onlysenja.files.wordpress.com · web viewjenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif...
TRANSCRIPT
Budaya Patriarki Pada Film Beth
Bukhori Santoso
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta
E-mail : [email protected]
Abstract
BETH is a national independent movie which tells about two childrens named
Beth (Ine Febriyanti and Pesta (Bucek Depp). Beth fell in love to Pesta who is a
bad guy, however their relationship doesnt get permitt by Beth’s father. This
situation makes two of them taking a risk to make their own way until Beth got
pregnant. They are forced to separated, Beth is forced to take an abortion while
Pesta is back to his dark world. Type of research is quantitative with content
analysis. Researcher uses theIntercoder Coeficient Reliability formula from Holsti
(1969) to test the validity. The purpose of the research is knowing how the women
are described in the patriarchy culture in BETH movie. The result shows that the
men in BETH movie dominate the women and women are underestimated. Other
conclusion is, not just media, but also movies that give their certain ideology and
message which reflect to people.
Keywoard : Patriarchy, Dominating, Characteristic
Abstrak
BETH adalah sebuah film nasional independen yang bercerita tentang dua anak
manusia bernama Beth (Ine Febriyanti) dan Pesta (Bucek Depp). Beth jatuh cinta
kepada Pesta seorang berandalan, Namun hubungan mereka tidak direstui oleh
ayah Beth. Keadaan ini membuat keduanya nekat sehingga akhirnya Beth hamil.
Mereka berdua dipaksa berpisah, Beth dipaksa menggugurkan kandungannya
sementara Pesta kembali ke dunia kelamnya. Jenis penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti memakai rumusan
Intercorder Coeficient Reliability dari Holsti (1969) untuk mengkaji keabsahan
data. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana isi gambaran
perempuan dalam budaya patriarki pada film BETH. Hasil penelitian ini
mengungkapkan bahwa karakter laki-laki pada film BETH mendominasi
perempuan dan perempuan dipandang sebelah mata. Disimpulkan juga bahwa
bukan hanya media, namun film juga bisa menyampaikan ideologi atau pesan
tertentu yang itu merupakan cerminan dari masyarakat.
Kata Kunci : Patriarki, Mendominasi, Karakteristik
Pendahuluan
Film bukanlah sekedar media yang merefleksikan realitas, justru
sebenarnya film merekontruksi realitas yang ada berdasarkan cara-cara tertentu.
Dengan kata lain sebenarnya film mampu untuk ’menghadirkan kembali’ realitas
melalui kode-kode, mitos-mitos dan ideologi-ideologi tertentu.
Sejarah beberapa film di Indonesia yang dimulai pada tahun 1926
menunjukkan bahwa beberapa narasi film nasional dikerjakan tanpa bersikap
obyektif yaitu berbicara tanpa adanya keberpihakkan atau keterpihakkan dan juga
terdapat adanya patriarki.
Juliet Mitchell yang dikutip dalam (Thompson, 2004) Mengemukakan
patriarki adalah relasi hirarkis antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki
lebih dominan dan perempuan menempatkan posisi yang subordinat. Menurutnya
laki-laki adalah semacam forum solidaritas antar laki-laki yang mempunyai
landasan material serta memungkinkan mereka untuk mengontrol perempuan.
Dalam tulisan tidak diterbitkan (skripsi), Krisna Mulawarman (Analisis Isi
Tentang Sosok Perempuan dalam Film Gadis Metropolis; Skripsi; 1999) yang
meneliti tentang perempuan dalam film Gadis Metropolis membuat kesimpulan
tentang bagaimana penerimaan 3 masyarakat akan gambaran karakteristik umum
perempuan dan laki-laki.
TABEL I. 1.
Gambaran Umum Masyarakat tentang Perbedaan Sifat dan
Karakteristik Antara Laki-laki dan Perempuan
Laki-laki Perempuan
1. Berada dalam wilayah publik
2. Tidak emosional
3. Rasional
1. Berada dalam wilayah
domestik
2. Emosional
4. Kuat
5. Penolong
6. Agresif
7. Berupaya
8. Berani
9. Dewasa
10. Memiliki wewenang
11. Aktif
12. Keras
3. Irrasional
4. Lemah
5. Perlu ditolong
6. Pesimis
7. Pasrah
8. Takut
9. Jadi korban
10. Bergantung pada laki-laki
11. Pasif
12. Lembut
13. Penuh casi
14. Kurang dewasa
15. Kurang berwenang
(Sumber : Krisna Mulawarman dalam Analisis Isi Tentang Sosok Perempuan
dalam Film Gadis Metropolis; Skripsi; 1999)
Gambaran di atas menunjukkan bahwa masyarakat sudah terbiasa
mengkonsumsi gambaran perempuan sebagai sosok yang lemah dan hanya alat
pelengkap.
Untuk mengkaji mengenai hal ini penulis menggunakan salah satu materi
film yaitu BETH karya Aria Kusumadewa. Penelitian pada film Beth ini mengacu
pada penelitian yang telah disebutkan di atas milik Krisna Munawarman yang
telah memaparkan beberapa gambaran umum tentang perbedaan karakter laki-laki
dan perempuan. Namun bedanya dengan penelitian sebelumnya adalah tujuan
penelitian. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana isi
penggambaran perempuan dalam budaya patriarki pada film BETH.
Keunggulan dari film ini sehingga menarik perhatian penulis untuk
mengulasnya adalah : Pertama, kondisi perfilman Indonesia yang semakin ke
depan semakin tidak memiliki tema yang bermakna. Kedua, keunggulan teknis
yang dimiliki film BETH sebagai film indie. Ketiga, pemilihan aktor dan aktris
yang tidak main-main seperti El Manik, Ine Febriyanti, Bucek Depp, Nurul
Arifin, Lola Amaria. Keempat, tema film yang terasa lebih mendalam
dibandingkan dengan film indie lainnya. Kelima, pernak-pernik dan penataan
ruang yang menguatkan isi pesan yang ingin disampaikan sang sutradara.
Penggunaan berbagai backsound juga sangat di perhitungkan.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Jenis penelitian
kuantitatif dinilai oleh peneliti cocok untuk bisa mengetahui bagaimanakah isi
penggambaran perempuan dalam budaya patriarki pada film BETH. Metode yang
digunakan adalah analisis isi. Metode analisis isi adalah sebuah penelitian yang
seringkali terbukti mampu menguraikan aspek-aspek yang tidak nampak dan juga
memberi identifikasi secara sistematis dan obyektif tentang karakteristik
karakteristik khusus pada sampel. Sumber data primer penelitian adalah materi
film BETH. Adapun untuk data sekunder diambil dari studi pustaka, artikel,
majalah dan internet. Langkah – langkah dalam mengerjakan penelitian ini adalah
memformulasikan pertanyaan untuk riset, membuat definisi dari pertanyaan riset
yang akan dianalisa, memilih sampel yang dianggap perlu, mengkodekan isi
sesuai dengan kategori yang sudah disusun, kemudian membuat analisa dari data
yang terkumpul.(Sakina & A., 2017)(Mulawarman, 1999)
Untuk mengkaji keabsahan data, peneliti memakai rumusan Intercorder
Coeficient Reliability dari Holsti (1969).
Bentuk rumusnya adalah sebagai berikut:
CR :2 M
N 1+N 2
CR : Coeficient Reliability
2M : Jumlah pertanyaan yang disetujui
N1 : Pengkoding 1 (peneliti)
N2 : Pengkoding 2 (pengkoding yang ditunjuk)
Patokan tingkat persetujuan bersama adalah pemberian angka yang
menunjukkan kesamaan sebanyak antara 70%-80%. Jika hal ini terpenuhi maka
tingkat keterpercayaan penelitian adalah memadai.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan
BETH adalah sebuah film nasional independen yang bercerita tentang dua
anak manusia bernama Beth (Ine Febriyanti) dan Pesta (Bucek Depp). Beth yang
bernama lengkap Elizabeth adalah anak seorang Jenderal (El Manik) ternama
yang juga taat beragama. Film yang berdurasi kira-kira 80 menit ini terdiri dari
sekian banyak scene, namun untuk penelitian kali ini penulis hanya mengambil 10
scene yang menurut penulis telah mewakili budaya patriarki pada film ini, sisanya
lebih banyak menonjolkan protes sosial kepada masyarakat dan lembaga
pemerintah.
Tabel di bawah adalah frekuensi kandungan pesan yang berkategori
budaya patriarki
Tabel II.1
Unit Analisis Kandungan Pesan pada Film BETH
Kategori F %Budaya Patriarki 7
7 100Sumber : Database
Terlihat frekuensi kandungan pesan yang berkategori budaya patriarki
ádalah sejumlah 7 kali dari 10 scene, dengan presentase 100%. Hal ini
membuktikan bahwa memang benar bahwa scene – scene yang penulis pilih
menunjukkan adanya budaya patriarki pada film BETH.
Tabel II.2
Unit Analisis Karakteristik Perempuan pada Film BETH
Kategori F %Tegak Tegas 1 14,3Patuh 2 28,5Lemah 1 14,3Tidak Berkuasa 1 14,3Emosional 1 14,3Tabah 1 14,3
7 100
Sumber : Database
Pada tabel hasil penelitian di atas, terlihat presentase tertinggi adalah
kategori patuh sebanyak 28,5%. Patuh adalah suka menuruti perintah yang
diberikan kepadanya, kemudian terdapat juga hasil dari karakteristik perempuan
yang tidak tegas sebanyak 14,3%. Hal ini menunjukkan pembuktian bahwa baik
dalam masyarakat maupun pada penggambaran di film perempuan memang
digambarkan lebih patuh.
Scene ini juga mewakilkan penggambaran dari beberapa kategori lainnya,
yaitu karakter perempuan yang lemah dan sekaligus tabah (14,3%). Perempuan
dalam adegan ini digambarkan lewat sosok Beth, Ibu Beth dan Suster Reihan.
Ketiga perempuan ini memiliki sikap yang tidak berkuasa dengan presentase
14,3%.
Tabel II.3
Unit Analisis Peran Perempuan pada film BETH
Kategori F %Budaya Patriarki 6 85,7Publik 1 14,3
7 100Sumber : Database
Anak perempuan dominasi ayahnya sendiri, hal ini ditunjang lewat hasil
penelitan yang memperlihatkan angka 85,7% untuk kategori domestik. Beberapa
suster yang memang terlihat berada pada wilayah publik (14,3%).
Tabel II.4
Unit Analisis Karakteristik Laki-laki pada Film BETH
Kategori F %Tegas 1 14,3Berpengaruh 1 14,3Kuat 2 28,5Berkuasa 2 28,5Agresif 1 14,3
7 100Sumber : Database
Pada tabel hasil penelitian diatas, ditemukan presentase untuk kategori
berpengaruh (14,3%), kuat (28,5%) dan berkuasa (28,5%). Kategori-kategori ini
memperlihatkan Berpengaruh artinya daya yang ada atau yang timbul dari
seseorang yang ikut membentuk watak, kepercayaan bahkan perbuatan seseorang,
atau bisa disebut juga yang punya pengaruh.
Sepanjang film ini sosok atau karakter Jenderal Kusumadewa
digambarkan dengan sama rata, yaitu berpengaruh, kuat dan berkuasa. Dia cukup
berpengaruh dengan status Jenderal-nya sehingga mampu memerintah orang lain.
Scene ini juga mewakilkan penggambaran dari beberapa kategori lainnya, yaitu
karakteristik laki-laki yang tegas (14,3%).
Tabel II.5
Unit Analisis Peran pada Film BETH
Kategori F %Publik 7 100Domestic 0 0
1 100Sumber : Database
Peran yang ditunjukkan merupakan kategori publik, publik sendiri berarti jika
dilihat dari hal pembagian tugas atau peran maka bisa diartikan adalah pekerjaan
yang berhubungan dengan khalayak luas atau umum, yang biasanya dilakukan
diluar rumah. Hal ini ditunjang lewat hasil penelitan yang memperlihatkan angka
100% untuk kategori publik.
Tabel II.6
Unit Analisis Tema pada Film BETH
Kategori F %Kekuasaan 2 28,5Ketergantungan 1 14,3Dominasi Laki-laki 2 28,5Kultur Sosial 1 14,3Penindasan 1 14,3
7 100Sumber : database
Pada unit analisis tema, terlihat frekuensi kategori dominasi laki-laki (28,5%),
disusul kemudian kekuasaan (28,5%) dan penindasan (14,3%).
Tabel II.7
Unit Analisis Konflik pada film BETH
Kategori F %Fisik 3 42,8Psikis 4 57,2
7 100Sumber : Database
Pada tabel unit analisis konflik terdapat dua kategori, fisik dengan
frekuensi kemunculan tiga kali (42,8%) dan psikis dengan frekuensi empat kali
kemunculan (57,2%). Konflik fisik adalah konflik yang berhubungan dengan
badan atau jasmani, kelihatan, tampak di permukaan, adanya kontak badan.
Untuk kategori psikis, psikis adalah yang berhubungan dengan batin atau
kejiwaan, dan tidak kelihatan, tidak tampak di permukaan. Pada film ini konflik
CR=0,92 100%
CR= 92%
12
0,927 6 13
CR= 2 6
N1 N 2 CR= 2 M
N 1 & N 3
CR= 100%
27 14CR=
7 7
14
1
1 2
2MCR= N N
N 1 & N 2
yang bersifat psikis sebenarnya lebih banyak, ditunjang dengan hasil penelitian
sebanyak 57,2%.
Tabel II.8
Unit Analisis Solusi dalam Konflik pada Film BETH
Kategori F %Perempuan cenderung mengalah
5 71,4
Perempuan rela berkorban 1 14,3Perempuan tetap pada pendiriannya
1 14,3
7 100Sumber : Database
Pada tabel unit analisis solusi dalam konflik diatas terlihat solusi tertinggi adalah kategori dimana perempuan cenderung mengalah sebanyak 71,4%.
Uji Reliabilitas antar Pelaku Koding
Unit Analisis Kandungan Pesan
Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 MKandungan Pesan Budaya Patriarki 7 7 7 6 6
7 7 7 6 6
Unit Analisis Karakteristik Perempuan
Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 MKarakteristik Perempuan Tidak tegas 1 1 1 1 1
Patuh 1 2 1 2 1Lemah 2 1 1 2 2Tidak Berkuasa 1 1 1 1 1Emosional 1 1 1 0 0Tabah 1 1 1 1 1
7 6 6 7 6
Unit Analisis Peran Perempuan
Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 MPeran Perempuan Domestik 6 7 6 7 6
Publik 1 0 0 0 07 7 6 7 6
Unit Analisis Karakteristik Laki-laki
N 1 & N 2
CR= N N
2M
1 2
CR= 7 6
13
0,92
26 12
CR= 92%
N 1 & N 3
CR= 2M
N1 N3
CR= 2 6 7 7 14
12
0,85
CR=0,85 100%
CR= 85%
CR= 0,85 100%
CR= 85%
0,85
6 127 7 14CR=
2
N 1 & N 3
CR= 2M
N1 N3
CR= 85%
26 12CR= 7 7
14
0,85
1 2
2MCR= N N
N 1 & N 2
Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 M
Karakteristik Laki-laki
Tegas 1 1 1 1 1Berpengaruh 1 2 1 2 1Kuat 2 2 2 2 2Berkuasa 2 1 1 2 1Agresif 1 1 1 0 0
7 7 6 7 5
Unit Analisis Peran Laki-laki
Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 MPeran Laki-laki Publik 7 7 7 7 7
Domestik 0 0 0 0 07 7 7 7 7
Unit Analisis Tema
Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 MKekuasaan 2 2 2 2 2
CR=0,72 100%
CR= 72%
0,72
5 107 7 14CR=
2
N 1 & N 3
CR= 2M
N1 N3
CR= 85%
26 12CR= 7 7
14
0,85
1 2
2MCR= N N
N 1 & N 2
N 1 & N 2
CR= N N
2M
1 2
CR= 7 7
14
1
27 14
CR= 100%
N 1 & N 3
CR= 2M
N1 N3
CR= 27 7 14
7 14 1
CR=1100%
CR= 100%
Tema
Ketergantungan 1 1 1 0 0Dominasi Laki-laki 2 2 2 2 2Kultur Sosial 1 1 1 1 1Penindasan 1 1 1 2 1
7 7 7 7 6
Unit Analisis Konflik
Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 M
KonflikFisik 3 2 2 2 2Psikis 4 5 4 5 4
7 7 6 7 6
N 1 & N 2
CR= N N
2M
1 2
CR= 7 7
14
1
27 14
CR= 100%
N 1 & N 3
CR= 2M
N1 N3
CR= 27 7 14
6 12 0,85
CR=0,85 100%
CR= 85%
N 1 & N 2
CR= N N
2M
1 2
CR= 7 7
14 0,85
CR= 0,85 100%
26 12
CR= 85%
N 1 & N 3
CR= 2M
N1 N3
CR= 27 7 14
6 12 0,85
CR=0,85 100%
CR= 85%
Unit Solusi dalam Konflik
Unit Analisis Kategori N 1 N 2 M N 3 M
Solusi dalam konflik
Perempuan cenderung mengalah
5 5 5 4 4
Perempuan rela berkorban 1 1 1 2 1Perempuan tetap padapendiriannya
1 1 1 1 1
7 7 7 7 6
Rincian Hasil Koding Unit Analisis dan Kategori
Unit Analisis KategoriN 1
(Angela)
N 2
(Adhe)
M N 3
(Dion)
M CR
Kandungan Pesan Budaya Patriarki 7 7 7 6 6 100
Karakteristik Perempuan
Tidak tegas 1 1 1 1 1
92
Patuh 1 2 1 2 1
Lemah 2 1 1 2 1
Tidak Berkuasa 1 1 1 1 1
Emosional 1 1 1 0 0
CR=0,85 100%
CR= 85%
12
0,857 7 14
CR= 2 6
N 1 & N 3
CR= 2M
N1 N3
CR= 100%
27 14CR=
7 7
14
1
1 2
2MCR= N N
N 1 & N 2
Tabah 1 1 1 1 1
Peran PerempuanDomestik 7 7 7 7 7
85Publik 1 0 0 0 0
Karakteristik Laki-laki
Tegas 1 1 1 1 1
85
Berpengaruh 1 2 1 2 1
Kuat 2 2 2 2 2
Berkuasa 2 1 1 2 1
Agresif 1 1 1 0 0
Peran Laki-laki Publik 7 7 7 7 7100
Domestik 0 0 0 0 0
Tema
Kekuasaan 2 2 2 2 2
100
Ketergantungan 1 1 1 0 1
Dominasi Laki-laki 2 2 2 2 2
Kultur Sosial 1 1 1 1 1
Penindasan 1 1 1 2 1
Konflik Fisik 3 2 2 2 2 85
Psikis 4 5 4 5 4
Solusi dalam konflik
Perempuan cenderungmengalah
5 5 5 4 4
100Perempuan relaberkorban
1 1 1 2 1
Perempuan tetappada pendiriannya
1 1 1 1 1
Pembahasan
Tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh Jenderal Kusumadewa
kepada Beth dan Ibunya dalam film ini sebenarnya dapat dianggap sebagai
‘gangguan’ yang mempengaruhi pola kehidupan dan pola interaksi antara sesama
baik individu maupun kolektif.
Setting film ini adalah masa sekarang, maka tampilan patriarkinya pun
berbeda dengan film- film setting jaman dulu, yang (mungkin) gambaran
patriarkinya terlihat lebih jelas. Film yang menunjukkan suasana keluarga jaman
sekarang yang ternyata tidak mampu menghilangkan kepatriarkiannya, walaupun
diceritakan bahwa Beth dan keluarganya berasal dari kalangan berada yang
pastinya jelas mengenyam pendidikan yang layak, tapi agaknya hal ini tetap tidak
dapat menyembunyikan ketimpangan gender yang ada. Pada masa sekarang ini
banyak diasumsikan bahwa semakin banyak orang terdidik atau bersekolah
terutama mereka yang sempat duduk di perguruan tinggi, memiliki pandangan
yang luas, namun ternyata dalam film ini mencerminkan fenomena yang berbeda
dengan teorinya.
Pesan yang ditampilkan film ini masih berkisar tentang ketimpangan
gender dan penggambaran citra perempuan yang berat sebelah, dimana menurut
penulis tidak dapat dihapus dari masyarakat kita. Citra perempuan dalam film
Indonesia terlalu sering digambarkan sebagai manusia yang kurang akal, lekas
marah, mudah menangis, dan terlalu banyak bicara.
Kalaupun ada digambarkan yang mandiri maka penggambaran tersebut
ditampilkan sebagai conoh yang melawan kenyataan di tengah masyarakat.
Kemunculan citra yang positif hanya digambarkan sebagai yang bertanggung
jawab di rumah dan sudah pada tempatnyalah kalau perempuan bernaung dibawah
laki-laki.
Film ini mencerminkan keadaan masyarakat kita di era modern yang
ternyata masih menyimpan ketidakadilan gender. BETH bukanlah satu-satunya
film yang mencerminkan ketimpangan gender, masih banyak film-film lain
bahkan yang judulnya tidak mengandung gender sekalipun mengandurng unsur
yang memperlihatkan keadaan masyarakatnya. Walaupun pada akhirnya
diceritakan berbeda-beda sesuai dengan selera pribadi si sutradara dan juga
mnegandung pesan apa yang ingin disampaikan kepada penontonnya.
Pada teori sebelumnya yang menyatakan bahwa film memiliki dampak
kepada masyarakat luas, yang karena film merupakan media massa, begitu pula
yang terjadi pada film BETH. Pada akhir film ini kita bisa mendapati akhir yang
tragis dan menyesakkan dada. Kekejaman yang dilakukan oleh seorang ayah
disini seakan mau mengingatkan kepada penontonnya untuk tidak mengulangi
kejadian pada film dan juga supaya penonton lebih mawas diri, karena ternyata di
era yang modern ini masih terdapat perilaku yang tidak se modern jamannya.
Hal ini membuat penulis semakin yakin bahwa benar adanya bahwa setiap
film memiliki pesan tersendiri yang coba dibagikan oleh sutradara kepada
penontonnya. Selain itu tema yang seringkali sama adalah cerminan dari
masyarakatnya, jika masyarakat belum mampu merubah perilaku mereka, maka
film pun tidak dapat berbuat apa-apa. Hal ini disebabkan juga mental masyarakat
Indonesia yang masih sulit menerima film atau apa saja yang agak melenceng dari
yang seharusnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pengkodingan dan hasil analisis, serta merujuk pada perumusan
masalah yang ada, maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu:
Bahwa budaya patriarki yang diwakilkan lewat laki-laki yang patriarkis
memandang perempuan dengan sebelah mata pun di dalam film. Hal ini terbukti
pada penggambaran karakteristik perempuan yang dianggap tidak tegas (14,3%),
patuh (14,3%), tidak berkuasa (14,3 %), lemah (28,5%), tabah (14,3%), dan
sedikit emosional (14,3%). Semuanya berbanding terbalik pada karakteristik laki-
laki yang dinyatakan kuat (28,5%), berpengaruh (14,3%), berkuasa (28,5%), tegas
(14,3%), dan agresif (14,3%). Data di atas membuktikan bahwa pandangan
tentang citra perempuan sebagai makhluk yang tidak sebanding dengan laki-laki
masih melekat. Budaya Patriarki masih memandang kehadiran atau citra
perempuan belumlah mendongkrak sehingga masih diartikan sebagai warga kelas
dua.
Film yang berdurasi 84 menit ini bercerita tentang dominasi laki-laki
terhadap perempuan yang dari tujuh scene hampir seluruhnya mendukung bahwa
perempuan pada film ini memang sangat dimarginalkan oleh dominasi tadi.
Dominasi adalah masalah kekuasaan, siapa lebih berkuasa maka otomatis akan
mendominasi lainnya. Hal inilah yang dialami para perempuan, karena dianggap
powerless daripada laki-laki, maka mereka sering kali didominasi oleh laki-laki.
Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa selain sebagai media
yang selama ini dinilai lebih banyak menyampaikan ideologi atau pesan tertentu,
ternyata film juga merupakan cerminan dari suatu masyarakat tertentu.
Masyarakat yang memiliki kecenderungan untuk menilai gender dengan tidak adil
akan banyak mempengaruhi filmnya. Sementara masyarakat yang negaranya
adikuasa seperti Amerika Serikat, film- filmnya pun banyak menceritakan betapa
berkuasanya mereka, dan juga tentang perseteruannya dengan Rusia banyak
menghiasi perfilman mereka, sehingga tidak jarang negara saingannya ini
digambarkan sebagai yang jahat. Di Rusia pun sebaliknya, film-filmnya
menggambarkan Amerika sebagai musuh utama mereka. Sekali lagi penulis
tekankan bahwa tema perfilman banyak dipengaruhi oleh masyarakat yang
merupakan imbas dari keadaan negara saat itu, jika keadaan negara membaik dan
masyarakat juga berubah, maka barulah film Indonesia menjadi lebih kaya tema.
Daftar Pustaka
Mulawarman, K. (1999). Analisis Isi Tentang Sosok Perempuan dalam Film
Gadis Metropolis. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Sakina, A. I., & A., D. H. S. (2017). Menyoroti Budaya Patriarki Di Indonesia.
Share : Social Work Journal, 7(1), 71.
https://doi.org/10.24198/share.v7i1.13820
Thompson, J. (2004). Kritik Ideologi Global; Teori Kritis tentang Relasi Ideologi
& Komunikasi Massa. Yogyakarta: IRCiSuD.