upaya meningkatkan hasil belajar ipa melalui model...

15
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Belajar dan hasil belajar Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli. Para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Belajar menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:121) adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungan. Slameto (1995:232) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Syah (2003:60), belajar dapat dipahami sebagai tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Howard L. Kingkey (dalam Prakoso, 2003:6) mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Pengertian belajar yang lebih lengkap dikemukakan oleh Suryo Subrata (2002:232) yaitu: a. Bahwa belajar membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial). b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru . c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan ada beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:

Upload: truongminh

Post on 11-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian teori

2.1.1 Belajar dan hasil belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli. Para ahli

psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan

bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan

yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Belajar menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:121) adalah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam

interaksi individu dengan lingkungan. Slameto (1995:232) mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Syah

(2003:60), belajar dapat dipahami sebagai tahapan seluruh tingkah laku individu

yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan

yang melibatkan proses kognitif.

Howard L. Kingkey (dalam Prakoso, 2003:6) mengemukakan bahwa belajar

adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah

melalui praktek atau latihan. Pengertian belajar yang lebih lengkap dikemukakan

oleh Suryo Subrata (2002:232) yaitu:

a. Bahwa belajar membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun

potensial).

b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru .

c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan ada

beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:

Page 2: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

6

a. Bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.

c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut fisik maupun

psikis.

Pengertian Hasil Belajar

Murai dalam Beck (19990 ; 290) mendefinisikan hasil sebagai berikut :

“to overcome obstacle, toexercise power, to strive to do something difficult as

well and ads quickly as possible (kebutuhan untuk hasil adalah mengatasi

hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan

baik dan secepat mungkin)

Menurut Sukardi (1998:51) yang dimaksud dengan hasil adalah suatu

bukti keberhasilan usaha yang dicapai seseorang sedangkan menurut Winkel

(1997:39) hasil adalah bukti usaha yang dapat dicapai.

Berdasarkan pendapat di atas, pengertian belajar adalah suatu hasil yang

dicapai dan berhasil dalam perubahan tingkah laku ke arah yang lebih

maju/meningkat melalui aktivitas yang disengaja untuk memperoleh hasil yang

lebih baik. Sedangkan yang dimaksud hasil belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran dan

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh seorang

guru.

Seorang siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar menerima

berbagai pengetahuan dan keterampilan dari para guru. Setelah menerima

berbagai pelajaran, seorang guru biasanya mengadakan suatu penilaian. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana materi yang telah disampaikan

dapat diterima dan dikuasai oleh siswa.

Hasil belajar seseorang berarti hasil yang telah dicapai melalui tes yang

tersusun dan terencana dalam kurun waktu tertentu. Siswa dapat dikatakan

berhasil jika ia mampu menguasai mata pelajaran yang diberikan oleh guru

secara baik berdasarkan kurikulum yang ada. Siswa dikatakan berhasil atau

Page 3: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

7

tidak berhasil, salah satunya dapat dilihat melalui nilai-nilai yang berhasil

diperolehnya dan dilaporkan dalam bentuk raport. Hasil belajar ini secara

umum dapat diklasifikasikan kedalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Berdasarkan uraian diatas, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah

hasil belajar siswa yang menunjukkan pada penguasaan materi atau bahan

pelajaran disekolah setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar didalam

suatu periode tertentu sebagaimana diwujudkan dalam bentuk nilai-nilai yang

ada pada hasil tes formatif siswa.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai oleh individu merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang saling mempengaruhi sehingga dengan mengenal faktor

tersebut dapat dilakukan upaya untuk membantu siswa mencapai hasil belajar

yang baik. Menurut Slameto (1995 : 54) dalam proses belajar dengan hasil belajar

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor yang berasal dari individu (internal) yang

sedang belajar, faktor yang berasal dari luar individu dan yang ketiga adalah faktor

pendekatan belajar. Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor yang ada dari dalam individu (internal)

Faktor yang terdapat dalam diri siswa meliputi 2 aspek yakni faktor fisiologis dan

faktor psikologis.

1) Faktor Fisiologis

Proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh keadaan fisik jasmani yang

menadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dapat mempengaruhi semangat

intansitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Jika keadaan tersebut baik maka

proses belajar mengajar akan baik, tapi sebaliknya jika faktor diatas kurang baik,

maka dapat mengganggu proses belajar seseorang.

2) Faktor Psikologis

Ada 5 faktor yang dapat mempengaruhi belajar dalam faktor psikologis yakni:

a) Inteligensi

Page 4: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

8

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikologis

fisik untuk memberi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan

dengan cara yang tepat (Reber, 1988)

b) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan

untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap

obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif atau negatif.

c) Bakat

Bakat atau attitute menurut Chapin dan Reber adalah kemampuan potensial

yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang. Sedangkan menurut Hilgard bakat adalah kemampuan untuk

belajar. Kemampuan itu baru terealisir menjadi kecakapan yang nyata

sesudah belajar atau berlatih.

d) Minat

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap

belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan

minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak

menarik baginya. Sedangkan bahan pelajaran yang menarik minat siswa

mudah dipelajari dan disimpan.

e) Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan

yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi

berarti pemasok daya (mergizer) untuk bertingkah laku secara terarah

(Gleitman, 1986).

b. Faktor yang berasal dari luar individu (faktor eksternal)

Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam yakni:

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-

teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru

selalu menunjukkan sifat dan perilaku yang simpatik yang memperlihatkan suri

Page 5: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

9

teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin

membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan

belajar siswa. Selanjutnya yang dimaksud lingkungan sosial adalah masyarakat

dan tetangga, juga termasuk teman-teman sepermainan di sekitar

perkampungan siswa tersebut.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar

adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat orang tua, pengelolaan

keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah). Semua

dapat memberi dampak baik/buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang

dicapai siswa.

2) Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah sarana dan

prasarana, tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat belajar, keadaan cuaca

dan waktu belajar yang dipergunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut

menentukan tingkat keberhasilan siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang

dipergunakan siswa dalam menumpang keefektifan dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti memecahkan

masalah atau mencapai tujuan yang direkayasa sedemikian rupa untuk

memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).

Dalam hal ini, pendekatan belajar sangat berpengaruh terhadap taraf

keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut.

2.1.2 Pembelajaran IPA

2.1.2.1 Hakikat Sains atau IPA

Ilmu berkembang dengan pesat, yang pada dirinya ilmu berkembang dari

dua cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-

ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat normal yang kemudian

dikembangkan dalam ilmu-ilmu social (the physical sciences). Ilmu-ilmu alam

menjadi dua kelompok yaitu ilmu alam dan ilmu hayat (Jujun. S. 2003). Ilmu

alam adalah ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam semesta

sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup didalamnya. Ilmu alam

Page 6: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

10

kemudian bercabang menjadi fisika (mempelajari massa dan energy), kimia

(mempelajari substansi zat), astronomi (Imempelajari ilmu langit dan ilmu

bumi).

IPA (sains) berusaha membangkitkan minat manusia agar mau

meningkatkan kecerdasan dan pemahamanya tentang alam dan isinya yang

penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir

alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkan, jangkauan

sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar.

Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga

semboyan “sains hari ini adalah hari esok “ merupakan semboyan yang

berkali-kali dibuktikan dengan sejarah.

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara

sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang

dilakuan oleh manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Powler

(dalam Wina-Putra 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan

dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun

secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi atau

eksperimen.

a. IPA dalam kurikulum Sekolah Dasar.

Telah diuraika diatas bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang

mempunyai objek, menggunakan metode ilmiah sehingga menggunakan

metode ilmiah sehingga perlu diajarkan di sekolah dasar. Setiap guru harus

paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu masuk ke

dalam kurikulum suatu sekolah.

Usman Samatowa (2006) mengemukakan empat alasan sains dimasukkan ke

dalam kurikulum sekolah dasar.

1. Bahwa sains berfaedah bagi suatu bangsa, kirannya tidak perlu

dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materiil suatu bangsa banyak

sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dibidang sains, sebab

Page 7: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

11

sains merupakan bidang teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang

punggung pembangunan pengetahuan dasar untuk teknologi adalah

sains. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter

yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam.

2. Bila sains diajarkan menurut cara yang tepat, maka sains merupakan

mata pelajaran yang memberikan suatu kesempatan berfikir kritis,

misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan

sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan dengan suatu masalah,

umpamanya dapat dikemukakan dengan suatu masalah yang demikian

“dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” anak diminta mencari dan

menyelidiki hal ini.

3. Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri

oleh anak maka sains tidaklah merupakan pelajaran yang bersifat

hafalan belaka.

b. Pengertian model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan system yang

memberikan kesempatan pada anak didik untuk kerjasama dengan sesama

siswa dalam tugas-tugas yang tersetruktur. Dalam pembelajaran kooperatif

memungkinkan terjadinya iteraksi secara terbuka dan hubungan yang efektif

diantara dianggota kelompok (Sugandi:14). Setiap siswa mempunyai

kesempatan yang sama untuk suskses. Aktivitas belajar berpusat kepada

siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu

dan mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang

efektif, siswa lebih termotifasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi

berfikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.

Karakteristik pembelajaran kooperatif :

1. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi

akademis.

2. Anggota kelompok diatur sendiri dari siswa berkemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

Page 8: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

12

3. System penghargaan yang berorientasi pada kelompok dari individu.

1.1.2.2 Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar.

Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah untuk membekali

siswa tentang :

a. Pengetahuan alam/sains yang berguna dalam kehidupan sehari-

hari.

b. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun

alternative pemecahan masalah secara kritis berdasarkan prinsip-

prinsip sains.

c. Kemampuan mengaplikasikan ilmu yang didapat di sekolah

dengan kehidupan sehari-hari yang berkenaan dengan

pengetahuan alam.

d. Kesadaran sikap mental yang kritis positif dan keterampilan ilmiah

terhadap lingkungan hidup bagian dari kehidupan.

e. Kemampuan mengembangkan dan keilmuan IPA sesuai dengan

perkembanan kehidupan masyarakat, dan kemajuan ilmu

pengetahuandan teknologi (IPTEK).

Jadi, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pada

hakikatnya dengan mempelajari IPA akan terbentuk individu-individu

yang berkemampuan ilmiah yang tinggi serta kritis dalam menghadapi

masalah serta gejala-gejala yang terjadi di lingkungan sekitar dalam

kehidupan.

1.1.2.3 Ruang lingkup IPA

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

Page 9: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

13

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya

2.1.3 Pembelajaran Group Investigation (GI)

1. Hakikat Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Santyasa mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe (GI) didasari oleh

gagasan John Dewey tentang pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin

masyarakat dan berfungsi sebagai laboraturium untuk belajar tentang

kehidupan didunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah social

dan antar pribadi. Menurut Winaputera (1992:39) model GI atau investigasi

kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bidang

study dan berbagai tingkat usia. Pada dasaranya model ini dibuat untuk

membimbing para siswa mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi berbagai

cakarwala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan,

mengembangkan dan mengetes hipotesis.

Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya

mengarahkan, memebantu para siswa menemukan informasi, dan berperan

sebagai salah satu sumber belajar yang mampu menciptakan lingkungan

sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah. Menurut

Winataputra (1992:63) sifat demokrasi dalam kooperatif tipe GI ditandai oleh

keputusan-keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh

pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral

kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan

masalah yang dipecahkan dengan peranan yang bebeda. Jadi tanggung

jawab guru adalah memotifasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan

memikirkan masalah yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu

siswa mempersiapkan sarana pendukung yang dipergunakan untuk

melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan

para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan

diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.

Page 10: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

14

Ibrahim dkk (2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe GI guru

membagi kelas dalam kelompok-kelompok dengan anggota 6 atau 7 siswa

heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat dalam topic

tertentu. Siswa memilih topic sendiri yang akan dipelajari, dan kelompok

merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk

menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam

diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.

Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan dalam

menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai brikut :

a. Tahap pengelompokan (Grouping)

Yaitu tahap mengidentifkasi topic yang akan diinvestigasi serta

membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5

siswa. Pada tahap ini : 1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan

menentukan kategori-kategori topic permasalahan, 2) siswa bergabung pada

kelompok-kelompok belajar berdasarkan topic yang mereka pilih atau

menarik untuk diselidiki, 3) guru membatasi anggota masing-masing

kelompok antara 4 sampai 5 siswa berdasarkan keterampilan dan

keheterogenan.

b. Tahap perencanaan (planing)

Tahap planing atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada

tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang : 1) Apa yang mereka

pelajari? 2) Bagaimana mereka belajar? 3) Siapa dan melakukan apa? 4)

Untuk apa mereka menyelidiki topic tersebut?

c. Tahap penyelidikan (Investigation)

Tahap investigation, yaitu pelaksanaan proyek investigasi siswa.

Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa

mengumpulkan informasi, menganalisis data dan simpulan terkait dengan

masalah-masalah yang diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok

memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling

bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.

Misalnya : a) siswa menemukan sifat-sifat pembuktian sifat turunan fungi

Page 11: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

15

aljabar yang bernialai konstan, b) siswa mencoba cara-cara yang ditemukan

dari hasil pengumpulan informasi terkait dengan topic bahasan yang di

selidiki.

d. Tahap pengorganisasian (Organizing)

Yaitu persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai

berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam

prakteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan akan mereka

laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing

kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.

e. Tahap presentasi (presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan

pembelajaran pada tahap ini adalah sebagai berikut : 1) penyajian kelompok

pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, 2) kelompok

yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, 3)

pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan atau tanggapan terhadap topic yang disajikan. Misalnya: a) siswa

yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari

investigasi yang telah dilaksanakan, b) siswa yang tidak sebagai penyaji,

mengajukan pertanyaan, saran tentang topic yang disajikan, 3) siswa

mencatat topic yang disajikan oleh penyaji.

f. Tahap evaluasi (evaluating)

Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek

siswa. Pada tahap ini, 1) kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran

sebagai pekerjaan yang telah mereka lakuakan, dan tentang pengalaman-

pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi

tentang pembelajaan yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar

haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa misalnya : siswa

merangkum dan mencatat setiap topic yang disajikan, siswa mengabungkan

tiap topic yang di investigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain,

guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.

Page 12: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

16

2.1.4 Pembelajaran IPA dengan model group investigation

Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation dengan

pembelajaran gaya :

1. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah

masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para

siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang

berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2

hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,

etnik maupun kemampuan akademik.

2. Merencanakan kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur

belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai

topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) diatas.

3. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada

langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan

keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk

menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di

luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap

kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi

yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat

diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari

berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling

terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

Page 13: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

17

6. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi

dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau

keduanya.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

a. Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Suriasa, S.Pd (2009/2010) dengan

judul penerapan model pembelajaran group investigation (GI)

berpendekatan STM untuk meningkatkan hasil belajar IPA dan kerja ilmiah

siswa kelas IXD SMPN 1 Abang tahun pelajaran 2009/2010.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus seblum

dilaksanakan penelitian tindakan kelas dikelas IXD hasil belajar IPA belum

memuaskan dan masih relevatif rendah yaitu dengan rata-rata kelas 57,2

dengan ketuntasan klasikal sebesar 58,8% dan rata-rata kerja ilmiah

sebesar 59,4 dengan ketuntasan 55,8%. Setelah diberi tidakan dalam silus I

rata-rata hasil belajar dan ketuntasan klasikal berturut-turut adalah 68,21

dan 69% dengan kualifikasi belum tuntas. Pada siklus ke II rata-rata hasil

belajar dan ketuntasan klasikal adalah 77,33 dan 92% dengan kualifikasi

tuntas. Selain itu kinerja ilmiah siswa juga meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran group

investigation (GI) mengalami peningkatan yang terbukti dari pra tindakan

sampai siklus II.

b. Dalam Putra Indonesiamalang.or.id bahwa penelitian yang dilakukan

oleh Warsito yang berjudul “ Pembelajaran siklus dan belajar kooperatif

model group investigation (GI) untuk meningkatkan hasil belajar asas teknik

kimia di SMK PUTRA INDONESIA “. Dengan hasil ada yang meningkat

pada tiap-tiap siklus, yaitu siklus I ketuntasan klasikal 20,7%, siklus II

meningkat menjadi 38% dan, pada siklus III dengan ketuntasan klasikal

sebesar 75%. Hal ini menunjukkan adanya penigkatan hasil belajar siswa

pada tiap-tiap siklus.

Page 14: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

18

2.3 Kerangka Berfikir

Dalam proses pembelajaran IPA di SD kelas V SD N Gejayan,

kecamatan.Pakis, kabupaten. Magelang. Guru menjelaskan IPA hanya sebatas

produk bukan proses. Guru masih menggunakan metode ceramah dan melakukan

sedikit melakukan percobaan-percobaan. Sehingga hasil belajar siswa pada

pelajaran IPA masih rendah. Dalam membahas IPA, tidak cukup hanya

menekankan pada produk, tetapi yang terpenting adalah proses untuk

membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Oleh karena itu, dalam

pembelajaran IPA perlu dilakukan adanya percobaan atau praktikum dengan

memanfaatkan sumber belajar yang ada disekitar.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, diduga melalui model

pembelajaran group investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada pembelajaran IPA dikelas V SD N Gejayan, kecamatan pakis, kabupaten

Magelang 2011/2012.

Adapun skema kerangka berfikir adalah sebagai berikut:

Page 15: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2661/3/T1_292010801_BAB II.pdf · paham akan alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran

19

2.4 Hipotesis tindakan

Berdasarkan kajian teori, kajian empiris, dan kerangka berfikir di atas,

dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Penggunakan model

pembelajaran group investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa

kelas V SD N Gejayan, kecamatan pakis, kabupaten Magelang Th 2011/2012.

Kondisi awal

Menggunakan model

pembelajaran group

investigation (GI) dalam

pembelajaran IPA

Guru :

Masih menggunakan

metode camah dan

sedikit praktikum dalam

pembelajaran IPA

Siklus II

Melakukan

pembelajaran group

investigation

(GI)dengan kelomok

kecil (tiap kelompok 3-

4 anak dalam

pebelajaran IPA)

dengan nilai KKM

80%

Siklus I

Melakukan

pembelajaran group

investigation (GI)

secara kelompok besar

(tiap kelompok 6-7

siswa) dalam

pembelajaran IPA hasil

belajar mendekati

KKM tetapi belum

tuntas.

Siswa :

Hasil belajar

pada pelajaran

IPA masih

rendah dari

KKM

Diduga melalui model

pembelajaran group

investigation (GI) dapat

meningkatkan prestasi

belajar IPAsiswa kelas V

dengan nilai KKM

80%

Kondisi

Akhir

Tindakan