wiwi ektum
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua organisme yang hidup dialam tidak dapat hidup sendiri melainkan
harus selalu berinteraksi baik dengan alam (lingkungan). Organisme hidup dalam
sebuah system ditopang oleh berbagai komponen yang saling berhubungan dan
saling berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kehidupan semua jenis makhluk hidup sering mempengaruhi serta
berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan disebut ekosistem. Ekosistem juga
menunjukkan adanya interaksi bolak- balik antara makhluk hidup (biotik) dengan
alam (abiotik).
Kumpulan berbagai jenis organisme disebut komunitas biotik yang terdiri
atas komunitas tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas jasad renik.
Didalam suatu ekosiste, terdapat berbagai macam komunitas yang mendukung ,
diantaranya komunitas tumbuhan. Komunitas tumbuhan adalah suatu kumpulan
populasi dari berbagai jenis tumbuhan yang terdapat bersama-sama pada suatu
daerah atau habitat tertentu , dengan kata lain komunitas tumbuhan adalah kumpulan
populasi tumbuhan yang terdiri dari berbagai spesies tumbuhan yang berlainan , yang
menempati suatu daerah tertentu
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan biotic. Faktor abiotik antara lain
suhu, kelembapan udara, kecepatan angin, intesitas cahaya, PH tanah dan tinggi
sereseh (sampah daun). Faktor biotik adalah faktor hidup yang terdiri dari manusia,
hewan , tumbuhan dan mikroba.
1.2 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang diidentifikasi dalam laporan kajian komunitas dan ekosistem
ini adalah:
1. Bagaimana suatu habitat yang diamati dapat disekripsikan dengan jelas
1
2. Bagaimana menganalisis faktor biotik dari habitat yang diamati
3. Bagaimana suatu jaring makan dapat terbentuk di suatu komunitas.
1.3 Maksud, Tujuan dan Kegunaan
Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian komunitas (vegetasi)
2. Untuk mengetahui konsep-konsep dasar komunitas (vegetasi)
3. Untuk dapat mendeskripsikan suatu komunitas melalui identifikasi faktor-
faktor biotik dan abiotik
Kegunaannya adalah mahasiswa dapat mendeskripsikan suatu komunitas dari
suatu lokasi penelitian ( Arboretum ).
1.4 Metoda Pengamatan
Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah deskriptif, yaitu
menggambarkan secara keseluruhan habitat yang diamati, komponen-komponen
abiotis dan biotis yang terdapat di dalamnya.
1.5 Waktu dan Lokasi Pengamatan
Hari : Selasa
Tanggal : 2 Oktober 2012
Pukul : 06.30
Lokasi : Area Persawahan Arboretum UNPAD
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu organisme tidak dapat hidup menyendiri, tetapi harus hidup bersama-
sama dengan organisasi sejenis atau dengan yang tidak sejenis. Berbagai organisme
yang hidup di suatu tempat, baik yang besar maupun yang kecil, tergabung dalam
suatu persekutuan yang disebut komunitas biotik. Suatu komunitas biotik terikat
sebagai suatu unit oleh saling ketergantungan anggota-anggotanya. Suatu komunitas
adalah suatu unit fungsional dan mempunyai struktur yang pasti. Tetapi srtuktur ini
sangat variabel, karena jenis-jenis komponennya dapat dipertukarkan menurut aktu
dan ruang (Wolf, 1990).
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu
waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama
lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan individu dan populasi. (Wolf, 1990.)
Komunitas biotik terdiri atas kelompok kecil, yang anggota-anggotanya lebih
akrab lagi satu sama lain, sehingga kelompok kecil itu merupakan unit ynag kohesif.
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk
bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu
sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem
(Rososoedarmo, 1990).
Keanekaragaman jenis seringkali disebut heterogenitas jenis, yaitu
karakteristik unik dari komunitas suatu organisasi biologi dan merupakan gambaran
struktur dari komunitas. Komunitas yang mempunyai keanekaragaman tinggi lebih
stabil dibandingkan dengan komunitas yang memiliki keanekaaragaman jenis rendah.
(Sitompul,1996)
Tanaman dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu
tempat membentuk kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan
lingkungannya yang memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat
pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan hubungan timbal
3
balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatu derajat
keterpaduan. Kumpulan atau susunan dari berbagai populasi yang tekah
menyesuaikan diri dan menghuni suatu wilayah tertentu di alam disebut komunitas.
Dan seperti halnya populasi dan jasad hidup lain yang membentuknya, kounitas pun
mempunyai struktur dan fungsi di alam bahkan dengan derajat organisme yang lebih
tinggi, karena mempunyai ciri, sifat, dan kemampuan yang lebih tinggi daripada
populasi. Misalnya dalam populasi interaksi hanya bisa dicapai antar individu,
sedangkan dalam komunitas bisa antar populasi (Odum, 1993).
Berdasarkan pandangan individualistik, komunitas tumbuhan terdiri dari
kelompok tumbuhan yang masing-masing mempertahankan individualitasnya.
Namun adanya individualitas tumbuhan bukan berarti menghambat adanya hubungan
tertentu diantara tumbuhan dalam komunitas. Hubungan ini menurut Walter
digolongkan dalam tiga kelas yaitu :
1. Pesaing Langsung (Direct Competitors), terjadi persaingan terhadap sumber daya
lingkungan yang sama karena menempati strata atas maupun bawah dalam suatu
lahan yang sama.
2. Spesies Dependen (Dependent Species), spesies yang hanya dapat hidup pada
niche tertentu hanya dengan hadirnya tumbuhan lain. Sebagai contoh tumbuhan
lumut yang hanya dapat tumbuh pada kondisi mikroklimat tertentu yang dihasilkan
oleh tegakan pohon.
3.Spesies Komplementer (Compementary Species), spesies yang tidak saling
bersaing dengan spesies lain karena persyaratan hidup cukup berhasil/ puas dengan
menempati strata yang berbeda atau dengan ritme musiman yang berbeda.
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan
atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan
vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan
asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Hasil
analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies
dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh
hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies
4
organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies
dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh
pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas itu
sendiri (Heddy, dkk.1986).
Soetjipta, 1993 , menyebutkan ada lima ciri komunitas yang telah diukur dan
dikaji adalah:
1. Keragaman spesies, dapat dipermasalahkan spesies hewan dan tumbuhan yang
manakah yang hidup dalam suatu komunitas tertentu. Deskripsi spesies semacam ini
merupakan ukuran sederhana bagi kekayaan spesies atau keragaman spesies/
diversitas spesies.
2. Bentuk dan struktur pertumbuhan. Tipe komunitas dapat diberikan dengan
kategori utama bentuk pertumbuhan: pohon, perdu atau lumut selanjutnya ciri ini
dapat di rinci ke dalam kategori bentuk pertumbuhan lebih kecil misalnya pohon
yang berdaun lebar dan pohon berdaun jarum. Bentuk pertumbuhan ini dapat
menentukan stratifikasi.
3. Dominansi. Dapat diamati bahwa tidak semua spesies dalam komunitas sama
penting menentukan sifat komunitas. Dari beratus spesies yang mungkin ada di
dalam suatu komunitas, secara nisbi hanya beberapa saja yang berpengaruh mampu
mengendalikan komunitas tersebut. Spesies dominan adalah spesies yang secara
ekologik sangat berhasil dan yang mampu menentukan kondisi yang diperlukan
untuk pertumbuhannya.
4. Kelimpahan nisbi. Proporsi spesies yang berbeda dalam spesies dapat ditentukan.
5. Struktur tropik. Hubungan makanan spesies dalam komunitas akan menentukan
arus energi dan bahan dari tumbuhan ke herbivora ke karnivora.
Keseimbangan suatu ekosistem akan terjadi bila komponen-komponennya
dalam jumlah yang berimbang. Komponen-komponen ekosistem mencakup factor
abiotik, produsen, konsumen, detritivora, dan dekomposer (pengurai). Di antara
komponen-komponen ekosistem terjadi interaksi, saling membutuhkan dan saling
memberikan apa yang menjadi sumber penghidupannya (Prawiro, 2003).
5
Faktor abiotik merupakan penyokong kehidupan makhluk hidup, dimulai dari
tumbuhan sebagai produsen, kemudian hewan dan manusia sebagai
konsumen,maupun organisme lainnya yang berfungsi sebagai detritivora dan
dekomposer/pengurai. Tumbuh-tumbuhan sebagai produsen tampaknya merupakan
jenis makanan yang pertama ada untuk jenis organisme lainnya, termasuk oleh
manusia.Hubungan faktor biotik dengan abiotik terjadi karena pada dasarnya setiap
organism tidak bisa hidup sendiri, tetapi bergantung kepada lainnya. Adanya
ketergantung antar organisme ini disebabkan oleh kebutuhan hidup, seperti
mendapatkan makanan, perkembangbiakannya, tempat tinggal (habitat), dsb
(Prawiro, 2003).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang
mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini disebut
biotop. Hamparan lumpur, pantai pasir, gurun pasir, dan unit lautan merupakan
contoh biotop. Di sisni biotop ditentukan oleh sifat-sifat fisik. Biotop-biotop lain
dapat pula dicirikan oleh unsur organismenya, misalnya padang alang-alang, hutan
tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainya (Heddy, 1986).
Keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah
dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin dan
pegunungan tinggi. Sementara itu, keanekaragaman yang tinggi terdapat di daerah
dengan lingkungan optimum. Hutan tropika adalah contoh komunitas yang
mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Sementara ahli ekologi berpendapat bahwa
komunitas yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi, seperti dicontohkan
dengan hutan itu mempunyai keanekaragaman yang tinggi itu stabil. (Rososoedarmo,
1990).
Dalam suatu ekosistem, dapat senantiasa terjadi fluktuasi atau grafik naik
turunnya secara teratur. Hal ini dapat terjadi karena adanya saling kontrol terhadap
populasi konsumen biotik dalam suatu ekositem tersebut. Proses itu akan terus
berjalan secara berkesinambungan dan tanpa menimbulkan goncangan ekosistem.
Hal ini akan terjadi selama lingkungan tersebut berada dalam keadaan seimbang
(Wolf, 1990).
6
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode Umum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode observasi yaitu
mencatat populasi dari jenis hewan dan tumbuhan yang ada di suatu ekosistem
secara langsung di lapangan atau tempat penelitian, kemudian mencatat komunitas
yang terdapat di lapangan (sawah arboretum) tersebut.
3.2 Alat dan Bahan
Alat / Bahan Fungsi / parameter yang digunakan
GPS atau Kompas Bidik Menentukan koordinat habitat yang diamati
Jam tangan Menentukan Tanggal, waktu pengamatan
Soil tester Mengukur kelembaban tanah, pH tanah
Termometer Mengukur suhu lingkungan ( tanah dan udara )
Photo meter / Lux meter Mengukur intensitas cahaya
Buku Identifikasi tumbuhan Mengidentifikasi jenis tumbuhan
Roll meter / stick meter / tali Mengukur ketinggian pohon / rumput / semak
Peta topografi Acuan dalam gambaran topografi suatu daerah
Alat tulis Mencatat data yang dikumpulkan
3.3. Metode Kumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei untuk mengumpulkan data
sekunder mengenai kondisi biotik dan fisik kawasan sawah arboretum.
7
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Lakukan pencatatan seluruh informasi sesaat seperti tanggal,hari,waktu,dan
musim saat pengamatan kemudian informasi lokasi seperti lokasi dimana habitat itu
berada, dan ketinggian. Pengukuran kondisi iklim seperti intensitas cahaya, dan
kondisi cuaca. Pengukuran kondisi edafik seperti kelembapan tanah dan pH tanah.
Lakukan pencacatan/identifikasi seluruh jenis tumbuhan yang tampak di sawah
berukuran 20x20meter. pertama-tama, habitat diberi nama berdasarkan penampakan
vegetasi dan atau fisik yang paling dominan di daerah itu. Kemudian catat (1)
informasi sementara (temporal) seperti: tanggal, hari, waktu, dan musim pada saat
pengamatan; (2) informasi lokal seperti: lokasi dimana habitat itu berada (letak
geografisnya, letak politisnya, jarak dengan perkampungan atau perkotaan).
Ketinggian (mdlp); (3) informasi topografisnya seperti: kemiringan, perkiraan luas
habitat, intensitas cahaya, temperatur, kelembaban tanah, pH tanah, dan bentang
lahan (lansekap) seperti pegunungan, bukit, lembah, lereng, dataran, sungai, danau,
rawa, tebing. Setelah seluruh informasi di atas dicatat, maka selanjutnya adalah
analisis biotik di dalam habitat tersebut, yaitu:
1. Analisis vegetasi, yaitu biasanya tiga metode yang berbeda sering digunakan
untuk menggambarkan tipe vegetasi pada suatu habitat. (1) dengan membuat
daftar nama tumbuhan secara detail, tetapi ini tidak termasuk beberapa
pertimbangan yang berguna untuk analisis habitat dan secara umum
membutuhkan keahlian seperti seorang ahli taksonomi; (2) termasuk di
dalamnya klasifikasi tipe komunitas dengan menggunakan nama spesies
dominan. Bagaimanapun juga, pendekatan ini hanya memiliki karakteristik
hanya satu aspek saja dan hanya memberikan keterangan yang sedikit
berguna; (3) Fisiognomi, terdiri dari deskripsi dan pengukuran bentuk dan
penampakan vegetasi.
2. Tipe komunitas, yaitu dengan mencatat spesies tumbuhan yang dominan dan
sejarah kejadian bagaimana sampai terbentuknya tipe komunitas yang ada
sekarang (kebakaran, banjir, penebangan pohon, sengaja dijadikan padang
rumput). Contoh tipe komunitas utama bisa tundra, padang rumput, rawa,
kolam, danau, savana, gurun pasir, sawah, semak, dll).
8
3. Bentuk kehidupan tumbuhan, yaitu berupa bentuk kehidupan tumbuhan di
darat, bentuk daun, dan kondisi umum. Pengukuran kuantitatif subjektif dari
dominansi, abundasi, tumbuhan yang umum, yang tidak umum, atau jarang,
masih kurang untuk studi secara umum. Jika taksonomi detail dibutuhkan,
daftar singkat dari tumbuhan yang umum dapat pula dimasukkan.
4. Stratifikasi, yaitu kurang lebih menunjukkan lapisan-lapisan tumbuhan secara
jelas pada kebanyakan habitat. Di hutan, contohnya deskripsi stratifikasi
terbagi tumbuhan permukaan, herba, semak, tiang/pancang, dan kanopi.
Tumbuhan bawah termasuk kedalamnya lumut, lichen, dan jamur. Herba
terdiri dari beberapa tumbuhan annual/tahunan dan perenial. Pada strata
semak ditemukan semak dan pohon muda. Pada strata pancang ditemukan
jenis-jenis kanopi dan yang bukan kanopi, dan strata kanopi terdiri dari jenis
pohon dominan. Di padang rumput, harus dijelaskan mengenai strata akar,
strata permukaan tanah, strata batang, dan strata rumput bagian atas. Untuk
analisis habitat secara umum, deskripsi stratifikasi secara kualitatif terkadang
masih kurang. Untuk padang rumput atau komunitas tanah lainnya seseorang
dapat secara langsung menghitung rata-rata ketinggian dari vegetasi rumput
di atas tanah. Estimasi kuantitatif dari ketinggian vegetasi dapat
menggunakan tali.
5. Kepadatan daun adalah kepadatan dari seluruh volume daun yang ada di
suatu habitat. Biasanya yang terbaik yang dapat dilakukan adalah mengukur
rata-rata ketebalan daun atau tinggi daun dari masing-masing strata.
6. Penutupan, yaitu jumlah dari daerah yang tertutup secara garis lurus dari
vegetasi yang diproyeksikan. Kategori jarang, sedang, dan padat dapat
digunakan pada analisis habitat secara umum. Padat; suatu jenis dari bentuk
kehidupan tumbuhan yang daunnya menutupi lebih dari 75% dari luas area,
sedang-padat (50-75%); sedang (25-50%); sedang-jarang (5-25%); dan jarang
kurang dari 5%.
7. Dispersi (penyebaran) dimana distribusi ruang tumbuhan dapat dibedakan
menjadi keseragaman dimana distribusi ruang tumbuhan dapat dibedakan
menjadi keseragaman (dalam suatu baris; acak; berkelompok; atau
9
mengumpul). Tumbuhan dapat dikatakan tersebar secara luas (jarang) atau
tersebar dekat (padat).
3.3.2 Prosedur
1. Menetapkan Transek Bayangan
a. Menetapkan titik awal arah transek yaitu sisi terluar arboretum jatinangor
dengan arah 100º s/d 105º Utara – Selatan.
b. Membuat lajur transek sepanjang 30 meter dengan interval masing
masing 10 meter.
c. Membuat 3 plot lajur transek dengan ukuran 10 m x 10 m pada masing –
masing plot.
2. Pengumpulan Data Kondisi Fisik
a. pH dan Kelembaban tanah tiap plot diukur dengan menggunakan
soiltester, sebanyak tiga kali dilokasi yang dipilih secara acak.
b. Kedalaman tanah tiap plot diukur dengan menggunakan pengukuran
kedalaman tanah, sebanyak tiga kali dilokasi yang dipilih secara acak.
c. Ketebelan lapisan sersah tiap plot diukur dengan menggunakan mistar,
sebanyak tiga kali dilokasi yang dipilih secara acak.
d. Intensitas cahaya tiap plot diukur dengan menggunakan Luxmeter,
sebanyak tiga kali dilokasi yang dipilih secara acak.
e. Ketinggian tempat tiap plot diukur dengan menggunakan
Altimeter,sebanyak satu kali ditengah plot.
f. Data tiap faktor lingkungan diukur dan dicatat kedalam tabel masukan
data lingkungan.
3. Pengumpulan Data Biotik
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelusuri jalur transek dan
setiap interval 5 meter dilakukan pencatatan jenis tumbuhan yang terdapat
dalam radius 5 meter. Data / parameter yang dikumpulkan mencakup:
a. Daftar nama tumbuhan.
10
b. Fisiognomi, terdiri dari deskripsi dan pengukuran bentuk dan
penampakan vegetasi.
c. Mendeskripsikan tipe komunitas dengan menggunakan nama spesies
dominan, meskipun pendekatan ini hanya memiliki karakteristik hanya
satu aspek saja dan hanya memberikan keterangan yang sedikit berguna.
d. Stratifikasi yaitu yang menunjukkan lapisan – lapisan tumbuhan secara
jelas. Contohnya deskripsi stratifikasi terbagi mencakup tumbuhan
permukaan, herba, semak, tiang / pancang dan kanopi.
e. Penutupan yaitu jumlah dari daerah yang tertutup secara garis lurus dari
vegetasi yang diproyeksikan.
f. Dispersi ( penyebaran ) dimana distribusi ruang tumbuhan dapat
dibedakan menjadi keseragaman ( dalam suatu baris ; acak ; berkelompok
atau mengumpul.
3.4 Analisa Data
Data fisik lingkungan yang diperoleh dari lokasi penelitian selanjutnya di
analisis dengan cara menghitung berapa rata-rata kelimpahan tiap data fisik
lingkungan. Kemudian Untuk melakukan deskripsi komunitas di kawasan yang di
amati, selanjutnya di lakukan penafsiran mengenai keadaan yang diamati, sesuai
dengan distribusi pohon dan faktor biotik lainnya.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Pada praktikum kajian komunitas ini, kelompok kami mengamati daerah
yang memiliki habitat terrestrial. Pengamatan dilakukan menggunakan metode
observasi di daerah sawah Arboretum. Daerah itu disebut dengan ekosistem
sawah karena tumbuhan yang mendominasi adalah padi. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, diperoleh data fisik seperti :
Cuaca : Cerah, Cahaya bersinar terang di daerah identifikasi
pH tanah : Asam
Kanopi : Jarang
Topografi : Datar
Kondisi Tanah : Kering-lembab
Intensitas Cahaya : Terang, mencapai 37.600
Penyebaran : Terkumpul
Kondisi tanah di area ini tidak terlalu baik untuk tumbuhan karena ada
beberapa bagian area yang memiliki tanah cukup kering. Hal ini dapat terjadi karena
pengamatan dilakukan ketika musim kemarau.
Pada area ini ditemukan berbagai jenis tumbuhan sehingga vegetasinya
heterogen. Umumnya, tumbuhan yang terdapat di area ini berupa semak dan herba,
sedangkan tumbuhan yang berhabitus pohon hanya sedikit.
Untuk mendeskripsikan habitat pada wilayah pengamatan, yaitu
sawah,diperoleh hasil sebagai berikut :
No Nama Tumbuhan Jenis (Habitus) Kelimpahan
1 Oryza sativa Herba Melimpah
2 Poacae Herba Banyak
12
3 Daun Talas Herba Sedikit
4 Azolla pinnata Herba Banyak
5 Capsicum frutecens Herba Sedikit
6 Mimosa tigra Herba Sedikit
7 Paku-pakuan Semak Sedikit
8 Bambusa sp. Pohon Sedikit
9 Arthocarpus communis Pohon Sedikit
10 Ageratum conizoides Herba Sedang
11 Mimosa pudica Semak Sedang
12 Eichhornia crassipes Herba Banyak
13 Marsilea sp. Herba Banyak
14 Salvinia sp. Herba Banyak
15 Averhoa bilimbi Pohon Sedikit
16 Genjer Herba Sedang
17 Manihot esculenta Pohon Sedang
18 Musa paradisiaca Terna Banyak
19 Kelapa Pohon Sedikit
20 Clitoria pubescens Herba Banyak
21 Ipomea aquatic Herba Sedikit
22 Imperata cylindrica Herba Banyak
23 Amaranthus sp. Herba Sedang
13
24 Wedelia triloba Herba Sedang
25 Pystia sp. Herba Sedikit
26 Petai Selong Pohon Sedikit
27 Terong Herba Sedikit
28 Gmelina arborea Pohon Sedikit
29 Bawang Daun Herba Banyak
30 Capsicum anum Herba Banyak
31 Averhoa carambola Pohon Sedikit
32 Takokak Herba Sedang
33 Zea mays Herba Sedang
Species yang paling dominan : Oryza sativa dengan jumlah species yang
mendominasi, dimana jenis tumbuhannya termasuk
kedalam kategori herba.
Vegetasi bawah : Species yang paling dominan adalah Mimosa pudica,dan
Graminae / Poacae
Pada area ini, terdapat kumpulan berbagai species tanaman yang sering ditemukan di
ekosistem kebun, yang diantaranya adalah Zea mays, Averhoa carambola,
Capsicum anum, Bawang Daun, Terong, Ipomea aquatic, Musa paradisiaca,
Manihot esculenta, Averhoa bilimbi. Dan kumpulan berbagai species dengan
kelimpahan banyak yang sering ditemukan di ekosistem kolam, yang diantaranya
adalah Marsilea sp., Eceng gondok, Azolla pinnata, Pegagan, Ki ambang,dan
Genjer.
14
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kajian komunitas ini, sebenarnya kita di suruh untuk
mengidentifikasi suatu komunitas melalui identifikasi faktor biotik dan faktor abiotik
yang ada pada kawasan persawahan arboretum Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Berdasarkan hasil pengamatan di daerah yang diamati , secara umum dapat diketahui
bahwa pada daerah yang diamati yakni sawah Arboretum UNPAD termasuk ke
dalam Habitat Terrestrial, di sebut terrestrial karena daerah ini merupakan lahan
sawah yang banyak ditumbuhi tanaman herba. Seperti umumnya area persawahan,
jenis spesies yang paling dominan adalah Oryza sativa, dengan tingkat
kelimpahannya yang sangat melimpah. Dapat dikatakan bahwa komunitas yang kita
amati, komponen ekosistem utamanya adalah ekosistem sawah. Sebenarnya pada
area ini ditemukan berbagai jenis tumbuhan, sehingga vegetasinya dapat dikatakan
heterogen. Vegetasi bawah yang paling dominan pada area ini adalah dari jenis
Graminae, selain itu juga terdapat Mimosa pudica dengan rata-rata ketinggian 8-17
cm dan jenis Babandotan (Ageratum sp.), karena jenis ini termasuk dalam tanaman
herba, sehingga dengan ukuran tersebut, cukup untuk suatu vegetasi tumbuhan
bawah sehingga dapat tumbuh dengan subur dengan ketinggian yang optimal.
Pada ekosistem yang diamati, ada beberapa faktor biotik yang mempengaruhi
fungsi ekosistem, yakni macam-macam hewan, dan tumbuhan yang nantinya
berhubungan dengan transfer energi dan siklus materi. Selain itu juga distribusi
species dan penutupan ( kanopi ) di kawasan yang di amati.
Pola distribusi di daerah pengamatan yakni sawah, letak/distribusi antara satu
spesies dengan spesies yang lain yaitu berkumpul pada suatu spot, dan bukan
tersebar dengan jarak yang cukup jauh. Sehingga, masih ada ruang yang sangat
memungkinkan vegetasi bawah dapat tumbuh dengan subur. Selain itu, penutupan
dari rata-rata jenis species yang ada pada area ini, memiliki penutupan 5-25 % ,
dimana dapat dikatagorikan penutupan pada daerah ini adalah sedang-jarang. Hal
tersebut dapat teramati dengan jelas dari jenis species yang dominan pada kedua
daerah ini adalah tanaman berair yang dominannya terdapat dalam kategori herba.
Sehingga,intensitas cahaya yang masuk cukup besar dan memungkinkan vegetasi
bawah untuk tumbuh dengan subur.
15
Di dalam suatu ekosistem tidak hanya mencakup serangkaian spesies tumbuhan dan
hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam
sistem itu, serta energi yang menjadi sumber kekuatan.
Dilihat dari segi sistemnya, ekosistem di plot ini termasuk sistem terbuka.
Sistem terbuka adalah suatu sistem dalam ekositem energi dan materi yang
terkandung di dalamnya dapat keluar atau mauk ke perbatasan system, artinya ada
intervensi dari pihak di luar sistem. Ekosistem ini dikatakan terbuka karena selain
mendapatkan nutrien dari alam (produsen), nutrien didapatkan pula dari bantuan
manusia. Hal ini karena plot yang diamati yakni ekosistem perswahan, merupakan
tempat yang sengaja dirawat oleh manusia, sehingga kondisi dan kebutuhannya
diperhatikan oleh manusia. Bantuan yang diberikan dapat berupa pupuk, air atau obat
anti hama. Hal ini dapat dilihat dari tata letak dan jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh
seragam di habitusnya.
Komponen biotik yang ditemukan sangatlah beragam. Faktor biotik yang
mendominasi atau paling banyak ditemukan adalah tumbuhan. Tumbuhan ini
berperan sebagai produsen. Sehingga, di dalam suatu ekosistem jumlahnya haruslah
lebih banyak dari konsumen karena tumbuhan merupakan penghasil makanan dan
merupakan makhluk hidup yang dapat mengubah energi dari cahaya matahari
menjadi bentuk energi yang dapat digunakan oleh makhluk hidup. Tumbuhan
mendapatkan energi dari sinar matahari yang selanjutnya sinar matahari
dimanfaatkan oleh tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis, dalam hal ini energi
cahaya diubah menjadi energi kimia. Energi diteruskan dari satu organisme ke
organisme lainnya. Berhubungan dengan siklus materi, di kenal konsumen.
Konsumen yang ada dalam ekosistem yang diamati terdiri dari serangga dan burung.
Beberapa dari anggota konsumen juga dapat digolongkan sebagaipredator misalnya
saja burung. Konsumen yang ditemukan, setelah dianalisis ternyata hanya sampai
konsumen tingkat II. Hal ini karena hewan yang ditemukan sedikit dan serangga
yang paling banyak ditemukan. Konsumen akan memperoleh energi dari produsen.
Suatu saat produsen dan konsumen akan mati, lalu diuraikan oleh detritivor.
Penguraian ini akan menambah unsur-unsur hara dalam tanah yang akan digunakan
oleh tumbuhan dalam proses pembuatan makanan.
16
Gambaran piramida makanan :
Menurut (Irwan, 2010) Faktor abiotik yang terdapat dalam ekosistem ini
benar-benar digunakan oleh komponen biotik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Materi dan energi yang berasal dari lingkungan abiotik dan kembali lagi ke
lingkungan abiotik. Dalam hal ini komunitas dalam hal lingkungan abiotiknya
merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem. Untuk mendapatkan energi dan
materi yang diperlukan untuk hidupnya semua komunitas bergantung kepada
lingkungan abiotik. Organism produsen memerlukan energi, cahaya, oksigen, air dan
garam-garam yang semuanya diambil dari lingkungan abiotik
Pada area disekelilingnya, terdapat kumpulan berbagai species tanaman yang
sering ditemukan di ekosistem kebun, yang diantaranya adalah Zea mays, Averhoa
carambola, Capsicum anum, Bawang Daun, Terong, Ipomea aquatic, Musa
paradisiacl, Manihot esculenta, Averhoa bilimbi. Area ini ditumbuhi oleh vegetasi
yang tidak homogen dan ketinggiannya lebih dari 1m. Sealain itu terdapat kumpulan
berbagai species dengan kelimpahan banyak yang sering ditemukan di ekosistem
kolam, yang diantaranya adalah Marsilea sp., Eceng gondok, Azolla pinnata, Ki
ambang,dan Genjer. Area ini, hanya ditumbuhi oleh vegetasi bawah yang tidak
homogen dan ketinggiannya tidak lebih dari 10cm. Hal tersebut dikarenakan
ekositem yang terbentuk karena sebagian besar kelipahan air cukup banayak
sehingga jenis species dari ekosistem air dapat dijumpai ada pun jenis species yang
biasa ditemukan di ekositem kebun tidak terlalu mendominasi sehingga
penutupan/kanopi dari tiap speciesnya tidak menutupi 75% dari luas area meskipun
penyebarannya cukup jauh. Sehingga, hal tersebut menyebabkan cahaya matahari
yang masuk , dan akhirnya menyebabkan vegetasi bawah tidak dapat tumbuh dengan
17
baik denagn kelimpahan air yang banyak. Jenis tanaman yang mendominasi adalah
Padi (Oryza sativa).
BAB V
KESIMPULAN
1. Kajian ekosistem pada plot penelitian merupakan sistem terbuka, ekosistem
tersebut merupakan persawahan yang selalu di jaga dan di beri tambahan
nutrisi oleh manusia.
2. Berdasarkan hasil pengamatan, jenis habitat pada transek bayangan adalah
jenis tanaman yang hidup pada Habitat Terrestrial, di daerah pengamatan
yakni ekositem sawah Arboretum UNPAD, jenis species yang mendominasi
adalah Oryza sativa dengan jumlah kelimpahan yang sangat mendominasi
dan vegetasi bawah yang dominan adalah tumbuhan Mimosa pudica dan
Ageratum sp.
3. Tumbuhan pendukung yang ada dalam ekositem adalah kumpulan species
tanaman yang sering ditemukan di ekosistem kebun, yang diantaranya adalah
Zea mays, Averhoa carambola, Capsicum anum, Bawang Daun, Terong,
Ipomea aquatic, Musa paradisiaca, Manihot esculenta, Averhoa bilimbi.
Juga kumpulan berbagai species dengan kelimpahan banyak yang sering
ditemukan di ekosistem kolam, yang diantaranya adalah Marsilea sp., Eceng
gondok, Azolla pinnata, Pegagan, Ki ambang,dan Genjer.
4. Terapat faktor biotik dan abiotik yang mempengaruhi transfer energi dan
siklus materi pada ekosistem tersebut. Yang berperan sebagai produsen
tentunya adalah tumbuhan, lalu konsumen tingkat I adalah serangga seperti
capung, dan konsumen II adalah serangga laba-laba , sedangkan yang
bertindak sebagai predator adalah burung, tetapi selain bertindak sebagai
predator burung juga bertindak sebagai konsumen II.
18
DAFTAR PUSTAKA
Heddy, S., S.B Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta
Rajawali.
Irwan, Zoer’aini Djamal. 2010. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan, dan
Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University press.
Yogyakarta.
Prawiro, T Y Nootohadi. 2003.Tanah dan Lingkungan . Jakarta: Depdikbud.
Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya.
Jakarta.
Soetjipta, 1993, Dasar-dasar Ekologi Hewan, Depdikbud Dirjen Dikti, Yogyakarta.
Wolf, Larry dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta : UGM press.
19
LAMPIRAN
Tumbuhan di sekitar daerah pengamatan
Mengukur pH tanah yang diamati
20
Tanaman Oryza sativa dan serangga
21
Lokasi pengamatan 6°55'47.54"S dan 107°46'23.59"E
22