wawancara mendalam

Upload: novia-faradila

Post on 09-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

3

In-depth Interviewing (Page. 139-152)

1. Definisi Wawancara MendalamWawancara mendalam merupakan salah satu metode pengumpulan data. Sidney dan Beatrice Webb menggambarkan metode wawancara sebagai 'percakapan dengan tujuan' (Webb dan Webb, 1932: 130). Kekuatan ekspresif bahasa menyediakan sumber daya yang paling penting untuk menilai. Sebuah fitur penting dari bahasa adalah kapasitas untuk menyajikan deskripsi, penjelasan, dan evaluasi dari berbagai topik tentang segala aspek dari dunia, termasuk diri sendiri. (Hammersley dan Atkinson, 1995: 126). (Tambah informasi lain dari sumber lain).2. Kunci Utama dalam Wawancara Mendalama. Kombinasi struktur dengan fleksibelitas: wawancara tetap mempunyai struktur atau topik (pedoman wawancara) tapi hubungan antara peneliti dengan informan tetap santai dan tidak menghilangkan kedekatan di antara keduanya. Pada wawancara tidak terstruktur peneliti tetap memiliki topik utama yang ingin dibicarakan dengan informan.b. Interaksi secara alami: percakapan yang terjadi antara peneliti dengan informan terjadi secara alami.c. Peneliti menggunakan berbagai pemeriksaan/penyelidikan dan teknik lain untuk mencapai kedalaman jawaban dalam hal penetrasi, eksplorasi, dan pemaparan. Teknik lain bisa observasi, telaah dokumen, dlld. Peneliti tidak langsung menanyakan hal-hal teknis penelitian, namun bisa menanyakan hal-hal umum terlebih dahulu untuk menggali pengalaman atau penjelasan mengenai topik yang ingin diketahui dari informan. Pertanyaannya dari umum ke khusus.

3. Persyaratan Peneliti KualitatifKeberhasilan wawancara dipengaruhi oleh sebagian besar kualitas peribadi dan kualitas professional individu informan. Marshall dan Rossman memaparkan beberapa persyaratan yang harus dimiliki informan, yakni:a. Kemampuan mendengarkan: tidak hanya mampu mendengar, peneliti harus memahami secara objektif apa yang dikatakan oleh informan, sehingga tidak ada subjektifitas dalam penelitian.b. Wawancara mendalam memerlukan kejelasan yang logis: peneliti harus mengetahui kesesuaian jawaban dari informan, informan sudah harus menguasai topik pertanyaan sehingga antara pertanyaan dengan jawaban bersifat logis.c. Memori atau daya ingat yang baik: peneliti memiliki kemampuan untuk mengingat jawaban dari informan sehingga tidak mengulangi pertanyaan yang sama.d. Wawancara mendalam didasari pada kecakapan peneliti untuk membuat hubungan yang baik dengan informan. Peneliti harus bisa membangun kerja sama yang baik sehingga informan memperoleh merasa nyaman dan memiliki kepercayaan terhadap peneliti.

Cara menciptakan hubungan yang baik: Menunjukkan minat dan rasa hormat mampu merespon secara fleksibel terhadap informan mampu menunjukkan pemahaman dan empatiPeneliti perlu membangun kredibilitas mereka kepada informan dengan menanyakan pertanyaan yang relevan dan didasarkan pada pemahaman tentang subjek penelitian. Persiapan yang efisien juga penting. Dalam hal ini peneliti harus mampu merencanakan perjalanan dengan baik, menjaga janji dengan informan, dan memastikan peralatan perekaman berfungsi dengan baik.Mason (2002) memaparkan apa yang perlu diperhatikan peneliti saat wawancara: Menekankan berbagai tugas yang melibatkan wawancara Peneliti perlu mendengarkan dan memahami apa yang dikatakan informan Menilai bagaimana kaitannya dengan pertanyaan penelitian Waspada terhadap kontradiksi dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya Memutuskan tindak lanjut secara lebih rinci apa yang akan dilakukan sekarang dan selanjutnya Memutuskan bagaimana frase pertanyaan berikutnya Menangkap nuansa, ragu-ragu, emosi dan sinyal non-verbal Memperhatikan kecepatan wawancara Mengawasi peralatan rekaman Menangani setiap gangguan yang timbul

4. Tahapan Wawancara4.1 Tahap-tahap WawancaraTugas peneliti adalah untuk mempermudah informan agar dapat fokus pada topik tertentu atau beberapa topik. Tahap penelitian antara lain:a. Kunjungan: awal pertemuan dapat menjadi penentu sebuah baik tidaknya wawancara, sehingga dapat menjadi penentu hubungan antara peneliti dengan informan selanjutnya.b. Memperkenalkan penelitian: pada tingkatan ini peneliti mulai memperkenalkan tema penelitian, menjaga kenyamanan, dan meminta persetujuan agar hasil wawancara direkam, serta memastikan keadaan tenang, privasi, nyaman tanpa gangguan dari lingkungan sekitar.c. Memulai wawancara: pada tahap ini peneliti memulai wawancara dengan mengumpulkan informasi pribadi tentang informan, seperti usia, status, jumlah anak, dan latar belakang kehidupan.d. Selama wawancara: pada tahap ini peneliti membimbing peserta melalui tema kunci. Setiap tema tersebut diekspolarasi secara mendalam dengan serangkaian pertanyaan dan penyelidikan. Peneliti membawa peserta berada pada tingkatan yang lebih fokus dan mendalam, serta menemukan ide, pikiran, dan perasaan yang mungkin aktif dalam kehidpan sehari-hari. Peneliti juga harus mampu mengantisipasi pihak-pihak yang timbul yang dapat mengganggu jalannya wawancara.e. Akhir wawancara: beberapa saat (5-10 menit) sebelum wawancara berakhir, peneliti menggiring informan ke pertanyaan yang lebih ringan dan pada tingkat interaksi sosial sehari-hari. Peneliti harus mampu membaca sinyal dari informan di akhir-akhir wawancara.f. Setelah wawancara: ketika wawancara berakhir dan tape recorder dimatikan, peneliti berterima kasih dengan hangat dan mulai membantu peserta keluar dari suasana wawancara, dengan mengatakan sesuatu secara singkat bahwa peserta sangat berkontribusi membantu penelitian dan menjamin kerahasiaan dan penggunaan data wawancara.4.2 Kontrak Wawancara4.3 Peran Peneliti dan InformanPeran peneliti dalam wawancara mendalam, yakni:1. Membantu informan memahami aturan wawancara (menjelaskan maksud wawancara, berapa lama wawancara, dll)2. Sebagai fasilitator, peneliti mampu membuat informan untuk berbicara mengenai pikiran, perasaan, pandangan, dan pengalaman, serta harus aktif mengelola proses wawancara untuk memastikan subjek penelitian yang dibutuhkan terpenuhi dengan kedalaman yang dibutuhkan tanpa mempengaruhi pandangan sebenarnya (tanpa melakukan intervensi)3. Mengelola proses wawancara masih dalam cakupan subjek penelitian dan mengarahkan informan apabila mereka berbicara di luar topik4. Peneliti harus memutuskan pertanyaan apa yang akan diajukan dan bagaimana mereka mengutarakan dan bagaimana menindaklanjuti sampai mendapatkan jawaban yang memuaskan5. Membantu informan mengerti tugasnya, sebagai: Tidak memberikan jawaban yang berlebihan Memberikan jawaban yang mendalam ketika diminta Merefleksikan dan berpikir tentang pertanyaan yang diajukan Mengangkat isu-isu yang mereka lihat relevan (mengaitkan informasi yang merekaberikan dengan pengalaman mereka)

5. Mengajukan Pertanyaan Pencapaian yang Luas dan MendalamUntuk mencapai hal tersebut, dapat dibuat pertanyaan pemetaan, yakni:

5.1 Content Mapping QuestionDirancang untuk membuka wilayah peneliti dan identifikasi pertanyaan atau isu yang relevan dengan informan (pertanyaan inti). Tipe Pertanyaan content mapping question, yakni:a. Ground mapping question: pertanyaan umum untuk membuka wawancara. Pertanyaan umum dirancang untuk mendorong spontanitas dan memungkinkan informan untuk mengangkat isu-isu yang relevan dengan dirinya.b. Dimension mamping question: digunakan untuk memfokuskan informan kepada pertanyaan yang lebih rinci pada topik tertentu. Hal tersebut digunakan untuk mengarahkan wawancara ke tahap selanjutnya.c. Perspective-widening questions: digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam dari objek penelitian.

5.2 Content mining questionDirancang untuk mengeksplorasi detail yang terletak di dalam masing-masing pertanyaan, untuk mengakses makna itu berlaku untuk informan dan untuk menghasilkan pemahaman mendalam dari sudut pandang informan (pertanyaan turunan untuk mendukung pertanyaan inti). Tipe Pertanyaan Content Mining Question, yakni:a. Amplificatory Probes: Partisipan jarang memberikan tingkat jawaban artikulasi yang diinginkan dalam wawancara kualitatif jika tanpa penyelidikan lebih lanjut, maka dari itu amplificatoryprobes digunakan untuk mendorong mereka untuk menjelaskan lebih lanjut. Ini penting untuk mendapatkan deskripsi penuh dan pengertian mendalam dari pengalaman.b. Exploratory Probes: berperan untuk mengeksplorasi pandangan dan perasaan apa yang mendasari deskripsi sikap, kejadian atau pengalaman, dan membantu untuk menunjukan makna dari pengelaman yang dialami oleh informan.c. Explanatory Probes: Penyelidikan berulangkali dilakukan untuk mencari pandangan, perasaan, sikap, kejadian, keputusan, dan lain sebagainya. Informan memberikan penjelasan berulang, itu merupakan nilai kunci wawancara kualitatif yang responsif, penyelidikan berulang kali dapat mengungkap makna dari penjelasan tersebut (memberikan keterangan yang bersifat menjelaskan).d. Clarificatory Probes: digunakan untuk (1) mengklarifikasi istilah dan mengekplorasi bahasa (2) mengklarifikasi detail rangkaian kejadian, (3) mengklarifikasi makna non-verbal dari informan, (4) mengklarifikasi keakuratan data yang diberikan informan.

5.3 In-depth, Iterative ProbingDirancang untuk mengklarifikasi jawaban dari informan yang terkadang kurang natural bahkan artifisial (palsu). Penyelidikan ini dibutuhkan hingga peneliti merasa mendapatkan kepuasan dan mengerti sepenuhnya dari jawaban informan. Penyelidikan yang baik seperti pekerjaan detektif.

Daftar PustakaLegard, Robin., Keegan, Jill., Ward,Kid. 2003. Qualitative Research Practice: A Guide for Social Science Students and Researchers.London: SAGE Publications..