dkk. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Redja Mudyaharja. 2002. Pengantar Pendidikan., Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan Indonesia Pada Khususnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Richard M. Felder. 2010. Active Learning: An Introduction. Cary, North Carolina: Education Designs, Inc.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.
Silberman, Mel. 1996. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: pustaka insan madani.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Soedomo Hadi. 2003. Pendidikan Suatu Pengantar. Surakarta: UNS Press
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Umar Tirtarahardja, S.L La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta bersama DEPDIKNAS.
UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003.
UU Sisdiknas No. 2 tahun 1989
Yatim Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
LAMPIRAN 1.1 LEMBAR PENGAMATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
No Nama siswa Indikator keaktifan siswa Nilai rata-rata 1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
5
..
..
32
Jumlah
Prosentase
a. Indikator tindakan 1. Visual/ Memperhatikan/ Membaca 2. Mendengarkan 3. Berbicara/ Diskusi/ Menjawab Pertanyaan Guru 4. Mencatat Penjelasan Guru 5. Mental 6. Emosional
Surakarta, ........ 2011 Observer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
LAMPIRAN 1.2 PENGAMATAN PERILAKU SISWA
PRA PENELITIAN (Pertemuan 1)
No Nama Siswa Indikator Keaktifan Siswa Jumlah
Nilai Rata-Rata
1 2 3 4 5 6
1 Abi Dhabith P V V V 3 50 2 Achmad Afandi V V V V 4 66,6 3 Agita Zafi
Rahmasari V V V V 4 50
4 Alifa Nindita D V V 2 33,3 5 Annisa Yorinta
Sari V V V V 4 66,6
6 Aulia Syifa V V V 3 50 7 Bramantya Samuel
R V V V V 4 66,6
8 Christiana Catur R V V V V 4 66,6 9 Daniel Christianto
S V V V V V 5 83,3
11 Dewa Atu Putu N V V V 3 50 12 Dyan Adi Prakoso V V V 3 50 13 Hafidz Bahtiar P V V 2 33,3 14 Huda Diwang A V V 2 33,3 15 Joko Cahyo
Baskoro V V V V 4 66,6
16 Kezia Ardelia F V V V V 4 66,6 17 Kharisma Resti
K.D V V 2 33,3
18 Kidung Dalu Sriyoko
V V V 3 50
19 Maria Retno Savitri V V V 3 50 20 Mutia Ulinur V V V V 4 66,6 21 Nilam Ikasari V V V 3 50 22 Oktaverika A V V V 3 50 23 Putu Anom S V V V 3 50 24 Qonita Khoirun
Nisa V V V 3 50
25 Ratri Febriastuti V V V 3 50 26 Rhizqi Nuurannisa V V 2 33,3 27 Rm Nawa
Yamashita V V V 3 50
28 Senigi Oktario Putra
V V V 3 50
29 Seno Aji Haryanto V V V 3 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
30 Tesalonika Mardani
V V V 3 50
31 Utri Wichaksari V V V 3 50 32 Yonif Fafan Iriano V V V 3 50 Jumlah 28 20 13 13 11 14 99 Prosentase 87,5 62,5 40,6 40,6 34,3 43,7 51,6 51
Nomor Indikator 1. Visual/ Memperhatikan/ Membaca 2. Mendengarkan 3. Berbicara/ Diskusi/ Menjawab Pertanyaan Guru 4. Mencatat Penjelasan Guru 5. Mental 6. Emosional
Surakarta, 22 September 2011
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
LAMPIRAN 1.3 PENGAMATAN PERILAKU SISWA
PRA PENELITIAN (Pertemuan 2)
No Nama Siswa Indikator Keaktifan Siswa Jumlah
Nilai Rata-Rata
1 2 3 4 5 6
1 Abi Dhabith P V V V 3 50 2 Achmad Afandi V V V V 4 66,6 3 Agita Zafi
Rahmasari V V V V 4 50
4 Alifa Nindita D V V 2 33,3 5 Annisa Yorinta
Sari V V V V 4 66,6
6 Aulia Syifa V V V 3 50 7 Bramantya Samuel
R V V V V 4 66,6
8 Christiana Catur R V V V V 4 66,6 9 Daniel Christianto
S V V V V V 5 83,3
11 Dewa Atu Putu N V V V 3 50 12 Dyan Adi Prakoso V V V 3 50 13 Hafidz Bahtiar P V V 2 33,3 14 Huda Diwang A V V 2 33,3 15 Joko Cahyo
Baskoro V V V V 4 66,6
16 Kezia Ardelia F V V V V 4 66,6 17 Kharisma Resti
K.D V V 2 33,3
18 Kidung Dalu Sriyoko
V V V 3 50
19 Maria Retno Savitri V V V 3 50 20 Mutia Ulinur V V V V 4 66,6 21 Nilam Ikasari V V V 3 50 22 Oktaverika A V V V 3 50 23 Putu Anom S V V V 3 50 24 Qonita Khoirun
Nisa V V V 3 50
25 Ratri Febriastuti V V V 3 50 26 Rhizqi Nuurannisa V V 2 33,3 27 Rm Nawa
Yamashita V V V 3 50
28 Senigi Oktario Putra
V V V 3 50
29 Seno Aji Haryanto V V V 3 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
30 Tesalonika Mardani
V V V V 4 66,6
31 Utri Wichaksari V V V V 3 60,6 32 Yonif Fafan Iriano V V V 3 50 Jumlah 24 19 14 15 14 16 102 Prosentase 75 59,4 43,8 40,6 46,9 50 53,1 53
Nomor Indikator 1. Visual/ Memperhatikan/ Membaca 2. Mendengarkan 3. Berbicara/ Diskusi/ Menjawab Pertanyaan Guru 4. Mencatat Penjelasan Guru 5. Mental 6. Emosional
Surakarta, 24 September 2011
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
LAMPIRAN 1.4 HASIL OLAHAN DATA OBSERVASI AWAL
Keaktifan belajar siswa pra penelitian.
No pertemuan 1 2 3 4 5 6 Rata-rata
1 1 87,5 62,5 40,6 40,6 34,3 43,7 51,53 2 2 75 59,4 43,8 40,6 46,9 50 52,62
rata-rata 81,25 60,95 42,2 40,6 40,6 46,85 52,075 Tabel diatas diolah sebagai bagan sebagai berikut:
Keaktifan siswa pada pra penelitian digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
LAMPIRAN 1.5 FIELD NOTE PRA PENELITIAN
1. Observasi kelas hari pertama
Hari/ tanggal : Kamis, 22 September 2011 Waktu : 12.20 -13.10 Tempat : Kelas X9 SMA Negeri 1 Surakarta Deskripsi kegiatan belajar di kelas.
Guru mengajar sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat.
Pada waktu guru memberikan pelajaran melalui tahap pelaksanaan mengajar.
Setelah bel pelajaran berganti, guru segera masuk kedalam kelas. Pertama-tama
guru mengkondisikan kelas dan menguasai kelas terlebih dahulu. Selanjutnya
sebelum memulai pelajaran, guru mengamati keadaan kelas dan meminta siswa
untuk merapikan letak meja mereka serta membersihkan ruang elas. Bila ada
sampah-sampah kecil disekeliling meja mereka, harus dipungut dan dibuang
terlebih dahulu.
Guru menyampaikan materi dibantu dengan menggunakan media LCD
dan Proyektor, materi yang akan disampaikan mengenai lembaga keluarga. Cara
guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah dan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Selain memberikan materi yang ada dalam
buku, guru juga memberikan materi yang tidak ada dalam buku, yaitu
menggunakan referensi dari internet.
Guru menyampaikan materi secara urut, jelas dan menarik, sehingga
dapat dengan mudah diterima siswa. Guru meminta siswa memperhatikan dan
meminta siswa meninggalkan aktivitas lain yang mengganggu jalannya pelajaran.
Namun, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat setelah
materi ajar disampaikan. Guru senantiasa melibatkan peran serta siswa, misalnya
siswa diberi pertanyaan mengenai contoh-contoh kasus terkait dengan materi yang
diajarkan. Terkadang guru menunjuk beberapa orang siswa secara acak untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan guru agar semua siswa siap jika nantinya
diberi pertanyaan,
Setelah selesai menyampaikan materi, guru meminta respon kepada
siswa dengan cara bertanya pada siswa tentang kejelasan materi. Apabila siswa
masih belum jelas dan bertanya, maka guru menjelaskan kembali serta menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
pertanyaan siswa. Apabila siswa sudah mengerti dan tidak ada pertanyaan maka
guru melanjutkan materi. Di dalam setiap penyampaian materi guru selalu
mengiringi dengan humor, sehingga pembelajaran berjalan dengan enak, asyik
dan menyenangkan. Suasana kelas pun sangat mendukung. Ada beberapa siswa
yang aktif dalam proses pembelajaran, namun ada juga siswa yang menggangu
teman lain saat sedang konsentrasi pada kegiatan pembelajaran.
Sebelum pelajaran diakhiri, guru menyimpulkan materi yang
disampaikan, kemudian memberikan hasil evaluasi dari belajar siswa mengenai
materi yang telah disampaikan dengan memberikan penilaian berupa pertanyaan
kepada siswa. Setelah itu, guru mengakhiri pelajaran dengan memberi tugas dan
mengucapkan salam.
Sikap guru di kelas berpembawaan tenang, ramah, bersahabat namun
dengan tetap mempunyai wibawa yang tinggi di mata siswa-siswanya. Selain itu
dalam pembelajaran guru mampu berfungsi sebagai moderator, fasilitator serta
evaluator, ketiga hal tersebut harus menjadi dasar guru dalam bersikap di kelas.
Ketika menerangkan guru berada di depan kelas, atau sesekali menuliskan hal-hal
penting di papan tulis, bahkan kadang berjalan mengelilingi kelas (siswa), sembari
mengecek dan mendekati siswa-siswa yang mungkin kurang memperhatikan
pelajaran.
Sedangkan sikap siswa dalam kegiatan belajar cederung kurang aktif.
Aktivitas siswa yang terlihat hanya memperhatikan/ visual dan mnedengarkan.
Ada beberapa siswa yang menulis namun hanya satu dua siswa saja. Siswa tidak
banyak bertanya dan hanya menjawab pertanyaan guru saja.
Kegiatan pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Guru
melaksanakan model pembelajaran ceramah bervariasi sehingga menekankan
pada penyampaian materi kepada siswa saja, tanpa memikirkan dari segi
siswanya.
2. Observasi kelas hari kedua
Hari/ tanggal : Sabtu, 24 September 2011 Waktu : 09. 45 – 10. 30 Tempat : Kelas X9 SMA Negeri 1 Surakarta Deskripsi kegiatan belajar di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
Pada observasi ini peneliti duduk dibelakang dan hanya mengamati
kegiatan pembelajaran saja. Masuk kedalam kelas, seperti biasa guru
mengucapkan salam dan mempersiapkan kondisi sekeliling kelas. Guru menyuruh
siswa memungut sampah yang terlihat berserakan dilantai kelas.
Guru memulai pelajaran dengan menayangkan power poin terlebih dahulu.
Cara mengajar guru ceramah bervariasi yang cukup santai. Materi yang
disampaikan pada pertemuan ini adalah nilai sosial. Guru memulai penjelasan
dengan menanyakan nilai siswa dalam kegiatan pembelajaran kemaren bahwa
pada pertemuan sebelumnya telah dibahas mengenai lembaga keluarga. Lembaga
keluarga merupakan salah satu dari banyak lembaga yang memiliki fungsi penting
dalam kehidupan bermasyarakat. Lalu guru juga menyanyakan beberapa wajah
artis mana yang cantik mana yng tidak cantik. Siswa banyak yang tertarik dan ikut
mnejawab kegiatan pelajaran saat itu.
Selanjutnya guru menampilakn gambar-gambar yang memperlihatkan
perbedaan antara baik dan buruk. Dan guru menyanyakan kepada siswa:
Guru: gambar mana yang menurutmu baik?
Siswa: gambar yang pertama pak....
Guru: mengapa disebut baik?
Siswa menjawab bersamaan dengan tidak jelas. Lalu guru menyuruh salah satu
untuk mewakili menjawab pertanyaan tersebut. Salah satu siswa mnejawab
Siswa: bahwa hal itu dikatakan baik karena mengandung kebaikan pak. Karena
punya nilai tertentu.
Selanjutnya guru mulai menjelaskan kepada siswaapa yang disebut
dengan nilai sosial. Guru juga menjelaskan karakteristik nilai dan jenis-jenis nilai
kepada siswany6a. Lalu guru meberikan contoh nilai dalam kehidupan di sekolah.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk memberikan contoh nilai yang ada dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat mereka.
Namun karena kesantaian guru ini malah mnejadikan siswa tidak
mendengerkan malah berbicara dengan temannya sendiri. Ada beberapa siswa
yang benar-benar mendengarkan ada juga yang tidak peduli. Guru dengan segera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
menegur siswa yang tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Siswa
selanjutnya diberi beberapa pertanyaan sebagai wujud postes.
Pada pertemuan ini siswa cukup menyadari bahwa ada orang asing
didalam kelas, sehingga mereka merasa terganggu dan sering melihat kebelakang
kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
LAMPIRAN 1.6 PEDOMAN WAWANCARA
(Pra Penelitian)
Informan Tujuan Pelaksanaan Daftar pertanyaan Guru Untuk mengetahui
kondisi awal kegiatan belajar dari sudut pandang guru mata pelajaran sosiologi kelas X 9 sebelum dilakukan tindakan
(Pra Penelitian)
1. Biodata informan 2. Dikelas berapa saja anda
mengajar? 3. Berapa kali anda mngajar mata
pelajaran sosiologi dalam seminggu?
4. Dari kegitan pembelajaan yang anda lakukan masalah apa saja yang sering terjadi didalam kelas?
5. Bagaimanakah anda menyelesaikan masalah tersebut?
6. Bila terdapat masalah, menurut anda apa penyebab paling mendasar dari permasalahan tersebut?
7. Apakah anda pernah melaksanakan PTK?
8. Model serta media pembelajaran apa yang anda gunakan saat mengajar?
9. Apakah anda sudah maksimal dalam menggunakan media pembelajaran?
10. Apakah anda juga sudah maksimal dalam penerapan variasi model pembelajaran?
11. Adakah kendala atau kesulitan dalam penerapan model pembelajaran tersebut?
12. Menurut anda apa saja yang perlu ditingkatkan/ diperbaiki dari KBM yang anda lakukan?
13. Pernahkan anda mendengar pembelajaran kooperatif?
14. Apakah anda pernah menggunakan model pembelajaran ini?
15. Bagaimanakah tanggapan anda mengenai model pembelajaran kooperatif jigsaw II?
16. Pernahkah anda menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
model ini? Siswa Untuk mengetahui
tanggapan siswa mengenai model pembelajaran yang diterapkan guru selama ini di kelas X9 pada mata pelajaran sosiologi.
(Pra Penelitian)
1. Menurut anda bagaimanakah metode pembelajaran yang diterapkan didalam kelas selama ini?
2. Bagaimanakah model pembelajaran yang anda harapkan?
3. Bagaimana nilai anda pada mata pelajaran sosiologi saat ini?
4. Apakah anda sudah merasa aktif dikelas? alasannya?
5. Apakah selama ini anda termotivasi untuk belajar sosiologi?alasannya?
6. Bagaimanakah interaksi belajar mengajar yang terjadi dalam kelas antara guru- siswa dan siswa- siswa?
7. Apa guru selalu memotivasi siswa dalam proses pembelajaran sosiologi untuk selalu aktif didalam kelas?
8. Apa saran anda untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas pada mata pelajaran sosiologi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
LAMPIRAN 1.7
HASIL WAWANCARA (Pra Penelitian)
Informan Pertanyaan Jawaban Guru 22 September 2011. Pukul 13.20 WIB Tempat perpustakaan SMA Negeri 1 Surakarta.
1. Biodata informan saya baru 5 tahun mengajar mbak, menjadi guru disini dulu ikut CPNS. Dan beruntung saya ditempatkan disini. Rumah saya di mojosongo, depan SMA Negeri 6 Surakarta itu lho mbak.
2. Dikelas berapa saja anda mengajar?
Untuk tahun ini saya mengajar hanya beberapa kelas saja. Yaitu kelas X 9, X10 lalu kelas akselerasi. Hal ini karena guru sosiologi disini banyak mbak, dan lagi karena jam sosiologi banyak dipakai oleh guru untuk sertifikasi yang harus mengajar 24 jam dalam seminggu. Padahal dulu sebelum ada sertifikasi guru-guru banyak yang hanya mengajar kelas XI saja atau kelas XII saja. Dulu pas awal saya mengajar malah dijatah mengajar seluruh kelas X.
3. Berapa kali anda mngajar mata pelajaran sosiologi dalam seminggu?
Ya, seminggu setiap kelas 2 kali pertemuan mbak. Saya mengajar hari senin, kamis, jumat sama sabtu. Itupun paling sehari hanya mengajar 2 jam saja.
4. Dari kegitan pembelajaan yang anda lakukan masalah apa saja yang sering terjadi didalam kelas?
Kalo masalah sih tidak terlalu banyak mbak. Rata-rata siswa disini mudah nyantol dengan pelajaran yang diberikan. Terlebih pada kelas-kelas akselerasi, siswanya itu gampang nangkep materi pelajaran. Kalo kelas yang SBI sih ya biasa mbak. Namanya juga siswa pilihan. Tapi secara umum masalah yang terjadi dikelas banyak siswa yang mengantuk, tidak memperhatikan, berbicara dengan teman seperti itu. Tapi itukan hal yang biasa.
5. Bagaimanakah anda menyelesaikan masalah tersebut?
Biasanya siswa seperti itu saya tegur saja. Terkadang saya suruh keluar kelas daripada menggangu. Tapi kadang juga kasihan. Jadi saya hanya menegur, terkadang saya beri pertanyaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
6. Bila terdapat masalah, menurut anda apa penyebab paling mendasar dari permasalahan tersebut?
Ya begitulah mbak,siswa sering menyepelekan pelajaran sosiologi. Mungkin karena materinya monoton.
7. Apakah anda pernah melaksanakan PTK?
Wah.... belum pernah mbak. Tapi kalo menerapkan model-model pembelajaran saja pernah.
8. Model serta media pembelajaran apa yang anda gunakan saat mengajar?
Kalau pelajaran sinkron dengan model pembelajaran tertentu ya saya pakai model pembelajaran yang sesuai. Misalnya bermain peran, atau diskusi dan presentasi kelompok. Namun hal itu menghabiskan waktu dan kurang efisien. Jadi model pembelajaran yang saya terapkan ya ceramah bervarias. Saya menggunakan powerpoin dalam menjelaskan materi pelajaran kepada siswa agar tidak monoton. Ya kadang saya sisipi gambar dan bila memungkinkan juga video.
9. Apakah anda sudah maksimal dalam menggunakan media pembelajaran?
Media itu kan banyak. Kalau maksimal saya berusaha semaksimal mungkin. Selain power poin saya juga memanfaatkan LKS, serta buku pelajaran diktat sosiologi yang bilibgual. Setidaknya kan anak-anak harus mengetahui pelajaran sosiologi dengan bahasa Inggris.
10. Apakah anda juga sudah maksimal dalam penerapan variasi model pembelajaran?
Tergantung situasi dan kondisi mbak. Kalo waktunya ada ya dalam satu KD pasti paling tidak saya menerapkan model pembelajaran tertentu. Tapi kalo waktunya tidak ada saya tidak berani main-main dengan materi yang saya berikan. Salah-salah nanti tidak selesai. Wah... bisa kacau.
11. Adakah kendala atau kesulitan dalam penerapan model pembelajaran tersebut?
Kendalanya sih waktu ya mbak, juga media. Dan saya takutnya kalo memakai model pembelajaran terlalu sering, anak-anak nanti susah menangkap materi pelajaran, dan esensi dari belajar itu sendiri berubah mbak. Makanya saya tidak sering-sering melaksanakan pembelajaran dengan model tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
12. Menurut anda apa saja yang perlu ditingkatkan/ diperbaiki dari KBM yang anda lakukan?
Saya rasa sudah cukup bagus ya mbak, namun juga tidak menutup kemungkinan kalo pembelajaran yang saya lakukan itu sempurna.
13. Pernahkan anda mendengar pembelajaran kooperatif?
Pembelajaran berkelompok kan? Sya sudah pernah dengar, dan beberapa kali mencoba menerapkan model pembelajaran ini.
14. Bagaimanakah tanggapan anda mengenai model pembelajaran kooperatif jigsaw II?
Wah... kalo jigsaw II saya belum tahu. Tapi kalau jigsaw saja saya sudah pernah menerapkan. Ya cukup bagus untuk kegiatan belajar namun cukup repot dalam pelaksanaannya mbak. Kalo megang beberapa kelas akan cukup sulit bagi guru.
15. Pernahkah anda menggunakan model ini?
Belum pernah mbak, saya pernah melakukan jigsaw, tapi kurang berhasil dan tidak saya pakai. Kurang berhasil karena memang waktu itu saya memegang banyak kelas, dan saya agak malas melaksanakan prosedur yang terlalu rumit.
Siswa Nama : Cristiana Hari : Sabtu, 24 september 2012. Waktu: 13.20 Tempat: perpustakaan SMA Negeri 1 Surakarta.
1. Menurut anda bagaimanakah metode pembelajaran yang diterapkan didalam pelajaran sosiologi di kelas selama ini?
Wah... gimana ya mbak. Benernya sih jelas mbak, tapi kadang bosen juga powerpoin terus. Nek bisa ki ya yang variatif gitu lho mbak. Apa nonton film, apa diluar kelas gitu mbak. Pokoknya bosen mbak. Udah pelajaran lain susah, sosiologi gak seru,
2. Bagaimanakah model pembelajaran yang anda harapkan?
Ya yang seru mbak. Yang menantang. Kalo bisa studi keluar, ke masyarakat atau kemana gitu. Kan kajian sosiologi mempelajari tentang masyarakat. Kan bisa praktik gimana gitu lho mbak.
3. Bagaimana nilai anda pada mata pelajaran sosiologi saat ini?
Nilai sih pas-pasan mbak. Hehe... seringkali pas ulangan itu ulangan semua mbak. Ngepasi sama pelajaran itung-itungan yang lebih sulit. Mau gak mau kan yo belajar untuk pelajaran lain dulu.
4. Apakah anda sudah merasa aktif dikelas? alasannya?
Ya paling mendengarkan penjelasan guru mbak. Kan paling-paling guru Cuma pake powerpoin mbak. Nyatet g pernah mbak, habis gak ada tugas nyatet. Paling nanti ngeprin power poin guru buat belajar. Tapi kalo ngerjain tugas tetep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
selalu lho mbak.
5. Apakah selama ini anda termotivasi untuk belajar sosiologi?alasannya?
Biasa aja mbak. Apa ya motivasinya, gak ada tuh mbak.
6. Apa guru selalu memotivasi siswa dalam proses pembelajaran sosiologi untuk selalu aktif didalam kelas?
Ya kalo menyuruh aktif tidak mbak, paling guru menyuruh mendengarkan ato memperhatikan aja mbak.
7. Apa saran anda untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas pada mata pelajaran sosiologi?
Apa ya mbak, kalo bisa itu pelajaran dibuat yang menarik, ada game-game permainan gitu lho mbak, biar gak monoton. Kan kasian kalo murid belajar yang berat-berat terus materinya. Pas pelajaran sosiologi ya kalo bisa agak refresing gitu.
8. Bagaimanakah saran anda untuk guru?
Pelajaran sosiologi itu yang nyenengin kalo bisa. Biar anak-anak pada seneng gitu lho mbak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
LAMPIRAN 1.8 NILAI ULANGAN SISWA PRA PENELITIAN
no Nama Ulangan pra siklus
1 Abi Dhabith Praptanda 80 2 Achmad Afandi 89 3 Agita Zafi Rahmasari 85 4 Alifa Nindita Diwasari 78 5 Annisa Yorinta Sari 85 6 Aulia Syifa 77 7 Bramantya Samuel Rizki Argiyan 84 8 Christiana Catur Retnowati 84 9 Daniel Christianto Setyo P 90 10 Dewa Atu Putu Nadya Hareswari 80 11 Dyan Adi Prakoso 92 12 Hafidz Bahtiar Priyono 77 13 Huda Diwang Aryoseto 84 14 Joko Cahyo Baskoro 89 15 Kezia Ardelia Fidiasari 90 16 Kharisma Resti Kurnia Diah S 90 17 Kidung Dalu Sriyoko 80 18 Maria Retno Savitri 77 19 Mutia Ulinur 81 20 Nilam Ikasari 80 21 Oktaverika Asrowifah 78 22 Putu Anom Suryawan 77 23 Qonita Khoirun Nisa 84 24 Ratri Febriastuti 89 25 Rhizqi Nuurannisa 77 26 Rm Nawa Yamashita Jaya Muliawan 77 27 Senigi Oktario Putra 79 28 Seno Aji Haryanto 78 29 Tesalonika Mardani 83 30 Utri Wichaksari 80 31 Yonif Fafan Iriano 77 32 Zafirah Rizka 77
Nilai rata-rata kelas 82,125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
LAMPIRAN 1.9 PEMBAGIAN KELOMPOK JIGSAW
NO NAMA KETUA ANGGOTA 1 COMTE NILAM 1. MUTIA ULINUR
2. RHIZQI NUUR
3. ALIFA
4. NINDITA
2 SPENCER CHRISTIANA 1. KHARISMA RESTI
2. DEWA AYU
3. ANISSA YORINTA
3 WEBBER ANOM 1. ACHMAD AFANDI
2. KEZIA ORDELIA
3. AGITA ZAFI
4 MEAD DANIEL 1. RATRI F
2. OKTAVERIKA
3. UTRI WICAKSARI
5 HORTON ABI 1. SENO AJI
2. HAFIDZ BP
3. DYAN ADI
6 BERGER JOKO 1. KIDUNG DS
2. HUDA DIWANG
3. YONIF FAFAN
7 SOROKIN TESALONIKA 1. ZAFIRA RIZKA
2. QONITA K
3. AULIA SYIFA
8 HABERMAS NAWA 1. MARIA RETNO
2. SENIGI
3. BRAMANTYA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
LAMPIRAN 1.10
LEMBAR LAPORAN KELOMPOK ASAL Lembar Laporan Kelompok Kooperatif Kelompok : No Nama Hasil Diskusi Kelompok Ahli 1
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
3
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
LAMPIRAN 1.11
JADWAL PELAJARAN KELAS X9 SMA NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012 Jam ke- Senin Selasa Rabu
1. 06.30 s.d. 07.15 2. 07.15 s.d. 08.00 3. 08.00 s.d. 08.45 4. 08.45 s.d. 09.30 09.30 s.d. .09.45 5. 09.45 s.d. 10.30 6. 10.30 s.d. 11.15 7. 11.15 s.d. 12.00 12.00 s.d. 12.30 8. 12.30 s.d. 13.15
Upacara/ Kerohanian Matematika Matematika
Fisika Istirahat Fisika
Kesenian Kesenian Istirahat Ekonomi
PKn Matematika P. Agama
Bahasa Jawa Istirahat Biologi Biologi Sejarah Istirahat
BK
Olah Raga Olah Raga Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia Istirahat Bahasa Indonesia Agama Kimia Kimia
Jam ke- Kamis Jumat Sabtu 1. 06.30 s.d. 07.15 2. 07.15 s.d. 08.00 3. 08.00 s.d. 08.45 4. 08.45 s.d. 09.30 09.30 s.d. .09.45 5. 09.45 s.d. 10.30 6. 10.30 s.d. 11.15 7. 11.15 s.d. 12.00 12.00 s.d. 12.30 8. 12.30 s.d. 13.15
Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia Matematika Matematika Istirahat Bahasa Jawa TIK TIK Biologi Sosiologi
Olahraga Fisika Kimia Ekonomi Istirahat Ekonomi Bahasa jerman
Bahasa Inggris Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Istirahat Bahasa Indonesia Sosiologi Sejarah Istirahat Geografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
LAMPIRAN 1.12 JADWAL PELAJARAN
SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUB PEKLAJARAN 2011/ 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
LAMPIRAN 1.13 DOKUMENTASI GAMBAR
PRA PENELITIAN
Interaksi guru dan siswa dalam pra penelitian. Guru menjelaskan kepada siswa materi pelajaran. Interaksi yang tercipta hanya searah oleh guru. Siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa memperhatikan guru dengan sungguh-sungguh, aktivitas siswa yang terlihat dalam pra penelitian hanyalah aktivitas visual dan mendengarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
LAMPIRAN 2.1 SILABUS
Nama Sekolah : SMAN 1 Surakarta Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas/Program : X / RSBI Semester : 1 (satu) Tahun Pelajaran : 2011/2012 Standar Kompetensi : 1. Memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
KOMPETENSI DASAR
MATERI POKOK/PEMBELAJA
RAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN
WAKTU
SUMBER BELAJAR
1.1 Mendiskripsikan proses interaksi social sebagai dasar pengembangan pola keteraturan dan dinamika kehidupa
▪ Interaksi sosial dan dinamika sosial
TATAP MUKA : ▪ Secara individu menggali informasi dari berbagai reverensi perpustakaan tentang interaksi sosial dan dinamika social ▪ Menyimpulkan temuan pustaka tentang interaksi sosial dan dinamika sosial ▪ Secara kelompok mendiskusikan kartu kasus yang sudah disiapkan guru ▪ Secara klasikal merumuskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi social mnrt soerjono soekanto. ▪ Secara klasikal siswa dpt menganalisis faktor2 perubahan dinamika kebudayaan. ▪ secara individu memahami teori-teori perubahan
▪ Mendefinisikan interaksi sosial dan dinamika sosial ▪ Menjelaskan faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial
Penilaian akhir tes tertulis dengan bentuk uraian. Ulangan Semester 1.
12 x 45’
Utama : Sosiologi X, BSE, PT. Intan Pariwara. Sosiologi Jilid I,II, Paul B. Horton Pendukung : www.scribd.com/../interaksi sosial sg.answer.yahoo.com/question/indek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
n sosial dinamika social budaya. ▪Secara individu mengungkapkan pengalaman berinteraksi social dalam masyarakat ▪ Secara individu menerapkan pola-pola interaksi untuk terbentuk keteraturan social. Diharapkan siswa dapat berperilaku baik sesuai dengan kelompoknya. PENUGASAN TERSTRUKTUR : Mengerjakan LKS Uji Kompetensi 3.
dan dinamika sosial ▪ Menghubungkan antara interaksi social dan keteraturan sosial
www.crayonpedia.org/mw/bentuk-bentuk interaksi sosial · Buku – buku dari
penerbit lain yang dipunyai siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
LAMPIRAN 2.2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3
(RPP.3)
A. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Surakarta 2. Kelas : X 3. Semester : 1 4. Program : RSBI 5. Mata Pelajaran : Sosiologi 6. Jumlah Pertemuan : 10 kali Pertemuan
B. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. C. KOMPETENSI DASAR :
Mendiskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola keteraturan dan dinamika kehidupan social
D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :
1. Mendefinisikan interaksi sosial dan tindakan sosial 2. Menjelaskan mengenai pengertian interaksi sosial dan dinamika social 3. Mempelajari proses terjadinya interaksi social
4. Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial dan dinamika social
5. Menjelaskan hubungan bentuk interaksi sosial dengan keteraturan sosial
E. TUJUAN PEMBELAJARAN : Siswa dapat menjelaskan tentang : • Definisi interaksi sosial dan tindakan sosial. • Pengertian interaksi sosial dan dinamika sosial. • Proses terjadinya interaksi social • Faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial dan dinamika sosial. • Hubungan antara bentuk-bentuk interaksi sosial dan keteraturan sosial.
F. MATERI PEMBELAJARAN :
a. Pengertian tindakan sosial b. Pengertian interaksi social c. Ciri-ciri interaksi sosial d. Proses terjadinya interaksi social e. Syarat terjadinya interaksi social f. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial :
1. Imitasi, 2. Sugesti, 3. Identifikasi, 4. Simpati, 5. Motivasi, 6. Empati.
g. Bentuk-bentuk interaksi sosial :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
1. Proses social yang asosiatif a. Kerjasama b. Akomodasi c. Asimilasi d. Akulturasi
2. Proses social yang dis-asosiatif a. Persaingan/ Kompetisi b. Kontravensi c. Pertentangan/ Pertikaian/ Konflik
h. Pengertian keteraturan sosial i. Hubungan bentuk-bentuk interaksi social dengan keteraturan sosial
G. ALOKASI WAKTU : 5 X 2 X 45’ ( 10 X Pertemuan)
H. METODE PEMBELAJARAN :
1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab 4. Evaluasi./ Test.
I. SUBER BELAJAR :
1. Materi Utama : - Buku Sosiologi X, BSE, PT. Intan Pariwara - Buku LKS 2, Materi Penunjang : - Powerpoint ringkasan materi - Alamat : www.scribd.com/../interaksi sosial - Alamat : sg.answer.yahoo.com/question/indek - Alamat : www.crayonpedia.org/mw/bentuk-bentuk interaksi sosial
J. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN :
1. Papan tulis, spidol, penggaris dan penghapus. 2. LKS (Lembar Kegiatan Siswa)
3. Paparan dengan Power Point.
K. KEGIATAN PEMBELAJARAN :
1. Pertemuan Pertama
No Kegiatan Belajar Waktu Life Skill/Karakter
1 Kegiatan Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
a. Motivasi : Pertama caranya 4 siswa disuruh maju di depan kelas, kemudian disuruh memperagakan aksi/ tindakan secara individu yang mempengaruhi orang lain (contoh:berhias di depan orang, menyanyi di depan peserta dll). Kedua ke 4 siswa tersebut disuruh memperagakan suatu tindakan yang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan komunikasi (contoh:proses jual beli di pasar, rapat RT dll). Kemudian dijelaskan maksudnya.
5’
Refleksi
b. Apersepsi : Apakah semua tindakan itu bisa disebut sebagai tindakan sosial? (disini siswa dapat menjawab menurut pendapat mereka sendiri, yang selanjutnya akan dijelaskan pada kegiatan inti oleh guru)
Empati
2 Kegiatan Inti a. Pertama eksplorasi tentang
Tindakan Sosial dan jenis-jenis tindakan sosial sebagai syarat terbentuknya Interaksi Sosial.
(Explorasi)
10’
b. Kemudian konfirmasi tentang pengertian Interaksi sosial, jenis-jenis interaksi sosial dan ciri-ciri interaksi sosial.
10’ Berani
c. Serta diskusi mengenai proses terjadinya interaksi sosial dan syarat terbentuknya Interaksi Sosial. (Ekplorasi/Elaborasi)
15’
3 Kegiatan Penutup a. Siswa bisa menyimpulkan
bedanya tindakan sosial dengan interaksi sosial serta jenis dan
5’
Menyimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
ciri-ciri dari interaksi sosial sekaligus proses terjadinya interaksi sosial.
b. Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
c. Siswa menjawab salam penutup dari guru
Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) merangkum kesimpulan materi yang sudah dipelajari, yang harus dikerjakan yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
2. Pertemuan Kedua
No Kegiatan Belajar Waktu Life Skill/Karakter
1 Kegiatan Awal a. Motivasi : Menjelaskan bahwa
ternyata banyak faktor yang mempengaruhi interaksi social dalam kehidupan kita sehari-hari. Misal: sekelompok orang berkumpul bersendau gurau dengan menggunakan pakaian punk rock, itu karena proses imitasi ataupun identifikasi karena kelompok idola mereka juga seperti itu.
5’
Refleksi
b. Apersepsi : Tanyakan pada siswa apakah ada factor yang lain dalam kehidupan kita sehari-hari? Ada, maka hal itu dijelaskan melalui diskusi kelas pada kegiatan inti.
Empati
2 Kegiatan Inti a. Elaborasi tentang faktor-faktor 10’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
yang mendorong terjadinya interaksi sosial . (Explorasi)
b. Kelas dibagi dalam 6 kelompok
untuk berdiskusi. Dengan tema: Imitasi, Sugesti, Identifikasi, Simpati, Motivasi dan Empati.
10’ Berani
b. Dalam 1 pertemuan diharapkan semua kelompok dapat kesempatan presentasi dan melakukan tanya jawab. (Ekplorasi/Elaborasi)
15’
3 Kegiatan Penutup a. Siswa secara acak disuruh
menyebutkan faktor-faktor yang mendorong interaksi sosial. (Kesimpulan)
5’
Menyimpulkan
b. Siswa menerima informasi tentang tugas (KMTT) yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
c. Siswa menjawab salam penutup dari guru
Siswa menerima informasi tentang tugas (KMTT) Membuat rangkuman hasil dari diskusi kelas. 3. Pertemuan Ketiga :
No Kegiatan Belajar Waktu Life Skill/Karakter
1 Kegiatan Awal
a. Motivasi : Peragakan 2 siswa untuk adegan meniru atau mengikuti perilaku bekerjasama dengan orang lain. Peragakan 2 siswa
5’
Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
melakukan kecenderungan seseorang untuk bersaing atau bertikai dengan
orang lain. Peragaan ketiga seorang siswa mencoba membantu dua orang yang melakukakan perselisihan. Selajutnya dijelaskan maksudnya.
b. Apersepsi : Apa saja yang kamu
ketahui tentang bentuk-bentuk Assosiatif dan Dissosiatif.
Empati
2 Kegiatan Inti
a. Eksplorasi tentang bentuk-bentuk interaksi sosial dan keteraturan sosial(Explorasi)
10’
b. Elaborasi tentang bentuk-bentuk Assosiatif dan Dissosiatif.
10’ Berani
b. Konfirmasi mengenai berbagai faktor yang melatar belakangi atau mempengaruhi terjadinya interaksi sosial.(Ekplorasi/Elaborasi)
15’
3 Kegiatan Penutup a. Diharapkan siswa bisa ber-empati
berbagai faktor yang melatar belakangi atau mempengaruhi terjadinya interaksi sosial.
5’
Menyimpulkan
a. Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
c. Siswa menjawab salam penutup dari guru
Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) Mengerjakan Uji Kompetensi 3.
4. Pertemuan Keempat : Ulangan Harian. Alokasi Waktu : 45 menit. Soal : Uraian
L. ALAT EVALUASI : a. Tugas Terstruktur(PT) :
1. Jenis Test : a. Lisan secara individual random b. Test tertulis secara klasikal.
2. Soal Tes Uraian :
1. Jelaskan pengertian tindakan sosial! 2. Sebutkan ciri-ciri dari interaksi sosial! 3. Sebut dan jelaskan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial! 4. Jelaskan pengertian interaksi sosial!
3. Soal Tes Uraian : 1. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi
sosial! 2. Jelaskan proses dan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial! 3. Apa saja ciri-ciri dari interaksi sosial itu? 4. Sebutkan tingkatan- tingkatan Kontravensi! 5. Apa yang dimaksud dengan Asimilasi? 6. Sebutkan jenis-jenis tindakan sosial menurut Max Weber! 7. Jelaskan proses-proses social yang bersifat Asosiatif! 8. Jelaskan mengenai Pertikaian/Pertentangan atau Konflik!
b.Tugas Tak Terstruktur(KMTT) :
1. Buatlah laporan kelompok mengenai factor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi social! (kelas dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing membahas: Imitasi, Sugesti, Identifikasi, Simpati, Motivasi dan Empati)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
2. Buatlah ringkasan materi dengan menggunakan media Powerpoint. Dibagi dalam 6 kelompok.
Berikut ini format penilaian diskusi kelompok pada pertemuan Kedua.
Keterangan: nilai maksimal 20 setiap aspeknya. LEMBAR OBSERVASI DISKUSI KELOMPOK
No Nama Siswa Aspek yang Dinilai
Skor/ Jumlah 1 2 3 4 5 6
Aspek yang dinilai:
1. Kemampuan menyampaikan pendapat. 2. Kemampuan memberikan argumentasi. 3. Kemampuan memberikan kritik. 4. Kemampuan mengajukan pertanyaan. 5. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik. 6. Kelancaran berbicara.
Penskoran: Jumlah skor: A. Tidak Baik Skor 1 24—30 = Sangat Baik B. Kurang Baik Skor 2 18—23 = Baik
No. Nama
ASPEK PENILAIAN Total nilai
Presentasi Sikap Keaktifan Wawasan Kemampuan mengemukakan
pendapat
Kerja sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
C. Cukup Baik Skor 3 12—17 = Cukup D. Baik Skor 4 6—11 = Kurang E. Sangat Baik Skor 5
FORMAT PENILAIAN PROSES DISKUSI
No Nama Siswa Kriteria Penilaian Jumlah
Skor 1 2 3 4 5 1
2
dst
Keterangan: Rentang skor : 1—3
a. Aktivitas dalam kelompok 2—15 = Sangat baik
b. Tanggung jawab individu 9—11 = Baik
c. Pemikiran 6—8 = Cukup
d. Keberanian berpendapat 3—5 = Kurang
e. Keberanian tampil
Penilaian (RPP.5) Kunci Jawaban Tes Uraian :
1. Tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu – individu lainnya dalam masyarakat.
2. Ciri-ciri Interaksi Sosial:
a. Jumlah pelaku lebih dari satu orang b. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
c. Ada dimensi waktu untuk menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung
d. Adanya tujuan-tujuan tertentu dari para pelaku.
3. Syarat-syarat yang mendorong terjadinya proses interaksi sosial terbentuk oleh faktor berikut ini : 1. Tindakan Sosial 2. Kontak Sosial 3. Komunikasi Sosial
4. Interaksi Sosial adalah hubungan-hubungan dinamis yang menyangkut
hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok, entah berbentuk kerjasama, persaingan maupun pertikaian.
Penilaian (RPP 7)
Kunci Jawaban Tes Uraian : 1. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya Interaksi Sosial .
a. Imitasi Imitasi adalah pembentukan nilai melalui dengan meniru cara- cara orang lain. Contoh : Seorang anak sering kali meniru kebiasan – kebiasan orang tuanya .
b. Identifikasi Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya . Contoh : Seorang anak laki – laki yang begitu dekat dan akrab dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayah nya .
c. Sugesti Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok . Kelompok kepada kelompok kepada seorang individu . Contoh : Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat “ Kenalan Remaja “ . Tanpa memikirkan akibatnya kelak .
d. Motivasi Motivasi juga diberikan dari seorang individu kepada kelompok.Contoh : Pemberian tugas dari seorang guru kepada muridnya merupakan salah satu bentuk motivasi supaya mereka mau belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung jawab .
e. Simpati Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang / kelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat –saat khusus. Misalnya apabila perasaan simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap seorang gadis / sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih / kasih saying.
f. Empati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
Empati itu dibarengi perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Contoh jika kita melihat orang celaka sampai luka berat dan orang itu kerabat kita, maka perasaan empati menempatkan kita seolah-olah ikut celaka.
2. Syarat-syarat yang mendorong terjadinya proses interaksi sosial terbentuk oleh faktor berikut ini :
a.Tindakan Sosial b.Kontak Sosial c.Komunikasi Sosial
3. Ciri-ciri Interaksi Sosial :
a. Jumlah pelaku lebih dari satu orang b. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol c. Ada dimensi waktu untuk menentukan sifat aksi yang sedang
berlangsung d. Adanya tujuan-tujuan tertentu dari para pelaku.
4. Ada lima tingkatan bentuk kontravensi, yaitu : 1. Kontravensi yang bersifat Umum 2. Kontravensi yang bersifat sederhana 3. Kontravensi yang bersifat intensif 4. Kontravensi yang bersifat rahasia 5. Kontravensi yang bersifat taktis
5. Asimilasi adalah suatu penyesuaian atau penyelarasan proses sosial dalm taraf
lanjutan yang ditandai dengan adanya usaha – usaha yang dilakukan untuk mengurangi perbedaaan yang terdapat pada orang perorangan atau kelompok.
6. Tindakan sosial menurut Max Weber dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1. Tindakan Rasional Instrumental : Tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan . Contoh : Bekerja Keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup .
2. Tindakan Rasional Berorientasi nilai : Tindakan – Tindakan yang berkaitan dengan nilai – nilai dasar dalam masyarakat . Contoh : Tindakan –Tindakan yang bersifat Religio – magis .
3. Tindakan Tradisional ; Tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan Rasional . Contoh : Berbagai macam upacara \ tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur .
4. Tindakan Afektif : Tindakan – tindakan yang dilakukan oleh seorang \ kelompok orang berdasarkan perasaan \ emosi .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
7. Proses asosiatif adalah proses yang merupakan penggabungan antara dua objek atauyang mengarah pada kesatuan.
8. Konflik/ Pertentangan/ Pertikaian yaitu suatu proses social dimana orang
perorang atau kelompok berusaha mencapai tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disetai ancaman atau kekerasan.
Prosedur Remidi : Bagi siswa yang belum memperoleh nilai ≥75 harus
mengikuti remedial. Soal Remidi :
1. Jelaskan tentang tindakan rasional instrumental! 2. Syarat apa sajakah yang harus dipenuhi agar interaksi sosial dapat terjadi! 3. Bagaimanakah kontak primer dapat terjadi? 4. Dalam kondisi seperti apakah sugesti mudah terjadi? 5. Jelaskan tentang proses terjadinya identifikasi!
Kunci Jawaban Remidi : 1. Tindakan Rasional Instrumental : Tindakan yang dilakukan dengan
memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan . Contoh : Bekerja Keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup .
2. Syarat-syarat yang mendorong terjadinya proses interaksi sosial terbentuk oleh
faktor berikut ini : a. Tindakan Sosial b. Kontak Sosial c. Komunikasi Sosial
3. Kontak Primer/ Langsung : Pihak komunikator menyampaikan pesannya secara
langsung kepada pihak komunikan . 4. Pikiran kosong, kalut, stress, banyak pikiran, bimbang, dll. 5. Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang
ditirunya . Contoh : Seorang anak laki – laki yang begitu dekat dan akrab dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayah nya .
Prosedur Pengayaan : Bagi siswa yang sudah memperoleh nilai ≥75 harus
mengikuti pengayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
Pengayaan : Siswa yang tidak remidi diwajibkan mengikuti pengayaan dengan cara mencari bahan atau literature yang ada di internet, kemudian didiskusikan dengan temannya, kalau ada pertanyaan ditanyakan pada gurunya. Berikut ini adalah contoh alamat website yang dapat dicari.
Alamat : www.scribd.com/../interaksi sosial Alamat : www.crayonpedia.org/mw/bentuk-bentuk interaksi sosial
Alamat : sg.answer.yahoo.com/question/indek
Surakarta, 25 Juni 2011
Validasi
WK Kurikulum
Drs. Suryadi, MPd NIP. 19540412 198003 1 019
Guru Mapel Sosiologi
Agustaf Didit Maryos, S.Sos NIP. 19740814 200604 1 004
Mengetahui, Kepala Sekolah SMAN 1 Surakarta
Drs . HM. Thoyibun, S.H.,M.M NIP 19580204 198603 1 1017
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
LAMPIRAN 2.3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Siklus 1)
Nama sekolah : SMA Negeri 1 Surakarta Mata Pelajaran : Sosiologi Materi Pokok : Interaksi Sosial dalam Dinamika
Sosial Budaya Kelas/ Semester : X/9
Standar Kompetensi : Memahami perilaku keteraturan hidup sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola keteraturan dan dinamika kehidupan sosial.
Indikator : 1. Menjelaskan proses terjadinya interaksi sosial.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial
3. Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi yang mendorong terciptanya lembaga, kelompok, dan organisasi sosial
4. Mendeskripsikan proses pembentukan lembaga, kelompok, dan organisasi sosial.
5. Mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan dan dinamika sosial budaya
Pertemuan ke : 1-6 Alokasi waktu : 6 x 45 Menit A. Tujuan pembelajaran
Setelah proses pembelajaran siswa diharapkan mampu : a. Menyebutkan pengertian interaksi sosial. b. Menjelaskan roses terjadinya interaksi sosial. c. Menyebutkan faktor pendorong terjadinya interaksi sosial. d. Menjelaskan faktor pendorong terjadinya interaksi sosial. e. Menjelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial. f. Menjelaskan proses pembentukan lembaga sosial, kelompok dan
organisasi sosial. g. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan dan dinamika
sosial budaya. B. Materi Pembelajaran
1. Tindakan Sosial
Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
a) Tindakan Rasional Instrumental : Tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan. Contoh : Bekerja Keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup .
b) Tindakan Rasional Berorientasi nilai : Tindakan – Tindakan yang berkaitan dengan nilai – nilai dasar dalam masyarakat. Contoh : Tindakan –Tindakan yang bersifat Religio – magis .
c) Tindakan Tradisional ; Tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan Rasional. Contoh : Berbagai macam upacara tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur .
d) Tindakan Afektif : Tindakan – Tindakan yang dilakukan oleh seorang kelompok orang berdasarkan perasaan emosi 2. Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Syarat terjadinya interaksi adalah : a) Adanya kontak sosial b) Komunikasi
3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial a) Proses-proses yang Asosiatif 1. Kerja Sama (Cooperation) Ada 5 bentuk kerjasama :
a. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong b. Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-
barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih c. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
d. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
e. Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.
f. Akomodasi (Accomodation)Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujukk pada suatu keadaan dan yntuk menujuk pada suatu proses.
2. Asimilasi (Assimilation) Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. 2. Proses Disosiatif a) Persaingan (Competition), Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai
suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
b) Kontraversi (Contravetion) , Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
C. Metode pembelajaran 1. Koopetaif Jigsaw II 2. Eksplorasi
D. Alat /media pembelajran 1. LCD 2. White Board 3. Spidol 4. Laptop/camputer 5. Instrumen pembelajaran meliputi lembar diskusi siswa, lembar materi
diskusi dll.
E. PETA KONSEP
F. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1
TINDAKAN SOSIAL 2. Instrumental 3. Berorientasi nilai 4. Tradisional 5. afektif
SYARAT 3. Kontak 4. komunika
si
FAKTOR 2. Imitasi 3. Sugesti 4. Identifikasi 5. Simpati
INTERAKSI
Asosiatif 5. Kerjasama 6. Akomodasi 7. Asimilasi 8. Akulturasi
BENTUK INTERAKSI
Disasosiatif 5. Persaingan 6. Kontraversi 7. Pertikaian 8. Konflik
KELOMPOK, LEMBAGA,
DINAMIKA DAN PERUBAHAN SOSIAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
No Kegiatan pembelajaran Metode Media Waktu
Pendidikan karakter
1 a. Salam Pembukaan b. Presensi kehadiran siswa dan
mempersiapkan kelayakan kelas dalam proses pembelajaran.
c. Apersepsi Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan mengulas sedikit hasil ulangan kd.2 mengenai nilai dan norma sosial kepada para siswa.
d. Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran interaksi sosial dan memberitahukan indikator-indikator yang akan dicapai.
e. Rambu-rambu belajar Siswa pemperhatikan peta konsep tentang interaksi sosial sebagai gambaran tentang materi yang akan di sampaikan.
Ceramah Informasi Tanya jawab
White board Computer /LCD
5’ Disiplin Bertanggung jawab Cinta Lingkungan
2 Kegiatan Inti Eksplorasi (vi). Guru menjelaskan mengenai tindakan
sosial sebagai dasar dari interaksi sosial. (vii). Guru menampilkan gambar-gambar
yang yang menampilkan contoh interaksi sosial..
(viii). Guru bertanya pada siswa mengenai pendapat mereka tentang gambar/ kalimat yang ditunjukan oleh guru tersebut. Kemudian guru menampung jawaban siswa dan menulisnya di papan tulis
(ix). Setelah itu guru menghubungkan dengan materi yang akan di ajarkan, yaitu interaksi sosial.
(x). Guru menjelaskan kepada siswa pengertian interaksi sosial menurut para ahli, lalu mengambil kesimpulan.
(xi). Kemudian setelah memberikan penjelasan pengertian interaksi sosial, guru akan menyempurnakan pendapat dari siswa dengan mengerucutkan konsep dari pengertian interaksi sosial dari beberapa pendapat siswa.
(xii). Guru menjelaskan syarat terjadinya
Ceramah Tanya Jawab
Computer /LCD Alat Tulis
35’ Cerdas Peduli dan kreatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
interaksi sosial (xiii). Guru menjelaskan tentang faktor-
faktor pendorong interaksi sosial. Elaborasi Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi interaksi sosial dan faktor-faktor pendorong interaksi sosial yang terjadi di lingkungan sekolah. Konfirmasi Guru memberikan balikan yanng positif mengenai pendapat siswa yang memberikan contoh interaksi sosial di lingkungan sekolah.
3 Kegiatan Akhir a. Guru menanyakan apakah ada materi yang
kurang jelas. Kemudian guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
b. Guru memberi evaluasi dan tugas mandiri kepada siswa untuk dikerjakan di rumah dan dikumpulkan di minggu yang akan datang.
c. Kemudian guru menjelaskan tentang materi yang akan diberikan pada pertemuan berikutnya. Meliputi 1. Membagi kelompok kooperatif/ asal 2. Menjelaskan tugas-tugas kelompok
asal 3. Menjelaskan kelompok ahli 4. Menjelaskan tugas masing-masing
anggota kelompok asal dalam kelompok ahli.
5. Menjelaskan tugas-tugas anggota kelompok asal di kelompoknya sendiri.
Tanya Jawab
Komputer/LCD
5’ Peduli dan Kreatif
Pertemuan 2 No Kegiatan pembelajaran Metode Media Wa
ktu Pendidikan karakter
1 a. Salam Pembukaan b. Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan
kelayakan kelas dalam proses pembelajaran.
Ceramah Inform
White board Comp
10’ Disiplin Bertanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
209
c. Apersepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan mengulas mengenai pelajaran sebelumnya yaitu interaksi sosial. Kemudian setelah siswa menjawab guru memberikan klarifikasi terhadap beberapa jawaban siswa serta menarik kesimpulan. Kemudian menghubungkan materi tersebut dengan materi yang akan disampaikan yaitu bentuk-bentuk interaksi sosial.
d. Motivasi Guru menjelaskan tujuan mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial.
e. Rambu-rambu belajar Siswa pemperhatikan peta konsep tentang bentuk-bentuk interaksi sosial gambaran akan materi yang akan dipelajari. Siswa dibagi perkelompok kooperatif selanjutnya berkumpul dengan kelompok ahli untuk melaksanakan diskusi secara mandiri.
asi Tanya jawab
uter /LCD
Cinta Lingkungan
2 Kegiatan Inti Eksplorasi a. Guru memberikan materi kelompok ahli
kepada masing-masing kelompok. b. Guru memantau kegiatan diskusi kelompok
ahli c. Guru mengarakan siswa untuk kembali
kekelompok asal. Dan menjelaskan hasil diskusi kelompok ahli kekelompok asal.
d. Siswa menuliskan hasil diskusi keseluruhan di lembar diskusi siswa.
Elaborasi Guru menyuruh siswa untuk membacakan hasil diskusi kelompok ahli didepan kelas. Konfirmasi Guru memberikan balikan yanng positif mengenai performan siswa didepan kelas, dan memberikan komentar dan penguatan, agar lebih baik dalam performan berikutnya.
Ceramah Tanya Jawab
Computer /LCD Alat Tulis
10’ 15’ 5’
Cerdas Peduli dan kreatif
3 Kegiatan Akhir a. Guru menanyakan apakah ada materi yang
kurang jelas. Kemudian guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari pendapat beberapa siswa
Tanya Jawab
Komputer/LCD
5’ Peduli dan Kreatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
tadi. Kemudian guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
b. Guru memberi evaluasi dan tugas mandiri kepada siswa untuk dikerjakan di rumah dan dikumpulkan di minggu yang akan datang.
c. Kemudian guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan minggu selanjutnya
Pertemuan 3.
No Kegiatan pembelajaran Metode Media Waktu
Pendidikan karakter
1 a. Salam Pembukaan b. Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan
kelayakan kelas dalam proses pembelajaran. c. Apersepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk presentasi d. Motivasi
Guru menjelaskan tujuan mengenai pelanggaran nilai dan norma dalam masyarakat.
e. Rambu-rambu belajar Siswa yang belum mempresentasikan hasil diskusi mempresentasikannya didepan kelas.
Diskusi kelompok/ presentasi
White board Computer /LCD
5’ Disiplin Bertanggung jawab Cinta Lingkungan
2 Kegiatan Inti a. Guru menyuruh siswa untuk
membacakan hasil diskusi kelompok ahli didepan kelas.
b. Guru memberikan balikan yanng positif mengenai performan siswa didepan kelas, dan memberikan komentar dan penguatan, agar lebih baik dalam performan berikutnya.
Ceramah Tanya Jawab
Computer /LCD Alat Tulis
10’
Cerdas Peduli dan kreatif
3 Kegiatan Akhir a. Guru menanyakan apakah ada materi
yang kurang jelas. Kemudian guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
Tanya Jawab
Komputer/LCD
5’ 15’
Peduli dan Kreatif
Pertemuan ke 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
No Kegiatan pembelajaran Metode
Media Waktu
Pendidikan karakter
1 a. Salam Pembukaan b. Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan
kelayakan kelas dalam proses pembelajaran.
c. Apersepsi Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan mengulas sedikit mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tentang bentuk-bentuk interaksi sosial.
d. Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini.
e. Rambu-rambu belajar Siswa pemperhatikan peta konsep tentang proses pembentukan kelompok, lembaga dan organisasi serta perubahan dan dinamika kehidupan sosial sebagai gambaran tentang materi yang akan di sampaikan.
Ceramah Informasi Tanya jawab
White board Computer /LCD
5’ Disiplin Bertanggung jawab Cinta Lingkungan
2 Kegiatan Inti Eksplorasi (vi). Guru menampilkan gambar-gambar
mengenai kelompok, lembaga dan organisasi (vii). Guru bertanya pada siswa mengenai
pendapat mereka tentang gambar yang ditunjukan oleh guru tersebut.
(viii). Guru menjelaskan kepada siswa proses pembentukan 1. Kelompok meliputi kelompok sosial yang
teratur dan tidak teratur 2. Lembaga, 3. Organisasi, terdapat organisasi formal
maupun informal. (ix). Guru menjelaskan mengenai perubahan
dinamika kehidupan sosial. (x). Guru menjelaskan tentang faktor-faktor
pendorong perubahan sosial. Elaborasi Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendorong perubahan sosial yang ada di lingkungan sekolah.
Ceramah Tanya Jawab
Computer /LCD Alat Tulis
35’ Cerdas Peduli dan kreatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
212
Konfirmasi Guru memberikan balikan yanng positif mengenai pendapat siswa yang memberikan contoh perubahan sosial di lingkungan sekolah.
3 Kegiatan Akhir (4) Guru menanyakan apakah ada materi yang
kurang jelas. Kemudian guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
(5) Guru memberi evaluasi dengan menanyakan bentuk perubahan sosial yang terhadi di lingkungan masyarakat sekitarnya.
(6) Kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk belajar mempersiapkan UK.3 pertemuan selanjutnya.
Tanya Jawab
Komputer/LCD
5’ Peduli dan Kreatif
Pertemuan ke 5
Sumber :
1. Kun Maryati, Juju Suryawati. 2010. Sosiologi SMA Kelas X. Jakarta : Esis.
2. Andreas Soeroso. SOSIOLOGI 1. SMA Kelas X. Penerbit Quadra Yudhistira.
3. Indianto Muin. SOSIOLOGI SMA kelas X. Jakarta: Erlangga. 4. Pengantar sosiologi. Kamanto Sunarto. Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. 5. Tim Penyusun Modul Siswa. 2010. LKS Sosiologi Kelas X. Surakarta.
Widya Duta.
No Kegiatan pembelajaran Metode Media Waktu
Pendidikan karakter
1 Evaluasi pembelajaran. Tes tertulis
Lembar ujian dan lembar jawab
40’ Kejujuran
2 Penutup. a. Guru bertanya kepada siswa
mengenai ujian yang dilaksanakan. b. Membahas soal-soal evaluasi.
Diskusi 5’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
213
VI. PENILAIAN A. Instrumen :
1. Ranah Afektif Penilaian afektif dilakukan ketika siswa melaksanakan proses pembelajaran secara berkelompok, untuk itu digunakan format seperti ini.
No
Nama Siswa
Indikator keaktifan dan nomor indikator Nilai rata-rata
1 2 3 4 5 6
Penilaian b. Kriteria skor : 1= sangat kurang 2= kurang
3= cukup 4=baik/ sering 5= sangat baik/ sangat sering
2. Ranah Kognitif Bentuk soal Tertulis sebagai bentuk evaluasi.
Soal. 1. a. Jelaskan pengertian interaksi sosial secara umum! (skor 10)
c. Jelaskan syarat interaksi sosial! (skor 10) 2. Sebutkan dan jelaskan secara singkat faktor pendorong interaksi
sosial! (skor 15) 3. Sebut salah satu proses interaksi sosial disertai bentuk nya
(minimal 2) dan beri contoh! (skor 20) 4. Dilihat dari proses terjadinya kedudukan sosial ada 3, sebutkan dan
beri contoh! (skor10) 5. Sebutkan faktor-faktor penyebab perubahan sosial (minimal 4 )!
(skor 15) 6. Berilah contoh proses assosiatif yang perlu dilakukan untuk
mencegah tawuran antar pelajar di luar sekolah! (skor 20)
Penilaian Skoring = 10 + 10 + 15 + 20 + 10 + 15 + 20 = 100
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Surakarta, 10 Oktober 2011 Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
214
LAMPIRAN 2.4 MATERI JIGSAW SIKLUS 1
Interaksi sosial yang bersifat assosiatif Interaksi sosial yang bersifat assosiatif dapat berbentuk kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
1. Kerja sama (cooperation) Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dilakukan sejak manusia mulai berinteraksi dengan sesamanya. Kebiasaan kerja sama dimulai sejak kanak-kanak, mulai dari dalam kehidupan keluarga lalu meningkat kelompok sosial yang lebih luas. Kerja sama akan berkembang apabila menghadapi situasi tertentu antara lain: a) tantangan alam yang ganas; b) pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal; c) upacara keagamaan yang sakral; d) musuh yang datang dari luar. Kerja sama bisa bersifat konstruktif (membangun), bisa juga destruktif (merusak). Contoh kerja sama konstruktif yaitu guru dan siswa memulihkan nama baik sekolah akibat dinodai sejumlah siswa yang melakukan tindakan kriminalitas. Adapun contoh kerja sama yang bersifat destruktif adalah tawuran antarpelajar. Selain itu kerja sama juga bisa bersifat agresif apabila suatu kelompok mengalami kekecewaan yang berkepanjangan akibat rintangan-rintangan dari luar kelompok. Bentuk-bentuk kerja sama meliputi antara lain: a) Kerukunan/ Gotong royong. Di pedesaan kerja sama merupakan tradisi turun
temurun, yang disebut dengan istilah gotong royong. Misalnya untuk masyarakat Jawa gotong royong disebut gugur gunung, di Sunda disebut sambatsinambat, di Batak disebut raron, di Manado disebut mapulus, dan di Bali disebut arud kelod ketog semprong.
b) bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih. Tawar menawar (bargaining) adalah perjanjian atau persetujuan antara pihak-pihak yang mengikat diri atau bersengketa melalui perdebatan, pemberian usul, dan lain-lain.
c) cooperation yaitu penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dari suatu organisasi untuk menghindari terjadinya kecurangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan;
d) coalition yaitu gabungan antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama; Pada mulanya koalisi memang mengalami kegoncangan-kegoncangan sebab asas dan sifat organisasinya berbeda-beda. Akan tetapi karena diikat oleh tujuan yang sama maka gerak langkah koalisi itu kooperatif.
e) joint venture yaitu kerja sama dalam usaha proyek-proyek tertentu. Usaha patungan (join venture) adalah kerja samadalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pembangunan jembatan layang, pembangunan hotel, dan sebagainya. Misalnya: joint venture antara Indonesia dengan PT. Caltex Amerika Serikat dalam proyek pengeboran minyak bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
215
2. Asimilasi Asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian, lambat laun tidak ada perbedaan antara individu dengan kelompok untuk mengurangi perbedaan tersebut. Usaha-usaha asimilasi meliputi mempererat kesatuan tindakan, sikap, perasaan dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Hasil dari proses asimilasi antara lain lahir: a) kelompok-kelompok manusia dengan berbeda kebudayaan; b) individu-individu sebagai warga kelompok yang saling mengenal; c) kebudayaan baru dari kelompok yang saling menyesuaikan diri. Asimilasi akan terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut: a) terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda; b) terjadi pergaulan antara individu atau kelompok secara intensif dalam ukuran waktu yang lama; c) kebudayaan masing-masing kelompok saling berubah dan menyesuaikan diri. Faktor-faktor yang mendorong dan mempermudah proses asimilasi adalah sebagai berikut: a) toleransi, keterbukaan, saling menghargai, dan menerima unsur-unsur kebudayaan; b) kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi; c) sikap menghargai orang asing dengan kebudayaannya; d) sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat; e) perkawinan campuran dari kelompok yang berbeda kebudayaan (amalgasi); f) persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal. Faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi, antara lain: a) kelompok terisolasi atau terasing; b) kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi; c) prasangka negatif terhadap pengaruh budaya baru; d) perasaan primordial bahwa kebudayaan sendiri lebih baik dari pada kebudayaan lain; e) perbedaan yang sangat mencolok seperti ciri-ciri ras, teknologi, dan ekonomi; f) golongan minoritas mengalami gangguan oleh penguasaan; g) perasaan grup yang kuat.
3. Akomodasi Akomodasi adalah keseimbangan interaksi sosial dalam kaitannya dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat. Akomodasi sering terjadi dalam situasi konflik sosial (pertentangan). Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga pihak lawan tidak kehilangan kepribadiannya. •) Akomodasi dilakukan bertujuan untuk: a) mengurangi pertentangan akibat perbedaan paham, b) mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
216
c) mewujudkan kerja sama antara kelompok-kelompok yang hidup terpisah akibat psikologis serta cultural dan mengusahakan peleburan kelompokkelompok sosial yang terpisah. •) Bentuk-bentuk akomodasi antara lain berikut ini. a) Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi karena adanya pelaksanaan dari pihak lain yang lebih kuat. Suatu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah. Artinya, ada pemaksaan kehendak oleh pihak tertentu terhadap pihak lain yang posisinya lebih rendah. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik maupun secara psikologis. Contoh: sistem pemerintahan komunis. b) Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi di mana pihak yang mengalami perselisihan mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian. pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian, semua pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya. Contoh: gencatan senjata dua pihak yang berperang. c) Arbitrasi (arbitration), yaitu bentuk akomodasi yang melibatkan pihak ketiga dalam menyelesaikan suatu konflik. Dalam hal itu pihak ketiga bersifat netral. pelaksanaanya menggunakan pihak ketiga dengan kedudukan yang lebih tinggi dari kedua belah pihak yang bertentangan. Suatu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri. Untuk itu, akan diundang pihak ketiga yang tidak memihak (netral) untuk mengusahakan penyelesaian pertentangan tersebut. Pihak ketiga disini dapat pula ditunjuk atau dilaksanakan oleh suatu badan yang dianggap berwenang.Contoh: penyelesaian antara dua negara yang sedang perang oleh PBB sebagai pihak ketiga. d) Toleransi yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing. Yaitu suatu watak perseorangan atau kelompok untuk sedapat mungkin menghindari perselisihan. Individu semacam itu disebut tolerant. Kadang-kadang toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan sebelumnya. e) Mediasi yaitu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi, namun pihak ketiga tidak mempunyai wewenang memutuskan masalah, hanya sebatas sebagai penasihat. f) Konversi (conversion) yaitu konflik apabila salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain. g) Konsiliasi yaitu penyelesaian konflik dengan jalan mempertemukan pihak-pihak yang bertikai di meja perundingan. h) Ajudikasi yaitu penyelesaian konflik di meja pengadilan. i) Stalemate yaitu bentuk akomodasi di mana pihak yang berselisih mempunyai kekuatan seimbang. Keduanya sadar bahwa tidak mungkin maju atau mundur, sehingga pertentangan antara keduanya akan berhenti pada suatu titik.
4. Akulturasi Akulturasi adalah proses sosial yang timbul karena penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing tanpa menghilangkan unsur-unsur kebudayaan asli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
217
Akulturasi merupakan perpaduan dua unsur kebudayaan dalam kurun waktu yang lama. Dalam akulturasi unsur-unsur kebudayaan asing tersebut melebur ke dalam kebudayaan asli, dengan tidak menghilangkan kepribadian kedua unsur kebudayaan tersebut. Akulturasi (acculturation) adalah berpadunya unsur-unsur kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaannya yang asli. Lamanya proses akulturasi sangat bergantung pada persepsi masyarakat setempat terhadap budaya asing yang masuk. Akulturasi bisa terjadi dalam waktu yang relatif lama apabila masuknya melalui proses pemaksaaan. Sebaliknya, apabila masuknya melalui proses damai, akulturasi tersebut akan relatif lebih cepat. Contohnya, Candi Borobudur merupakan perpaduan kebudayaan India dengan kebudayaan Indonesia; musik Melayu bertemu dengan musik Spanyol menghasilkan musik keroncong.Contohnya perpaduan musik Melayu dengan musik Spanyol menjadi/lahir musik keroncong. Unsur-unsur yang mudah diterima dalam alkulturasi, antara lain: a) kebudayaan material; b) teknologi baru yang manfaatnya cepat dirasakan dan mudah dioperasikan, misalnya kebudayaan pertanian (alat-alat, pupuk, dan benih); c) kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan kondisi setempat (kesenian, olahraga); d) kebudayaan yang pengaruhnya kecil, misalnya model pakaian. Unsur-unsur kebudayaan yang sukar di terima antara lain: a) kebudayaan yang mendasari pola pikir masyarakat, misalnya unsur keagamaan; b) kebudayaan yang mendasari proses sosialisasi yang sangat meluas dalam kehidupan masyarakat, misalnya makanan pokok, sopan-santun, dan mata pencaharian. Individu/orang yang mudah menerima budaya asing, yaitu: a) golongan muda yang belum memiliki identitas dan kepribadian yang mantap; b) golongan masyarakat yang hidupnya belum memiliki status yang penting; c) kelompok masyarakat yang hidupnya tertekan, misalnya pengangguran dan penduduk terpencil. Berikut ini akan kita bahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang bersifat dissosiatif, sebagai berikut.
1. Persaingan (competition) Persaingan adalah proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan dapat terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Misalnya, beberapa orang memperebutkan kedudukan/ jabatan gubernur kepala daerah. Adapun nantinya yang menduduki jabatan gubernur hanya satu orang. Persaingan yang dilakukan sesuai dengan norma dan tingkah laku sosial yang berlaku di masyarakat, kecil kemungkinan menggunakan kekerasan atau ancaman. Persaingan seperti ini disebut persaingan secara sehat atau sportif. Adapun persaingan yang disertai dengan kekerasan, ancaman atau keinginan untuk merugikan pihak lain dinamakan persaingan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
218
sehat. Hal ini bukan lagi termasuk persaingan tetapi sudah menjurus pada permusuhan. Misalnya persaingan di bidang ekonomi dan politik. a) Hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya persaingan, antara lain: – perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang paling prinsip; – perselisihan paham yang mengusik harga diri seseorang; – persamaan kepentingan dalam hal yang sama; – perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat; – perbedaan kepentingan politik b) Persaingan dapat berakibat, sebagai berikut: – tumbuhnya solidaritas antaranggota kelompok atau kelompok; – timbulnya perubahan sikap baik positif maupun negatif; – kehilangan harta benda atau jiwa manusia jika terjadi benturan fisik; – terjadi negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai di dalam keadaan status quo. c) Fungsi persaingan Persaingan memiliki beberapa fungi antara lain: – dapat menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut untuk dapat dipenuhi tuntutannya, padahal tidak semua keinginan dapat dipenuhi secara serentak; – dapat menyalurkan kepentingan dan nilai-nilai dalam masyarakat, terutama nilai dan kepentingan yang dapat menimbulkan persaingan; – dapat menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peranan sesuai dengan kemampuannya.
2. Kontravensi Kontravensi adalah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan sikap ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan pendirian kalangan tertentu dengan kalangan lain di masyarakat. Kontravensi adalah suatu proses komunikasi antarmanusia, di mana antara pihak yang satu dengan pihak yang lain sudah terdapat benih ketidaksesuaian, namun di antara pihak-pihak yang terlibat itu saling menyembunyikan sikap ketidaksesuaiannya. Namun apabila tidak saling berhadapan, benih-benih ketidaksesuaian itu ditampakkan secara jelas kepada pihak ketiga. Biasanya kontravensi dikatakan pula sebagai sebuah proses sosial yang berada di antara persaingan dan konflik. Menurut Leopold Von Wiesse dan Howard Becker, proses kontravensi itu bertingkat-tingkat hingga semakin hebat dan hampir mendekati bentuk persaingan dan konflik.Menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker, bentuk kontravensi dibedakan menjadi lima bentuk sebagai berikut. a) Kontravensi umum Misalnya penolakan, keengganan, perlawanan, protes, gangguan, kekerasan, dan mengancam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
219
b) Kontravesi sederhana Misalnya menyangkal pernyataan orang lain di depan umum, memaki-maki orang lain melalui selebaran, mencerca, dan memfitnah. c) Kontravensi ultensif Misalnya penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak lain. d) Kontravensi rahasia berupa pengkhianatan, membuka rahasia pihak lain. e) Kontravensi taktis berupa intimidasi, mengganggu pihak lain, dan provokasi.
3. Pertikaian Pertikaian adalah proses sosial yang terjadi apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan. Pertikaian merupakan proses sosial sebagai kelanjutan dari kontravensi. Dalam pertikaian, perselisihan bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena makin tajamnya perbedaan antara kalangan yang berselisih paham. Kondisi tersebut mengakibatkan ancaman, rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan atau menyerang pihak lain.
4. Permusuhan (konflik) Permusuhan (konflik) adalah keadaan yang membuat salah satu pihak merintangi atau menjadi penghalang bagi individu atau kelompok dalam melakukan kegiatankegiatan tertentu. Permusuhan atau konflik diawali dengan adanya perbedaan atau persaingan yang serius sehingga sulit didamaikan atau ditemukan kesamaannya. Permusuhan atau konflik merupakan situasi yang wajar dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan tetangga, bahkan antarnegara. Permusuhan atau konflik merupakan sikap yang tidak terpuji, karena bertentangan dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto (1989) sebab-sebab terjadinya pertentangan sebagai berikut. 1) Perbedaan antarindividu, seperti perbedaan pemikiran, pendirian, ideologi, kepentingan, dan lain-lain. 2) Perbedaan kebudayaan, seperti adanya perasaan yang menganggap kebudayaannya yang paling unggul dan meremehkan kebudayaan lain dapat memicu perbedaan kebudayaan. 3) Perbedaan kepentingan, seperti pertentangan antara eksekutif (pemerintah) dengan legislatif (DPR) adalah contoh nyata perbedaan kepentingan. 4) Perubahan sosial. Pergeseran nilai dan norma sosial merupakan bentuk perubahan sosial. Apabila perubahan sosial itu berlangsung sangat cepat dapat menimbulkan pertentangan antarkelompok, terutama antara kelompok yang menginginkan perubahan dengan kelompok yang pro status quo (antiperubahan). Permusuhan berbeda dengan persaingan. Perbedaan keduanya dapat Anda perhatikan pada tabel berikut. Permusuhan 1. Aktivitas yang dilakukan mengakibatkan reaksi keras (benturan fisik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
220
2. Ada rencana atau niat mencelakakan pihak lain. 3. Muncul karena kesalahpahaman kedua belah pihak. 4. Dilaksanakan dengan penuh prasangka sehingga merugikan orang lain. Persaingan 1. Aktivitas yang dilakukan tidak menimbulkan reaksi yang berarti. 2. Tidak berniat menjatuhkan orang lain. 3. Dapat digunakan sebagai motivasi untuk meraih prestasi dengan hasil yang optimal. 4. Dilaksanakan dengan langkah-langkah nyata untuk mencapai tujuan. Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa bentuk konflik, yaitu konflik pribadi, politik, rasial, antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional. (1) Konflik pribadi adalah konflik yang terjadi di antara individu karena masalah-masalah pribadi. Misalnya individu yang terlibat utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga. (2) Konflik politik adalah konflik antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan citacita politik. Misalnya bentrokan antarpartai politik pada saat kampanye. (3) Konflik rasial adalah konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antarsuku yang terjadi di Timika, Papua. (4) Konflik antarkelas sosial adalah konflik yang disebabkan munculnya perbedaan-perbedaan kepentingan, misalnya konflik antara buruh dengan majikan. (5) Konflik yang bersifat internasional adalah konflik yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya pertikaian negara Israel dan Lebanon yang melibatkan beberapa negara besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
221
LAMPIRAN 2.5 PENGAMATAN PERILAKU SISWA
DALAM KELOMPOK ASAL (Siklus1 pertemuan 1)
No Kelompok
Anggota Indikator keaktifan Jumlah
% Nilai 1 2 3 4 5 6
1 Auguste Comte
Nilam V V V V 4 66,7 67 Alifa V V V 3 50 50 Rhizqi V V V 3 50 50 Mutia V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 3 3 1 2 2 14 58,3 23
4 2 Spencer Cristiana V V V V V 5 88,3 88
Anisa V V V 3 50 50 Dewa V V V V 4 66,7 67 Kharisma
V V V 3 50 50
Jumlah 4 2 1 2 1 4 15 62,5 255
3 Webber Anom V V V 3 50 50 Kezia V V V V 4 66,7 67 Agita V V V 3 50 50 A.Afandi V V V 3 50 50 Jumlah 4 2 2 1 1 3 13 54,1 21
7 4 Herbert
Mead Daniel V V V V V 5 83,3 83 Ratri V V V 3 50 50 Okta V V V 3 50 50 Utri V V V 3 50 50 Jumlah 4 2 2 2 1 3 14 58,3 23
3 5 Paul
Horton Hafidz B V V V 3 50 50 Dyan Adi
V V V 3 50 50
Seno Aji V V V 3 50 50 Abi D V V V V 4 66,7 65 Jumlah 3 2 2 2 2 3 13 54,1 21
5 6 Peter
Berger Joko V V V V 4 66,7 65 Kidung V V V 3 50 50 Huda V V V 3 50 50 Yonif V V V 3 50 50 Jumlah 4 3 3 3 3 1 13 54,1 21
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
222
Keaktifan siswa berdasarkan hasil observasi non kelompok. No Nama Indikator keaktifan siswa %
keaktifan Nilai
1 2 3 4 5 6 Skor 1 A.Afandi V V V 3 50 50 2 Abi D V V V V 4 66,7 65 3 Agita V V V 3 50 50 4 Alifa V V V 3 50 50 5 Anisa V V V 3 50 50 6 Anom V V V 3 50 50 7 Aulia V V V V 4 66,7 65 8 Bramanta V V V 3 50 50 9 Cristiana V V V V V 5 88,3 80 10 Daniel V V V V V 5 83,3 80 11 Dewa V V V V 4 66,7 65 12 Dyan
Adi V V V 3 50 50
13 Hafidz B V V V 3 50 50 14 Huda V V V 3 50 50 15 Joko V V V V 4 66,7 65 16 Kezia V V V V 4 66,7 65 17 Kharisma V V V 3 50 50 18 Kidung V V V 3 50 50 19 Maria V V V V 4 66,7 65 20 Mutia V V V V 4 66,7 50 21 Nawa V V V V 4 66,7 65
7 Pitirim Sorokin
Tesa V V V 3 50 50 Aulia V V V V 4 66,7 65 Qonita V V V 3 50 50 Zafira V V V 3 50 50 Jumlah 3 2 2 1 3 2 13 54,1 21
5 8 Haberma
s Nawa V V V V 4 66,7 65 Maria V V V V 4 66,7 65 Senigi V V 2 33,3 30 Bramanta
V V V 3 50 50
Jumlah 3 1 3 1 1 4 13 54,1 210
JUMLAH KEAKTIFAN
29 17 18 13 14 22 113 58,9 60
Prosentase keseluruhan
90, 6 53,1 56,3 40,6 43,7 68,8 58,9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
223
22 Nilam V V V V 4 66,7 65 23 Okta V V V 3 50 50 24 Qonita V V V 3 50 50 25 Ratri V V V 3 50 50 26 Rhizqi V V V 3 50 50 27 Senigi V V 2 33,3 30 28 Seno Aji V V V 3 50 50 29 Tesa V V V 3 50 50 30 Utri V V V 3 50 50 31 Yonif V V V 3 50 50 32 Zafira V V V 3 50 50 Jumlah keaktifan
29 17 18 13 14 22 113 58,9 60
Prosentase keseluruhan
90, 6 53,1 56,3 40,6 43,7 68,8 58,9
Indikator tindakan 7. Visual/ Memperhatikan/ Membaca 8. Mendengarkan 9. Berbicara/ Diskusi/ Menjawab Pertanyaan Guru 10. Mencatat Penjelasan Guru 11. Mental 12. Emosional
Surakarta, 10 November 2011
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
224
LAMPIRAN 2.6 PENGAMATAN PERILAKU SISWA
DALAM KELOMPOK ASAL (Siklus1 pertemuan 2)
No Kelompok
Anggota Indikator keaktifan Jumlah
% Nilai 1 2 3 4 5 6
1 Auguste Comte
Nilam V V V V 4 66,7 67 Alifa V V V V 3 50 50 Rhizqi V V V 3 50 50 Mutia V V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 3 3 2 2 3 14 58,3 23
4 2 Spencer Cristiana V V V V V V 5 83,3 83
Anisa V V V V V 3 50 50 Dewa V V V V V V 4 66,7 65 Kharisma
V V V 3 50 50
Jumlah 4 3 3 4 2 4 15 62,5 248
3 Webber Anom V V V V 3 50 50 Kezia V V V V 4 66,7 65 Agita V V V V 3 50 50 A.Afandi V V V 3 50 50 Jumlah 4 2 2 3 1 3 13 54,2 21
5 4 Herbert
Mead Daniel V V V V V 5 83,3 80 Ratri V V V V V 3 50 50 Okta V V V V 3 50 50 Utri V V V V 3 50 50 Jumlah 4 3 3 4 1 3 14 58,3 23
0 5 Paul
Horton Hafidz B V V V 3 50 50 Dyan Adi
V V V V 3 50 50
Seno Aji V V V V 3 50 50 Abi D V V V V V 4 66,7 65 Jumlah 4 2 3 3 2 3 13 54,2 21
5 6 Peter
Berger Joko V V V V 4 66,7 65 Kidung V V V V V 3 50 50 Huda V V V V V 3 50 50 Yonif V V V V 3 50 50 Jumlah 4 2 4 3 3 2 13 54,2 21
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
225
Surakarta, 12 November 2011
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
7 Pitirim Sorokin
Tesa V V V 3 50 50 Aulia V V V V 4 66,7 65 Qonita V V V V V 3 50 50 Zafira V V V V 3 50 50 Jumlah 3 2 3 3 3 2 13 54,2 21
5 8 Haberma
s Nawa V V V V V 4 66,7 65 Maria V V V V 4 66,7 65 Senigi V V V V 2 33,3 30 Bramanta
V V V 3 50 50
Jumlah 4 1 3 3 1 4 13 54,2 210
JUMLAH KEAKTIFAN
30 18 24 25 15 24 136 58,9 60
Prosentase keseluruhan
93,7 56,3 75 78,1 46,0 75 70,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
226
LAMPIRAN 2.7 PENGAMATAN PERILAKU SISWA
DALAM KELOMPOK ASAL (Siklus1 pertemuan 3)
No Kelompok
Anggota Indikator keaktifan Jumlah
% Nilai 1 2 3 4 5 6
1 Auguste Comte
Nilam V V V V 4 66,7 66 Alifa V V V 3 50 50 Rhizqi V V V 3 50 50 Mutia V V V V 4 66,7 66 Jumlah 2 4 3 1 2 2 14 58,3 23
2 2 Spencer Cristiana V V V V V 5 83,3 83
Anisa V V V 3 50 50 Dewa V V V 4 66,7 65 Kharisma
V V V V 3 50 50
Jumlah 4 4 1 2 1 3 15 62,5 248
3 Webber Anom V V 3 50 50 Kezia V V V V 4 66,7 65 Agita V V V V 3 50 50 A.Afandi V V V V 3 50 50 Jumlah 3 3 2 1 2 3 13 54,1 21
5 4 Herbert
Mead Daniel V V V V V 5 83,3 83 Ratri V V V 3 50 50 Okta V V V V 3 50 50 Utri V V V 3 50 50 Jumlah 3 3 2 2 2 3 14 58,3 23
3 5 Paul
Horton Hafidz B V V V 3 50 50 Dyan Adi
V V V 3 50 50
Seno Aji V V V 3 50 50 Abi D V V V V 4 66,7 65 Jumlah 3 2 2 2 2 2 13 54,1 21
5 6 Peter
Berger Joko V V V V 4 66,7 65 Kidung V V V 3 50 50 Huda V V V 3 50 50 Yonif V V V 3 50 50 Jumlah 3 3 3 3 3 1 14 54,1 21
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
227
Surakarta, 17 November 2011
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
7 Pitirim Sorokin
Tesa V V V 3 50 50 Aulia V V V V 4 66,7 65 Qonita V V V V 3 50 50 Zafira V V V V 3 50 50 Jumlah 3 3 2 1 3 2 14 54,1 21
5 8 Haberma
s Nawa V V V V 4 66,7 65 Maria V V V V 4 66,7 65 Senigi V V V V 2 33,3 30 Bramanta
V V V 3 50 50
Jumlah 3 2 3 1 1 4 13 54,1 210
JUMLAH KEAKTIFAN
25 24 18 15 16 20 118 58,9 60
Prosentase keseluruhan
78, 1 75 56,3 46,8 50 62,5 61,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
228
LAMPIRAN 2.8 PENGAMATAN PERILAKU SISWA
DALAM KELOMPOK ASAL (Siklus1 pertemuan 4)
No Kelompok
Anggota Indikator keaktifan Jumlah
% Nilai 1 2 3 4 5 6
1 Auguste Comte
Nilam V V V V 4 66,7 67 Alifa V V 3 50 50 Rhizqi V V V 3 50 50 Mutia V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 3 3 1 1 2 14 58,3 23
4 2 Spencer Cristiana V V V V V V 5 83,3 83
Anisa V V V V V V 3 50 50 Dewa V V V V 4 66,7 67 Kharisma
V V V V 3 50 50
Jumlah 4 3 4 3 4 15 62,5 250
3 Webber Anom V V 2 3 50 50 Kezia V V V V V V 4 66,7 67 Agita V V V V V 3 50 50 A.Afandi V V 3 50 50 Jumlah 3 3 3 2 1 3 13 54,1 21
7 4 Herbert
Mead Daniel V V V V 5 83,3 83 Ratri V V V V V V 3 50 50 Okta V V V V 3 50 50 Utri V V V V 3 50 50 Jumlah 4 3 4 3 1 3 14 58,3 23
3 5 Paul
Horton Hafidz B V V V V V 3 50 50 Dyan Adi
V V 3 50 50
Seno Aji V V V V V 3 50 50 Abi D V V V V 4 66,7 67 Jumlah 4 2 4 2 2 3 13 54,1 21
7 6 Peter
Berger Joko V V V V 4 66,7 67 Kidung V V V V V 3 50 50 Huda V V V V 3 50 50 Yonif V V V 3 50 50 Jumlah 3 3 4 3 2 2 13 54,3 21
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
229
Surakarta, 19 November 2011
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
7 Pitirim Sorokin
Tesa V V V 3 50 50 Aulia V V V V V 4 66,7 67 Qonita V V V 3 50 50 Zafira V V V V V 3 50 50 Jumlah 3 2 4 2 2 2 13 54,3 21
7 8 Haberma
s Nawa V V V V 4 66,7 67 Maria V V V V V V 4 66,7 67 Senigi V V V 2 33,3 33 Bramanta
V V V V 3 50 50
Jumlah 3 2 4 2 2 4 13 54,3 217
JUMLAH KEAKTIFAN
27 22 30 15 13 23 130 58,9 60
Prosentase keseluruhan
84,3 68,7 93,7 46,8 40,6 71,8 67,7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
230
LAMPIRAN 2.9 PENGOLAHAN DATA HASIL OBSERVASI
Hasil peningkatan keaktifan belajar siswa siklus 1
No Pertemuan 1 2 3 4 5 6 Rata-rata
1 1 90,60 53,10 56,30 40,60 43,70 68,80 58,85
2 2 93,70 56,30 75,00 78,10 46,00 75,00 70,68 3 3 78,10 75,00 56,30 46,80 50,00 62,50 61,45
4 4 84,30 68,70 93,70 46,80 40,60 71,80 67,65 rata-rata 86,68 63,28 70,33 53,08 45,08 69,53 64,66
Tabel diatas ditampilkan dalam bagan sebagai berikut:
Perbandingan pra siklus dengan siklus 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
231
No tindakan 1 2 3 4 5 6 Rata-rata
1 Pra
siklus 81,25 60,95 42,2 40,6 40,6 46,85 52,08 2 Siklus 1 86,68 63,28 70,33 53,08 45,08 69,53 64,66
Jumlah kenaikan 5,43 2,33 28,13 12,48 4,48 22,68 12,58 Tabel diatas ditampilkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
232
LAMPIRAN 2.10 PEDOMAN WAWANCARA
(Siklus 1)
Informan Tujuan Pertanyaan Guru Untuk merefleksi
bagaimana hasil dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada siklus 1
1. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II dalam pembelajaran sosiologi di siklus 1?
2. Apakah kendala yang anda hadapi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 1?
3. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 1?
4. Apakah ada peningkatan keaktifan siswa setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 1?
5. Apakah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 1 ini membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sosiologi?
6. Perbaikan seperti apa yang perlu dilakukan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 1 ini agar siklus selanjutnya lebih baik?
7. Kekurangan apa yang anda rasakan dari siklus pertama ini?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
233
LAMPIRAN 2.11 HASIL WAWANCARA SIKLUS 1
Informan
Pertanyaan Jawaban
Guru 1. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran sosiologi di siklus 1?
Kalo menurut saya ya bagus, ada beberapa aspek yang menekankan keaktifan belajar misalnya pada diskusi dan presentasi. Banyak siswa yang sebelumnya hanya diam saja didalam kelas terlihat bekerja dalam kegiatan pembelajaran.
2. Apakah kendala yang anda hadapi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 1?
Ya kendalanya waktu ya mbak. Selain itu kalo anak-anak belum jelas dengan cara kerja jigsaw kan susah juga. Menurut saya materinya juga terlalu banyak sehingga waktunya tidak cukup.
3. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 1?
Kalo ada temannya seperti ini sih enak mbak. Saya banyak terbantu dalam menyiapkan materi pelajaran dan mendapatkan informasi dalam pelaksanaan jigsaw.
4. Apakah ada peningkatan keaktifan siswa setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 1?
Ya iyalah. Kan niatnya jigsaw juga untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Meskipun peningkatannya sedikit tapi tetap ada mbak.
5. Perbaikan seperti apa yang perlu dilakukan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 1 ini agar siklus selanjutnya lebih baik?
Yang pertama perencanaan mbak. Kalo bisa materi yang di berikan kepada siswa dalam kelompok ahli itu sedikit saja. Harus disesuaikan dengan waktu. Lalu pemahaman siswa perlu ditekankan. Apalagi adanya turnamen itu. Itu akan menambah siswa semangat dalam berkompetisi.
6. Kekurangan apa yang anda rasakan dari siklus pertama ini?
Waktu jelas. Karena setiap pertemuan hanya 45 menit. Terus itu dalam kegiatan presentasi sebaiknya jangan semua siswa yang maju. Yang pentingkan hasil diskusi disilangkan. Tidak perlu semua siswa maju kedepan kan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
234
LAMPIRAN 2.12 NILAI ULANGAN SISWA SIKLUS 1
No Nama
Nilai Ulangan
pra siklus
Ulangan siklus 1
1 Abi Dhabith Praptanda 80 78 2 Achmad Afandi 89 87 3 Agita Zafi Rahmasari 85 86 4 Alifa Nindita Diwasari 78 78 5 Annisa Yorinta Sari 85 88 6 Aulia Syifa 77 82 7 Bramantya Samuel Rizki Argiyan 84 78 8 Christiana Catur Retnowati 84 90 9 Daniel Christianto Setyo P 90 91 10 Dewa Atu Putu Nadya Hareswari 80 81 11 Dyan Adi Prakoso 92 82 12 Hafidz Bahtiar Priyono 77 83 13 Huda Diwang Aryoseto 84 81 14 Joko Cahyo Baskoro 89 83 15 Kezia Ardelia Fidiasari 90 82 16 Kharisma Resti Kurnia Diah S 90 81 17 Kidung Dalu Sriyoko 80 87 18 Maria Retno Savitri 77 77 19 Mutia Ulinur 81 79 20 Nilam Ikasari 80 88 21 Oktaverika Asrowifah 78 79 22 Putu Anom Suryawan 77 77 23 Qonita Khoirun Nisa 84 77 24 Ratri Febriastuti 89 87 25 Rhizqi Nuurannisa 77 75 26 Rm Nawa Yamashita Jaya Muliawan 77 87 27 Senigi Oktario Putra 79 80 28 Seno Aji Haryanto 78 87 29 Tesalonika Mardani 83 76 30 Utri Wichaksari 80 77 31 Yonif Fafan Iriano 77 88 32 Zafirah Rizka 77 77
82,125 82,15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
235
LAMPIRAN 2.13 PENILAIAN KELOMPOK SIKLUS 1
No Kelompok Ketua Nilai Pertemuan Nilai
Ulangan skor akhir 1 2 3 4
1 Auguste Comte Nilam 234 234 232 234 320 1254
2 Spencer Cristiana 255 248 248 250 340 1341 3 Webber Anom 217 215 215 217 332 1196
4 Herbert Mead
Daniel 233 230 233 233 334 1263
5 Paul Horton Abi 215 215 215 217 330 1192
6 Peter
Berger Joko 215 215 215 217 339 1201
7 Pitirim Sorokin
Tesalonika 215 215 215 217 312 1174
8 Habermas Nawa 210 210 210 217 322 1169
Nilai tim dan juaranya
No Kelompok Ketua
Nilai Pertemuan Nilai Ulangan
skor akhir 1 2 3 4
1 Spencer Cristiana 255 248 248 250 340 1341
2 Herbert Mead Daniel 233 230 233 233 334 1263
3 Auguste Comte Nilam 234 234 232 234 320 1254
4 Peter
Berger Joko 215 215 215 217 339 1201
5 Webber Anom 217 215 215 217 332 1196
6 Paul
Horton Abi 215 215 215 217 330 1192
7 Pitirim Sorokin Tesalonika 215 215 215 217 312 1174
8 Habermas Nawa 210 210 210 217 322 1169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
236
LAMPIRAN 2.14
DOKUMENTASI GAMBAR SIKLUS 1
Kegiatan presentasi siswa pada siklus 1. Siswa terlihat aktif mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
Siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh materi yang dipresentasikan oleh kelompok lain. Namun tetap saja masih ada beberapa siswa yang berbicara dengan teman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
237
LAMPIRAN 3.1
SILABUS Nama Sekolah : SMAN 1 Surakarta Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas / Program : X / RSBI Semester : 2 (dua) Tahun Pelajaran : 2011/2012 Standar Kompetensi : 2. Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian.
KOMPETENSI DASAR
MATERI POKOK/PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN
WAKTU
SUMBER BELAJAR
2.1 Menjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian
▪ Sosialisasi dan pembentukan kepribadian ▪ Sosialisasi dan pembentukan kepribadianMenjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadiann
TATAP MUKA : ▪ Secara individu mengamati proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian di lingkungan terdekat ▪Secara individu menceritakan hasil pengamatan tentang proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian ▪ Secara kelompok mendiskusikan tentang pembentukan kepribadian dengan kebudayaan. Mengajarkan siswa untuk belajar mempunyai kepribadian yang baik yang tidak merugikan orang lain maupun dirinya. ▪ Secara kelompok mendiskusikan hubungan
▪ Mendefinisikan sosialisasi dan pembentukan kepribadian ▪ Menghubungkan pembentukan kepribadian dengan kebudayaan ▪ Mendiskripsikan
Ulangan Harian Soal dengan bentuk uraian dan pemberian tugas
12x 45’
Utama : Sosiologi X, BSE, PT. Intan Pariwara. Sosiologi Jilid I,II, Paul B. Horton Pendukung : www.scribd.com/sosialisasi dan pembentukan kepribadian civicseducation.wordpress.com/ sosialisasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
238
sosialisasi dengan pembentukan kepribadian PENUGASAN TERSTRUKTUR : Mengerjakan LKS Uji Kompetensi 1 KEGIATAN MANDIRI TIDAK TERSTRUKTUR : . Siswa menganalisa kepribadian orang dengan melihat kebiasaan perilakunya
hubungan sosialisasi dengan kepribadian
pembentukan kepribadian Buku – buku dari penerbit lain yang dipunyai siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
239
LAMPIRAN 3.2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 4
(RPP.4)
A. IDENTITAS MATA PELAJARAN : 1. Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Surakarta 2. Kelas : X 3. Semester : 2 4. Program : RSBI 5. Mata Pelajaran : Sosiologi 6. Jumlah Pertemuan : 12 kali Pertemuan
B. STANDAR KOMPETENSI : Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian C. KOMPETENSI DASAR : Menjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI : 1. Mendefinisikan sosialisasi dalam pembentukan kepribadian. 2. Mendiskripsikan hubungan sosialisasi dengan kepribadian. 3. Menghubungkan pembentukan kepribadian dengan kebudayaan. E.TUJUAN PEMBELAJARAN : Siswa dapat menjelaskan tentang : • Definisi sosialisasi dalam pembentukan kepribadian
• Diskripsi hubungan sosialisasi dengan kepribadian. • Hubungan pembentukan kepribadian dengan kebudayaan. F. MATERI PEMBELAJARAN :
1. Sosialisasi a. Pengertian sosialiasi b. Proses sosialisasi dan factor-faktor yang mempengaruhi proses
sosialisasi c. Macam-macam media sosialisasi/ jenis sosialisasi d. Jenis-jenis
sosialisasi d. Faktor pengaruh sosialisasi e. Tahapan dari sosialisasi
2. Kepribadian a. Pengertian kepribadian b. Faktor-faktor pembentuk kepribadian c. Korelasi antara sosialisasi dan pembentukan kepribadian d. Tahap-tahap perkembangan kepribadian e. Macam-macam teori tipe kepribadian f. Korelasi antara kepribadian dengan keteraturan social dalam
masyarakat g. Kebudayaan dan pengaruhnya terhadap kepribadian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
240
G.ALOKASI WAKTU : 6 X 2 X45’ ( 12 X Pertemuan)
H. METODE PEMBELAJARAN : 1. Ceramah
2. Diskusi kelompok 3. Tanya jawab
4. Evaluasi I. SUMBER BELAJAR : 1. Materi Utama :
- Buku Sosiologi X, BSE, PT. Intan Pariwara - Buku Pengantar Sosiologi, Soerjono Soekanto - Transparan ringkasan materi
2. Materi Penunjang :
www.scribd.com/sosialisasi dan pembentukan kepribadian civicseducation.wordpress.com/ sosialisasi dan pembentukan kepribadian
J. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN :
1. Papan tulis, spidol, penggaris dan penghapus. 2. LKS (Lembar Kegiatan Siswa) 3. Paparan dengan Power Point.
K. KEGIATAN PEMBELAJARAN: 1. Pertemuan Pertama :
No Kegiatan Belajar Waktu Life Skill/Karakter
1 Kegiatan Awal a. Motivasi : Apa jadinya bila kita
dikucilkan atau dijauhi oleh masyarakat karena kita tidak mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan kita?
5’
Refleksi
b. Apersepsi : Sebagai mahluk social tentunya kita akan merasa marah dan tersiksa secara batiniah. Untuk itu kita perlu menyesuaikan diri dengan
Empati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
241
lingkungan melewati proses sosialisasi dari sejak kita lahir hingga dewasa.
2 Kegiatan Inti a. Ceramah tentang pengertian
sosialisasi. (Explorasi)
10’
b. Siswa disuruh membuat pendapat sendiri mengenai definisi sosialisasi.
10’ Berani
c. Tanya jawab tentang tujuan sosialisasi. (Elaborasi)
15’
3 Kegiatan Penutup a. Siswa mampu mampu
memahami sosialisasi secara umum dan mengulang definisinya sendiri tentang sosialisasi.
5’
Menyimpulkan
c. Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
c. Siswa menjawab salam penutup dari guru
Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) Siswa disuruh membuat pendapat sendiri mengenai definisi sosialisasi. 2. Pertemuan Kedua:
No Kegiatan Belajar Waktu Life Skill/Karakter
1 Kegiatan Awal a. Motivasi : Sosialisasi primer
dalam keluarga ternyata sangat penting dalam rangka pembentukan kepribadian seseorang.
5’
Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
242
b. Apersepsi : Menurut anda, dalam
proses sosialisasi anda sudah di tahapan yang mana?
Empati
2 Kegiatan Inti a. Memberikan ceramah mengenai
proses sosialisasi dari pemikiran G.H Mead dan C.H Cooley.
(Explorasi)
10’
b. Masing-masing siswa menuliskan ciri-ciri dari setiap tahapan proses sosialisasi berikut dengan contohnya.
10’ Berani
c. Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi, dilanjutkan dengan tanya jawab. (Ekplorasi)
15’
3 Kegiatan Penutup a. Siswa memberikan kesimpulan
dari setiap tahap sosialisasi yang telah dipelajarinya.
5’
Menyimpulkan
a. Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
c. Siswa menjawab salam penutup dari guru
Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) Masing-masing siswa menuliskan ciri-ciri dari setiap tahapan proses sosialisasi berikut dengan contohnya
3. Pertemuan Ketiga:
No Kegiatan Belajar Waktu Life Skill/Karakter
1 Kegiatan Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
243
a. Motivasi : Setiap individu pada
umumnya melewati beberapa kelompok social yang menjadi agen/ media sosialisasinya. Contoh siswa SMA berarti sudah melewati 3 media sosialisasi yaitu keluarga, teman sepermainan dan sekolah.
5’
Refleksi
b. Apersepsi : Sebutkan media/ agen sosialisasi yang lainnya.
Empati
2 Kegiatan Inti
a. Diskusi tentang mediaatau agen sosialisasi , jenis,factor, tahapan sosialisasi
10’
b. Kelas dibagi dalam 4 kelompok, diberikan tema diskusi selanjutnya dipresentasikan di depan kelas.
10’ Berani
c. Tema klp 1 : Media keluarga Tema klp 2 : Media Teman
Sepermainan/ Sebaya. Tema klp 3 : Media Sekolah.
Tema klp 4 : Media Massa.
15’
3 Kegiatan Penutup a. Siswa diharapkan mampu
menyimpulakan dan menganalisa dari setiap peran agen/ media sosialisasi yang telah didiskusikan.
5’
Menyimpulkan
a. Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
c. Siswa menjawab salam penutup dari guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
244
Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) Siswa menyebutkan sosialisasi apa saja yang didapatkan dalam setiap tahap sosialisasi yang sudah dilaluinya.
4. Pertemuan Keempat:
No Kegiatan Belajar Waktu Life Skill/Karakter
1 Kegiatan Awal a. Motivasi : Tahukah kamu
bahwa para napi atau penghuni LP itu sebenarnya mengalami pencabutan identitas dari masyarakat umum dan memperoleh sosialisai lanjutan yang terjadi dalam kelompoknya tersebut.
5’
Refleksi
b. Apersepsi : Menurutmu apa itu Desosialisasi dan resosialiasi itu?
Empati
2 Kegiatan Inti a. Ceramah tentang jenis-jenis
sosialisasi baik primer maupun sekunder. (Explorasi)
10’
b. Tanya jawab tentang jenis-jenis sosialisasi.
10’ Berani
c (Ekplorasi/Elaborasi) 15’ 3 Kegiatan Penutup a. Siswa lebih mengerti adanya
sosialisasi diluar sosialisasi yang telah diketahui dan diterimanya selama ini.
5’
Menyimpulkan
a. Siswa menerima informasi tentang tugas (KMTT) yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
245
pertemuan berikutnya.
c. Siswa menjawab salam penutup dari guru
Siswa menerima informasi tentang tugas (KMTT) Siswa membuat contoh jenis sosialisasi sekunder yang ada di masyarakat kita.
5. Pertemuan Kelima :
No Kegiatan Belajar Waktu Life Skill/Karakter
1 Kegiatan Awal
a. Motivasi : Cerita. Kepribadian
b. seseorang itu akan nampak
apabila berhubungan dengan orang lain. Hal itu bisa dilihat dari sifat, sikap dan kebiasaan yang dimiliki seseorang tersebut.
5’
Refleksi
b. Apersepsi : Apa yang diketahui siswa tentang warisan biologi, warisan lingkungan, warisan social, dan kelompok manusia.
Empati
2 Kegiatan Inti a. Menjelaskan pengertian
Kepribadian. (Explorasi)
10’
b. Menjelaskan factor-faktor pembentuk kepribadian.
10’ Berani
c. Diskusi kelas tentang korelasi sosialisasi dengan pembentuk kepribadian (Ekplorasi/Elaborasi)
15’
3 Kegiatan Penutup a. Siswa bisa menganalisa ternyata Menyimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
246
pembentukan kepribadian bisa dipengaruhi banyak factor dan seberapa jauh sosialisasi yang didapat dari seseorang tersebut.
5’
b.Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
c. Siswa menjawab salam penutup dari guru
Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) merangkum materi diskusi yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. 6. Pertemuan Keenam :
No Kegiatan Belajar Waktu Life Skill/Karakter
1 Kegiatan Awal
a. Motivasi :Coba diingat kembali tentang fase-fase perkembangan sosialisasi manurut G.H Mead.
b.
5’
Refleksi
b. Apersepsi : Kemudian cocokkan dengan tahapan perkembangan kepribadian sebagai hasil sosialisasi.
Empati
2 Kegiatan Inti a. Menerangkan tahap-tahap
perkembangan kepribadian. (Explorasi)
10’
b. Menjelaskan macam-macam teori tipe kepribadian.
10’ Berani
c (Ekplorasi/Elaborasi) 15’ 3 Kegiatan Penutup a. Siswa mampu mendefinisikan
berbagai teori tentang kepribadian.
5’
Menyimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
247
b.Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
c. Siswa menjawab salam penutup dari guru
Siswa menerima informasi tentang tugas (PT) Mengerjakan Latihan soal-soal. L. ALAT PENILAIAN. :
1. Jenis Test : a. Lisan secara individual.
b. Test tertulis secara klasikal.
2. Soal Tes Uraian : 1. Jelaskan menurut anda mengenai sosialisasi!
2. Tahapan sosialisasi apa sajakah yang sudah anda alami samapi sekarang ini, jelaskan!
3. Media-media sosialisasi manakah yang sudah anda lalui? 4. Menurut anda, benarkah sosialisasi berlangsung seumur hidup? 5. Sebutkan jenis-jenis sosialisasi!
Berikut ini format penilaian diskusi kelompok pada pertemuan Ketiga, Kelima, dan Ketujuh.
Keterangan: nilai maksimal 20 setiap aspeknya.
No. Nama
ASPEK PENILAIAN Total nilai
Presentasi Sikap Keaktifan Wawasan Kemampuan mengemukakan
pendapat
Kerja sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
248
LEMBAR OBSERVASI DISKUSI KELOMPOK
No Nama Siswa Aspek yang Dinilai
Skor/ Jumlah 1 2 3 4 5 6
Aspek yang dinilai:
1. Kemampuan menyampaikan pendapat. 2. Kemampuan memberikan argumentasi. 3. Kemampuan memberikan kritik. 4. Kemampuan mengajukan pertanyaan. 5. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik. 6. Kelancaran berbicara.
Penskoran: Jumlah skor: A. Tidak Baik Skor 1 24—30 = Sangat Baik B. Kurang Baik Skor 2 18—23 = Baik C. Cukup Baik Skor 3 12—17 = Cukup D. Baik Skor 4 6—11 = Kurang E. Sangat Baik Skor 5
FORMAT PENILAIAN PROSES DISKUSI
No Nama Siswa Kriteria Penilaian Jumlah
Skor 1 2 3 4 5 1
2
dst
Keterangan: Rentang skor : 1—3
a. Aktivitas dalam kelompok 2—15 = Sangat baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
249
b. Tanggung jawab individu 9—11 = Baik
c. Pemikiran 6—8 = Cukup
d. Keberanian berpendapat 3—5 = Kurang
e. Keberanian tampil
Surakarta, 25 Juni 2011
Validasi
WK Kurikulum
Drs. Suryadi, MPd NIP. 19540412 198003 1 019
Guru Mapel Sosiologi
Agustaf Didit Maryos, S.Sos NIP. 19740814 200604 1 004
Mengetahui, Kepala Sekolah SMAN 1 Surakarta
Drs . HM. Thoyibun, S.H.,M.M NIP 19580204 198603 1 1017
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
250
LAMPIRAN 3.3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Siklus 2)
Nama sekolah : SMA Negeri 1 Surakarta Mata Pelajaran : Sosiologi Materi Pokok : Sosialisasi Sebagai Proses
Pembentukan Kepribadian Kelas/ Semester : X/9
Standar Kompetensi : Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan Kompetensi Dasa : Menjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan
kepribadian. Indikator :
1. Mendefenisikan sosialisasi dan pembentukan kepribadian
2. Menjelaskan bentuk-bentuk sosialisasi 3. Menjelaskan tahap sosialisasi 4. Menjelaskan agen-agen yang berperan dalam
sosialisasi. 5. Menjelaskan Sosialisasi sebagai proses
pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian
Pertemuan ke : 1-6 Alokasi waktu : 5 x 45 Menit Tujuan pembelajaran
Setelah proses pembelajaran siswa diharapkan mampu : (g) Mendefinisikan pengertian sosialisasi dan Kepribadian (h) Menjelaskan tahap Sosialisasi (i) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi sosialisasi (j) Menjelaskan Bentuk Sosialisasi (k) Menjelaskan agen sosialisasi yang berperan dalam proses sosialisasi (l) Menjelaskan Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam
pembentukan kepribadian G. Materi Pembelajaran
1. Pengertian sosialisasi Sosialisasi adalah proses belajar seorang individu menjadi anggota masyarakat agar dapat berpartisipasi di dalamnya. · Sosialisasi menurut Charlotte Buhler adalah proses yang membantu
individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
· Sosialisasi menurut Bruce J. Cohen adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
251
kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok.
· Sosialisasi menurut Peter Berger adalah suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
· Sosialisasi menurut Sukandar Wiraatmaja adalah proses belajar mulai bayi untuk mengenal dan memperoleh sikap, pengertian, gagasan dan pola tingkah laku yang disetujui oleh masyarakat.
· Sosialisasi menurut Jack Levin dan James L. Spates adalah proses pewarisan dan pelembagaan kebudayaan kedalam kepribadian individu.
2. Tahap sosialisasi Pemikiran para ahli tentang proses-proses sosialisasi. a. Pemikiran George Herbert Mead
Menurut Mead, proses sosialisasi yang dilakukan oleh manusia adalah melalui peran peran yang harus dijalankan oleh individu sehingga pemikirannya terkenal dengan Role Theory (teori mengenai peranan). Tahapan sebagai berikut: 1) Tahap play stage (tahap bermain) 2) Tahap game stage (tahap permainan) 3) Tahap generalized stage (tahap penerimaan norma kolektif)
b. Pemikiran Charles Horton Cooley Pemikiran Cooley terkenal dengan Looking Glass-self (Cermin Diri) yang juga menekankan pentingnya peranan interaksi dalam sosialisasi. Seorang individu berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Dalam hal ini, seorang individu berkembang melalui tiga tahap, yaitu: 1) Persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. 2) Persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. 3) Seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya.
3. Faktor yang mempengaruhi sosialisasi Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pembentukan kepribadian sebagai berikut. · Lingkungan geografis menimbulkan pengalaman-pengalaman yang
berbeda pada seseorang dalam menyelaraskan dirinya terhadap keadaan alam.
· Lingkungan kebudayaan menyebabkan partisipasi yang berbeda-beda coraknya di dalam lingkungan kebudayaan secara menyeluruh.
4. Bentuk sosialisasi Di dalam masyarakat sosialisasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: · Sosialisasi Primer
Menurut Peter Berger dan Luckman, sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, di mana ia menjadi anggota masyarakat. Biasanya pada usia 1 – 5 tahun, secara bertahap mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
252
· Sosialisasi Sekunder Menurut Peter Berger dan Luckman, sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.
· Sosialisasi Represif Sosialisasi yang menekankan pada pengawasan yang ketat dan pemberian hukuman kepada setiap orang yang melanggar peraturan atau norma yang berlaku. Misalnya di lingkungan pendidikan militer seperti kepolisian.
· Sosialisasi Partisipasi Sosialisasi yang menekankan pada keikutsertaan seseorang dalam proses sosial. Anak-anak yang sudah menaati nilai dan norma diberi pujian, sedangkan yang belum mereka terus dibimbing, diarahkan dan diluruskan jika terjadi penyimpangan.
5. Agen sosialisasi Ada berbagai jenis media sosialisasi yang bertindak sebagai agen sosialisasi, yakni pihak pihak yang melaksanakan sosialisasi, antara lain sebagai berikut. · Keluarga (kinship) Keluarga sebagai agen sosialisasi, merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. · Teman sepermainan Teman sepermainan merupakan sosialisasi dalam keluarga. Dalam kelompok bermain mulai mempelajari aturan dan peran yang berlaku bagi orang-orang yang berkedudukan sama (sederajat). · Sekolah Pada masyarakat tradisional yang masih sangat sederhana (primitif ) keluarga merupakan lembaga paling dominan dalam proses sosialisasi. · Sosialisasi di lingkungan kerja Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. · Sosialisasi melalui media massa Media massa terdiri atas media cetak (seperti surat kabar dan majalah) dan media elektronik (seperti radio, televisi, video, film, piringan hitam dan kaset). Media massa memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi.
6. Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian Kebudayaan merupakan karakter masyarakat bukan karakter secara individual. Semua yang dipelajari dalam kehidupan sosial dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan kebudayaan.
H. Metode pembelajaran 1. Koopetaif Jigsaw II 2. Eksplorasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
253
I. Peta Konsep J. Alat /media pembelajran
1. LCD 2. White Board 3. Spidol 4. Laptop/camputer 5. Instrumen pembelajaran meliputi lembar diskusi siswa, lembar materi
diskusi dll. K. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 No
Kegiatan pembelajaran Metode Media
Waktu
Pendidikan karakter
1 f. Salam Pembukaan g. Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan
kelayakan kelas dalam proses pembelajaran. h. Apersepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran
i. Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sosialisasi dan memberitahukan indikator-indikator yang akan dicapai.
j. Rambu-rambu belajar Siswa pemperhatikan peta konsep tentang sosialisasi sebagai gambaran tentang materi yang akan di sampaikan.
Ceramah Informasi Tanya jawab
White board Computer /LCD
5’ Disiplin Bertanggung jawab Cinta Lingkungan
2 Kegiatan Inti Eksplorasi
Ceramah Tanya
Computer
35’
Sosialisasi
Dasar kepribadian
proses pembentukan kepribadian
Jenis Media Sosialisasi
Tahapan
Fungsi
Kebudayaan berpengaruh
terhadap kepribadian
Peta Konsep Sosialisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
254
(xiv). Guru menjelaskan mengenai pengertian sosialisasi dari para ahli dan secara umum.
(xv). Guru memberikan contoh sosialisasi dalam lingkungan sekolah
(xvi). Guru bertanya pada siswa mengenai pendapat mereka mengenai contoh lain tentang sosialisasi di lingkungan siswa. Kemudian guru menampung jawaban siswa.
(xvii). Guru menjelaskan kepada siswa faktor pendorong sosialisasi
(xviii). Kemudian setelah memberikan penjelasan pendorong sosial dari beberapa pendapat siswa.
(xix). Guru menjelaskan contoh pendorong sosialisasi
Elaborasi Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi sosialisasi dan faktor-faktor pendorong sosialisasi yang terjadi di lingkungan sekolah. Konfirmasi Guru memberikan balikan yanng positif mengenai pendapat siswa yang memberikan contoh sosialisasi di lingkungan sekolah.
Jawab
/LCD Alat Tulis
Cerdas Peduli dan kreatif
3 Kegiatan Akhir d. Guru menanyakan apakah ada materi yang
kurang jelas. Kemudian guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
e. Guru memberi pertanyaan kepada siswa sebagai evaluasi dan tugas mandiri kepada siswa untuk belajar dirumah
f. Kemudian guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya dengan menggunakan kelompok jigsaw.
g. Materi yang akan diberikan pada pertemuan berikutnya. Meliputi 6. Tahapan sosialisasi 7. Bentuk sosialisasi 8. Agen sosialisasi
Tanya Jawab
Komputer/LCD
5’ Peduli dan Kreatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
255
Pertemuan 2 No
Kegiatan pembelajaran Metode Media
Waktu
Pendidikan karakter
1 f. Salam Pembukaan g. Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan
kelayakan kelas dalam proses pembelajaran. h. Apersepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan mengulas mengenai pelajaran sebelumnya yaitu sosialisasi dan faktor pendorongnya. Kemudian setelah siswa menjawab guru memberikan klarifikasi terhadap beberapa jawaban siswa serta menarik kesimpulan. Kemudian menghubungkan materi tersebut dengan materi yang akan disampaikan yaitu tahapan, bentuk dan agen sosialisasi.
i. Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
j. Rambu-rambu belajar Siswa pemperhatikan peta konsep tentang tahapan, bentuk dan agen sosialisasi gambaran akan materi yang akan dipelajari. Siswa dibagi perkelompok kooperatif selanjutnya berkumpul dengan kelompok ahli untuk melaksanakan diskusi secara mandiri.
Ceramah Informasi Tanya jawab
White board Computer /LCD
10’ Disiplin Bertanggung jawab Cinta Lingkungan
2 Kegiatan Inti e. Guru memberikan materi kelompok ahli kepada
masing-masing kelompok. f. Guru memantau kegiatan diskusi kelompok ahli g. Guru mengarakan siswa untuk kembali
kekelompok asal. Dan menjelaskan hasil diskusi kelompok ahli kekelompok asal.
h. Siswa menuliskan hasil diskusi keseluruhan di lembar diskusi siswa.
Ceramah Tanya Jawab
Computer /LCD Alat Tulis
30’
Cerdas Peduli dan kreatif
3 Kegiatan Akhir d. Guru memberikan tugas untuk menyelesaikan
rangkuman materi dirumah secara berkelompok asal/ kooperatif
e. Kemudian guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan minggu selanjutnya yaitu diskusi antar kelompok.
Tanya Jawab
Komputer/LCD
5’ Peduli dan Kreatif
Pertemuan 3. No
Kegiatan pembelajaran Metode Media
Waktu
Pendidikan karakter
1 f. Salam Pembukaan g. Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan
Diskusi kelompo
White board
5’ Disiplin Bertanggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
256
kelayakan kelas dalam proses pembelajaran. h. Apersepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk presentasi i. Motivasi
Guru menjelaskan tujuan mengenai pelanggaran tahapan, bentuk dan agen sosialisasi dalam masyarakat.
j. Rambu-rambu belajar Siswa yang belum mempresentasikan hasil diskusi mempresentasikannya didepan kelas.
k/ presentasi
Computer /LCD
ng jawab Cinta Lingkungan
2 Kegiatan Inti c. Guru menyuruh siswa untuk membacakan
hasil diskusi kelompok ahli didepan kelas. d. Guru memberikan balikan yanng positif
mengenai performan siswa didepan kelas, dan memberikan komentar dan penguatan, agar lebih baik dalam performan berikutnya.
Ceramah Tanya Jawab
Computer /LCD Alat Tulis
35’
Cerdas Peduli dan kreatif
3 Kegiatan Akhir b. Guru menanyakan apakah ada materi yang
kurang jelas. Kemudian guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
Tanya Jawab
Komputer/LCD
5’
Peduli dan Kreatif
Pertemuan ke 4 No
Kegiatan pembelajaran Metode Media
Waktu
Pendidikan karakter
1 f. Salam Pembukaan g. Presensi kehadiran siswa dan mempersiapkan
kelayakan kelas dalam proses pembelajaran. h. Apersepsi
Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran dan mengulas sedikit mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tentang bentuk-bentuk interaksi sosial.
i. Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini.
j. Rambu-rambu belajar Siswa pemperhatikan peta konsep tentang proses Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian sebagai gambaran
Ceramah Informasi Tanya jawab
White board Computer /LCD
5’ Disiplin Bertanggung jawab Cinta Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
257
tentang materi yang akan di sampaikan.
2 Kegiatan Inti Eksplorasi (xi). Guru menjelaskan konsep kepribadian dan
budaya (xii). Guru menghubungkan antara kepribadian
dan kebudayaan
Elaborasi Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian. Konfirmasi Guru memberikan balikan yanng positif mengenai pendapat siswa yang memberikan contoh Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian di lingkungan siswa.
Ceramah Tanya Jawab
Computer /LCD Alat Tulis
35’ Cerdas Peduli dan kreatif
3 Kegiatan Akhir (7) Guru menanyakan apakah ada materi yang
kurang jelas. Kemudian guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar. Setelah itu guru menyempurnakan kesimpulan dari pendapat beberapa siswa tadi. Kemudian guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini.
(8) Guru memberi evaluasi dengan menanyakan contoh Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian di lingkungan masyarakat.
(9) Kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk belajar mempersiapkan UK.3 pertemuan selanjutnya.
Tanya Jawab
Komputer/LCD
5’ Peduli dan Kreatif
Pertemuan ke 5 No
Kegiatan pembelajaran Metode Media Waktu
Pendidikan karakter
1 Evaluasi pembelajaran. Tes tertulis
Lembar jawaban
40’ Kejujuran
2 Penutup. c. Guru bertanya kepada siswa
mengenai ujian yang dilaksanakan. d. Membahas soal-soal evaluasi.
Diskusi 5’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
258
Sumber : 1. Kun Maryati, Juju Suryawati. 2010. Sosiologi SMA Kelas X. Jakarta : Esis. 2. Andreas Soeroso. SOSIOLOGI 1. SMA Kelas X. Penerbit Quadra Yudhistira. 3. Indianto Muin. SOSIOLOGI SMA kelas X. Jakarta: Erlangga. 4. Pengantar sosiologi. Kamanto Sunarto. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. 5. http://mahar-cantixs.blogspot.com/p/power-point.html
VI. PENILAIAN A. Instrumen :
3. Ranah Afektif Penilaian afektif dilakukan ketika siswa melaksanakan proses pembelajaran secara berkelompok, untuk itu digunakan format seperti ini.
No
Nama Siswa
Indikator sikap dan nomor indikator Nilai rata-rata 1 2 3 4 5 6
Penilaian
d. Kriteria skor : 1= sangat kurang 2= kurang 3= cukup 4=baik/ sering 5= sangat baik/ sangat sering
4. Ranah Kognitif Bentuk soal Tertulis sebagai bentuk evaluasi.
Soal. 1. Bagaimana peran nilai sosial dan norma sosial dalam proses sosialisasi
di masyarakat? Jelaskan! 2. Sebutkan agen-agen sosialisasi dan jelaskan peran masing-masing
agen tersebut! 3. Mengapa proses sosialisasi sangat penting bagi manusia? Apa yang
akan terjadi apabila seorang individu kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya?
4. Jelaskan tahap-tahap proses sosialisasi George Herbert Mead! 5. Bagaimana peran keluarga dalam membentuk kepribadian seseorang? Penilaian Skoring = 20 + 20 + 20 + 20 + 20 = 100
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Surakarta, 4 Januari 2012 Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
259
LAMPIRAN 3.4 MATERI JIGSAW SIKLUS 2
1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi adalah proses belajar seorang individu menjadi anggota masyarakat agar dapat berpartisipasi di dalamnya. Sosialisasi menurut Charlotte Buhler adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi menurut Bruce J. Cohen adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok. Sosialisasi menurut Peter Berger adalah suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Sosialisasi menurut Prof. Dr. Nasution, S.H. Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial (sebagai warga masyarakat yang dewasa). Sosialisasi menurut Sukandar Wiraatmaja adalah proses belajar mulai bayi untuk mengenal dan memperoleh sikap, pengertian, gagasan dan pola tingkah laku yang disetujui oleh masyarakat. Sosialisasi menurut Jack Levin dan James L. Spates adalah proses pewarisan dan pelembagaan kebudayaan kedalam kepribadian individu. Di dalam masyarakat sosialisasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: a. Sosialisasi Primer Menurut Peter Berger dan Luckman, sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, di mana ia menjadi anggota masyarakat. Biasanya pada usia 1 – 5 tahun, secara bertahap mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Peran orang-orang terdekat sangat penting untuk membentuk karakter kepribadian sesuai yang diharapkan. Ini merupakan proses penting karena apapun yang diserap anak di masa ini menjadi ciri mendasar kepribadian anak setelah dewasa. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pola pengasuhan yang baik dan jauh dari suasana kekerasan baik fisik maupun psikis agar kelak karakter anak menjadi baik. Sosialisasi Sekunder Menurut Peter Berger dan Luckman, sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberikan identitas diri baru dan desosialisasi adalah ketika seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama. Hal ini biasa terjadi di lingkungan tempat kerja. Sosialisasi Represif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
260
Sosialisasi yang menekankan pada pengawasan yang ketat dan pemberian hukuman kepada setiap orang yang melanggar peraturan atau norma yang berlaku. Misalnya di lingkungan pendidikan militer seperti kepolisian. d. Sosialisasi Partisipasi Sosialisasi yang menekankan pada keikutsertaan seseorang dalam proses sosial. Anak-anak yang sudah menaati nilai dan norma diberi pujian, sedangkan yang belum mereka terus dibimbing, diarahkan dan diluruskan jika terjadi penyimpangan. Faktor-faktor yang memengaruhi proses sosialisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: Faktor Internal Yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor intrinsik ini menyangkut motivasi, minat serta kemampuan yang dimiliki seseorang dalam rangka menyesuaikan diri dengan tata pergaulan yang ada dalam masyarakat. b. Faktor Eksternal Faktor yang berasal dari luar individu yang melakukan proses sosialisasi dalam masyarakat. Faktor ekstrinsik dapat berupa norma, nilai, struktur sosial, ekonomi, struktur budaya, dan lain-lain. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pembentukan kepribadian sebagai berikut. 1) Lingkungan geografis menimbulkan pengalaman-pengalaman yang berbeda pada seseorang dalam menyelaraskan dirinya terhadap keadaan alam. 2) Lingkungan kebudayaan menyebabkan partisipasi yang berbeda-beda coraknya di dalam lingkungan kebudayaan secara menyeluruh. 3) Warisan biologis menimbulkan faktor-faktor variasi individu dalam hal mentalis, tampang jasmani, dan kematangan pribadi. 4) Lingkungan sosial menyebabkan partisipasi yang berlainan coraknya di dalam kehidupan kelompok. Jenis-jenis sosialisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
· Sosialisasi primer (primary socialization) Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dan menjadi pintu bagi seseorang memasuki keanggotaan dalam masyarakat. Tempat sosialisasi primer adalah keluarga karena manusia lahir dan hidup di tengah-tengah keluarga. Sosialisasi primer akan memengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak, dan adik. Dalam tahap tersebut, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Sosialisasi primer merupakan tempat menanamkan nilai nilai budaya yang dianut keluarga seperti aturan-aturan keluarga, agama, dan kepercayaan.
· Sosialisasi sekunder (secondary socialization) Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi berikutnya yang memperkenalkan kepada individu tersebut sektor-sektor baru dunia objektif masyarakat. Sosialisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
261
sekunder mengajarkan nilai-nilai baru di luar lingkungan keluarga seperti di lingkungan sekolah, lingkungan bermain, dan lingkungan kerja. Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat adalah proses resosialisasi atau sering disebut proses permasyarakatan total. Contoh: rumah tahanan, rumah sakit jiwa, dan lembaga pendidikan militer. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu kepribadian baru. Ia di didik untuk menerima aturan dan nilai baru. Media sosialisasi Ada berbagai jenis media sosialisasi yang bertindak sebagai agen sosialisasi, yakni pihak pihak yang melaksanakansosialisasi, antara lain sebagai berikut.
· Keluarga (kinship) Keluarga sebagai agen sosialisasi, merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga Inti (nuclear family) yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak serta orang lain yang ada dalam keluarga tersebut ikut menjadi media sosialisasi bagi anak. Pada masyarakat yang mengenal sistem keluarga luas (extended family) agen sosialisasi berjumlah lebih banyak, antara lain paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya, di samping kedua orang tuanya. Dalam keluarga ada beberapa faktor yang bersifat universal dan memengaruhi pembentukan kepribadian anak, yaitu sebagai berikut.
1. Sifat otoriter orang tua Sifat otoriter yang berlebihan dapat menimbulkan konflik dalam diri anak terutama di dalam masyarakat modern yang makin kompleks. Dalam masyarakat tradisional sifat otoriter orang tua lebih besar dan lebih lama, sehingga sifat tersebut menjadi tradisi yang diwariskan. Akan tetapi pada masyarakat modern anak umumnya mengalami emansipasi yang akan menirunya kembali segala nilai yang ditanamkan padanya.
2. Larangan Incest Incest adalah perkawinan yang terjadi di kalangan keluarga sendiri atau perkawinan sedarah. Larangan incest mendorong seseorang mencari pasangan di luar kalangan keluarga.
3. Persaingan untuk mendapat kasih sayang Persaingan di dalam hidup keluarga menjadi pendorong bagi seseorang anak untuk mencari hubungan sosial di luar kalangan keluarga. Orang tua harus mendorong perkembangan pribadi anak, yaitu memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang. Dalam keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi yaitu sebagai berikut. a) Sosialisasi represif Sosialisasi represif yaitu sosialisasi yang mengutamakan ketaatan anak pada orang tua. Sosialisasi ini lebih menekankan penggunaan hukuman terhadap anak yang melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
262
kesalahan. Contoh: memukul anak apabila tidak menaati perintah orang tua. Sosialisasi semacam ini salah satu sifatnya hanya terjadi satu arah (terletak pada orang tua saja). Adapun bentuk sosialisasi represif, antara lain sebagai berikut. – Menghukum perilaku keliru. – Kepatuhan anak terhadap orang tua. – Komunikasi sebagai perintah. – Komunikasi nonverbal. – Sosialisasi berpusat pada orang tua. – Anak memerhatikan keinginan orang tua. – Dalam keluarga pengaruh didominasi orang tua (ayah). Sarana sosialisasi yang paling ampuh adalah bahasa, kata-kata tidak harus baik, jahat, dan sebagainya. Sarana tersebut merupakan alat penting untuk membentuk hati nurani seseorang. Selain itu, bahasa juga menjadi perantara dalam proses pengembangan diri. b) Sosialisasi persuasif Sosialisasi persuasif yaitu sosialisasi yang mengutamakan tindakan pencegahan agar anak tidak melakukan penyimpangan sosial. Contoh: tindakan pemberian peringatan dari orang tua kepada anak, ketika anak ingin keluar malam. Peringatan tersebut, misalnya kalau biasa sering keluar malam kesehatan bisa memburuk, terlambat ke sekolah, dan sebagainya.
· Teman sepermainan Teman sepermainan merupakan sosialisasi dalam keluarga. Dalam kelompok bermain mulai mempelajari aturan dan peran yang berlaku bagi orang-orang yang berkedudukan sama (sederajat). Dalam kelompok bermain anak mulai mengenal dan mempelajari nilai-nilai keadilan. Dalam tahap ini pikiran anak masih bersifat egosentris, belum dapat menilai pendirian orang lain pada umumnya tujuan kegiatan kelompok bermain yang bersifat rekreatif. Pada usia remaja kelompok bermain berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkembangan itu disebabkan oleh bertambah luasnya ruang lingkup pergaulan remaja baik di sekolah maupun di luar sekolah. Peranan positif dari kelompok persahabatan terhadap perkembangan kepribadian anak sebagai berikut.
1) Remaja merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok persahabatan.
2) Remaja dapat tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan 3) Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa,
takut, khawatir, tertekan, gembira yang kemungkinan tidak didapatkan di rumah.
4) Remaja dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial yang berguna bagi kehidupannya kelak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
263
5) Remaja lebih bersifat dan bersikap dewasa. Selain peranan positif, ada kemungkinan timbul peranan negatif, misalnya: melalui kelompok persahabatan yang disebut dengan “Geng” atau “klik geng”. Kelompok persahabatan “Geng” atau “klik geng” adalah kelompok sosial yang mempunyai kegemaran berkelahi atau membuat keributan, bahkan tidak jarang mereka minum-minuman keras dan memakai obat-obat terlarang. Klik adalah kelompok kecil tanpa struktur formal yang anggotanya mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama.
· Sekolah Pada masyarakat tradisional yang masih sangat sederhana (primitif ) keluarga merupakan lembaga paling dominan dalam proses sosialisasi. Tetapi pada masyarakat modern fungsi menyosialisasikan anak diganti oleh lembaga formal yang disebut sekolah. Fungsi pendidikan sekolah sebagai media sosialisasi sebagai berikut.
1) Memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan daya intelektual agar siswa dapat hidup layak.
2) Membentuk kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
3) Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskannya dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
4) Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan mengembangkan kemampuan berfikir secara rasional dan bebas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah memiliki dua jenis kurikulum yaitu sebagai berikut.
1) Kurikulum nyata (real curricullum), yang membuat sejumlah mata pelajaran yang disampaikan di sekolah.
2) Kurikulum tersembunyi (hidden curricullum), yang berupa aturan-aturan sopan santun, cara berpakaian yang rapi, penghargaan terhadap waktu/kedisiplinan dan berfikir serta bersikap sistematis.
Sosialisasi melalui sistem pendidikan formal (sekolah) cukup efektif karena di samping membaca, menulis, dan berhitung di sekolah juga diajarkan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), dan kesamaan kedudukan (universalisme).
· Sosialisasi di lingkungan kerja Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja seseorang akan berinteraksi dengan teman sekerja, dengan pimpinan, dan dengan relasi bisnis. Kelompok kerja sangat beragam, karena terbentuk dari berbagai bidang keahlian dan jenis pekerjaan. Dalam hubungan sosial di lingkungan kerja setiap orang harus menjalankan peranan sosial dengan kedudukannya. Peranan ini akan menghasilkan sikap tertentu yang memengaruhi tindakan sebagai anggota masyarakat.
· Sosialisasi melalui media massa Media massa terdiri atas media cetak (seperti surat kabar dan majalah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
264
dan media elektronik (seperti radio, televisi, video, film, piringan hitam dan kaset). Media massa memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran media massa sangat memengaruhi tindakan dan sikap anggota masyarakat terutama anak-anak. Nilai nilai dan norma yang disampaikan akan tertanam dalam diri anak melalui penglihatan maupun pendengaran. Apabila informasi yang diterima positif sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat maka akan terbentuk kepribadian yang positif, misalnya penayangan tentang dunia pendidikan, agama, dan lain-lain. Sebaliknya jika informasi yang disampaikan negatif maka akan membentuk kepribadian anak yang kurang baik, misalnya penayangan film yang menonjolkan kekerasan akan mendorong perilaku agresif pada anak-anak yang melihatnya. Maka di sini akan diperkenalkan pemikiran para ahli tentang proses-proses sosialisasi. a. Pemikiran George Herbert Mead Menurut Mead, proses sosialisasi yang dilakukan oleh manusia adalah melalui peran-peran yang harus dijalankan oleh individu sehingga pemikirannya terkenal dengan Role Theory (teori mengenai peranan). Melalui penguasaan peranan yang ada dalam masyarakat maka seorang individu dapat berinteraksi dengan orang lain. Pengembangan diri manusia melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain berjalan secara bertahap mulai dari tahap play stage, game stage, dan generalized other. 1) Tahap play stage (tahap bermain) Pada tahap ini ditandai dengan peran-peran yang dilakukan anak kecil yang menirukan peran-peran yang dimainkan orang-orang yang berada di sekitarnya seperti orang tuanya atau orang dewasa lainnya yang sering mengadakan interaksi dengannya. Ini dapat kalian amati ketika anak kecil sedang bermain dan menjalankan peran yang dilakukan orang dewasa tanpa memahami isi peran-peran tersebut. Misalnya seorang anak yang berpura-pura menjadi dokter, pilot, polisi, tanpa tahu mengapa dokter harus menyuntik, pilot berada di pesawat ataupun mengapa polisi itu harus membawa pistol. 2) Tahap game stage (tahap permainan) Pada tahap ini, masa peniruan sudah mulai berkurang dan tergantikan dengan peran yang secara langsung dimainkan dengan penuh kesadaran. Selain itu, jumlah orang yang berinteraksi dengannya semakin banyak dan kompleks serta mulai memahami peran yang harus dijalankan oleh orang lain tersebut. Seorang anak kecil mulai menyadari adanya norma norma yang harus dipahami baik yang berlaku di dalam keluarganya maupun di luar keluarganya. 3) Tahap generalized stage (tahap penerimaan norma kolektif) Pada tahap ini, seorang anak telah beranjak dewasa dan mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Individu tersebut telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa berinteraksi. Sebagai anak, ia telah mampu memahami peranan yang dijalankan orang tua,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
265
sebagai siswa, ia telah mampu memahami peranan yang dijalankan seorang guru, dan sebagainya. Dari pemikiran Mead ini, tampak jelas bahwa diri seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Tanpa berinteraksi dengan orang lain, maka seorang individu tidak mampu untuk tumbuh dan berkembang. Baiklah, itu tadi adalah pemikiran George Herbert Mead. Selanjutnya kita akan belajar tahap sosialisasi dari Charles Horton Cooley. Apakah ada perbedaannya ataukah mempunyai persamaan pemikiran tetapi dengan pandangan yang berbeda? b. Pemikiran Charles Horton Cooley Pemikiran Cooley terkenal dengan Looking Glass-self (Cermin Diri) yang juga menekankan pentingnya peranan interaksi dalam sosialisasi. Seorang individu berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Dalam hal ini, seorang individu berkembang melalui tiga tahap, yaitu: 1) Persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. 2) Persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. 3) Seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya. Untuk memahami pemikiran Cooley, di sini akan disajikan suatu contoh. Seorang murid yang merasa dirinya pandai karena selalu mendapatkan ranking pertama di kelasnya. Karena dengan kepandaiannya itu maka ia selalu diminta gurunya untuk mengikuti perlombaan. Setiap tindakan yang dilakukan selalu mendapatkan pujian dan komentar yang baik. Dengan adanya penilaian tersebut maka seorang anak akan merasa dirinya pandai dan menimbulkan perasaan bangga. Ini juga dapat berlaku ketika seorang anak yang mendapatkan predikat sebagai anak yang nakal, bodoh, dan bandel sehingga setiap tindakan yang dilakukannya selalu dianggap salah, sehingga menimbulkan penilaian yang buruk bagi anak tersebut. Akibatnya anak merasa dirinya nakal, bandel, dan bodoh juga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
266
LAMPIRAN 3.5 PENGAMATAN PERILAKU SISWA
DALAM KELOMPOK ASAL (Siklus 2 pertemuan 1)
No Kelompok
Anggota Indikator keaktifan Jumlah
% Nilai 1 2 3 4 5 6
1 Auguste Comte
Nilam V V V V 4 66,7 67 Alifa V V V V V V 6 100 100 Rhizqi V V V 3 50 50 Mutia V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 3 2 3 3 3 17 70,8 284
2 Spencer Cristiana V V V V V V 6 100 100 Anisa V V V V V V 6 100 100 Dewa V V V V V 5 83,3 83 Kharisma V V V V V 5 83,3 83 Jumlah 4 3 3 4 4 4 22 91,6 366
3 Webber Anom V V V V V 5 83,3 83 Kezia V V V V V 5 83,3 83 Agita V V V V 4 66,7 67 A.Afandi V V V V V 5 83,3 83 Jumlah 3 3 3 3 4 3 19 79,2 316
4 Herbert Mead
Daniel V V V V V V 6 100 100 Ratri V V V V V V 6 100 100 Okta V V V V V V 6 100 100 Utri V V V V V V 6 100 100 Jumlah 4 4 4 4 4 4 24 100 400
5 Paul Horton
Hafidz B V V V V 4 66,7 67 Dyan Adi V V V V 4 80 80 Seno Aji V V V V V 5 83,3 83 Abi D V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 3 2 3 4 2 17 70,8 297
6 Peter Berger
Joko V V V V V 5 83,3 83 Kidung V V V V 4 66,7 67 Huda V V V V 4 66,7 67 Yonif V V V 3 50 50 Jumlah 2 2 3 3 3 3 16 66,6 267
7 Pitirim Sorokin
Tesa V V V V 4 80 80 Aulia V V V V 3 50 50 Qonita V V V V V 5 83,3 83 Zafira V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 2 3 2 4 3 17 70,8 280
8 Habermas
Nawa V V V V V 5 83,3 83 Maria V V V V V 5 83,3 83 Senigi V V V 3 50 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
267
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar secara umum.
No Nama Indikator Keaktifan Siswa Jumla
h % Nilai 1 2 3 4 5 6 1 A.Afandi V V V V V 5 83,3 83 2 Abi D V V V V 4 66,7 67 3 Agita V V V V 4 66,7 67 4 Alifa V V V V V V 6 100 100 5 Anisa V V V V V V 6 100 100 6 Anom V V V V V 5 83,3 83 7 Aulia V V V V 3 50 50 8 Bramantya V V V V 4 80 80 9 Cristiana V V V V V V 6 100 100
10 Daniel V V V V V V 6 100 100 11 Dewa V V V V V 5 83,3 83 12 Dyan Adi V V V V 4 66,7 67 13 Hafidz B V V V V 4 66,7 67 14 Huda V V V V 4 66,7 67 15 Joko V V V V V 5 83,3 83 16 Kezia V V V V V 5 83,3 83 17 Kharisma V V V V V 5 83,3 83 18 Kidung V V V V 4 66,7 67 19 Maria V V V V V 5 83,3 83 20 Mutia V V V V 4 80 80 21 Nawa V V V V V 5 83,3 83 22 Nilam V V V V 4 66,7 67 23 Okta V V V V V V 6 100 100 24 Qonita V V V V V 5 83,3 83 25 Ratri V V V V V V 6 100 100 26 Rhizqi V V V 3 50 50 27 Senigi V V V 3 50 50 28 Seno Aji V V V V V 5 83,3 83 29 Tesa V V V V 4 66,7 67 30 Utri V V V V V V 6 100 100 31 Yonif V V V 3 50 50 32 Zafira V V V V 4 66,7 67
Jumlah 25 22 23 25 29 25
Prosentase 78,12
68,75
71,87
78,12
90,62
78,12
Bramanta V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 2 3 3 3 3 17 70,8 283
JUMLAH KEAKTIFAN
25 22 23 25 29 25 149
Prosentase keseluruhan
78,12
68,75
71,87
78,12
90,62
78,12
77,60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
268
Surakarta, 5 Januari 2012
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
269
LAMPIRAN 3.6 PENGAMATAN PERILAKU SISWA
DALAM KELOMPOK ASAL (Siklus 2 pertemuan 2)
No Kelompok
Anggota Indikator keaktifan Jumlah
% Nilai 1 2 3 4 5 6
1 Auguste Comte
Nilam V V V V V 5 83,3 83 Alifa V V V V V 5 83,3 83 Rhizqi V V V V V 5 83,3 83 Mutia V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 3 2 4 4 3 19 79,2 31
6 2 Spencer Cristiana V V V V V V 6 100 10
0 Anisa V V V V V V 6 100 10
0 Dewa V V V V V V 6 100 10
0 Kharisma
V V V V 4 66,7 67
Jumlah 3 3 4 4 4 4 22 91,6 367
3 Webber Anom V V V V V V 6 100 100
Kezia V V V V 4 66,7 67 Agita V V V V V 5 83,3 83 A.Afandi V V V V V V 6 100 10
0 Jumlah 3 4 3 4 4 3 21 87,5 35
0 4 Herbert
Mead Daniel V V V V V V 6 100 10
0 Ratri V V V V V V 6 100 10
0 Okta V V V V V V 6 100 10
0 Utri V V V V V 5 83,3 83 Jumlah 4 4 4 4 4 3 23 95,8 38
3 5 Paul
Horton Hafidz B V V V V V 5 83,3 83 Dyan Adi
V V V V V V 6 100 100
Seno Aji V V V V V 5 83,3 83 Abi D V V V V V 5 83,3 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
270
Surakarta, 7Januari 2012
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
Jumlah 4 4 3 3 3 3 20 83,3 349
6 Peter Berger
Joko V V V V V 5 83,3 83 Kidung V V V V V 5 83,3 83 Huda V V V V V 5 83,3 83 Yonif V V V V V 5 83,3 83 Jumlah 4 4 3 3 3 3 20 83,3 33
2 7 Pitirim
Sorokin Tesa V V V V V 5 83,3 83 Aulia V V V V V 5 83,3 83 Qonita V V V V V 5 83,3 83 Zafira V V V V 4 80 80 Jumlah 3 3 3 3 4 3 19 79,2 32
9 8 Haberma
s Nawa Maria V V V V V V 6 100 10
0 Senigi Bramanta
Jumlah 1 1 1 1 1 1 6 100 100
JUMLAH KEAKTIFAN
25 26 23 26 27 23 150
Prosentase keseluruhan
86,21
89,65
79,31
89,65
93,10
79,31
86,21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
271
LAMPIRAN 3.7 PENGAMATAN PERILAKU SISWA
DALAM KELOMPOK ASAL (Siklus 2 pertemuan 3)
No Kelompok
Anggota Indikator keaktifan Jumlah
% Nilai 1 2 3 4 5 6
1 Auguste Comte
Nilam V V V V V 5 83,3 83 Alifa V V V V 4 66,7 67 Rhizqi V V V V 4 66,7 67 Mutia V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 3 3 3 2 3 17 70,8 28
4 2 Spencer Cristiana V V V V V V 6 100 10
0 Anisa V V V V V V 6 100 10
0 Dewa V V V V V 5 83,3 83 Kharisma
V V V V V 5 83,3 83
Jumlah 4 4 4 3 4 3 22 91,6 366
3 Webber Anom V V V V V 5 83,3 83 Kezia V V V V 4 66,7 67 Agita V V V V V V 6 100 10
0 A.Afandi V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 4 4 2 3 3 19 79,2 31
7 4 Herbert
Mead Daniel V V V V V V 6 100 10
0 Ratri V V V V V V 6 100 10
0 Okta V V V V V 5 83,3 83 Utri V V V V V 5 83,3 83 Jumlah 3 4 4 3 4 4 22 91,6 36
6 5 Paul
Horton Hafidz B V V V V V V 6 100 10
0 Dyan Adi
V V V V 4 66,7 67
Seno Aji V V V V 4 66,7 67 Abi D V V V V V 5 83,3 83 Jumlah 3 3 4 2 4 3 19 79,2 31
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
272
Surakarta, 12 Januari 2012
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
6 Peter Berger
Joko V V V V V V 6 100 100
Kidung V V V V V 5 83,3 83 Huda V V V V V 5 83,3 83 Yonif V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 3 4 3 4 3 20 83,3 33
3 7 Pitirim
Sorokin Tesa V V V V 4 66,7 67 Aulia V V V V V 5 83,3 83 Qonita V V V V 4 66,7 67 Zafira V V V V V V 6 100 10
0 Jumlah 3 3 4 2 3 3 18 75 31
7 8 Haberma
s Nawa V V V V V 5 83,3 83 Maria V V V V V 5 83,3 83 Senigi V V V V 4 66,7 67 Bramanta
V V V V V 5 83,3 83
Jumlah 3 3 3 3 3 4 19 79,2 316
JUMLAH KEAKTIFAN
25 27 30 21 27 26 156
Prosentase keseluruhan
78,12
84,37
93,75
65,62
84,37
81,25
81,25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
273
LAMPIRAN 3.8 PENGAMATAN PERILAKU SISWA
DALAM KELOMPOK ASAL (Siklus 2 pertemuan 4)
No Kelompok
Anggota Indikator keaktifan Jumlah
% Nilai 1 2 3 4 5 6
1 Auguste Comte
Nilam V V V 3 50 50 Alifa V V V V V 5 83,3 83 Rhizqi V V V V 4 66,7 67 Mutia V V V V 4 66,7 67 Jumlah 3 2 3 2 3 3 16 66,6 26
7 2 Spencer Cristiana V V V V V 5 83,3 83
Anisa V V V V V V 6 100 100
Dewa V V V V V 5 83,3 83 Kharisma
V V V V V 5 83,3 83
Jumlah 4 3 4 3 4 3 21 87,5 349
3 Webber Anom V V V V V 5 83,3 83 Kezia V V V V V V 6 100 10
0 Agita V V V V V 5 83,3 83 A.Afandi V V V V V 5 83,3 83 Jumlah 4 3 4 3 4 3 21 87,5 34
9 4 Herbert
Mead Daniel V V V V V V 6 100 10
0 Ratri V V V V V V 6 100 10
0 Okta V V V V V V 6 100 10
0 Utri V V V V 4 66,7 67 Jumlah 4 4 4 3 4 3 22 91,6 36
7 5 Paul
Horton Hafidz B V V V V V 5 83,3 83 Dyan Adi
V V V V 4 66,7 67
Seno Aji V V V V 4 66,7 67 Abi D V V V V 4 66,7 67 Jumlah 4 2 3 2 3 3 17 70,8 28
4 6 Peter Joko V V V V V 5 83,3 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
274
Surakarta, 14 Januari 2012
Peneliti
Erma Yunita NIM K8408037
Guru
Agustaf Didit Maryos S.Sos NIP 19740814 200604 1 004
Berger Kidung V V V V V 5 83,3 83 Huda V V V V 4 66,7 67 Yonif V V V V 4 66,7 67 Jumlah 4 3 3 2 3 3 18 75 30
0 7 Pitirim
Sorokin Tesa V V V V V 5 83,3 83 Aulia V V V V 4 66,7 67 Qonita V V V V V 5 83,3 83 Zafira V V V V V 5 83,3 83 Jumlah 4 3 4 2 2 3 18 75 31
6 8 Haberma
s Nawa V V V V V 5 83,3 83 Maria V V V V V 5 83,3 83 Senigi V V V V 4 66,7 67 Bramanta
V V V V V 5 83,3 83
Jumlah 4 3 4 2 3 3 19 79,2 316
JUMLAH KEAKTIFAN
31 23 29 19 26 24 152
Prosentase keseluruhan
96,87
71,87
90,62
59,37
84,37
75 79,17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
275
LAMPIRAN 3.9 ANALISIS DATA HASIL OBSERVASI
PERBANDINGAN HASIL KEAKTIFAN SISWA DALAM SIKLUS 2 No pertemuan 1 2 3 4 5 6 Rata-
rata
1 1 78,12 68,75 71,87 78,12 90,62 78,12 77,60 2 2 86,21 89,65 79,31 89,65 93,10 79,31 86,21 3 3 78,12 84,37 93,75 65,62 84,37 81,25 81,25 4 4 96,87 71,87 90,62 59,37 84,37 75,00 79,17
rata-rata 84,83 78,66 83,89 73,19 88,12 78,42 81,06 Keaktifan belajar siswa pada siklus 2 ditampilkan sebagai berikut:
Perbandingankeaktifan belajar sisiwa pada setiap indikator pra siklus dengan siklus 1 dan siklus 2
No 1 2 3 4 5 6 Rata-rata
1 Pra siklus 81,25 60,95 42,2 40,6 40,6 46,85 52,08 2 Siklus 1 86,68 63,28 70,33 53,08 45,08 69,53 64,66 3 Siklus 2 84,83 78,66 83,89 73,19 88,12 78,42 81,06
Jumlah kenaikan 3,58 17,71 41,69 32,59 47,52 31,57 28,98 Tabel diatas ditampilkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
276
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
277
LAMPIRAN 3.10 PEDOMAN WAWANCARA
(Siklus 2)
Informan Tujuan Pertanyaan Guru Untuk merefleksi
hasil dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada siklus 2
1. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II dalam pembelajaran sosiologi di siklus 2?
2. Kendala apakah yang masih anda hadapi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 2?
3. Apakah anda masih mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di siklus 2?
4. Apakah terdapat peningkatan/ perbaikan dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dari siklus 1 ke siklus 2?
5. Apakah anda bersedia menerapkan model pembelajaran yang inovatif setelah penelitian ini?
Siswa Untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai model pembelajaran kooperatif Jigsaw II dalam pelajaran Sosiologi.
1. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelaksanaan model pembelajaran koopperatif Jigsaw II dalam pembelajaran sosiologi?
2. Apakah anda ikut berdiskusi dan bekerjasama pada saat belajar kelompok?
3. Apakah anda senang dengan diadakannya turnamen?alasannya?
4. Apakah anda merasa lebih senang terhadap pelajaran sosiologi dengan diadakannya permainan? alasannya?
5. Apakah anda sering bertanya kepada guru atau teman tentang materi yang belum paham?
6. Apakah dengan belajar kelompok dapat memudahkan anda memahami materi?alasannya?
7. Apakah waktu yang diberikan untuk belajar kelompok sudah cukup?
8. Bagaimana perhatian yang diberikan guru pada saat proses belajar mengajar?
9. Menurut anda apakah penghargaan yang diberikan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar?alasannya?
10. Saran untuk pembelajaran selanjutnya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
278
LAMPIRAN 3.11 HASIL WAWANCARA
(Siklus 2)
Informan Pertanyaan Guru 1. Bagaimana
tanggapan anda terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II dalam pembelajaran sosiologi di siklus 2?
1. Secara keseluruhan pada siklus kedua, penerapannya lebih matang. Alur kegiatan belajar siswa juga teratur sehingga mudah dipahami. Siswa banyak yang mulai tertarik dan berkompetisi karena sudah pada tau ada kompetisi mbak. Ya seperti yang anda lihat sendiri. Secara keseluruhan sih bagus mbak. Sayangnya ada beberapa sisiwa yang tidak masuk kemaren.
2. Kendala apakah yang masih anda hadapi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di siklus 2?
2. Kalo kendala menurut saya yang utama tetap waktu. Meskipun materi kemaren telah disempitkan dan siswa diberi kesempatan untuk diskusi lebih lama, tapi tetap saja waktu yang dibutuhkan kurang.mestinya setiap 1x pertemuan itu ya minimal 2x45 menit. Sehingga siswa yang mestinya diskusi ya melaksanakan diskusi mbak.
3. Apakah anda masih mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di siklus 2?
3. Kalo kesulitan sih tidak. Apalagi sudah dilaksanakan 2x siklus. Ternyata melaksanakan pembelajaran yang inovatif itu tidak sulit. Ya meskipun saya akan tetap kesulitan kalo nanti mau melaksanakan sendiri.
4. Apakah terdapat peningkatan/ perbaikan dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dari siklus 1 ke siklus 2?
4. Ya peningkatan keaktifan belajarnya pesat, cukup pesat menurut saya. Anak-anak tidak pernah sesemangat itu dalam kegiatan pembelajaran. Ada yang bertanya, ada yang mencatat, ada yang presentasi. Saya merasa puas dengan hasil yang kita laksanakan mbak. Apalagi apa model pembelajaran ini tidak seperti yang saya duga ternyata tidak membawa pengaruh buruk terhadap nilai siswa.
Apakah anda bersedia menerapkan model pembelajaran yang inovatif setelah penelitian ini?
6. Ya bersedia. Saya sendiri melihat apa kekurangan dalam pembelajaran saya setelah melaksanakan model pembelajaran. Banyak hal yang mestinya saya ubah. Seperti misalnya mbak, saya harus berusaha mengaktifkan sisiwa dalam kegiatan belajar. Bukan melulu terpusat pada saya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
279
Siswa 7. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelaksanaan model pembelajaran koopperatif Jigsaw II dalam pembelajaran sosiologi?
11. Bagus mbak. Enggak mbosenin. Kan daripada power poin melulu siswa sudah bosen. Jigsaw agak sedikit menantang. Selain karena ada turnamennya, kan ada nilai nya, ada hadiahnya juga. Jadi temen-temen itu pada suka trus nyoba-nyoba aktif biar nanti menang turnamen terus dapat hadiah deh mbak. Kalo begini kan siswa jadi semangat belajar.
8. Apakah anda ikut berdiskusi dan bekerjasama pada saat belajar kelompok?
12. Ya mbak. Kalo gak ikut diskusi mau ngapain. Kalo pada diskusi ya diskusi, presentasi ya presentasi gitulah mbak. Ya sambil berusaha biar dapet nilai bagus terus bisa jadi juara turnamen. Kan bisa dapat hadiah.
9. Apakah anda senang dengan diadakannya turnamen?alasannya?
13. Senang mbak. Kan enak, selain menantang ada hadiahnya. Ya itu kalo menang turnamen. Tapi bagus kok mbak. Sering-sering aja ya mbak. Biar siswa semangat belajar.
10. Apakah anda merasa lebih senang terhadap pelajaran sosiologi dengan diadakannya permainan? alasannya?
14. Ya senag. Dari dulu pelajaran sosiologi gitu-gitu aja mbak. Padahal materinya menarik. Banyak contoh dalam masyarakat. Tapi penyampeanya kurang dapet. Ya kan murid jadi gak semangat mbak. Kalo semua guru dipelajaran ada permainan kan siswa jadi semangat mbak.
11. Apakah anda sering bertanya kepada guru atau teman tentang materi yang belum paham?
15. Sebelumnya sih enggak pernah mbak. Pas pelajaran kemaren itu beberapa kali saya tanya ke temen pas temen njelasin. Kan lebih enak belajar sama temen sendiri. Meski kadang temen sampe bosen njelasinnya.
12. Apakah waktu yang diberikan untuk belajar kelompok sudah cukup?
16. Wah.... pas itu waktunya kurang mbak. Jadi keburu-buru. Sikusinya kurang lama. Malah pada sibuk nulis. Yaudah mbak, pas ditanyai sama pak guru banyak yang lupa materi. Habis Cuma dijelasin desikit sama temen. Mestinya itu satu pertemuan satu kegiatan atau dimanalah waktunya ditambah mbak.
13. Menurut anda apakah penghargaan yang diberikan dapat meningkatkan keaktifan siswa
Ya iyalah mbak. Kan siswa jadi semangat belajar mbak. Siswa jadi pengen dapat penghargaan kaya tim-tim yang menang terus dapat hadiah. Selain itu kan nilai juga berpengaruh ke nilai. Jadi enak. Siswa enggak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
280
dalam belajar?alasannya?
bosen, udah gitu dapet hadiah.
14. Saran untuk pembelajaran selanjutnya?
Sering-sering ajalah mbak diadain model pembelajaran yang berbasis turnamen kelompok gini. Kan siswa jadi termotivasi dalam kegiatan belajar. Siswa jadi giat belajar. Selain karena ada hadiahnya, kan siswa juga punya tanggungjawab dan kewajiban. Sehingga dapat membentuk karakter juga mbak. Katanya kan pendidikan berkarakter kebangsaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
281
LAMPIRAN 3.12 FIELD NOTE SIKLUS 1
3. Penjelasan konsep awal
Hari/ tanggal : Kamis, 5-1-2012 Waktu : 12.20 -13.10 Tempat : Kelas X9 SMA Negeri 1 Surakarta Deskripsi kegiatan belajar di kelas.
Penjelasan konsep awal merupakan langkah pertama dalam pelaksanaan model kooperatif tipe Jigsaw II. Tahap ini dilakukan dalam satu kali pertemuan yaitu 45 menit. Pada tahapan ini siswa diberikan pengetahuan dasar mengenai sosialisasi serta faktor pendorong sosialisasi yang terjadi dalam diri individu.
Guru memasuki kelas pada pukul 12.20, karena jam pelajaran ke 8 ini dimulai sehabis istirahat kedua maka siswa belum terkondisi dengan baik. Namun pada pertemuan sebelumnya guru telah menekankan kepada siswa untuk masuk kelas secepat mungkin agar tidak menggangu kegiatan pembelajaran.
Dalam kegiatan awal ini model pembelajaran siswa memperhatikan dengan seksama materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini dikarenakan siswa telah memahami adanya turnamen yang diadakan guru. Guru bersama dengan peneliti telah merumuskan bahwa pada kegiatan awal ini siswa diberikan konsep dasar terlebih dahulu mengenai sosialisasi sehingga pada kegiatan selanjutnya siswa sudah mengerti dengan konsep sosialisas.
Guru membuka pelajaran dengan pertama-tama memberikan apersepsi kepada siswa mengenai pelajaran yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Siswa berusaha untuk menjawab pertanyaan guru sebanyak-banyaknya. Suasana kompetisi didalam kelas sudah mulai terasa, meski hanya datang dari beberapa siswa. Setelah itu guru memberikan balikan yang positif sebagai upaya meluruskan jawaban siswa.
Setelah itu guru mengemukakan tujuan dari pembelajaran pada kompetensi dasar ini. Guru menunjukkan kepada siswa bahwa tujuan dari kegiatan pembelajaran ini antara lain sebagai berikut: (g) Mendefinisikan pengertian sosialisasi dan Kepribadian (h) Menjelaskan tahap Sosialisasi (i) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi sosialisasi (j) Menjelaskan Bentuk Sosialisasi (k) Menjelaskan agen sosialisasi yang berperan dalam proses sosialisasi (l) Menjelaskan Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam
pembentukan kepribadian . Seusai menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan kegiatan pembelajaran,
guru selanjutnya menjelaskan mengenai konsep dasar pada materi sosialisasi yang akan dipelajari meliputi pengertian sosialisasi, dan faktor yang mempengaruhi sosialisasi dan bentuk-bentuk sosialisasi, lalu agen sosialisasi yang meliputi beberapa lembaga, lembaga dan Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian. Guru memulai pelajaran dengan menjelaskan pengertian sosialisasi. Bahwa tanpa kita sadari kita telah disosialisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
282
oleh berbagai lembaga di sekeliling kita selama ini. Guru menjelaskan bahwa tanpa disadari kegiatan sosialisasi telah berlaku dalam diri manusia sejak kecil.
Guru melanjutkan pelajaran dengan memperlihatkan beberapa gambar. Lalu guru menjelaskan kepada siswa bahwa gambar-gambar tersebut merupakan sosialisasi. Guru selanjutnya menanyakan kepada siswa mengapa hal tersebut disebut sosialisasi?
Guru memberikan tampilan beberapa pengertian sosialisasi. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan penadapt mereka mengenai sosialisasi. Beberapa siswa menjawab pertanyaan guru. Guru menampung jawaban siswa. Lalu guru menyuruh siswa menuliskan poin-poin penting dari pengertian sosialisasi pendapat siswa. Guru menekankan beberapa poin yang dapat dijadikan pijakan pengertian sosialisasi.
Guru selanjutnya menjelaskan mengenai faktor pendorong sosialisasi dalam masyarakat. Selain menjelaskan, guru juga memberikan contoh sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Guru menekankan berbagai sosialisasi yang dialami oleh siswa sejak kecil. Setelah materi yang diberikan selesai, guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil dari kegiatan belajar. Guru meminta beberapa siswa menjelaskan pengertian sosialisasi dengan kalimat siswa sendiri. Selain itu guru juga menyuruh siswa menuliskan poin-poin penting yang telah dipelajari dalam pertemuan ini. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai bentuk evaluasi. Selain itu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari bentuk-bentuk interaksi sosial dalam masyarakat.
Guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya kegiatan belajar di kelas akan dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar secara berkelompok dan akan melaksanakan kegiatan meliputi kegiatan diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, presentasi, ujian serta pengakuan kelompok mana yang mendapatkan nilai tim paling tinggi. Guru mengakhiri pelajaran.
Dari peneliti, dalam kegiatan pembelajaran hanya mengamati kegiatan pembelajaran saja atau sebagai observer. Selain itu peneliti mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Peneliti juga mengamati kegiatan pembelajaran dan mengobservasi tingkat Adapun hasil dari lembar observasi siswa secara umum keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran pada tahap ini adalah 77,6. 4. Pelaksanaan diskusi kelompok ahli
Hari/ tanggal : Sabtu, 7 Januari 2012 Waktu : 09. 45 – 10. 05 Tempat : Kelas X9 SMA Negeri 1 Surakarta Deskripsi kegiatan belajar di kelas.
Kegiatan diskusi kelompok yang dilaksankaan pada siklus 2 tidak lengkap, hal ini dikarenakan terdapat 3 siswa dari kelompok 8 yang tidak masuk. Untuk itu kelompok 8 dianggaptidak ikut berkompetisi dalam kegiatan ini. Satu anggota dari kelompok 8 selanjutnya bergabung dengan kelompok 2. Kelompok yang berkompetisi dalam siklus 2 hanya 7 kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
283
Diskusi kelompok ahli dilakukan oleh siswa pada pertemuan kedua. Diskusi kelompok ahli ini dilaksanakan dengan waktu 15 menit. Dimana setiap kelompok membicarakan materi yang berbeda antara satu kelompok ahli dengan kelompok ahli yang lain. Dalam pokok bahasan Interaksi Sosial ini materi kelompok dibagi menjadi 4, antara lain sebagai berikut: e) Jenis sosialisasi f) Media sosialisasi keluarga dan teman sejawat g) Media sosialisasi sekolah, lingkungan kerja dan media massa h) Proses sosialisasi
Sebelum diskusi kelompok ahli dimulai, siswa dibagi terlebih dahulu menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Setiap siswa dalam kelompok asal ini diberi kartu berwarna yang berbeda antara satu sama lain. Setelah siswa menerima kartu, siswa akan mengetahui materi apa yang akan mereka diskusikan bersama kelompok ahli.
Pengelompokan ini sesuai dengan pembagian kelompok sebelumnya, sehingga siswa tinggal berkumpul saja dengan kelompok sebelumnya. Kegiatan ini berlangsung dengan cepat dan tidak menghabiskan waktu.
Namun, karena kelompok ahli yang terbentuk disetiap kelompok menjadi 8 siswa perkelompok maka setiap kelompok ahli dibagi lagi menjadi 2 kelomok diskusi sehingga kelompok diskusi lebih efektif daripada kelompok kerja yang terlalu banyak anggotanya.
Guru selanjutnya mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli merah 1 dan 2 membahas mengenai jenis sosialisasi. Kelompok ahli kuning1 dan 2 membahas mengenai media sosialisasi keluarga dan teman sejawat. Kelompok ahli hijau 1 dan 2 mendiskusikan mengenai media sosialisasi sekolah, lingkungan kerja, dan media masa. Sedangkan kelompok ahli biru 1 dan 2 membicarakan mengenai proses sosialisasi.
Setelah pengkondisian selesai, guru membagikan materi yang telah dirangkum dari berbagai sumber belajar baik itu buku paket, LKS, maupun dari internet. Guru memberikan materi yang berada didalam map berwarna sesuai dengan kelompok ahli siswa. Materi tersebut merupakan bahan bagi siswa untuk didiskusikan bersama-sama.
Kegiatan diskusi kelompok ahli berlangsung dengan tenang, bahkan sangat hening. Siswa dengan serius melaksanakan kegiatan diskusi kelompok ahli. Beberapa kelompok terlihat aktif berdiskusi misalnya adalah kelompok kuning 2, kelompok hijau 1 dan hijau 2. Aktivitas siswa yang muncul dalam diskusi ini antara lain adalah aktivitas berbicara, mendengarkan, menulis, berpendapat bertanya dan keseriusan siswa dalam berdiskusi.
Diskusi siswa pada siklus kedua ini telah berlangsung dengan serius. Siswa sudah mengetahui tugas dan tanggungjawabnya terhadap kelompok asal, sehingga melaksanakan diskusi dengan cermat.
Namun juga masih terdapat siswa yang bercanda dengan temannya sendiri. Guru dengan tegas mengarahkan siswa untuk segera menyelesaikan diskusi.
Meskipun materi diskusi telah dikurangi, waktu yang diberikan dalam diskusi tetap belum sesuai dengan materi yang disajikan dalam lembar materi. Kebanyakan kelompok asal tidak selesai melaksanakan diskusi yang ada. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
284
terpaksa harus melaksanakan kegiatan diskusi dengan tergesa-gesa dan mencatat bagian penting dari materi diskusi saja.
Setelah waktu habis, guru mengarahkan siswa untuk kembali ke kelompok asal mereka dan melaksanakan diskusi kelompok asal. 5. Pelaksanaan diskusi kelompok ahli
Hari/ tanggal : Sabtu, 7 Januari 2012 Waktu : 09. 45 – 10. 05 Tempat : Kelas X9 SMA Negeri 1 Surakarta Deskripsi kegiatan belajar di kelas.
Kegiatan diskusi kelompok asal dilaksanakan dalam satu pertemuan dengan diskusi kelompok ahli. Diskusi kelompok asal dilakukan setelah diskusi kelompok ahli selesai dilaksankaan. Diskusi kelompok ahli seharusnya diberi waktu diskusi 30 menit, namun karena dalam diskusi kelompok ahli memerlukan waktu tambahan, terpaksa diskusi dalam kelompok asal ini hanya 25 menit.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki tanggungjawab yang sama terhadap anggota kelompok asal mereka untuk menjelaskan kembali hasil diskusi kelompok ahli masing-masing. Selain menjelaskan kepada anggota kelompoknya yang lain, siswa juga mempunyai tanggungjawab untuk menuliskan hasil kerjanya dalam lembar hasil diskusi siswa kelompok asal.
Kegiatan ini dimulai ketika siswa sudah berkumpul kembali dengan kelompok ahli mereka. Setelah itu guru memberikan lembar hasil diskusi kelompok asal yang digunakan untuk menuliskan hasil diskusi secara singkat.
Siswa memulai diskusi setelah berkumpul dengan kelompok asal. Namun tetap saja waktu yang diberikan 25 menit tidak cukup untuk menjelaskan materi ahli, serta menuliskan hasil laporan kelompok asal. Kebanyakan siswa tidak menyampaikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan dalam kelompok asal sesuai karena waktu yang singkat. Rata-rata siswa hanya menuliskan kembali materi yang telah mereka pelajari dari diskusi di kelompok ahli.
Guru selalu memberitahu siswa bahwa kegiatan diskusi akan segera selesai, dan siswa harus segera menyelesaikan diskusi dan hasil diskusinya, sehingga siswa melaksankaan kegiatan diskusi dengan tergesa-gesa.
Pada akhirnya, sampai dengan pergantian jam pelajaran, siswa belum menyelesaikan hasil diskusi kelompok asal dalam lembar hasil diskusi siswa yang telah disediakan oleh guru. Akhirnya guru meminta siswa untuk melanjutkannya diluar jam pelajaran dan dikumpulkan pada hari senin.
Diskusi kelompok asal merupakan tahap yang penting dalam upaya peningkatan keaktifan belajar siswa, karena tahap ini merupakan strategi untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pada tahap ini juga, siswa dinilai kinerjanya untuk diakumulasikan sebagai nilai tim. Berdasarkan lembar observasi kelas secara keseluruhan didapatkan data keaktifan belajar sisiwa pada setiap indikator rata-rata 86,65 %. 6. Presentasi kelompok asal
Hari/ tanggal : Kamis, 12 Januari 2012 Waktu : 12. 20 – 13. 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
285
Tempat : Kelas X9 SMA Negeri 1 Surakarta Deskripsi kegiatan belajar di kelas.
Presentasi siswa dilaksanakan oleh kelompok asal sebagai bentuk pelaporan kelompok dan sebagai cara yang efektif bagi guru untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi yang diberikan. Dengan begitu guru bisa mengetahui bagian materi mana yang perlu diluruskan konsepnya atau dijelaskan kembali.
Diskusi siswa dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Waktu yang digunakan dalam pertemuan ini 45 menit. Guru bersama kolaborator telah menyusun cara sehingga waktu tidak habis dalam kegiatan presentasi saja, namun juga untuk menyilangkan hasil diskusi siswa dalam kelompok asal.
Guru membuka pelajaran seperti biasa. Sebelum kegiatan diskusi dimulai guru mengabsen kehadiran siswa terlebih dahulu. Selanjutnya guru mengulas bahwa materi yang akan dibicarakan merupakan materi yang didiskusikan dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya. Guru selanjutnya menanyai siswa apakah ada kelompok yang berani tampil terlebih dahulu.
Beberapa siswa ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok asal mereka. siswa tersebut menjelaskan mengenai materi ahli yang dituliskan oleh teman, sehingga terlihat siswa menguasai materi atau tidak.
Kelompok yang melakukan presentasi pertama adalah kelompok 6 yang diwakili oleh Joko. Joko mempresentasikan materi ahli milik huda. Ternyata terdapat beberapa materi yang tidak dijelaskan kepada kelompok ahli. Hal ini dikarenakan waktu yang tidak mencukupi. Setelah itu guru mencoba untuk menyanyai kelompok lainnya, yaitu kelompok 3 yang dijawab oleh Putu. Putu memberikan beberapa tambahan terhadap materi yang disampaikan oleh Joko.
Selain itu kelompok lainnya yang maju kedepan adalah kelompok 2 yang diwakili oleh Dewa. Dari materi yang disampaikan oleh Dewa lalu diluruskan oleh pemegang materi ahli yaitu Kharisma. Selain itu guru juga membandingkan materi dengan hasil dari kelompok lain yaitu kelompok 1. Kelompok 1 diwakili oleh Nilam yang mengemukakan bahwa materi yang disampaikan oleh Dewa telah lengkap.
Keberhasilan diskusi ahli terlihat dalam hal ini. Presentasi siswa lalu dicocokkan dengan ahli materi dari kelompok lain. Apakah materi yang dikemukakan lengkap atau tidak.
Lalu guru memberikan penjelasan terhadap materi tersebut. Guru menjelaskan lebih detail dan menjelaskan secara keseluruhan materi yang telah dipresentasikan oleh siswa.
Diakhir kegiatan pembelajaran, guru meluruskan beberapa konsep yang salah dimengerti oleh siswa. Selain itu guru juga memberikan contoh-contoh dari bentuk interaksi sosial baik yang bersifat asosiatif maupun disasosiatif, sehingga siswa mengetahui contoh yang betul.
Selanjutnya siswa mengumpulkan lembar hasil diskusi yang mereka bawa. Guru menjelaskan kepada siswa akan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu mengenai proses pembentukan kelompok, lembaga dan organisasi serta perubahan dan dinamika kehidupan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
286
Dari kegiatan presentasi ini keaktifan belajar siswa diamati melalui lembar observasi kelas dan lembar observasi kelompok ahli. Berdasarkan observasi kelas didapatkan keaktifan rata-rata setiap aspek adalah 81,25. 7. Pelanjutan materi pelajaran.
Hari/ Tanggal :Sabtu/ 14 Januari 2012 Waktu : 09. 45 – 10. 30 Tempat : Kelas X9 SMA Negeri 1 Surakarta Deskripsi kegiatan belajar di kelas.
Pertemuan ke 4 dalam siklus 2 adalah pelanjutan Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian. Waktu dalam pertemuan ini adalah 45 menit. Dalam kegiatan pembelajaran, keaktifan siswa yang ditekankan adalah aktivitas visual memperhatikan dan aktivitas mendengarkan. Selain itu siswa diharapkan akan mencatat bagian penting materi yang disampaikan oleh guru yang tidak ada di media atau buku mereka.
Guru memulai pelajaran dengan membuka salam didepan kelas. Selanjutnya guru mengabsen siswa terlebih dahulu. Setelah itu guru mencoba untuk menanyai siswa mengenai pelajaran sebelumnya sebagai bentuk apersepsi.
Siswa menjawab pertanyaan guru dengan berani, karena memang materi yang diajarkan pada hari ini merupakan materi lanjutan dari pelajaran hari sebelumnya. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menyebutkan sosialisasi yang ada di sekolah. Siswa menjawab pertanyaan guru, selanjutnya guru menanyai siswa yang lain. Guru menanyakan kepada siswa mengenai peranan sekolah dan teman dekat sebagai agen sosialisasi. Siswa menjawab dengan antusias.
Setelah itu guru tidak lupa memberitahukan tujuan dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan itu. Setelah menjabarkan tujuan satu persatu, guru menjelaskan mengenai peta konsep akan materi yang akan dibicarakan secara garis besarnya.
Guru menjelaskan konsep kepribadian dan budaya. Penjelasan ini dimulai dengan menampilkan beberapa gambar mengenai orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda dan menggunakan pakaian yang berbeda pula. Guru menekankan bagaimana seorang individu akan begitu kuat terikat dengan budayanya.
Guru menghubungkan antara kepribadian dan kebudayaan. Menjelaskan bagaimana kebudayaan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Lalu guru meminta siswa untuk memberikan contoh dari budaya mereka sendiri. Guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengidentifikasi Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian.
Siswa di X 9 kebetulan berasal dari berbagai budaya. Salah satunya Dewa yang lahir di Bali. Mengemukakan berbagai unsur budaya yang mempengaruhi kehidupan keluarganya meskipun keluarganya telah hidup di Solo lama. Selain itu beberapa siswa juga memberikan pendapat dari budaya mereka.
Guru memberikan balikan yanng positif mengenai pendapat siswa yang memberikan contoh Sosialisasi sebagai proses pengenalan nilai, norma dalam pembentukan kepribadian di lingkungan siswa.
Setelah penjabaran selesai, guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil dari kegiatan belajar pada pertemuan ini. Guru menampung jawaban dari siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
287
lalu bersama dengan siswa guru meyimpulkan hasil pembelajaran. Guru menuliskan poin-poin penting dari konsep yang ada di papan tulis.
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai post test. Pertanyaan seputar serta dikalangan masyarakat.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk mempersiapkan diri di pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya akan diadakan kegiatan evaluasi siswa yang dilakukan dengan harapan siswa akan mendapatkan nilai yang lebih baik.
Dalam pertemuan ini keaktifan siswa diamati secara keseluruhan. Adapun rata-rata keaktifan belajar siswa dari berbagai aspek adalah 79,17%. 8. Evaluasi pembelajaran Interaksi sosial
Hari/ Tanggal :Kamis/ 19 Januari 2012 Waktu : 09. 45 – 10. 30 Tempat : Kelas X9 SMA Negeri 1 Surakarta Deskripsi kegiatan belajar di kelas.
Evaluasi dalam siklus ini dilaksanakan pada pertemuan ke 5 dalam siklus. Evaluasi dilaksanakan sebagai pengukur hasil belajar maupun keaktifan belajar siswa, untuk itulah sangat penting dilakukan evaluasi. Selain itu dari kegiatan evaluasi dapat diketahui perkembangan yang dicapai siswa dalam satu kompetensi dasar. Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama 45 menit.
Guru membuka pelajaran dengan salam, lalu tidak lupa mengecek kehadiran siswa di kelas. Siswa menyiapkan kertas jawaban dan alat tulis secepatnya. Selanjutnya guru meminta siswa untuk memasukkan buku-buku sosiologi dan hanya terdapat kertas jawaban, kertas soal dan alat tulis di meja.
Kegiatan evaluasi dimulai ketika guru membagikan soal uji kompetensi 4. 9. Pengakuan tim.
Hari/ Tanggal :Sabtu/ 21 Januari 2012 Waktu : 09. 45 – 10. 30 Tempat : Kelas X9 SMA Negeri 1 Surakarta Pengakuan tim.
Pengakuan tim merupakan langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran. Pengakuan tim dilaksanakan pada pertemuan ke 6 dengan waktu 45 menit. Pengakuan tim dilakukan sebagai bentuk penghargaan tim manakah yang paling aktif dan mendapatkan nilai tertinggi dalam kegiatan kelompok.
Berdasarkan nilai diskusi kelompok asal, kegiatan presentasi, dan ulangan harian juara tim pada siklus 2 adalah Herbert Mead.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
288
LAMPIRAN 3.13
NILAI ULANGAN SISWA SIKLUS 2
no Nama
Nilai Ulangan
pra siklus Ulangan siklus 1
Uulangan siklus 2
1 Abi Dhabith Praptanda 80 78 80 2 Achmad Afandi 89 87 90 3 Agita Zafi Rahmasari 85 86 90 4 Alifa Nindita Diwasari 78 78 80 5 Annisa Yorinta Sari 85 88 85 6 Aulia Syifa 77 82 90 7 Bramantya Samuel Rizki Argiyan 84 78 85 8 Christiana Catur Retnowati 84 90 85 9 Daniel Christianto Setyo P 90 91 85 10 Dewa Atu Putu Nadya Hareswari 80 81 88 11 Dyan Adi Prakoso 92 82 90 12 Hafidz Bahtiar Priyono 77 83 90 13 Huda Diwang Aryoseto 84 81 80 14 Joko Cahyo Baskoro 89 83 92 15 Kezia Ardelia Fidiasari 90 82 90 16 Kharisma Resti Kurnia Diah S 90 81 88 17 Kidung Dalu Sriyoko 80 87 80 18 Maria Retno Savitri 77 77 80 19 Mutia Ulinur 81 79 85 20 Nilam Ikasari 80 88 90 21 Oktaverika Asrowifah 78 79 80 22 Putu Anom Suryawan 77 77 80 23 Qonita Khoirun Nisa 84 77 85 24 Ratri Febriastuti 89 87 90 25 Rhizqi Nuurannisa 77 75 80 26 Rm Nawa Yamashita Jaya 77 87 80 27 Senigi Oktario Putra 79 80 80 28 Seno Aji Haryanto 78 87 80 29 Tesalonika Mardani 83 76 90 30 Utri Wichaksari 80 77 80 31 Yonif Fafan Iriano 77 88 80 32 Zafirah Rizka 77 77 80
82,125 82,15 84,62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
289
LAMPIRAN 3.14
Penilaian kelompok siklus2
No Kelompok Ketua Nilai Pertemuan Nilai
Ulangan skor akhir 1 2 3 4
1 Auguste Comte Nilam 284 316 284 267 335 1486
2 Spencer Cristiana 366 367 366 349 346 1794
3 Webber Anom 316 350 317 349 350 1682
4 Herbert Mead Daniel 400 383 366 367 335 1851
5 Paul Horton
Abi 297 349 317 284 340 1587
6 Peter Berger
Joko 267 332 333 300 332 1564
7 Pitirim Sorokin Tesalonika 280 329 317 316 345 1587
8 Habermas Nawa 283 100 316 316 325 1340
JUARA TIM
No Kelompok Ketua skor akhir
1 Herbert Mead Daniel 1851
2 Spencer Cristiana 1794
3 Webber Anom 1682
4 Paul Horton Abi 1587
5 Pitirim Sorokin Tesalonika 1587
6 Peter Berger Joko 1564
7 Auguste Comte Nilam 1486
8 Habermas Nawa 1340
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
290
LAMPIRAN 3.15 DOKUMENTASI SIKLUS 2
Dokumentasi dalam pertemuan kedua siklus 2. Guru mengawasi siswa dalam kegiatan diskusi bersama dengan kelompok ahli. Beberapa siswa terlihat melaksanakan diskusi dengan sungguh-sungguh pada siklus ini.
Siswa melaksanakan diskusi kelompok asal. Gambar diatas adalah salah satu kelompok yang terdiri dari 5 siswa karena mendapatkan tambahan dari kelompok lain. Siswa terlihat serius ketika diskusi kelompok asal berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
291
Kegitan presentasi siswa yang dilaksanakan pada pertemuan ke 3. Salah seorang siswa sedang mewakili kelompoknya mempresentasikan resume hasil diskusi kelompok mereka. guru mengawasi dengan seksama, begitu juga siswa yang memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Kegiatan evaluasi siswa yang dilaksanakan pada pertemuan ke lima. Siswa terlihat dengan serius mengerjakan soal-soal ulangan harian.