web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang...

23
MURADHIF DAN MUSYTARAK 1. Muradhif Lafal Muradhif adalah lafal yang hanya mempunyai satu makna Jumhur ulama menyatakan bahwa mendudukkan dua muradhif pada tempat yang lain diperbolehkan selama hal itu tidak dicegah oleh syara’. Kaidah para Jumhur ulama sebagai beriku: ي ع ر ش ع ل ه طا ي ل ع م ق ي م ل ا اذ وز ج ي ر خلان" ا ن" مكا ي ف راذ م ل ن" ا م ل ك اع ق ي اArtinya: Mendudukkan dua muradhif itu pada tempat yang sama itu diperbolehkan jika tidak ditetapkan oleh syara’. Al-Qu’ran semenjak di turunkanNya hingga datangnya hari Akhir senantiasa terjaga sebagaimana pertama diturunkan-nya, tidak pernah ada ralat, tidak perlu dikritisi, tidak memerlukan edisi revisi, ataupun pengurangan kosakata, begitu sangat sempurna, Dia-lah Allah yang akan menjaga keutuhannya sepanjang masa, yang telah menurunkan-nya juga kepada Nabinya Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam melalui delegasi terpercanya Malaikat Jibril Alaihi-Salam. Maka karena itu tidak diperbolehkan mengubahnya. Namun dalam lafal ibadah seperti takbir shalat,

Upload: lyphuc

Post on 06-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

MURADHIF DAN MUSYTARAK

1.    Muradhif

 Lafal Muradhif adalah lafal yang hanya mempunyai satu makna

Jumhur ulama menyatakan bahwa mendudukkan dua muradhif pada tempat

yang lain diperbolehkan selama hal itu tidak dicegah oleh syara’. Kaidah para Jumhur

ulama sebagai beriku:

طالع عليه يقم لم اذا يجوز االخر مكان المرادفين من كل ايقاع

شرعي                  Artinya:    Mendudukkan dua muradhif itu pada tempat yang sama itu diperbolehkan

jika tidak ditetapkan oleh syara’.

Al-Qu’ran semenjak di turunkanNya hingga datangnya hari Akhir senantiasa

terjaga sebagaimana pertama diturunkan-nya, tidak pernah ada ralat, tidak perlu

dikritisi, tidak memerlukan edisi revisi, ataupun pengurangan kosakata, begitu sangat

sempurna, Dia-lah Allah yang akan menjaga keutuhannya sepanjang masa, yang telah

menurunkan-nya juga kepada Nabinya Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam melalui

delegasi terpercanya Malaikat Jibril Alaihi-Salam. Maka karena itu tidak diperbolehkan

mengubahnya. Namun dalam lafal ibadah seperti takbir shalat, Malikiyah berpendapat

dan menyatakan bahwa takbir dalam shalat tidak diperbolehkan kecuali kaliamat

“Allahu Akbar”, sedang Imam Syafi’i hanya memperbolehkan “Allahu Akbar” atau

“Allahul Akbar” sedangkan Abu Hanifah memperbolekan semua lafal yang semisal

dengannya, misalnya kalimat ”Allahul A’djom”,  “Allahul Ajal” dan sebagainya.

Hukum Muradhif

Page 2: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

Menurut jumhur ulama meletakkan lafal muradif di tempat lafal lainnya,

diperbolehkan apabila tidak ada halangan dari syara’. Pendapat lain mengatakan

bahwa diperbolehkan asal masih satu bahasa. Tentang lafal Qur’an tidak ada

perbedaan pendapat lagi bahwa kita harus membaca lafal-lafal itu sendiri.

2.    Musytarak

Kata Musytarak adalah bentuk mashdar yang berasal dari kata kerja اشترك yang berarti “bersekutu” seperti dalam ungkapan القوم اشترك yang berarti “kaum itu

bersekutu”. Dari pengertian bahasa ini selanjutnya para ulama ushul merumuskan

pengertian musytarak menurut istilah. Adapun definisi yang diketengahkan oleh para

ulama’ ushul adalah anatara lain:

اللغ تلك اهل عند السوأ على داللة اواكثر مختلفين معنيين على الدال الواحد اللفظ                  Artinya: “Satu lafadz (kata) yang menunjukkan lebih dari satu makna yang berbeda,

dengan penunjukan yang sama menurut orang ahli dalam bahasa tersebut ”

Menurut Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya Ushul Fiqh:

البدل سبيل على الحدود مختلفة افرادا يتناول لفظ                  Artinya: “Satu lafadz yang menunjukkan lebih dari satu makna yang berbeda-beda

batasannya dengan jalan bergantian”

Maksudnya pergantian disini adalah kata musytarak tidak dapat diartikan dengan

semua makna yang terkandung dalam kata tersebut secara bersamaan, akan tetapi

harus diartikan dengan arti salah satunya. Seperti kata yang dalam pemakaian  قرء

bahasa arab dapat berarti masa suci dan bias pula masa haidh, lafadz عين bisa berarti

mata, sumber mata air, dzat, harga, orang yang memata-matai dan emas, kata “"يد

Page 3: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

musytarak antara tangan kanan dan kiri, kata dapat berarti tahun untuk  سنة hijriyah,

syamsiyah, bisa pula tahun masehi.

a.    Sebab-Sebab Terjadinya Lafadz Musytarak

Sebab-sebab terjadinya lafadz musytarak dalam bahasa arab sangat banyak sekali,

namun ulama’ ushul telah merumuskan sebab-sebab yang paling mempengaruhi antara

lain sebagai berikut :

1.    Terjadinya perbedaan kabilah-kabilah arab di dalam menggunakan suatu kata untuk

menunjukkan terhadap satu makna. Seperti perbedaan dalam pemakain kata يد , dalam

satu kabilah, kata ini digunakan menunjukkan arti “hasta secara sempurna” ( ذراع كله ).

Satu kabilah untuk menunjukkan (الساعدوالكف). Sedangkan kabilah yang lain untuk

menunjukkan khusus “telapak tangan”.

2.    Terjadinya makna yang berkisar/ keragu-raguaan ( (تردد antara makna hakiki dan

majaz.

3.    Terjadinya makna yang berkisaran/keragu-raguaan ((تردد antara makna hakiki dan

makna istilah urf. Sehingga terjadi perubahan arti satu kata dari arti bahasa kedalam

arti istilah, seperti kata-kata yang digunakan dalam istilah syara’. Seperti lafadz الصالة

yang dalam arti bahasa bermakna do’a, kemudian dalam istilah syara’ digunakan untuk

menunjukkan ibadah tertentu yang telah kita ma’lumi.

b.    Ketentuan Hukum Lafadz Musytarak

Apabila dalam nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah terdapat lafadz yang musytarak,

maka menurut kaidah yang telah dirumuskan oleh para ulama’ ushul adalah sebagai

berikut :

Page 4: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

a.    Apabila lafadz tersebut mengandung kebolehan terjadinya hanya musytarak antara arti

bahasa dan istilah syara’, maka yang ditetapkan adalah arti istilah syara’, kecuali ada

indikasi- indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah arti dalam istilah

bahasa.

b.    Apabila lafadz tersebut mengandung kebolehan terjadinya banyak arti, maka yang

ditetapkan adalah salah satu arti saja dengan dalil-dalil (qarinah) yang menguatkan dan

menunjukkan salah satu arti tersebut. Baik berupa qarinah lafdziyah maupun qarinah

haliyah. Yang dimaksud qarinah lafdziyah adalah suatu kata yang menyertai nash.

Sedangkan qarinah haliyah adalah keadaan/kondisi tertentu masyarakat arab pada saat

turunnya nash tersebut.

c.    Jika tidak ada qarinah yang dapat menguatkan salah satu arti lafadz lafadz tersebut,

menurut golongan Hanafiyah harus dimauqufkan sampai adanya dalil yang dapat

menguatkan salah satu artinya. Menurut golongan Malikiyah dan Syafi’iyah

membolehkan menggunakan salah satu artinya.

c.    Contoh-contoh Lafadz Musytarak

      Dalam Al-Qur’an banyak contoh-contoh musytarak, yang antara lainnya firman

Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 222 yaitu:

المحيض عن في � ويسألونك ساء الن فاعتزلوا أذى هو قل يطهرن � المحيض ى حت تقربوهن فأتوهن � وال تطهرن فإذا

ه الل أمركم حيث ويحب � من وابين الت يحب ه الل إن المتطهرين

                  Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah

suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu

haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka

Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.

Page 5: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang

yang mensucikan diri.”

Lafadz المحيض dapat berarti masa/waktu haidh (zaman) dan bisa pula berarti tempat

keluarnya darah haidh (makan). Namun dalam ayat tersebut menurut ulama’ diartikan

tempat keluarnya darah haidh. Karena adanya qarinah haliyah yaitu bahwa orang-orang

arab pada masa turunnya ayat tersebut tetap menggauli istri-istrinya dalam waktu

haidh. Sehinnga yang dimaksud lafadz diatas adalah bukanlah waktu haidh المحيض

akan tetapi larangan untuk istimta’ pada tempat keluarnya darah haidh (qubul).

Contoh lain sebagaimana yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 228 sebagai

berikut:

قروء ثالثة بأنفسهن صن يترب قات والمطل                  Artinya: Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali

quru'.

Lafadz quru’ dalam pemakain bahasa arab bisa berarti masa suci dan bisa pula

berarti masa haidh. Oleh karena itu, seorang mujtahid harus mengerahkan segala

kemampuannya untuk mengetaui makna yang dimaksudkan oleh syari’ dalam ayat

tersebut.

Para ulama’ berbeda pendapat dalam mengartikan lafadz quru’ tersebut diatas.

Sebagian ulama’ yaitu Imam Syafi’i mengartikannya dengan masa suci. Alasan beliau

antara lain adalah karena adanya indikasi tanda muannats pada ‘adad (kata bilangan :

tsalatsah) yang menurut kaida bahasa arab ma’dudnya harus mudzakkar, yaitu lafadz

al-thuhr (suci). Sedangkan Imam Abu Hanifah mengartikannya dengan masa haidh.

Dalam hal ini, beliau beralasan bahwa lafadz tsalatsah adalah lafadz yang khas yang

Page 6: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

secara dzahir menunjukkan sempurnanya masing-masing quru’ dan tidak ada

pengurangan dan tambahan. Hal ini hanya bisa terjadi jika quru’ diartikan haidh. Sebab

jika lafadz quru’ diartikan suci, maka hanya ada dua quru’ (tidak sampai tiga).

Dalam surat Al-Baqarah ayat 229:

تان مر فإمساكبمعروفأوتسريحبإحسان � الطالق                  Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara

yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik”.

Dalam ayat tersebut di atas lafadz al-thalaq harus diartikan dalam istilah syara’ yaitu

“melepaskan tali ikatan hubungan suami istri yang sah”, bukan diartikan secara bahasa

yang berarti “melepaskan tali ikatan secara mutlaq”. Seperti dalam hal lain. “Dirikanlah

shalat dan tunaikanlah zakat”. Lafadz الصالة pada ayat tersebut dapat bisa mengandung

arti dalam istilah bahasa yaitu doa dan bisa pula berarti dalam istilah syara’ yaitu ibadah

yang mempunyai syarat-syarat dan rukun tertentu. Berikut ini contoh lafadz الصالة yang

diartikan dengan makna istilah bahasa, yaitu dalam firman Allah dalam surata Al-Ahzab

ayat 56:

بي الن على ون يصل ومالئكته ه الل وا � إن صل آمنوا ذين ال ها أي يا

تسليما موا وسل عليه                  Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai

orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam

penghormatan kepadanya.”

Lafadz الصالة pada ayat tersebut bukan bermakna sholat dalam ibadah tertentu, akan

tetapi mempunyai makna dalam istilah bahasa yaitu doa. Karena dalam ayat الصالة

Page 7: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

tersebut dinisbatkan kepada Allah dan para malaikat. Sedangkan sholat dalam istilah

syara’ hanya diwajibkan kepada manusia.

C. Kesimpulan dan Penutup

            Muradhif adalah lafal yang hanya mempunyai satu makna, jumhur ulama’

menyatakan bahwa mendudukan dua muradif pada tempat yang lain diperbolehkan

selama hal itu tidak dicegah oleh pembuat syara’.

            Sedangkan Musytarak lafal yang mempunyai dua makna atau lebih dan jumhur

ulama memperbolehkan penggunaan musyatrak menurut arti yang dikehendaki atau

berbagai makna sesuai proporsinya.

            Penjelasan mengenai kaidah-kaidah tersebut sangat diperlukan guna menggali

dan menetapkan suatu hukum yang bersumber dari nash-nash.

            Dari penjelasan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalil-dalil yang

terkandung didalam Al-Qur’an tidak semuanya memberikan pemahaman/penjelasan

yang jelas dan secara langsung. Akan tetapi banyak ayat yang maknanya tersirat dan

membutuhkan ayat yang lain untuk memahamkannya. Skema dalil-dalil yang terdapat

dalam Al-Qur’an.

1. Pengertian Musytarak Lafaz Musytarak ialah lafaz yang mempunyai dua arti atau lebih yang berbeda-beda. Misalnya: lafaz “quru’” mempunyai arti “suci” dan “haid”. Lafaz tersebut memerlukan penjelasan yang seksama apa yang dimaksud dengannya. Lafaz Musytarak diciptakan untuk beberapa makna yang penunjukannya kepada makna itu dengan jalan bergantian, tidak sekaligus.

2. Sebab-sebab Lafaz Menjadi MusytarakLafaz itu digunakan oleh suatu suku bangsa (qabilah) untuk makna tertentu dan oleh suku bangsa yang lain digunakan untuk makna yang lain lagi, kemudian sampai kepada kita dengan kedua makna tersebut tanpa ada keterangan dari hal perbedaan yang dimaksud oleh penciptanya.

Page 8: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

Lafaz yang diciptakan menurut hakikatnya untuk satu makna, kemudian dipakai pula kepada makna lain tetapi secara majazi (kiasan). Pemakaian secara majazi ini masyhur pula, sehingga orang-orang menyangka bahwa pemakaiannya dalam arti yang kedua itu adalah hakiki, bukan majazi. Dengan demikian para ahli bahasa memasukannya ke dalam gologan lafaz musytarak.Lafaz itu semula diciptakan untuk satu makna, kemudian dipindahkan kepada istilah syari’at untuk arti yang lain. Misalnya lafaz “shalat”, menurut arti bahasa semula artinya adalah berdoa, kemudian menurut arti istilah syar’i ialah shalat sebagaimana yang kita kenal sekarang.

3. Hukum Lafaz Musytarak Apabila persekutuan arti lafaz musytarak pada suatu nash syar’i itu terjadi antara makna lugawi dengan makna istilah syar’i, maka hendaklah diambil makna menurut istlah syar’i.

Page 9: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

makalah lafal musytarak dan dalalahnya

A.    PENDAHULUAN

Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang

Mujtahid dalam upayanya member penjelsan mengenai nash-nash syariat ialam dan dalam

menggali hukum islam yng tidak terdapat nash padanya. Ia juga merupakan ilmu yang

diperlukan bagi seorang Hakim (Qadhi) dalam usaha memahami materi secara sepurna.

Kaidah-kaidah pokok bahasa juga dibahas dalam ilmu ushul fiqh. Dalam bagian ini

tampaknya ketelitian untuk para pengaji untuk memahami nash-nash, dan ketelitian bahasa arab

dalam dalalahnya kpada beberapa makna yang dikandungnnya.

Dengan adananya kemampuan ini para ualam syariat dapat menggali hukum-hukum

syariat islam dari beberapa nashnya yng meskipun mempunyai makna yang ganda. Dan dapat

menghilangkan kesulitan-kesulitan tersebut dalam rangka menjelaskan tenteng hukum-hukum

syariat islam, walaupun mempuanyai arti yang ganda atau bahkan lebih banyak.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana pengertian lafadz musytarak ?

2.      Bagaimana sebab timbulnya lafadz musytarak ?

3.      Bagaimana hukum lafadz musytarak dan dalalahnya?

Page 10: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

C.    PEMBAHASAN

A.    Pengertian dari Al-Musytarak

Al-Musytarak adalah sebuah lafadz yang mempunyai arti banyak dengan kegunaan yang

banyak pula. Seperti lafadz (السنة  ) (tahun) yang bisa berarti tahun hijriah atau miladiyah.

Lafadz ( اليد ) (tangan) yang bisa berarti tangan kanan dan juga bisa berarti tangan kiri.

Al-musytarak juga bisa berarti suatu lafadz yang mempunyai dua arti atau lebih dengan

kegunaan yang banyak yang dapat menunjukkan arti ini atau arti itu. Seperti lafadz ( العين ) yang

bisa berarti mata, sumber mata air, dan reserse (mata-mata).

Musytarak adalah suatu lafadz yang mempunyai dua arti yang sebenarnya dan arti-arti

tersebut berbeda-beda. Apabila arti yang sebenarnya hanya satu dan yang lain majaz, maka tidak

tidak dikatakan musytarak. Umumnya ulama ushul, menepatkan lafadz musytarak ini pada

kelompok al-khash,  dan  al-‘am yaitu dilihat dari segi penetapan lafadz bagi suatu makna.

Adapun yang dimaksud dengan lafadz musytarak sebagai mana dijelaskan oleh Abu

Zahra adalah ;

Musytarak ialah suatu lafadz yang menunjukan kepada pengertian ganda atau lebih

dengan penggunaan berbeda.

Lafadz disebut musytarak disyaratkan dua hal yaitu : terdapat beberapa penerapan suatau

lafadz dab juga terdapat pengertian dari lafadz diterapkan dua kali atau lebih untuk dua

pengertian atau lebih.

Istirak atau persekutuan makna terjadi dengan banyaknya makna yang ditetapkan pada

lafadz dengan penetaapan yang beragam, sedangkan keumuman terjadi dengan dalalah lafadz

terhadap liputan seluruh sataun-satuan yang mengenainya tanpa suatau pembatasan, sementara

krkhususan terjadi dengan dalalah lafadzterhadap suatu atau sejumlah satuan yang terbatas yang

mengenainya tanpa keseluruhan

Jadi, lafadz musytarak dapat diartikan lafadz yang diletakan untuk dua makna atau lebih

dengan peletakan nag bermacam-macam, diman lafadz itu menunjukan makna yang ditetapkan

secara bergantian, artinya lafadz itu menunjukan makna ini atau makna itu. Sebagaimana lafadz

ain ditetapkan menurut bahasa untuk pandangan, untuk mata air yang bersumber, dan mata-mata.

Lafadz al-quru ditetapkan dalsm bahasa, untuk pengertian suci dan haidh.

Page 11: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

Ketika kita menjumpai suatu lafdz dalam Al-Quran dan ditemukan pemaknaan yang

berbeda dari referensi satu dengan referensi yang lain maka lafadz tersebut teramsuk lafadz

musytarak. Untuk memilih makna lafadz yang lebih sesuai dengan lafadz  yang lebih sesuai

dengan lafadz tersebut maka jalan yang lebih utamaadalah mengambil pemaknaansecara syar’I

bukan lugowi, yang akan diuraikan lebih mendalam.[1]

B.     Sebab-sebab Timbulnya Lafadz Musytarak

Sebab-sebab adanya lafadz musytarak dalam bahsa banyak sekali, diantaranya yang

terpenting ialah perbedaan kabialh dalam mempergunakan lafadz untuk menunjukan kepada

beberapa makna. Sebagian kabilah memutlakan lafadz yad pada seluruh hasta sebagian kabilah

yang lai memutlakan lafadz yad  pada pada lengan dan telapak tangan. Dan sebagian kabilah

yang lain memutlakannya pad atelapak tangan secara khusus. Selanjutnya para ulama mengutip

bahasa menetapkan bahwasanya tangan dalam bahasa arab adalah lafadz musytarakantara

pengertian yang tiga tersebut. Dimana sebabnya lagi ialah penetapan suatu lafadz itu

diperguanakan tidak pada pebnetapannya secara majas

Apapun yang menjadi sebab persekutuan makna dalam lafadz menurut bahasa, maka

sesungguhnya lafadz yang musytarak antara dua makna atau lebih tidaklah sedikit didalam

bahasa, dan terdapat dalam nash-nash syar’iyyah, baik ayat-ayat Al-Quran maupun hadits

Rasulullah.

Timbulnya lafadz musytarak :

a)      Perbedaan beberap suku di dalam lafadz-lafadz untuk menunjukkan beberapa arti. Suku bangsa

arab terdiri dari dua golongan yaitu golongan Adnan dan golongan Qathan. Masing-masing

golongan ini terdiri dari suku yang bermacam-macam dan dusun yang terpencar-pencar yang

berbeda-beda tempat dan lingkungannya. Kadang-kadang suatu suku membikin nama untuk

suatu pengertian. Kemudian suku lain menggunakan nama tersebut untuk sesuatu pengertian

lainnya yang tidak dimaksud oleh suku pertama. Kadang-kadang antara kedua pengertian itu

tidak ada sangkut pautnya. Tatkala bahasa Arab diambil orang lain dan dibukukan kedua

pengertian itu diambil begitu saja tanpa memperhatikan hubungannya dengan suku yang

membikinnya semula.[2]

Misalnya sebagian suku mengartikan ( اليد ) dengan keeseluruhan hasta (tangan), yang lain

mengartikan ( dengan lengan tangan atau tapak tangan. Dan yang lain lagi mengartikan ( اليد

Page 12: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

dengan tapak tangan saja. Maka para ahli bahasa menetapkan bahwa ( menurut bahasa ( اليد

Arab adalah lafadz yang mempunyai tiga arti yaitu lafadz yang digunakan untuk arti secara

hakikat, kemudian digunakan untuk arti lain secara majaz.[3]

b)      Antara kedua pengertian terdapat arti dasar yang sama. Karenannya, satu lafal bisa digunakan

untuk kedua pengertian tersebut. Inilah yang disebut isytirak ma’ani (persekutuan batin ).

Kadang-kadang lantas orang melupakan arti yang dapat mengumpulkan kedua pengertian

tersebut, dan disangkanya hanya isytirak lafzi (persekutuan) lafal saja. Sebagaimana lafal qur’un

yang artinya semula ialah waktu tertentu. Karennya  malaria disebut qur’un, karena mempunyai

waktu yang tertentu. Orang perempuan dikatakan mempunyai qur’un sebab ia mempunyai

datang bulan yang tertentu dan waktu suci yang tertentu.

Arti dasar yang menghubungkan berbagai-bagai pengertian qur’un ialah waktu yang

tertentu  (isytirak ma’nawi). Tetapi arti yang menghuungkan arti ini kemudian dilupakan,

sehingga tidak dikenal hubungannya suci dan datang bulan dan dinamaknnya isytirak lafzi.

c)      mula-mula sesuatu lafal digunakan untuk sesuatu arti, kemudian berpindah kepada arti yang lain

dengan jalan majaz, karena adannya ‘alaqah (hubungannya). Alaqah ini dilupakan dan kemudian

hilang maka disangka kata tersebut digunakan untuk kedua arti yang sebenarnya (haqiqi) tanpa

mengetahui adannya alaqah tersebut.

C.    Hukum Lafadz Musytarak dan Dalalahnya

Maksud dari pada syari’at ialah agar kita beramal menurut ketentuan arti lafal-lafal yang

datang daripadanya. Lafal Musytarak tidak dapat menunjukkan salah satu artinya yang tertentu.

(dari arti-arti lafal musytarak) selama tidak ada hal-hal (qarinah) yang menjelaskannya. Apabila 

ada lafal musytarak tanpa penjelasan, padahal yang dikehendaki oleh salah satu artinya maka

dengan sendirinya lafal musytarak tersebut ditinggalkan. Sebab tidak mungkin kita bisa beramal

sesuai dengan petunjuknya (lafal musytarak) selama kita tidak mengetahui maksud sebenarnya.

Berhubung dengan itu, tiap-tiap lafal musytarak yang datang dari syari’at tentu disertai qarinah,

baik qawliah (perkataan) atau haliyah (keadaan/suasana).

Contoh:

قرؤ ثالثة بانفسهين صن يترب (228  البقرة) :  والمطلقات(Al Baqarah228)

Artinya: Isteri-isteri yang diceraikan, hendaklah berdiam diri (beribadah) tiga kali suci.

Page 13: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

Lafal Qur’un mempunyai dua arti, yaitu datang bulan (haid) dan suci. Mana yang

dikehendaki ayat tersebut dari kedua arti ini. Yang dikehendaki ialah datang bulan menurut satu

pendapat. Keterangannya adalah  sebagai berikut:

Sebagaimana yang telah diterangkan diatas, bahwa arti qur’un semula ialah waktu yang

tertentu. Waktu yang tertentu hanya terdapat dalam hal-hal yang bergiliran, yang datang kepada

keadaan yang asal (pokok). Maka yang bergiliran disini tidak hanya lain hanya datang bulan,

sebab suci adalah keadaan yang asal. Dapat pula ditambahkan keterangannya:

a.       Maksud ‘Iddah ialah untuk mengetahui tentang tidak adannya kandungan. Tidak adannya

kandungan hanya dapat diketahui dengan adannya datang bulan.

b.      Qur’an tidak bisa menyebutkan hal-hal yang kurang baik di dengar.

Dari contoh di atas kita mengetahui bahwa yang dimaksud lafal Musytarak di sini hanya satu arti

saja. Qarinah di sini ialah haliyyah (keadaan).[4]

Contoh lain :

Kata yad (tangan) dalam firman Allah SWT:

ايديهم فاقطعوا ارقة والس ارق (38المعدة ) :     والسArtinya:

“laki-laki yang mencuri dan wanita yang mencuri, potonglah tangan keduannya “ (QS Al-

Maidah: 38)

Kata tersebut adalah musytarak antara dzira’ (dari ujung jari hingga ujung bahu), antara

telapak tangan dan lengan (dari ujung jari sampai dengan siku) dan antara tangan kiri dan kanan.

Jumhur mujtahid beristidlal dengan sunnah amaliyyah untuk menentukan yang dimaksud dengan

tangan ayat itu, yakni dari ujung jari sampai dengan dua pergelangan pda tangan kanan.

Tidaklah sah menghendaki suatu lafadz musytarak dengan dua makna atau lebih secara

sekaligus, sekiranya hukum yang ada dalam satu waktu, karena sebenarnya suatau lafadz

tidaklah dikehandaki oleh syar’I kecuali pada satu makna saja dari beberapa maknanya,

penetapannya untuk beberapa makna hanyalah dalam rangka pertukaran makna, artinya bahwa

lafadz itu adakalanya menunjukan arti itu.

Demikian pula halnya dalam nash perundang-undangan hukum positif, apabila lafadz

musytarak di dalamnya antara sejumlah makna kebiasaan, dan pembuat undang-undang tidak

Page 14: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

menjelaskan makna yang dikehendaaki dari lafad itu, maka wajib dilakukan ijtihatuntuk

menenukan maknanya. Tidaklah sah memaksudkan lebih dari satu makna pada lafadz musytarak

yang terdapat dalam nash, karena lafadz musytarak tidaklah ditetapkan kecuali untuk satu makna

saja, akan tetapi satu makna itu berkisar antara dua makna atau lebih.

Jika lafadz musytarak yang ada dalam nash syara’ itu musytarak antara makna

kebahasaan dan makna terminologis syar’i, maka wajib dimaksudkan sebagai maknanya yang

bersifat terminologis syar’i. kata shalat misalnya ditetapkan menurut bahasa untuk pengertian

do’a, dan ia ditetapkan menurut syara’ untuk ibadah tertentu. Maka dalam firman Allah SWT :

Artinya : “ dirikanlah shalat”

Yang dimaksud dari lafadz itu adalah maknanya yang bersifat syar’i, yaitu ibadah

tertentu. Bukan makna kebahasaanya, yaitu do’a. kata Thalaq ditetapakan menurut bahasa untuk

melepaskan ikatan saja,dan menurut syara’ ia diletakkan untuk pelepasan ikatan pernikahan yang

shahih.

Maka yang dikehendaki adalah makna secara syar’i bukan makna secara bahasanya saja.

Demikianlah lafadz mustarak antara makna lughowi dan makna secara syar’i apabila dalam

nash syar’i, maka maksud syar’i dari lafadz itu adalah makna yang ditetapkan-Nya untuknya.

Sebab ketika lafadz tersebut telah diindahkan dari pengertaian kebahasaanya kepada pengertian

khusus yang dipergunakannya, maka lafadz itu dalam bahsa syar’i tertentu dalalahnya atas

pengertian yang ditetapakan syar’i kepadanya , demikian pula dalam nash perundang-undangan

hokum positif,  apabila lafadz  yang ada dalam nash mempunyai dua makna yaitu  makan dalam

bahasa dan makan dalam terminologi perundang-undangan, maka wajilah yang dikehendaki

adalah pengertian yang bersifat perundang-undangan, bukan kebahasaan, karena sebab yang

telah kami jelaskan.

Apabila lafadz musytarak dalam nash syar’i adalah musytarak antara sejumlah mskna

kebahasaan, mska wajib dilakukan ijtihat untuk menentukan makna yang dikehendaki

darpadanya, karena syar’i tidaklah menghendaki pada suatu lafadz kecuali salah satu makna saja.

Dan seorang mujtahid berkewajiban untuk mengambil penunjuk dengan berbagai qarinah dan

tanda-tanda serta dalil-dalil untuk menetukan maksudnya itu.

Page 15: Web viewmakalah lafal musytarak dan dalalahnya . ... Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member

Hal-hal diatas dilakukan untuk tidak menimbulkan kebingungan pada masyarakat awam

jika menjumpai lafadz mustarak. Tidaklah sah menghendaki suatu lafadz musytarak dengan dua

makna atau lebih secara sekaligus, sekiranya hukum yang ada dalam satu waktu karena

sebenarnya suatu lafadz tidaklah dikehendaki oleh syar’i kecuali padasatu makna saja dari

beberapa maknanya. Penetapannya untuk beberapa makna hanyalah dalam rangka pertukatan

makna, artinya bahwa lafadz itu adakalanya menunjukan arti itu. Adapun penunjukannya

terhadap arti ini dan arti itub sekaligus dalam satu waktu.[5]

D.    KESIMPULAN

Al-Musytarak adalah sebuah lafadz yang mempunyai arti banyak dengan kegunaan yang

banyak pula. Seperti lafadz (السنة  ) (tahun) yang bisa berarti tahun hijriah atau miladiyah.

Lafadz ( اليد ) (tangan) yang bisa berarti tangan kanan dan juga bisa berarti tangan kiri.

Timbulnya lafadz musytarak dikarenakan Perbedaan beberap suku di dalam lafadz-lafadz

untuk menunjukkan beberapa arti. Suku bangsa arab terdiri dari dua golongan yaitu golongan

Adnan dan golongan Qathan. Dan  antara kedua pengertian terdapat arti dasar yang sama. mula-

mula sesuatu lafal digunakan untuk sesuatu arti, kemudian berpindah kepada arti yang lain

dengan jalan majaz,

Lafal Musytarak tidak dapat menunjukkan salah satu artinya yang tertentu. (dari arti-arti

lafal musytarak) selama tidak ada hal-hal (qarinah) yang menjelaskannya.