bab iii metodologi penelitian - institutional...
TRANSCRIPT
25�
�
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data
deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tulisan dan tingkah laku yang dapat
diamati dari orang-orang yang diteliti Taylor dan Bogdan dalam (Suyanto,
2005:166). Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip
umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejal-gejala sosial di dalam
masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala
sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu
(Bungin, 2006: 302).
Peneliti kualitatif mempelajari benda-benda didalam konteks alaminya, yang
berupaya untuk memahami, atau menafsirkan, fenomena dilihat dari sisi makna
yang dilekatkan manusia (peneliti) kepadanya. Penelitian kualitatif mencakup
penggunaan subjek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris –studi kasus,
pengalaman pribadi, instropeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks-teks hasil
pengamatan, historis, interaksional, dan visual yang menggambarkan saat-saat dan
26�
�
makna keseharian dan problematik dalam kehidupan seseorang (Denzin &
Lincoln, 2009:6)
Penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti secara
mendalam, dan untuk mendapatkan data maupun informasi yang mendukung
maka peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan
data yang diharapkan peneliti.
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang,
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data atau fakta
yang ditemukan tidak berarti menyajikan data mentah, akan tetapi harus diberi
arti, diolah, dan ditafsirkan (Nawawi dkk,1993:73).
Jenis penelitian ini digunakan peneliti untuk menguraikan data dan
memberikan gambaran secara diskriptif mengenai hasil wawancara langsung
terhadap informan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian
deskriptif karena peneliti akan menggambar citra iklan yang muncul dari proses
persepsi dengan menggunakan elemen-elemen iklan sebagai rangsangan/stimuli.
27�
�
3.3. Unit Analisa dan Unit Pengamatan
3.3.1. Unit Analisa
Dalam penelitian ini, yang ingin di analisa oleh peneliti adalah citra iklan
yang muncul dari tahapan proses persepsi (sensasi, atensi dan intepretasi)
khalayak terhadap iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”. Serta kaitan
persepsi khalayak tersebut pada pembentukan citra iklan. Dengan alasan bahwa
iklan baru M-150 yang muncul dengan konsep berbeda dengan iklan lainnya dapat
dimengerti target market atau tidak. Untuk mengetahuinya maka analisa yang
dilakukan adalah dengan mengetahui proses persepsi yang terjadi dengan
dikaitkan terhadap elemen-elemen iklan televisi yang menjadi rangsangan/stimuli.
3.3.2. Unit Pengamatan
Unit pengamatan dalam penelitian ini adalah iklan M-150 versi “Everybody
Can Be A Hero”.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik proses pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti adalah dengan metode wawancara mendalam pada setiap subjek
penelitian. Wawancara mendalam atau in-depth interview menurut Mulyana
(2010:180) wawancara mendalam merupakan wawancara tak terstruktur.
Wawancara ini merupakan percakapan informal dengan tujuan memperoleh
28�
�
bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua informan, tetapi susunan kata dan
urutannya disesuaikan dengan cirri-ciri setiap informan.
In-dept interview pada kususnya dan metode wawancara pada umumnya,
biasanya berlangsung agak longgar, santai dan mungkin juga dapat diulang untuk
dapat memperoleh data yang dirasakan cukup oleh peneliti. Pada penelitian ini
peneliti akan menggunakan pedoman wawancara (interview guide), dimaksudkan
untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam dengan lebih memfokuskan
pada persoalan-persoalan yang menjadi minat penelitian. Pedoman wawancara ini
tidak berisi pertanyaan yang mendetail, tetapi sekedar garis besar tentang data
yang nanti dapat berkembang dengan memperhatikan konteks, dan situasi
wawancara (Pawito, 2008:132).
Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah masyarakat Salatiga
yang pernah meminum produk M-150 dan melihat iklan M-150 versi “Everybody
Can Be A Hero” dengan batasan umur 15 tahun keatas dengan teknik snowball6.
Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap enam informan antara tanggal 3
Januari 2012 sampai 14 Januari 2012. Peneliti melakukan wawancara dengan
mendatangi rumah para informan satu per satu dengan menggunakan guide
question. Sebelum memulai wawancara peneliti menanyakan latar belakang
���������������������������������������������������������������Snow ball merupakan teknik penentuan sampel yang awalnya berjumlah kecil, kemudian
berkembang semakin banyak. Orang yang dijadikan sampel pertama diminta memilih atau menunjuk orang lain untuk dijadikan sampel lagi,begitu seterusnya sampai jumlahnya lebih banyak. Proses ini berakhir bila periset merasa data telah jenuh, artinya periset merasa tidak lagi menemukan sesuatu yang baru dari wawancara (Kriyanto, 2006: 156-157)�
29�
�
ekonomi, geografi dan demografi informan, kemudian peneliti memutarkan iklan
M-150 terlebih dahulu sebagai pengingat.
3.5. Jenis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis data:
a. Data primer adalah merupakan data yang didapat dari sumber pertama,
misalnya dari individu/perseorangan data yang dikumpulkan secara
langsung yaitu wawancara dengan para informan diambil dengan teknik
snow ball.
b. Data sekunder, yaitu jenis data yang tidak langsung diperoleh dari objek
yang diteliti. Peneliti memperoleh data sekunder dari data yang diolah
dalam bentuk buku, yaitu buku mengenai periklanan, majalah
periklanan, dan artikel-artikel dalam internet mengenai kreatif iklan.
3.6. Teknik Analisa Data
Analisis data kualitatif (Bodgan & Biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
30�
�
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode analisa data model
Miles dan Huberman (Pawito, 2008:104-106). Karena metode ini sangat sesuai
dengan tujuan penelitian penulis. Metode análisis data kualitatif model Miles dan
Huberman membagi analisa data kualitatif menjadi tiga komponen, yaitu (1)
reduksi data, (2) display atau penyajian data, (3) penarikan serta pengujan
kesimpulan.
Gambar 3.1 Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman
(1994:12)
1. Pengumpulan Data
Pada tahap awal penelitian, peneliti memulai melakukan penelitian
dengan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang digunakan oleh
Pengumpulan data
Reduksi data Penarikan/pengujian
kesimpulan
Penyajian data
31�
�
peneliti. Pada penelitian terhadap iklan M-150 versi “Everybody Can Be A
Hero” pengumpulan data dilakukan dengan teknik in-dept interview
kepada enam orang informan yang menjadi kriteria dalam penelitian
dengan menggunakan guide interview.
2. Reduksi Data
Pada tahap ini, peneliti melibatkan langkah-langkah editing,
pengelompokan, dan meringkas data, dengan menyusun kode-kode dan
catatan-catatan (memo) mengenai data dilapangan. Kemudian peneliti
harus mampu menyusun data atau menyeleksi masing – masing data yang
relevan dengan fokus masalah yang diteliti.
Pada penelitian terhadap iklan M-150 versi “Everybody Can Be A
Hero”, reduksi data dilakukan dengan cara menyusun data hasil
wawancara dengan dikelompokkan dan disesuaikan terhadap delapan
elemen iklan kemudian data digolongkan berdasarkan proses persepsi
yaitu sensasi, atensi, intepretasi.
3. Melaksanakan Display Data atau Penyajian Data
Tahap ini merupakan tahap untuk penyajian data. Data hasil dari
lapangan yang sangat banyak, tidak mungkin dipaparkan semuanya. Oleh
karena itu, dalam penyajian data peneliti dapat di análisis oleh peneliti
untuk disusun secara sistematis, atau simultan sehingga data yang
diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti.
32�
�
Pada tahap ini peneliti memulai menyajikan data dengan
menganalisa proses persepsi dari elemen iklan untuk mendapatkan hasil
citra iklan yang terbentuk pada informan terhadap iklan M-150 versi
“Everybody Can Be A Hero”.
4. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan
Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi
data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih
berpeluang untuk menerima masukan. Didapat kesimpulan sementara yang
dapat diuji kembali di lapangan. Setelah hasil penelitian telah diuji
kebenarannya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk
deskriptif sebagai laporan penelitian.
Pada penelitian ini, setelah peneliti mendapatkan hasil citra apa
yang muncul dari proses persepsi terhadap iklan, kemudian peneliti
menarik kesimpulan dari hasil penelitian dalam bentuk deskripstif data.
3.7. Sumber Informasi
Sumber informasi dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh
(Arikunto,1982:90). Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah para
pekerja buruh industri di Salatiga. Pemilihan buruh industri sebagai sumber
informasi karena di Salatiga buruh industri yang mendominasi mata pencaharian
warga Salatiga. Selain itu, prosentase menonton televisi lebih juga lebih sering .
33�
�
Penentuan informan kunci di sesuaikan dengan target market M-150 yaitu
segmentasi demografi menengah kebawah dengan kisaran umur diatas 15 tahun,
karena pada umur ini khalayak dapat memberikan jawaban secara benar serta
sudah dapat membuat keputusan sendiri untuk memilih sesuatu, serta merupakan
objek utama yang bersentuhan langsung dengan masalah yang ingin peneliti
angkat. Karakteristik yang menjadi informan yaitu, pernah melihat iklan M-150
minimal tiga kali selama iklan tayang di televisi dan pernah meminum produk M-
150. Selain informan, peneliti juga mencari sumber informasi melalui bahan
pustaka, artikel-artikel di internet, majalah, dan lain-lain yang sekiranya dapat
membantu penulis dalam memperoleh data/informasi.
Dalam penelitian ini, penulis memilih informan berdasarkan segmentasi
sasaran dari produk M-150 yaitu B dan C+ atau menengah kebawah, seorang laki-
laki dengan batasan umur 15 tahun ke atas. Selain itu responden yang diteliti juga
berdomisili di kota Salatiga dan berstatus sebagai seorang pekerja pernah
meminum produk M-150 lebih dari satu kali dan pernah melihat iklan M-150
versi “Everybody Can Be A Hero”. Maka yang menjadi informan adalah:
3.7.1. Arif Rahman (Informan 1)
Bertempat tinggal di kampung kemiri Salatiga, laki-laki berumur 32 tahun
ini sering disapa dengan panggilan Arip. Sebagai seorang kepala keluarga dengan
satu anak yang berumur tiga tahun, tanggung jawabnya terhadap keluarga
sangatlah besar. Bekerja selama enam tahun sebagai buruh bangunan yang
mengerjakan proyek-proyek rumah perorangan di Salatiga, sangat menguras
34�
�
tenaga Arip setiap hari saat bekerja. Penghasilan antara Rp.180.000,00 - Rp.
250.000,00 per minggu (penghasilan bisa berubah-ubah tergantung dari berapa
hari bekerja) sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik
kebutuhan istri, anak, rumah tangga, dan kebutuhan kecil Arip seperti membeli
rokok dan lain-lain.
Kebutuhan Arip yang wajib dia keluarkan setiap hari adalah rokok dan
minuman bersuplemen yaitu M-150. Mengkonsumsi M-150 merupakan kegiatan
yang sering dilakukan beberapa tahun yang lalu, karena bagi Arip semua
minuman berenergi memiliki kasiat yang hampir sama, tetapi harga setiap produk
berbeda-beda dan produk M-150 dianggap paling murah sehingga M-150 dipilih
sebagai minuman penambah energi sewaktu dia sedang bekerja. Akan tetapi
selama satu tahun terakhir mulai berkurang mengkonsumsi M-150 karena sudah
merasa anaknya tumbuh semakin besar dan kebutuhan hidup juga semakin besar.
Pertama kali mengetahui produk M-150 dan akhirnya mulai mengkonsumsi
karena tahu dari iklan televisi. Walaupun tidak semua iklan M-150 diingat, akan
tetapi beberapa iklannya seperti versi menyelamatkan perempuan, versi M-150
susu, dan yang lainnya.
Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang malam, hiburan ketika
pulang kerja adalah televisi. Arip menonton televisi pada malam hari dan pada
acara tertentu saja, seperti melihat film dan acara olah raga saja. Termasuk ketika
melihat iklan, menurut Arip iklan ditonton ketika menunggu jeda acara televisi
saja. Seperti halnya iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, iklan ini
pertama kali ditonton ketika sedang menunggu jeda nonton acara televisi. Awal
35�
�
mula menduga jika ini bukan sebuah iklan tetapi cuplikan film, tetapi setelah
melihat sampai akhir baru tahu jika itu adalah tayangan iklan M-150 yang baru.
Beberapa adegan yang dilihat membuat Arif penasaran dan ingin mengerti
bagaimana jalan cerita iklan sehingga ketika melihat televisi dan tidak sengaja
melihat iklan M-150 ditonton dulu sampai paham walaupun harus beberapa kali
nonton.
3.7.2. Nurviyanto (Informan 2)
Nurviyanto atau yang sering di sapa Nur merupakan warga desa Bugel
Salatiga yang berprofesi sebagai buruh industri di PT. Damatex Salatiga. Nur
yang berumur 22 tahun dan belum berkeluarga masih bertempat tinggal bersama
kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Bekerja sebagai karyawan tetap selama
dua tahun dengan penghasilan antara Rp.850.000,00 - Rp. 950.000,00 membuat
Nur hidup harus serba irit karena gaji banyak kepotong oleh cicilan motor.
Bekerja menjadi buruh industri membutuhkan tenaga yang besar, jangan
mudah lesu dan ngantuk, oleh karena itu Nur mencoba menutupi hal itu dengan
mengkonsumsi minuman M-150. Dengan sisa gaji yang ada Nur tidak merasa
berat harus mengkonsumsi M-150 sebagai minuman tambahan karena dalam
mengkonsumsi terhitung jarang hanya tiga sampai empat kali saja dalam satu atau
dua bulan dan tidak terbatas waktu tertentu. Nur merasa sudah cocok dengan
produk M-150 karena sudah terbiasa meminum produk tersebut. Pertama kali
mengetahui produk M-150 dan akhirnya mulai mengkonsumsi karena ingin
mencoba rasa M-150, setelah itu ketagihan. Selain itu produk M-150 juga sering
tampil di iklan televisi sehingga merasa minuman ini khalal.
36�
�
Salah satu hiburan rutin yang dinikmati oleh Nur hanya televisi, saat
menonton televisi bisa sampai larut malam mengikuti segala acara yang dianggap
dia menarik. Tidak sekedar acara televisi saja tetapi iklan juga sering diihat ketika
memang menarik, begitu juga dengan iklan M-150 versi “Everybody Can Be A
Hero”, menurut Nur iklan M-150 memiliki tampilan seperti sebuah cuplikan film,
sehingga pada awal melihat mengira bukan tayangan iklan. Walaupun akhirnya
tahu jika itu iklan, tetapi masih ada rasa penasaran untuk melihat lagi terhadap
jalan cerita iklan. Rasa penasaran yang besar dan keinginan untuk melihat lagi
iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero” karena iklan ini tidak sama
dengan iklan lain yang selalu memperlihatkan kekuatan otot.
3.7.3. Muchlisin (Informan 3)
Bertempat tinggal di jalan Cemara Salatiga, Muchlisin seorang laki-laki
berumur 31 tahun yang sudah berkeluarga dipilih peneliti untuk dijadikan
informan penelitian. Muchlisin yang berprofesi sebagai sopir angkutan umum
selama 2,5 tahun dengan penghasilan antara Rp.600.000,00 - Rp. 900.000,00 per
bulan (penghasilan bisa berubah-ubah tergantung dari pemasukan setiap harinya)
menjadi tulang puggung keluarga dengan satu anak yang sudah bersekolah dan
seorang istri.
Penghasilan yang dimiliki oleh Lisin sering disisakan untuk bekal kerja
walaupun penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Salah
satu bekal yang wajib ada ketika bekerja adalah M-150. Produk ini sudah
dikonsumsi oleh Lisin selama bekerja sebagai sopir ketika badan lesu atau saat
37�
�
ngantuk diperjalanan, tetapi sekarang sudah mulai mengurangi dengan jarang
minum M-150 karena efek dari minuman berenergi yang lama-lama tidak baik
untuk kesehatan. Pertama kali mengetahui produk M-150 dan akhirnya mulai
mengkonsumsi dari melihat iklan di televisi, ada beberapa iklan M-150 yang
memberi manfaat, salah satunya tidak membuat ngantuk, dari iklan inilah
membuat terpengaruh dan akhirnya mengkonsumsi M-150.
Ketika melihat televisi kecenderungan akan dipindah channel ketika ada
iklan, tetapi iklan dapat dilihat jika ada iklan yang dianggap menarik perhatian,
termasuk salah satunya iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”. Berawal
tertarik dengan tampilan awal yang seperti bukan sebah iklan, membuat Lisin
mengamati sampai akhir. Setiap ada iklan M-150 versi “Everybody Can Be A
Hero” di televisi selalu dilihat dulu karena memiliki jalan cerita yang bagus dari
yang lain.
3.7.4. A.Z. Eko Purwanto (Informan 4)
Bertempat tinggal di jalan Kemiri Cemara Salatiga, laki-laki berumur 32
tahun ini sering disapa dengan panggilan Eko. Sebagai seorang kepala keluarga
dengan satu anak yang berumur enam tahun, tanggung jawabnya terhadap
keluarga sangatlah besar. Bekerja selama 10 tahun sebagai buruh bangunan yang
mengerjakan proyek-proyek rumah perorangan di Salatiga, sangat menguras
tenaga Eko setiap. Penghasilan antara Rp.180.000,00 - Rp. 250.000,00 per
minggu (penghasilan bisa berubah-ubah tergantung dari berapa hari bekerja)
sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Walaupun istri Eko
38�
�
juga bekerja akan tetapi sebagai kepala keluarga dia harus bisa lebih bekerja keras
lagi untuk keluarga.
Kebutuhan yang semakin besar setiap harinya membuat Eko harus lebih
kerja keras dan selalu semangat ketika bekerja agar kepercayaan orang-orang
terhadap dirinya terjaga. Oleh karena ketika bekerja Eko tidak lupa untuk
mengkonsumsi M-150 sebagai minuman penambah tenaga. Mengkonsumsi M-
150 merupakan kegiatan yang tidak terlalu sering dilakukan hanya ketika ingin
saja dan badan terlalu capek saat bekerja. memilih M-150 sebagai minuman
penambah tenaga karena harga yang terjangkau juga kemasan botol yang tidak
ribet. Pertama kali mengetahui produk M-150 dan akhirnya mulai mengkonsumsi
karena tahu dari iklan televisi. Walaupun tidak semua iklan M-150 diingat, akan
tetapi beberapa iklannya memiliki jalan cerita yang sama dengan merek lain.
Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang sore, hiburan ketika
pulang kerja adalah televisi. Eko menonton televisi pada malam hari dan pada
acara tertentu saja, seperti melihat film dan acara olah raga saja. Termasuk ketika
melihat iklan, menurut Eko iklan ditonton ketika menunggu jeda acara televisi
saja. Seperti halnya iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, iklan ini
pertama kali ditonton ketika sedang menunggu jeda nonton acara televisi. Tidak
segaja melihat iklan ini, Eko merasa tertarik untuk melihat lagi, karena jalan cerita
yang bagus membuat Eko tidak bosan untuk melihat secara terus menerus.
39�
�
3.7.5. Agus Wahyudi (Informan 5)
Bertempat tinggal di kampung Karang Alit Salatiga, laki-laki berumur 34
tahun ini sering disapa dengan panggilan Agus. Sebagai seorang kepala keluarga
dengan satu anak yang berumur empat tahun, tanggung jawabnya terhadap
keluarga sangatlah besar. Bekerja sebagai sopir angkutan umum di Salatiga
selama sembilan tahun, sangat menguras tenaga setiap harinya. Dengan
penghasilan yang tidak selalu tetap antara Rp.900.000,00 – Rp.1.000.000,00 per
bulan sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik
kebutuhan istri, anak, rumah tangga, dan kebutuhan pribadi Agus.
Cobaan terberat ketika bekerja adalah rasa ngantuk yang besar ketika
menyetir, sehingga Agus membutuhkan minuman penyegar setiap harinya seperti
produk M-150. Produk M-150 merupakan minuman yang dikonsumsi sejak mulai
bekerja tetapi selama setahun terakhir mulai berkurang mengkonsumsi M-150
karena sudah merasa anaknya tumbuh semakin besar dan menjaga kesehatan.
Pertama kali mengetahui produk M-150 dari iklan televisi. Walaupun sudah lupa
iklan mana yang pertama kali dilihat, tetapi bintang iklan yang dimainkan Tora
Sudiro sangat dia ingat.
Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang malam membuat sisa
waktu Agus selalu dihabiskan dengan keluarga seperti melihat televisi dirumah.
Agus tidak pernah melihat televisi karena acara tertentu, jadi ketika saat iklanpun
juga Agus tonton. Termasuk ketika melihat iklan M-150 versi “Everybody Can Be
A Hero”, iklan ini pertama kali ditonton ketika unsur ketidaksegajaan. Awal mula
menduga jika ini bukan sebuah iklan tetapi cuplikan film, tetapi setelah melihat
40�
�
sampai akhir baru tahu jika itu adalah tayangan iklan M-150 yang baru. Beberapa
adegan yang dilihat membuat Agus penasaran dan ingin mengerti bagaimana jalan
cerita iklan sehingga ketika melihat televisi dan tidak sengaja melihat iklan M-150
ditonton dulu sampai paham walaupun harus beberapa kali nonton.
3.7.6. Shinwan (Informan 6)
Bertempat tinggal di kampung krajan Salatiga, laki-laki berumur 32 tahun
ini sering disapa dengan panggilan Shinwan. Sebagai seorang kepala keluarga
dengan satu anak yang berumur satu tahun, tanggung jawabnya terhadap keluarga
sangatlah besar. Bekerja sebagai buruh serabutan di atau harian lepas yang tidak
menetap pekerjaannya, terkadang menjadi buruh bangunan, tukang listrik dan air,
selama dua tahun di sebuah Wisma Penginapan di Salatiga, sangat menguras
tenaga setiap hari saat bekerja. Dengan penghasilan antara Rp.600.000,00 per
bulan sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik
kebutuhan istri, anak, rumah tangga, dan kebutuhan pribadi Shinwan.
Mengeluarkan tenaga yang besar ketika bekerja membuat Shinwan
membutuhkan minuman penambah tenaga karena badan sering capek dan lesu
sehingga membutuhkan tenaga yang besar sebagai penyegar dalam bekerja seperti
M-150. Produk M-150 merupakan minuman yang dikonsumsi sejak mulai bekerja
tetapi selama setahun terakhir mulai berkurang mengkonsumsi M-150 karena
sudah merasa anaknya tumbuh semakin besar dan menjaga kesehatan. Pertama
kali mengetahui produk M-150 dari iklan televisi. Walaupun sudah lupa iklan
41�
�
mana yang pertama kali dilihat, tetapi Shinwan masih ingat betul dia tahu karena
iklan televisi.
Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang malam ataupun sebaliknya
membuat sisa waktu Shinwan selalu dihabiskan dengan keluarga seperti melihat
televisi dirumah. Shiwan tidak pernah melihat televisi karena acara tertentu, jadi
ketika saat iklanpun juga Shinwan tonton. Termasuk ketika melihat iklan M-150
versi “Everybody Can Be A Hero”, iklan ini pertama kali ditonton ketika tiada
unsur ketidaksegajaan. Awal mula menduga jika ini bukan sebuah iklan tetapi
cuplikan film, tetapi setelah melihat sampai akhir baru tahu jika itu adalah
tayangan iklan M-150 yang baru. Beberapa adegan yang dilihat membuat
Shinwan penasaran dan ingin mengerti bagaimana jalan cerita iklan sehingga
ketika melihat televisi dan tidak sengaja melihat iklan M-150 ditonton dulu
sampai paham walaupun harus beberapa kali nonton.
3.8. Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian peneliti adalah di kota Salatiga karena masyarakat
Salatiga termasuk pengkonsumsi produk minuman berenergi M-150. Masyarakat
di kota salatiga sendiri memiliki mata pencaharian yang didominasi oleh buruh
industri dengan angka tertinggi yaitu 19.831 jiwa pada tahun 2010.7 Pemilihan
Salatiga sebagai tempat penelitian karena produk M-150 menduduki peringkat
���������������������������������������������������������������Sumber : Salatiga Dalam Angka-BPS Kota Salatiga�
42�
�
kedua dalam pendistribusian produk minuman berenergi setelah kratingdeng di
Salatiga.8
Alasan praktis penentuan lokasi di Salatiga karena peneliti berdomisili di
kota Salatiga, dan memilki banyak kenalan di kota ini yang dijadikan informan
maka dapat memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara mendalam
terhadap informan secara terbuka.
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
���������������������������������������������������������������Berdasarkan data PT. Tumbakmas Niagasakti yang merupakan satu-satunya distributor resmi M-
150 yang berada di kota Salatiga. Dengan jumlah penjualan produk M-150 dari tahun 2010-2011 (data tahun disesuaikan selama iklan M-150 tayang di televisi) yaitu sebanyak 34.220 botol. Jumlah ini bisa bertambah karena distributor M-150 dari luar Salatiga seperti Klaten, Solo juga mendistributorkan M-150 ke Salatiga.�