upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ips melalui metode diskusi pada siswa...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI MATA PELAJARAN IPS
MATERI NEGARA ASEAN DAN NEGARA TETANGGA MELALUI METODE THINK-
PAIR-SHARE MI MA’ARIF NU KARANGASEM KECAMATAN KERTANEGARA
KABUPATEN PURBALINNGA TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh :
INDAH SUSANTI
NIM.102336086
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
BAB IIKAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ”Prestasi” dan
”belajar”. Meskipun demikian kedua kata tersebut saling berhubungan antara satu
dengan yang lain. Beberapa ahli sepakat bahwa ‘prestasi’ adalah hasil dari suatu
kegiatan. Dimana hasil yang dimaksud adalah hasil yang memiliki ukuran atau
nilai. Dibawah ini merupakan pendapat para ahli dalam memahami kata ‘prestasi’
yaitu: (Syaiful Bahri Djamarah, 1994:20-21)
1) W.J.S Poerdarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya).
2) Mas’ud Khasan Abu Qodar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan
kerja.
3) Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberi pengertian prestasi adalah
penilaian pendidikan tentang perkembangan kemajuan murid yang berkenaan
dengan penguasaan terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum
Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan
berupa penilaian terhadap proses yang telah dilalui. Dimana didalam pendidikan,
prestasi merupakan hasil dari pemahaman yang didapat serta penguasaan nilai-
nilai yang terdapat dalam kurikulum. Sehingga prestasi dapat diukur dengan nilai
yang di dapat dari pengadaan tes maupun evaluasi belajar.
Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli antara lain adalah :
(Muhibbin Syah, 2004: 89-70)
1) Hitzman berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman
yang dapat dipengaruhi oleh tingkah laku organisme tersebut.
2) Chaplin berpendapat bahwa belajar merupakan perolehan perubahan tingkah
laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
3) Barlow, mengemukakan bahwa perubahan itu terjadi pada bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Sedangkan sifat perubahan yang terjadi pada
bidang-bidang tersebut tergantung pada tingkat kedalaman belajar yang
dialami
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan
baik kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari pengalaman seseorang
berinteraksi dengan lingkungannya.
Prestasi belajar secara umum berarti suatu hasil yang dicapai dengan
perubahan tingkah laku yaitu melalui proses membandingkan pengalaman masa
lampau dengan apa yang sedang diamati oleh siswa dalam bentuk angka yang
bersangkutan dan hasil evaluasi dari berbagai aspek pendidikan baik aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kata prestasi pada
dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari aktivitas. Sedangkan belajar adalah hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu yaitu perubahan tingkah laku. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri individu
sebagai hasil dari aktivitas belajar.
b. Macam-Macam Prestasi Belajar
Macam-macam prestasi belajar disini dapat diartikan sebagai tingkatan
keberhasilan siswa dalam belajar yang ditunjukkan dengan taraf pencapaian
prestasi. Menurut Muhibbin Syah (2004:89-70): “pada prinsipnya, pengembangan
hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa”. Dengan demikian prestasi belajar di bagi
ke dalam tiga macam prestasi diantaranya:
1) Prestasi yang bersifat kognitif (ranah cipta)
Prestasi yang bersifat kognitif yaitu: pengamatan, ingatan, pemahaman,
aplikasi atau penerapan, analisis (pemerikasaan dan penilaian secara teliti),
sisntesis (membuat paduan baru dan utuh).
2) Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa)
Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi: penerimaan,
sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman),
karakterisasi (penghayatan). Misalnya seorang siswa dapat menunjukkan
sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan dari permasalahan
atau mungkin siswa menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal yang
dianggap baik dan lain-lain.
3) Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa)
Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu: ketrampilan bergerak
dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. Misalnya siswa
menerima pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang tua, maka si
anak mengaplikasikan pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
c. Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal
dari dalam dirinya (Internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar
yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai
faktor tersebut. Oleh karena itu pengenalan guru terhadap faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka
membantu siswa mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Makmun dalam Mulyasa (2005:90) mengemukakan
komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh
terhadap prestasi belajar adalah:
1) Masukan mentah menunjukkan pada karakteristik individu yang mungkin
dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran.
2) Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana
yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan, atau sumber dan program.
3) Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana
sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.
Muhibbin Syah (2004:152-154) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar antara lain adalah:
1) faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, factor ini
terdiri dari:
a) Faktor fisiologis
b) Kondisi fisik, yang mana pada umumnya kondisi fisik mempengaruhi
kehidupan seseorang.
c) Panca indra
2) Faktor psikologis
Keadaan psikologis yang terganggu akan sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa, adapun yang mempengaruhi faktor ini adalah:
a) Intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada
kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai
dengan tujuan.
b) Minat, merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.
c) Bakat, menurut Zakiyah Darajat bakat adalah semacam perasaan dan
keduniaan dilengkapi dengan adanya bakat salah satu metode berfikir.
d) Motivasi, menurut Mc Donald motivasi sebagai sebagai sesuatu perubahan
tenagadalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan
efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.
e) Sikap, sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi dan merespon dengan cara yang relatif
tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif
maupun negatif.
3) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi:
a) Faktor lingkungan social
Faktor sosial menyangkut hubungan antara manusia yang terjadi dalam
berbagai situasi social. Lingkungan social sekolah seperti para guru, para
staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa.
b) Faktor lingkungan non social
Faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan non social
seperti gedung, sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan dan waktu belajar yang
digunakan siswa.
c) Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat
operasional yang direkayasa sedemikina rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan prestasi belajar
antara lain:
a. Keadaan Jasmani
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan jasmani yang sehat, karena
belajar memerlukan tenaga, apabila jasmani dalam keadaan sakit, kurang Gizi,
kurang istirahat maka tidak dapat belajar dengan efektif.
b. Keadaan Sosial Emosional.
Peserta didik yang mengalami kegoncangan emosi yang kuat, atau mendapat
tekanan jiwa, demikian pula anak yang tidak disukai temannya tidak dapat belajar
dengan efektif, karena kondisi ini sangat mempengaruhi konsentrasi pikiran,
kemauan dan perasaan.
c. Keadaan lingkungan
Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh perangsangperangsang
dari luar, karena untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran. Sebelum belajar
harus tersedia cukup bahan dan alat-alat serta segala sesuatu yang diperlukan.
d. Memulai pelajaran
Memulai pelajaran hendaknya harus tepat pada waktunya, bila merasakan
keengganan, atasi dengan suatu perintah kepada diri sendiri untuk memulai
pelajaran tepat pada waktunya.
e. Membagi pekerjaan
Sewaktu belajar seluruh perhatian dan tenaga dicurahkan pada suatu tugas yang
khas, jangan mengambil tugas yang terlampau berat untuk diselesaikan, sebaiknya
untuk memulai pelajaran lebih dulu menentukan apa yang dapat diselesaikan
dalam waktu tertentu.
f. Adakan kontrol
Selidiki pada akhir pelajaran, hingga manakah bahan itu telah dikuasai. Hasil baik
menggembirakan, tetapi kalau kurang baik akan menyiksa diri dan memerlukan
latihan khusus.
g. Pupuk sikap optimis
Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi meningkat dan karena itu
memupuk sikap yang optimis. Lakukan segala sesuatu dengan sesempurna, karena
pekerjaan yang baik memupuk suasana kerja yang menggembirakan.
h. Menggunakan waktu
Menghasilkan sesuatu hanya mungkin, jika kita gunakan waktu dengan efisien.
Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai habis tenaga, melainkan
bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh tenaga dan perhatian untuk
menyelesaikan suatu tugas yang khas.
i. Cara mempelajari buku
Sebelum kita membaca buku lebih dahulu kita coba memperoleh gambaran
tentang buku dalam garis besarnya.
j. Mempertinggi kecepatan membaca
Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyakbanyaknya dari
bacaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Karena itu harus diadakan usaha
untuk mempertinggi efisiensi membaca
sampai perguruan tinggi.
Selain faktor-faktor di atas, yang mempengaruhi prestasi belajar adalah, waktu
dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda
sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan
demikian peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar
cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada yang hanya memiliki sedikit
waktu dan kesempatan untuk belajar.
2. Pembelajaran IPS di SD
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Diah Harianti (2006:7) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu
pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial
(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Dengan
demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang
masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari
berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial
yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sofa. 2010: 1.
Pengertian, Ruang Lingkup dan Tujuan IPS . Diakses dari
massofa.wordpress.com/.../pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/)
b. Tujuan IPS di SD
Menurut Diah Harianti (2006:9) tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-
hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan
tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah
diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,
melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang
tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri
sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
Sejalan dengan pendapat di atas, Simangunsong dan Zainal Abidin (1987: 27)
mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk memperkenalkan
anak dengan lingkungan, masyarakat, dan dengan hubungan antar manusia dengan
lingkungan agar ia menjadi warga negara yang baik. Penekanan tujuan di atas adalah
pada terbentuknya warga negara yang baik.
Berdasarkan pasal 37 UU Sisdiknas dalam Sapriya (2009: 45), mata pelajaran
IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah. Lebih lanjut dikemukakan pada bagian Penjelasan UU Sisdiknas Pasal 37
bahwa bahan kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dimaksudkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik
terhadap kondisi realita sosial masyarakat.
Pada kesempatan lain, Nursid Sumaatmadja (1980: 21) mengemukakan bahwa
IPS bertujuan untuk membina mental yang sadar akan tanggungjawab terhadap hak
dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan negara. IPS bukan
bertujuan untuk memenuhi ingatan para siswa dengan berbagai fakta dan materi yang
harus dihafalnya.
Trianto (2010: 176) menyampaikan bahwa tujuan utama Ilmu Pengetahuan
Sosial ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial
yang terjadi di masyarakat. Selain itu agar siswa memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-
program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai tujuan IPS di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa tujuan IPS adalah untuk membentuk siswa menjadi warga
negara yang baik, dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat.
3. Think-Pair-Share Sebagai Aplikasi Pembelajaran Kooperatif
a. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru (Agus Suprijono, 2011: 54). Dalam pembelajaran kooperatif,
guru sebagai pengarah pembelajaran, di mana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif yaitu akan dapat
menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1)
memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan,
nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai,
dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Agus Suprijono,
2011: 58).
Menurut Agus Suprijono (2011: 66) mengatakan bahwa lingkungan
belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus :
1) Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi
2) Miningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan
mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi
3) Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai
keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok-
kelompok kecil
4) Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam
belajar dan terjadinya dialog inter-aktif
5) Menciptakan iklim sosio emosional yang positif
6) Memfasilitasi terjadinya learning to live together
7) Menumbuhkan produktifitas dalam kelompok
8) Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer
kegiatan kelompok
9) Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial dalam
individualnya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah proses belajar mengajar yang lebih menekankan pada keaktifan
siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan sebagai pengarah
pembelajaran. Guru bertugas menyediakan bahan-bahan dan mencari informasi
pembelajaran.
b. Metode Pembelajaran Think-Pair-Share
1) Pengertian Metode Think-Pair-Share
Teknik belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berempat
dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan
(Think-Pair-square) sebagai stuktur kegiatan pembelajaran Cooperative
Learning. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. (Anita Lie, 2004: 57).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Think-Pair-
Share adalah metode dimana siswa dalam proses belajar diberi kesempatan
untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.
2) Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Think-Pair- Share
Robert Salvin (2010: 257) menguraikan langkah-langkah metode Think-
Pair-Share yaitu ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa
duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan
pertanyaan kepada kelas. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari
mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah
kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk
berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas.
Metode Think-Pair-Share, seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini
diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran
untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka
memikirkan jawabannya. Selanjutnya “Pairing”, pada tahap ini guru meminta
peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan
itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari
jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya.
Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan
pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “ Sharing”. Dalam kegiatan ini
diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstruksian
pengerahuan secara integrative. Peserta didik dapat menemukan struktur dari
pengetahuan yang dipelajarinya (Agus Suprijono, 2011: 91).
Sedangkan Anita Lie (2004: 58) menguraikan langkah-langkah
penggunaan metode Think-Pair-Share sebagai berikut:
a) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas
kepada semua kelompok.
b) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
c) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi
dengan pasangannya.
d) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa
mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok
berempat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka langkah-langkah
pembelajaran IPS yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut
a) Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran, selanjutnya
siswa diminta untuk memikirkan jawaban dan mencari informasi melalui
proses berpikir (Thinking).
b) Guru meminta siswa untuk berpasangan (pairing) mendiskusikan hasil
pemikirannya pada tahap thinking.
c) Guru meminta siswa secara berpasangan untuk berbagi pada seluruh kelas
tentang apa yang telah mereka diskusikan (Sharing).
3) Kelebihan Metode Think-Pair-Share
Anata Lie (2004: 57) mengatakan bahwa teknik Berpikir-Berpasangan-
Berempat ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada
setiap siswa untuk dikenal dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang
lain.
B. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran IPS pada materi Asean dan Negara-negara tetangga yang
dilakukan secara konvensional yaitu ceramah mengakibatkan prestasi belajar siswa
rendah sehingga hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Salah
satu upaya yang digunakan adalah dengan menggunakan metode yang tepat. Metode
pembelajaran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah di atas adalah
metode Think Pair Share.
Menyikapi kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan metode Think Pair
Share. Dalam metode Think Pair Share siswa diharapkan lebih termotivasi dalam
kegiatan pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Dengan demikian, guru
perlu menerapkan metode Think Pair Share dalam pembelajaran IPS. Melalui penerapan
metode Think Pair Share diharapkan terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran IPS.
Gb.1. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat diajukan hipotesis
tindakan dalam penelitian ini yaitu dengan penerapan metode Think-Pair-Share dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi negara asean dan
negara tetangga di kelas VI Mi Ma’arif Nu Karangasem Kecamatan Kertanegara
Kabupaten Purbalinnga Tahun Ajaran 2012/2013.
Guru IPS
Proses Pembelajaran IPS Dengan Metode Think Pair Share
Prestasi Belajar Siswa Meningkat