universitas indonesia identifikasi dan perbaikan...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN MASALAH KOPLING TERBAKAR PADA SEPEDA MOTOR
TIPE MANUAL KOPLING DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA
SKRIPSI
ARIEF RACHMAN HAKIM 0606043982
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JAKARTA DESEMBER 2008
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN MASALAH KOPLING TERBAKAR PADA SEPEDA MOTOR
TIPE MANUAL KOPLING DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
ARIEF RACHMAN HAKIM
0606043982
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JAKARTA
DESEMBER 2008
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Arief Rachman Hakim
NPM : 0606043982
Tanda Tangan :
Tanggal : 17 Desember 2008
ii
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Arief Rachman Hakim NPM : 0606043982 Program Studi : Teknik Industri Judul Skripsi : Identifikasi dan Perbaikan Masalah Kopling Terbakar
pada Sepeda Motor Tipe Manual Kopling dengan Menggunakan Metode Six Sigma.
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dr.Ir. T.Yuri M.Z., MEngSc ( .....................................)
Penguji : Ir. M. Dachyar, MSc ( .....................................)
Penguji : Ir. Akhmad Hidayatno, MBT ( .....................................)
Penguji : Ir. Boy Nurtjahyo M., MSIE ( .....................................)
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 24 Desember 2008
iii
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Teknik Jurusan Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penulis
telah berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin dan atas
bantuan berbagai pihak, sehingga bisa terselesaikan sesuai dengan rencana. Akhirnya
atas terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. Ir. T.Yuri M. Zagloel, MengSc. selaku ketua jurusan Teknik Industri
dan dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini;
2. Seluruh anggota keluarga dan kerabat penulis yang telah memberikan
dukungan moral dan doa;
3. Rekan-rekan kerja di Divisi Procurement Engineering, Divisi Quality
Technology dan Departement Market Quality Claim PT. Astra Honda
Motor yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan akses data
seluas-luasnya yang penulis perlukan;
4. Rekan-rekan mahasiswa teknik industri program ekstensi kelas Salemba
angkatan 2006 yang selalu bekerja sama dan berdiskusi dengan penulis
dalam penyelesaian skripsi ini;
5. Dan semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga semua amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas
oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dan memiliki keterbatasan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, Desember 2008
Penulis
iv
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Arief Rachman Hakim NPM : 0606043982 Program Studi : Teknik Industri Departemen : Teknik Industri Fakultas : Teknik Jenis karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Identifikasi dan Perbaikan Masalah Kopling Terbakar pada Sepeda Motor Tipe Manual Kopling dengan Menggunakan Metode Six Sigma
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 24 Desember 2008
Yang menyatakan
(Arief Rachman Hakim)
v
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
ABSTRAK Nama : Arief Rachman Hakim Program Studi : Teknik Industri Judul : Indentifikasi dan Perbaikan Masalah Kopling Terbakar
pada Sepeda Motor Tipe Manual Kopling dengan Menggunakan Metode Six Sigma.
Skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan solusi dan alternatif perbaikan masalah keluhan konsumen kopling terbakar yang terjadi pada sepeda motor tipe manual kopling yang berdampak pada akselerasi mesin menjadi kurang, susah melakukan perpindahan gigi, dan suara mesin berisik. Metode yang digunakan digunakan adalah Six Sigma yang terdiri dari tahapan Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC). Aktivitas yang dilakukan pada tahap define adalah identifikasi masalah, menetukan Critical To Quality (CTQ), Logic Tree Diagram, SIPOC diagram. Tahap measure melakukan pemetaan proses, pengukuran terhadap kemampuan proses (Cp). Tahap analyze melakukan analisa terhadap kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan masalah dengan diagram tulang ikan (sebab-akibat), Failure Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode Effect and Analysis (FMEA). Tahap improve melakukan perbaikan dari hasil-hasil analisa penyebab masalah. Tahap control melakukan monitoring terhadap perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan, dengan menggunakan Statistical Process Control (SPC). Dari tahapan perbaikan diatas didapatkan faktor yang mempengaruhi terjadinya kopling terbakar adalah working load spring clutch lemah, jarak pengarah rod clutch lifter pada Cover R Crank Case menyimpang dan jarak dudukan Lever Comp, Clutch pada Cover R Crank Case menyimpang. Berdasarkan tahap perbaikan yang dilakukan, metode six sigma sangat efektif dalam menyelesaikan masalah keluhan konsumen diatas ini diidentifikasikan dengan naiknya nilai indeks kemampuan proses (Cp), menurunnya angka kegagalan proses dalam Part Per Million (PPM) dan naiknya nilai sigma level. Kata kunci : Kopling, Cover R Crank Case, Six Sigma, Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC).
vi
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
ABSTRACT Name : Arief Rachman Hakim Study Program : Industrial Engineering Title : Problem Identification and Corrective Action on Burned
Clutch of Manual Clutch Type Motorcycle Using Six Sigma Method.
The purpose of this final project is to get the solution and the alternative corrective actions on market quality claim’s burned clutch which occurs to the manual clutch type motorcycle. It has negative effects on engine acceleration decline, difficulty in changing gear position, and higher level of engine noise. The method used in analyzing and solving the problem is Six Sigma, which includes the phases of Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC). The activities on Define phase are problem identification, Critical to Quality decision making, Logic Tree Diagram and SIPOC Diagram formulation. The next step is Measure phase, which involves the activities of process mapping and Capability Process Index (Cp) measurement. The third step is Analyze phase. The activities done on this step are potential problem analysis using Fishbone diagram (cause and effect diagram), Failure Tree Analysis (FTA) and Failure Mode Effect and Analysis (FMEA). The phase is followed by Improve phase, including the activities of corrective action execution on the basis of potential problem analysis done on prior step. The final step is Activity Control phase; that is performing the monitoring action to the improvement outcome, using Statistical Process Control (SPC). The conclusion obtained from doing those former activities is that the factors causing the burned clutch problem are as follows (1) the lack of spring clutch’s working load, (2) the inappropriate distance between rod clutch lifter’s hole’s position to the surface of Cover R Crank Case, and (3) the inappropriate distance between Bracket Lever Comp, Clutch position to the surface of Cover R Crank Case. Due to the completion of problem identification and corrective action, it can be concluded that six sigma method is very effective on problem solving, especially on the case of market quality claim’s burned clutch. It is indicated by the increase of capability index value (Cp), the decrease of defect process index value in parts per million (PPM) and the increase of sigma level value. Key Word : Burned Clutch, Cover R Crank Case, Six Sigma, Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC).
vii
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................. v ABSTRAK .......................................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ............................................ 1 1.2 DIAGRAM KETERKAITAN MASALAH ................................ 3 1.3 PERUMUSAN MASALAH ........................................................ 6 1.4 TUJUAN PENELITIAN………………………………………. 6 1.5 MANFAAT PENELITIAN ..........................................................6 1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN ............................................ 7 1.7 METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 7
1.7.1 Studi Kepustakaan ........................................................... 8 1.7.2 Studi Lapangan ................................................................ 8
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN ................................................... 10 BAB 2 LANDASAN TEORI ........................................................................... 11
2.1 PENGERTIAN SIX SIGMA ...................................................... 11 2.2 KONSEP DAN SEJARAH SIX SIGMA.................................... 11 2.3 MANFAAT DAN KEUNGGULAN SIX SIGMA ..................... 13 2.4 TAHAPAN DMAIC ………………………..…………………. 15
2.4.1 Define .............................................................................. 18 2.4.1.1 Critical To Quality (CTQ) …………………… 18 2.4.1.2 Logic Tree (Diagram Pohon) ……………….... 18 2.4.1.3 Pemetaan Proses (Process Mapping) …….…… 19
2.4.2 . Measure …………………………………………………20 2.4.3 . Analisa Kemampuan Proses (Cp) …….………….……. 21 2.4.4 . Process Capability Index (Cpk) …….………………..... 23 2.4.5 . Hubungan antara Cp, Cpk dan Level Sigma …............... 26 2.4.6 . Transformasi Z ….……………………………............... 27 2.4.7 . Analyze ………………………………………….……. 29
2.4.7.1 Metode Pemilihan Faktor –Faktor …….……… 29 2.4.7.2 Diagram Sebab Akibat (Cause & Effect Diagram) ……………………. 30 2.4.7.3 Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) ……………………………… 31 2.4.8 Improve ………………………………………………… 35 2.4.9 Control ............................................................................. 36
viii
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ............................ 38 3.1 TAHAP DEFINE (DEFINISI MASALAH) ............................... 38
3.1.1 Logic Tree Diagram Penyebab Kopling Terbakar .......... 39 3.1.2 Data Keluhan Konsumen (Claim Market) ……………... 40 3.1.3 Supplier, Input, Process, Output, Customers
(SIPOC) Diagram ……………………………………… 42 3.1.4 Indikasi Penyebab Masalah Kopling Terbakar ………… 43
3.2 TAHAP MEASURE (PENGUKURAN) ……………….……… 43 3.2.1 Pengukuran Elastisitas Spring Clutch …………...……... 44
3.2.1.1 Pemetaan Peta Proses Spring Clutch …………. 45 3.2.1.2 Logic Tree Diagram Elastisitas Spring Clutch .. 45 3.2.1.3 Pengukuran Kemampuan Proses (Cp) ............... 48
3.2.2 Pengukuran Dimensi Cover R Crank Case …......……... 48 3.2.2.1 Peta Proses Cover R Crank Case ….….……… 48 3.2.2.2 Pengukuran Kemampuan Proses
Cover R Crank Case .......................................... 49 3.2.3 Pengukuran Dimensi Rod Clutch Lifter ........................... 52 3.2.4 Pengukuran Dimensi Lever Comp, Clutch ...................... 53 3.2.5 Pengukuran Density dan Hardness Material
Kampas Kopling ................................................................ 54
BAB 4 ANALISA DAN PERBAIKAN KOPLING TERBAKAR................ 58 4.1 TAHAP ANALYZE (ANALISA) ……………………………… 58
4.1.1 Analisa Working Load Spring Clutch Lemah ………….. 59 4.1.1.1 Analisa Proses Spring Clutch ………...………. 60 4.1.1.2 Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram) Working Load Spring lemah ……….. 61 4.1.1.3 Failure Tree Analysis (FTA) Working Load Spring Lemah …………………. 62 4.1.1.4 Tabel Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) ………………………… 62
4.1.2 Analisa Dimensi Cover R Crank Case Out of Spec …….63 4.1.2.1 Diagram Sebab-Akibat Cover R Crank Case Out of Spec ……………………….64 4.1.2.2 Failure Tree Analysis (FTA) Cover R Crank Case Out of Spec ……………………. 65 4.1.2.3 Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) Proses Machining ……………………………... 66
4.2 TAHAP IMPROVE (PERBAIKAN) …………………………. 68 4.2.1 Perbaikan Parameter Proses Tempering Spring Clutch… 69 4.2.2 Pengukuran Kemampuan Proses (Capability
Process) Tempering setelah Perbaikan Parameter Proses Tempering …………...……………… 72
4.2.3 Perbaikan Proses Drilling (Reamer) …………………… 73 4.2.4 Standarisasi Pemakaian Cutting Tools ............................ 75
ix
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
4.2.5 Desain dan pembuatan Jig Inspection untuk point diameter dudukan lever comp clutch …………….. 76 4.2.6 Pengukuran Kemampuan Proses (Cp) Setelah Perbaikan………………………………………. 77
4.3 TAHAP CONTROL (KONTROL) ……………………………. 79 BAB 5 KESIMPULAN ……………………………………………………… 83 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84
x
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Nilai Chart factor ………………….…………………………… 21
Tabel 2.2. Hubungan Cp,Cpk dan sigma level .............................................. 26
Tabel 2.3. Short term capability & Long term capability ….…...………… 28
Tabel 2.4. Form Failure Mode Effect Analysis (FMEA)…………..………. 32
Tabel 2.5. Panduan merangking Severity…………..……….……………… 33
Tabel 2.6. Panduan merangking Detection.................................................... 34
Tabel 2.7. Panduan merangking Occurrence ............................................... 35
Tabel 3.1. Jumlah Keluhan Konsumen Kopling Terbakar Tahun 2007…… 40
Tabel 3.2 Komponen Clutch System Penyebab Masalah
Kopling Terbakar……………………………………………… 43
Tabel 3.3 Pemetaan Critical Process Cover R Crank Case……………… 49
Tabel 3.4 Data ukur part claim rod clutch lifter yang
diterima dari market ………………………............................... 53
Tabel 3.5 Data ukur part claim lever comp, clutch yang
diterima dari market ………………………….……………...… 54
Tabel 3.6. Data ukur load spring clutch ………………...…….....……….. 55
Table 4.1. Analisa teknis penyebab kopling terbakar ................................... 58
Tabel 4.2. Failure Mode Effect and Analysis (FMEA)
Proses Tempering ……………………………………….……… 63
Tabel 4.3. FMEA Proses Machining Cover R Crank Case ………….……. 66
Tabel 4.4. Tabel analisa kopling terbakar (metode 5-why) ………..……… 68
Tabel 4.5. Process Quality Control Sheet Spring Clutch
Proses Tempering (Current Condition) ………………….……. 70
Tabel 4.6. Process Quality Control Sheet Spring Clutch
Proses Tempering (Perbaikan Parameter Proses) ……….…….. 71
Tabel 4.7. Data Penggantian dan Penggunaan Aktual
Cutting Tools tahun 2007 ……………………………...………. 75
xi
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Tabel 4.8. Standard Pemakaian Cutting Tools…………………...………… 76
Tabel 4.9. X-R Control Chart Working Load Spring ……………….…….. 80
Tabel 4.10. X-R Control Chart Jarak lubang pengarah rod clutch lifter
pada Cover R Crank Case …………...…………………….….. 81
Tabel 4.11. X-R Control Chart Jarak lubang dudukan lever comp,
clutch pada Cover R Crank Case …………………………..…. 82
xii
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Ilustrasi kopling (clutch assy) pada sepeda motor ....................... 2
Gambar 1.2. Ilustrasi Kopling (clutch assy) Terbakar ..................................... 3
Gambar 1.3. Diagram Keterkaitan Masalah Kopling Terbakar ....................... 5
Gambar 1.4. Diagram Alir Metodologi Penelitian ........................................... 9
Gambar 2.1 Proses terbentuknya six sigma dalam manajemen kualitas ......... 13
Gambar 2.2. Intisari six sigma .......................................................................... 13
Gambar 2.3. Perusahaan pengguna six sigma .................................................. 14
Gambar 2.4. Fase-fase Proses DMAIC ............................................................ 15
Gambar 2.5. Tipe proses DMAIC .................................................................... 17
Gambar 2.6. Elemen pemetaan proses ............................................................. 20
Gambar 2.7. Lebar sebaran proses dan lebar spesifika .................................... 21
Gambar 2.8. Pengaruh nilai deviasi σ terhadap nilai Cp .................................. 22
Gambar 2.9. Nilai Cpk ..................................................................................... 24
Gambar 2.10. Penghitungan Cp dan Cpk ........................................................... 25
Gambar 2.11. Konsep nilai Z ............................................................................. 27
Gambar 2.12. Transformasi Z ............................................................................ 27
Gambar 2.13. Digram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram) …………... 30
Gambar 2.14. Bagan kendali (control chart) …………………………………. 37
Gambar 3.1. Ilustrasi part kopling (clutch assy) .............................................. 38
Gambar 3.2. Ilustari part kopling (clutch assy) yang terbakar ………………. 38
Gambar 3.3 Logic Tree Diagram penyebab kopling terbakar ........................ 39
Gambar 3.4 Part yang berpengaruh dalam system kerja kopling
(clutch system) ............................................................................. 40
Gambar 3.5. Grafik keluhan pelanggang kopling terbakar ………………….. 41
Gambar 3.6. Grafik keluhan konsumen berdasarkan range jarak .................... 41
Gambar 3.7. Diagram SIPOC ........................................................................... 42
Gambar 3.8. Ilustrasi Komponen Kopling Spring Clutch ................................ 44
Gambar 3.9. Peta Proses Spring Clutch ........................................................... 45
Gambar 3.10. Logic Tree Diagram Elastisitas Spring Clutch ........................... 45
xiii
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Gambar 3.11. Grafik Data Cp, Cpk Initial Load Spring Clutch ……………… 46
Gambar 3.12 Grafik Data Cp, Cpk Working Load Spring Clutch …………… 47
Gambar 3.13 Ilustrasi Cover R Crank Case ………………………………….. 48
Gambar 3.14 Peta Proses Cover R Crank Case ……………………………… 48
Gambar 3.15. Grafik Data Cp, Cpk Jarak Lubang 5±0,1 (Posisi X) .................. 50
Gambar 3.16. Grafik Data Cp, Cpk Jarak Lubang 68±0,1 (Posisi Y) ................ 51
Gambar 3.17. Ilustrasi Rod Clutch Lifter ........................................................... 52
Gambar 3.18. Ilustrasi Lever Comp, Clutch .......................................................53
Gambar 3.19. Ilustrasi Kampas Kopling (Disk Clutch Friction) ....................... 55
Gambar 3.20. Grafik Clutch Friction Carakteristic ...........................................56
Gambar 3.21. Grafik Kekuatan Rekat Kampas Kopling ....................................56
Gambar 3.22. Foto Mikro Material Kampas Kopling ........................................57
Gambar 4.1. Critical Process Spring Clutch …………………………………60
Gambar 4.2. Parameter Proses Tempering Spring Clutch ……………………60
Gambar 4.3. Diagram Sebab-Akibat Working Load Spring Lemah ………… 61
Gambar 4.4. Failure Tree Analysis Proses Tempering ……………………… 62
Gambar 4.5. Ilustrasi bagian part yang berpengaruh pada sistem kopling ….. 63
Gambar 4.6. Diagram Sebab-Akibat Cover R Crank Case Out of Spec …….. 64
Gambar 4.7. Failure Tree Analysis Cover R Crank Case out of spec………...65
Gambar 4.8. Parameter Proses Tempering (Current Condition) ……………. 70
Gambar 4.9. Parameter Proses Tempering (After Improvement) …………… 70
Gambar 4.10. Data Cp, Cpk Working Load Spring After Improvement ………72
Gambar 4.11. Ilustrasi bagian lubang oval pada Cover R Crank Case………...73
Gambar 4.12. Ilustrasi analisa proses drilling dan reamer oval………………..73
Gambar 4.13. Ilustrasi menghilangkan proses pre-hole (drilling) …………… 74
Gambar 4.14. Ilustrasi perbaikan penambahan proses reamer ……………….. 74
Gambar 4.15. Cutting tools yang digunakan …………………………………..75
Gambar 4.16. Jig Inspection Ovality …………………………………………..76
Gambar 4.17. Data Cp, Cpk Jarak Lubang 5±0,1 (Posisi X)
Setelah Perbaikan ……………………………………………… 77
Gambar 4.18. Data Cp, Cpk Jarak Lubang 68±0,1 (Posisi Y)
Setelah Perbaikan …………………………...……….………… 78
xiv
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Ketatnya persaingan di bidang industri saat ini khususnya industri
otomotif sepeda motor membuat para ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk)
harus lebih jeli melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usahanya agar
dapat bersaing dengan yang lain. Kemampuan melihat dengan jeli ini
memungkinkan para ATPM sepeda motor untuk melakukan perbaikan-perbaikan
bagian dalam sistemnya. Oleh karena itu meningkatkan kualitas produk adalah
dengan meningkatkan kualitas proses yang harus dijalankan secara terus menerus
(continuous quality improvement).
Kualitas telah terbukti menjadi strategi bersaing yang baik, karena
kepuasan pelanggan (customers satisfaction) merupakan sesuatu yang dirasakan
pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu. Kualitas layanan adalah
ketidaksesuaian antara harapan konsumen dan persepsi konsumen. Dengan
demikian, suatu citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau
persepsi pihak pembuat produk, melainkan berdasarkan sudut pandang atau
persepsi konsumen, karena konsumenlah yang menikmati atau memakai produk
perusahaan sehingga merekalah yang biasanya menentukan kualitas suatu produk
atau jasa.
Salah satu filosofi peningkatan kualitas yang banyak diterapkan industri
maju adalah filosofi six sigma. Six sigma sebagai metode atau teknik
pengendalian dan peningkatan kualitas yang diakui secara luas oleh dunia industri
yang dicetuskan oleh Motorola pada akhir tahun 1970-an oleh CEO Robert Galvin.
Prinsip-prinsip Six Sigma Motorola mampu menjawab solusi-solusi yang ampuh
untuk meningkatkan kualitas secara dramatis menuju “zero defect”, hal ini
terbukti perusahaan Motorola selama kurang lebih 10 tahun setelah implementasi
konsep six sigma telah mampu mencapai kualitas 3,4 DPMO (Defect Per Million
Opportunities) kegagalan per sejuta kesempatan, diinterprestasikan dalam satu
unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan gagal dalam satu karakteristik,
bukan 3,4 kegagalan dalam satu juta produk.
1 Universitas Indonesia
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
2
Industri manufaktur di Indonesia lebih dari 50% adalah manufaktur
komponen-komponen otomotif, dan sebagian besar menggunakn standard ISO
9001, QS-9000, bahkan sedang berkembang juga ISO/TS 16949 yang disepakati
seluruh dunia di bidang otomatif. Kurang lebih ada 300 perusahaan yang bergerak
dibidang pembuatan produk komponen otomotif yang kemungkinan besar di era
mendatang harus bersertifikasi ISO/TS 16949. Jumlah produkasi otomotif yang
cukup tinggi adalah sepeda motor, dimana kurang lebih sekitar 4 juta sampai 6
juta unit sepeda motor pertahun diproduksi dari beberapa ATPM sepeda motor.
Dari total produksi tersebut terdapat berbagai macam defect pada saat produk
tersebut sedang dipakai oleh konsumen atau lebih dikenal dengan istilah “Claim
Market”.
Salah satu jenis keluhan konsumen (claim market) yang membutuhkan
penanganan yang serius adalah masalah kopling atau istilah teknisnya Clutch Assy
yang terbakar pada sepeda motor type manual kopling (sporty type). Dampak
yang significant dirasakan secara langsung oleh konsumen atau pemakai yang
disebabkan kopling terbakar antara lain :
Akselerasi engine kurang (sepeda motor tidak bertenaga).
Susah melakukan perpindahan gigi (gear).
Engine noise (suara mesin berisik).
Dengan adanya metode six sigma perlu dilakukan tindakan perbaikan untuk
keluhan masalah konsumen tersebut.
Gambar 1.1 Ilustrasi kopling (clutch assy) pada sepeda motor
Cover R Crank
Rod Clutch Lifter
Clutch Assy
Lever Comp Clutch
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
3
Gambar 1.2 Ilustrasi Kopling (clutch assy) Terbakar
1.2 DIAGRAM KETERKAITAN MASALAH
Masalah utama dari penelitian ini adalah keluhan konsumen (claim
market) tentang kopling (clutch assy) yang terbakar, dari hasil analisa terhadap
keluhan konsumen tersebut didapat 4 masalah besar yang diindikasikan penyebab
utama dari kopling terbakar yaitu antara lain :
1. Kebiasaan (habit) pemakai yang tidak sesuai standard pemakaian, faktor yang
dominan dari kebiasaan pemakai yang tidak sesuai standard tersebut antara
lain :
• Kebiasaan menggantung setengah kopling ketika sepeda motor sedang
berjalan,
• Kebiasaan penggunaan gas yang tidak beraturan dengan tidak
memperhatikan kondisi engine,
• Penggunaan per (spring) racing yang tidak sesuai spec load spring yang
ditetapkan.
Gb.1.2.1 Kopling Keadaan Normal Gb1.2.2 Kampas Kopling terbakar tampak samping
Gb.1.2.3 Kopling terbakar tampak depan
Gb.1.2.4 Kampas Kopling terbakar tampak depan
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
4
2. Komponen (sub part) dari kopling yang bermasalah, dari hasil analisa
komponen yang diindikasikan bermasalah antara lain :
• Material kampas kopling (disk clutch) yang tidak sesuai spesifikasi (out of
spec),
• Elastisitas dari per kopling (spring clutch) tidak memenuhi standard yang
dibutuhkan untuk mentransmisikan daya dari putaran mesin ke roda.
3. Cover R Crank Case bermasalah yang disebabkan jarak posisi dudukan lever
comp, clutch dan jarak posisi pengarah rod clutch out of spec sehingga
mengganggu fungsi kopling (clutch assy).
4. Dimensi dari lever clucth out of spec.
Hal-hal diatas dapat menyebabkan terjadinya disfungsi dari kopling
(clucth assy) yang disebabkan terjadinya gesekan (friction) antara kampas kopling
(disk clutch) dan plate kopling (plate clutch) yang tinggi tetapi tenaga motor tidak
sesuai atau terjadinya komponen (sub part) kopling yang mengalami kerusakan
(defect) karena part yang digunakan out of spec sehingga menyebabkan
terbakarnya kopling.
Perbaikan dari indikasi masalah-masalah diatas yaitu akan dilakukannya
perbaikan yang sifatnya teknis dan non teknis, antara lain :
• Dilakukan analisa terhadap part-part yang diindikasikan bermasalah
dengan cara melakukan durability test unit engine sehingga diketahui
komponen (sub part) yang dominan dalam sistem clutch.
• Pengambilan sample part dari konsumen yang mengeluh dan dilakukan
analisa secara menyeluruh terhadap part tersebut.
• Melakukan analisa proses terhadap part-part yang diindikasikan
bermasalah.
Dari aktivitas diatas dapat dilakukan pengukuran (measurement) terhadap
part berupa Cp dan Cpk sehingga dapat menentukan perbaikan yang lebih spesifik
seperti perbaikan SOP, parameter proses, quality check sheet, control tools sampai
perubahan spec apabila spec yang ada tidak dapat memenuhi target perbaikan /
keinginan konsumen
Perbaikan non teknis yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi kepada
pemakai tentang pemakaian sepeda motor yang benar supaya sepeda motor tidak
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
5
cepat rusak dengan terlebih dahulu melakukan survey dan interview kepada
konsumen mengenai kebiasaan atau habit yang dianggap tidak sesuai standard
pemakaian. Diagram keterkaitan masalah tersebut dapat dilihat pada gambar 1.3
di bawah ini
Gambar 1.3 Diagram Keterkaitan Masalah Kopling Terbakar
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
6
1.3 PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu metode
analisa dan perbaikan masalah kopling (clutch assy) terbakar pada sepeda motor
tipe manual kopling (sporty type) yang dampak di unit motor akan menyebabkan
akselerasi engine kurang (sepeda motor tidak bertenaga), susah melakukan
perpindahan gigi (gear), dan engine noise.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari identifikasi dan perbaikan masalah kopling
(clutch assy) terbakar ini adalah :
• Memperoleh alternatif-alternatif perbaikan masalah (corrective action)
terhadap masalah kopling terbakar khususnya pada sepeda motor manual
kopling (sporty type).
• Mendapatkan solusi yang terbaik dari alternatif-alternatif yang diperoleh
dengan menggunakan metode Six Sigma dengan tahap DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control).
• Melakukan perbaikan (improvement) terhadap faktor-faktor yang
menyebabkan dan mempengaruhi terjadinya masalah kopling terbakar
yang meliputi perbaikan standard proses kerja, perbaikan parameter proses
dan perbaikan proses kerja.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini antara lain dapat mengetahui faktor-faktor
dominan penyebab masalah kopling terbakar dan dapat melakukan perbaikan
(improvement) terhadap faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi
terjadinya masalah kopling terbakar yang melingkupi faktor 4M+E (Man,
Machine, Material, Method and Equipment).
• Man 1 : Melakukan sosialisasi kepada pemakai (konsumen) tentang
pemakaian sepeda motor yang sesuai aturan sehingga defect karena habit
pemakai tidak terjadi.
• Man 2 : Melakukan perbaikan terhadap instruksi kerja (work instruction)
kepada operator yang mengerjakan part yang diindikasikan bermasalah.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
7
• Machine : Melakukan pergantian atau overhaul terhadap mesin-mesin yang
diinkasikan bermasalah yang berpengaruh pada output part. (nilai Cp dan
Cpk tidak memenuhi satandard).
• Material : Melakukan adjusting material (spec material change) apabila
diketemukan masalah pada komposisis material part (out of spec).
• Methode : Melakukan improvement terhadap parameter proses, SOP atau
Process Quality Check Sheet apabila diketemukan ada veriabel yang kurang.
• Equipment : melakukan penambahan atau modifikasi terhadap equipment
proses atau quality misalnya : Jig Inspection, measurement tools, modifikasi
dies atau equipment lainnya.
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Metode Six Sigma yang digunakan adalah proses DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control).
Kondisi lingkungan dianggap tidak mempengaruhi dalam pengukuran atau
pengetesan part untuk pengambilan data, terutama untuk part kopling
(clutch assy).
Analisa dilakukan pada kopling (clutch assy) dan part-part engine yang
terkait dengan mekanisme kerja kopling (clutch assy).
Faktor biaya dalam pengetesan part dan pengambilan data diabaikan.
Penelitian dan pengambilan data diambil dari salah satu kasus claim
market di PT. Astra Honda Motor.
1.7 METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini, metodologi yang digunakan untuk membantu dalam ketepatan
penanganan masalah yaitu studi literature, pengamatan dan penerapan di lapangan.
1.7.1 Studi Kepustakaan
Dalam tahap ini yaitu menentukan metode-metode yang sesuai dan dapat
dijadikan sebagai acuan serta mendukung di dalam menyelesaikan permasalahan
yang telah diidentifikasi. Metode-metode yang diambil sesuai dengan kebutuhan
di dalam menyelesaikan permaslahan yang ada dengan metode Six Sigma
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
8
DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Sumber yang digunakan
antara lain :
Buku-buku teori mengenai Pedoman Implementasi Six Sigma, Six Sigma
For Quality And Productivity Promotion, Introduction Six Sigma.
Dokumen-dokumen pada bagian produksi (form-form inspeksi) dan
dokumen dari bagian lain.
1.7.2 Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan part dan unit sepeda motor yang akan diteliti
beserta permasalahannya. untuk penelitian ini studi lapangan difokuskan pada
wawancara dengan konsumen yang mengalami keluhan, analisa komponen part
bermasalah dan pengetesan unit sepeda motor (durability test). Dalam studi
lapangan ini juga terkait dengan departemen lain khususnya departemen Market
Quality Control. Tahapan-tahapan metodologi pembuatan tugas akhir identifikasi
dan perbaikan kopling (clutch assy) terbakar pada sepeda motor manual kopling
ini tergambar pada metodologi pembuatan tugas akhir dibawah ini.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
9
Gambar 1.4 Diagram Alir Metodologi Penelitian
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
10
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan penelitian, disusun berdasarkan format berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, metodologi penelitian, sistematika penulisan dari
penelitian dan kesimpulan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisikan penjabaran-penjabaran mengenai sejarah Six Sigma, Konsep-
konsep dasar dan Ruang Lingkup Six Sigma, Basic Quality Control Six
Sigma yang disertai teori-teori dengan rumus dasar dari ilmu statistik,
serta berisikan mengenai penjabaran teori langkah-langkah DMAIC
beserta dengan cara atau tool-tool yang digunakan, mulai dari langkah
Define, Measure, Analyze, Improve , dan Control.
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisikan mengenai data-data keluhan konsumen yang disebabkan
karena kopling terbakar dan membuat suatu analisa penyebab masalah
yang meliputi mengidentifikasi CTQ, pemetaan proses, mengukur
tingkat kemampuan proses (Cp da Cpk). Pada pengumpulan data ini
metode six sgma yang digunakan adalah tahap define dan tahap
measure.
BAB IV ANALISA DAN PERBAIKAN MASALAH
Berisikan mengenai langkah-langkah analisa perbaikan masalah claim
market kopling terbakar pada sepeda motor manual kopling dengan
menggunakan metode Six Sigma dengan tahap Analize, Improve, dan
Control dengan menggunakan tool-tool yang sesuai.
BAB IV KESIMPULAN
Berisikan mengenai simpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan yaitu berupa analisa faktor penyebab masalah dan perbaikan
masalahnya, dan melakukan perbandingan terhadap nilai Cp, Sigma
Level dan nilai PPM sebelum perbaikan dan setelah perbaikan.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN SIX SIGMA
Sigma (σ) adalah simbol dari alphabet greek yang dijadikan sebagai
ukuran variasi proses. Skala sigma menjelaskan hubungan karakteristik, seperti
defect per unit, devective part per satu juta, kemungkinan terjadinya kegagalan.
Enam adalah jumlah sigma yang terukur dalam proses, ketika variasi
terjadi disekitar target dan ada 3,4 per satu juta kemungkinan defect. Tomkins
(1997) mengartikan six sigma merupakan program yang ditujukan untuk eliminasi
pendekatan terhadap defect dari setiap produk, proses, dan transaksi. Harry (1998)
mendefinisikan Six Sigma sebagai sebuah strategi yang inisiatif untuk mendorong
menghasilkan keuntungan, kenaikan pangsa pasar, dan perbaikan kepuasan
pelanggan melalui perlengkapan statistik yang bisa mengarahkan dalam
pemecahan masalah kualitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Six Sigma
merupakan :
• sebuah visi (VISION) dan falsafah (PHILOSHOPICAL) komitmen
terhadap pelanggan untuk memberikan kualitas terbaik dengan biaya
paling murah.
• sebuah ukuran (METRIC) yang memeragakan tingkat kualitas 99.99966 %
atas kinerja produk dan atau proses.
• sebuah tolok ukur (BENCHMARK) kemampuan produk maupun proses
dibandingkan terhadap produk atau proses terbaik dikelasnya
• sebuah penerapan praktis alat-alat (TOOLS) statistik dan metode
(METHODE) untuk mengukur, menganalisa, memperbaiki, dan
mengontrol proses.
2.2 KONSEP DAN SEJARAH SIX SIGMA
Konsep dasar six sigma, menurut Peter Pande, dalam bukunya The Six
Sigma Way : Team Fieldbook, ada enam komponen utama konsep six sigma
sebagai strategi bisnis:
11 Universitas Indonesia
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
12
1. Benar-benar mengutamakan pelanggan : seperti kita sadari bersama,
pelanggan bukan hanya berarti pembeli, tapi bisa juga berarti rekan kerja
kita, team yang menerima hasil kerja kita, pemerintah, masyarakat umum
pengguna jasa, dan lain-lain.
2. Manajemen yang berdasarkan data dan fakta : bukan berdasarkan opini, atau
pendapat tanpa dasar.
3. Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan : Six Sigma sangat tergantung
kemampuan kita mengerti proses yang dipadu dengan manajemen yang
bagus untuk melakukan perbaikan.
4. Manajemen yang proaktif : peran pemimpin dan manajer sangat penting
dalam mengarahkan keberhasilan dalam melakukan perubahan.
5. Kolaborasi tanpa batas : kerja sama antar tim yang harus mulus.
6. Selalu mengejar kesempurnaan.
Sejarah singkat metode Six Sigma adalah sebagai berikut :
• pada tahun 1980-an : Motorola mengekspor produk-produknya ke Jepang,
dan klaim mencapai 20~30%. Presiden Motorola Bob Galvin,
memerintahkan mencari penyebab masalah.
• pada tahun 1987 : Mike J. Harry, PhD membuat rancangan audit kualitas
dengan menggunakan metode Six Sigma (DMAIC) yang dikenal dengan
DMAIC Breakthrough. Metode tersebut menggunakan data dan statistik.
• pada tahun 1988 : Motorola mendapatkan MBNQA (Malcolm Baldrige
National Quality Award), sejak itu six sigma mengalami revolusi
penyebaran.
• pada tahun 1993 : Mike J.Harry pindah ke ABB dan mulai memelopori
penggunaan six sigma secara intensif. Dia juga memberikan konsultasi ke
berbagai perusahaan di Amerika termasuk GE.
• pada tahun 1995 : CEO GE, Jack Welch mencanangkan bahwa six sigma
menjadi kendaraan perusahaan untuk mencapai kualitas terbaik.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
13
2.3 MANFAAT DAN KEUNGGULAN SIX SIGMA
Six sigma menjadi popular di mata dunia saat ini. Ada beberapa alasan
umum mengapa six sigma menjadi terkenal.
Pertama hal ini dianggap sebagai Quality Management system yang masih
baru sebagai pengganti TQC, TQM, dan yang lainnya. Dalam pengertiannya
perkembangan proses terbentuknya Six Sigma terlihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1. Proses terbentuknya six sigma dalam manajemen kualitas
Six sigma untuk peningkatan kualitas dan produktivitas produksi
perusahaan, yang mana implementasinya lebih berhasil dibandingkan dengan
strategi manajemen yang sebelumnya, seperti TQC (Total Quality Control), TQM
(Total Quality Manajemen), mempunyai keinginan yang kuat untuk
memperkenalkan six sigma. Six sigma merupakan sebuah sytematic, scientific,
and statistical pendekatan untuk inovasi manajemen yang sesuai untuk digunakan
di masyarakat. Intisari six sigma adalah integrasi dari 4 elemen, yaitu: pelanggan,
proses, tenaga kerja (man power), dan strategi untuk memberi inovasi sistem
manajemen, seperti ditunjukkan pada gambar 2.2. Intisari six sigma
Gambar 2.2. Intisari six sigma
Six sigma memberikan sebuah statistik dan ilmu pengetahuan yang
dijadikan dasar assesmen kualitas untuk semua proses, melalui pengukuran
tingkat kualitas. Metode six sigma memberikan gambaran perbandingan diantara
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
14
semua proses, dan menyatakan proses yang baik. Melalui informasi ini,
manajemen atas belajar bagaimana untuk mencapai inovasi proses dan kepuasan
pelanggan.
Kedua six sigma memberikan effisiensi terhadap pengolahan dan
penggunaan. level six sigma terdiri dari champion, green belt, black belt, dan
master black belt. Biasanya master black belt merupakan pimpinan dari team
project dan secara umum green belt bekerja bersama team project.
Ketiga ada cerita sukses aplikasi dari six sigma untuk mencapai
perusahaan kelas dunia, seperti terlihat pada gambar 2.3 Perusahaan pengguna six
sigma.
Gambar 2.3. Perusahaan pengguna six sigma
Pada akhir-akhir ini six sigma memberikan fleksibilitas di milenium baru
dengan 3 Cs, yaitu :
1 Change, merubah pola pikir masyarakat.
2 Customer, daya untuk merubah pelanggan dan mempertinggi permintaan
pelanggan.
3 Competition, kompetisi dalam pencapaian kualitas dan produktivitas.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
15
2.4 TAHAPAN DMAIC
Metodologi yang paling penting dalam manajemen six sigma adalah
metodologi perbaikan yang disusun dalam sebuah karakteristik yaitu tahap
DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control). Tahapan DMAIC
merupakan sebuah strategi pemecahan masalah dengan memberikan cara yang
tepat. Perusahaan yang mengaplikasikan Six Sigma dimanapun unrtuk
menghasilkan perbaikan dan hasil yang nyata adalah sama metodologinya.
Metodologi ini menganalisa variasi, cycle time, ketidaksesuaian hasil, rancangan,
dan lain-lain. Metodologi ini dibagi kedalam lima fase, seperti terlihat pada
gambar 2.4.
Gambar 2.4 Fase-fase Proses DMAIC
1. Fase 0 : Definition
Fase ini menitikberatkan pada identifikasi proses atau produk yang akan
dilakukan perbaikan. Fase ini juga menitikberatkan pada penelusuran atau
pencarian kunci karakteristik dari proses atau produk tersebut pada perusahaan
kelas dunia yang lain. Pada tahap ini team pelaksana mengidentifikasikan
permasalahan, mendefiniskan spesifikasi pelanggan, dan menentukan tujuan
(pengurangan cacat/biaya dan target waktu).
2. Fase 1 : Measurement
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
16
Fase ini membutuhkan dan mengidentifikasikan karakteristik produk atau
proses, yaitu : menentukan variabel-variabel yang ada, pemetaan terhadap
proses, memerlukan kebutuhan pengukuran, merekam atau mendata hasil dan
mengukur kemampuan proses jangka panjang (long-terms) dan jangka pendek
(short-terms).
3. Fase 2 : Analysis
Fase ini menitikberatkan pada analisa dan penelusuran atau pencarian kunci
dari produk atau proses pengukuran. Dengan metode ini sebuah analisa sering
menggunakan identifikasi terhadap faktor-faktor umum yang berpengaruh
terhadap performace process atau produk tersebut. Dalam analisa produk atau
performace process dapat menggunakan berbagai jenis statistik dan basic
quality. Fase ini menentukan faktor-faktor yang paling mempengaruhi proses;
artinya mencari satu atau dua faktor yang kalau itu diperbaiki akan
memperbaiki proses kita secara dramatis.
4. Fase 3 : Improvement
Fase ini dihubungkan terhadap seleksi karakteristik performance produk atau
proses yang akan diperbaiki untuk mencapai target. Seleksi ini dilakukan
untuk memudahkan mengungkapkan karakteristik dari produk atau proses
untuk mengungkapkan sumber utama dari variasi yang ada. Kondisi yang
variasi yang diperbaiki pada produk atau proses kunci harus di verifikasi. di
tahap ini kita mendiskusikan ide-ide untuk memperbaiki sistem kita
berdasarkan hasil analisa terdahulu, melakukan percobaan untuk melihat
hasilnya, jika bagus lalu dibuatkan prosedur bakunya (Standard Operating
Procedure-SOP).
5. Fase 4 : Control
Pada akhir fase ini meyakinkan bahwa dibuat sebuah kondisi proses yang baru
dari hasil perbaikan dan standarisasi. Hasil perbaikan tersebut didokumentasi
dan dimonitoring dengan menggunakan metode Statistical Process Control
(SPC). Setelah kondisi stabil dalam periode tertentu, maka kemampuan proses
bisa ditentukan. di tahap ini kita harus membuat rencana dan desain
pengukuran agar hasil yang sudah bagus dari perbaikan team kita bisa
berkesinambungan.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
17
Gambar 2.5 Tipe proses DMAIC 2.4.1 Define
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
18
Define merupakan langkah operasional pertama dalam program
peningkatan kualitas six sigma. Pada tahap ini perlu diketahui beberapa hal
sebagai tools yang bisa digunakan six sigma pada tahap Define, antara lain :
1. Critical To Quality (CTQ)
2. Logic Tree (Diagram Pohon)
3. Process Mapping
2.4.1.1 Critical To Quality (CTQ)
CTQ adalah sebuah karakeristik dari sebuah produk atau jasa yang
memenuhi kebutuhan customer (internal atau eksternal). CTQ merupakan elemen-
elemen dasar yang merupakan pedoman pengukuran proses, improvement dan
kontrol. Dalam memastikan CTQ yang dipilih merupakan hal yang sangat penting
sebab hal ini akan merepresentasikan secara akurat semua yang penting bagi
customer.
Customer biasanya tidak secara jelas menyatakan apa yang mereka
inginkan atau mereka butuhkan. Kita perlu memanfaatkan metoda-metoda yang
membantu kita dalam memahami kebutuhan customer dan menterjemahkannya ke
dalam kebutuhan internal. Setelah kita menerjemahkan kebutuhan customer ke
dalam kebutuhan internal, kita harus bisa mengukur dan menggambarkan
kemampuan produk dan proses.
2.4.1.2 Logic Tree (Diagram Pohon)
Logic Tree merupakan suatu metode untuk menemukan akar penyebab
masalah, yang secara umum dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pembuatan
FMEA. Logic Tree atau Failure Tree Analysis (FTA) adalah suatu grafik atau
diagram analisa teknik. FTA akan menganalisa semua penyebab kejadian masalah
yang sering terjadi dan juga dapat menganalisa masalah yang kemungkinan akan
menjadi penyebab masalah, dalam bentuk daftar penyebab masalah dan penyebab
yang mungkin terjadi. Setiap daftar penyebab akan dianalisa berulang-ulang
sampai ditemukan akar penyebab masalah. Langkah analisa ini dapat dilakukan
dengan metode ”5 why”. Jadi FTA adalah metode untuk menentukan part yang
mana yang menyebabkan masalah.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
19
FTA digunakan untuk mengidentifikasikan part yang menyebabkan
produk gagal. FTA berbeda dengan FMEA, jika FMEA memprediksikan produk
gagal dari kegagalan part, dan FMEA analisa teknik secara kualitas, sedangkan
FTA merupakan kemampuan untuk menganalisa masalah secara kualitatif.
Tujuan dari FTA adalah menentukan dan mengevaluasi garis generasi
atau asal kejadian dan mekanisme kejadian kegagalan untuk melakukan
pencegahan dan menentukan perbaikan yang dibutuhkan. Prosedure pembuatan
FTA sebagai berikut :
1. Pilih produk atau sistem yang gagal.
2. Mengacu dari diagram pembentukan produk, buat urutan kegagalan
menjadi sebuah subsistem dan part.
3. Gambar diagram pohon (Failure Tree) hubungan sebab akibat kegagalan
dan mendapatkan penyebab diatasnya.
4. Buat analisa kualitatif dan kualitatif .
5. Rangkum dan evaluasi hasil dan periksa atau uji tindakan yang akan
dilakukan.
2.4.1.3 Pemetaan Proses (Process Mapping)
Sebuah proses adalah kumpulan dari aktifitas-aktifitas yang menggunakan
satu jenis atau lebih input dan membuat output yang berguna bagi customer.
Lingkup dari material akan berkaitan dengan proses-proses yang berhubungan
dengan :
1. Sistem / Fungsi Produk
2. Sistem / Operasi Produk
3. Manufaktur / Produksi
Pemetaan Proses adalah metode visual untuk menggambarkan urutan atau
hubungan-hubungan aktifitas kerja. Pemetaan proses merupakan sebuah cara
sederhana atau teknik penggambaran aliran yang digunakan untuk menunjukkan
hubungan antara masing-masing proses kerja. Akar permasalahan biasanya
terletak di dalam salah satu proses kerja yang ada. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemetaan proses, antara lain :
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
20
1. Masukan (Input) : Unsur yang kelihatan maupun tidak
2. Keluaran (Output) : Hasil suatu proses
3. Kendali (Control) : Parameter proses
4. Mekanisme (Mechanism) : Sistem fisik yang memfasilitasi perubahan
Sebuah pemetaan proses membuat penyajian visual untuk semua tahapan
yang ada di dalam proses. Ini memudahkan dalam :
1. Memudahkan bagaimana sistem bekerja atau beroperasi
2. Mengidentifikasi letak ”bottlenecks”, hambatan dan permasalahan
3. Mengembangkan cara baru agar persoalan bisa diatasi
Pemetaan proses ini sangat berguna apabila :
1. Sebuah tim ingin memperbaiki cara kerja sekarang
2. Dua atau lebih organisasi ingin meningkatkan hubungan kerja
3. Sistem kerja baru sedang dirancang
Elemen-elemen Pemetaan Proses
Gambar 2.6. Elemen pemetaan proses
2.4.2 Measure
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program
peningkatan kualitas six sigma. Tahap ini untuk memvalidasi permasalahan,
mengukur atau menganalisis permasalahan dari data yang ada. Terdapat tiga
pokok yang dilakukan dalam tahap measure, yaitu :
1. Memilih atau menentukan karakteristik kualitas (CTQ) kunci yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan
2. Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data melalui pengukuran
yang dapat dilakukan pada tingkat proses, output atau outcome.
3. Mengukur kinerja sekarang (current performance) pada tingkat proses,
output atau outcome untuk ditetapkan sebagai dasar kinerja (performance
baseline) pada proyek six sigma.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
21
2.4.2.1 Analisa Kemampuan Proses (Cp)
Cp didefinisikan sebagai rasio lebar spesifikasi terhadap sebaran proses,
kemampuan proses membandingkan output in-control process dengan limit/batas
spesifikasi menggunakan capability indeks. Nilainya ditentukan dengan
menghitung rasio penyebaran data spesifikasi (specification width) terhadap
penyebaran nilai data aktual proses (process width).
Gambar 2.7 Lebar sebaran proses dan lebar spesifika
Dimana σ adalah symbol standar deviasi, yang menggambarkan variasi
total proses pada posisi 6 σ (six sigma) yang ditranslasikan ±3 standar deviasi
terhadap rata-rata data. Sebaran spesifikasi atau total toleransi adalah batas atas
USL (Upper Spesification Limit) dikurangi batas bawah LSL (Lower
Spesification Limit). Ketika sebaran melebar (banyak variasi), maka nilai Cp kecil,
hal tersebut mengindikasikan kemampuan proses rendah. Ketika sebaran proses
menyempit (sedikit variasi) maka nilai Cp tinggi, hal ini mengindikasikan
kamampuan proses lebih bagus.
(2.1)
(2.2)
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
22
Gambar 2.8 Pengaruh nilai deviasi σ terhadap nilai Cp
Jika menggunakan Xbar-R Control Chart dengan subgrup n, maka standar deviasi
(σ) dapat dihitung dengan rumus :
Dimana :
d2
= nilai konstan yang tergantung dari jumlah subgrup n, nilai
didapatkan dari Tabel 2.1
(2.4)
(2.3)
(2.5)
(2.6)
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
23
Tabel 2.1. Nilai Chart Factor
Sumber : ASTRA-Q Series oleh Astra Management Development Institute
Cp tidak menghitung pergeseran proses. Hal ini dilakukan dengan asumsi
kondisi dianggap ideal ketika proses pada target yang diinginkan, pusat diantara
dua batasan spesifikasi.
4.2.2.2 Process Capability Index (Cpk)
Cpk adalah indek untuk mengukur kenyataan kemampuan proses ketika
terjadi pergeseran terhadap target yang diinginkan. Pergeseran atau derajat bias (k)
didefinisikan sebagai
Dan Cpk didefinisikan :
(2.7)
(2.8)
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
24
Ketika proses sempurna pada target, maka k=0 dan Cpk=Cp. Cpk akan
memuaskan apabila pergeseran data proses tidak jauh dari target (nilai k kecil)
dan sebaran proses sekecil mungkin (variasi proses terlalu kecil).
Gambar 2.9 Nilai Cpk
Proses dianggap capable jika seluruh data pengukuran ada di dalam area
batas spesifikasi (specification limits). Jika spesifikasi hanya mempunyai satu
batas yaitu batas atas saja (upper) atau batas bawah saja (lower) dan ketika target
tidak ditentukan, maka Cp tidak bisa digunakan dan hanya menggunakan Cpk.
Penghitungan Cpk sering menggunakan Capability Process Upper (CPU) atau
Capability Process Lower (CPL). CPU adalah toleransi atas dibagi dengan aktual
sebaran proses atas. CPL didefinisikan sebagai toleransi bawah sebaran dibagi
dengan aktual sebaran proses bawah.
(2.9)
(2.10)
(2.11)
(2.12)
(2.13)
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
25
Cpk didefinisikan nilai minimum dari CPU atau CPL
Dibawah ini gambar yang menunjukkan rumus-rumus Cp yang digunakan sesuai
dengan spesifikasi atau toleransi yang ada.
Gambar 2.10 Penghitungan Cp dan Cpk
(2.14)
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
4.2.2.3 Hubungan antara Cp, Cpk dan Level Sigma
Jika rata-rata proses dipusat sebaran, dimana μ = T ,dan USL-LSL = 6 σ,
kemudian dari rumus Cp , jika nilai Cp = 1, dan jarak dari μ batas spesifikasi 3 σ.
Sehingga level Sigma adalah 3 σ
Sigma Level = 3 x Cp........................................................................... (2.15)
Untuk long-term, jika bias rata proses 1.5 σ dan Cpk = 1 kemudian level
sigma menjadi :
Sigma level = 3 x Cpk + 1.5
= 3 x (Cpk + 0.5)…………………………………….. (2.16)
Jadi hubungan Cp dan Cpk dalam long-term adalah :
Cpk = Cp – 0.5……………………………………………………..... (2.17)
Tabel 2.2 Hubungan Cp,Cpk dan Sigma Level
Sumber : Six Sigma for Quality and Productivity Promotion oleh Sung H. Park
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
27
4.2.2.4 Transformasi Z
Transformasi Z merupakan standar terhadap nilai normal untuk variasi
distribusi normal, sehingga memudahkan untuk analisa statistik. Z adalah
perbandingan nilai perbedaan antara x (Upper Specification Limit atau Lower
Specification Limit) terhadap deviasi. Hal ini merupakan bagian dari sigma level,
bila nilai Z adalah 6, ini merupakan 6 sigma level. Dalam satu proses jika standar
deviasi menunjukkan 6 yaitu antara Spesifikasi (USL dan LSL) hal tersebut
disebut 6 σ level, seperti terlihat pada gambar 2.20 Konsep nilai Z.
Gambar 2.11. Konsep nilai Z
Secara umum rumus Z ada lah :
Gambar 2.12. Transformasi Z
(2.18)
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
28
Nilai Z mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Transformasi ini menghasilkan suatu nilai dari suatu distribusi dimana Mean
= 0 dan sigma = 1, seperti Gambar 2.21 Transformasi Z.
2. Nilai dari Z mengindikasikan seberapa jauh sebuah data (x) dari nilai rata-
ratanya (mean) dalam satuan standard deviasi.
3. Guna memperkirakan Defect Level atau estimasi yield, kita dapat
menggunakan Lower Spec Limit (LSL) dan Upper Spec Limit (USL) untuk x.
4. Dengan menggunakan metode ini, dapat mengkalkulasi proporsi dari produk
yang keluar dari spesifikasi berdasarkan kondisi proses sekarang.
Nilai Z untuk Short Term (Zst) diambil dari hasil perhitungan kemampuan
proses indeks (Cp). Sedangkan untuk nilai Z Long Term (Zlt) diambil dari nilai
Cpk atau nilai Ppk (apabila menggunakan program Minitab). Selisih antara Zst
dan Zlt menghasilkan Z pergeseran (Zshift). Tabel 2.9 menunjukkan perbedaan
antara kemampuan proses jangka panjang dengan kemampuan proses jangka
pendek
Tabel 2.3. Short Term Capability & Long Term Capability
Short Term Capability Kemampuan Jangka Pendek
Long Term Capability Kemampuan Jangka Panjang
1. Menghitung dari data yang diambil dalam periode waktu pendek yang tidak ada pengaruh luar terhadap proses
1. Menghitung dari data yang diambil pada periode yang cukup panjang yang bisa saja ada pengaruh factor luar terhadap suatu proses
2. Zst (σst); Cp 2. 2. Zlt (σlt); Cpk atau Ppk (Minitab)3. 3. Butuh teknologi untuk
perbaikan kemampuan proses pada kondisi yang optimum.
3. 3. Perlu teknologi dan pengendalian untuk perbaikan
4. 6 sigma : Zst =6, Cp=2 4. 6 sigma : Zlt=4.5, Cpk=1.5
5. Zst = 3xCp 6. Zlt = 3xCpk atau 3x Ppk (Minitab)
Sumber : ASTRA-Q Series oleh Astra Management Development Institute
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
29
2.4.3 Analyze (Analisis)
Tahap analyze (analisis) merupakan metode untuk mencari pemilihan
faktor-faktor dominan, menentukan kemampuan proses, dan mengidentifikasikan
sumber variasi. Tools-tools yang biasa digunakan dalam tahap ini antara lain
adalah :
1. Metode pemilihan faktor-faktor
2. Diagram Tulang Ikan (Fisbhone Diagrams)
3. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
2.4.3.1 Metode Pemilihan Faktor -Faktor
Metode pemilihan faktor-faktor merupakan salah satu metode untuk
menyelesaikan masalah untuk mengarahkan terhadap faktor-faktor penyebab
masalah. Metode pemilihan faktor-faktor penyebab tersebut antara lain adalah :
1. Brainstorming
2. Logic Tree
1. Brainstorming
Untuk mengungkap ide-ide dengan cepat. Jenis-jenis Brainstorming Free
Wheeling, Round Robin, Card Method, seperti dijelaskan dibawah ini.
• Free Wheeling : Semua anggota tim proyek memberikan ide-ide mereka
dalam sebuah obrolan.
• Round Robin : Semua anggota tim proyek memberikan ide-ide mereka
secara berputar bergiliran.
• Card Method : Mencatat ide-ide dari setiap anggota tim proyek dalam
secarik kertas tanpa diskusi.
2. Logic Tree (Structure Tree, Why Because)
Logic Tree untuk menemukan faktor-faktor (X) yang mempengaruhi CTQ
(Y) pada fase analisis dalam six sigma. Dapat membuat Logic Tree dengan
mengatur kategori-kategori utama di sebelah kiri. Perhatikan prinsip-prinsip
MECE (Mutually Exclusive and Collective Exhaustive).
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
30
2.4.3.2 Diagram Sebab Akibat (Cause & Effect Diagram)
Diagram ini disebut diagram tulang ikan (fish-bone diagram) dan berguna
untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh pada karakteristik kualitas.
Prinsip yang diakai untuk membuat diagram sebab akibat ini adalah sumbang
saran (brainstorming) yang merupakan metode untuk memperoleh pendapat yang
kreatif secara diskusi bebas.
Untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh ada 5 faktor utama
yang perlu diperhatikan seperti terlihat pada Gambar 2.22. kelima faktor tersebut
adalah Manusia (Man), Material, Methode, Machine and Environment atau biasa
disingkat 4M1E
Gambar 2.13 Digram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)
Langkah Pembuatan Diagram Sebab Akibat, sebagai berikut :
1. Tentukan masalah / sesuatu yang akan diperbaiki / diamati ,
usahankan adanya ukuran untuk masalah tersebut sehingga
perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan dapat dilakukan.
Gambarkan panah dengan kotak di ujung kanannya dan tuliskan masalah
/ sesuatu yang akan di perbaiki / diamati itu dalam kotak.
2. Cari faktor-faktor utama yang berpengaruh atau mempunyai akibat
pada masalah atau sesuatu tersebut. Tuliskan dalam kotak yang telah
dibuat diatas dan dibawah panah yang ada kemudian tarik panah diantara
kotak dengan yang ada.
3. Cari lebih lanjut, faktor-faktor yang lebih terinci yang berpengaruh
atau mempunyai akibat pada faktor utama tersebut. Tulis faktor-faktor
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
31
tersebut dikiri-kanan panah penghubung tadi dan buatlah panah
dibawah faktor tersebut menuju garis penghubung.
4. Cari penyebab utama. Dari diagram yang sudah lengkap cari
penyebab utama dengan menganalisa data yang ada dan buatlah
urutannya dengan diagram pareto.
2.4.3.3 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah pendekatan analitis
yang ditujukan untuk pencegahan masalah melalui penentuan prioritas potensial
masalah dan penanganannya. Dapat dikatakan juga bahwa FMEA adalah suatu
sistem garis petunjuk, sebuah proses dan bentuk identifikasi dan prioritas terhadap
potensial kegagalan dan masalah yang mungkin terjadi pada sebuah proses
tersebut, yang perlu diperbaiki. Metode FMEA sudah banyak diaplikasikan dalam
lingkungan six sigma pada kondisi untuk mencari masalah yang tidak hanya yang
terjadi pada proses kerja dan perbaikan saja, tetapi juga dalam hal aktivitas
pengumpulan data, suara pelanggan (Voice of Customer) dan prosedur.
Keuntungan dari penggunaan FMEA, antara lain :
• Mencegah kegagalan yang mungkin terjadi dan jaminan pengurangan
biaya
• Memperbaiki fungsi produk dan kelemahannya
• Mengurangi masalah-masalah yang terjadi di proses manufaktur dari hari
ke hari.
• Mengurangi masalah-masalah proses bisnis
• Design Failure Mode and Effect Analysis (DFMEA)
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Tabel 2.4 Form Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
Sumber : ASTRA-Q Series oleh Astra Management Development Institute
Failure Mode Effect Analysis (FMEA), potensi kegagalan atau cacat
dirangking berdasarkan angka prioritas resiko atau Risk Priority Number (RPN)
dari 1 sampai 1000 dan RPN dapat dirumuskan sebagai berikut :
RPN = SEVERITY x OCCURRENCE x DETECTION ………… (2.19)
Dimana :
1. Severity : adalah kegagalan yang berpengaruh terhadap pelanggan.
2. Occurrence : adalah estimasi kemungkinan penyebab spesifik akan muncul.
3. Detection : adalah kemungkinan proses saat ini atau pengendalian desain akan
mendeteksi penyebab kegagalan.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
33
Nilai Prioritas Resiko yang terdiri dari Severity, Occurrence, dan Detection dapat
dilihat nilai rangkingnya di Tabel 2.2, Tabel 2.3, Tabel 2.4
Tabel 2.5. Panduan Merangking Severity
Effect Criteria : Severity of Effect Defined Rank
Hazardous : Without warning
May endanger operator. Failure mode effects safe vehicle operation and/or involves non-complience with government regulation. Failure will occure WITHOUT warning
10
Hazardous : with warning
May endanger operator. Failure mode affects safe vehicle operation and/or involves non-complience with government regulation. Failure will occure WITH warning
9
Very High Major disruption to production line, 100% product may have to be scarpped. Vehicles/item inoperable, loss primary function. Customer very diiatisfied
8
High Minor disruption to production line. Product may have be sorted and a portion (less than 100%) scrapped. Vehicle operable, but at a reduced level of performance. Customer dissatisfied
7
Moderate Minor disruption to production line. A portion (less than 100%) may have to be scrapped (no sorting). Vehicle/item operable, but some comfort/convenience item(s) inoperable. Customer experience discomfort
6
Low Minor disruption to production line. 100% of product may have to be reworked. Vehicle/item operable, but some comfort/convenience item(s) operable at reduced level of performance. Customer experiences some dissatisfaction
5
Very Low Minor disruption to production line. The product may have to be sorted and a portion (less than 100%) reworked. Fit/finish/squeak/rattle item does not conform. Defected noticed by most customer
4
Minor Minor disruption to line. A portion (less than 100%) of the product may have to be reworked on-line but out of station. Fit/finish/squeak/rattle item does not conform. Detect noticed by average customer
3
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
34
Very Minor Minor disruption to line. A portion (less than 100%) of the product may have to be reworked on line but in of station. Fit/finish/squeak/rattle item does not conform. Defect noticed by discriminating customer
2
None No effect 1
Sumber : Potential Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) oleh Chrysler, Ford and General Motors
Tabel 2.6. Panduan Merangking Detection
Detection
Criteria : Likelihood the existence of a defect will be detected by test content before product advances to
next or subsequent process, or before part or component leaves the manufacturing line
Rank
Almost Imposible
No known control (s), available to detect failure mode 10
Very Remote Very remote likelihood that current control(s) will detect failure mode 9
Remote Remote likelihood that current control(s) will detect failure mode 8
Very Low Very low likelihood that current control(s) will detect failure mode 7
Low Low likelihood that current control(s) will detect failure mode 6
Moderate Moderate likelihood that current control(s) will detect failure mode 5
Moderate Moderate high likelihood that current control(s) will detect 4
High failure mode
High High likelihood that current control(s) will detect failure mode 3
Very High Very High likelihood that current control(s) will detect failure mode 2
Almost Certain Current control (s) is very almost certain to detect the failure mode. Reliable detection controls are known 1
Sumber : Potential Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) oleh Chrysler,
Ford and General Motors
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
35
Tabel 2.7. Panduan Merangking Occurrence
Probability of Failure Possible Failure Rate Cpk Rank
≥ 1 in 2 < 0.33 10 Very High : Failure is almost inevitable
1 in 3 ≥ 0.33 9
1 in 8 ≥ 0.51 8 High : Generally associated with processes similar to previous processes that have often failed 1 in 20 ≥ 0.67 7
1 in 80 ≥ 0.83 6
1 in 400 ≥ 1.00 5
Moderate : Generally associated with processes similar to previous processes wich have experienced occasional failures, but not in major proportions 1 in 2,000 ≥ 1.17 4
Low : Isolated failures associated with similar processes
1 in 15,000 ≥ 1.33 3
Very Low : Only isolated failures associated with almost identical processes 1 in 150,000 ≥ 1.50 2
Remote : Failure is unlikely. No Failures ever associated with almost indentical processes
≤ 1 in 1,500,000 ≥ 1.67 1
Sumber : Potential Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) oleh Chrysler,
Ford and General Motors
2.4.4 Improve (Perbaikan)
Aktivitas utama dalam tahap improve atau perbaikan adalah membuat
ide-ide perbaikan terhadap faktor-faktor yang telah ditemukan dalam
tahap Analisis improve the critical factors.
Untuk memilih tools (alat-alat) improve yang sesuai pada kebanyakan
masalah didapatkan dari tools yang dasar yang meliputi :
• Optimalisasi aliran proses.
• Work out, benchmarking, best practices dan brainstorming.
• Eksperimen atau simulasi.
• Standarisasi proses.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
36
2.4.5 Control
Aktivitas utama dalam tahap Control adalah menjaga dan
mempertahankan kondisi dari hasil ide-ide perbaikan maintain the ideas.
Control merupakan tahap operasional terakhir dalam proyek peningkatan
kualitas six sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasi
dan distandarisasikan hasil perbaikan, serta dilakukan pengendalian, dimana
pengendalian proses dengan menggunakan Statistical Process Control (SPC).
Tools SPC yang dipakai untuk pengontrolan proses yang sering
dipakai adalah bagan kendali (Control Chart). Bagan pengendali merupakan
grafik garis dengan mencantumkan batas maksimum yang merupakan batas
daerah pengendalian. Bagan ini menunjukan perubahan data dari waktu ke waktu
tetapi menunjukan penyebab penyimpangan, meskipun adanya penyimpangan itu
akan terlihat pada bagan pengendalian tersebut. Bagan kendali berfungsi
sebagai alat yang bisa membantu kita dalam melihat apakah proses kita
under control atau tidak dengan melihat adanya common cause of variation
atau special causes of variation. Alat bantu kita untuk ini adalah control chart.
Common cause of variation : variasi yang terjadi karena
proses/sistem itu sendiri.
Special cause of variation : variasi yang terjadi karena factor
eksternal/dari luar sistem.
Control Chart tersusun dari :
CL (Center Line) : CL Nilai rata-rata dari data
UCL (Upper Control Limit) : Batas Kontrol Atas
LCL (Lower Control Limit) : Batas Kontrol Bawah
kita biasanya membuat UCL dan LCL sejauh 3 sigma dari CL.
jika data terletak antara UCL dan LCL maka proses terkontrol
jika data tidak terletak antara UCL dan LCL maka proses diluar kontrol.
dalam hal ini bila kita dapat menemukan penyebab khusus,
selanjutnya dihilangkan maka proses menjadi terkontrol.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
37
Limits aksi dan limits peringatan
biasanya batas 3 sigma Limit disebut limit aksi. Jika data tidak terletak
diantara limit 3 sigma, kita harus menemukan. Penyebab khusus dan
menghilangkannya. Dan dalam hal ini kita harus cepat melakukan aksi.
biasanya batas 2 sigma adalah Limit Peringatan. Jika nilai dari suatu data
tidak berada diantara limit 2 sigma, mungkin kita beranggapan bahwa hal
tersebut disebabkan karena beberapa penyebab. Jadi bila tidak
terletak diantara 2 sigma ini merupakan peringatan kepada kita.
Gambar 2.14. Bagan kendali (control chart)
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
38
BAB 3
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 TAHAP DEFINE (DEFINISI MASALAH)
Aktivitas utama dalam tahap DEFINE adalah menemukan CTQ (Critical
to Quality), yaitu fokus permasalahan yang menjadi hal yang paling penting untuk
memenuhi keinginan konsumen (customer needs). Latar belakang penentuan
masalah adalah dari customer voice atau customer claim mengenai akselesari
engine yang kurang baik (engine tidak bertenaga), susah melakukan perpindahan
gigi (gear) dan engine noise mengindikasikan bahwa komponen kopling (clutch
assy) terjadi kelainan fungsi yang diindikasikan terjadinya gesekan (friction) dari
kampas kopling (disk clutch) yang berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya
keausan dan terbakar pada kopling (clutch assy) atau adanya pemakaian sepeda
motor oleh konsumen diluar ketentuan (habit costumer).
Gambar 3.1. Ilustrasi part kopling (clutch assy)
Gambar 3.2. Ilustari part kopling (clutch assy) yang terbakar
38 Universitas Indonesia
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
39
3.1.1 Logic Tree Diagram Penyebab Kopling Terbakar
Kemungkinan penyebab terjadinya kopling (clutch assy) terbakar dapat
dilihat pada gambar Logic Tree Diagram dibawah ini.
Gambar 3.3 Logic Tree Diagram penyebab kopling terbakar
Berdasarkan gambar logic tree diagram diatas faktor-faktor yang
memungkinkan terjadinya masalah kopling terbakar adalah karena pemakaian
sepeda motor oleh konsumen yang tidak sesuai dengan standard (habit
pemakaian), adanya sub part dari kopling (clutch assy) yang terindikasi
mengalami kelainan yaitu spring clutch dan material kampas kopling (lining), dan
part-part yang berhubungan dengan kopling yang mengalami defect atau kelainan
diantaranya Cover R Crank Case, Lever Clutch, dan Rod Clutch. Factor-faktor
tersebut merupakan analisa awal yang menyebabkan kopling terbakar yang
menyebabkan kurangnya akselerasi engine dan susah melakukan pergantian gigi
(gear).
KOPLING (CLUTCH ASSY) TERBAKAR
HABIT PEMAKAIAN
COVER R CRANK CASE
CLUTCH ASSY
LEVER COMP,
ROD CLUTCH
DIMENSI MENYIMPANG
DIMENSI MENYIMPANG
DENSITY, HARDNESS MATERIAL LINING CLUTCH
ELASTISITAS SPRING CLUTCH
JARAK DUDUKAN LEVER COMP, CLUTCH MENYIMPANG
JARAK PENGARAH ROD CLUTCH MENYIMPANG
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
40
Gambar 3.4 Part yang berpengaruh dalam system kerja kopling (clutch system)
3.1.2 Data Keluhan Konsumen (Claim Market)
Dari hasil pendataan total keluhan pasar (claim market), bahwa keluhan
pasar yang diterima yang disebabkan karena kopling (clutch assy) terbakar untuk
sepeda motor type manual kopling (sporty type) di tahun 2007 rata-rata keluhan
konsumen 6 unit sepeda motor per bulan. Data keluhan konsumen dapat dilihat
pada tabel keluhan konsumen yang dibandingkan dengan jumlah produksi unit
motor untuk masalah kopling terbakar pada sepeda motor type kopling manual
kopling tahun 2007.
Tabel 3.1. Jumlah Keluhan Konsumen Kopling Terbakar Tahun 2007.
Outer Comp Clutch
Plate Clutch
Disk clutch Friction
Plate Clutch Pressure
Center comp clutch Cover R Crank case
Lever Comp Clutch
Rod Clutch Lifter
Spring clutch
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
41
23
7 9 6 9 8 5 4 2 1 4 5
83
0 .0 4 5%
0 .0 2 5%0 .0 2 3 %0 .0 0 6 %
0 .153 %
0 .0 50 %
0 .0 6 9 %
0 .0 4 1%
0 .0 77%0 .0 8 9 %
0 .0 3 2 %0 .0 2 3 %
0 .0 10 %
0
10
2030
40
50
6070
80
90
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV Des
TAHUN 2007 TOTAL
Gambar 3.5. Grafik keluhan pelanggang kopling terbakar
Dari grafik di atas dapat diuraikan lagi keluhan konsumen berdasarkan range jarak
pemakaiannya (km) sebagai berikut :
Gambar 3.6. Grafik keluhan konsumen berdasarkan range jarak
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa keluhan konsumen kopling (clutch
assy) terbakar paling dominan terjadi terjadi pada range setelah pemakaian 501
km keatas yaitu sekitar 76%, hal ini menjadi perhatian yang sangat serius dalam
penanganannya karena kondisi standard pemakaian part kopling (clucth assy)
adalah 36000 km atau setara masa garansi mesin (engine) selama 3 tahun setelah
itu maka part kopling (clutch assy) yang sifatnya fast moving seperti kampas
kopling (disk clutch friction), per kopling (spring clutch) direkomendasikan harus
diganti.
Range Jarak (km)
4%20%
33%
43%
0-100 Km 101-500 Km 501-2000 Km >2000 Km
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
42
3.1.3 Supplier, Input, Process, Output, Customers (SIPOC) Diagram
Untuk mendefinisikan proses dari komponen kopling (clutch assy) dan
part-part yang terkait dengan kopling (clutch assy) dari mulai suppliers material,
sub part, proses, assy engine, assy unit, distribusi output sampai ke konsumen
akan dibuat peta Suppliers, Input, Processes, Output, dan Customers (SIPOC
diagram). Adapun diagramnya dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 3.7 Diagram SIPOC
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
43
3.1.4 Indikasi Penyebab Masalah Kopling Terbakar
Dari data diatas aspek teknis yang menyebabkan terjadinya kopling
terbakar adalah part-part berhubungan dengan sistem kopling (clutch system),
adapun part tersebut dijelaskan pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.2 Komponen Clutch System Penyebab Masalah Kopling Terbakar
No. Item Part Indikasi Masalah
Spring Clutch Elastisitas Spring 1 Kopling (Clutch Assy)
Disk Clutch Friction Density, Hardness Material
2 Cover R Crank Case Cover R Crank Case Posisi dudukan lever dan Posisi dudukan Rod,
Lever Clutch Dimensi 3 Lever Comp Clutch
Rod Clutch Lifter Dimensi
Sedangkan untuk aspek non teknis adalah karena kebiasaan (habit)
pemakai sepeda motor yang tidak standard, antara lain :
• kebiasaan menggantung setengah kopling ketika sepeda motor sedang
berjalan,
• kebiasaan penggunaan gas yang tidak beraturan dengan tidak
memperhatikan kondisi engine,
• penggunaan per (spring) racing yang tidak sesuai spec load spring yang
ditetapkan.
3.2 TAHAP MEASURE (PENGUKURAN)
Pada tahap Measure ini aktvitas utama yang dilakukan adalah menghitung
kondisi kemampuan proses (capability process) dimana outputnya adalah nilai Cp,
Cpk, PPM dan sigma level. Kemampuan proses yang akan dihitung terlebih
dahulu dengan melakukan pemetaan proses part kemuadian menentukan critical
point dengan membuat logic tree diagram pada proses part tersebut. Adapun
kemampuan proses (capability process) yang akan dihitung antara lain :
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
44
1. Elastisitas Spring pada Spring Clutch.
2. Dimensi pada Cover R Crank Case.
3. Dimensi Rod Clutch Lifter.
4. Dimensi Comp, Lever Clutch.
Sedangkan untuk mengetahui density dan kekerasan material kampas
kopling dilakukan pengetesan khusus dengan metode khusus yang dilakukan oleh
maker kampas kopling karena material kampas kopling tidak mempunyai standard
umum (ISO, JIS, HES) dalam pengetesan (know how maker).
3.2.1 Pengukuran Elastisitas Spring Clutch
Pada pengukuran spring clutch ini aktivitas yang dilakukan adalah
menghitung kondisi kemampuan proses (capability process) yang mempengaruhi
nilai elastisitas spring clutch dengan langkah urutan aktivitas sebagai berikut :
1. Melakukan pemetaan proses spring clutch dalam bentuk Operation
Process Chart (OPC).
2. Menentukan critical point yang akan diukur kemampuan prosesnya
dalam bentuk logic tree diagram.
3. Pengukuran kemampuan proses (capability process).
Gambar 3.8. Ilustrasi Komponen Kopling Spring Clutch
Spring 1 Spring 2
Spring 3 Spring 4
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
45
Pemetaan Peta Proses Spring Clutch
Pemetaan proses untuk salah satu komponen kopling yaitu spring clutch
dipetakan dalam bentuk Operation Process Chart (OPC) dengan chart seperti
dibawah ini.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
13
14
15
16
1
Receiving Material
Inventory Material
Carrying Material
Coiling
Inspection in Process
Tempering 1
Both end Grinding
Inspection in Process
Inspection in Process
Tempering 2
Load Selector
Colour Marking
Anti Rust Oil Coating
Product Inspection
Packing
Shipping Inspection
Shipping Preparation
Gambar 3.9. Peta Proses Spring Clutch
Logic Tree Diagram Elastisitas Spring Clutch
Berdasarkan langkah define, salah satu indikasi terjadinya kopling terbakar
adalah elastisitas spring yang berpengaruh pada kinerja kopling dalam
mentransmisikan daya dari putaran mesin ke putaran roda. Untuk mengetahui
nilai elastisitas spring clucth, maka dapat dilihat pada logic tree diagram dibawah
ini.
Gambar 3.10. Logic Tree Diagram Elastisitas Spring Clutch
ELASTISITAS SPRING CLUTCH
HEATTREAMENT TEMPERING 1 M/C
HEATTREAMENT TEMPERING 2 M/C
LOAD SELECTOR MACHINE
NILAI INITIAL LOAD SPRING (N)
NILAI WORKING LOAD SPRING (N)
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
46
Pengukuran Kemampuan Proses (Cp)
Pengukuran kemampuan proses yang diukur adalah point-point yang
mempengaruhi terhadap nilai elastisitas spring clutch antara lain :
1. Initial Load Spring (Newton).
2. Working Load Spring (Newton).
Keterangan hasil berdasarkan nilai Cp dan Cpk adalah sebagai berikut :
Proses Tidak Baik : Cpk atau Cp < 0,67
Proses Cukup : 0.67 < Cpk atau Cp < 1
Proses Baik : 1 < Cpk atau Cp < 1.33
Proses Sangat Baik : Cpk atau Cp > 1.33
Perhitungan Cp, Cpk menggunakan bantuan software Minitab 14
1. Initial Load Spring (Newton).
Gambar 3.11. Grafik Data Cp, Cpk Initial Load Spring Clutch
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
47
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan nilai :
Cp Cpk PPM Total Sigma Level Hasil Keputusan
2,00 1,04 1219,77 3,03 sigma Proses Sangat Baik OK
2. Working Load Spring (Newton).
Gambar 3.12 Grafik Data Cp, Cpk Working Load Spring Clutch
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan nilai :
Cp Cpk PPM Total Sigma Level Hasil Keputusan
0,51 0,44 95854,61 1,31 sigma Proses Tidak
Baik NG
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
48
3.2.2 Pengukuran Dimensi Cover R Crank Case
Langkah Measure atau pengukuran untuk Cover R Crank Case ini
menggunakan beberapa tool yaitu :
1. Pemetaan Proses (Process Mapping), dan
2. Pengukuran Kemampuan Proses (Capabilty Process).
Gambar 3.13 Ilustrasi Cover R Crank Case
3.2.2.1 Peta Proses Cover R Crank Case
Pada peta proses Cover R Crank Case ini yang dilakukan pemetaan adalah
pada proses machining, karena semua dimensional ditentukan oleh proses
machining.
Gambar 3.14 Peta Proses Cover R Crank Case
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
49
Pada gambar peta proses diatas terdapat critical process yang berpengaruh
pada kinerja kopling (clutch system) yaitu proses drilling 1 dan drilling 2 yang
digambarkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Pemetaan Critical Process Cover R Crank Case
Proses Critical Point Pengaruh Part
Terhadap Kopling
Machining (Drill 1)
Jarak Vertikal 5 ±
0.1 disamping
adalah pengarah Rod
Clutch yang
berfungsi pengarah
Cover R Crank Case
terhadap kopling
(Clutch Assy)
Machining (Drill 2)
Jarak Horizontal 68
± 0.1 disamping
adalah dudukan
lever clutch yang
berfungsi
pengaturan system
kopling
3.2.2.2 Pengukuran Kemampuan Proses Cover R Crank Case
Berdasarkan tabel pemetaan critical process diatas, ada 2 point lubang
yang diukur kemampuan prosesnya (Capability Process), yaitu :
1. Jarak (vertikal) lubang posisi X dengan dimensi 5 ± 0,1 mm
2. Jarak (horizontal) lubang posisi Y dengan dimensi 68 ± 0,1 mm
Keterangan hasil berdasarkan nilai Cp dan Cpk adalah sebagai berikut :
Proses Tidak Baik : Cpk atau Cp < 0,67
Proses Cukup : 0.67 < Cpk atau Cp < 1
Proses Baik : 1 < Cpk atau Cp < 1.33
Proses Sangat Baik : Cpk atau Cp > 1.33
0
5 ± 0.1
68 ± 0.1
Lubang Posisi X
Lubang Posisi Y
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
50
Perhitungan Cp, Cpk menggunakan bantuan software Minitab 14
1. Capability Process Jarak lubang posisi X dengan dimensi 5 ± 0,1 mm
Gambar 3.15. Grafik Data Cp, Cpk Jarak Lubang 5±0,1 (Posisi X)
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan nilai :
Cp Cpk PPM Total Sigma Level Hasil Keputusan
1,16 -0,33 863435,91 -1,10 sigma Proses Tidak
Baik NG
2. Capability Process Jarak Lubang posisi Y dengan dimensi 68 ± 0,1 mm
0
5 ± 0.1
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
51
Gambar 3.16. Grafik Data Cp, Cpk Jarak Lubang 68±0,1 (Posisi Y)
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan nilai :
Cp Cpk PPM Total Sigma Level Hasil Keputusan
0,83 0,36 154192,08 1,09 sigma Proses Tidak
Baik NG
68 ± 0.1
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
52
3.2.3 Pengukuran Dimensi Rod Clutch Lifter
Rod clutch lifter adalah salah satu komponen kopling (clutch assy) yang
berfungsi sebagai pengarah antara komponen kopling, part ini sangat berpengaruh
pada sistem kopling sepeda motor karena apabila komponen kopling tidak
simetris maka akan terjadi disfungsi kopling.
Pengukuran rod clutch lifter ini dilakukan pada part claim, dalam
pengukuran part ini tidak dilakukan pengukuran kemampuan proses (capability
process) dan process mapping karena komponen part ini import atau sifatnya
purchase part sehingga proses manufacturing tidak bisa dianalisa, apabila
diketemukan masalah secara dimensional maupun lab maka akan dilakukan claim
atau reject kepada pembuat (maker) part ini.
Gambar 3.17. Ilustrasi Rod Clutch Lifter
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
53
Tabel 3.4 Data Ukur Part Claim Rod Clutch Lifter Yang Diterima Dari Market
Berdasarkan data ukur diatas, maka secara dimensi part rod clutch lifter
tidak diketemukan masalah secara dimensional sehingga kesimpulannya part
tersebut dinyatakan OK dan tidak perlu dilakukan analisa lebih lanjut.
3.2.4 Pengukuran Dimensi Lever Comp, Clutch
Lever comp, clutch berfungsi untuk mengatur kinerja clutch sistem dalam
keadaan enggage (normal) dan dalam keadaan stalled (bekerja). Dimensi-dimensi
lever comp, clutch sangat mempengaruhi dalam fungsi kopling.
Dalam masalah kopling terbakar ini, salah satu indikasi terjadinya masalah
tersebut adalah menyimpangnya dimensi lever comp, clutch (out of spec), maka
dalam hal ini perlu dilakukan analisa pengukuran terhadap part claim untuk part
lever comp, clutch untuk mengetahui apakah part tersebut harus dilakukan
perbaikan atau tidak.
Gambar 3.18. Ilustrasi Lever Comp, Clutch
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
54
Tabel 3.5 Data Ukur Part Claim Lever Comp, Clutch Yang Diterima Dari Market
Berdasarkan data ukur diatas, maka secara dimensi part lever comp, clutch
tidak diketemukan masalah secara dimensional sehingga kesimpulannya part
tersebut dinyatakan OK dan tidak perlu dilakukan analisa lebih lanjut.
3.2.5 Pengukuran Density dan Hardness Material Kampas Kopling
Pengukuran density dan hardness material dilakukan oleh maker kampas
kopling dengan metode khusus dan output data yang dihasilkan adalah
perbandingan data material yang membandingkan jenis material kampas kopling
produk Indonesia dan produk Philipina yang memakai jenis material sama dan
tidak mengalami keluhan.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
55
Gambar 3.19. Ilustrasi Kampas Kopling (Disk Clutch Friction)
Point pengukuran yang dilakukan oleh maker adalah :
1. Kapasitas (load) kopling.
2. Pemeriksaan karakteristik gesekan kampas kopling (clutch friction
caracteristic).
3. Pemeriksaan kekuatan rekat antara kampas (paper disk) dengan pelat
kopling (plate clutch).
1. Data pengukuran kapasitas (load) kopling.
Tabel 3.6. Data Ukur Load Spring Clutch
Point Check Part Produksi
Indonesia
Part Produksi
Philipina
Initial Koefisien Gesek (µ) 0,389 0,335
Torque (N/m) 159,7 142,2
Working Koefisien Gesek (µ) 0,258 0,233
Working Torque (N/m) 106 99
Tingkat Kelayakan (kali) 2,13 1,99
Sumber : Data hasil ukur oleh R&D FCC. Co. Ltd. Japan.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
56
2. Pengukuran karakteristik gesekan kampas kopling (clutch frictioncaracteristic).
Gambar 3.20. Grafik Clutch Friction Carakteristic
Sumber : Data hasil ukur lab. oleh R &D FCC. Co. Ltd. Japan.
3. Pengukuran kekuatan rekat antara kampas (paper disk) dengan pelat kopling
(plate clutch) yang bergesek.
Gambar 3.21. Grafik Kekuatan Rekat Kampas Kopling
Sumber : Data hasil ukur kerekatan material oleh R &D FCC. Co. Ltd. Japan
Part Indonesia Part Phipilina
Part Indonesia Part Philipina
Density
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
57
Kondisi struktur material kampas kopling yang mengalami pergesekan dengan
menggunakan foto mikro setelah pengetesan kerekatan antara kampas dengan
pelat.
Gambar 3.22. Foto Mikro Material Kampas Kopling
Sumber : Data hasil foto mikro material oleh R &D FCC. Co. Ltd. Japan.
Kesimpulan pengukuran :
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh R&D FCC Co. Ltd. Bahwa
data pengukuran load material part Indonesia lebih tinggi yang berarti
secara kekuatan load material lebih baik.
Pengukuran karakteristik gesekan kampas kopling (clutch friction
caracteristic) dengan bobot energi yang berbeda yaitu 24 J/cm² dan 43
J/cm² antara part Indonesia dan part Philipina mempunyai level
karakteristik material yang sama.
Dari hasil pengukuran kekuatan rekat antara kampas (paper disk) dengan
pelat kopling (plate clutch) yang bergesek antara part Indoensesia dan part
Philipina mempunyai kekuatan rekat yang sama dan tidak diketemukan
indikasi pengelupasan material kampas kopling.
Berdasarkan uraian kesimpulan pengukuran diatas, diputuskan bahwa material
part dari Indonesia TIDAK BERMASALAH dan dinyatakan OK, untuk itu tidak
perlu dilakukan analisa lebih lanjut.
Part Indonesia Part Philipina
Tidak ada Pengelupasan
Tidak ada Pengelupasan
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
58
BAB 4
ANALISA DAN PERBAIKAN
MASALAH KOPLING TERBAKAR
4.1 TAHAP ANALYZE (ANALISA)
Aktivitas utama pada tahap analyze (analisa) ini adalah menetukan faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kopling terbakar berdasarkan hasil
pada tahapan sebelumnya yaitu tahap measurement. Berikut analisa teknis
berdasarkan hasil pengukuran (measurement) pada komponen part yang
mempengaruhi kinerja kopling (clutch system) yang dapat menyebabkan
terjadinya kopling terbakar.
Table 4.1. Analisa Teknis Penyebab Kopling Terbakar
Masalah Utama
Komponen Part yang Diindikasikan Bermasalah
Hasil Ukur
(measurement)
Keterangan
OK
OK
NG
Berdasarkan Pengukuran Maker Berdasarkan Pengukuran Part Claim Berdasarkan Pengukuran Part Claim
NG
NG
Berdasarkan Pengukuran Part Claim Berdasarkan Pengukuran Part Claim
Kopling (clutch assy)
terbakar
OK
Berdasarkan Pengukuran Part Claim
CLUTCH ASSY
DENSITY, HARDNESS MATERIAL
LINING CLUTCH
ELASTISITAS SPRING CLUTCH
Initial Load Spring Clutch
Workingl Load Spring Clutch
COVER R CRANKCASE
Jarak Posisi Pengarah Rod 5±0,1(Posisi X)
JarakPosisi Dudukan Lever 68±0,1(Posisi Y)
LEVER CLUTCH
DIMENSI
58 Universitas Indonesia
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
59
OK
Berdasarkan Pengukuran Part Claim
Untuk penyelesaian indikasi masalah kopling (clutch assy) terbakar
berdasarkan pada table analisa teknis diatas, maka untuk tahap analyze tool utama
yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
• Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram)
• Failure Tree Analysis (FTA)
• Failure Mode Effect and Analysis (FMEA)
4.1.1 Analisa Working Load Spring Clutch Lemah
Spring Clutch merupakan salah satu sub part kopling (clutch assy) yang
sangat berperan dalam kinerja sistem kopling. Spring clutch berfungsi untuk
mengatur pergerakan kampas kopling pada waktu mentransmisikan daya
berdasarkan rpm mesin pada waktu kondisi idle (free) dan kondisi enganged
(running), apabila kondisi load spring clutch lemah (minus) maka dalam posisi
idle akan menyebabkan kampas kopling terjadi gesekan (friction) sehingga
menyebabkan terjadinya kopling terbakar.
Pada kondisi standard, apabila sepeda motor dalam kondisi idle maka
kampas kopling tidak bergesekan dengan plate kopling (free), dan dapat
mentransmisikan daya dari rpm mesin ke putaran roda (enganged condition)
ketika tuas lever handle kopling dilepas dengan rpm minimum 2000rpm maka
antara kampas kopling dan plate kopling akan menempel (tidak bergesekan) dan
akan mentransmisikan daya.
Load spring clucth merupakan salah satu hal penting yang harus dipenuhi
supaya kopling dapat bekerja dengan baik. Load spring sendiri ada 2 standard
karakteristik yang harus dicapai yaitu initial load spring dan working load spring
dan keduanya sangat dominan dipengaruhi oleh oleh factor proses heattreatment
yaitu proses tempering.
ROD CLUTCH DIMENSI
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
60
4.1.1.1 Analisa Proses Spring Clutch
Berdasarkan hasil measurement (pengukuran) sebelumnya bahwa faktor
yang bermasalah adalah working load spring lemah. Berikut flow proses yang
menunjukan factor yang berpengaruh pada load spring clutch.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
13
14
15
16
1
Receiving Material
Inventory Material
Carrying Material
Coiling
Inspection in Process
Tempering 1
Both end Grinding
Inspection in Process
Inspection in Process
Tempering 2
Load Selector
Colour Marking
Anti Rust Oil Coating
Product Inspection
Packing
Shipping Inspection
Shipping Preparation
Gambar 4.1. Critical Process Spring Clutch
Parameter proses tempering berdasarkan flow process diatas adalah :
Gambar 4.2 Parameter Proses Tempering Spring Clutch
Berdasarkan parameter proses tempering diatas, hal yang mempengaruhi
terhadap lemahnya working load spring adalah heating time yang terlalu pendek.
Heating time yang terlalu pendek menyebabkan belum terbentuknya struktur
Proses Tempering 2 dan Load Selector
mempengaruhi terhadap working load spring
Proses Tempering 1 mempengaruhi terhadap Initial load spring
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
61
stressing material yang berdampak pada lemahnya kekuatan (load) pada spring
tersebut.
4.1.1.2 Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram) Working Load Spring lemah
Gambar 4.3 Diagram Sebab-Akibat Working Load Spring Lemah
Berdasarkan diagram sebab-akibat diatas faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya working load spring lemah yang paling dominan adalah
pada parameter pengaturan program mesin yang tidak tepat untuk kondisi
sekarang dan SOP yang mencantumkan parameter proses yang tidak tepat.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
62
4.1.1.3 Failure Tree Analysis (FTA) Working Load Spring Lemah
Gambar 4.4 Failure Tree Analysis Proses Tempering
4.1.1.4 Tabel Failure Mode Effect and Analysis (FMEA)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk melihat
proses bagian mana yang paling dominan menghasilkan kegagalan-kegagalan
proses pembuatan Spring clutch. Berdasarkan fishbone diagram dan FTA working
load spring perhitungan tabel FMEA adalah sebagai berikut :
RPN = SEV x OCC x DET
RPN (Risk Priority Number) : Kalkulasi angka resiko untuk suatu Failure
mode, nomor ini digunakan untuk menempatkan
prioritas pada hal yang memerlukan rencana
kualitas tambahan.
SEV (Severity) / Kepelikan : Berapa penting pengaruh dari akibat (Effect)
terhadap pelanggan (internal atau eksternal). OCC (Occurence) / Kejadian : Bagaimana kemungkinan Sebab (Cause) dari
Failure Mode akan terjadi.
DET (Detection) / Deteksi : Bagaimana sistem yang ada mendeteksi Sebab
(Cause) atau Failure Mode apabila kejadian
berlangsung.
KOPLING (CLUTCH
ASSY) TERBAKAR
Working Load Spring Clutch lemah
Tidak ada inspeksi part setelah proses
tempering
SOP Tidak jelas Parameter Proses Tempering salah
Heating time yang terlalu pendek
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
63
Tabel 4.2. Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) Proses Tempering
No. Process
Step (Function)
Potential Failure Mode
(Process Deffect)
Potential Failure Effect
S E V
Potential Causes
OCC
Current Control
DE T
R P N
1 Heating Time
Load Spring lemah
Kopling tidak akan bisa mentransmisikan daya dengan sempurna
5 Seetingan parameter proses
5 Tidak ada inspeksi 8 200
2 Process time temper
Struktur material berubah
Spring tidak elastis (tidak bisa dipakai)
5 Settingan parameter proses
2
Pengecekan struktur material berkala per lot produksi
5 50
3 Coolling time
Material getas
Spring mudah patah (getas) 5
Settingan parameter proses
4 Inspeksi part 5 100
4.1.2 Analisa Dimensi Cover R Crank Case Out of Spec
Salah satu penyebab kopling tidak dapat bekerja secara normal dalam
mentransmisikan daya dari putaran mesin ke roda adalah dikarenakan salah satu
part yang menunjang dalan kerja kopling (clutch system) yaitu Cover R Crank
Case bermasalah sehingga menyebabkan kopling selip dan terbakar. Berdasarkan
data pengukuran (measurement) yang didapatkan bahwa terjadi penyimpangan
dimensi jarak lubang pengarah Rod Clutch Lifter (posisi X) dan dimensi jarak
lubang dudukan Lever Comp, Clutch (posisi Y).
Gambar 4.5. Ilustrasi bagian part yang berpengaruh pada sistem kopling
4.1.2.1 Diagram Sebab-Akibat Cover R Crank Case Out of Spec.
Diagram sebab akibat berfungsi untuk mencari faktor dominan yang
kemungkinan timbul berdasarkan 5M+1E, seperti terlihat pada Gambar 4.2
Fishbone Diagram. Berdasarkan Gambar 4.6 Fishbone Diagram dapat
disimpulkan beberapa faktor dominan yang kemungkinan menyebabkan dimensi
0
5 ± 0.1
68 ± 0.1
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
64
Cover R Crank Case Out of spec adalah dari faktor Mesin (Machine), untuk
faktor-faktor yang lain tidak terlalu berpengaruh dominan. Faktor mesin tersebut
terutama adalah proses labil pada proses drilling dan reamer, hal ini diperkuat
dari hasil pengukuran kemampuan proses (Cp) untuk jarak lubang pengarah rod
clutch lifter (5±0.1) dan jarak lubang dudukan lever comp, clutch (68±0.1) yang
mempunyai nilai yang tidak bagus.
Gambar 4.6. Diagram Sebab-Akibat Cover R Crank Case Out of Spec
Pada diagram sebab-akibat diatas dapat disimpukan bahwa yang faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya dimensi out of spec pada Cover R Crank
Case sehingga kerja kopling (clutch system) tidak dapat bekerja secara normal,
antara lain :
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
65
1. Pada faktor mesin yang digunakan :
Hasil proses drilling oval untuk lubang dudukan lever comp, clutch
sehingga kemampuan proses (Cp) untuk jarak lubang tidak bagus (labil).
Penggunaan cutting tool yang tidak sesuai life time standard cutting tool
sehingga jarak lubang dimensi point 5±0,1 hasil proses out of spec.
(cenderung hasil minus)
Bermasalah pada jig proses.
Bermasalah pada mesin yang digunakan yang menyebabkan hasil proses
timbul burrs (sisa hasil proses).
2. Pada faktor metode yang dipakai :
Belum adanya Inspection Sheet untuk mengontrol point jarak pengarah
rod clutch lifter (5±0.1) dan jarak dudukan lever comp, clutch (68±0.1).
4.1.2.2 Failure Tree Analysis (FTA) Cover R Crank Case Out of Spec
Gambar 4.7. Failure Tree Analysis Cover R Crank Case out of spec
KOPLING (CLUTCH
ASSY) TERBAKAR
Dimensi jarak pengarah Rod Clutch dan jarak dudukan Lever Comp,
Clutch Out of spec
Jig Proses bermasalahPenggunaan cutting tool over life time
Hasil proses drilling oval
Tidak ada Inspection Sheet
Drilling Machine Trouble
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
66
4.1.2.3 Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) Proses Machining
Tabel 4.3 FMEA Proses Machining Cover R Crank Case
No. Process Step (Function)
Potential Failure Mode
(Process Deffect)
Potential Failure Effect
S E V
Potential Causes
O C C
Current Control
D E T
R P N
Rotary Milling
Kekasaran permukaan Cover R Crank Case
Permukaan kasar. Tidak bisa di
assy dengan blok mesin.
2 Cutting tool aus 5 Inspeksi Periodik 4 40
Ketinggian Cover R Crank Case
Ketinggian tidak sesuai standard. Engine bocor. 5
Kesalahan setting proses, cutting tool aus
5 Inspeksi Periodik 4 100
1
Flatness Permukaan Permukaan bergelombang Engine bocor. 2 Pahat aus, Jig
labil 5 Inspeksi Periodik 4 40
CNC Lathe
Pararelism Tidak sejajar Tidak bisa di assy dengan blok mesin
2 Salah offset program 2 Inspeksi
Periodik 4 16
2
Scratch Permukaan tergores Visual tidak bagus 4
Cutting tool gompal, operator lalai
4 Cek visual 100% 2 32
66 Universitas Indonesia
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
67
Dimensi Ukuran out of spec Tidak bisa assy dengan part terkait
5
Salah program pada proses, kalibrasi alat ukur
4 Quality Inspection Standard
2 80
Kekasaran (roughness) area proses lathe
Kekasaran out of tolerance
Hasil painting kasar, visual tidak bagus
2 Cutting tools aus, salah program
4 Cek visual base on limit sample 2 16
Drilling
Diameter plus
Rod clutch lifter dan lever comp clutch tidak bisa berfungsi
8
Mata bor aus, Jig labil, salah penggunaan mata bor
4 Inspeksi Periodik 4 128
Diameter dalam
Diameter minus
Tidak bisa di assy dengan rod clutch lifter dan lever comp clutch
8
Mata bor aus, Jig labil, salah penggunaan mata bor
4 Inspeksi Periodik 4 128
Kebulatan (Ovality) Lubang oval
Fungsi lever comp clutch mempengaruhi kerja kopling
8 Cutting tool aus, jig labil 10
Tidak ada inspeksi point kebulatan
8 640
3
Ketegaklurusan Bidang lubang miring / tidak tegak lurus
Fungsi rod clutch lifter dan lever comp clutch mempengaruhi kerja kopling
8 Jig labil 10 Tidak ada inspeksi point kebulatan
8 640
67 Universitas Indonesia
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
68
4.2 TAHAP IMPROVE (PERBAIKAN)
Aktivitas utama dalam tahap improve (perbaikan) adalah membuat ide-ide
perbaikan terhadap faktor-faktor utama dalam tahap analisa. Berdasarkan tabel
FMEA yang terlah dilakukan dibuat, berikut tabel analisa teknis (metode 5-why)
dan prioritas perbaikan berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN) terhadap
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kopling terbakar adalah :
Tabel 4.4. Tabel Analisa Kopling Terbakar (Metode 5-Why)
Gejala Mengapa ? Mengapa ? Mengapa ? Mengapa ? Mengapa ? RPN
Heating time terlalu pendek
Setting program mesin
salah PQCS salah 200 Working
load spring lemah
Parameter proses salah Colling time
terlalu lama
Setting program mesin
salah PQCS salah 100
Jarak pengarah rod clucth
lifter menympang
Ovality lubang
menyimpang dari standard
Cutting tools aus
Pemakaian cutting tools
tidak standard - 640
Cutting tools aus
Pemakaian cutting tools
tidak standard - 640
Kopling (clutch assy)
terbakar
Jarak dudukan
lever comp, clutch
menyimpang
Ovality lubang
menyimpang dari standard
Proses reamer miring
Posisi benda kerja labil
Tidak ada jig proses
dan jig inspeksi
640
Aktivitas perbaikan yang dilakukan berdasarkan tabel analisa diatas antara lain :
1. Perbaikan parameter proses tempering pada point heating time dan cooling
time untuk working load spring clutch beserta perbaikan Process Quality
Check Sheet (PQCS).
2. Melakukan pengukuran kemampuan proses (capability process) setelah
perubahan parameter proses working load spring clutch.
3. Perbaikan proses drilling yang kebulatannya (ovality) jelek pada jarak
lubang dudukan lever comp, cluth dan jarak pengarah rod clutch lifter
pada Cover R Crank Case.
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
69
4. Melakukan standarisasi pemakaian cutting tool pada proses drilling Cover
R Crak Case.
5. Desain dan pembuatan Jig Inspection untuk point diameter dudukan lever
comp clutch.
6. Melakukan pengukuran kemampuan proses (capability process) pada
Cover R Crank Case setelah perbaikan proses, stndarisasi pemakaian
cutting tools dan penggunaan jig inspection.
4.2.1 Perbaikan Parameter Proses Tempering Spring Clutch
Pada proses tempering terdapat 3 fase untuk mencapai tingkat kekerasan
dan elastisitas spring, fase proses tersebut antara lain : fase heating time
(pemanasan awal), fase process time (pemanasan) dan fase colling time
(pendinginan) dengan menggunakan media udara. Fase yang sangat berpengaruh
terhadap kekuatan (load) spring yaitu pada fase heating time karena pada saat
heating time part yang diproses membentuk stressing material, apabila waktu
heating time-nya kurang maka stressing struktur material yang terbentuk menjadi
tidak sempurna yang berdampak pada lemahnya kekuatan (load) spring.
Standard proses yang telah ditetapkan sebelumnya total waktu proses
tempering spring clutch adalah 55 menit yang terdiri dari heating time 5 menit,
process time 30 menit dan cooling time 20 menit dan berdasarkan hasil
pengukuran pada tahap measurement didapatkan nilai :
Cp Cpk PPM Total Sigma Level Hasil Keputusan
0,51 0,44 95854,61 1,31 sigma Proses Tidak
Baik NG
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
70
Tabel 4.5 Process Quality Control Sheet Spring Clutch Proses Tempering
(Current Condition)
Gambar 4.8. Parameter Proses Tempering (Current Condition)
Dari hasil trial yang dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa
komposisi waktu yang proses untuk mendapatkan nilai Cp yang baik, didapatkan
perbaikan parameter proses sebagai berikut :
Gambar 4.9. Parameter Proses Tempering (After Improvement)
Perbaikan parameter proses tempering adalah seperti pada diagram fase
proses diatas yaitu ada penambahan waktu pada heating time dari 5 menit menjadi
15 menit dan ada pengurangan colling time dari 20 menit menjadi 10 menit tetapi
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
71
total process time tetap 55 menit. Maka perbaikan standard prosesnya adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.6 Process Quality Control Sheet Spring Clutch Proses Tempering
(Perbaikan Parameter Proses)
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
72
4.2.2 Pengukuran Kemampuan Proses (Capability Process) Tempering setelah
Perbaikan Parameter Proses Tempering.
Gambar 4.10. Data Cp, Cpk Working Load Spring After Improvement
Dari data diatas setelah mengalami perbaikan pada parameter proses
tempering didapatkan data proses yang sangat stabil yang ditunjukan dengan nilai
capability 3,82 yang mempunyai sigma level sempurna (zero defect).
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
73
4.2.3 Perbaikan Proses Drilling (Reamer)
Berdasarkan data pada tahap analisa, penyebab dimensi out of spec jarak
dudukan lever comp, clutch adalah dikarenakan lubang dudukan lever comp,
clutch Ø12H7 oval (ovality jelek).
Gambar 4.11 Ilustrasi bagian lubang oval pada Cover R Crank Case
Berdasarkan analisa proses, bahwa masalah diatas disebabkan karena
proses reamer yang tidak center terhadap benda kerja (part). Hal ini disebabkan
sebelum proses reamer dilakukan proses pre-hole (drilling) sehingga ketika
proses reamer mata bor mengikuti lubang pre-hole (hasil drilling) yang
menyebabkan terjadinya oval.
Gambar 4.12 Ilustrasi analisa proses drilling dan reamer oval
center prehole casting
center hole process machining
ref drawing = std kemiringan casting 1/50
ilustrasi hasil process drill & reamer
Posisi process drill & reamer seharusnya
hasil process Oval
surface roughness kasar
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
74
Aktivitas perbaikan yang dilakukan antara lain :
Menghilangkan proses pre-hole (drilling) sehingga sehingga proses
reamer tidak terpengaruh oleh hasil pre-hole.
Gambar 4.13. Ilustrasi menghilangkan proses pre-hole (drilling)
Untuk mengatasi kemiringan sudut pre-hole perbaikan yang dilakukan
adalah penambahan proses reamer dengan menggunakan Endmill Ø11
sebelum finish produk yaitu Ø12 tetapi berdasarkan hasil trial akan
berakibat penambahan cycle time proses 5~6 detik, maka untuk
mengatasinya yaitu dengan menambah feeding proses.
Gambar 4.14. Ilustrasi perbaikan penambahan proses reamer
4.2.4 Standarisasi Pemakaian Cutting Tools.
Ø10.5 di buntu
Ø 20.5 tetap
depth 4 tetap
di buntu / tidak ada pre hole
end mill
area tidak ter process
Reamer Ø12 Drill Ø11.5
Flow Proses Kondisi Sekarang
Drill Ø11.5 Reamer Ø12End mill Ø11
Flow Proses Setelah Perbaikan
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
75
Berdasarkan data produksi tahun 2007, berikut data pemakaian actual
cutting tool, dan jumlah pergantian actual cutting tools.
Gambar 4.15. Cutting tools yang digunakan
Tabel 4.7. Data Penggantian dan Penggunaan Aktual Cutting Tools tahun 2007
Dari data penggantian dan pemakaian cutting tools diatas didapatkan
pemakaian cutting tools yang fluktuatif, pada kondisi tertentu actual pemakaian
bisa digunakan dalam jumlah yang banyak dan dalam kondisi lain sedikit, hal ini
disebabkan karena kestabilan proses yang jelek sehingga berdampak pada
pemakaian cutting tools.
Dengan aktivitas perbaikan proses yang telah dijelaskan sebelumnya maka
diharapkan pemakaian cutting tools bisa lebih stabil sehingga dapat dibuatkan
suatu standarisari pemakaian (life time) cutting tools, yang akan berfungsi untuk
menentukan ordering cutting tools yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
produksi sehingga terhindar dari menumpuknya stock cutting tools dan
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
76
menghindari terjadinya produksi line stop yang disebabkan tidak adanya
persediaan cutting tools. Standarisasi pemakaian cutting tools yang dibuat adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.8 Standard Pemakaian Cutting Tools
Data diatas diambil berdasarkan jumlah rata-rata pemakaian cutting
selama tahun 2007 ditambahkan allowance sebesar ±20%
4.2.5 Desain dan pembuatan Jig Inspection untuk point diameter dudukan lever
comp clutch.
Untuk mengidentifikasi supaya tidak ada hasil proses drilling dan reamer
yang lubangnya oval, maka aktivitas perbaikan selanjutnya adalah pembuatan jig
inspection yang sekaligus bisa berfungsi sebagai jig proses. Jig inspection ini
bertujuan untuk mendeteksi point ovality, sehingga part setelah proses drilling dan
reamer dipastikan kebulatannya baik. Berikut gambar jig inspection yang dibuat :
Gambar 4.16 Jig Inspection Ovality
4.2.6 Pengukuran Kemampuan Proses (Cp) Setelah Perbaikan.
Berdasarkan data pengukuran (measurement) kemampuan proses (Cp)
pada aktivitas sebelumnya didapatkan data kemampuan proses (Cp) untuk point
jarak lubang posisi X dengan dimensi 5 ± 0,1 mm adalah sebagai berikut :
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
77
Cp Cpk PPM Total Sigma Level Hasil Keputusan
1,16 -0,33 863435,91 -1,10 sigma Proses Tidak
Baik NG
Data ukur setelah perbaikan adalah :
Gambar 4.17 Data Cp, Cpk Jarak Lubang 5±0,1 (Posisi X) Setelah Perbaikan
Cp Cpk PPM Total Sigma Level Hasil Keputusan
1,64 1,25 27587,99 1,92 sigma Proses Sangat
Baik OK
Untuk point Jarak Lubang posisi Y dengan dimensi 68 ± 0,1 mm data ukur
kemampuan proses (Cp) sebelum perbaikan adalah :
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
78
Cp Cpk PPM Total Sigma Level Hasil Keputusan
0,83 0,36 154192,08 1,09 sigma Proses Tidak
Baik NG
Data ukur setelah perbaikan adalah :
Gambar 4.18 Data Cp, Cpk Jarak Lubang 68±0,1 (Posisi Y) Setelah Perbaikan
Cp Cpk PPM Total Sigma Level Hasil Keputusan
2,53 2,11 323,56 3,41 sigma Proses Sangat
Baik OK
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Universitas Indonesia
79
4.3 TAHAP CONTROL (KONTROL)
Aktivitas utama dalam tahap control (kontrol) adalah menjaga dan
mempertahankan kondisi dari hasil perbaikan. kontrol proses yang dilakukan
menggunakan tools dari SPC (Statistical Process Control), dengan menggunakan
X-R Control Chart. Point-point yang dikontrol antara lain :
1. Working Load Spring Clutch pada kopling (clutch assy) dapat dilihat
pada Tabel 4.9
2. Jarak lubang pengarah rod clutch lifter pada Cover R Crank Case
dapat dilihat pada Tabel 4.10
3. Jarak lubang untuk dudukan lever comp, clutch pada Cover R Crank
Case dapat dilihat pada Tabel 4.11
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Tabel 4.9. X-R Control Chart Working Load Spring
80 Universitas Indonesia
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Tabel 4.10. X-R Control Chart Jarak lubang pengarah rod clutch lifter pada Cover R Crank Case
81 Universitas Indonesia
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
Tabel 4.11. X-R Control Chart Jarak lubang dudukan lever comp, clutch pada Cover R Crank Case
82 Universitas Indonesia
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa mengenai keluhan konsumen
(claim market) kopling terbakar yang terjadi pada sepeda motor tipe manual
kopling, faktor teknis yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut adalah sub
part dari kopling yang menyimpang dari standard juga part lain yang mendukung
kerja kopling (clutch system) menyimpang dari standard.
Faktor teknis utama yang menyebabkan terjadinya kopling terbakar antara lain :
sub part kopling yaitu spring clutch dengan masalah working load spring
clucth yang lemah.
part lain yang berpengaruh terdahap kerja kopling yaitu Cover R Crank
Case dengan masalah jarak pengarah rod clutch lifter dan jarak dudukan
lever comp, clutch yang menyimpang dari standard.
Aktivitas perbaikan yang telah dilakukan mampu menaikan kemampuan
proses yang diindikasikan dengan naiknya capability indeks (Cp) untuk part-part
yang bermasalah dengan nilai Cp>1,33, nilai sigma level dan mampu menurunkan
nilai PPM (part per-million) untuk reject part.
Walaupun perbaikan belum mencapai target yang diharapkan tetapi
metode six sigma dengan tahapan DMAIC merupakan pengarah yang efektif
untuk memperbaiki permasalahan keluhan konsumen kopling terbakar pada
sepeda motor tipe manual kopling.
83 Universitas Indonesia
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008
DAFTAR REFERENSI
1. Astra Management Development Institute, “Astra Six Sigma Green Belt
Program”, Astra-Q Series 2001.
2. Chrysler Corporation, Ford Motor Company, and General Motor Corporation,
“Measurement System Analysis”, AIAG, 1994.
3. Chrysler Corporation, Ford Motor Company, and General Motor Corporation,
“Potential Failure Mode and Effect Analysis”, AIAG, 1995.
4. D. Manggala, “Mengenal Six Sigma Secara Sederhana ”, Februari 2005.
5. Novianto Dwi Wibowo, “Basic Six Sigma”, Materi Training, 2006
6. Sung H. Park “Six Sigma for Quality and Productivity Promotion”, Published by
Asian Productivity Organization, 2003.
7. Vincent Gaspersz., “Pedoman Implementasi Program SIX SIGMA”, PT Gramedia
Utama, Jakarta, 2002
84
Indentifikasi dan..., Arief Rachman Hakim FTUI, 2008