penerapan model pembelajaran quantum teaching dengan metode diskusi berbantuan lembar kerja siswa...

210
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI BENTUK PANGKAT DAN AKAR PADA SISWA KELAS X SEMESTER I SMA N 1 KARANGANYAR DEMAK TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: NUR ALINA RAKHMAWATI 06310168 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP PGRI SEMARANG 2011

Upload: thelovaputra

Post on 19-Nov-2015

127 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

model

TRANSCRIPT

  • PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHINGDENGAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LEMBAR KERJA

    SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJARMATERI BENTUK PANGKAT DAN AKAR PADA SISWA

    KELAS X SEMESTER I SMA N 1KARANGANYAR DEMAK

    TAHUN PELAJARAN 2010/2011

    SKRIPSI

    Oleh:

    NUR ALINA RAKHMAWATI

    06310168

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

    ILMU PENGETAHUAN ALAMIKIP PGRI SEMARANG

    2011

  • PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHINGDENGAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LEMBAR KERJA

    SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJARSISWA PADAMATERI BENTUK PANGKAT DAN AKAR

    KELAS X SEMESTER I SMA N 1 KARANGANYARDEMAK TAHUN PELAJARAN 2010/2011

    SKRIPSI

    Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1

    Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    NUR ALINA RAKHMAWATI

    06310168

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

    ILMU PENGETAHUAN ALAMIKIP PGRI SEMARANG

    2011

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    Kami selaku Pembimbing I dan Pembimbing II Mahasiswa IKIP PGRI

    Semarang:

    Nama : Nur Alina Rakhmawati

    NPM : 06310468

    Jurusan : Pendidikan Matematika

    Judul Skripsi :

    Penerapan model quantum teaching dengan metode diskusi

    berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk meningkatkan hasil belajar

    siswa pada materi pokok bentuk pangkat dan akar kelas X Semester I

    SMA N 1 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang dibuat oleh mahasiswa

    tersebut telah selesai dan siap diujikan.

    Semarang,2011

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dra. Intan Indiati,M.Pd Drs. Rasiman,M.Pd

    NIP.19104291986032002 NIP.195602181986031001

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi dengan judul : Penerapan Model Quantum Teaching dengan Metode

    Diskusi Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil

    Belajar Siswa pada Materi Pokok Bentuk Pangkat dan Akar pada Kelas X

    Semester I SMA N 1 Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2010/2011ditulis

    oleh Nur Alina Rakhmawati telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian

    Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang

    pada :

    Hari : Sabtu

    Tanggal : 26 Februari 2011

    Ketua Sekretaris

    Ary Susatyo Nugroho, S.si., Msi. Drs. Rasiman, M.Pd.

    NIP.196908261994031002 NIP. 195602181986031001

    Penguji Tanda Tangan

    1. Dra. Intan Indiati, M.Pd (..)

    NIP. 196104291986032002

    2. Drs. Rasiman, M.Pd (..)

    NIP. 195602181986031001

    3. Puji Rahayu, M.Pd (.................)

    NIP. 088401208

  • iv

    MOTTO

    Dengan ilmu hidup itu menjadi mudah, dengan dzikir hidup itu menjadi indah,

    dengan agama hidup itu menjadi terarah, dengan tali silahturahmi hidupmenjadi

    bergairah.

    Orang yang bahagia bukanlah orang yang berlimpah harta maupun berpangkat

    tinggi, melainkan orang yang mampu dan selalu mensyukuri nikmat-Nya sekecil

    apapun.

    Sejauh mana keinginan, kesungguhan dan kesabaranmu, maka sejarah akan

    menuliskannya. Kemenangan tidak akan diberikan secara Cuma-Cuma,

    kemenangan hanya bisa diraih dengan kesungguhan dan pengorbanan (Dr. Aidh

    Al-Qarni).

    Sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan, maka kerjakanlah suatu

    urusan dengan sungguh-sungguh hanya kepada Allah-lah kamu berharap (QS.

    Annar : 6-8)

    Tiadalah suatu kebahagian bagi orang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut

    ilmu selain Allah SWT akan memudahkan jalannya ke surga. (Hr.Thabrani dari

    Aisyah)(Hadist).

  • v

    PERSEMBAHAN

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas selesainya penyusunan skripsi ini.

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

    Ibuku ( Hj. Urip ) dan Bapakku ( H. Mochtar ), terimakasih doa tiada hentinya,

    kasih saying tiada habisnya, semangat dan pengorbanan tiada taranya. I will

    always love you.

    Kakak Kakakku, adikku ( Intan ), dan ponakan - ponakanku serta keluarga

    besarku yang selalu memperhatikanku dan memberikan motivasi, terima kasih atas

    segalanya.

    Kasihku, terima kasih buat segala semangat dan perhatiannya.

    Teman-teman Kelas D angkatan 2006/2007, terima kasih buat semangat

    perjuangannya dan kerjasamanya.

    Saudara-Saudaraku di mana pun kalian berada, terima kasih buat doa, motivasi,

    dan partisipasinya hingga terselesainya skripsi ini.

    Almamaterku tercinta

  • vi

    ABSTRAKSI

    Nur Alina Rakhmawati. Penerapan model quantum teaching dengan metodediskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk meningkatkan hasil belajarsiswa pada materi pokok bentuk pangkat dan akar kelas X Semester I SMA N 1Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang : FakultasPendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang, Agustus2010.

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil wawancara dengan Bapak Sigit Riantoyang merupakan guru matematika dari SMA N 1 Karanganyar Demak, bahwa hasilbelajar untuk materi bentuk pangkat dan akar belum memuaskan karena belummencapai KKM. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah melaluimodel pembelajaran quantum teaching dengan metode diskusi berbantuan LembarKerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pokokbentuk pangkat dan akar siswa kelas X Semester I SMA N 1 Karanganyar Demak tahunpelajaran 2010/2011?

    Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas(PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru matematika kelas X SMA N1 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011, dengan kelas X-3 sebagai kelas ujicoba dan kelas X-4 sebagai kelas penelitian

    Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh meningkatnya kinerja guru dalam prosespembelajaran dari siklus I ke siklus II sebesar 62,5% meningkat menjadi 79,17%.Keaktifan siswa selama proses pembelajaran sudah memenuhi indikator keberhasilandengan meningkatnya dari siklus I yang semula mencapai 61,88% menjadi 75,13%pada siklus II.

    Hasil pengamatan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran quantumteaching dengan metode diskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) ditunjukkandengan angket yang terdiri dari 20 item memperoleh prosentase 76,9% yang artinyatanggapan siswa sangat setuju sekali. Hasil tes evaluasi siklus I belum tercapai karenabelum sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan. Siswa yang mendapatnilai 65 atau tuntas belajar ada 29 siswa sedangkan yang tidak tuntas belajar ada 11siswa dengan skor rata-rata 70,25 dan prosentase banyaknya siswa yang tuntas belajar72,5%. Sedangkan hasil tes evaluasi siklus II bahwa siswa yang mendapat nilai 65atau tuntas belajar ada 34 siswa dan yang tidak tuntas belajar ada 6 siswa dengan skorrata-rata 73,63 prosentase banyaknya siswa yang tuntas belajar 85% sehingga sudahmemenuhi indikator keberhasilan.

    Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model quantumteaching dengan metode diskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapatmeningkatkan hasil belajar materi pokok bentuk pangkat dan akar siswa kelas XSemester I SMA N 1 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011.

    Berdasarkan penelitian tindakan kelas ini saran yang dapat disampaikan adalahbahwa guru mata pelajaran harus kreatif dan bersemangat dalam menyampaikanpelajaran, supaya siswa bisa lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat dan dapat mendorong para praktisi dibidangpendidikan supaya selalu berkarya dan membangun pendidikan kearah yang lebih baiklagi.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur hanyalah untuk Allah swt, karena berkat Rahmat dan

    KaruniaNya penulis telah berhasil menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi

    yang berjudul Penerapan model quantum teaching dengan metode diskusi berbantuan

    Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok

    bentuk pangkat dan akar kelas X Semester I SMA N 1 Karanganyar Demak tahun

    pelajaran 2010/2011

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

    sarjana pendidikan matematika di Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetehuan

    Alam pada Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik

    Indonesia (IKIP PGRI SEMARANG).

    Dalam skripsi ini telah banyak hal yang penulis terima, baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan

    skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

    1. Muhdi, SH,M.Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang.

    2. Ary Susatyo Nugroho, S.Si, M.Si selaku Dekan Fakultas Pendidikan

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang.

    3. Drs. Rasiman, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

    dan Pembimbing II yang selalu membantu dan membimbing serta

    mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

    4. Dra. Intan Indiati, M.Pd selaku Pembimbing I yang selalu membantu dan

    membimbing serta mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Kepala Sekolah dan Guru Matematika SMA N 1 Karanganyar Demak.

    6. Siswa Kelas X SMA N 1 Karanganyar Demak.

    7. Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan demi terselesaikannya skripsi ini.

    8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dorongan dalam

    penyusunan skripsi ini.

  • viii

    Dengan segala kerendahan hati, penulis mengakui bahwa dengan

    keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta literatur pendukung yang penulis

    gunakan. Maka, tentunya skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

    mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

    Semarang, Februari 2011

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

    MOTTO .......................................................................................................... iv

    PERSEMBAHAN .......................................................................................... v

    ABSTRAKSI ................................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

    B. Penegasan Istilah ................................................................... 6

    C. Permasalahan ......................................................................... 8

    D. Pemecahan Masalah .............................................................. 8

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 9

    1. Tujuan Penelitian ... 9

    2. Manfaat Penelitian 10

    F. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 11

    BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 13

    A. Pengertian Belajar ................................................................. 13

    B. Prinsip-Prinsip Belajar ........................................................... 14

    C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar .......................... 15

    D. Pembelajaran Matematika.. 22

    E. Quantum Teaching ................................................................ 23

    F. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching ... 25

    G. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching ...... 27

    H. Diskusi ... 29

  • x

    I. Lembar Kerja Siswa (LKS) .... 33

    J. Uraian Materi Tentang Bentuk Pangkat dan Akar ..... 45

    K. Kerangka Berpikir ...... 41

    L. Hipotesis Tindakan 42

    BAB III METODE PENELITIAN ... 43

    A. Subyek Penelitian ................................................................... 43

    B. Faktor Penelitian .................................................................... 43

    C. Rencana Tindakan .................................................................. 44

    D. Data dan Cara Pengumpulan Data ......................................... 49

    E. Instrumen Data ...................................................................... . 49

    F. Analisis Data .......................................................................... 55

    G. Indikator Keberhasilan ........................................................... 56

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . 58A. Persiapan Penelitian .. 58

    B. Pelaksanaan Penelitian .. 69

    C. Pembahasan 79

    BAB V PENUTUP 83

    A. Simpulan . 83

    B. Saran 84

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Daftar Nama Kelas X-4 ( Kelas Penelitian ).

    2. Daftar Nama Kelas X-3 ( Kelas Uji Coba ).

    3. Daftar Nama Kelompok Kelas Penelitian.

    4. Soal Tes Uji Coba Siklus I.

    5. Soal Tes Uji Coba Siklus I I.

    6. Uji Validitas Siklus I.

    7. Analisis Validitas Butir Soal Siklus I.

    8. Uji Reliabilitas Siklus I.

    9. Analisis Reliabilitas Soal Siklus I.

    10. Analisis Taraf Kesukaran Siklus I.

    11. Analisis Daya Pembeda Siklus I.

    12. Rekapitulasi Soal Siklus I.

    13. Uji Validitas Siklus II.

    14. Analisis Validitas Butir Soal Siklus II.

    15. Uji Reliabilitas Siklus II.

    16. Analisis Reliabilitas Soal Siklus II.

    17. Analisis Taraf Kesukaran Siklus II.

    18. Analisis Daya Pembeda Siklus II.

    19. Rekapitulasi Soal Siklus II.

    20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (RPP 1) Siklus I.

    21. Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) Siklus I.

    22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (RPP 2) Siklus I.

    23. Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2 ).

    24. Kisi Kisi Soal Tes Evaluasi Siklus I.

    25. Soal Tes Siklus I.

    26. Kunci Jawaban Tes Siklus I.

    27. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 (RPP 3) Siklus II.

    28. Lembar Kerja Siswa 3 (LKS 3) Siklus II.

    29. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 (RPP 4) Siklus II.

    30. Lembar Kerja Siswa 4 (LKS 4 ).

  • xii

    31. Kisi Kisi Soal Tes Evaluasi Siklus II.

    32. Soal Tes Siklus II.

    33. Kunci Jawaban Tes Siklus II.

    34. Analisis Hasil Tes Siklus I.

    35. Analisis Hasil Tes Siklus II.

    36. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I.

    37. Analisis Kinerja Guru Siklus I.

    38. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II.

    39. Analisis Kinerja Guru Siklus II.

    40. Angket Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Metode Diskusi

    Berbantuan LKS.

    41. Analisis Hasil Angket.

  • 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Manusia mempunyai kelebihan dibandingkan makhluk ciptaan-Nya

    yang lain, diantaranya adalah bahwa manusia dikaruniai akal. Kelebihan akal

    ini mendorong manusia untuk berpikir, mampu memahami baik dan buruk,

    benar dan salah sehingga manusia mempunyai derajat yang tinggi. Selain itu

    juga mampu mengembangkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

    untuk dapat melakukan perbuatan yang selaras dengan lingkungan serta

    mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.

    Pendidikan formal maupun nonformal adalah sarana penting untuk

    mengembangkan kerangka berpikir bagi manusia sehingga memperoleh

    kesuksesan. Hal ini disebabkan karena pendidikan berpengaruh dan berperan

    langsung terhadap perkembangan keseluruhan aspek kehidupan manusia.

    Pendidikan yang sekedar berorientasi pada materi akan menghasilkan peserta

    didik yang hanya berorientasi pada hasil akhir yang berupa angka, sementara

    segi pemahaman dan pengetahuan yang diperoleh dangkal, sehingga siswa

    hanya memiliki pemahaman yang bersifat verbal.

    Matematika sebagai salah satu pelajaran dalam pendidikan dikenal

    sebagai pelajaran yang tidak terlalu mudah dipahami dan diikuti oleh siswa.

    Bahkan sebagian siswa merasa takut dengan pelajaran matematika, sehingga

    mempelajari saja tidak senang apalagi memahami dan menguasainya.

  • 2

    Berdasarkan informasi dari guru matematika SMA N 1 Karanganyar

    Demak, prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika kelas X SMA N 1

    Karanganyar Demak tidak seperti yang diharapkan. Hal ini dikarenakan siswa

    masih banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal terutama

    yang berhubungan dengan materi bentuk pangkat dan akar. Pada tahun lalu

    sebesar 50% dari 40 siswa memperoleh nilai ulangan matematika materi

    bentuk pangkat dan akar rata-rata di bawah 6,0. Hasil belajar tersebut belum

    mencapai KKM yang sudah ditentukan yaitu sebesar 6,1.

    Dengan adanya alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi guru

    memahami karakteristik materi, siswa dan metodologi pembelajaran dalam

    proses pembelajaran terutama berkaitan pemilihan terhadap model-model

    pembelajaran modern. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih

    variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan

    dan implementarinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas

    siswa. Dengan begitu pandangan siswa tentang matematika sebagai pelajaran

    yang sulit dan menakutkan terbantahkan. Selain itu dengan pemahaman

    konsep yang jelas akan membantu siswa untuk lebih semangat mengikuti

    pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga pada akhirnya siswa mampu

    mengungkapkan kembali konsep-konsep yang telah diterimanya.

    Quantum taching merupakan metode pengajaran yang memiliki asas

    utama bawalah mereka ke dalam dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia

    mereka. Maksud dari asas ini menunjukkan bahwa langkah pertama yang

    harus dilakukan oleh seorang guru dalam memulai proses pembelajaran adalah

  • 3

    memasuki dunia siswa, caranya dengan mengkaitkan materi pelajaran yang

    akan diberikan dengan sebuah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nyata

    mereka. Setelah kaitan terbentuk barulah guru memberikan pemahaman

    kepada siswa tentang materi yang diajarkan.

    Penyajian materi dalam model quantum teaching ini terdiri dari 6

    langkah, yang dikenal dengan TANDUR yaitu: 1) penumbuhan minat siswa,

    2) pemberian pengalaman langsung kepada siswa sebelum penyajian, 3)

    penyampaian materi dengan multimetode, 4) adanya demonstrasi oleh guru

    dengan siswa, 5) pengulangan oleh siswa bahwa mereka benar-benar tahu, dan

    6) penghargaan terhadap siswa (DePorter, 2000).

    Teknik pelaksanaan model pembelajaran quantum teaching meliputi 1)

    pengkondisian awal, pada tahap ini guru menjelaskan kepada siswa tentang

    model quantum teaching yang akan diterapkan, 2) penyusunan rencana

    pembelajaran, 3) penerapan model quantum teaching dalam penyajian materi

    pelajaran, 4) evaluasi, pada penelitian kali ini data-data yang akan dievaluasi

    adalah prestasi belajar siswa (aspek kognitif) melalui tes tertulis dan aktifitas

    siswa melalui lembar observasi.

    Model quantum teaching diharapkan dapat menciptakan siswa-siswa

    yang tak hanya memiliki keterampilan akademis, tetapi juga memiliki

    keterampilan hidup, sebuah keterampilan penting yang penggunaannya tidak

    dibatasi oleh dinding-dinding ruangan kelas melainkan oleh langit, udara, laut,

    dan bumi. Inti metode pengajaran ini adalah bagaimana seorang guru dapat

    menyatakan karakter anak-anak yang berbeda-beda, agar dapat memiliki peran

  • 4

    dan membawa sukses dalam belajar, artinya guru seolah-olah sedang

    memimpin konser saat sedang berada di ruang kelas. Guru dapat memahami

    bahwa setiap murid memiliki karakter masing-masing sebagaimana alat-alat

    musik, seperti seruling dan gitar yang memiliki suara berbeda tetapi dapat

    menyebabkan suara yang merdu apabila dibunyikan secara bersama-sama.

    Model quantum teaching dapat ditunjang dengan metode diskusi

    dalam pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa untuk saling mendengar,

    berpendapat, dan bekerja sama. Menurut Suryosubroto (1997), dalam Trianto

    (2007) diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang

    tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu

    masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan

    kebenaran atas suatu masalah.

    Dari pengertian tersebut, pemanfaatan diskusi oleh guru mempunyai

    arti untuk memahami apa yang ada di dalam pemikiran siswa dan bagaimana

    memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui komunikasi yang

    terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antar siswa maupun komunikasi

    guru dengan siswa. Sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru

    dapat membantu siswa mnganalisis proses berpikir mereka.

    Agar diskusi dapat berjalan dengan lancar dan kondusif pada saat

    pembelajaran, diperlukan suatu lembar kerja yang dibuat oleh guru yang

    sengaja dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar

    mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar mereka atau dikenal dengan

  • 5

    Lembar Kerja Siswa (LKS) (http://www.scribc.com/acc/6461437,11-an-

    bahan-ajar).

    Berkaitan dengan masalah tersebut, maka diadakan penelitian tindakan

    kelas. Penelitian tindakan kelas ini difokuskan dalam penerapan model

    quantum teaching dengan metode diskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa

    (LKS) untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pokok bentuk pangkat

    dan akar siswa kelas X SMA N 1 Karanganyar Demak. Dimana dalam materi

    pokok bentuk pangkat dan akar siswa kelas X belum mencapai hasil yang

    memuaskan.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan

    penelitian dengan judul : Penerapan model quantum teaching dengan metode

    diskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk meningkatkan hasil

    belajar siswa pada materi pokok bentuk pangkat dan akar pada kelas X

    Semester I SMA N 1 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011. Secara

    garis besar alasan pemilihan judul adalah sebagai berikut:

    1. Sebagai alternatif pemecahan pada asumsi negatif tentang matematika

    sebagai mata pelajaran sulit yang membawa dampak rendahnya kualitas

    pendidikan matematika terutama pada materi bentuk pangkat dan akar.

    2. Sebagai variasi dalam belajar sehingga siswa SMA N 1 Karanganyar

    Demak tidak merasa jenuh dan termotivasi untuk belajar.

  • 6

    B. Penegasan Istilah

    Penegasan istilah ini dimaksudkan agar tidak tejradi salah penafsiran

    terhadap judul skripsi. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan yang berkaitan

    dengan judul skripsi adalah sebagai berikut:

    1. Penerapan

    Penerapan berarti pemasangan, pengenaan, perihal mempraktikan

    (KBBI, 1991).

    2. Quantum Teaching

    Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah

    dengan segala nuansanya yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan

    perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching

    berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang

    mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (Bobbi DePorter, 2000).

    3. Diskusi

    Mnurut Suryosubroto (1997) dalam Trianto (2007). diskusi adalah

    suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergantung dalam satu

    kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau

    bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran

    atas suatu masalah.

    4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

    Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu lembar kerja yang dibuat

    oleh guru yang sengaja dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu

  • 7

    proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

    (http://www.scribc.com/acc/6461437,11-an-bahan-ajar).

    5. Meningkatkan

    Menaikkan mutu (kualitas maupun kuantitas) (KBBI, 1991).

    6. Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

    setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana,2006).

    Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa

    kelas X SMA N 1 Karanganyar Demak dalam memecahkan masalah pada

    materi bentuk pangkat dan akar setelah diterapkannya model quantum

    teachig dengan metode diskusi berbantuan LKS.

    7. Bentuk Pangkat dan Akar

    Bentuk pangkat dan akar merupakan materi kelas X SMA & MA.

    Bentuk pangkat disebut juga eksponen, sedangkan bentuk akar adalah

    bilangan-bilangan dibawah tanda akar yang apabila ditarik akarnya tidak

    dapat menghasilkan bilangan rasional.

    Yang dimaksud dengan penerapan model quantum teaching dengan

    metode diskusi berbantuan LKS dalam penelitian ini adalah model

    pembelajaran yang mengharapkan hasil pembelajaran lebih menyenangkan

    dan menggairahkan semangat belajar siswa dan guru. Hasil pembelajaran yang

    dimaksud dalam penelitian ini ditunjukkan dengan:

    1. Meningkatnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah materi

    pokok bentuk pangkat dan akar.

  • 8

    2. Meningkatnya keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika.

    C. Permasalahan

    Berdasarkan beberapa uraian yang telah dikemukakan di atas maka

    dapat diidentifikasi permasalahan yaitu apakah melalui model quantum

    teaching dengan metode diskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat

    meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pokok bentuk pangkat dan

    akar siswa kelas X semester I SMA N 1 Karanganyar Demak tahun pelajaran

    2010/2011.

    D. Pemecahan Masalah

    Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian tindakan kelas

    dengan penerapan model quantum teaching dengan metode diskusi ini

    dirancang dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari:

    1. Tahapan Perencanaan

    Persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK seperti

    membuat skenario pembelajaran, berupa rencana pembelajaran (RP),

    Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi aktifitas siswa, dan lembar

    pengamatan aktifitas guru dalam KBM serta pengadaan alat dalam

    implementasi berkaitan dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah

    ditetapkan sebelumnya. Di samping itu juga diuraikan alternatif solusi

    dalam rangka perbaikan pemecahan masalah.

  • 9

    2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan

    Tahap pelaksanaan yaitu tahap pelaksanaan scenario pembelajaran

    berupa rencana pembelajaran (RP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar

    aktifitas siswa, dan lembar pengamatan aktifitas guru dalam KBM yang

    telah disiapkan pada tahap perencanaan.

    3. Tahap Observasi

    Uraian pengamatan yang dilakukan peneliti sebagai kolabolator,

    yaitu tentang observasi kegiatan siswa dalam kelompok dan observasi guru

    dalam KBM. Dalam tahap pengamatan dapat dilakukan penafsiran data

    mengenai proses dan produk dari pelaksanaan tindakan perbaikan yang

    direncanakan.

    4. Tahap Refleksi

    Uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan

    refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang

    akan digelar, personal yang akan dilibatkan, serta kriteria dan rencana bagi

    tindakan pada siklus berikutnya.

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa

    penerapan model quantum teaching dengan metode diskusi berbantuan

    Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika

  • 10

    pada materi pokok bentuk pangkat dan akar siswa kelas X semester I

    SMAN 1 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011.

    2. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan

    informasi bagi guru, siswa, sekolah, dan juga peneliti dalam rangka

    membantu keberhasilan peserta didik khususnya materi pokok bentuk

    pangkat dan akar.

    a. Bagi siswa

    1. Meningkatkan pemahaman materi pelajaran bagi siswa.

    2. Meningkatkan daya ingat siswa.

    3. Meningkatkan motivasi belajar matematika.

    4. Menumbuhkan sikap untuk berani berpendapat, mendengar

    pendapat dan bekerjasama.

    b. Bagi Guru

    1. Sebagai metode alternatif bagi guru dalam mengajarkan standar

    kompetensi bentuk pangkat dan akar atau standar kompetensi yang

    lain sesuai dengan indikatornya.

    2. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam proses

    pembelajaran.

    3. Meningkatkan kreatifitas guru.

    4. Membantu siswa untuk menganalisis proses berpikir mereka.

  • 11

    c. Bagi Peneliti

    1. Akan diperoleh pemecahan masalah dalam penelitian sehingga

    akan diperoleh suatu model pembelajaran yang dapat

    meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

    2. Mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan

    penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan

    khususnya tentang konsep matematika.

    F. Sistematika Penulisan Skripsi

    Bagian awal skripsi tentang halaman judul, halaman pengesahan,

    motto dan persembahan, abstraksi, kata pengantar, daftar isi, dan daftar

    lampiran.

    Bagian inti terdiri dari pendahuluan, landasan teori dan hipotesis,

    rencana penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan rincian-

    rincian sebagai berikut:

    Bab I Pendahuluan berisi tentang: latar belakang, permasalahan, cara

    pemecahan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

    dan sistematika skripsi.

    Bab II Landasan Teori berisi tentang: pembahasan tentang pengertian

    belajar, prinsip-prinsip belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar,

    pembelajaran matematika, quantum teaching, prinsip-prinsip quantum

    teaching, kerangka rencana pembelajaran quantum teaching, diskusi, Lembar

    Kerja Siswa (LKS), uraian materi tentang bentuk pangkat dan akar, kerangka

    berfikir dan hipotesis tindakan.

  • 12

    Bab III Metode Penelitian berisi tentang: subjek penelitian, faktor

    penelitian, rencana tindakan, data dan cara pengumpulan data, instrument

    penelitian, analisis data dan indikator keberhasilan.

    Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang: tahap

    persiapan siklus I dan siklus II dan pembahasan hasil penelitian.

    Bab V Penutup berisi tentang: simpulan dan saran. Bagian akhir skripsi

    berisi daftar pustaka yang memberikan informasi tentang buku sumber dan

    literature yang digunakan serta lampiran-lampiran.

  • 13

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Pengertian Belajar

    Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan

    belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi. Tentang belajar

    oleh para ahli psikologi dan pendidikan.

    1. Menurut W.S. Winkel (Darsono, 2000) belajar adalah suatu aktivitas

    mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

    yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

    pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif

    konstan dan berbekas.

    2. Menurut Slameto (2001) Belajar adalah suatu proses usaha yang

    dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

    yang baru secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi dalam diri

    seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

    3. Menurut Hamalik (2001) Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan

    suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah

    atau prosedur yang ditempuh.

    Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

    adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman.

    Siswa dapat dikatakan belajar jika dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat

    dilakukan sebelum belajar.

  • 14

    B. Prinsip-Prinsip Belajar

    Dalam melengkapi pengertian dan pemahaman mengenai makna

    belajar, perlu dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar.

    Menurut Oemar Hamalik (2001), prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai

    berikut:

    1. Belajar adalah suatu proses aktif, dimana terjadi hubunagn saling

    mempengaruhi senantiasa secara dinamis antara siswa dengan

    lingkungannya.

    2. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa, karena

    bertujuan akan menuntun dalam belajar.

    3. Belajar paling efektif bila disadari motivasi dan hambatan, karena itu

    siswa harus sanggup mengatasi secara cepat.

    4. Dalam belajar senantiasa ada rintangan dan hambatan, karena itu siswa

    harus sanggup mengatasi secara cepat.

    5. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari guru atau tuntunan dari buku

    pelajaran.

    6. Jenis belajar yang paling utama adalah untuk berfikir kritis, lebih baik dari

    pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.

    7. Cara yang efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalah melalui kerja

    kelompok asal masalah tersebut telah disadari bersama.

  • 15

    8. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga

    memperoleh pengertian-pengertian.

    9. Belajar memerlukan dan ulangan agar apa yang telah dipelajari dapat

    dikuasai.

    10. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai

    tujuan dan hasil.

    11. Belajar berhasil apabila belajar telah sanggup mentransfer atau

    menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.

    Dari prinsip belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

    belajar harus mempunyai tujuan yang jelas, didasari motivasi dalam dirinya,

    sehingga siswa melakukan secara aktif belajarnya. Dengan demikian siswa

    mampu menerapkan ilmunya dalam praktek sehari-hari.

    C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

    Menurut Slameto (2001) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

    belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor

    ekstern .

    1. Faktor Intern

    Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang

    berasal dari siswa yang sedang belajar.

  • 16

    Faktor ini meliputi:

    a. Faktor Jasmani

    (1) Faktor Kesehatan

    Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah

    mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara

    selalu menindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar,

    istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

    (2) Cacat Tubuh

    Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Jika hal

    ini terjadi, hendaknya anak belajar pada lembaga pendidikan

    khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau

    mengurangi pengaruh kecacatannya.

    b. Faktor Psikologi

    (1) Intelegensi

    Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

    yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam

    situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui /

    menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

    mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

    Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi

    belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena

  • 17

    belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor

    yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu

    faktor diantara faktor yang lain.

    (2) Perhatian

    Perhatian menurut Gozali dalam Slameto (2001) adalah

    keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada

    suatu objek (benda/hal) atau sekelompok obyek.

    (3) Minat

    Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

    memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Jika terdapat

    siswa yang kurang berminat dalam belajar, maka dilakukan dengan

    cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi

    kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta

    kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari.

    (4) Bakat

    Bakat atau aptitude menurut Hilgard dalam Slameto (2001)

    adalah: the capacity to learn. Dengan kata lain bakat adalah

    kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi

    menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

    (5) Motif

    Motif yang kuat sangat perlu dalam belajar untuk dapat

    membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya

  • 18

    latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang

    memperkuat.

    (6) Kematangan

    Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan

    seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

    melaksanakan kecakapan baru. Anak yang sudah siap (matang)

    belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.

    (7) Kesiapan

    Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau

    bereaksi. Jika dalam belajar siswa sudah ada kesiapan, maka hasil

    belajarnya akan lebih baik.

    c. Faktor Kelelahan

    Kelelahan pada seseorang dibedakan menjadi dua macam, yaitu

    kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat

    dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk

    membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

    kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk

    menghasilkan sesuatu hilang.

  • 19

    2. Faktor Ekstern

    Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang

    berasal dari luar siswa.

    Faktor ini meliputi antara lain:

    a. Faktor Keluarga

    (1) Cara Orang Tua Mendidik

    Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

    utama. Oleh karena itu cara orangtua mendidik anak-anaknya akan

    berpengaruh terhadap belajarnya.

    (2) Relasi Antaranggota Keluarga

    Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi

    orangtua dengan anaknya. Hubungan yang baik adalah hubungan

    yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai bimbingan dan

    bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak.

    (3) Suasana Rumah

    Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-

    kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada

    dan belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah

    diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram, karena dengan

    suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan/betah

    tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

  • 20

    (4) Keadaan Ekonomi Keluarga

    Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan

    pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar

    dapat terpengaruhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

    (5) Pengertian Orang Tua

    Jika anak mengalami lemah semangat, orangtua wajib

    memberi pengertian dan dorongan, membantu sedapat mungkin

    kesulitan yang dialami anak di sekolah.

    (6) Latar Belakang Kebudayaan

    Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

    mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kepada

    anak kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat

    anak untuk belajar.

    b. Faktor Sekolah

    (1) Metode Mengajar

    Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di

    dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan

    mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa

    dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus

    diusahakan seefisien dan seefektif mungkin.

  • 21

    (2) Kurikulum

    Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang

    diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian belajar adalah

    menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan

    mengembangkan bahan pelajaran itu.

    (3) Relasi Guru dan Siswa

    Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa menyebabkan

    proses belajar mengajar kurang lancar dan siswa merasa jenuh dari

    guru, sehingga menyebabkan siswa segan berpartisipasi secara

    aktif dalam belajar.

    (4) Tugas Rumah

    Waktu belajar terutama adalah di sekolah, maka diharapkan

    jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di

    rumah karena anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan

    yang lain.

    c. Faktor Masyarakat

    (1) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

    Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan

    terhadap perkembangan pribadinya.

    (2) Mass Media

    Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik

    terhadap siswa dan juga belajarnya sebaliknya mass media yang

  • 22

    jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa dan belajarnya, maka

    siswa perlu mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup

    bijaksana dari pihak orangtua dan pendidik.

    (3) Teman Bergaul

    Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu

    diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan

    pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orangtua

    dan pendidik harus cukup bijaksana.

    (4) Bentuk Kehidupan Masyarakat

    Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak

    terpelajar dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan

    berpengaruh jelek kepada anak yang berada di lingkungan sekitar,

    maka perlu lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh

    yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan

    sebaik-baiknya.

    D. Pembelajaran Matematika

    Matematika berkenaan dengan konsep atau ide-ide yang abstrak yang

    tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Herman Hudoyo, 2005).

    Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata

    pelajaran matematika dengan mengajarkan matematika kepada peserta didik

    yang di dalamnya terkandung upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan

    terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik

  • 23

    tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara

    guru dan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam

    mempelajari matematika.

    Beberapa karakteristik matematika adalah sebagai berikut.

    1. Memiliki objek kajian yang abstrak.

    2. Bertumpu pada kesepakatan.

    3. Berpola pikir deduktif.

    4. Memiliki simbol yang kosong dari arti.

    5. Memperhatikan semesta pembicaraan.

    6. Konsisten terhadap sistemnya.

    E. Quantum Teaching

    Pembelajaran adalah sebuah integrasi yang bernilai pendidikan. Di

    dalam proses pembelajaran terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak

    didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas.

    Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberi dorongan

    (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan model

    pembelajaran yang kurang tepat. Disinilah kehadiran model pembelajaran

    menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran.

    Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian

    metode atau model pembelajaran justru akan mempersulit bagi guru dalam

    pencapaian tujuan pengajaran. Karena itu, metode atau model adalah suatu

    cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran.

  • 24

    Dalam penelitian tindakan kelas penulis mengambil model

    pembelajaran quantum teaching. Model pembelajaran quantum teaching

    dimulai dari super camp sebuah program untuk remaja yang dibuka tahun

    1982 yang digagas oleh Bobbi DePorter. Super Camp merupakan sebuah

    program percepatan quantum teaching Bawalah dunia mereka ke dunia kita,

    antarkanlah dunia kita ke dunia mereka.

    Maksud dari azas di atas adalah guru harus membangun jembatan

    autentik untuk memasuki kehidupan murid. Dengan memasuki dunia murid

    berarti guru mempunyai hak mengajar, sehingga murid dengan sukarela,

    antusias dan semangat untuk mengikuti pelajaran.

    Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya

    (Bobbi DePorter, 2000). Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk

    belajar efektif yang mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi

    cahaya atau kesuksesan yang akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

    Dalam pembelajaran quantum teaching, siswa yang merupakan

    komuniatas belajar atau masyarakat mini agar supaya dalam belajar dapat

    optimal, terjadi umpan balik, tempat siswa mengalami kegembiraan dan

    kepuasaan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh maka perlu

    mengorkestrasi kesuksesan melalui konteks.

    Konteks menata panggung dalam pembelajaran quantum teaching

    mempunyai empat aspek :

  • 25

    1. Suasana

    Dalam suasana kelas anda mencakup bahasa yang anda pilih, cara

    menjalin rasa simpati terhadap siswa dan sikap kita terhadap sekolah serta

    belajar. Suasana pembelajaran penuh kegembiraan. Hindari suasana

    Matematika kaku, dingin, dan menyeramkan.

    2. Landasan

    Landasan adalah kerangka kerja, tujuan, keyakinan, kesepakatan,

    kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi kita dan siswa

    sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar Matematika.

    3. Lingkungan

    Lingkungan adalah cara kita atau sekolah menata ruang kelas,

    pencahayaan, warna, pengarutan meja dan kursi, tanaman, hiasan kelas,

    musik dan semua hal yang dapat mendukung proses belajar Matematika.

    4. Rancangan

    Rancangan adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang

    bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna dan memperbaiki

    proses tukar menukar informasi. Dalam arti informasi awal yang diperoleh

    siswa dalam mengenal konsep dan penjelasan pelajaran dari guru tentang

    konsep yang bersangkutan.

  • 26

    F. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching

    Prinsip-prinsip yang digunakan dalam quantum teaching menyertakan

    segala kaitan interaksi dan perbedaan yang dapat memaksimalkan proses

    belajar siswa. Menurut Bobbi DePorter (2000) prinsip tersebut terdiri dari lima

    macam yaitu:

    1. Segalanya Berbicara

    Prinsip ini mengandung pengertian bahwa sesuatu di ruang kelas

    berbicara, mulai dari lingkungan kelas, bahasa tubuh guru (tersenyum,

    bahu tegak dan lain-lain).

    2. Segalanya Bertujuan

    Prinsip ini mengandung arti bahwa segala upaya guru dalam

    mengubah kelas mempunyai tujuan agar siswa dapat belajar secara optimal

    untuk mencapai prestasi tertinggi. Bagi seorang guru, haruslah

    membangun gairah di sekitar tujuan itu, menyampaikan materi

    pembelajaran dengan kasih sayang dengan keyakinan dan kemampuan

    siswa.

    3. Pengalaman Sebelum Pemberian Nama

    Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks,

    yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar

    paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum

    mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.

  • 27

    4. Akui Setiap Usaha

    Setiap usaha mengandung resiko, termasuk belajar. Apabila

    seorang belajar berarti dia telah melangkah keluar dari kenyamanan pada

    saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas

    kecakapan dan kepercayaan diri mereka apapun hasilnya nanti.

    5. Jika Layak di Pelajari Maka Layak di Hargai

    Melalui penghargaan, siswa akan merasa diakui atas penyelesaian,

    partisipasi dan keterampilan serta ilmu pengetahuan yang diperolehnya.

    Penghargaan yang diberikan dapat berupa tepuk tangan, pujian melalui

    kata-kata bagus, baik dan stimulus bonus berupa nilai, dan lain-lain.

    G. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching

    Kerangka rancangan pembelajarn Quantum Teaching dikenal dengan

    istilah TANDUR (DePorter, 2000) :

    1. Tumbuhkan

    Tumbuhkan minat dengan memuaskan Apakah manfaat bagiku

    (AMBAK) dan manfaat kehidupan pelajar". Dalam hal ini guru

    memberikan motivasi, semangat, rangsangan supaya belajar, yaitu dengan

    memberikan contoh penggunaan bentuk pangkat dan akar dalam

    kehidupan sehari-hari. Misalkan, menghitung luas sebidang tanah.

    2. Alami

    Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti

    semua siswa. Siswa mengalami sendiri apa yang dilakukan dengan praktek

  • 28

    langsung dalam menyelesaikan masalah. Hal ini siswa dibimbing dengan

    diberikan LKS untuk mengalami sendiri, menciptakan konsep bentuk

    pangkat dan akar.

    3. Namai

    Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan.

    Dengan melakukan diskusi maka siswa benar-benar bisa mengerti unsur-

    unsur yang ada dalam bentuk pangkat dan akar. Misalnya tentang definisi

    maupun tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan akar.

    4. Demontrasikan

    Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka

    tahu. Siswa diberi peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan

    pengetahuan mereka dalam pelajaran, sehingga siswa bisa menunjukkan

    dan menyampaikan kemampuannya telah di dapat, dialami sendiri oleh

    siswa. Dengan mendemontrasikan siswa akan mendapatkan kesan yang

    sangat berharga sehingga terpatri dalam hati.

    5. Ulangi

    Tunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan Aku

    bahwa aku memang tahu ini. Mengulang materi pembelajaran akan

    menguatkan koreksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu dari materi yang

    telah dialami siswa secara langsung, sehingga siswa akan selalu teringat

    dari materi bentuk pangkat dan akar yang telah dialaminya.

  • 29

    6. Rayakan

    Pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh

    keterampilan dan ilmu pengetahuan. Setelah siswa secara langsung bisa

    menunjukan kebolehan mendemontrasikan maka siswa saling memuji

    antar teman dengan memberikan tepuk tangan. Tepuk tangan merupakan

    penghormatan atas usaha dan kesuksesaan mereka.

    H. Diskusi

    1. Pengertian

    Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang

    tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang

    suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan

    jawaban dan kebenaran atas suatu masalah (Suryosubroto, 1997 dalam

    Trianto, 2007).

    Dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti situasi dimana guru

    dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat

    secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. Pertanyaan yang

    ditujukan untuk membangkitkan diskusi berada pada tingkat kognitif lebih

    tinggi (Atends, 1997 dalam Trianto, 2007).

    Menurut Suryosubroto (1997) dalam Trianto (2007) bahwa diskusi

    oleh guru digunakan apabila hendak:

    a. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh siswa.

  • 30

    b. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan

    kemampuan masing-masing.

    c. Memperoleh umpan balik daripada siswa tentang tujuan yang telah

    dirumuskan apakah telah tercapai.

    d. Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat

    berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.

    e. Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri

    sendiri maupun teman-temannya (orang lain).

    f. Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai

    masalah yang dilihat baik dari pengalaman sendiri maupun dari

    pelajaran sekolah.

    g. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

    Berdasarkan pengertian tersebut, pemanfaatan diskusi oleh guru

    mempunyai arti untuk memahami apa yang ada di dalam pemikiran siswa

    dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui

    komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antar

    siswa maupun komunikasi guru dengan siswa. Sehingga diskusi

    menyediakan tatanan sosial dimana guru dapat membantu siswa

    menganalisis proses berpikir mereka.

    Dalam hal peran guru dalam KBM dapat dilihat dari aktivitas yang

    dilakukan oleh guru dalam mengajar selama KBM. Dalam penelitian ini

    aktivitas-aktivitas tersebut seperti dalam bentuk Tabel 1 berikut.

  • 31

    Tabel 1

    Langkah-langkah Guna Menyelenggarakan Diskusi

    Tahapan Kegiatan Guru

    Tahap 1

    Menyampaikan tujuan dan

    mengatur setting

    Guru menyampaikan tujuan

    pembelajaran dan menyiapkan

    siswa untuk berpartisipasi.

    Tahap 2

    Mengarahkan diskusi

    Guru mengarahkan fokus

    diskusi dengan menguraikan

    aturan-aturan dasar,

    mengajukan pertanyaan-

    pertanyaan awal, menyajikan

    situasi yang tidak dapat segera

    dijelaskan, atau

    menyampaikan isi diskusi.

    Tahap 3

    Menyelenggarakan diskusi

    Guru menutup diskusi dengan

    merangkum atau

    mengungkapkan makna

    diskusi yang telah

    diselenggarakan kepada siswa.

    Tahap 4

    Mengakhiri diskusi

    Guru menutup diskusi dengan

    merangkum atau

    mengungkapkan makna

  • 32

    diskusi yang telah

    diselenggarakan kepada siswa.

    Tahap 5

    Melakukan tanya jawab singkat

    tentang proses diskusi itu

    Guru menyuruh para siswa

    untuk memeriksa proses

    diskusi dan berpikir siswa.

    2. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Diskusi

    Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang menyangkut

    diskusi sangat penting. Lingkungan untuk pelaksanaan diskusi ditandai

    dengan proses keterbukaan peran aktif siswa. Lingkungan juga

    membutuhkan perhatian untuk menggunakan bentuk ruangan diskusi.

    Guru dapat mengatur tempat duduk yang bervariasi dan memusatkan

    perhatian untuk diskusi tertentu, tergantung pada kondisi kelas dan tujuan

    belajar. Pendekatan pengajaran ini membutuhkan berbagai tingkat

    pengaturan diri siswa dan mengontrol siswa (Atends, 1997; disandur

    Tjokrodiharjo: 2003 dalam Trianto, 2007).

    3. Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Diskusi

    Setiap jenis pembelajaran mempunyai ciri tersendiri dan

    mempunyai keuntungan dan kelemahan, demikian juga dengan diskusi.

    Menurut Suryosubroto (1997) dalam Trianto (2007) keuntungan dan

    kelemahan diskusi antara lain:

  • 33

    a. Keuntungan Diskusi

    (1) Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM.

    (2) Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan

    bahan pelajarannya masing-masing.

    (3) Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir

    dan sikap ilmiah.

    (4) Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam

    diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan

    akan (kemampuan) diri sendiri.

    (5) Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembang sikap sosial

    dan sikap demokratis para siswa.

    b. Kelemahan Diskusi

    (1) Jalannya diskusi dapat dikuasi (didominasi) oleh beberapa siswa

    yang menonjol.

    (2) Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak.

    (3) Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani

    mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk

    membatasi pokok masalah.

  • 34

    I. Lembar Kerja Siswa (LKS)

    Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu lembar kerja yang dibuat oleh

    guru yang sengaja dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses

    belajar mengajar untuk prestasi belajar mereka.

    (http://www.scribc.com/acc/6461437,11-an-bahan-ajar).

    Tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar adalah

    sebagai berikut:

    1. Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh

    peserta didik.

    2. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah

    disajikan.

    3. Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan

    secara lisan.

    Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam

    proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

    1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

    2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.

    3. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses

    pembelajaran.

    Langkah-langkah menyusun LKS adalah sebagai berikut:

    1. Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar

    LKS.

    2. Menentukan judul-judul LKS.

  • 35

    3. Penulisan LKS.

    a. Rumusan KD LKS diturunkan dari buku pedoman khusus

    pengembangan silabus.

    b. Menentukan alat penilaian.

    c. Menyusun materi.

    Ada dua macam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan

    dalam pembelajaran di sekolah:

    1. Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur

    Lembar Kerja Siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi

    sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik

    yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran.

    2. Lembar Kerja Siswa Berstruktur

    Lembar Kerja Siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan

    tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam

    satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali

    tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sarana pembelajaran.

    J. Uraian Materi Tentang Bentuk Pangkat dan Akar

    BENTUK PANGKAT

    1. Pangkat Bulat Positif

    a. Pengertian pangkat bulat positif

    Seringkali kita temukan suatu bilangan yang merupakan hasil

    perkalian suatu bilangan dengan bilangan itu sendiri secara beruntun.

  • 36

    Misalnya,

    3 x 3 x 3 ditulis sebagai 33 di baca tiga pangkat tiga.

    4 x 4 x 4 x 4 x 4 ditulis sebagai 45 dibaca empat pangkat lima

    5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5 ditulis sebagai 57 di baca lima pangkat tujuh.

    Jadi, pangkat bulat positif adalah perkalian berganda dengan

    faktor-faktor yang sama. Operasinya disebut perpangkatan, notasinya

    disebut notasi ekiponen. Bulangan 34 merupakan bilangan berpangkat,

    dengan 3 merupakan bilangan pokok dan 4 merupakan pangkat.

    DEFINISI

    b. Sifat-sifat bilangan dengan pangkat bulat positif

    Operasi aijabar pada bilangan berpangkar dengan pangkat bilangan

    positif, mempunyai sifat-sifat Ichusus. Berikur ni sifat-sifat bilangan

    berpangkat dengan pangkat bulat positif.

  • 37

    SIFAT

    Contoh 1

    Tuliskan dalam bentuk pangkat paling sederhana!

    Jawab :

    2. Pangkat Bulat Negatif Dan Nol

    a.Pangkat bulat negatif

    Contoh 2

    Perhatikan bahwa 26464 : aaaa

    26

    4 11

    aaaaaaaaa

    aaaa

    a

    a

  • 38

    Jadi,2

    2 1

    aa

    Dari contoh di atas dapat kita definisikan bilangan berpangkat bulat

    negatif sebagai berikut :

    DEFINISI

    b.Pangkat nol

    Jika m , n bilangan bulat positif dan ,nm maka 0aa nm

    Untuk menentukan nilai dari bilangan pangkat nol, perhatikan uraian

    berikut!

    nmaa 0

    m

    m

    a

    a

    = 1

    Sehingga dapat kita definisikan bilangan berpangkat nol sebagai berikut.

    DEFINISI

    Untuk setiap Ra dan 0a berlaku 10 a

  • 39

    BENTUK AKAR

    1. Pengertian Bilangan Rasionat dan Irasional

    DEFINISI

    Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai

    bentuk pembagianb

    adengan a dan b bilangan bulat dan 0b

    Misalnya,

    DEFINISI

    Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan

    sebagai bentuk pembagianb

    adengan a dan b bilangan bulat dan 0b

    2. Pengertian Bentuk Akar

    DEFINISI

    Bentuk akar adalah bitangan-bilangan di bawah tanda akar yang

    apabila ditarik akarnya tidak dapat menghasilkan bilangan rasional.

    Contoh 3

    Tunjukkan manakah yang merupakan bentuk akar!

  • 40

    Jawab :

    a. (bukan bentuk akar) c. (bukan bentuk akar)

    b. (bentuk akar) d. (bentuk akar)

    3. Operasi Aljabar Pada Bentuk Akar

    a. Penjumlahan dan pengurangan bentuk akar

    SIFAT

    Contoh 4

    Sederhanakan penjumlahan dan pengurangan bentuk akar berikut!

    Jawab :

    b. Perkalian bentuk akar

    Untuk perkalian benruk akar, beriaku sifat berikut.

    SIFAT

    Contoh 5

    Sederhanakanlah perkalian bentuk akar berikut!

  • 41

    Jawab :

    a. 6264122122

    b. 335335553535

    1528315155

    4. Merasionalkan bentuk penyebut suatu pecahan

    a. Pecahan yang berbentukb

    a

    Untuk merasionalkan pecahan yang berbentukb

    a, dilakukan

    dengan cara mengalikan pecahan tersebut denganb

    b.

    b. Pecahan yang berbentukcb

    a

    Untuk merasionalkan pecahan yang berbentukcb

    a

    , dilakukan

    dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengancb

    cb

    .

    c. Pecahan yang berbentukcb

    a

    Untuk merasionalkan pecahan yang berbentukcb

    a

    ,

    dilakukan dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengan

    cb

    cb

    .

  • 42

    Contoh 6

    Rasionalkan bentuk pecahan berrikut!

    a. b. c.

    Jawab :

    K. Kerangka Berpikir

    Belajar Matematika merupakan proses untuk mengerti serta memahami

    hubungan simbol-simbol yang diterjemahkan dari keadaan serta mampu

    menjabarkan konsep yang dihasilkan dari situasi nyata dalam pengajaran

    Matematika berdasarkan pada perkembangan intelektual.

    Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran

    matematika di sekolah, perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif

    agar pembelajaran matematika lebih bisa dinikmati siswa dengan penuh

    semangat dan gairah, agar siswa lebih punya motivasi untul lebih giat belajar.

    Model pembelajaran yang sesuai adalah quantum teaching, dengan

    menerapkan metode diskusi sebagai penunjangnya.

  • 43

    Dengan adanya pembelajaran yang bersifat kreatif dan menyenangkan

    sebagaimana dituntut dalam pembelajaran quantum teaching, maka siswa akan

    merasa mudah mempelajari matematika karena belajar matematika itu

    menyenangkan sehingga pada akhirnya kemampuan belajar anak akan

    meningkat dan nilai pelajaran matematika akan mencapai ketuntasan serta

    dengan diterapkannya metode diskusi siswa dapat saling menghargai

    pendapat, berani berpendapat dan bekerja sama dalam memecahkan suatu

    permasalahan.

    L. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian yang

    akan diajukan adalah model quantum teaching dengan metode diskusi

    berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi pokok bentuk pangkat dan

    akar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X semester I

    SMA N 1 Karanganyar Demak tahun palajaran 2010/2011.

  • 43

    43

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Subyek Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Karanganyar Demak. Adapun

    subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X-4 , dengan jumlah siswa

    44 siswa terdiri dari 16 siswa putra dan 24 siswa putri

    B. Faktor Penelitian

    Untuk menjawab permasalahan di atas, maka beberapa faktor yang

    akan dialami adalah sebagai berikut:

    1. Faktor Siswa

    (a) Hasil belajar siswa X SMA N 1 Karanganyar Demak dalam

    menyelesaikan soal-soal uraian pada materi bentuk pangkat dan akar.

    (b) Keaktifan siswa X SMA N 1 Karanganyar Demak meliputi

    kemampuan dalam bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan,

    mendiskusikan soal dan mengemukakan pendapat dalam proses

    pembelajaran quantum teaching dengan metode diskus.

    2. Faktor Guru

    Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

    quantum teaching dengan metode diskusi.

  • 44

    C. Rencana Tindakan

    Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus.

    Masing-masing siklus meliputi 4 tahap yaitu: perencanaan (planning),

    pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi

    (reflecting). Prosedur kerja tersebut secara garis besar dapat dijelaskan dengan

    skema sebagai berikut:

    Siklus Penelitian

    Siklus I

    a. Perencanaan

    (1) Guru dan peneliti secara kolaboratif mengidentifikasi masalah.

    (2) Guru dan peneliti menentukan materi yang akan diajarkan yaitu

    tentang bentuk pangkat.

    (3) Merencanakan pembuatan rencana pembelajaran sebagai pedoman

    dalam kegiatan belajar mengajar.

    (4) Menyusun lembar kerja siswa dan lembar observasi aktivitas siswa,

    lembar observasi aktifitas guru dalam pembelajaran quantum teaching

    dengan metode diskusi.

    Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan

    Refleksi

    Refleksi

  • 45

    (5) Merancang pembentukan kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

    (6) Merancang soal uji kompetensi sebagai sarana untuk mengetahui

    tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang

    disampaikan.

    b. Pelaksanaan Tindakan

    (1) Tumbuhkan

    Guru menumbuhkan minat siswa akan materi bentuk pangkat

    sehingga siswa mengetahui manfaat dalam kehidupannya.

    (2) Alami

    Siswa dibimbing dengan diberikan LKS untuk mengalami sendiri,

    menciptakan konsep bentuk pangkat dan siswa mendapat pengalaman

    dengan cara berdiskusi dalam kelompok belajar.

    (3) Namai

    Tahap ini siswa dapat mendapatkan konsep dari bentuk pangkat.

    (4) Demonstrasikan

    Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk

    mengerjakan hasil LKS di depan kelas dengan cara

    mendemonstrasikan / menjelaskan hasil diskusi.

    (5) Ulangi

    Pada tahap ini guru menjelaskan secara ulang tentang bentuk pangkat.

    (6) Rayakan

    Rayakanlah bila siswa dapat mengerjakan latihan soal dengan

    memberikan tepuk tangan, sehingga siswa akan lebih bersemangat

  • 46

    dalam pembelajaran.

    c. Pengamatan

    Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai kolaborator, sebagai

    berikut :

    1) Observasi terhadap siswa

    a) Peneliti mengamati komunikasi antar siswa dalam pembelajaran.

    b) Peneliti mengamati komunikasi guru dan siswa.

    c) Peneliti mengamati keaktifan siswa dalam diskusi untuk

    menyelesaikan soal.

    2) Observasi terhadap guru

    Peneliti mengamati guru dalam pengelolaan pembelajaran quantum

    teaching dengan metode diskusi.

    d. Refleksi

    Setelah tindakan dan observasi dilaksanakan maka hasil observasi

    dan evaluasi dinalisis untuk pedoman dilaksanakannya siklus II.

    Siklus II

    Perencanaan, pelaksanaan, atau tindakan, pengamatan dan refleksi

    siklus II ditentukan oleh hasil refleksi I. Selanjutnya peneliti merencanakan

    tindakan pembelajaran dikelas pada siklus II.

    a. Perencanaan

    (1) Guru dan peneliti secara kolaboratif mengidentifikasi masalah.

    (2) Guru dan peneliti menentukan materi yang akan diajarkan yaitu

    tentang bentuk akar.

  • 47

    (3) Merencanakan pembuatan rencana pembelajaran sebagai pedoman

    dalam kegiatan belajar mengajar.

    (4) Menyusun lembar kerja siswa dan lembar observasi aktivitas siswa,

    lembar observasi aktifitas guru dalam pembelajaran quantum teaching

    dengan metode diskusi.

    (5) Merancang pembentukan kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

    (6) Merancang soal uji kompetensi sebagai sarana untuk mengetahui

    tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang

    disampaikan.

    b. Pelaksanaan Tindakan

    (1) Tumbuhkan

    Guru menumbuhkan minat siswa akan materi bentuk akar sehingga

    siswa mengetahui manfaat dalam kehidupannya.

    (2) Alami

    Siswa dibimbing dengan diberikan LKS untuk mengalami sendiri,

    menciptakan konsep bentuk akar dan siswa mendapat pengalaman

    dengan cara berdiskusi dalam kelompok belajar.

    (3) Namai

    Tahap ini siswa dapat mendapatkan konsep dari bentuk akar.

    (4) Demonstrasikan

    Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk

    mengerjakan hasil LKS di depan kelas dengan cara

    mendemonstrasikan / menjelaskan hasil diskusi.

  • 48

    (5) Ulangi

    Pada tahap ini guru menjelaskan secara ulang tentang bentuk akar.

    (6) Rayakan

    Rayakanlah bila siswa dapat mengerjakan latihan soal dengan

    memberikan tepuk tangan, sehingga siswa akan lebih bersemangat

    dalam pembelajaran.

    c. Pengamatan

    Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai kolaborator, sebagai

    berikut :

    1) Observasi terhadap siswa

    a) Peneliti mengamati komunikasi antar siswa dalam pembelajaran.

    b) Peneliti mengamati komunikasi guru dan siswa.

    c) Peneliti mengamati keaktifan siswa dalam menyelesaikan soal.

    2) Observasi terhadap guru

    Peneliti mengamati guru dalam pengelolaan pembelajaran quantum

    teaching dengan metode diskusi.

    d. Refleksi

    Menganalisis data yang telah diperoleh dari proses pembelajaran

    yang dilakukan oleh guru pelajaran dan diharapkan akan mencapai hasil

    maksimal untuk menentukan kesimpulan dari hasil penelitian tindakan

    kelas yang dilaksanakan.

  • 49

    D. Data dan Cara Pengumpulan Data

    1. Sumber Data

    Dalam penelitian ini sumber datanya adalah guru dan siswa kelas

    X SMA N 1 Karanganyar Demak.

    2. Jenis Data

    Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

    kualitatif yang terdiri dari :

    a. Data kuantitatif : data hasil evaluasi.

    b. Data kualitatif : data tentang keaktifan siswa diambil dari lembar

    observasi dan data tentang pelaksanaan pembelajaran guru.

    3. Cara Pengambilan Data

    a. Data kemampuan siswa diambil dari hasil evaluasi.

    b. Data tentang keaktifan siswa diambil dari lembar observasi.

    c. Data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru diambil dari lembar

    observasi.

    E. Instrumen Penelitian

    Instrumen dalam penelitian ini meliputi :

    1. Tes

    Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

    mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan

    aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah tes yang dilaksanakan siswa kelas X-4 SMA N 1 Karanganyar

  • 50

    Demak setelah mengikuti pembelajaran quantum teaching dengan metode

    diskusi pada materi pokok bentuk pangkat dan akar.

    Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk subyektif

    (soal uraian). Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi sub

    pokok bahasan tersebut selesai. Tes digunakan untuk mengambil data hasil

    belajar siswa dengan pokok bahasan bentuk pangkat dan akar.

    2. Dokumentasi

    Digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa

    pada mata pelajaran matematika materi pokok bentuk pangkat dan akar.

    3. Lembar Observasi

    Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang

    aktifitas siswa pada saat pembelajaran matematika model quantum

    teaching dengan metode diskusi berbantuan LKS.

    Prosedur yang akan ditempuh dalam pengadaan tes hasil belajar

    pada materi pokok bentuk pangkat dan akar.

    a. Pembatasan materi yang akan diujikan, yaitu materi pokok bentuk

    pangkat dan akar.

    b. Menentukan alokasi waktu.

    c. Menentukan bentuk tes.

    d. Membuat kisi-kisi soal dengan mencantumkan ruang lingkup bahan

    pelajaran dan tujuan pelajaran.

    e. Membuat perangkat tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

  • 51

    f. Mengujicobakan instrument tes pada kelas X-3 SMA N 1 Karanganyar

    Demak.

    g. Menganalisis hasil uji coba instrument tes untuk mengetahui taraf

    kesukaran, daya beda, reliabilitas, dan validitas instrument.

    h. Validitas

    Validitas atau keahlian adalah suatu ukuran tingkat kevaliditan

    atau kesahihan suatu instrument. Jadi suatu instrument (soal) dikatakan

    valid apabila instrument tersebut mampu mengukur apa yang hendak

    diukur (Arikunto, 2003). Rumus yang digunakan untuk menghitung

    validitas tes secara empiris adalah rumus korelasi product moment

    sebagai berikut :

    2222 YYNXXNYXXYN

    rxy

    Keterangan :

    rxy : koefisien korelasi tiap item

    N : jumlah siswa yang diteliti

    X : jumlah skor item

    Y : jumlah skor total

    X2 : jumlah kuadrat skor item

    Y2 : jumlah kuadrat skor total

    XY : jumlah perkalian skor item dan skor total

  • 52

    Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel kritis r product

    moment dengan taraf signifikan 5%. Jika di dalam perhitungan didapat

    rxy > rtabel, maka item soal tersebut valid (Arikunto, 2003).

    i. Reliabilitas

    Analisis reliablitias tes pada penelitian ini diukur dengan

    menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.

    2

    2

    11 11 t

    i

    n

    nr

    (Arikunto, 2003)

    Rumus varians total

    nn

    yy

    i

    22

    2

    Dengan :

    r11 = reliabilitas yang dicari

    n = jumlah butir soal

    i2 = varians skor total

    t2 = varians skor butir

    y2 = jumlah skor total kuadrat

    (y)2 = kuadrat dari jumlah skor

    Kriteria penjumlahan reabilitas yaitu setelah didapat harga

    r11 dikonsultasikan dengan harga product moment pada tabel. Jika thit >

    rtabel maka tes yang diuji reliabel.

    Tolak ukur untuk mengintrepretasikan tingkat reliabilitas

    0,00 r11 < 0,20 reliabilitas sangat rendah

    0,20 r11 < 0,40 reliabilitas rendah

  • 53

    0,40 r11 < 0,60 reliabilitas cukup

    0,60 r11 < 0,80 reliabilitas tinggi

    0,80 r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi

    j. Taraf Kesukaran

    Taraf kesukaran butir soal diperlukan untuk mengetahui soal

    tersebut mudah/sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu

    mudah dan tidak terlalu sukar. Teknik perhitungannya adalah dengan

    berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau ada di bawah

    batas lulus (

  • 54

    hasil yang diperoleh peserta didik dapat menggambarkan prestasi yang

    sesungguhnya.

    k. Daya Pembeda

    Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk

    membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang

    berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda untuk tes

    yang berbentuk uraian menggunakan rumor uji t.

    1

    2

    2

    2

    1

    ii

    LH

    nn

    xx

    MMt

    Keterangan :

    t : Uji t

    MH : Mean kelompok atas

    ML : Mean kelompok bawah

    x12 : Jumlah deviasi skor kelompok atas

    x12 : Jumlah deviasi skor kelompok bawah

    Ni : Jumlah responden pada kelompok atas atau bawah

    (27% x N)

    Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan ttabel, dengan taraf

    signifikan 5% dan dk = n1 + n2 2. Jika thitung > ttabel maka daya

    pembeda soal tersebut signifikan.

  • 55

    F. Analisis Data

    1. Data Keaktifan Siswa

    Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses

    belajar mengajar, maka dilakukan analisis pada instrument lembar

    observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui prosentase.

    Adapun perhitungan prosentase keaktifan siswa adalah :

    %100(%)Pr xmaksimalskorJumlah

    diperolehyangskorJumlahosentase

    2. Data Mengenai Hasil Belajar Siswa

    a. Menghitung Nilai Rata-Rata

    Untuk menghitung nilai rata-rata hasil evaluasi digunakan rumus:

    n

    xx

    Keterangan :

    x = Rata-rata nilai

    x = Jumlah seluruh nilai

    n = Jumlah siswa

    (Sudjana, 2006)

    b. Menghitung Ketuntasan Belajar

    1). Ketuntasan Belajar Individu

    Data diperoleh dari kemampuan siswa menyelesaikan

    masalah dapat ditentukan ketuntasan belajar individual

    menggunakan analisis deskriptif persentase dengan perhitungan.

  • 56

    100xmaksimalskorjumlah

    siswatiapskorjumlahIndividuBelajarKetuntasan

    2). Ketuntasan Belajar Klasikal

    Data diperoleh dari kemampuan siswa menyelesaikan

    masalah dapat ditentukan ketuntasan belajar klasikal menggunakan

    analisis deskriptif persentase dengan perhitungan.

    100xsiswaseluruhjumlah

    belajartuntasyangsiswajumlahKlasikalBelajarKetuntasan

    3. Data Kinerja Guru

    Untuk mengetahui data pengelolaan guru dalam pembelajaran

    dapat dilihat melalui lembar observasi dengan menggunakan teknik

    deskriptif melalui prosentase.

    Adapun perhitungan prosentase keaktifan siswa adalah :

    100(%)Pr xsiswaseluruhjumlah

    belajartuntasyangsiswajumlahosentase

    Kriteria penafsiran variable penelitian ini dilakukan :

    >75% = kemampuan guru mengajar baik

    65% - 75% = kemampuan guru mengajar cukup

  • 57

    ratanya 70 dan 70% dari jumlah seluruh siswa kelas tersebut dapat

    mencapai ketuntasan belajar.

    2. Keaktifan dan kerja sama dalam mengikuti proses belajar mengajar dari

    lembar 60% dari jumlah seluruh kelas mencapai hasil yang baik.

    3. Guru dikatakan berhasil menerapkan model pembelajaran jika pelaksanaan

    pembelajaran minimal dalam kategori baik yaitu menncapai nilai min 76%

    dari ketuntasan belajar siswa.

  • 83

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Persiapan Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di kelas X-4 semester I SMA Negeri 1

    Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011. Sebelum penelitian terlebih dulu

    peneliti melakukan persiapan agar hasil yang dicapai benar-benar maksimal.

    Beberapa persiapan yang dilakukan peneliti sebelum mengadakan penelitian

    adalah:

    1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui

    wawancara dengan guru bidang studi matematika.

    2. Peneliti meminta persetujuan dari kepala sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar

    Demak untuk mengadakan penelitian.

    3. Menentukan kelas X-4 yang dipilih sebagai subjek penelitian dan kelas X-3

    sebagai kelas uji coba berdasarkan pertimbangan dari guru kelas.

    4. Mencatat jumlah dan daftar nama siswa kelas X-4 (lampiran 1) dan siswa

    kelas X-3 (lampiran 2) SMA Negeri 1 Karanganyar Demak.

    Pelaksanaan uji coba dilakukan pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 1

    Karanganyar Demak yang berjumlah 40 siswa. Uji coba siklus I dilaksanakan

    pada tanggal 16 Agustus 2010, sedangkan uji coba soal instrumen siklus II

    dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2010.

  • 59

    a. Analisis Hasil Uji Coba Soal Instrumen

    1) Siklus I

    Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian siklus I, soal

    instrumen diuji cobakan di kelas uji coba. Agar instrumen memiliki syarat-

    syarat alat ukur hasil belajar yang baik, maka harus memenuhi validitas,

    reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang baik.

    1. Validitas

    Validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya soal. Suatu

    soal dapat dikatakan valid apabila soal tersebut mampu mengukur apa

    yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas digunakan rumus

    korelasi product moment, sebagai berikut:

    2222 )()())((

    YYNXXN

    YXXYNrXY

    Contoh perhitungan butir soal nomor 1 :

    5266

    40

    XY

    N

    1156

    181

    Y

    X

    34076

    829

    2

    2

    Y

    X

    1336336

    32761

    2

    2

    Y

    X

    Data dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment :

  • 60

    4301,0

    1838,3264

    1404

    10654896

    1404

    )26704)(399(

    1404

    13363361363040)(3276133160(

    209236210640

    1336336)34076)(40(32761)829)(40(

    )1156)(181()5266)(40(

    XY

    XY

    XY

    XY

    XY

    XY

    r

    r

    r

    r

    r

    r

    Koefisien validitas item nomor 1 adalah 0,4301. Untuk harga kritik dari

    r product moment, dengan = 5% dan N =40 maka diperoleh rtabel =

    0,312 sehingga harga rXY > rtabel atau 0,4301 > 0,312. maka soal nomor 1

    dinyatakan valid.

    Setelah semua perhitungan analisis validitas butir soal

    dikonsultasikan dengan harga kritik product moment validitas butir soal,

    maka didapatkan semua soal yaitu 8 butir soal valid. Perhitungan

    validitas dapat dilihat pada lampiran 6 dan hasil analisis validitas butir

    soal dapat dilihat pada lampiran 7.

    2. Reliabilitas

    Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Sebuah

    tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang

    tetap, artinya apabila tes tersebut diberikan pada sejumlah subjek,

    kemudian diberikan lagi pada subjek lain di lain waktu hasilnya relatif

  • 61

    sama atau tetap.

    Untuk mencari reliabilitas soal uraian maka digunakan rumus

    alpha, yaitu :

    2

    2

    11 11 t

    i

    n

    nr

    dengan

    Kriteria penafsiran reliabilitas:

    Jika 0,00 r11 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah

    Jika 0,20 r11 < 0,40 : reliabilitas rendah

    Jika 0,40 r11 < 0,60 : reliabilitas cukup

    Jika 0,60 r11 < 0,80 : reliabilitas tinggi

    Jika 0,80 r11 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

    Dari analisis reliabilitas pada lampiran 9 terletak pada selang 0,40

    r11 < 0,60 sehingga didapat 0,40 0,56 < 0,60 maka tes yang diuji

    cobakan kategori reliabilitasnya cukup. Perhitungan reliabilitas dapat

    dilihat pada lampiran 8 dan hasil analisis reliabilitas butir soal dapat

    dilihat pada lampiran 9.

    3. Daya Pembeda

    Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara

    siswa yang pandai (kelompok atas) dengan siswa yang kurang pandai

    NN

    )Y(Y

    22

    2

    t

  • 62

    (kelompok bawah). Suatu soal dianggap baik bila siswa yang pandai

    dapat menjawab dengan benar, sehingga dengan semakin besar daya

    pembeda soal, maka soal tersebut semakin baik. Digunakan rumus :

    )1(

    2

    2

    2

    1

    ii nn

    XX

    MLMHt

    ni diambil dari 27% jumlah siswa, yaitu sebagi berikut :

    118,1040100

    27 xni

    Contoh perhitungan daya pembeda soal nomor 1 yaitu :

    MH = 4,82 ML = 4,27 n = 11

    Data di atas dimasukkan ke dalam rumus :

    75,22,0

    55,0

    04,0

    55,0

    110

    82,3

    55,0

    )111(11

    18,264,1

    27,482,4

    )1(

    22

    21

    t

    nn

    XX

    MLMHt

    Dari tabel distribusi t, untuk = 5% dk = (11-1)+(11-1) = 20 diperoleh

    ttabel = 1,68 karena thitung > ttabel sehingga didapat 2,75 > 1,68 maka daya

    pembeda soal nomor 1 dinyatakan signifikan.

    18,2

    1,6422

    21

    X

    X

  • 63

    Dengan perhitungan seperti contoh di atas, maka daya pembeda

    semua soal siklus 1 adalah signifikan. Analisis daya pembeda dapat

    dilihat pada lampiran 11.

    4. Tingkat Kesukaran

    Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu

    mudah dan tidak terlalu sukar. Contoh perhitungan tingkat kesukaran

    butir soal nomor 1 adalah sebagai berikut :

    Diketahui :

    F = 0

    N = 40

    Maka P =

    Dengan tolak ukur :

    Jika : butir soal mudah

    Jika : butir soal sedang

    Jika : butir soal sukar

    Hasil 0% dikonsultasikan dengan tolak ukur yang ada, karena

    harga P terletak pada selang 0% P 27% sehingga didapat 0% 0%

    27, maka soal nomor 1 termasuk soal dengan tingkat kesukaran

    mudah.

    Dengan cara perhitungan yang sama seperti contoh di atas,

    maka dapat dikategorikan soal mudah adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5,

    6, dan 8. Soal yang dikategorikan sedang adalah soal nomor 7.

    %0%10040

    0%100 xx

    N

    F

    %27%0 P

    %73%28 P

    %100%74 P

  • 64

    Analisis tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran 10.

    Berdasakan analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan

    tingkat kesukaran maka instrumen penelitian siklus I berupa tes uraian

    digunakan semua yaitu 8 soal dapat dilihat pada lampian 12.

    2) Siklus II

    Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian sikus II, soal

    instrumen diuji cobakan di kelas uji coba. Agar instrumen memiliki

    syarat-syarat alat ukur hasil belajar yang baik, maka harus memenuhi

    validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang baik.

    1. Validitas

    Validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya soal. Suatu

    soal dapat dikatakan valid apabila soal tersebut mampu mengukur apa

    yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas digunakan rumus

    korelasi product moment, sebagai berikut:

    2222 )()())((

    YYNXXN

    YXXYNrXY

    Contoh perhitungan butir soal nomor 1 :

    5740

    40

    XY

    N

    1235

    185

    Y

    X

    38611

    871

    2

    2

    Y

    X 1525225

    34225

    2

    2

    Y

    X

    Data dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment :

    2222 )()())((

    YYNXXN

    YXXYNrXY

  • 65

    41,0

    62,3437

    1404

    11817225

    1404

    )19215)(615(

    1125

    15252251544440)(3422534840(

    228475229600

    1525225)38611)(40(34225)871)(40(

    )1235)(185()5740)(40(

    XY

    XY

    XY

    XY

    XY

    XY

    r

    r

    r

    r

    r

    r

    Koefisien validitas item nomor 1 adalah 0,41. Untuk harga kritik

    dari r product moment, dengan = 5% dan N =40 maka diperoleh

    rtabel = 0,312 sehingga harga rXY > rtabel atau 0,41 > 0,312. maka soal

    nomor 1 dinyatakan valid.

    Setelah semua perhitungan analisis validitas butir soal

    dikonsultasikan dengan harga kritik product moment validitas butir

    soal, maka didapatkan semua soal yaitu 8 butir soal valid. perhitungan

    validitas dapat dilihat pada lampiran 13 dan hasil analisis validitas

    butir soal dapat dilihat pada lampiran 14.

    2. Reliabilitas

    Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

    Sebuah tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil

    yang tetap, artinya apabila tes tersebut diberikan pada sejumlah subjek,

    kemudian diberikan lagi pada subjek lain dilain waktu hasilnya relatif

  • 66

    sama atau tetap.

    Untuk mencari reliabilitas soal uraian maka digunakan rumus

    alpha, yaitu :

    2

    2

    11 11 t

    i

    n

    nr

    dengan

    Kriteria penafsiran reliabilitas:

    Jika 0,00 r11 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah

    Jika 0,20 r11 < 0,40 : reliabilitas rendah

    Jika 0,40 r11 < 0,60 : reliabilitas cukup

    Jika 0,60 r11 < 0,80 : reliabilitas tinggi

    Jika 0,80 r11 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

    Dari analisis reliabilitas pada lampiran 16 diperoleh r11 terletak

    pada selang 0,40 r11 < 0,60 sehingga didapat 0,40 0,54 < 0,60

    maka tes yang diuji cobakan kategori reliabilitasnya cukup.

    Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 15 dan Hasil

    Analisis reliabilitas butir soal dapat dilihat pada lampiran 16.

    3. Daya Pembeda

    Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan

    antara siswa yang pandai (kelompok atas) dengan siswa yang kurang

    pandai (kelompok bawah). Suatu soal dianggap baik bila siswa yang

    NN

    )Y(Y

    22

    2

    t

  • 67

    pandai dapat menjawab dengan benar, sehingga dengan semakin besar

    daya pembeda soal, maka soal tersebut semakin baik.

    Digunakan rumus :

    )1(

    2

    2

    2

    1

    ii nn

    XX

    MLMHt

    ni diambil dari 27% jumlah siswa, yaitu sebagi berikut :

    118,1040100

    27 xni

    Contoh perhitungan daya pembeda soal nomor 1 yaitu :

    MH = 4,91 ML = 4,45 n = 11

    Data di atas dimasukkan ke dalam rumus :

    1,222.0

    46,0

    05,0

    46,0

    110

    64,5

    46,0

    )111(11

    73,491,0

    45,491,4

    )1(

    22

    21

    t

    nn

    XX

    MLMHt

    Dari tabel distribusi t, untuk =