universitas teuku umarrepository.utu.ac.id/1392/1/bab i-v.docx · web viewikan yang menjadi inang...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DIBALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN
BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
SRI WAHYUNI09C10432017
PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2013
IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN
BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
SRI WAHYUNI09C10432017
dddd
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana PerikananPada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Identifikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar Di Balai Benih Ikan Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya
Nama : Sri Wahyuni
NIM : 09C10432017
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua
Erlita, S.Pi
Anggota
Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si
Diketahui,
Ketua Program Studi Perikanan
M uhammad Rizal, S.Pi,. M.Si NIDN : 0111018301
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Uswatun Hasanah, S.Si,. M.SiNIDN : 0121057802
Tanggal Seminar : 12 Januari 2013 Tanggal Sidang : 16 Febuari 2013
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN BEUTONG
KABUPATEN NAGAN RAYA
Yang disusun oleh :
Nama : Sri Wahyuni
Nim : 09C10432017
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
Program Studi : Perikanan
Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 16 Febuari 2013 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Erlita, S.Pi
(Penguji I) (…………………)
2. Afrizal Hendri, S.Pi, M.Si
(Penguji II) (…………………)
3. Yuli Erina, S.Si, M.Si
(Penguji III) (…………………)
4. Ahmad Astori, S.Pi
( Penguji IV) (…………………)
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Uswatun Hasanah, S.Si,. M.SiNIDN : 0121057802
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSIDAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Identikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar di Balai Benih Ikan Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dicantumkan dalam daftar putaka dibagian akhir skripsi ini.
Alue Peunyareng, Febuari 2013
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lhok Pange Kabupaten Nagan
Raya, pada tanggal 6 Mei 1991. Penulis merupakan
anak ke dua dari tiga orang bersaudara. Pada tahun
2003 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di MIN
Keude Neulop, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di sekolah SMP Negeri 1 SEUNAGAN dan
lulus pada tahun 2006.
Selanjutnya penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas pada
tahun 2009 di SMA Negeri 1 SEUNAGAN Kabupaten Nagan Raya. Setelah
menyelesaikan pendidikan menengah atas penulis mengikuti Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru di Universitas Teuku Umar Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan serta lulus sebagai mahasiswa Universitas Teuku Umar Angkatan 2009.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi Asisten Praktikum
beberapa mata kuliah, Adapun mata kuliahnya yaitu, Kimia Dasar, Biologi
Umum, Pengantar Biokimia, Ichtiologi, Avertebrata, Biologi Perikanan,dan
Fisiologi. Dan juga selama mengikuti perkuliahan penulis pernah mengikuti
Pelatihan Dan Kompetisi Olimpiade Sains Bidang Matematika Bagi Mahasiswa
Perguruan Tinggi Swasta Di Lingkungan Kopertis Wilayah - I Medan pada tahun
2012 dan sering mengikuti kegiatan-kegiatan dikampus baik berupa kegiatan
PKM, seminar maupun yang lainnya.
Sebagai penambah wawasan pendidikan perikanan penulis mengikuti
Praktek Kerja Lapangan pada tahun 2012 di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian
Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Aceh Banda Aceh dengan judul
“Identikasi Parasit Pada Media Pembawa yang Dilalulintaskan di Stasiun
Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I
Aceh”. Untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar penulis menulis tugas akhir/Skripsi yang
berjudul ” Identifikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar Di Balai Benih Ikan
Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya”.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt karena dengan Kudrah dan Iradah-Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan Skipsi ini yang berjudul “Identifikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar di Balai Benih Ikan Babah Krueng Kecamatan Beutong di Kabupaten Nagan Raya”. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepangkuan Alam Nabi Besar Muhammad Saw yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan. Skripsi ini tidak akan terwujud jika tanpa izin daripada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kapada penulis, dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Maka dengan terselesainya Skripsi ini sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Uswatun Hasanah, S.Si, M.Si sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
2. Bapak Muhammad Rizal,S.Pi.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
3. Ibu Erlita,S.Pi selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan arahan sehingga terlaksana dan selesainya Skripsi ini.
4. Bapak Afrizal Hendri, S.Pi.,M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan meluangkan waktu,tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan arahan sehingga Skripsi ini terselesaikan.
5. Ibu Yuli Erina, S.Si, M.Si, selaku penguji I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran untuk kesempurnaan Skripsi ini.
6. Bapak Ahmad Astori, S.Pi selaku peguji II yang telah memberikan saran – saran dan arahan sehingga skripsi ini dapat berguna untuk pembaca.
7. Bapak Abdul Latif selaku kepala BBI Babah Kueng beserta staf yang telah memberikan izin dan membantu pelaksanaan penelitian ini.
8. Ayahanda Nurdin, Ibunda Sawami, kakakku Nika Wati serta adikku Silfiana, yang telah memberikan kasih sayang, harapan, motivasi, pengorbanan beserta dengan do’a.
9. Teman – teman yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi dan kebersamaan yang luar biasa sehingga Skripsi ini terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Skripsi ini masih banyak kekurangan baik itu di segi isi maupun penulisannya. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan Skripsi ini, karena sesungguhnya Kesempurnaan itu hanya datang dari Allah SWT. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.
Meulaboh, Januari 2013
Penulis
ABSTRAK
IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN BEUTONG
KABUPATEN NAGAN RAYA
Sri Wahyuni1), Erlita2), Afrizal Hendri2)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis parasit pada ikan air tawar yang terdapat di Balai Benih Ikan Babah Krueng kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012. Metode survey yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil sampel ikan secara acak sebanyak 5 ekor pada setiap jenis ikan. Analisis data secara deskriptif dan menghitung prevalensi dan intensitas pada masing – masing ikan yang terserang parasit. Dari hasil penelitian didapatkan dua jenis parasit pada ikan Tawes (Puntius javanicus) yaitu Dactylogyrus sp dan Gyrodactylus sp. Prevalensi Dactylogyrus sp adalah 20% dan Gyrodactylus sp 20%. Intensitas dactylogyrus sp berjumlah 2 ind per ikan dan Gyrodactylus sp berjumlah 3 ind per ikan. Kata kunci : Parasit, Ikan air tawar, Prevalensi, Intensitas, Dactylogyrus sp,
Gyrodactylus sp
1)Mahasiswa Program Study perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar2) Dosen Program Study Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF PARASITIES ON FRESHWATER FISHES AT BABAH KRUENG HATCHERY KECAMATAN BEUTONG
KABUPATEN NAGAN RAYA
Sri Wahyuni1), Erlita2), Afrizal Hendri2)
This research aims to know the types of parasities in freshwater fish found in the Babah Krueng Hatchery Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. This research was carried out in November 2012. The survey methods used in this study with a random fish sampled as much as 5 tails on each type of fish. Descriptive data analysis and calculating prevalence and intensity at each fish afflicted by parasites. The research results obtained from two different types of parasites on fish tawes (Puntius javanicus) i.e. Dactylogyrus sp and Gyrodactylus sp. prevalence of Dactylogyrus sp is 20% and 20% of the Gyrodactylus sp. The intensity of Dactylogyrus sp are 2 individu per fish and Gyrodactylus sp 3 individu per fish .
Keywords: Parasities, Freshwater Fishes, Prevalence, Intensity, Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp.
1)Student Fisheries Program, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Teuku Umar2)Lecturer Fisheries Program, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Teuku Umar
RINGKASAN
Sri Wahyuni. 09C1O432017. IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA. Dibawah bimbingan Ibu Erlita, S.Pi, dan Bapak Afrizal Hendri, S.Pi.,M.Si.
Balai benih ikan (BBI) pada dasarnya adalah sentral kegiatan budidaya
khususnya pembenihan, tentunya diharapkan dapat memproduksi benih yang
sehat (bebas dari penyakit) dan berkualitas. Diketahuinya benih atau indukan yang
terinfeksi penyakit diharapkan deteksi dini terhadap ikan-ikan yang di
kembangkan di BBI tersebut. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air tawar dan sebagai
informasi (data dasar) dalam upaya melihat kondisi ikan budidaya di BBI Babah
Krueng.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Tanggal 12 sampai dengan 17
November 2012, bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah Metode Survey untuk mendeteksi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan
air tawar. Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak pada setiap jenis ikan yang ada di BBI Babah
Krueng. Jumlah ikan yang diambil dari masing-masing jenis ikan adalah 5 ekor
dan untuk induk ikan di ambil 2 ekor pada setiap jenisnya. Sampel ikan
selanjutnya di isolasi dan di identifikasi jenis parasitnya.
Metode penelitian meliputi penyediaan ikan sampel, Nekropsi sampel,
pemeriksaan parasit (ektoparasit dan endoparsit), identifikasi parasit, menghitung
tingkat infeksi (prevalensi) dan intensitas. Analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis deskriptif dalam bentuk identifikasi dilakukan
dengan cara mencocokkan hasil yang diperoleh dengan gambar dan data yang ada
pada Literatur/Buku Panduan Identifikasi.
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian mengenai identifikasi
parasit pada ikan air tawar di Balai Benih Ikan Babah Krueng Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya ditemukan dua jenis parasit. Jenis-jenis parasit
yang ditemukan pada penelitian ini adalah Dactiligyrus sp dan Gyrodactylus sp.
Prevalensi parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan Tawes
(Puntius javanicus) di Balai Benih Ikan Babah Krueng adalah 20%. Intensitas
parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes (Puntius
javanicus) di Balai Benih Ikan Babah Krueng adalah 2-3 ind/ekor.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
ABSTRAK................................................................................................ ii
RINGKASAN........................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ x
I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang............................................................................. 11.2. Rumusan Masalah........................................................................ 21.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 31.4. Manfaat Penelitian....................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pengertian Identifikasi Parasitologi............................................. 42.2. Penyakit....................................................................................... 42.3. Parasit.......................................................................................... 52.4. Jenis-jenis Parasit........................................................................ 92.5. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit........................ 12
III. METODOLOGI PENELITIAN3.1. Waktu dan Tempat...................................................................... 133.2. Alat dan Bahan............................................................................ 133.3. Metode Penelitian........................................................................ 14
3.3.1. Penyediaan Ikan Sampel.................................................... 143.3.2. Nekropsi Sampel............................................................... 143.3.3. Pemeriksaan Parasit........................................................... 14
3.4. Metode Pengambilan Data........................................................... 163.4.1. Data Primer........................................................................ 163.4.2. Data Sekunder................................................................... 17
3.5. Analisis Data................................................................................ 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil............................................................................................. 18 4.2. Pembahasan................................................................................. 19
4.2.1. Dactylogyrus sp................................................................... 194.2.2. Gyrodactylus sp................................................................... 224.2.3. Prevalensi Parasit................................................................. 244.2.4. Intensitas Parasit................................................................. 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan................................................................................... 27 5.2. Saran............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jenis-jenis parasit yang dideteksi dengan mata telanjang..................... 8
2. Jenis-jenis parasit yang diamati secara mikroskopis............................ 8
3. Alat yang digunakan dalam identifikasi parasit.................................... 13
4. Bahan-bahan yang digunakan dalam identifikasi parasit...................... 13
5. Hasil identifikasi parasit pada ikan air tawar........................................ 18
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan yang terserang dactylogyrus sp..................................................... 19
2. Anatomi Dactylogyrus sp..................................................................... 20
3. Dactylogyrus sp yang menginfeksi ikan tawes..................................... 21
4. Ikan yang terserang Gyrodactylus sp.................................................... 22
5. Gyrodactylus sp yang menginfeksi ikan tawes.................................... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman1. Jadwal Kegiatan Penelitian................................................................... 30
2. Dokumentasi Penelitian........................................................................ 31
3. Prevalensi dan intensitas parasit Dactylogyrus sp
dan gyrodactylus sp............................................................................... 34
4. Surat Keterangan Penelitian.................................................................. 35
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Budidaya ikan memiliki potensi dan prospek pengembangan yang begitu
terbuka. Namun bukanlah jaminan bahwa budidaya ikan akan berjalan mulus,
tanpa permasalahan. Masalah yang paling sering dianggap menjadi penghambat
budidaya ikan terbesar adalah munculnya serangan penyakit yang dapat
menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap ikan seperti kekerdilan pada
tubuh ikan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian, sehingga menimbulkan
kerugian ekonomis dan juga dapat menggagalkan hasil panen.
Salah satu ancaman yang dapat merusak kelestarian sumber daya hayati
perikanan tersebut adalah serangan hama dan penyakit ikan. Kerusakan tersebut
sangat merugikan bangsa dan negara karena akan menurunkan hasil produksi
budidaya ikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan dapat pula
mengakibatkan musnahnya jenis – jenis ikan yang bernilai ekonomis dan ilmiah
tinggi.
Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh
berbagai sebab yang dapat mematikan ikan, pada ikan penyakit disebabkan oleh
organisme pathogen berupa parasit (virus, bakteri, cacing, dll). Banyak petani ikan
sering terkecoh dalam mendeteksi serangan penyakit yang disebabkan oleh
organisme parasit, karena beberapa parasit dapat memperlihatkan gejala penyakit
yang sama sehingga petani sering salah menduga (Aryani et al, 2005).
Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai
antara hospes, kondisi lingkungan dan organisme penyebab penyakit. Interaksi
yang tidak serasi tersebut dapat menimbulkan stress pada ikan, nafsu makan
menurun, yang selanjutnya menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak
bekerja secara optimal, akhirnya infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk
(Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Widyastuti et al (2002), menyebutkan penyakit pada ikan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu ektoparsit dan endoparasit. Keduanya bersifat merugikan bagi
pertumbuhan/perkembangan ikan. serangan penyakit dapat dideteksi dari suatu
jenis parasit yang menyerang ikan, maka perlu adanya identifikasi parasitenis
parasit tersebut. Sehingga dapat diketahui cara penanggulangan yang tepat
terhadap serangan spesies dari suatu jenis parasit tersebut. Secara fisik, efek
negatif yang ditimbulkan dari serangan parasit lebih jelas terlihat pada serangan
ektoparasit, sehingga penanganannya relatif lebih mudah.
Berdasarkan hal di atas, peneliti ingin mengetahui tentang organisme
parasit yang ada pada BBI Babah Krueng, seperti jenis parasit, sebagai informasi
mengenai ekologi parasit dan inangnya di perairan tersebut. selanjutnya berguna
bagi kepentingan budidaya sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
terhadap serangan parasit agar produksi budidaya ikan dapat terjaga dan terus
meningkat.
1.2. Rumusan Masalah
Balai benih ikan (BBI) Babah Krueng sebagai UPTD yang diharapkan
mampu memberikan pelayanan (produksi ikan air tawar, media informasi,
penyuluhan) tentunya perlu memberikan yang terbaik bagi warga pengguna
produk BBI tersebut, salah satunya adalah benih ikan. Antisipasi kerugian akibat
serangan penyakit baik terhadap benih maupun indukan sangat perlu dilakukan,
karena itu perlu dilakukan identifikasi jenis parasit yang menyerang ikan. Hal ini
menjadi penting karena jika tidak dilakukan identifikasi sejak awal maka
dikhawatirkan benih sudah membawa bibit penyakit yang dapat berdampak
negatif pada fase pembesaran atau kualitas benih yang dijual.
Balai benih ikan (BBI) pada dasarnya adalah sentral kegiatan budidaya
khususnya pembenihan, tentunya diharapkan dapat memproduksi benih yang
sehat (bebas dari penyakit) dan berkualitas. Diketahuinya benih atau indukan yang
terinfeksi penyakit diharapkan deteksi dini terhadap ikan-ikan yang di
kembangkan di BBI tersebut. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air tawar dan sebagai
informasi (data dasar) dalam upaya melihat kondisi ikan budidaya di BBI Babah
Krueng.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang
menyerang ikan air tawar yang terdapat di BBI Babah Krueng Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Penulis mengetahui jenis parasit yang menyerang pada ikan air tawar.
2. Penulis mengetahui tingkat prevalensi dan intensitas parasit.
3. Sebagai penambah ilmu dan intelektual penulis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Identifikasi Parasitologi
Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada suatu golongan benda atau
komponen tertentu. Identifikasi memiliki tugas untuk membedakan komponen-
komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan
kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen itu dikenal dan
diketahui masuk dalam golongan mana (Nawawi,1996).
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang
semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini
terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi:
protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun
anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup
masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang
ditimbulkannya (Bowman, 1999).
Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu
hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator
adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang
dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang
dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya.
Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak
menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial
dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan (Aryani et al, 2005).
2.2. Penyakit
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan
pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan
dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang
kurang menunjang kehidupan ikan. Dengan demikian, timbulnya serangan
penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan,
kondisi lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah
menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri yang
dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit (Lukistyowati
dan Morina, 2005).
Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan bekembang
didalam tubuh ikan, sehingga organ tubuh ikan terganggu, akan terganggu pula
seluruh jaringan tubuh ikan (Gusrina, 2008).
Hal lain yang sering menyebabkan terjadinya penyakit yang disebabkan
oleh organisme parasit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat
terluka karena gesekan dengan benda keras, jika terlambat mengobatinya maka
tubuh ikan dapat mengalami infeksi skunder karena serangan organisme parasit.
Infeksi skunder yang disebabkan oleh organisme parasit terbukti telah
menimbulkan banyak kematian pada ikan (Dailami, 2001).
2.3. Parasit
Parasit adalah suatu organisme lebih kecil yang hidup dan menempel pada
tubuh organisme yang lebih besar yang disebut host. Keberadaan parasit dalam
tubuh host dapat bersifat sebagai parasit sepenuhnya dan tidak sepenuhnya
sebagai parasit. Hal tersebut tergantung dari jumlah, jenis, tingkat kesakitan yang
dapat ditimbulkan oleh parasit serta ketahanan tubuh dan nutrisi dalam tubuh host.
Hubungan host dan parasit dapat bersifat simbiosis, mutualisme, parasitis, dan
parasitosis (Bowmans, 1999).
Menurut Ghuffran dan Kordi (2004), timbulnya suatu penyakit bukan hanya
disebabkan oleh faktor tunggal saja, melainkan merupakan hasil interaksi yang
sangat komplek antara ikan budidaya, lingkungan budidaya, serta organisme
penyebab penyakit (parasit). Parasit merupakan organisme yang dapat
menyesuaikan diri dan merugikan organisme yang ditempatinya. Timbulnya
penyakit pada ikan sangat di pengaruhi oleh kondisi tubuh itu sendiri dan cara
penyerangan parasit tersebut. Parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup
pada tubuh ikan yang mendapat perlindungan dan memperoleah makanan dari
induk semangnya (ikan) untuk kelangsungan hidupnya.
Menurut Lukistyowati (2005), bahwa organisme parasit dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu pathogen asli (true pathogen) dan
pathogen potensial (opportunistic pathogen). Pathogen asli adalah organisme
parasit yang selalu menimbulkan penyakit khas apabila ada kontak dengan ikan.
Pathogen potensial adalah organisme parasit dalam keadaan normal hidup dengan
ikan, akan tetapi jika kondisi lingkungan menunjang akan segera menjadi
pathogen penyebab suatu penyakit.
Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga
sebagai perantara bagi patogen. Parasit biasanya lebih banyak menyerang ikan-
ikan yang dibudidayakan daripada ikan-ikan yang hidup secara liar di perairan
bebas. Hal ini disebabkan karenan kepadatan ikan-ikan yang di budidayakan lebih
tinggi daripada kepadatan ikan yang hidup secara bebas. Biasanya parasit
mempunyai spesifitas inang (spesific host), yaitu hanya dapat menyerang satu atau
beberapa spesies saja (Aryani et al, 2005).
Serangan organisme parasit terhadap ikan peliharaan dapat disebabkan
karena organisme parasit sudah ada di kolam tersebut atau secara tidak sengaja
telah didatangkan dari daerah lain. Dalam kondisi kolam yang baik, organisme
parasit yang ada di kolam maupun di tubuh ikan tidak mampu menyebabkan
timbulnya penyakit. Akan tetapi jika kondisi lingkungan menjadi buruk, daya
tahan ikan cenderung menurun dan perkembangan organisme penyakit seringkali
menjadi lebih baik. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila pada kolam
yang kurang terawat sering terjadi wabah penyakit, sebab pada kolam semacam
ini kondisi tubuh ikan menjadi lemah sehingga tidak akan mampu menahan
serangan organisme parasit (Lukistyowati dan Morina,2005).
Parasit-parasit yang dapat mendatangkan kerugian kepada induk semangnya
biasanya dengan beberapa cara antara lain menghisap darah, cairan limfe,
memakan jaringan padat secara langsung, menyebabkan penyumbatan secara
mekanis pada usus, saluran empedu, pembuluh darah, menghancurkan sel-sel
tubuh dengan berlangsungnya pertumbuhan didalamnya, memproduksi substansi
beracun seperti hemolisin, merangsang pertumbuhan kanker dan juga menurunkan
induk semangnya terhadap penyakit lain dan parasit (Levine, 1990).
Infeksi yang terjadi pada ikan karena serangan parasit merupakan masalah
yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain.
Sebab parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi sekunder. Kolam yang
tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme penyebab infeksi
penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar. Yang
jelas, selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat
perhatian, parasit dalam kolam maupun yang dari luar tidak akan mampu
menimbulkan infeksi (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Kematian karena parasit biasanya berjalan lambat dan bertahap. Gejala
biasanya dapat dilihat dengan mata, oleh karena itu infestasi yang disebabkan oleh
parasit dapat langsung diketahui di lapangan. Parasit-parasit yang hidup dapat
menyebabkan efek yang berbeda terhadap inang yang berbeda. Parasit dapat
dijumpai pada tempat atau bagian tubuh tertentu dari inang. Parasit yang hidup
pada bagian permukaan tubuh ikan (kulit, sirip, insang) disebut ektoparasit
sedangkan parasit yang hidup pada tubuh internal ikan dan otot daging disebut
endoparasit (Lukistyowati, 2005).
Menurut Widyastuti et al (2002), pada umumnya tiap jenis parasit
mempunyai inang tertentu (inang spesifik). Spesifik ini sangat jelas pada sejumlah
besar parasit ikan. Parasit yang menyerang ikan dapat dibedakan dalam dua
kelompok yaitu :
1. Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya ditubuh ikan bagian luar seperti pada
kulit, sirip, sisik, anus, mata, operculum dan insang. Ektoparasit khususnya
merupakan kelompok besar organisme patogen di daerah iklim sedang dan
daerah tropis. Ektoparasit yang sering menyerang atau menyebabkan kematian
pada ikan budidaya maupun ikan aquarium antara lain adalah: Ichthyophthirius
multifilis,Trichodina sp, Oodium sp, Gyrodactylus sp, Dactilogyrus sp dan
Lerneae.
2. Endoparasit
Endoparasit adalah parasit yang hidupnya di organ dalam tubuh ikan seperti:
saluran pencernaan, hati, otot dan darah. Endoparsit yang sering menyerang
ikan adalah : parasit dari phylum tremotoda (Sanguinicola Sp),dan phylum
Plathihelminthes (Lytocestus sp).
2.3. Jenis-Jenis Parasit
Menurut Yuasa et al (2003), terdapat beberapa jenis parasit ikan air tawar di
Indonesia. Jenis-jenis parasit tersebut ada yang dapat di amati dengan mata
telanjang maupun dengan menggunakan mikroskop.
Tabel 1. Jenis-jenis parasit yang dapat dideteksi dengan mata telanjang pada ikan
air tawar
Jenis Parasit Pengamatan Parasitik Reaksi dengan InangIchtyophthirius multifilis (Protozoa bersiliata)
Banyak bintik putih pada permukaan tubuh
Produksi lendir yang berlebihan pada permukaan tubuh.
Argulus japonicas (Kopepoda)
Parasit berbentuk bundar, panjang sekitar 5 mm, bergerak pada permukaan tubuh.
Menyebabkan erosi lendir dan pendarahan pada permukaan tubuh, ikan kurus.
Lernaea cypriniacea(Kopepoda)
Parasit berbentuk silinder, bewarna putih, panjang sekitar 12 mm.
Pendarahan disekitarnya dan diikuti dengan infeksi jamur.
Bothriocephalus sp.(Cestoda)
Parasit bentuk memanjang, bewarna putih, panjang kira-kira
Pembengkakan pada bagian ventral tubuh.
beberapa cm, terdapat di rongga mulut.
Glochidium(Larva kerang air tawar)
Bintik putih, diameter sekitar 5 mm, terdapat di mulut dan sirip.
Produksi lendir yang berlebihan pada bagian yang terinfeksi.
(Yuasa et al, 2003)
Tabel 2. Jenis-jenis Parasit yang diamati secara Mikroskopis pada ikan air tawar
Spesies Morfologi Inang TempatIchtyophthirius multifilis (Protozoa bersiliata)
Berbentuk bundar sampai oval, bersilia
Botia, Patin Dalam kulit dan insang
Trichodina sp. (Protozoa bersiliata)
Berbentuk seperti piring, diameter sekitar 50 µm.
Patin, Nila, Mas dan Botia
Pada kulit dan insang
Chilodonella cyprini (Protozoa bersiliata)
Berbentuk seperti serpihan daun, berukuran 20-40 µm.
Mas Pada insang
Centrocestus sp. (Trematoda digenetik)
Berbentuk oval, berukuran 110-130 µm.
Mas Dalam insang
(Yuasa et al, 2003)
Menurut Daelami (2001), bahwa terdapat beberapa jenis parasit yang
menyerang ikan, antara lain:
1. Dactylogyrus sp.
Organisme ini menyerang ikan dengan kepadatan tinggi. Dactylogyrus sp.
merupakan jenis cacing yang biasanya menyerang pada insang. Cacing ini
berbentuk pipih, pada ujung badan dilengkapi alat yang berfungsi sebagai
pengait dan penghisap darah. Ikan yang terserang menjadi kurus dan kulit tidak
terlihat cerah lagi. Sirip ekor rontok dan tutup insang tidak dapat menutup
dengan sempurna. Ikan yang dijangkiti parasit ini akan menggosok-gosokan
badan ke dasar kolam. Parasit ini selalu terdapat bersama-sama pada satu inang
dan selama hidupnya berada pada tubuh ikan. Parasit ini akan meninggalkan
tubuh ikan bila ikannya mati, kemudian larva yang baru menetas dari
Dactilogyrus sp. siap mencari ikan baru. Ikan yang menjadi inang yang baru
ditemukan adalah ikan yang telah terjangkiti oleh parasit lain. Bila selama
sepuluh jam setelah lepas ke perairan belum menemukan ikan, parasit ini akan
mati.
2. Trichodina sp.
Trichodina sp. dapat menyebabkan penyakit gatal pada ikan. Bagian tubuh
yang diserang yaitu kulit, sirip, dan insang. Ikan yang telah terserang memiliki
bintik-bintik putih terutama pada kepala dan punggung. Nafsu makan ikan
turun sehingga ikan kurus dan pergerakannya lemah, produksi lendir
bertambah sehingga ikan tampak mengkilap dan sering pula ditemukan
pendarahan. Trichodina sp. termasuk parasit obligat yaitu selama hidupnya
berfungsi sebagai parasit dan tidak melepaskan diri dari inangnya (ikan).
Penularannya terjadi melalui kontak langsung antara ikan yang sehat dengan
ikan yang telah terjangkiti parasit.
3. Apiosoma sp.
Parasit ini hidup menempel (sessile), dan merupakan parasit fakultatif.
Memakan partikel-partikel kecil dari air. Reproduksi dengan konyugasi dan
pembelahan memanjang. Apiosoma sp biasanya menjangkiti ikan air tawar
misalnya ikan grasscarp. Parasit ini biasanya menjangkiti kulit, ingsang dan
sirip sehingga pernapasan dan pergerakan ikan terganggu.
4 .Lernea sp.
Lernea sp. Merupakan udang renik yang memiliki bentuk bulat memanjang
seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang berbentuk seperti
jangkar, sehingga organisme ini disebut sebagai cacing jangkar (anchor worm),
organ ini berfungsi untuk menempel pada tubuh ikan. Lernea sp. dapat
menyebabkan penyakit Lerneasis. Penyakit ini biasanya menyerang pada saat
pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang penyakit ini mengalami luka
pada tubuhnya dan terlihat dengan jelas cacing jangkar yang menempel dengan
kuatnya dibagian badan, sirip, dan insang.
2.4. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Parasit
Menurut Munajat dan Budiana (2003), Pencegahan penyakit yang dapat
dilakukan peternak ikan antara lain, secara mekanik, kimia, atau biologis. Agar
hasil memuaskan, pemilihan teknik harus sesuai dengan kondisi lingkungan.
Penanggulangan untuk mencegah terjadinya serangan parasit dalam kolam atau
tambak dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan-bahan
kimia yang sering dijadikan obat antara lain yaitu formalin, Hidrogen peroksida,
antibiotik (prefuran), Bromex, Diptrex, dan lainnya.
Penanggulangan terhadap ikan yang terserang oleh parasit misalnya dari
jenis jamur, pengobatannya dapat dilakukan melalui perendaman dan obat oles.
Obat-obat yang sering digunakan adalah malachyt green, methylene blue, kalium
permanganate dan lain-lain.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 sampai dengan 17
November 2012, bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat
Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 3 : Alat yang gunakan dalam identifikasi parasit
No Nama Alat Kegunaan
1 Dissecting set Alat untuk membedah sampel
2 Microskop binokuler Untuk mengamati parasit
3 Objek glass (slide) Untuk meletakkan preparat
4 Nampan Tempat membedah sampel
5 Cover glass Menutup preparat
6 Pretridish Untuk meletakkan organ target
7 Camera Untuk dokumentasi
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 4 : Bahan-bahan yang digunakan dalam identifikasi parasit
No Nama Bahan Kegunaan
1 Masker Melindungi dari kontaminasi
2 Sarung tangan Untuk Pelindung Tangan
3 Alkohol Clearing
4 Larutan fisiologis untuk fiksasi
5 Tissue Untuk pembersih
6 Ikan air tawar Sebagai sampel
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Survey untuk
mendeteksi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air tawar. Sampel penelitian
dipilih secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak
pada setiap jenis ikan yang ada di BBI Babah Krueng. Jumlah ikan yang diambil
dari masing-masing jenis ikan adalah 5 ekor dan untuk induk ikan di ambil 2 ekor
pada setiap jenisnya. Sampel ikan selanjutnya di isolasi dan diidentifikasi jenis
parasitnya.
Metode penelitian meliputi penyediaan ikan sampel, Nekropsi sampel,
pemeriksaan parasit (ektoparasit dan endoparsit), identifikasi parasit dan
menghitung tingkat infeksi (prevalensi) dan intensitasnya.
3.3.1. Penyediaan Ikan Sampel
Ikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis ikan air tawar
yang diambil dari BBI Babah Krueng sebanyak 5 ekor/jenis dan untuk induk ikan
di ambil 2 ekor/jenisnya.
3.3.2. Nekropsi Sampel
1. Pengamatan secara klinis abnormalitas Ikan (perubahan warna tubuh ,
banyak lendir).
2. Matikan ikan (menusuk pada bagian kepala ikan atau dengan
memotong pada bagian leher ikan).
3.3.3. Pemeriksaan Parasit
1. Tahapan pemerikasaan ektoparasit sebagai berikut :
Siapkan slide glass yang sudah ditetesi larutan fisiologis
Buat preparat smear untuk masing-masing preparat dari kerikan
lendir, sirip, ekor dan insang.
Amati dibawah miskroskop dengan pembesaran 10 x 40.
Mencatat hasil pengamatan pada lembar pemeriksaan dan identifikasi
dilakukan dengan cara mencocokkan parasit yang ditemukan dengan
gambar yang ada di literatur.
2. Tahapan pemeriksaan endoparasit sebagai berikut :
Menyiapkan wadah/nampan bedah dengan alat bedah (dissecting set)
Membedah ikan hingga organ dalam terlihat jelas.amati perubahan
bentuk,warna dan gejala klinis lainnya.
Masukkan organ dalam tersebut dalam petridish yang telah berisi
larutan fisiologis.
Untuk bagian organ yang berongga terlebih dahulu deperiksa isi dan
permukaannya,organ padat di sobek/dibuka dalam air atau dipres di
antara objek glass dan cover glass.
Untuk pemeriksaan otot daging yaitu dengan cara membuat sayatan
tipis kemudian diamati dibawah mikroskop.
Untuk saluran pencernaan (usus) dibuka memanjang lalu diamati
dengan mikroskop. Untuk mengambil parasit didalam usus yaitu
dengan mengerik substrat dengan pinset. Identifikasi dilakukan
dengan cara mencocokkan parasit yang ditemukan dengan gambar dan
data yang ada di literatur.
Pengamatan secara mikroskopis, selain untuk mengetahui secara pasti jenis
parasit yang menginfeksi, juga untuk mengetahui tingkat infeksi (prevalensi) dan
intensitas parasit pada ikan. Cara menghitung prevalensi dan intensitas adalah
Hadiroseyani (1998) :
Jumlah ikan yang terserangPrevalensi = --------------------------------------------- x 100%
Jumlah ikan yang di periksa
Jumlah total Parasit A yang menginfeksi Intensitas = --------------------------------------------------
Jumlah ikan yang terserang parasit A
3.4. Metode Pengambilan Data
3.4.1. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama
yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti. Data primer ini berupa catatan hasil wawancara, hasil observasi ke
lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian dan
data-data mengenai informan.
1.Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu,
dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan
gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan,
Dalam penelitian ini observasi dilakukan terhadap berbagai kegiatan
mengenai hal-hal yang berkaitan tentang parasit.
2.Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama.
3.4.2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan
disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam
bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini digunakan untuk mendukung
infomasi primer yang diperoleh baik dari dokumen, maupun dari observasi
langsung ke lapangan. Dalam penelitian ini data sekunder akan diperoleh dari
laporan-laporan pustaka yang menunjang dan literatur menurut buku identifikasi
parasit.
3.5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif
dalam bentuk identifikasi dilakukan dengan cara mencocokkan hasil yang
diperoleh dengan gambar dan data yang ada pada Literatur/Buku Panduan
Identifikasi Parasit diantaranya:
1. Teknik Pemeriksaan Penyakit Ikan karangan Iesje Lukistyowati, 2005.
2. Penanggulangan hama dan penyakit ikan karanngan Ghuffran H. dan Kordi
K, 2004.
3. Parasit Dan Penyakit Ikan karangan Aryani, N. Henny, S. Iesje L. Morina, R ,
2005.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian mengenai identifikasi
parasit pada ikan air tawar di Balai Benih Ikan Babah Krueng kecamatan Beutong
kabupaten Nagan Raya ditemukan dua jenis parasit. Jenis-jenis parasit yang
ditemukan pada penelitian ini adalah Dactiligyrus sp dan Gyrodactylus sp.
Data selengkapnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil identifikasi parasit pada ikan air tawar
Kolam Jenis ikan
Organ target Jenis parasit Prevalensi
(%)Intensitas (ind/ekor)
1,2 dan 12 Nila Insang - 0 0Sirip - 0 0Sisik - 0 0Usus - 0 0
Otot daging - 0 0Lendir - 0 0
3 dan 4 Tawes Insang Dactylogyrus sp 20 3Sirip - 0 0Sisik Gyrodactylus sp 20 2Usus - 0 0
Otot daging - 0 0
lendir - 0 0
4 Induk lele
Insang - 0 0
Lendir - 0 0
4 Induk Bawal
Insang - 0 0
Lendir - 0 0
4 Induk Mas
Insang - 0 0
Lendir - 0 0Sumber : Hasil pengamatan November 2012
4.2. Pembahasan
4.2.1. Dactylogyrus sp
Hasil pemeriksaan terhadap ikan sampel, teridentifkasi parasit ini pada ikan
Tawes (Puntius javanicus) yang berasal dari kolam 4 (lampiran 4). Ditemukan
pada bagian insang ikan tersebut karena parasit ini merupakan cacing insang atau
habitat hidupnya adalah di insang ikan dan siklus hidupnnya secara langsung yang
menyebabkan warna tubuh ikan menjadi pucat, warna insang berubah menjadi
kehitaman dan lendir meningkat.
Gambar 1. Ikan yang terserang Dactylogyrus sp
Dactylogyrus sp merupakan parasit dari golongan monogenea yang sering
dijumpai menginfeksi insang ikan. Pada infeksi ringan tidak terlalu
mempengaruhi inang, Selanjutnya parasit lebih cepat bereproduksi pada inang
yang lemah.
Menurut Kabata (1985), klasifikasi dactylogyrus sp yaitu : Phylum
Platyhelmithes, Class Trematoda Monogenia, Ordo Dactylogiridae, Famili
Dactylogyridae, Genus Dactilogyrus, Spesies Dactylogyrus sp.
Morfologi cacing dactylogyrus sp adalah cacing dewasa berukuran 0,2 – 0,5
mm. Mempunyai dua pasang eye spots pada ujung anterior. Sucker terletak dekat
ujung anterior. Pada ujung posterior tubuh terdapat alat penempel yang terdiri dari
2 kait besar yang dikelilingi 16 kait lebih kecil disebut Opisthaptor. Mempunyai
testis dan ovary. Kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat
kecil. Dactylogyrus sp mempunyai ophisaptor (posterior sucker) dengan 1 – 2
pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior.
Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx.
Sifat Biologis Bersifat hermaprodit, sebagian besar telur terlepas dari insang dan
sebagian kecil tertanam pada insang, ukuran telur 50 um, bentuknya ovoid dan
berspina seperti duri mawar/ rosethorn like, sexual maturity 3 – 6 hari Larva dapat
hidup tanpa hospes selama 1 hari (Kabata,1985).
Sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus sp bersifat
ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larva yang berenang bebas
yang dinamakan oncomiracidium. Insang yang terserang berubah warnanya
menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa
menempel pada insang (Gusrina, 2008).
Gambar 2. Anatomi Dactilogyrus sp (Kabata, 1985)
Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini adalah penyakit
Dactylogiriasis. Ikan yang terinfeksi parasit ini dalam jumlah yang besar akan
mengalami kerusakan insang. Epitel lamela insang akan mengalami hyperplasia.
Produksi lendir (mucosa) menjadi berlebihan akibat infeksi parasit ini, sehingga
mengganggu proses respirasi ikan. Pembuluh darah pada lamela insang
mengalami telangiectasis. Insang akan berubah warna menjadi pucat. Selanjutnya
terjadi penurunan berat badan ikan, karena hilangnya nafsu makan ikan. Ikan yang
terinfeksi berat akan menunjukkan tingkah laku yang tidak normal dan
menyebabkan kematian.
(A) (B)
Gambar 3. Dactylogyrus sp yang menginfeksi ikan tawes (Puntius javanicus)
(A). Dactylogyrus sp yang menginfeksi insang pada saat penelitian
(B). Dactilogyrus sp (Kabata, 1945)
Penanggulangan penyakit Dactyligiriasis dilakukan dengan pemberian
pakan yang cukup terutama ikan-ikan yang berukuran kecil/benih ( 1,5-5 cm),
segera pindahkan keluar kolam atau dimatikan jika ikan menunjukkan infeksi
berat. Kolam dikeringkan apabila mungkin setelah kering 2-3 hari, dasar kolam
diberi kapur (CaO) dengan dosis 25 kg/ha. Dapat juga dilakukan desinfeksi
dengan menambahkan methelene Blue ke air kolam dengan dosis 1 gram/m3.
Padat penebaran ikan juga harus diperhatikan, agar tidak telalu padat. Sedangkan
pengobatan ikan yang terserang dilakukan dengan perendaman dalam larutan
garam dapur/NaCl 12,5-13 Gram/m3 selama 24-36 jam atau NaCl 2% selama 30
menit. Dapat juga dilakukan dengan menggunakan larutan formalin 40 ppm
selama 24 jam (di kolam/bak) atau 250 ppm selama 15 menit, atau methylene blue
3 gram/m3 selama 24 jam dan KMnO4 0,01% selama 30 menit (Ghufran dan
Kordi, 2004).
4.2.2. Gyrodactylus sp
Hasil pengamatan secara mikroskopis terhadap ikan sampel terlihat adanya
infeksi parasit dari jenis cacing monogenia yaitu Gyrodactylus sp. Parasit ini
ditemukan pada ikan tawes (Puntius javanicus) dibagian kulit ikan yaitu pada
sisik ikan tersebut. Dari pengamatan ikan ini berasal dari kolam 3 (lampiran 4)
terlihat ikan yang terserang parasit ini mengalami pendarahan atau bintik – bintik
merah pada bagian sisiknya, warna tubuh berubah menjadi pucat dan ikan terlihat
kurus.
Gambar 4. Ikan yang terserang gyrodactylus sp
Menurut Kabata (1985), klasifikasi dactylogyrus sp yaitu : Phylum
Platyhelmithes, Class Trematoda Monogenia, Ordo Gyrodactilidae, Famili
Gyrodactilidae, Genus Gyrodactilus, Spesies Gyrodactilus sp.
Bentuk tubuh Gyrodactylus sp kecil dan memanjang (oval), bagian
posterior terdapat ophisthaptor dengan 16 kait tepi dan sepasang kait tengah, serta
tidak mempunyai bintik mata, pada ujung anterior terdapat dua tonjolan/cuping.
Dalam siklus hidupnya tidak mempunyai inang perantara, jadi hanya mempunyai
satu induk semang. Untuk mempertahankan populasinya, maka dalam sistem
reproduksinya bersifat vivipar yaitu embrio berkembang dalam uterus, larva yang
lahir akan berenang bebas untuk mencari inag baru.
(A) (B)
Gambar 5. (A) Gyrodactylus sp yang menginfeksi pada saat penelitian
(B) Gyrodactylus sp (Kabata, 1985)
Penyakit Gyrodactiliasis disebabkan oleh parasit Gyrodactylus sp.
Tergolong cacing monogenia cacing ini juga bentuknya pipih dan pada ujung
badannya di lengkapi dengan alat yang berfungsi sebagai penggait dan alat
penghisap darah. Gyrodactylus sp biasanya menyerang kulit dan sirip ikan. Ikan
yang terseang gejalanya dapat di kenali kulitnya kelihatan tidak bening lagi, ikan
terlihat berkumpul pada pintu air masuk dan ikan berenang tidak normal.
Penanggulangan penyakit ini sama dengan penanggulanagn penyakit yeng
disebabkan oleh parasit Dactylogyrus sp (Ghufran dan Kordi 2004).
Penularan parasit ini melalui kontak langsung antara individu ikan. Apabila
ikan yang terinfeksi oleh parasit ini, maka ikan akan memperlihatkan perubahan
atau gejala klinis seperti bintik – bintik merah pada daerah tertentu, kulit berwarna
putih keabu – abuan, produksi lendir tidak normal, warna lebih gelap disebagian
atau seluruh tubuh, sisik dan kulit terkelupas, proses respirasi dan osmoregulasi
terganggu. Nafsu makan ikan berkurang dan pergerakan menjadi lamban,
sehingga ikan akan terganggu pertumbuhannya (Gusrina, 2008).
4.2.3. Prevalensi Parasit
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa prevalensi parasit pada organ
ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes (Puntius javanicus) di Balai Benih
Ikan Babah Krueng adalah 20%. ini merupakan tingkat serangannya rendah.
Rendahnya tingkat serangan parasit pada Balai Benih Ikan Babah Krueng
disebabkan oleh padat penebaran yang rendah sehingga ikan tidak mudah stress
dan kualitas air yang agak lebih baik seperti adanya sirkulasi air serta tidak adanya
bahan-bahan terlarut disekitarnya karena sumber air berasal dari irigasi.
Menurut Talunga (2007), menyatakan bahwa parasit monogenea dapat
berkembang dengan cepat disebabkan beberapa faktor antara lain kepadatan yang
tinggi, nutrisi kurang baik, kualitas air yang kurang baik yang dapat menyebabkan
ikan stress sehingga memungkinkan perkembangan parasit dengan cepat. Dimana
padat penebaran yang tinggi mengakibatkan terjadinya kompetisi terhadap ruang,
makanan, dan oksigen.
Organ yang paling rentan terserang parasit adalah insang. Hal ini
disebabkan karena insang merupakan organ pernapasan yang langsung
bersentuhan dengan lingkungan sekitarnya yang menyaring bahan-bahan yang
terlarut, menyaring partikel-partikel pakan dan mengikat oksigen. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wawunx (2008) bahwa letak insang, struktur dan mekanisme
kontak dengan lingkungan menjadikan insang sangat rentan terhadap perubahan
kondisi lingkungan serta menjadi tempat yang tepat bagi berlangsungnya infeksi
oleh organisme pathogen penyebab penyakit seperti parasit.
4.2.4. Intensitas Parasit
Berdasarkan pada tabel 3 diketahui intensitas parasit pada organ
ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes (Puntius javanicus) di Balai Benih
Ikan Babah Krueng adalah 2-3 ind/ekor.
Rendahnya tingkat intensitas serangan parasit pada Balai Benih Ikan
Babah Krueng karena kualitas air yang baik, padat penebaran yang rendah serta
nutrisi yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Talunga (2007), bahwa
penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur,
pemeliharaan ikan dalam jumlah banyak pada area yang terbatas, menyebabkan
lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit
infeksi.
Menurut Munajat dan Budiana (2003), tingkat serangan penyakit
tergantung pada jenis dan jumlah mikroorganisme yang menyerang ikan, kondisi
lingkungan dan daya tahan tubuh ikan juga turut memicu cepat tidaknya penyakit
itu menyerang ikan. Parasit dapat menyerang ikan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Secara langsung dapat terjadi dengan adanya kontak
langsung antara ikan yang sehat dengan ikan yang terinfeksi, sedangkan secara
tidak langsung dapat terjadi apabila kekebalan tubuh ikan mulai menurun akibat
stress sehingga parasit dengan mudah dapat menyerang ikan tersebut.
Ditambahkan pula oleh Noble and Noble (1989) dalam Aria (2008)
menyatakan bahwa Prevalensi dan Intensitas tiap jenis parasit tidak selalu sama
karena banyaknya faktor yang berpengaruh, salah satu faktor yang berpengaruh
adalah ukuran inang. Pada beberapa spesies ikan, semakin besar ukuran/berat
inang, semakin tinggi infeksi oleh parasit tertentu. Inang yang lebih tua dapat
mengandung jumlah parasit yang lebih besar, meskipun apabila telah terjadi saling
adaptasi maka inang menjadi toleran terhadap parasitnya.
Parasit golongan monogenea, tidak memerlukan inang perantara untuk
kelangsungan hidupnya. Parasit ini dapat ditemukan menginfeksi ikan di alam
meskipun tingkat prevalensi dan intensitasnya relatif rendah, Hal ini disebabkan
karena lingkungan alami yang relatif seimbang antara pathogen, ikan dan
lingkungannya. Jika salah satu dari inang tidak ada maka siklus hidup parasit akan
terputus, sehingga fauna parasit pada ikan yang hidup di perairan bebas dan yang
dibudidayakan kemungkinan ada perbedaan (Sriwulan et al, 1998 dalam Susanti,
2004).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya :
1. Jenis parasit yang ditemukan selama penelitian ada dua jenis parasit yang
menginfeksi ikan tawes (Puntius javanicus) yaitu Dactylogyrus sp dan
Gyrodactylus sp.
2. Prevalensi parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan
tawes (Puntius javanicus) di Balai Benih Ikan Babah Krueng adalah 20%.
3. Intensitas parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes
(Puntius javanicus) di Balai Benih Ikan Babah Krueng berjumlah 2 - 3
ind/ekor.
5.2. Saran
Dalam usaha budidaya ikan perlunya mengetahui cara budidaya ikan yang
baik untuk mengantisipasi timbulnya hama dan penyakit pada ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto E. dan Evi L. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 89 hal.
Aria, P. 2008. http://Kesehatan Ikan_Parasit_penularan. Html. Prevalensi danIntensitas Parasit (Tingkat Penularan). (Online) 7 Desember 2012.
Aryani, N. Henny, S. Iesje L. Morina, R . 2005 Parasit Dan Penyakit Ikan Universitas Riau Press. Riau.
Bowman DD. 1999. Parasitology for Veterinarians seventh edition. Philadelphia. Wb Saunders Company. 24 p.
Daelami D. 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta. 30 hal.
Ghuffran H. dan Kordi K. 2004. Penanggulangan hama dan penyakit ikan. Pt. Asdi Mahasatya. Jakarta.
Gusrina.2008. Budidaya Ikan Jilid 3. Departemen pendidikan Nasional. Cianjur. Jakarta
Hadiroseyani, Y. 1998. Metoda Diagnosa Parasit Ikan. Fakultas Perikanan, IPB. Bogor.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in The Tropics. Taylor dan Prancis. London and Philadelphia.
Levine N. D. 1990. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 30 hal.
Lukistyowati, I. 2005. Teknik Pemeriksaan Penyakit Ikan Universitas Riau Press. Riau.
Lukistyowaty, I. Morina R. 2005. Analisa Penyakit Ikan Universitas Riau Press. Riau.
Moller,H . Anders, K. 1986. Diseases And Parasites Of Marine Fishes. Verlag Moller.Germany
Munajat A. dan Budiana, N. S.2003. Pestisida Nabati untuk Penyakit Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.87 hal.
Nawawi R. 1996. Identifikasi, Klasifikasi dan Penandaan Label Bahan Berbahaya. Kursus singkat persiapan tanggap darurat bahan berbahaya dan limbah B3 di Surabaya. 16 hal.
Susanti. I. 2004. Efektifitas Penggunaan Formalin Terhadap Dinoflagellata Ikan Baronang (Siganus sp). Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.
Talunga, J. 2007. Tingkat Infeksi dan Patologi Parasit Monogenea(Cleidodistus sp) pada Insang Ikan Patin (Pangasius sp). Skripsi.Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas IlmuKelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.
Wawunx. 2008. http://google.com_Mekanisme Insang. (Online) 7 Desember2012.
Widyastuti, R,. E. Srimurni, S. Subadrah, Mardiyah. 2002. Parasitologi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka (Tidak dipublikasikan).
Yuasa K. Novita P. Meliya B. dan Edy B. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan: Teknik Diagnosa Penyakit Ikan Budidaya Air Tawar Indonesia. Balai Budidaya Air Tawar Jambi dan Japan Internasional Cooperation Agenci (JICA). Jambi
Yudhie. 2010. http://google.com_ Parasit dan Penyakit Ikan. (Online) 7 Desember 2012
LAMPIRAN 1JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
NO KEGIATANBULAN
Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-131 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Usulan proposal Penelitian
2 Penyusunan proposal penelitian
3 Konsultasi dengan pembimbing
4 Seminar proposal penelitian 5 Revisi proposal 6 Persiapan penelitian 7 Pelaksanaan penelitian
8 Pengumpulan dan analisa data
9 Penyusunan laporan hasil penelitian
10 Seminar hasil penelitian