vitamin

15
Pendahuluan Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah "vitamin" sebenarnya sudah tidak tepat untuk dipakai tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi. Nama ini berasal dari gabungan kata latin vita yang artinya hidup dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama sekali tidak memiliki atom N (Lehninger 1998). Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak . Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh.

Upload: ganis-andriani

Post on 02-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan praktikum biokimia - vitamin

TRANSCRIPT

Page 1: Vitamin

Pendahuluan

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang

memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi

enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia

yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah "vitamin" sebenarnya sudah tidak tepat untuk

dipakai tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi.

Nama ini berasal dari gabungan kata latin vita yang artinya hidup dan amina

(amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen

(N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa

banyak vitamin sama sekali tidak memiliki atom N (Lehninger 1998).

Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok

besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.

Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin

lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang

larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam

hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat

dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di

dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya

di dalam tubuh.

Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan

tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk

kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang,

dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan

alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar

lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas,

vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko

timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain

itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan

di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat

terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi

mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam

menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit.

Page 2: Vitamin

Defisiensi vitamin C juga dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada

persendian. Akumulasi vitamin C yang berlebihan di dalam tubuh dapat

menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran pencernaan, dan rusaknya sel darah

merah.

Gambar 1 Struktur vitamin C (Hart 2003)

Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu

jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan

membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk

rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses

metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan

mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat

mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf.

Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengkonsumsi banyak gandum,

nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah

yang telah terbukti banyak mengandung vitamin B1.

Gambar 2 Struktur vitamin B1 (Hart 2003)

Tujuan Percobaan

Praktikum bertujuan menentukan kandungan atau kadar vitamin C (asam

askorbat) dalam tablet dan menentukan kadar vitamin B1 (tiamin) dalam tablet.

Page 3: Vitamin

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan ialah buret, gelas kimia, mortar & pestle, sudip,

erlenmeyer, statip, botol semprot, pipet tetes, pipet mohr, bulp, penangas air,

corong dan batang pengaduk.

Bahan-bahan yang digunakan ialah tablet vitamin C, H2SO4 2N, tiosulfat

0.1N, tablet vitamin B1, akuades, Iod 0.1 N, NaOH 2 N, indikator larutan pati,

HCl 0.05N, plastik hitam, es batu dan tissue.

Metode Percobaan

Penentuan vitamin C dalam tablet. Contoh tablet vitamin C sebanyak

100 mg dilarutkan ke dalam 20 ml akuades dingin yang telah dididihkan

sebelumnya. Larutan H2SO4 2N ditambahkan sebanyak 5 ml dan segera

ditambahkan pula larutan Iod 0.1N ke dalam campuran larutan. Campuran larutan

tersebut kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat 0.1N dan sebagai indikator

dipakai larutan amilum. Sementara itu dilakukan juga titrasi blanko tanpa

penambahan sampel tablet vitamin C dan hanya ditambahkan dengan H2SO4 2N

dan larutan Iod 0.1N sebanyak 25 ml dan dititrasi dengan larutan tiosulfat 0.1N

dengan indikator larutan amilum. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan

warna menjadi kuning kecoklatan dan ditambahkan indikator amilum, kemudian

titrasi dilanjutkan sampai larutan berwarna putih. Jumlah ml tiosulfat yang

digunakan dihitung dan dicatat dan kadar vitamin C dalam tablet ditentukan.

Tiosulfat sebanyak 1 ml setara dengan 8.08 mg vitamin C.

Penentuan vitamin B1 (tiamin) dalam tablet. Serbuk vitamin B1

sebanyak 2 tablet yang sudah digerus ke dalam mortar dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 100 ml. Larutan HCl 0.05N sebanyak 5 ml dan laruta Iod 0.1N

dimasukkan ke dalam erlenmeyer, penambahan dilakukan dengan menggunakan

pipet dan direndam dalam air es. Larurtan NaOH 2N sebanyak 12 tetes

ditambahkan segera sampai larutan menjadi netral. Campuran kemudian disimpan

dalam lemari es selama 15 menit, sebelumnya erlenmeyer berisi campuran

tersebut ditutupi dengan plastik hitam dan dilakukan pengasaman dengan

penambahan larutan H2SO4 2 tetes. Campuran kemudian dititrasi dengan larutan

Page 4: Vitamin

tiosulfat 0.05N, sebelumnya dilakukan titrasi blanko penambahan dengan resep

yang sama dan perlakuan sama dengan sampel hanya tidak diberi contoh sampel.

Perubahan warna sama dengan titrasi vitamin C yaitu pada saat tengah titrasi atau

larutan berubah menjadi kuning kecoklatan lalu diberi indikator amilum sampai

berwarna putih. Perbedaan ml tiosulfat antara titrasi contoh dan blanko dihitung.

Larutan tiosulfat sebanyak 1ml setara dengan 2.81 mg/ml tiamin klorida.

Data dan Hasil Pengamatan

Tabel 1 Penentuan kadar vitamin C dalam tablet

SampelVolume tiosulfat (mL) Volume

terkoreksi (mL)

Kadar vitamin C (mg)

Konsentrasi vitamin C

(%)Awal Akhir Terpakai

Blanko 0,00 15,20 15,20 - - -Tablet 1 15,20 25,20 10,00

6,05 48,884 97,77Tablet 2 25,20 33,50 8,30Keterangan : Indikator : amilum

Perubahan warna : kuning – tidak berwarna

Reaksi : C6H8O6 C6H6O6 + 2H+ + 2e-

I2 + 2e- 2I-

C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2H+ + 2I-

C6H8O6 + I2 C6H6O6 + I-

I2 (sisa) + 2NaSO3 2NaI + NaS4O6 (Harjadi 1986)

Contoh perhitungan :

Volume terpakai = volume akhir – volume awal

= 15,20 mL – 0,00 mL

= 15,20 mL

Volume terkoreksi = vol terpakai (blanko) – vol rataan terpakai (tablet)

= 15,20 mL – 9,15 mL

= 6,05 mL

Kadar vitamin c (mg) = volume terkoreksi (mL) x 8,08 mg vit C

= 6,05 mL x 8,08

= 48,884 mg

Page 5: Vitamin

Konsentrasi vit C = kadar vit C percobaan x 100%

Kadar vit C teoritis

= 48,884 mg x 100%

50 mg

= 97,77 %

Tabel 2 Penentuan kadar vitamin B1 pada tablet

SampelVolume tiosulfat (mL) Volume

terkoreksi (mL)

Kadar vitamin B1 (mg)

Konsentrasi vitamin B1

(%)Awal Akhir Terpakai

Blanko 0,00 21,50 21,50 - - -Tablet 1 0,00 18,00 18,00

6,85 19,2485 76,994Tablet 2 18,00 29,30 11,30Keterangan : Indikator : amilum

Perubahan warna : kuning – hijau

Contoh perhitungan :

Volume terpakai = volume akhir – volume awal

= 21,50 mL – 0,00 mL

= 21,50 mL

Volume terkoreksi = vol terpakai (blanko) – vol rataan terpakai (tablet)

= 21,50 mL – 14,65 mL

= 6,85 mL

Kadar vitamin B1 (mg) = volume terkoreksi (mL) x 8,08 mg vit B1

= 6,85 mL x 2,81 mg

= 19,2485 mg

Konsentrasi vit B1 = kadar vit B1 percobaan x 100%

Kadar vit B1 teoritis

= 19,2485 mg x 100%

25 mg

= 76,994 %

Page 6: Vitamin

Pembahasan

Vitamin C termasuk vitamin yang larut dalam air. Vitamin C atau asam

askorbat merupakan asam gula yang banyak terdapat pada buah-buahan. Vitamin

C dikenal sebagai zat anti askorbat dan dapat mempertinggi daya tahan tubuh

terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus.

Sumber vitamin C  terbaik adalah berasal dari sayuran dan buah-buahan

seperti strawberry, jeruk, melon, brokoli, pepaya, belimbing, kedondong, kubis,

asparagus dan aneka sayuran hijau. Penetapan kadar vitamin C dalam suatu bahan

dapat dilakukan secara titrimetri. Reaksi yang dijalankan dengan titrasi yaitu suatu

larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang

direaksikan tepat menjadi ekivalen. Pada saat titran ditambahkan tampak telah

ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir

titrasi. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran sedangkan larutan yang

ditambah titran disebut titrat (Harjadi 1986).

Penentuan kadar vitamin C pada tablet dapat dilakukan dengan titrasi

iodometri tidak  langsung. Penambahan larutan H2SO4 dilakukan terlebih dahulu

sebelum larutan Iod pada pembuatan titrat dilakukan untuk membuat larutan Iod

tidak mengalami oksidasi. Titrasi iodometri tidak langsung melibatkan

Na2S2O3 sebagai titran. Vitamin C atau asam askorbat (C6H8O6) merupakan

oksidator yang dapat bereaksi dengan I- (iodida) untuk menghasilkan I2, I2 yang

terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian

diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali

(Girindra 1986).

Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika

direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran. Hal ini

disebabkan faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang dapat

dipakai untuk iodida. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi yang

sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawaan iodida umumnya KI

ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2 yang

terbentuk adalah ekuivalen dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan.

Jumlah I2 ditentukan dengan mentitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat

(Baliwati 2002).

Page 7: Vitamin

Penentuan kadar vitamin C atau asam askorbat pada percobaan kali ini

dilakukan dengan asam askorbat dititrasi dengan Na2S2O3. Hal ini disebabkan

asam askorbat yang bersifat oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi

senyawaan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya

reaksi ini tidak stoikiometri.  Indikator yang digunakan pada percobaan kali ini

yaitu pati atau amilum. Amium dengan I2membentuk suatu kompleks berwarna

biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali. Pada titik akhir, iod

yang terikat itu pun hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap

mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum ini

harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila iod sudah tinggal sedikit

yang tampak dari warnanya yang kuning muda). Hal tersebut bertujuan agar

amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sulit lepas kembali. Hal itu

akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan

tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan

hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir (Harjadi

1986). Perubahan warna yang terjadi adalah dari kuning menjadi kuning pudar,

saat kuning pudar ditambahkan amilum sehingga terbentuk warna biru dan

dititrasi kembali sampai tidak berwarna (Harjadi 1986).

Penambahan amilum (pati) menjelang akhir titrasi juga disebabkan

kompleks amilum-I2 terdisosiasi sangat lambat maka banyak I2 yang akan

terabsorbsi oleh amilum jika amilum ditambahkan pada awal titrasi dan biasanya

iodometri dilakukan pada media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya

hidrolisis amilum. Reaksi yang terjadi pada percobaan kali ini sebagai berikut:

I2 + 2Na2S2O3      2NaI + Na2S4O6

C6H8O6 + I2               C6H6O6 + 2HI

Gambar 3 Reaksi amilum dengan tiosulfat dan vitamin C (Hart 2003)

Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya

oksidasi iodida oleh udara bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi

iodometri dilakukan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu,

penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi

tiosulfat untuk menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati

Page 8: Vitamin

dengan adanya belerang dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh

kehadiran S) (Harjadi 1986).

S2O32-  +  2H+  -> H2SO3 + S

Gambar 4 Reaksi penumpukkan tiosulfat (Winarno 1997)

Jumlah iodida yang ditambahkan dipastikan berlebih sehingga semua

analat tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodida

tidak akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak

dilakukan dengan segera maka I- dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2 (Harjadi

1986). Kadar vitamin C pada tablet vitamin C merupakan selisih antara volume

titran blanko dengan volume titran sampel yang kemudian dikalikan 8,08 mg.

Nilai 8,08 mg menunjukkan bahwa 1 ml tiosulfat setara dengan 8,08 mg.

Berdasarkan percobaan, kadar vitamin C rata-rata yang diperoleh pada tablet

vitamin C adalah 48,884 mg/tablet dan berdasarkan literatur, kandungan vitamin

C pada tablet sebanyak 50 mg/tablet. Adanya perbedaan tersebut menunjukkan

adanya kesalahan dalam percobaan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh berbagai

faktor di antaranya larutan natrium sulfat  yang  tidak distandardisasi,

penambahan titran yang berlebih, I2 yang telah teroksidasi.

Vitamin B1 dalam bentuk murninya adalah thiamin hidroklorida. Dalam

makanan thiamin ditemukan dalam bentuk bebas atau dalam bentuk kompleks

dengan protein atau kompleks protein-fosfat. Thiamin tidak dapat disimpan

banyak oleh tubuh tetapi dalam jumlah terbatas disimpan di hati, ginjal, jantung,

otak dan otot. Bila terlalu banyak kelebihannya dibuang melalui air kemih.

Thiamin memiliki rumus molekul C12H17N4OS, vitamin ini juga memiliki berat

molekul 265, 36 gram/ molekulnya. Thiamin aktif dalam bentuk kokarboksilase

sebagai thiaminpirofosfatase (TPP). Prinsipnya thiamin sebagai koenzim dalam

reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan

energi membentuk ATP (Adenin Trifosfat) (Winarno 1997).

Vitamin B1 di dalam tubuh memiliki fungsi yang sangat penting yakni

esensial untuk berbagai fungsi tubuh, produksi energi dan membantu memelihara

kesehatan syaraf dan otot, membantu perawatan penyakit anemia, membantu

perawatan penyakit herpes, serta membantu tubuh membuat dan memakai protein.

Page 9: Vitamin

Pemakaian thiamin yang melebihi normal mempengaruhi sistem saraf. Hal

ini karena reaksi hipersensitif yang dapat berpengaruh pada kelelahan, sakit

kepala, sifat lekas marah dan susah tidur. Sistem darah dapat terpengaruh, karena

denyut nadi menjadi cepat. Jumlah konsumsi harian yang direkomendasikan oleh

RDA untuk vitamin 1,4 mg. Sumber makanan yang mengandung vitamin B1

yakni beras pecah kulit, daging, unggas, telur,hati, ikan, lalap sayuran (Lide

2004).

Berdasarkan data percobaan dapat diketahui bahwa rata-rata kadar vitamin

B1 dalam tablet sebesar 19,2485 mg/tablet, sedangkan kadar vitamin B1 menurut

literature sebesar 25 mg. Adanya perbedaan kadar, dikarenakan konsentrasi titran

(natrium tiosulfat) yang kurang tepat karena tidak dilakukan standardisasi.

Sehinggan kadar vitamin B1 yang didapatkan kurang tepat. Adapula faktor lain

yang menyebabkan ketidaktepatan kadar vitamin B1, yaitu lamanya inkubasi.

Inkubasi yang dilakukan, suhu yang digunakan tidak konstan sehingga

menyebabkan vitamin B1 kurang efektif.

Simpulan

Berdasarkan percobaan, rata-rata  kadar vitamin C yang diperoleh pada

tablet vitamin sebesar 48,884 mg/tablet dan kadar vitamin B1 dalam tablet sebesar

19,2485 mg/tablet.

Daftar Pustaka

Baliwati Y F. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

Girindra A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia

Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Erlangga

Hart H. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

Lehninger A. 1998. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta : Erlangga.

Winarno F G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama