blogmasyud.files.wordpress.com · web viewprotein yang diperiksa dalam laboratorium terdapat dalam:...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA GIZI
ANALISIS PROTEIN DALAM DARAH & URINE
Oleh :
Kelompok II
1. Ni Wayan Nia Lestariasih (P07131013007)
2. Yudhi Pratama (P07131013009)
3. Kadek Dwi Antari (P07131013011)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZIDENPASAR
2014
I. Judul : Analisis Protein dalam Darah dan Urine
II. Hari, tanggal : Rabu, 15 Oktober 2014
III. Tujuan :
A. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu melakukan dan memahami analisa protein darah
dan urine.
B. Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat mengamati perubahan warna dalam analisa
protein darah.
Mahasiswa dapat mengamati perubahan warna dalam analisa
protein urine.
Mahasiswa dapat menghitung kadar protein total dalam serum.
Mahasiswa dapat mengetahui ada atau tidaknya protein dalam
urine.
IV. Prinsip
Metode Biuret:
Cu2+ dengan ikatan peptide protein, dalam suasana basa akan
membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu.
V. Pendahuluan
Protein adalah molekul organik yang terbanyak di dalam sel. Lebih
dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Selain itu, protein adalah
biomolekul yang sesungguhnya, karena senyawa ini yang menjalankan
berbagai fungsi dasar kehidupan, antara lain protein berkontraksi melakukan
gerak, menjalankan berbagai proses metabolisme dalam bentuk enzim.
Protein dapat pula berperan membawa informasi dari luar ke dalam sel dan
di dalam bagian-bagian sel sendiri. Protein juga mengendalikan dapat
tidaknya, serta waktu yang tepat untuk pengungkapan informasi yang
terkandung di dalam DNA, yang diperlukan untuk sintesis protein itu
sendiri. Jadi secara tidak langsung protein mengatur perbanyakan diri
sendiri dengan mengatur DNA, yang merupakan alat perekam informasi
untuk protein, sehingga dengan demikian operasinya di bawah kendali
protein.
Secara kimia, protein adalah heteropolimer dari asam-asam amino,
yang terikat satu sama lain dengan ikatan peptide. Tiga perempat zat padat
dari tubuh adalah protein dengan fungsi yang berbeda-beda. Sebagian besar
adalah : protein jaringan/structural, protein kontraktil dan nucleoprotein.
Protein yang diperiksa dalam laboratorium terdapat dalam: darah, urin,
saliva, cairan pleural, peritoneal, dan feses. Pada praktikum ini yang dibahas
adalah protein total yang terdapat dalam serum/plasma.
Cairan dimana sel-sel darah terdapat ialah cairan berwarna kekuning-
kuningan, disebut plasma. Komponen terbesar plasma adalah air yaitu
sekitar 90%. Selain itu didalam plasma darah juga terkandung garam
organik kurang dari 1%, protein besar 1% (terdiri dari albumin serum 4%,
globulin serum 2,7%, dan fibrinogen 0,3%), dan bahan lainnya (makanan,
limbah hormon, dsb) 2%. Protein dalam plasma memiliki konsentrasi sekitar
1 mmol/L. Dengan bantuan elektroforesis, protein plasma dapat dipisahkan
menjadi fraksi albumin serta fraksi α1, α2, β, dan γ-globulin. Sekitar 56%
protein plasma merupakan fraksi albumin, 4% adalah α1-globulin, α2-
globulin sebanyak 10%, β-globulin 12%, dan 18% dari jumlah protein
plasma merupakan γ-globulin. Setelah darah diambil dari sebuah vena dan
dibiarkan membeku, bekuan darah berkerut secara lambat. Ketika hal itu
terjadi, cairan bening disebut serum. Serum pada dasarnya merupakan
plasma darah tanpa fibrinogen.
Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk
pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan
semua substansi exogenous. Rumusan umum yaitu: serum = plasma -
fibrinogen - protein faktor koagulasi. Serum terbagi menjadi 4 jenis yaitu:
a). Serum protein (bahasa Inggris: globular protein, spheroprotein)
merupakan salah satu dari tiga jenis protein di dalam tubuh yang terbentuk
dari asam amino berupa larutan koloidal di dalam plasma darah, b). Serum
globulin adalah istilah umum yang digunakan untuk protein yang tidak larut,
baik di dalam air maupun di dalam larutan garam konsentrasi tinggi, tetapi
larut dalam larutan garam konsentrasi sedang, mempunyai rasio 35% dari
protein plasma, berguna untuk sirkulasi ion, hormon dan asam lemak dalam
sistem kekebalan, c). Serum lipoprotein adalah senyawa biokimiawi yang
mengandung protein dan lemak yang dapat terikat secara kovalen maupun
non kovalen dengan protein, dan d). Serum wewenang yang hanya
berjumlah 1% dari protein plasma, terdiri dari enzim, proenzim dan hormon.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar
tubuh.
Urin yang kita keluarkan terdiri dari berbagai unsur seperti : air,
protein, amoniak, glukosa, sedimen, bakteri, epitel dan sebagainya. Unsur-
unsur tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda
dan juga pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh makanan yang kita
konsumsi. Kandungan urin inilah yang menentukan tampilan fisik air urin
seperti kekentalannya, warna, kejernihan, bau, busa, dan sebagainya.
Urin yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-unsur
yang terlarut di dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor makanan,
karena adanya infeksi yang mengeluarkan bakteri atau karena konsumsi air
yang kurang. Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik
yang mudah menguap. Diantara bau yang berlainan dari normal seperti: bau
oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian,
asperse dan lain-lain. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol dsb, Bau
amoniak biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena
reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong kemih. Bau
keton sering pada penderita kencing manis, dan bau busuk sering terjadi
pada penderita keganasan (tumor) di saluran kemih. Urine normal biasanya
berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH
berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035.
Volume normal perhari 900 – 1200 ml.
Secara kimiawi kandungan zat dalam urine diantaranya adalah sampah
nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan
sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion
elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormon, zat toksin
(obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel
darah Kristal kapur dsb.)
Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi
nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih
dari 140 mg/m2. Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai
sejumlah tertentu masih dianggap fungsional. Sejumlah protein ditemukan
pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala
awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.
Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria,
kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting
atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif. Lagipula protein
dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung
bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius. Adanya protein di
dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya. Adapun proteinuria yang
ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar
3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal.
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas
200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.
Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap
selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai
normal. Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi
3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin. Dalam keadaan
normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa
gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang
muncul didalam urin. Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:
Filtrasi glomerulus dan Reabsorbsi protein tubulus.
VI. Alat dan Bahan
a. Alat:
No. Nama Alat Jumlah1 Spektrofotometer 12 Tabung reaksi kecil 33 Vortex 14 Pipet tip 35 Automatic pipet 16 Pipet volume 1 ml 17 Gelas ukur 10 ml 18 Gelas beaker 150ml 19 Bol pipet 110 Tabung reaksi 1
b. Bahan
No. Bahan1 Larutan biuret spesial2 Urine3 Serum4 Aquabidest5 Standar protein
VII. Prosedur
1. Analisa Protein darah
Menyiapkan bahan dan sampel seperti pada table, dan masukkan
ke dalam tabung reaksi kecil:
Bahan Blanko Sampel StandarAquades 20 µlSerum 20 µl
Standar Protein 20 µlReagen biuret 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Menginkubasi pada suhu 20 – 25oC atau suhu ruang selama 10
menit.
Mengkocok / vortex hingga homogen.
Mengamati perubahan warna yang terjadi.
Membaca absorban pada panjang gelombang 546 nm.
Mencatat hasil pembacaan absorban.
Menghitung kadar protein = |.|sampel –|.|blanko x5 g/dl
|.|standar−|.|blanko
2. Analisa Protein urine
Menyiapkan sampel urine dan letakkan dalam gelas beaker 150 ml.
Menyiapkan 3 ml larutan biuret special ke dalam tabung reaksi.
Mengambil sampel urine sebanyak 2 ml dengan menggunakan
gelas ukur 10 ml.
Menghomogenkan sampel dengan larutan. Diamkan selama 10
menit.
Mengamati perubahan warrna yang terjadi.
Mencatat hasil pengamatan.
VIII. Hasil Pengamatan 1. Hasil pengamatan terhadap perubahan warna pada analisa
protein total dalam darah:
Bahan Perubahan warnaAwal Akhir
Blanko Biru muda Biru mudaStandar protein Biru muda Ungu muda
Sampel Biru muda Ungu muda
2. Hasil pembacaan absorban:
Bahan Abs. 1 Abs. II Abs. III Abs. IV Rata - rataBlanko 0.003 0.002 0.0025Standar 0.26 0.251 0.239 0.243 0.249
Kelompok 2 0.363 0.365 0.364
Hasil pembacaan absorban (hasil kelompok):
Bahan Absorban 1 Abosorban II Rata - rataSampel klp. 1 0.373 0.373 0.373Sampel klp. 2 0.363 0.365 0.364Sampel klp. 3 0.431 0.427 0.429Sampel klp. 4 0.465 0.465 0.465Sampel klp. 5 0.357 0.354 0.3555Sampel klp. 6 0.385 0.386 0.3855Sampel klp. 7 0.423 0.422 0.4225Sampel klp. 8 0.498 0.497 0.4975
3. Hasil pengamatan terhadap perubahan warna pada analisa protein dalam urine:
Bahan PerubahanAwal Akhir
Sampel Biru muda Hijau keruhBlanko Biru muda Biru muda
IX. Perhitungan
Diketahui: Absorban sampel = 0.364 Absorban blanko = 0.0025 Absorban standar = 0.249 Kadar protein standar = 5 g/dl
Ditanya: Kadar protein total =…?
Jawab :
Kadar proteintotal=|.|sampel−|.|blanko x 5g /dl
|.|standar−|.|blanko
¿ 0.364−0.0025 x 5g /dl0.249−0.0025
¿ 0.3615 x 5 g /dl0.2465
¿ 1.8075 g /dl0.2465
¿7.332 g /dl
X. PembahasanPada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengamati dan
memahami perubahan warna yang terjadi pada analisis protein darah dan
protein urine. Perubahan warna akhir menjadi ungu mengindikasikan
adanya protein dalam sampel. Dalam praktikum kali ini digunakan sampel
berupa serum dan urine.
Protein total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat dalam
serum/plasma, terdiri atas albumin, globulin, dan lain fraksi (protein yang
kadarnya sangat rendah). Pemeriksaan protein total berguna untuk
memonitor perubahan kadar protein yang disebabkan oleh berbagai
macam penyakit. Biasanya diperiksa bersama-sama dengan pemeriksaan
lain, misalnya kadar albumin, faal hati atau pemeriksaan elektroforosis
protein. Rasio albumin/globulin diperoleh dengan perhitungan dan dapat
memberikan keterangan tambahan. Kadar protein total meningkat pada
keadaan dehidrasi, multiple myeloma dan penyakit hati menahun,
merendah pada penyakit ginjal dan stadium akhir gagal hati.
Praktikum pemeriksaan total protein mempunyai tujuan untuk
memeriksa kadar total protein dalam darah dengan metode Biuret, serta
menyimpulkan hasil pemeriksaan total protein pada saat praktikum setelah
membandingkannya dengan nilai normal.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kadar total protein di
dalam plasma darah adalah 7.332 g/dl. Jika dibandingkan dengan nilai
normalnya yaitu 6.6 – 8,8 g/dl, hasil tersebut dapat dikategorikan ke dalam
kadar yang masih normal karena masih pada rentangan kadar normalnya.
Sebagian besar metode untuk mengukur protein yaitu
menggunakan zat warna yang berikatan dengan molekul protein sehingga
terjadi perubahan dalam pola penyerapan (absorbance) molekul zat warna.
Protein total biasanya diukur dengan reagen biuret dan tembaga sulfat
basa. Penyerapan dipantau pada panjang gelombang 546 nm. Sebagian
besar protein dapat diharapkan bereaksi dengan reagen ini.
Tingginya kadar protein tertentu dalam plasma dapat
mengindikasikan adanya kelainan atau gangguan fungsi tempat
sintesisnya, misalnya pada penyakit hepatitis akut dan kronis, dehidrasi
(hemokonsentrasi), muntah, diare, multipel mieloma, dan diet tinggi
protein. Sedangkan total protein dapat menurun pada kondisi penyakit
ginjal, malnustrisi, malabsorbsi, dll.
Akan tetapi, tingginya kadar protein total ataupun protein tertentu
belum tentu merupakan hasil yang sebenarnya. Hal tersebut dapat
disebabkan karena ada kesalahan-kesalahan berdasarkan faktor praktikan
maupun faktor alat dan reagen.
1. Faktor Praktikan
Ketidaktelitian praktikan dalam menakar reagen yang akan
dicampurkan.
2. Faktor Alat atau Reagen
a. Volume atau banyaknya reagen yang dicampurkan.
Perbedaan takaran reagen yang akan dicampurkan. Jika semakin
banyak di teteskan, maka akan semakin tinggi absorbansinya.
b. Cara pencampuran larutan
Ada beberapa reagen yang pencampurannya memerlukan teknik
tertentu, misalnya pengocokan harus dilakukan setiap kali
meneteskan satu tetes reagen.
c. Perbedaan ukuran alat ukur, misalnya ukuran yang terdapat pada
pipet ukur sedikit berbeda dengan ukuran yang terdapat pada gelas
ukur.
d. Alat praktikum yang digunakan kurang bersih.
e. Alat spektrofotometer yang digunakan tidak cukup memadai.
Pada praktikum analisis protein urine didapatkan hasil yaitu sampel
berubah warna menjadi hijau keruh, kemungkinan yang terjadi adalah
perubahan warna tersebut dipengaruhi oleh unsur – unsur yang terkandung
dalam urine. Urin yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-
unsur yang terlarut di dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor
makanan, karena adanya infeksi yang mengeluarkan bakteri atau karena
konsumsi air yang kurang. Bau urin dapat bervariasi karena kandungan
asam organik yang mudah menguap. Hasil positif pada uji ini jika warna
yang muncul adalah ungu. Warna selain ungu merupakan hasil negative.
Pada urine orang normal tidak mengandung protein, karena protein
yang telah tercampur dengan darah sudah tersaring oleh ginjal pada saat
filtrasi di glomerulus dan dilanjutkan lagi pada proses reabsorbsi di
tubulus kontortus proksimal, pada tahap reabsorbsi ini zat-zat yang masih
berguna oleh tubuh di saring kembali, sehingga tidak terdapat protein pada
urine orang normal.
XI. SimpulanBerdasarkan hasil praktikum yang dapat disimpulkan dari
praktikum ini adalah : Warna yang terjadi dalam analisa protein darah adalah ungu dengan
disertai pembacaan absorban didapatkan hasil 0.364. Kadar protein total dalam sampel adalah 7.332 g/dl, yang artinya
dalam 100 ml darah terdapat 7.332 g protein total. Dan masih tergolong normal.
Pada sampel urine tidak menunjukkan adanya protein dalam urine. Warna yang terjadi pada urine adalah hijau keruh yang berarti
negative.
XII. Pustaka
Anshori. 1988. Biologi Jilid I. Geneca Exat. Bandung.
Asscalbiass. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Biokimia Kedokteran
Blok Digestive. Purwokerto : Laboratorium Biokimia Jurusan
Kedokteran FKIK Unsoed.
De man. 1997. Kimia Makanan. Penerbit ITB, Bandung.
Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fessenden. 2007. Kimia Organik Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Ganong, W. F,2000. Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku
kedokteran, EGC
Kimball, John W. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Montgomery, Rex dkk. 1993. Biokimia jilid I. Yogjakarta : Gajah
Mada University Press
Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. 2009. Biokimia Harper.
Jakarta: EGC
Sacher, Ronald A., Richard A. McPherson. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC hal 311.
Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya Medika.
Wikipedia. 2010. Serum Darah.
http://id.wikipedia.org/wiki/Serum_darah [26 Oktober 2014]
Winarno, F.G . 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Dosen Pembimbing Penanggungjawab
(………………………………) (…………………………….)
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1.0. Larutan Biuret Spesial Gambar 1.1. Serum
Gambar 1.2. Automatic Pipet
Gambar 1.3. Pipet Tip
Gambar 1.4. Vortex Gambar 1.5 Reagen Kit
Gambar 1.6. Lat. Biuret + Urine Gambar 1.7. Divortex&diamkan 10 menit
Gambar 1.8. Standar Protein Gambar 1.9. Perbandingan Hasil Praktikum