universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358938-pr-amelia...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI UNIT RISET DAN PENGEMBANGAN
PT. KIMIA FARMA Tbk.
JL. CIHAMPELAS NO. 5, BANDUNG
PERIODE 1 – 28 MEI 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
AMELIA ISYANA WARDHANI, S. Farm.
1106124624
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI UNIT RISET DAN PENGEMBANGAN
PT. KIMIA FARMA Tbk.
JL. CIHAMPELAS NO. 5, BANDUNG
PERIODE 1 MEI – 28 MEI 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker
AMELIA ISYANA WARDHANI, S. Farm.
1106124624
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada sumber segala kebenaran dan ilmu pengetahuan, Allah
SWT, karena atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Unit Riset dan Pengembangan PT. Kimia Farma Tbk. Jalan
Cihampelas No. 5 Bandung yang dilaksanakan mulai tanggal 1 Mei sampai
dengan 28 Mei 2012.
Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker
di Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia. Setelah mengikuti kegiatan PKPA ini, diharapkan apoteker
yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja.
Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dra. Puti Krishnamurti I. M. selaku Manager Unit Riset dan
Pengembangan PT. Kimia Farma Tbk.
2. Ibu Dra. Atti S. N., Apt. selaku Asisten Manager Subunit Registrasi dan
pembimbing Praktik Kerja Profesi Apoteker di Unit Riset dan Pengembangan
PT. Kimia Farma Tbk., Ibu Dra. V. Ani Trimuryani, Apt., M.Si. selaku
Asisten Manager Subunit Pengembangan Formula, Ibu Dra. Fitri Leni,
M.Si.,Apt selaku Asisten Manager Subunit Pengembangan Metode Analisis
dan Validasi, dan Ibu Dra. Lilis Dachliyati selaku Asisten Manager Sub Unit
Ekstraksi Bahan Alam (EBA).
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S, Apt. selaku Dekan Departemen Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
4. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
5. Bapak Dr. Hasan Rachmat M. selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi
Apoteker dari Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia .
6. Karyawan dan staff Unit Riset dan Pengembangan PT. Kimia Farma Tbk.
yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktek
Kerja Profesi Apoteker ini.
7. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Departemen Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
8. Keluarga tercinta, dan teman- teman sejawat atas segenap perhatian, doa,
dukungan dan motivasi selama penulis menimba ilmu di farmasi.
9. Teman-teman PKPA di Unit Riset dan Pengembangan PT Kimia Farma Tbk.
10. Teman-teman Apoteker angkatan LXXIV atas kebersamaannya selama satu
tahun ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan
dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktik Kerja Profesi
Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua
pihak yang membutuhkan.
Depok, Juni 2012
Penulis
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA Tbk.
2.1 Sejarah Singkat ................................................................... 3
2.1.1 PT. Kimia Farma Trading and Distribution ............ 4
2.1.2 PT. Kimia Farma Apotek (PT. KFA) ...................... 4
2.2 Visi dan Misi ....................................................................... 5
2.2.1 Visi .......................................................................... 5
2.2.2 Misi ......................................................................... 5
2.3 Budaya Perusahaan ............................................................. 5
2.4 Struktur Organisasi ............................................................. 6
2.5 Sumber Daya Manusia ........................................................ 6
2.6 Bidang dan Kegiatan Usaha ................................................ 7
2.6.1 Bidang Industri ........................................................ 7
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS UNIT RISET DAN PENGEMBANGAN
PT. KI MIA FARMA Tbk.
3.1 Latar Belakang Berdirinya Unit Riset dan Pengembangan 10
3.2 Visi ...................................................................................... 10
3.3 Misi ...................................................................................... 10
3.4 Fungsi .................................................................................. 11
3.5 Kegiatan .............................................................................. 11
3.5.1 Pengembangan Produk Baru .................................... 11
3.5.2 Peningkatan Kualitas dan Efisiensi (Renovasi
Produk Eksis) ........................................................... 11
3.5.3 Kerjasama Pengujian Produk ................................... 12
3.5.4 Kerjasama Penelitian ............................................... 12
3..5 Dokumentasi Registrasi Produk ............................... 12
3.6 Struktur Organisasi ............................................................. 12
3.6.1 Bagian Umum dan Administrasi Personalia ............. 13
3.6.2 Bagian Akuntansi dan Keuangan ............................. 14
3.6.3 Subunit Pengembangan Formulasi ........................... 14
3.6.4 Subunit Pengembangan Ekstraksi Bahan Alam ....... 16
3.6.4.1 Budidaya Tanaman ..................................... 16
3.6.4.2 Laboratorium/Pilot Ekstraksi
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
Bahan Alam ................................................ 17
3.6.5 Subunit Pengembangan Metode Analisis
dan Validasi .............................................................. 18
3.6.6 Sub Unit Registrasi dan Desain Kemasan ................. 19
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Sub Unit Pengembangan Formulasi. ................................... 20
4.2 Sub Unit Pengembangan Ekstraksi Bahan Alam ................ 22
4.3 Sub Unit Pengembangan Metode Analisis dan Validasi ..... 23
4.4 Sub Unit Registrasi dan Desain Kemasan ........................... 24
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ........................................................................ 26
5.2. Saran .................................................................................. 26
DAFTAR ACUAN .................................................................................... 27
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Bidang usaha PT. Kimia Farma Tbk.. ................................. 7
2.2 Lokasi pabrik dan sediaan produk yang dihasilkan ............ 7
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Struktur umum PT. Kimia Farma Tbk.. .............................. 29
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan nasional menurut Undang-Undang No. 36 Tahun
2009 tentang kesehatan bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Salah satu fokus dari pembangunan di bidang kesehatan,
yaitu tercapainya pelayanan kesehatan yang baik. Pemerintah melakukan upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan meningkatkan sarana
dan prasarana di bidang kesehatan.
Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan peraturan yang bertujuan untuk
menjamin masyarakat agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik di bidang
kesehatan. Obat merupakan salah satu unsur yang penting dalam pelayanan
kesehatan. Obat yang dikonsumsi oleh masyarakat harus aman, berkhasiat dan
berkualitas sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Industri farmasi merupakan penghasil produk obat yang memegang peranan
penting dalam hal pengadaan obat. PT. Kimia Farma Tbk. merupakan salah satu
industri farmasi yang selalu berusaha untuk menyediakan produk obat yang
bermutu dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Untuk menunjang
kinerjanya, dibangun Unit Riset dan Pengembangan PT. Kimia Farma Tbk. yang
aktif dalam melakukan penelitian dan pengembangan produk.
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang berperan penting
dalam proses penanganan dan pembuatan produk farmasi. Salah satu sumber daya
manusia yang diperlukan adalah apoteker. Untuk menghasilkan tenaga apoteker
yang profesional dibutuhkan dukungan dan peran aktif dari berbagai pihak seperti
perguruan tinggi farmasi, organisasi profesi, industri farmasi, rumah sakit dan
pemerintah dalam pembekalan yang menyeluruh secara teori dan praktek sebagai
aplikasi ilmu dan teknologi kefarmasian. Pembekalan berupa praktek kerja secara
langsung sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai fungsi dan
tanggung jawab seorang apoteker dalam industri farmasi, baik dalam unit
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
produksi, pemastian mutu, pengawasan mutu ataupun pengembangan sediaan
farmasi.
Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Universitas
Indonesia bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Tbk., khususnya di Unit Riset
dan Pengembangan (Risbang) menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) pada tanggal 1 – 28 Mei 2012. Praktek kerja ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan praktis yang dapat berguna nantinya untuk diterapkan
dalam dunia kesehatan.
1.2 Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Unit Riset dan Pengembangan
PT. Kimia Farma Tbk., yaitu:
a. Untuk memahami peran dan tanggung jawab apoteker dalam industri farmasi,
khususnya dalam hal pengembangan produk obat.
b. Untuk mengamati dan memahami proses pengembangan produk obat yang
diproduksi PT. Kimia Farma Tbk.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA Tbk.
2.1 Sejarah Singkat
PT. Kimia Farma Tbk. merupakan perusahaan Industri Farmasi pertama
yang ada di Indonesia dan didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun
1917. Nama Kimia Farma pada awalnya adalah NV Chemicalien Handel
Rathkamp and Co. Pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia mulai
memikirkan sejumlah strategi untuk memperbaiki ekonomi sosial yang
sebelumnya bersistem kolonial dan sangat terpuruk di zaman penjajahan Jepang.
Salah satu konsepnya adalah nasionalisasi perusahaan Belanda, dimana dilakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhineka Kimia Farma (PT.
Kimia Farma Tbk., 2011).
Pada tanggal 16 Agustus 1971, terjadi transformasi status badan hukum dari
PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas dan nama perusahaan diubah menjadi
PT. Kimia Farma (Persero) yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Bidang usaha BUMN Farmasi ini mencakup industri farmasi, industri
kimia dan makanan kesehatan, perkebunan obat, pertambangan farmasi dan kimia,
perdagangan farmasi dan kimia serta ekspor-impor (PT. Kimia Farma Tbk.,
2011).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT. Kimia Farma (Persero) resmi terdaftar di
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, sehingga menjadi perusahaan publik
dan berubah nama menjadi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. dengan kode emiten
KAEF. Pada tahun 4 Januari 2003, terjadi restrukturisasi langkah bisnis Kimia
Farma dengan mendirikan anak perusahaan yaitu Kimia Farma Apotek dan Kimia
Farma Trading and Distribution (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
Pada tahun 2004, terjadi transformasi bisnis Kimia Farma menjadi
perusahaan layanan kesehatan dengan membuka 2 unit bisnis baru, yaitu
Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan. Pada tahun 2005, didirikan Pabrik
Obat Anti Retroviral (HIV AIDS) sebagai tindak lanjut penunjukkan PT. Kimia
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Farma Tbk. sebagai pelaksana paten oleh pemerintah terhadap obat anti retroviral
berdasarkan SK Presiden No. 83/2004 (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
Segmen usaha yang dikelola oleh PT. Kimia Farma Tbk. dengan adanya
dukungan dari Unit Riset dan Pengembangan, yaitu memproduksi obat jadi, obat
tradisional, yodium, minyak nabati, kosmetik serta kina dan produk-produk
turunannya. Lima fasilitas produksi dan pabriknya tersebar di kota-kota besar di
Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon (Jawa Timur) dan
Tanjung Morawa (Sumatera Utara). Fasilitas produksi tersebut merupakan tulang
punggung PT. Kimia Farma Tbk. dalam bidang industri (PT. Kimia Farma Tbk.,
2011).
2.1.1 PT. Kimia Farma Trading and Distribution (PT. KFTD)
PT. KFTD semula bernama Pedagang Besar Farmasi (PBF). Selaku anak
perusahaan, PT. KFTD dilimpahi tugas untuk meningkatkan penjualan produk-
produk PT. Kimia Farma Tbk.. Saat ini PT. KFTD memiliki 43 cabang di seluruh
Indonesia. Tugas utama PT. KFTD adalah mendistribusikan produk-produk PT.
Kimia Farma Tbk. ke berbagai jaringan yang tersebar di seluruh nusantara yang
mencakup 33 Provinsi dan 466 Kabupaten/Kota. Di bidang jasa perdagangan atau
trading, PT. KFTD melayani dan membantu program pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan obat-obatan bagi rakyat di seluruh Indonesia (PT. Kimia
Farma Tbk., 2011).
2.1.2 PT. Kimia Farma Apotek (PT. KFA)
PT. KFA, sebelumnya disebut dengan unit perapotekan, adalah anak
perusahaan PT. Kimia Farma Tbk. yang mengelola kegiatan usaha ritel farmasi
melalui pengoperasian apotek. Jaringan apotek yang dikelola PT. KFA saat ini
berjumlah sekitar 400 apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam
mengembangkan jaringan apoteknya, selain membangun apotek sendiri, PT. KFA
juga menerapkan pola KSO (Kerja Sama Operasi) dan waralaba (franchise) (PT.
Kimia Farma Tbk., 2011).
Bisnis PT. KFA yang relatif baru adalah mengembangkan bisnis jaringan
klinik kesehatan untuk mengoptimalkan pengelolaan bisnis jasa pelayanan
kesehatan. Sejak 2009, klinik kesehatan yang semula berada di bawah
pengelolaan peusahaan induk PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., diserahkan kepada
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
PT. KFA untuk mengintegrasikan produk jasa layanan kesehatan. Klinik
kesehatan PT. Kimia Farma Tbk. ini menyediakan jasa layanan konsultasi dan
pemeliharaan kesehatan (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
Pada tahun 2010, jasa pelayanan laboratorium klinik menjadi perusahaan
sendiri di bawah Badan Hukum PT. Kimia Farma Diagnostika, anak perusahaan
PT. KFA, dengan tujuan agar bisnis jasa layanan tersebut lebih fokus
penanganannya sehingga makin dapat berkembang (PT. Kimia Farma Tbk.,
2011).
2.2 Visi dan Misi
2.2.1 Visi
Visi PT. Kimia Farma Tbk. yaitu menjadi korporasi bidang kesehatan dan
terintegrasi serta mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang
berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis (PT.
Kimia Farma Tbk., 2011).
2.2.2 Misi
Untuk mencapai visi tersebut, misi yang dilakukan PT. Kimia Farma Tbk.
adalah menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-
bidang, yaitu (PT. Kimia Farma Tbk., 2011):
a. Industri Kimia dan Farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan
produk yang inovatif.
b. Perdagangan dan jaringan distribusi.
c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan
pelayanan kesehatan lainnya.
d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha
perusahaan.
2.3 Budaya Perusahaan
Perusahaan ini mengacu pada nilai-nilai perusahaan dengan motto I-CARE
yang menjadi pedoman dalam berkarya demi meningkatkan kualitas kehidupan
dengan penjabaran sebagai berikut (PT. Kimia Farma Tbk., 2011):
I : Innovative
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Memiliki budaya berpikir out of the box dan membangun produk unggulan.
C : Customer First
Mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja atau mitra.
A : Accountability
Bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan
memegang teguh profesionalisme, integritas dan kerja sama.
R : Responsibility
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran
dan dapat diandalkan.
E : Eco Friendly
Menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang ramah
lingkungan.
2.4 Struktur Organisasi
PT Kimia Farma Tbk. dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
membawahi empat Direktur, yaitu Direktur Pemasaran, Direktur Produksi,
Direktur Umum dan SDM serta Direktur Keuangan (Lampiran 1) (Direksi PT.
Kimia Farma Tbk., 2009).
2.5 Sumber Daya Manusia
Jumlah karyawan perusahaan dan anak perusahaan per 30 Juni 2011 yaitu
sebanyak 5.306 orang. Dalam menjalankan operasional perusahaan, manajemen
menyadari bahwa peran sumber daya manusia sangat penting. Strategi manajemen
untuk menggali kemampuan karyawan, yaitu dengan mengalokasikan dana setiap
tahunnya untuk program pengembangan sumber daya manusia, meliputi pelatihan,
seminar, lokakarya di dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, setiap tahun
perusahaan juga mengirimkan karyawannya untuk mengikuti pendidikan di
perguruan tinggi untuk menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan
karyawan (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
2.6 Bidang dan Kegiatan Usaha
Kimia Farma memiliki bidang usaha, yaitu industri yang didukung oleh unit
riset dan pengembangan, pemasaran, distribusi, ritel dan laboratorium klinik serta
klinik kesehatan (PT. Kimia Farma Tbk., 2011) (Tabel 2.1.).
Tabel 2.1 Bidang usaha PT Kimia Farma Tbk
Entitas Kegiatan Utama
PT. Kimia Farma Tbk. (holding) Industri, Riset dan Pengembangan, Pemasaran
PT. Kimia Farma Apotek (PT. KFA) Ritel Farmasi, Klinik Kesehatan
PT. Kimia Farma Diagnostika Laboratorium Klinik
PT. Kimia Farma Tbk. Trading and
Distribution (PT. KFTD)
Perdagangan dan Distribusi
2.6.1 Bidang Industri
PT. Kimia Farma Tbk. didukung oleh lima fasilitas produksi yang tersebar
di kota-kota besar di Indonesia, dimana fasilitas produksi ini merupakan tulang
punggung dari segmen industri (PT. Kimia Farma Tbk., 2011) (Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Lokasi pabrik dan sediaan produk yang dihasilkan
Pabrik Sediaan atau Produk
Jakarta Narkotika, obat anti HIV AIDS, tablet, tablet
salut, kapsul, granul, sirup kering,
suspensi/sirup, tetes mata, krim dan injeksi
Bandung Kina dan turunan-turunannya, herbal medicine
dan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR),
tablet, sirup, serbuk, dan pil KB.
Semarang Minyak jarak, minyak nabati dan kosmetika.
Watudakon Yodium dan garam-garamnya, bahan baku ferro
sulfat, kapsul lunak “yodiol”, vitamin A, tablet,
salep serta cairan obat luar.
Tanjung Morawa Tablet, krim dan kapsul.
a. Pabrik Jakarta merupakan satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang
mendapat tugas dari Pemerintah untuk memproduksi obat golongan
narkotika. Industri ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Baik (CPOB), ISO-9001:2008 serta mendapat rating ”A” untuk sertifikasi
dari Badan POM, Proper Biru dalam pengolahan limbah dari KLH dan
penghargaan dari Gubernur DKI untuk Ketaatan dan Kinerja Pengolahan
Lingkungan. Di pabrik ini juga telah beroperasi fasilitas pembuatan produk
Anti Retroviral (ARV) guna memenuhi kebutuhan obat HIV/ AIDS dalam
negeri. (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
b. Pabrik Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunannya serta Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) yang telah mendapatkan US-FDA
Approval (Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat),
menerima sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk produksi
tablet, sirup, serbuk, pil KB. Selain itu juga menerapkan Sistem Manajemen
Mutu ISO-9001:2008 serta mendapat rating ”A” untuk sertifikasi dari Badan
POM, Kosher Certificated dari Court of the Chief Rabbi Beth Din London,
sertifikat produk garam Kina dari European Directorate for the Quality of
Medicines (EDQM) dan sertifikat Halal MUI Jabar (PT. Kimia Farma Tbk.,
2011).
c. Pabrik Semarang mengkhususkan diri pada produksi minyak jarak, minyak
nabati dan kosmetika (bedak). Pabrik ini telah menerapkan Sistem
Manajemen Mutu ISO-9001:2008 serta telah mendapatkan sertifikat Cara
Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
d. Pabrik Watudakon Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang
mengolah tambang yodium di Indonesia dan telah mendapatkan sertifikat
CPOB, ISO-9002 dan ISO 14001. Pabrik ini juga memproduksi bahan baku
ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat penambah
darah serta kapsul lunak “yodiol” yang merupakan obat pilihan untuk
pencegahan gondok. Selain itu juga memproduksi obat dalam sediaan tablet,
tablet salut, salep dan cairan obat luar (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
e. Pabrik Tanjung Morawa Medan, Sumatera Utara. Produk dari pabrik ini
ditujukan untuk memasok kebutuhan obat di wilayah Sumatera dan sudah
mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO
9001:2008 serta mendapat rating ”A” untuk sertifikasi dari Badan POM (PT.
Kimia Farma Tbk., 2011).
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
9 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
UNIT RISET DAN PENGEMBANGAN PT. KIMIA FARMA Tbk.
3.1 Latar Belakang Berdirinya Unit Riset dan Pengembangan
Kegiatan penelitian dan pengembangan pada mulanya dilakukan oleh setiap
unit produksi, seiring dengan berkembangnya waktu, dilakukan pemusatan
kegiatan penelitian dan pengembangan secara menyeluruh di PT. Kimia Farma
Tbk. Hal ini terkait dengan adanya perubahan pola konsumsi di tengah
masyarakat dan persaingan pasar, sehingga diperlukan penelitian dan
pengembangan secara terpadu dan terfokus dari seluruh unit produksi guna
memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap obat. Untuk
mewujudkan hal tersebut, PT. Kimia Farma Tbk. membangun Unit Riset dan
Teknologi di bawah Direktorat Produksi pada tanggal 19 Juni 1991 dan berlokasi
di Jl. Cihampelas No. 5 Bandung (PT. Kimia Farma Tbk., 1999). Pada tahun
2003, bersamaan dengan perubahan struktur organisasinya, unit ini berubah nama
menjadi Unit Riset dan Pengembangan (Risbang) (Direksi PT. Kimia Farma Tbk.,
2009).
3.2 Visi
Visi Unit Risbang yaitu menjadi unit yang menghasilkan produk unggulan
yang bermutu, inovatif dan kompetitif di pasar (PT. Kimia Farma Tbk., 1999).
3.3 Misi
Misi Unit Risbang, antara lain (PT. Kimia Farma Tbk., 1999):
a. Mengembangkan produk baru farmasi, bahan baku kimia dan bahan baku obat
alami unggulan yang bermutu, berkhasiat dan kompetitif di pasaran.
b. Mengembangkan produk baru melalui kerjasama dengan lembaga penelitian
dalam dan luar negeri.
c. Mengembangkan penelitian produk eksis di pabrik untuk meningkatkan mutu
dan efisiensi.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
d. Mengembangkan sumber daya manusia yang mempunyai akhlak tinggi,
kompetensi tinggi dalam kaidah-kaidah pengembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang berorientasi pasar.
3.4 Fungsi
Adapun fungsi Unit Risbang, yaitu (PT. Kimia Farma Tbk., 1999):
a. Sebagai pusat penelitian produk baru dari bahan sintesis dan bahan alam
melingkupi penyediaan bahan baku, formulasi dan analisis.
b. Sebagai pusat penelitian renovasi produk eksis, bantuan teknis teknologi bagi
unit lain dan pengembangan berkelanjutan yang efisien dalam proses.
c. Sebagai pusat pembuatan dokumen registrasi.
d. Sebagai pusat informasi produk dan perkembangan ilmu pengetahuan serta
peraturan yang berhubungan dengan kefarmasian.
e. Sebagai koordinator kerja sama penelitian dengan institusi di luar PT. Kimia
Farma Tbk.
f. Pemantauan paten produk baru.
3.5 Kegiatan
Kegiatan yang berjalan di Unit Risbang, antara lain pengembangan produk
baru, peningkatan kualitas dan efisiensi, kerjasama pengujian produk, kerjasama
penelitian serta dokumen registrasi produk (PT. Kimia Farma Tbk., 1999).
3.5.1 Pengembangan Produk Baru
Kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan obat baru, antara lain
mengembangkan produk ethical, produk generik dan OTC. Selain itu Unit
Risbang juga mengembangkan produk baru untuk program-program pemerintah,
seperti pembuatan obat flu burung, kapsul oseltamivir, ARV yang digunakan
untuk terapi HIV-AIDS dan yodium yang dikemas dalam bentuk kapsul lunak.
Pengembangan produk baru juga dilakukan untuk produk-produk herbal dan
kosmetik (PT. Kimia Farma Tbk., 1999).
3.5.2 Peningkatan Kualitas dan Efisiensi (Renovasi Produk Eksis)
Dalam kegiatan peningkatan kualitas dan efisiensi antara lain dengan
pengurangan kadar alkohol untuk sediaan obat paten Batugin Eliksir dan
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
11
Universitas Indonesia
Enkasari, penggantian bahan ekstrak sirih pekat untuk Enkasari serta perubahan
pada beberapa produk eksis lainnya (PT. Kimia Farma Tbk., 1999).
3.5.3 Kerjasama Pengujian Produk
Beberapa kerjasama yang dilakukan antara lain untuk pengujian
bioekivalensi ARV, FDC dan lainnya. Selain itu juga dilakukan uji khasiat untuk
Fitodiar, Fitogaster, Fitorema dan beberapa produk PT. Kimia Farma Tbk.
lainnya. Uji klinis dilakukan untuk beberapa produk, seperti Loric dan lainnya
(PT. Kimia Farma Tbk., 1999).
3.5.4 Kerjasama Penelitian
Dalam kerjasama di bidang penelitian, Unit Risbang bekerja sama dengan
beberapa perguruan tinggi, seperti UI, ITB dan UGM. Selain itu bekerja sama
juga dengan LIPI, konsultan teknologi dan beberapa lembaga penelitian lainnya
(PT. Kimia Farma Tbk., 1999).
3.5.5 Dokumentasi Registrasi Produk
Untuk dokumentasi registrasi produk, antara lain membuat dokumen
registrasi untuk obat-obat baru, produk obat variasi, produk lisensi ataupun
produk ekspor (PT. Kimia Farma Tbk., 1999).
3.6 Struktur Organisasi
Pada struktur organisasi Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk., terdapat
bagian umum, administrasi, personalia, keuangan, akuntansi dan bertanggung
jawab langsung kepada Manager Unit Risbang. Awalnya, Unit Risbang terdiri
dari tiga sub unit utama yaitu Sub Unit Pengembangan Formulasi dan Ekstraksi
Bahan Alam (EBA), Sub Unit Pengembangan Metoda Analisis dan Validasi serta
Sub Unit Pengolahan Informasi Registrasi (Lampiran 2) (Direksi PT. Kimia
Farma Tbk., 2009).
Seiring berjalannya waktu, Sub Unit Pengembangan Formulasi dan
Ekstraksi Bahan Alam (EBA) berpisah, sehingga Unit Risbang terdiri dari empat
sub unit. Selain itu, Sub Unit Pengolahan Informasi Registrasi berubah nama
menjadi Sub Unit Registrasi dan Desain Kemasan. Masing-masing sub unit di
pimpin oleh asisten manager yang membawahi beberapa supervisor. Perubahan
struktur yang ada telah direalisasikan hanya saja masih dalam proses pengesahan.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
3.6.1 Bagian Umum dan Administrasi Personalia
Bagian Umum membawahi beberapa bagian, yaitu bagian sekretariat,
pengadaan, pemeliharaan, personalia dan gudang. Bagian umum ini bertugas
untuk melakukan pemeliharaan gedung, laboratorium, rumah dinas, kendaraan
dinas, instrumen, mesin-mesin serta menangani proses pengadaan barang.
Proses pengadaan barang diawali dengan permintaan barang yang diajukan
oleh peminta (user) atau suatu bagian dengan menggunakan Surat Permintaan
Pemesanan Barang/Jasa (SPPB/J). SPPB/J ini ditandatangani oleh peminta (user),
penanggung jawab, pengendali anggaran dan manager. Selanjutnya, SPPB/J akan
diterima oleh bagian pengadaan dan hal yang perlu dilakukan oleh bagian ini
adalah mencari penawaran dari pemasok dan melakukan evaluasi dari tahap
penawaran tersebut, baik dari segi kualitas, harga, jangka waktu pengiriman
barang dan jangka waktu pembayaran.
Setelah ditemukan pemasok yang sesuai, dibuatlah Surat Pesanan
Barang/Jasa (SPB/J) oleh bagian pengadaan yang ditandatangani oleh manager
dan pemasok serta terdiri dari enam rangkap, yaitu dua rangkap untuk pemasok,
satu rangkap masing-masing untuk bagian administrasi, pengadaan, akuntasi dan
gudang.
Bagian gudang bertugas menerbitkan Berita Acara Penerimaan Barang
(BAPB) yang menyatakan bahwa barang telah diterima dan siap untuk dipakai.
Bon Permintaan Alat/Barang dibuat oleh bagian gudang sebagai tanda bukti
bahwa barang tersebut telah diambil oleh peminta (user). BAPB selanjutnya
diserahkan ke bagian keuangan sebagai syarat dalam pembayaran.
Bagian gudang Unit Risbang hanya berfungsi sebagai gudang transit, yaitu
setiap bahan baku yang datang dari pemasok langsung diserahkan kepada sub unit
masing-masing sehingga gudang tidak bertanggung jawab terhadap penyimpanan
bahan baku. Bahan yang disimpan di gudang ini hanya alkohol 95% dan aquadest
karena hanya bahan ini yang selalu digunakan oleh setiap sub unit.
3.6.2 Bagian Akuntansi dan Keuangan
Bagian akuntansi dan keuangan bertanggung jawab langsung kepada
Manager Unit Risbang. Unit Risbang hanya melakukan pengeluaran dana dan
tidak ada dana pemasukan, oleh karena itu unit ini dikatakan sebagai Cost Center.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Bagian akuntansi dan keuangan terdiri dari bagian anggaran dan perhitungan
pajak serta akuntansi.
Permintaan dana ke PT. Kimia Farma Tbk., dinyatakan dalam bentuk
Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang disusun minimal enam bulan
sebelum tahun anggaran. RKAP dibuat berdasarkan rapat koordinasi dengan
seluruh bagian Risbang, kemudian dievaluasi oleh bagian keuangan. Setelah
diketahui dan disetujui oleh Manager Unit Risbang, rencana ini dikirim ke kantor
pusat. Tiap bulan, triwulan, semester atau tahunan, dibuat laporan Realisasi Kerja
Anggaran Perusahaan. Laporan realisasi tahun sebelumnya digunakan sebagai
kontrol dari laporan tahun yang berjalan.
Bagian akuntansi bertugas membukukan semua biaya kegiatan, baik bagian
umum maupun biaya penelitian yang dilakukan oleh sub unit utama serta
membuat laporan yang ditujukan kepada kantor pusat setiap bulannya dalam
bentuk laporan neraca laba rugi dan cash flow. Setiap tiga bulan sekali dibuat
laporan keuangan secara keseluruhan yang akan diserahkan disamping kepada
kantor pusat, juga kepada para pemegang saham dan Bursa Efek Jakarta. Selain
itu, bagian ini juga membuat Annual Report setiap tahunnya yang
menggambarkan keadaan perusahaan PT. Kimia Farma Tbk. secara umum yang
dapat dikonsumsi oleh publik maupun para investor yang ingin melihat aset,
jaminan dan perkembangan perusahaan.
Auditor Kimia Farma dapat berasal dari pemegang saham yang
menggunakan jasa akuntan publik, pemerintah melalui Badan Pemeriksa
Keuangan, dan dari pihak internal perusahaan yang tergabung dalam Satuan
Pengawas Intern dari kantor pusat di Jakarta.
3.6.3 Sub Unit Pengembangan Formulasi
Sub Unit Pengembangan Formulasi bertugas untuk mengembangkan
formula baik untuk bahan sintesis maupun bahan alam, mereformulasi produk
eksis, memberikan bantuan baik internal maupun eksternal PT. Kimia Farma Tbk.
serta bekerja sama dalam melakukan uji bioekivalen, uji khasiat, toksistas dan
ketersediaan hayati dengan lembaga penelitian tertentu.
Pengembangan suatu produk baru dimulai dari adanya ide yang diusulkan
oleh Unit Pemasaran, Produksi, Risbang ataupun dari Dewan Direksi yang
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
14
Universitas Indonesia
kemudian diajukan dalam rapat koordinasi produk baru. Adapun alur
pengembangan produk baru dapat dilihat pada Lampiran 3.
Langkah-langkah pengembangan produk baru, antara lain:
a. Praformulasi dan studi literatur untuk mengetahui sifat fisika kimia zat aktif.
b. Mencari informasi mengenai produk kompetitor.
c. Merancang beberapa formula alternatif berdasarkan hasil praformulasi dan
studi literatur serta melakukan uji interaksi dengan tujuan untuk mengetahui
apakah terjadi interaksi antara zat aktif dengan bahan pembantu atau antara
bahan pembantu satu dengan lainnya.
d. Membuat formula alternatif dalam skala laboratorium dan dievaluasi oleh
bagian analisis untuk dipilih formulasi yang paling baik dari segi analisis.
e. Melakukan validasi proses untuk formula yang telah dipilih.
f. Melakukan uji stabilitas dipercepat terhadap formula yang telah dipilih, pada
temperatur 40° ± 2°C dengan RH 75% ± 5% minimal selama enam bulan (0,
3, 6 bulan).
g. Membuat formula yang telah dipilih dalam skala pilot, kemudian dilakukan
validasi proses dan uji stabilitas. Uji stabilitas yang dilakukan adalah uji
stabilitas dipercepat (temperatur 40° ± 2°C dengan RH 75% ± 5%, minimal
enam bulan) dan jangka panjang (temperatur 25° ± 2°C/ 30° ± 2°C dengan
RH 60% ± 5% / 65% ± 5%, minimal 12 bulan). Sampel yang diuji minimal
tiga bets pertama.
h. Menyusun dokumen yang diperlukan untuk registrasi, baik Batch Record atau
Catatan Pengolahan Bets (CPB), protokol validasi, laporan validasi dan
laporan hasil uji stabilitas dipercepat dari skala pilot.
i. Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi (BA/BE). Uji bioekivalensi dilakukan
pada produk yang mengandung zat aktif sesuai dengan yang telah ditetapkan
oleh Badan POM.
j. Formula yang telah mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) dibuat dalam skala
produksi dan dibuat laporan validasi proses.
3.6.4 Sub Unit Pengembangan Ekstraksi Bahan Alam
Sub unit ini terdiri dari dua bagian, yaitu budidaya tanaman dan
laboratorium/pilot ekstraksi bahan alam. Pengembangan produk bahan alam dapat
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
berasal dari tumbuhan dan mineral. Bahan baku alam PT. Kimia Farma Tbk.,
yaitu tanaman segar, simplisia, ampas, ekstrak ataupun isolat yang telah
distandarisasi. Sasaran sub unit pengembangan ekstraksi bahan alam, antara lain:
a. Perbaikan proses produksi yang eksis di pabrik, yaitu memperoleh teknologi
proses yang efisien.
b. Pengembangan produk dari produk yang eksis di pabrik, yaitu memperoleh
produk kimia dan bahan alam bermutu dan efisien yang berasal dari produk
yang telah ada.
c. Produk dan proses baru, yaitu memperoleh produk baru kimia dan bahan
alam bermutu dan efisien sebagai bahan baku farmasi, produk penunjang
pertanian dan produk pengolahan limbah.
d. Pelayanan, yaitu melayani kebutuhan bahan alam dan proses pengolahan
bahan alam, baik internal maupun eksternal PT. Kimia Farma Tbk.
3.6.4.1 Budidaya Tanaman
Bagian ini memiliki target dalam melaksanakan tugasnya, yaitu
menghasilkan tanaman dengan kuantitas yang maksimal dan memenuhi standar
mutu yang telah ditetapkan (kadar zat identitas maksimal). Untuk mencapai target
tersebut, terdapat sarana pendukung yaitu Kebun Percobaan Banjaran (KP
Banjaran), Kebun Tanaman Obat Bintang (KTO Bintang) dan laboratorium kultur
jaringan.
Adapun alur budidaya tanaman, meliputi:
a. Melakukan studi literatur untuk mencari informasi mengenai nomenklatur
tanaman, bagian tanaman yang digunakan (daun, batang, herba, rimpang dan
lainnya), khasiat dan kandungan kimia dari tanaman tersebut.
b. Melakukan eksplorasi, dilanjutkan dengan penetapan profil untuk mengetahui
deskripsi (makroskopis dan mikroskopis), sistematis tanaman (taksonomi),
studi ekologi dan habitat untuk memperoleh data daya adaptasi tanaman di
lingkungan baru.
c. Mengembangkan tanaman sebagai tanaman koleksi di KP Banjaran dengan
proses pembibitan, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan, selanjutnya
diteliti oleh bagian analisis untuk memastikan bahwa bahan yang dihasilkan
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
d. Menetapkan apakah tanaman tersebut akan dikembangkan atau hanya cukup
sebagai tanaman koleksi. Apabila dikembangkan, maka akan dilakukan
proses pembibitan hingga pemanenan di KTO Bintang.
Tujuan dari pengembangan budidaya tanaman di KTO Bintang, yaitu untuk
menunjang produk, produksi internal PT. Kimia Farma Tbk. (kemandirian bahan
baku alam), mempercepat peremajaan tanaman kina dan pengadaan bibit kina
yang optimal baik dari segi kuantitas, kualitas maupun waktu.
Adapun program yang dilaksanakan di KTO Bintang untuk mencapai tujuan
tersebut, antara lain:
1. Untuk tanaman kina, yaitu:
a. Kultur jaringan kina.
b. Optimalisasi pembibitan tanaman kina.
c. Sistem panen baru tanaman kina, misalnya dengan cara dikuliti.
d. Peremajaan tanaman kina dengan sistem sambung tempel.
e. Pengaruh tanaman penutup tanah pada area-area tanaman kina.
2. Untuk non-kina, yaitu:
Dikembangkan tanaman kunyit, temulawak, temu putih, stevia, purwaceng,
ashitaba, dan bioremediasi ampas kina, sirih dan lainnya.
Program kultur jaringan yang terdapat dalam bagian budidaya tanaman
bertujuan untuk mempertahankan kualitas bibit, mengurangi biaya pembibitan,
tingkat kematian bibit dan tingkat keragaman kualitas bibit serta mempercepat
proses perbanyakan bibit.
3.6.4.2 Laboratorium/Pilot Ekstraksi Bahan Alam
Bagian ini memiliki target dalam melaksanakan tugasnya,yaitu kualitas
memenuhi standar mutu, kuantitas maksimal (rendemen/yield maksimal), layak
secara teknik (dapat diaplikasikan skala industri), ekonomis (biaya relatif rendah)
dan ramah lingkungan (relatif tidak memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan). Adapun ruang lingkup laboratorium/pilot ekstrak bahan alam
meliputi:
a. Pembuatan bahan baku berupa ekstrak, isolat termasuk mencari/membuat zat
marker (standar) dan sintesis kimia. Bahan baku formulasi maupun non
formulasi.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
17
Universitas Indonesia
b. Renovasi produk dan proses (proses produksi, proses pengolahan limbah)
yang eksis di pabrik untuk tujuan efisiensi.
c. Pemanfaatan limbah (padat, cair maupun gas) yang dihasilkan pada proses
produksi.
3.6.5 Sub Unit Pengembangan Metode Analisis dan Validasi
Sub Unit Pengembangan Metode Analisis dan Validasi mempunyai fungsi
dan tugas untuk mencari atau meneliti metoda analisa yang valid untuk sediaan
farmasi, melakukan analisa terhadap produk-produk baru, melakukan pemeriksaan
mikrobiologi, menentukan waktu kadaluarsa dari suatu produk baru, melakukan
pengujian dan pengawasan stabilitas suatu produk. Adapun tugas dari sub unit ini
antara lain:
a. Mencari, mengelola dan mengembangkan metode analisis produk hasil
penelitian pengembangan formulasi.
b. Merancang dan mengelola validasi metode analisis terpilih.
c. Membuat prosedur tetap pengujian dan spesifikasi obat jadi.
d. Membuat prosedur tetap validasi dan protokol validasi.
e. Membuat prosedur tetap pengujian dan spesifikasi bahan baku.
f. Mengelola kalibrasi alat uji, ketersediaan bahan baku dan alat.
g. Melakukan analisis terhadap bahan baku sintesis.
h. Mencari, mengelola dan mengembangkan metode analisis produk hasil
penelitian pengembangan Formulasi EBA.
i. Membuat profil simplisia dan ekstrak menurut Materia Medika Indonesia
(MMI).
j. Membuat prosedur tetap pengujian dan spesifikasi simplisia, ekstrak dan isolat.
k. Membuat protokol stabilitas.
l. Mengelola pelaksanaan pemeriksaan uji stabilitas hasil penelitian
pengembangan formulasi.
m. Mengevaluasi dan mendokumentasikan hasil stabilitas produk pengembangan
formulasi.
n. Uji potensi sediaan antibiotik dengan menentukan Kadar Hambat Minimum
(KHM) pada medium yang sesuai.
o. Uji sterilitas sediaan steril, seperti obat tetes mata dan salep gentamisin.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
p. Uji Angka Lempeng Total (ALT).
3.6.6 Sub Unit Registrasi dan Desain Kemasan
Sub unit ini berperan dalam membuat dokumen registrasi, baik untuk
produk baru, impor maupun ekspor. Dokumen registrasi ini akan diajukan kepada
Badan POM dengan tujuan untuk mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE). Selain
itu, sub unit ini juga bertugas untuk mengurus dokumen registrasi yang bertujuan
untuk memperpanjang masa NIE.
Dokumen yang dibutuhkan dalam penyusunan dokumen registrasi diperoleh
dari Sub Unit Pengembangan Formulasi, Sub Unit Pengembangan Metode
Analisis dan Validasi serta Sub Unit Pengembangan Ekstraksi Bahan Alam.
Setelah dokumen registrasi telah dilengkapi, maka akan dikirimkan ke PT. Kimia
Farma Tbk. (Holding Officer) yang terdapat di Jakarta untuk di proses ke Badan
POM.
Sub unit ini juga berperan sebagai pusat dokumentasi dan informasi
(pusdokinfo) yang bertugas memberikan informasi mengenai produk farmasi yang
dihasilkan PT. Kimia Farma Tbk. kepada masyarakat. Selain itu, tugas lainnya
yaitu bertanggung jawab dalam mengelola perpustakaan yang terdapat di Unit
Risbang, antara lain bertanggung jawab terhadap pemeliharaan bahan pustaka
yang berguna sebagai sumber informasi baik untuk pihak internal maupun
eksternal PT. Kimia Farma Tbk.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
19 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
PT. Kimia Farma Tbk. merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang telah berdiri sekitar 40 tahun di Indonesia. Berbagai macam jenis
produk obat telah diproduksi. Seiring dengan perkembangan zaman, maka PT.
Kimia Farma Tbk. harus mampu mempertahankan eksistensinya dalam dunia
kesehatan, salah satunya dengan mengembangkan produk baru, memperbaiki
mutu produk dan efisiensi proses produksi.
Unit Riset dan Pengembangan yang terletak di Jalan Cihampelas No. 5
Bandung merupakan bagian dari unit PT. Kimia Farma Tbk. yang berperan dalam
proses pengembangan produk. Unit ini terdiri dari beberapa sub unit yang
menunjang kinerjanya, yaitu Sub Unit Pengembangan Formulasi, Sub Unit
Pengembangan Ekstraksi Bahan Alam, Sub Unit Pengembangan Metode Analisis
dan Validasi serta Sub Unit Registrasi dan Desain Kemasan. Berikut pembahasan
mengenai fungsi masing-masing sub unit tersebut.
4.1 Sub Unit Pengembangan Formulasi
Sub Unit Pengembangan Formulasi merupakan bagian terpenting dari suatu
industri farmasi yang berperan dalam mengembangkan formula untuk produk
baru, baik yang mengandung bahan sintesis maupun bahan alam, mereformulasi
produk yang telah beredar di masyarakat, membantu memecahkan masalah yang
datang dari bagian produksi, berpartisipasi dalam pemilihan bahan baik bahan
baku ataupun bahan pembantu yang murah dengan tujuan untuk menekan biaya
produksi serta bekerja sama dalam melakukan uji bioekivalen dan bioavailabilitas,
uji khasiat dan toksisitas dengan lembaga penelitian tertentu.
Alur pengembangan produk baru dimulai dari munculnya ide yang
bersumber dari unit pemasaran, produksi, risbang dan dewan direksi, kemudian
dirapatkan dalam rapat koordinasi produk baru. Untuk pengembangan produk
baru program pemerintah, pengembangannya tidak perlu diajukan dalam rapat
koordinasi. Hasil rapat berupa Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
20
Universitas Indonesia
mengandung keputusan produk baru yang akan diproduksi, waktu dimana produk
tersebut mulai diproduksi dan mulai diedarkan ke pasaran.
Produk baru yang akan dibuat merupakan hasil pertimbangan berdasarkan
tren pasar, minat konsumen dan anggaran yang ada. Seluruh Sub Unit Risbang
akan melakukan kegiatan team untuk merealisasikan produk baru tersebut sesuai
dengan bidang kerjanya masing-masing, Sub Unit Pengembangan Formula akan
melakukan praformulasi dan studi literatur untuk mengetahui sifat fisikokimia zat
aktif, seperti kelarutan, titik leleh, stabilitas, efek farmakologi dan lainnya. Setelah
itu mencari informasi mengenai produk kompetitor, baik dari segi harga hingga
bahan baku yang digunakan.
Perancangan beberapa formula alternatif yang akan dibuat dalam skala
laboratorium, kemudian dianalisis baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologi,
dan dipilih formula yang paling memenuhi syarat. Validasi proses dan uji
stabilitas dipercepat dilakukan pada formulasi yang telah dipilih, kemudian dibuat
dalam skala pilot yang jumlahnya 1/10 dari skala produksi atau 100.000 tablet.
Hasil dari skala pilot akan di analisis oleh Sub Unit Pengembangan Metode
Analisis dan Validasi kemudian dilakukan validasi proses, uji stabilitas jangka
panjang dan dipercepat. Selain itu, dibuat Batch Record atau Catatan Pengolahan
Bets (CPB), protokol dan laporan validasi, protokol dan laporan hasil uji stabilitas
dipercepat dari skala pilot yang diperlukan untuk melengkapi dokumen registrasi
ke Badan POM.
Produk PT. Kimia Farma Tbk. yang termasuk dalam kategori produk yang
wajib dilakukan uji bioekivalensi (BE) menurut Badan POM harus dilakukan uji
bioekivalensi. Pengujian bioekivalensi (BE) diperlukan dengan tujuan untuk
mengetahui ekivalensi secara terapetik antara obat copy dengan obat inovator.
Untuk melakukan pengujian tersebut, PT. Kimia Farma Tbk. menjalin kerja sama
dengan laboratorium penelitian yang telah terakreditasi untuk melakukan uji BE
sesuai dengan protokol yang telah disetujui komisi etik. Pada proses uji BE, PT
Kimia Farma Tbk. bertindak sebagai sponsor yang berperan dalam menyediakan
dana, produk uji, data pendukung awal dan mengawasi jalannya uji BE. Beberapa
hal yang perlu diawasi diantaranya adalah fasilitas, pemenuhan prosedur Good
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Laboratory Practice (GLP), kesesuaian alur proses BE dengan protokol serta
pemenuhan hak volunteer oleh institusi pelaksana BE.
4.2 Sub Unit Pengembangan Ekstraksi Bahan Alam
Sub unit ini telah berdiri sendiri dan tidak bergabung lagi dengan Sub Unit
Pengembangan Formulasi. Hal ini disebabkan semakin maraknya penelitian
mengenai bahan alam dan merupakan lahan yang potensial di industri farmasi.
Bahan alam yang digunakan sebagai bahan baku antara lain tanaman segar,
simplisia, ekstrak atau isolat yang diperoleh melalui proses tertentu dan
terstandardisasi.
Selain itu, sub unit ini awalnya terdiri dari tiga sub bagian, yaitu budidaya
tanaman, laboratorium/pilot ekstraksi bahan alam dan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
(K3L). Akan tetapi, untuk saat ini bagian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L) telah
menjadi tanggung jawab dari masing-masing unit PT. Kimia Farma Tbk.
Proses budidaya tanaman PT. Kimia Farma Tbk. dilakukan di Kebun
Percobaan Banjaran (KP Banjaran), Kebun Tanaman Obat Bintang (KTO
Bintang) dan Laboratorium Kultur Jaringan. KP Banjaran memiliki area
perkebunan seluas 5 hektar dengan 13 orang personil yang bekerja didalamnya,
sedangkan di KTO Bintang memiliki area perkebunan seluas 1.060 hektar dengan
300 orang personel yang bekerja didalamnya. Di KTO Bintang, ditanami tanaman
kayu yang berfungsi untuk mencegah erosi dan dapat menjadi sumber
penghasilan. Selain itu, terdapat tanaman kacang-kacangan yang berfungsi untuk
menghindari tumbuhnya gulma, mengurangi penggunaan herbisida serta untuk
mengikat nitrogen dari udara.
Seluruh bahan alam yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam
formulasi harus distandarisasi, baik berdasarkan proses, kimia, fisik maupun
mikrobiologi. Sub Unit Pengembangan EBA juga berperan dalam memanfaatkan
limbah hasil produksi, salah satunya ampas kina. Ampas kina tersebut diolah
menjadi bahan yang dapat digunakan kembali, misalnya pupuk. Untuk limbah
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
22
Universitas Indonesia
lainnya yang tidak dapat diolah maka akan di kelola dalam IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah).
4.3 Sub Unit Pengembangan Metode Analisis dan Validasi
Tugas dari sub unit ini ada yang bersifat pengujian ataupun penelitian bahan
baku maupun produk jadi. Pengujian yang dimaksud adalah menguji atau
menganalisis suatu bahan baku dan produk jadi dengan menggunakan prosedur
tetap dan protokol metode analisis yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian
yang dimaksud adalah meneliti bahan baku atau produk jadi yang baru, kemudian
ditetapkan metode analisis yang sesuai. Setelah itu dibuat prosedur tetap maupun
protokol validasi metode analisis.
Kalibrasi terhadap instrumen dilakukan dengan tujuan untuk menunjang
analisis dan validasi yang dilakukan. Kalibrasi dilakukan oleh seorang yang
kompeten dan telah memiliki sertifikat kompetensi dalam hal kalibrasi. Kalibrasi
instrumen dilakukan dalam jangka waktu tertentu, baik satu tahun maupun enam
bulan sekali.
Uji stabilitas terhadap produk jadi, baik dipercepat ataupun jangka panjang,
dilakukan oleh sub unit ini. Uji stabilitas dipercepat (accelerated stability)
dilakukan pada suhu 40° ± 2°C dengan kelembapan relatif 75% ± 5%, sedangkan
uji stabilitas jangka panjang (on going stability) dilakukan pada temperatur 25° ±
2°C / 30° ± 2°C dengan kelembaban relatif 60% ± 5% / 65% ± 5%. Produk
disimpan dalam alat climatic chamber. Untuk uji stabilitas dipercepat,
pengambilan sampel dilakukan pada saat awal, 3 dan 6 bulan.
Uji stabilitas jangka panjang dilakukan pada saat awal, 3, 6, 9, 12, 18, 24, 36
bulan, selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui ada tidaknya penurunan
kadar dan perubahan fisik, kimia maupun biologi dari produk tersebut sehingga
saat kadar obat tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan pada periode
waktu tertentu maka periode tersebut ditetapkan sebagai waktu kadaluarsa obat.
Sub unit ini akan membuat protokol dan laporan hasil uji stabilitas yang akan di
cantumkan dalam Catatan Pengolahan Bets.
Tugas lain sub unit ini adalah melakukan analisis secara mikrobiologi. Hal
ini dilakukan untuk menguji produk farmasi yang diharuskan untuk menentukan
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
23
Universitas Indonesia
kadar mikroba, seperti produk bahan alam dan produk sintesis seperti antibiotik
hingga sediaan steril. Analisis mikrobiologi yang dilakukan oleh sub unit ini
meliputi Uji Angka Lempeng Total (ALT) untuk menentukan jumlah bakteri dan
jamur total yang terdapat pada sampel yang diperiksa kemudian ditentukan jumlah
bakteri patogen, yaitu Eschericia coli, Salmonella typhosa, Staphylococcus aureus
dan Pseudomonas aeruginosa yang merupakan mikroba-mikroba indikator.
Uji mikrobiologi lainnya yaitu uji sterilitas sediaan steril yang bertujuan
untuk menetapkan apakah sediaan tersebut memenuhi persyaratan sesuai dengan
uji sterilitas yang tertera pada masing-masing monografi, sedangkan untuk
sediaan antibiotik dapat diuji Kadar Hambat Minimum (KHM) untuk menetapkan
konsentrasi minimal obat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
4.4 Sub Unit Registrasi dan Desain Kemasan
Sub unit ini bertugas untuk mendaftarkan produk jadi ke Badan POM
sehingga mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE). Produk yang telah memiliki NIE
dapat diproduksi dan diedarkan di masyarakat. Selain itu, tujuan lain dari
registrasi produk obat adalah untuk melindungi masyarakat dari peredaran produk
obat yang tidak sesuai dengan persyaratan khasiat (efficacy), mutu (quality) dan
keamanan (safety).
Dalam melaksanakan tugasnya, Sub Unit Registrasi dan Desain Kemasan
PT. Kimia Farma Tbk. bertanggung jawab untuk mengumpulkan semua dokumen
yang diperlukan dalam proses registrasi obat. Setelah dokumen yang diperlukan
telah siap, maka akan dikirimkan ke bagian Regulatory Officer (RO) PT. Kimia
Farma Tbk. yang terletak di Jakarta dan bagian inilah yang akan mengirimkan
dokumen registrasi ke Badan POM.
Proses registrasi diawali dengan pra-registrasi yang bertujuan untuk
konsultasi mengenai kelengkapan dokumen registrasi obat, menentukan biaya
evaluasi, jalur evaluasi obat dan kategori registrasi obat. Kategori registrasi obat
terdiri dari registrasi baru yang terdiri atas kategori 1-3; registrasi variasi yang
terdiri atas kategori 4-6; serta registrasi ulang yang terdiri atas kategori 7. Untuk
jalur evaluasi obat terdiri dari jalur 1 (40 Hari Kerja), jalur 2 (100 Hari Kerja) dan
jalur 3 (150 Hari Kerja) dan jalur 4 (300 Hari Kerja) (Badan POM, 2011).
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
24
Universitas Indonesia
Proses pra-registrasi berjalan selama 40 hari sejak diterimanya permohonan
pra-registrasi obat. Hasil Pra-Registrasi (HPR) berlaku selama satu tahun sejak
tanggal dikeluarkan, selanjutnya dokumen registrasi yang terdiri dari bagian 1
(dokumen administrasi dan informasi obat), bagian 2 (dokumen mutu), bagian 3
(dokumen uji non klinik) dan bagian 4 (dokumen uji klinik), diserahkan ke Badan
POM untuk dievaluasi. Produk obat yang dihasilkan oleh PT. Kimia Farma Tbk.
merupakan produk me too sehingga cukup menyerahkan dokumen registrasi
bagian 1 dan 2.
Evaluasi dilakukan oleh Badan POM melalui rapat Komisi Nasional
Penilaian Obat Jadi (KOMNAS POJ) sesuai dengan jalur evaluasi yang telah
ditentukan saat pra-registrasi. Setelah lolos evaluasi, maka akan diterbitkan
Nomor Izin Edar oleh Badan POM atas obat tersebut. Selain itu, sub unit ini juga
bertindak sebagai pusdokinfo yang berfungsi untuk memberikan informasi
mengenai produk obat yang dihasilkan oleh PT. Kimia Farma Tbk.
Sub Unit ini juga memiliki bagian desain kemasan mempunyai tugas
membuat desain dasar yaitu berupa informasi lengkap yang memang harus
dimasukkan ke dalam desain kemasan, seperti indikasi, posologi, kontraindikasi,
efek samping, peringatan, interaksi obat, cara penyimpanan dan lainnya. Untuk
desain lengkap, seperti bentuk, warna dan gambar dibuat oleh bagian pemasaran.
Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam penandaan desain kemasan
adalah tidak boleh mengalami perubahan setelah dilakukan registrasi dikarenakan
apabila ada perubahan desain kemasan setelah didapatkan NIE maka harus
dilakukan registrasi variasi, yaitu registrasi perubahan untuk obat yang sudah
mendapatkan NIE dan mengalami perubahan formulasi, teknologi produksi,
metoda analisis, klaim penandaan dan kemasan.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
25 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker di Unit Riset dan
Pengembangan PT. Kimia Farma Tbk., dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peran apoteker dalam suatu industri farmasi tidak hanya sebagai personel kunci
dalam unit produksi, pengawasan mutu ataupun pemastian mutu, akan tetapi
juga berperan dalam unit pengembangan produk.
2. Proses pengembangan suatu produk tidak hanya tanggung jawab dari Sub Unit
Pengembangan Formulasi, tetapi juga tanggung jawab dari Sub Unit
Pengembangan Ekstraksi Bahan Alam, Sub Unit Pengembangan Metode
Analisis dan Validasi serta Sub Unit Registrasi dan Desain Kemasan. Selain itu
merupakan hasil kerjasama dengan berbagai pihak, baik pihak direksi maupun
unit yang terdapat di PT. Kimia Farma Tbk.
5.2 Saran
Komunikasi yang baik antara pihak direksi, unit dan sub unit perlu
ditingkatkan sehingga dapat terciptanya kesesuaian antara kegiatan yang
dilaksanakan dengan rencana pengembangan yang telah disusun.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
26 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2011). Kriteria dan
Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Keputusan Direksi PT. Kimia Farma Tbk. No. KEP. 12A/DIR/VI/2009. (2009).
Keputusan Direksi PT. Kimia Farma Tbk. No. KEP. 12A/DIR/VI/2009
tentang Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Tbk. Jakarta: PT. Kimia
Farma Tbk.
PT. Kimia Farma Tbk. (1999). Company Profile PT. Kimia Farma Tbk. Jakarta:
PT. Kimia Farma Tbk.
PT. Kimia Farma Tbk. (2011). 40 Tahun Kimia Farma. Jakarta: PT. Kimia Farma
Tbk.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
Lampiran 1. Struktur Umum Organisasi PT. Kimia Farma Tbk.
DIREKTUR
PRODUKSI
DIREKTUR
UTAMA
DEWAN
KOMISARIS
DIREKTUR
UMUM & SDM
DIREKTUR
PEMASARAN
CORPORATE
SECRETARY
BUSINESS
DEVELOPMENT SATUANPENGAWAS
INTERN
DIREKTUR
KEUANGAN
PERENCANAAN &
PENGENDALIAN PRODUKSI
PENGADAAN PLANT SUPPLY CHAIN RISET &
PENGEMBANGAN
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
Lampiran 2. Struktur Organisasi Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk.
RISET DAN PENGEMBANGAN
PENGEMBANGAN
FORMULA & EKSTRAKSI
BAHAN ALAM
PENGOLAHAN
INFORMASI
REGISTRASI
PENGEMBANGAN
METODA ANALISIS
DAN VALIDASI
BUDIDAYA TANAMAN
OBAT
LAB & PILOT FORMULA ANALISIS
LAB & PILOT
EKSTRAKSI & ISOLASI
STABILITAS UMUM & ADM.
PERSONALIA
DOKUMEN
REGISTRASI
KTO BINTANG KALIBRASI
MIKROBIOLOGI
KELOMPOK
PENELITI
JABATAN
FUNGSIONAL
KEUANGAN &
AKUNTANSI
TEKNOLOGI
INFORMASI
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
Lampiran 3. Bagan Alur Pengembangan Produk Baru
KOORDINASI
DIREKSI
FORMULASI
RENCANA
PRODUK BARU
UNIT RISET &
PENGEMBANGAN
UNIT
PRODUKSI
UNIT
PEMASARAN
ANALISIS REGISTRASI DAN
DESAIN KEMASAN
METODE
ANALISIS YANG
VALID
BATCH RECORD
PROTOKOL
VALIDASI DAN
PROTAP
FORMULASI
YANG VALID
PEMASARAN
BPOM
DOKUMEN
REGISTRASI
SKALA
PRODUKSI
NOMOR IZIN
EDAR (NIE)
LAUCHING
PRODUCT
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI LITERATUR ATORVASTATIN
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
AMELIA ISYANA WARDHANI, S.Farm.
1106124624
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ATORVASTATIN
2.1 Hiperkolesterolemia ............................................................ 3
2.2 Penurunan Kadar Kolesterol ............................................... 4
2.3 Atorvastatin .......................................................................... 5
2.3.1 Monografi Atorvastatin ............................................ 5
2.3.2 Sifat Fisikokimia ..................................................... 6
2.4 Formula Tablet Atorvastatin ............................................... 7
2.5 Pembuatan Tablet Atorvastatin ........................................... 7
2.6 Studi Preformulasi ............................................................... 8
2.7 Studi Kompatibilitas ........................................................... 8
2.8 Parameter Sebelum Proses Pengempaan ............................. 8
2.9 Parameter Setelah Proses Pengempaan ............................... 8
2.10 Mekanisme Kerja ................................................................ 9
2.11 Farmakokinetik ................................................................... 9
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sediaan Atorvastatin Kalsium .............................................. 11
3.1.1 Lipitor® .................................................................... 11
3.1.2 Dosis dan Cara Penggunaan .................................... 11
3.1.3 Kontraindikasi ......................................................... 12
3.1.4 Perhatian .................................................................. 12
3.1.5 Efek Samping .......................................................... 12
3.1.6 Penyimpanan ........................................................... 13
3.1.7 Interaksi Obat .......................................................... 13
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 14
4.1 Kesimpulan .......................................................................... 14
4.2 Saran ..................................................................................... 14
DAFTAR ACUAN ..................................................................................... 15
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Kimia Atorvastatin Kalsium .................................. 6
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
The Millenium Development Goals (MDGs) adalah salah satu bentuk tujuan
bersama yang disetujui oleh masyarakat global dan digalakkan oleh PBB.
Program ini dicanangkan pada tahun 2000 dan ditargetkan untuk terpenuhi pada
tahun 2015. Adapaun tujuan yang ingin dicapai diantaranya mengurangi kemi-
skinan dan kelaparan, memenuhi tingkat pendidikan primer, mendukung
persamaan gender dan pemberdayaan wanita, mengurangi tingkat kematian anak,
meningkatkan tingkat kesehatan ibu, melawan HIV/AIDS, malaria dan penyakit
lainnya, menjamin pengendalian lingkungan, dan mengembangkan kerjasama
global untuk pembangunan.
Program ini menyediakan suatu rancangan kerja untuk seluruh komunitas
dunia untuk dapat bekerjasama dalam pencapaian pengembangan manusia
seutuhnya dimanapun dan oleh siapapun. Jika program ini tercapai, maka akan
dapat mengurangi separuh tingkat kemiskinan, 10 juta nyawa terselamatkan, dan
lebih banyak masyarakat akan mendapatkan keuntungan dari ekonomi global.
Di sisi lain, Non-communicable Diseases (NCDs) atau penyakit tidak
menular mulai disadari sebagai salah satu resiko dalam kehidupan, karena
merupakan penyebab dari 63 % dari kematian diseluruh dunia dan lebih kurang
90% dari kematian tersebut terjadi pada usia di bawah 60 tahun pada negara
negara berkembang. Setelah tiga setengah tahun pencanangan MDGs, berbagai
program kesehatan sudah hampir terpenuhi. Namun, sebagai salah satu tantangan
dalam pemenuhan seluruh tujuan tersebut, perlu adanya koordinasi yang lebih
jelas dan usaha yang lebih untuk mengatasi masalah NCDs atau penyakit tidak
menular. Hal ini disebabkan karena tujuan MDGs akan sulit tercapai apabila
masalah masalah terkait NCDs belum teratasi.
Tanggung jawab untuk mengatasi masalah ini bukan hanya bagian dari
pihak regulasi ataupun pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab bagi
seluruh tenaga kesehatan. Masing-masing mempunyai tanggung jawab yang
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
berbeda, dan farmasis ataupun apoteker juga mempunyai tanggung jawab
terutama dalam hal praktek kefarmasian dan asuhan kefarmasian. Apoteker tidak
hanya mempunyai peranan dalam hal manajemen obat, tetapi juga dalam hal
menyediakan obat yang berkualitas, baik dalam mengembangkan suatu bentuk
sediaan ataupun melalui penelitian untuk menemukan zat aktif yang baru.
PT. Kimia Farma Tbk. melalui Unit Riset dan Pengembangan PT. Kimia
Farma Tbk. berusaha mengembangkan suatu formulasi baru untuk mengatasi
salah satu penyakit yang tergolong dalam NCDs yakni hiperkolesterolemia, salah
satunya adalah Atorvastatin. Dalam proses pengembangan formula tentunya
dibutuhkan peran serta farmasis, khususnya apoteker.
Oleh karena itu, melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
dilaksanakan di Unit Riset dan Pengembangan PT. Kimia Farma, Sub Unit
Pengembangan Formulasi, peserta PKPA diberi tugas khusus yaitu melakukan
studi literatur mengenai Atorvastatin yang bertujuan untuk memperoleh data yang
akan digunakan sebelum merancang suatu formula baru.
1.2 Tujuan
Pemberian tugas khusus kepada peserta Praktek Kerja Profesi Apoteker
bertujuan untuk memahami langkah awal dan data yang diperlukan dalam
pengembangan formulasi obat baru.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
ATORVASTATIN
2.1 Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tingkat
kolesterol yang sangat tinggi dalam darah. Peningkatan kolesterol dalam darah
disebabkan kelainan pada tingkat lipoprotein. Tingginya kadar kolesterol dalam
tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit.
Hiperkolesterolemia dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Hiperkolesterolemia Primer
Hiperkolesterolemia primer adalah gangguan lipid yang terbagi menjadi 2 bagian,
yakni hiperkolesterol poligenik dan hiperkolesterol familial. Hiperkolesterol
poligelik disebabkan oleh berkurangnya daya metabolisme kolesterol, dan
meningkatnya penyerapan lemak.
Hiperkolesterolemia familial adalah meningkatnya kadar kolesterol yang sangat
dominan (banyak) akibat ketidakmampuan reseptor LDL. Penderita biasanya akan
mengalami gangguan penyakit jantung koroner (PJK) dengan kadar kolesterol
mencapai 1.000 mg/dl.
b. Hiperkolesterolemia Sekunder
Hiperkolesterolemia Sekunder terjadi akibat penderita mengidap suatu penyakit
tertentu, stress, atau kurang gerak (olahraga). Berbagai macam obat juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol. Wanita yang telah masuk masa menopause
(berhenti haid) jika diberi terapi estrogen akan mengalami peningkatan kadar
kolesterol (Wiryowidagdo, 2002).
c. Hiperkolesterolemia Turunan
Hiperkolesterolemia ini terjadi akibat kelainan genetis atau mutasi gen pada
tempat kerja reseptor LDL, sehingga menyebabkan pembentukan jumlah LDL
yang tinggi atau berkurangnya kemampuan reseptor LDL. Kejadian ini biasanya
ditandai dengan kadar kolesterol yang mencapai 400 mg/dl dan kadar HDL
dibawah 35 mg/dl, meskipun penderita sering berolahraga, memakan makanan
berserat, jarang mengkonsumsi lemak hewani dan tidak merokok (Suharti, 2006).
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
2.2 Penurunan Kadar Kolesterol
Prinsip utama pengobatan hiperkolesterolemia ialah mengatur diet yang
mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma
(Suyatna, 1995). Langkah pengaturan diet selalu dilakukan agar dapat
menghindari perlunya penggunaan obat (Katzung, 2002).
Pencegahan untuk penyakit hiperkolesterolemia sebagai berikut :
a. Berhenti merokok.
b. Tidak meminum alkohol.
c. Mengatur pola makan seimbang dan rendah lemak.
d. Perbanyak konsumsi makanan berserat, seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan.
e. Lakukan olahraga yang memadai sesuai dengan umur. Usahakan untuk
berolahraga setiap hari.
f. Menjaga berat badan ideal yang sesuai dengan tinggi badan.
g. Hindari stres (Wiryowidagdo, 2002).
Bila pengobatan secara non-farmakolgi tidak memberikan pengaruh,
diperlukan pemberian obat-obatan. Pemakaian obat hendaklah setepat mungkin.
Banyak obat-obat hiperkolesterolemia yang beredar di pasaran, dan obat-obat ini
hanya dapat dipakai apabila dengan diet yang ketat, olahraga teratur, dan
pengendalian faktor-faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol
dalam darah (Baaras, 1993).
Klasifikasi penggolongan obat untuk mengobati hiperkolesterolemia adalah
sebagai berikut:
a. Penghambat Reduktase HMG-CoA
Contohnya: Atorvastatin, lovastatin, pravastatin, rosuvastatin, simvastatin.
b. Resin Pengikat Asam Empedu
Contohnya: Cholestyramine, colestipol, colesevalam.
c. Derivat Asam Fibrat
Contohnya: Fenofibrate, gemfibrozil
d. Penghambat Absorpsi Kolesterol
Contohnya: Ezetimibe.
e. Nicotinic Acid
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
Contohnya: Niacin.
f. Agen hipolipidemia lain
Contohnya: Minyak ikan.
2.3 Atorvastatin
Atorvastatin merupakan Inhibitor HMG-CoA reduktase yang efektif dalam
menurunkan kadar LDL. Umumnya atorvastatin digunakan dalam bentuk garam
Ca nya yaitu atorvastatin kalsium (Lipitor).
Dalam BCS (Biopharmaceutics Classification System), atorvastatin kalsium
tergolong dalam kelas kedua yaitu obat dengan disolusi yang terbatas dan
permeabilitas yang baik, di mana bioavailabilitasnya dikontrol oleh dosis formula
dan tingkat pelepasan dari bahan obat.
2.3.1 Monografi Atorvastatin
1. Identifikasi
Identifikasi atorvastatin menggunakan Spektrofotometri Infra Red.
Prosedur: Sample dan standar dilarutkan dalam metanol kemudian
diuapkan hingga kering sampai massanya stabil, kemudian diukur dan
dibandingkan spektrum IR nya.
2. Penetapan kadar
Alat: KCKT
Detektor: UV-Vis (237 nm)
Kolom: C-18 (250 mmx 4,6 mm; ukuran partikel 0,5 µm) Perfectsil®,
suhu 25 °C, pre kolom: Filter tech Nylon-66; 0,45 µm
Fase gerak: Asetonitril 0,025M dan natrium Dihidrogen Fosfat pH 4,5
(55:45)
Laju alir: 1 ml/menit, volume injeksi 20 µm
Persiapan standar: serbuk dilarutkan dalam fase gerak, kemudian dibuat
penenceran dengan konsentrasi 2, 4, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm.
Kemudian masing-masing diukur dengan KCKT
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Persiapan sampel: sampel dilarutkan dalam fase gerak, kemudian dibuat
pengenceran dengan konsentrasi 2, 4, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm.
Kemudian masing-masing diukur dengan KCKT
3. Uji Disolusi Tablet Atorvastatin
Uji disolusi menggunakan tipe dayung. Medium disolusi menggunakan
Buffer Fosfat pH 6,8 dengan volume medium 900 ml. Disolusi dilakukan
selama 30 menit dengan kecepatan 75 RPM, suhu dijaga 37±0,5°C. Waktu
sampling yang baik adalah pada menit ke-5, 10, 15, 30.
2.3.2 Sifat Fisikokimia (USP’s Pending Monographs Guideline, 2012)
Nama Zat Aktif : Atorvastatin Kalsium
Nomor CAS : 134523-03-8
Rumus Molekul : C66H68CaF2N4O10
Berat Molekul : 1155.34
Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih hingga hampir putih
Kelarutan : Tidak larut dalam larutan ≤ pH 4; sangat sedikit
larut dalam aquadest, buffer fosfat pH 7,4 dan
asetonitril; sedikit larut dalam etanol; mudah larut
dalam metanol.
Struktur Kimia :
Gambar 2.1 Struktur Kimia Atorvastatin Kalsium
Penyimpanan : Simpan pada wadah yang kedap udara dan
terlindung dari cahaya pada suhu antara 5°C
hingga 30°C (41°F hingga 86°F).
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
Indikasi : Atorvastatin kalsium merupakan gen
antihiperlipoproteinemia (HMG-CoA reduktase
inhibitor). Statin menurunkan LDL hingga 25-55%
dan TG 10-25%, serta meningkatkan HDL 5%.
2.4 Formula Tablet Atorvastatin
1. Atorvastatin Kalsium
2. Magnesium Oksida
3. Natrium Bikarbonat
4. Kalsium Karbonat
5. Laktosa Monohidrat
6. Dikalsium Fosfat
7. Mikrokristalin Selulosa
8. Manitol
9. Butil Hidroksi Anisol (BHA)
10. Polysorbate 80
11. Magnesium Stearat
12. Opadry White YS-1-7040
2.5 Pembuatan Tablet Atorvastatin
1. Laktosa monohidrat diayak pada ayakan dengan mesh 40
2. Polysorbate 80 dan BHA dilarutkan dalam 5ml etanol
3. Larutan Polysorbate dan BHA dituangkan di atas Laktosa Monohidrat dan
dikeringkan diatas nampan pengering pada suhu 40-45oC hingga LOD
yang diinginkan tercapai dan Laktosa Monohidrat dapat melewati
pengayak dengan mesh 40
4. Seluruh bahan harus dapat melalui pengayak mesh 40, kecuali Magnesium
Stearat, dicampur selama 25 menit didalam octagonal blender
5. Kemudian campuran diayak pada pengayak 2mm. Pada tahap ini
dilakukan analisis hasil ayakan dan perhitungan % fines dan granul
6. Mikrokristalin selulosa yang telah diayak dimasukkan ke dalam campuran
dan dihomogenkan selama 10 menit
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
7. Lalu Magnesium Stearat yang telah diayak dimasukkan kedalam campuran
dan dihomogenkan selama 5 menit
8. Tentukan parameter dan strategi optimisasi
2.6 Studi Preformulasi
Penelitian terhadap bentuk sediaan oral Atorvastatin Kalsium telah
dilakukan. Dari hasil penelitian, bentuk sediaan oral paling cocok dan paling
stabil untuk Atorvastatin Kalsium adalah bentuk tablet. Bentuk tablet dipilih
karena memiliki umur simpan yang baik dan tidak mudah terdegradasi, khususnya
dalam kasus Atorvastatin Kalsium.
2.7 Studi Kompatibilitas
Dari hasil penelitian dan pengamatan terhadap interaksi zat aktif
Atorvastatin Kalsium dengan eksipien-eksipien yang ada dalam formula,
diketahui bahwa Atorvastatin Kalsium bersifat compatible dengan eksipien-
eksipien yang digunakan. Hal tersebut dapat disimpulkan dari hasil pengamatan
secara fisik.
2.8 Parameter Sebelum Proses Pengempaan
Loss On Drying (LOD) serbuk dan granul
Analisis Berat Jenis (BJ) granul
Indeks Kompresibilitas granul dan rasio Hausner’s
Analisis granul
2.9 Parameter Setelah Proses Pengempaan
Keragaman bobot tablet
Ketebalan tablet (Vernier Caliper)
Kekerasan tablet (dalam Newton)
Disintegrasi tablet
Friabilitas tablet
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
2.10 Mekanisme Kerja
Efek penurunan kolesterol statin bekerja karena golongan ini merupakan
inhibitor kompetitif 3-hidroksi-3-metilglutaril CoA Reduktase (HMG-CoA)
reduktase, yang merupakan enzim yang mengkatalisis perubahan HMG-CoA
menjadi mevalonat dalam biosintesis kolesterol. Akibat adanya penghambatan
sintesis kolesterol, jumlah kolesterol pada hepatosit menurun, sehingga
menyebabkan aktivasi Sterol Regulatory Element Binding Protein (SREBP) yang
merupakan faktor transkripsi yang normalnya terdapat pada sitoplasma. SREBP
selanjutnya berdifusi ke dalam nucleus dan mengikat Sterol Response Elements
(SRE), menyebabkan peningkatan transkripsi gen reseptor LDL. Jumlah reseptor
LDL meningkat sehingga mengikat lebih banyak LDL-plasma. Akibatnya, jumlah
LDL plasma menurun. Reseptor LDL juga mengikat VLDL dan IDL karena
keduanya banyak mengandung ApoE, yang dikenali oleh reseptor LDL. VLDL
dan IDL adalah prekursor LDL, sehingga jumlah LDL pun menurun. Selain itu,
beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa menurunnya sintesis kolesterol
menyebabkan penurunan sintesis VLDL yang salah satu komponennya adalah
kolesterol. Selain menghambat HMG-CoA reduktase dan menghasilkan
penurunan kolesterol, statin juga memiliki efek farmakologis lain yang disebut
efek pleiotropik, yang mencakup memperbaiki fungsi endotel, mengurangi
koagulasi darah, mengurangi inflamasi, dan meningkatkan stabilitas plak.
2.11 Farmakokinetik
a. Absorbsi
Atorvastatin diserap secara cepat setelah pemberian oral, konsentrasi
plasma maksimum dicapai 1-2 jam, absorpsi meningkat sebanding dengan
peningkatan dosis Atorvastatin. Bioavailabilitas atorvastatin (obat induk)
sekitar 14% dan ketersediaan inhibitor HMG-CoA reduktase dalam
sistemik sekitar 30%. Ketersediaan sistemik rendah berkaitan dengan klirens
di mukosa saluran cerna dan/ atau metabolisme lintas pertama. Meskipun
makanan menurunkan kecepatan dan tingkat absorpsi obat ketersediaan
sekitar meskipun makanan menurunkan kecepatan dan tingkat absorpsi obat
sampai masing-masing sekitar 25% dan 9%, dinilai sebagai Cmaks dan
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
AUC, reduksi LDL-C hampir sama ketika diberikan bersama makanan
ataupun tidak. Konsentrasi plasma atorvastatin rendah bila diberikan pada
pagi hari dibandingkan pemberian pada malam hari. (sekitar 30% untuk
Cmax dan AUC).
b. Distribusi
Rata- rata distribusi Atorvastatin sekitar 381liter. ≥98% atorvastatin terikat
pada protein plasma. Rasio darah/plasma sekitar 0,25 mengindikasikan
penetrasi obat rendah ke dalam sel darah merah. Berdasarkan penelitian
pada tikus, atorvastatin kemungkinan disekresikan pada air susu. (lihat
kontraindikasi, kehamilan dan laktasi, dan pencegahan, ibu menyusui).
c. Metabolisme
Atorvastatin secara ekstensif dimetabolisme menjadi orto- dan derivat
parahidroksilasi dan produk variasi β-oksidasi. secara in-vitro, Inhibisi
HMG-CoA reduktase oleh orto- dan metabolit parahidroksilasi adalah setara
dengan Atorvastatin. Sekitar 70% dari sirkulasi aktivitas penghambatan
untuk HMG-CoA reduktase disebabkan oleh metabolit aktif. Studi in vitro
menunjukkan pentingnya metabolisme Atorvastatin oleh sitokrom P450
3A4 konsisten dengan peningkatan konsentrasi plasma Atorvastatin
bersamaan dengan eritromisin, yang dikenal sebagain inhibitor enzim ini
(lihat Pencegahan dan Interaksi Obat). Pada hewan, metabolit orto hidroksi
mengalami glukoronidasi lebih lanjut.
d. Ekskresi
Atorvastatin dan metabolitnya terutama dieliminasi dalam empedu dan hati
dan atau metabolisme ekstra hepatik meskipun, obat tidak mengalami
resirkulasi enterohepatik. Rata-rata waktu paruh eliminasi atorvastain pada
manusia sekitar 14 jam, tetapi waktu paruh aktivitas penghambat HMG-
CoA reduktase adalah 20-30 jam berdasarkan pada adanya metabolit aktif.
Kurang dari 2% dosis atorvastatin ditemukan padda urin untuk pemberian
secara oral.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
11 Universitas Indonesia
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di Industri Farmasi Unit Riset dan
Pengembangan pada Sub Unit Pengembangan Formulasi, mahasiswa diberikan
tugas khusus untuk melakukan studi literatur mengenai Atorvastatin Kalsium,
baik dari segi sifat fisikokimia hingga sediaan yang beredar di masyarakat.
Atorvastatin merupakan inhibitor HMG-CoA reduktase yang efektif dalam
menurunkan kadar LDL. Umumnya Atorvastatin digunakan dalam bentuk garam
Kalsium-nya yaitu Atorvastatin Kalsium.
3.1 Sediaan Atorvastatin Kalsium
Sediaan Atorvastatin Kalsium yang telah beredar, yaitu Lipitor®.
3.1.1 Lipitor®
Lipitor® tablet diproduksi oleh Pfizer, US. Lipitor® tablet tersedia dalam
dosis 10, 20, 40, dan 80mg. Sediaan ini biasanya diberikan kepada pasien yang
menderita hiperkolesterolemia primer, heterozygous familial hiperkolesterolemia,
homozygous familial hiperkolesterolemia, atau tipe hiperkolesterolemia
campuran pada pasien yang tidak menunjukkan respon yang adekuat terhadap
diet dan tindakan lain yang sesuai.
3.1.2 Dosis dan Cara Penggunaan
Hyperkolesterolemia primer, hyperlipidemia kombinasi , 10 – 20 mg sehari
pada malam hari, interval disesuaikan paling sedikit 4 minggu; kisaran dosis lazim
10 – 80 mg sekali sehari pada malam hari. Hyperkolesterolemia familial
homozygous , 40 mg sehari pada malam hari atau 80 mg sehari terbagi dalam 3
dosis (dengan dosis terbesar pada malam hari). Pencegahan kardiovaskuler , dosis
awal 20 – 40 mg sekali sehari pada malam hari, interval disesuaikan paling sedikit
4 minggu; maksimal 80 mg sekali sehari pada malam hari. Catatan : maksimal 10
mg sehari jika digunakan bersama ciclosporin , fibrat atau penurun lipid nicotinic
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
acid . Maksimal 20 mg sehari jika digunakan bersama amiodaron atau verapamil.
Maksimal 40 mg sehari dengan diltiazem.
3.1.3 Kontraindikasi
Penyakit hati aktif atau peningkatan persisten serum transaminase yang
tidak dapat diterangkan. Hamil dan laktasi. Hipersensitif terhadap Atorvastatin.
3.1.4 Perhatian
Statin harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat penyakit
hati atau pasien yang menggunakan alkohol dalam jumlah yang banyak
(penggunaan dihindari pada penyakit hati yang aktif). Hipotiroidisme harus
diberi pengobatan yang adekuat lebih dahulu sebelum memulai pengobatan
dengan statin). Tes fungsi hati harus dilakukan sebelum pengobatan dan 1 – 3
bulan setelah penggunaan obat, diteruskan tiap 6 sampai 1 tahun, kecuali jika
terdapat tanda-tanda hepatotoksisitas. Pengobatan harus dihentikan apabila kadar
serum transminase meningkat hingga dan bertahan 3 kali batas atas nilai
normalnya. Statin harus digunakan dengan peringatan (hati-hati) pada pasien
dengan faktor resiko mengalami myopathy atau rhabdomyolysis; pasien diberi
nasehat untuk melaporkan nyeri otot yang terjadi padanya. Statin dihindari
penggunaannya pada porphyria , namun rosuvastatin aman digunakan.
3.1.5 Efek Samping
Hepatotoksisitas
Studi post marketing surveillance menunjukkan bahwa pasien yang
mengonsumsi statin memperlihatkan peningkatan transaminase hepatik sebesar
tiga kali lipat nilai normal, dengan insidens sebesar 1%. Insidens kemungkinan
meningkat seiring dengan peningkatan dosis.
Miopati dan rhabdomiolisis
Insidensnya cukup rendah (0,01%), namun resiko meningkat seiring
meningkatnya konsentrasi plasma statin. Oleh karena itu, faktor-faktor yang
menghambat katabolisme statin diasosiasikan dengan resiko miopati, seperti
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
usia lanjut, disfungsi hepatik dan renal, penyakit sistemik seperti diabetes
mellitus, BMI kecil, dan hipertiroidisme yang tidak diobati.
3.1.6 Penyimpanan
Simpan sediaan Tablet Atorvastatin pada wadah yang kedap udara dan
terlindung dari cahaya pada suhu antara 5°C hingga 30°C.
3.1.7 Interaksi Obat
Kombinasi dengan resin asam empedu menyebabkan reduksi LDL 20-30%
lebih besar dibanding pemberian statin saja. Kombinasi statin, niasin dan resin
asam empedu menyebabkan reduksi LDL hingga 70%.
Obat-obat yang mengurangi katabolisme statin meningkatkan resiko
miopati. Interaksi dengan gemfibrozil merupakan penyebab miopati tersering,
yaitu melalui mekanisme pengambatan uptake statin ke hepatosit dan interferensi
terhadap katabolisme statin oleh CYP dan glukuronidase di hati. Fibrat lain
terutama fenofibrat tidak mengganggu glukuronidase statin sehingga resiko
miopati rendah. Interaksi dengan niasin juga dapat menyebabkan miopati,
kemungkinan disebabkan oleh peningkatan penghambatan sintesis kolesterol pada
otot rangka (interaksi farmakodinamik).
Obat-obat lain yang mengganggu oksidasi statin adalah golongan yang
terutama dimetabolisme oleh CYP3A4, seperti siklosporin, antibiotik makrolida,
fenilpiperadin, nefazodon, inhibitor HIV protease, dan antijamur azole. Statin
boleh diberikan bersama obat-obat di atas apabila dosis statin kurang dari 25%
dari dosis maksimal. Kombinasi dengan resin asam empedu menyebabkan reduksi
LDL 20-30% lebih besar dibanding pemberian statin saja. Kombinasi statin,
niasin dan resin asam empedu menyebabkan reduksi LDL hingga 70%.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
14 Universitas Indonesia
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tugas khusus yang telah diberikan selama Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA), maka dapat disimpulkan, bahwa:
Atorvastatin khususnya atorvastatin kalsium dapat dibuat sediaan tablet dengan
metoda granulasi basah. Metoda granulasi basah dipilih dengan memperhatikan
sifat fisikokimia serta stabilitas dari atorvastatin kalsium.
4.2 Saran
Atas keterbatasan literatur yang tersedia di Perpustakaan Unit Risbang PT.
Kimia Farma Tbk., PT. Kimia Farma Tbk. diharapkan tidak hanya berlangganan
jurnal Drug Development and Industrial Pharmacy saja, tetapi juga berlangganan
jurnal lainnya misalnya Science Direct, sehingga akan mendapatkan literatur yang
lebih banyak lagi yang dapat berguna untuk semua hal, khususnya dalam hal
pengembangan produk.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012
15 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Adnyana, I.K., Andrajati, R., Setiadi, A.A.P., Sigit, J.I., Sukandar, E.Y.,
Kusnandar. (2010). Isofarmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Brunton, L.L. (Ed.). (2006). Goodman and Gilbman’s: The Pharmacological
Basis of Therapeutic Eleventh Edition. United States of America:
McGraw-Hill Medical Publishing Division.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Nasional
Penanggulangan Penyakit Kardiovaskular. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2005). Pharmaceutical
Care Untuk Penyakit Kardiovaskular. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gunawan, Sulistia Gan. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta:
Gaya Baru.
Sweetman, S.C. (Ed). (2009). Martindale: The Complete Drug Reference. The
Pharmaceutical Press.
Sachin V. Wankhede et al. (2010). Formulation and stabilization of Atorvastatin
tablets. Retrived May, 25, 2012, from J. Chem. Pharm. Res.
http://www.jocpr.com/.
Laporan praktek..., Amelia Isyana Wardhani, FMIPA UI, 2012